• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK

KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

YULIANA DEWI RACHMAWATI J 410 090 023

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

(2)
(3)

1 HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Yuliana Dewi Rachmawati Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (yuliadewi81@ymail.com)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular penyebab utama terjadinya stroke dan serangan jantung yang dapat diderita pada usia dewasa muda maupun lanjut usia. Dari hasil catatan Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo terdapat 507 kasus pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan case control. Populasi penelitian ini adalah penduduk usia dewasa muda sebanyak 208 orang. Sampel kasus adalah penderita hipertensi sebanyak 30 orang dan sampel kontrol sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel kasus diambil seluruh penderita hipertensi berdasarkan data di Puskesmas Nguter dengan sampling jenuh, sedangkan sampel kontrol menggunakan Simple Random Sampling. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah aktifitas fisik (p=0,012; OR=5,152) dan konsumsi garam yang berlebihan (p=0,002; OR=6,571). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah merokok (p=0,747) dan konsumsi kopi (p=0,457).

Kata Kunci : Gaya Hidup, Hipertensi, Usia Dewasa Muda

ABSTRACT

Hypertension is a cardiovascular disease which is the main cause of stroke and heart

attack suffered by the early adults or the elder ones.From documentation goverment

clinic of Nguter Sukoharjo regency there are 507 case in 2012. The aim of the research is to analyze the correlation between lifestyle and hypertension to adults in Pondok Village of Nguter in Sukoharjo. The research method was observational analytic method with case control design. The population taken is 30 Hypertension sufferers with 30 people are taken for control samples. The sampling technique is taken from all hypertension patients based on the data from the Health Center of Nguter using total sampling, while the sampling control use Simple Random Sampling. The statistic test uses

chi square using SPSS. The result of research explained that the determinant have

(4)

2 OR=5,152) and over salt intake (p=0,012; OR=6,571). Whereas factor is not have relationship is smoking (p=0,747) and consumption of coffee (p=0,344).

Key words : Lifestyle, Hypertension, Early Adult People..

PENDAHULUAN

Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Apabila terjadi hipertensi secara terus menerus dapat memicu terjadinya stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Rudianto, 2013).

Berdasarkan data pola 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2010, prevalensi kasus hipertensi sebesar 8,24% diantaranya 3,49% pada laki-laki dan 4,75% pada perempuan. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan Case Fatality Rate tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81% (Kemenkes RI, 2012).

Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013).

(5)

3 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2012, penyakit hipertensi esensial memperoleh peringkat pertama, dikarenakan mempunyai kasus tertinggi diantara penyakit tidak menular lainnya. Pada tahun 2012 prevalensi penyakit hipertensi di Kabupaten Sukoharjo sebesar 5,78%. Hal ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2011 sebesar 7,29% dan tahun 2010 sebesar 6,6%.

Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013).

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2012, penyakit hipertensi esensial memperoleh peringkat pertama, dikarenakan mempunyai kasus tertinggi diantara penyakit tidak menular lainnya. Dari salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo terdapat kecamatan yang prevalensi hipertensi meningkat dari tahun ke tahun yaitu Kecamatan Nguter. Prevalensi penyakit hipertensi pada tahun 2010 sebesar 7,16%, tahun 2011 sebesar 7,29%, dan tahun 2012 sebesar 7,96% (Puskesmas Nguter, 2012).

Berdasarkan survei pendahuluan, diantara 16 desa yang terdapat di Kecamatan Nguter, terdapat desa yang mengalami peningkatan kasus hipertensi

(6)

4 salah satunya Desa Pondok. Kasus hipertensi tahun 2010 sebanyak 222 kasus, tahun 2011 sebanyak 316 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 507 kasus.

Gaya hidup merupakan faktor risiko penting timbulnya hipertensi pada seseorang termasuk usia dewasa muda (21-40 tahun). Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat, antara lain merokok, kurang olahraga, mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan stres (Nisa, 2012).

Hipertensi merupakan penyakit yang kasusnya dapat meningkat baik pada masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Terjadinya hipertensi pada usia dewasa muda dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti pola makan, merokok, dan aktifitas fisik (Junaidi, 2010). Desa Pondok yang jaraknya dekat dengan kota Sukoharjo dan adanya gaya hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda.

Menurut Townsend (2010), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tekanan darah secara konsisten berada pada atau diatas 140/90 mmHg. Faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi seperti gaya hidup meliputi kebiasaan melakukan aktifitas fisik, merokok, minuman berkafein, dan mengonsumsi garam berlebihan. Sedangkan faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain umur, keturunan (genetik), dan jenis kelamin (Gunawan, 2001). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

(7)

5 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan rancangan penelitian case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk usia dewasa muda di Desa Pondok sejumlah 208 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya hidup yang meliputi merokok, aktifitas fisik, konsumsi kafein, dan konsumsi garam yang berlebihan. Pengumpulan data dilakukan di Desa Pondok dengan melibatkan penderita hipertensi sebanyak 30 orang dan sampel kontrol sebanyak 30 orang yang dilakukan pada bulan Agustus 2013.

Teknik pengambilan sampel pada kelompok kasus dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu dengan menggunakan metode Simple Random Sampling (acak sederhana). Jenis data dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum

Desa Pondok merupakan salah satu dari 16 desa yang terdapat di Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Desa Pondok memiliki luas wilayah sebesar 253,3970 Ha. Adapun batas wilayah Desa Pondok, yaitu sebelah utara adalah Kelurahan Mandan, sebelah selatan adalah Kelurahan Lawu, sebelah barat adalah Kelurahan Kepuh, sebelah timur adalah Kelurahan Tanjung.

(8)

6 Berdasarkan data kependudukan, tahun 2012 Desa Pondok memiliki penduduk mencapai 4967 jiwa yang terdiri dari 2509 penduduk laki-laki dan 2458 penduduk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1192.

Variabel aktifitas fisik dan konsumsi garam yang berlebihan memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda. Sedangkan variabel merokok dan konsumsi kafein tidak memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda.

1. Analisis hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi Tabel 1 . Analisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi di Desa Pondok Tahun 2013 Kebiasaan Merokok Kasus Kontrol p value OR 95% CI n (%) n (%) Merokok 5 (16,7) 7 (23,3) 0,747 0,657 0,813-2,363 Tidak merokok 25 (83,3) 23 (76,7) Total 30 100 30 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus maupun kontrol lebih banyak yang tidak merokok dibandingkan dengan yang merokok yaitu masing-masing sebanyak 25 orang (83,3%) pada kasus dan 23 orang (76,7%) pada kontrol. Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai p=0,747 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di Desa Pondok. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah responden pada kelompok kasus yang merokok lebih sedikit dibandingkan yang tidak merokok. Hal tersebut disebabkan responden pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol lebih banyak perempuan.

(9)

7 2. Analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi

Tabel 2. Analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Desa Pondok Tahun 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus maupun kontrol lebih banyak yang tidak pernah olahraga yaitu sebanyak 20 orang (66,7%) pada kasus dan 11 orang (36,67%) pada kontrol. Responden yang tidak menderita hipertensi lebih banyak melakukan olahraga teratur yaitu sebanyak 17 orang (56,67%).

Berdasarkan hasil uji Chi square disimpulkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik tidak pernah melakukan olahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,012. Responden yang tidak pernah olahraga lebih banyak pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol, sedangkan yang melakukan olahraga secara teratur lebih banyak pada bukan penderita hipertensi daripada penderita hipertensi. Nilai OR sebesar 5,152 (95% CI= 1,573-16,872) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang tidak pernah melakukan olahraga mempunyai risiko sebesar 5,152 kali terkena hipertensi dibandingkan yang melakukan olahraga`teratur.

Berdasarkan hasil uji Chi square disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara aktifitas fisik tidak teratur olahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai

Aktifitas fisik Kasus Kontrol p value OR 95% CI n (%) n (%) Tidak pernah olahraga 20 (66,7) 11 (36,67) 0,012 5,152 1,573-16,872 Tidak teratur olahraga 4 (13,3) 2 (6,67) 0,168 5,667 0,818-39,267 Olahraga teratur 6 (20) 17 (56,67) - - - Total 30 100 30 100

(10)

8 p=0,168. Pada kelompok kasus maupun kontrol yang olahraga teratur lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak teratur olahraga, sehingga diperoleh nilai OR sebesar 5,667. Meskipun olahraga tidak teratur hubungannya tidak signifikan dengan kejadian hipertensi namun mempunyai risiko 5,667 kali terkena hipertensi.

3. Analisis hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi Tabel 3. Analisis Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Kejadian

Hipertensi di Desa Pondok Tahun 2013 Konsumsi Kopi Kasus Kontrol p value OR 95% CI n (%) n (%) Sering 4 (13,3) 1 (3,3) 0,457 4 0,392-40,794 Jarang 13 (43,3) 16 (53,3) 0,91 0,813 0,281-2,348 Tidak pernah 13 (43,3) 13 (43,3) Total 30 100 30 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang sering mengkonsumsi kopi lebih banyak pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol, yaitu 4 orang (13,3%) pada kasus dan 1 orang (3,3%) pada kontrol. Sedangkan baik kelompok kasus maupun kontrol pada responden yang tidak pernah mengkonsumsi kopi jumlahnya sama, yaitu masing-masing sebanyak 13 orang (43,3%).

Dari hasil uji Chi square diketahui bahwa nilai p=0,457>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sering konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi. Responden baik kelompok kasus maupun kontrol yang tidak pernah mengkonsumsi kopi lebih banyak daripada yang sering mengkonsumsi kopi. Tetapi, responden yang sering mengkonsumsi kopi sedikit lebih banyak pada kelompok yang menderita hipertensi daripada kelompok yang tidak

(11)

9 menderita hipertensi. Nilai OR sebesar 4 (95% CI=0,392-40,794) sehingga dapat diartikan bahwa orang yang sering mengkonsumsi kopi berisiko 4 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan yang tidak pernah minum kopi, meskipun hubungannya tersebut tidak terbukti signifikan.

Dari hasil uji Chi square diperoleh nilai p= 0,910>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara seseorang yang jarang mengkonsumsi kopi dengan kejadian hipertensi. Responden baik pada kelompok kasus maupun kontrol lebih banyak yang jarang minum kopi, sedangkan responden yang tidak pernah minum kopi jumlahnya sama antara kelompok kasus dan kontrol.

4. Analisis hubungan antara konsumsi garam yang berlebihan dengan kejadian hipertensi

Tabel 4. Analisis Hubungan antara Konsumsi Garam yang Berlebihan dengan Kejadian Hipertensi

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada penderita hipertensi (kasus) lebih banyak yang sering mengkonsumsi garam yang berlebihan yaitu sebanyak 23 orang (76,7%) dibandingkan dengan bukan penderita hipertensi yaitu sebanyak 10 orang (33,3%).

Berdasarkan hasil uji Chi square diketahui bahwa nilai p=0,002<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara konsumsi garam yang berlebihan dengan kejadian hipertensi. Responden yang sering mengkonsumsi

Konsumsi Makanan Asin Kasus Kontrol P value OR 95% CI n (%) n (%) Sering 23 76,7 10 33,3 0,002 6,571 2,109-20,479 Tidak sering 7 23,3 20 66,7 Total 30 100 30 100

(12)

10 makanan asin lebih banyak pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol, sedangkan yang tidak sering mengkonsumsi makanan asin lebih banyak pada bukan penderita hipertensi daripada penderita hipertensi.

Nilai OR sebesar 6,571 (95% CI= 2,109-20,479) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang sering mengkonsumsi garam yang berlebihan mempunyai risiko terkena hipertensi sebesar 6,571 kali dibandingkan dengan yang tidak sering mengkonsumsi garam yang berlebihan (makanan asin).

Simpulan

1. Tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok.

2. Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok.

3. Tidak ada hubungan antara konsumsi kafein dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok.

4. Ada hubungan antara konsumsi garam yang berlebihan dengan kejadian penyakit hipertensi di Desa Pondok.

SARAN

1. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat hendaknya merubah gaya hidup yang berisiko menimbulkan penyakit hipertensi seperti merokok, kurangnya aktifitas fisik, konsumsi kafein, dan konsumsi garam yang berlebihan, terutama yang memiliki riwayat keluarga penderita hipertensi.

(13)

11 2. Bagi Instansi Kesehatan

Petugas kesehatan memberikan upaya promotif dan preventif pada masyarakat mengenai kejadian hipertensi yang dapat dilakukan kerjasama dengan instansi kesehatan lainnya, misalnya meningkatkan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah secara berkala.

3. Bagi peneliti lain

Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko terjadinya hipertensi dengan variabel penggunaan kontrasepsi hormonal.

Daftar Pustaka

Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5/ No. 1

Bustan, MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta

Depkes RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007. Jakarta: Depkes RI

DKK Sukoharjo. 2012. Data penyakit hipertensi di Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: DKK Sukoharjo

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Jawa Tengah: Dinkes Provinsi Jawa Tengah

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius

Haryono R dan Setianingsih S. 2013. Awas Musuh-musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun. Yogyakarta: Goysen Publishing

(14)

12 Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:

Kemenkes RI

Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usana Offset Printing Muliyati Hepti, Syam Aminuddin, dan Sirajuddin Saifuddin. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Artikel Penelitian. Makassar: Universitas Hasanuddin

Nisa, Intan. 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta: Dunia Sehat

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Puskesmas Nguter. 2013. Data penyakit hipertensi di Puskesmas Nguter. Nguter:

Puskesmas Nguter.

Pradono, Julianty. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi di Daerah Perkotaan (Analisis Data Riskesdas 2007). Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes. Gizi Indon. Vol. 1/ No. 33 Hal 59-66

Rudianto, Budi F. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Sakkhasukma

Sigarlaki, Herke. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Makara Kesehatan. Vol. 10/No. 2 Hal 78-88.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sunaryati, SS. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Yogyakarta: Flashbooks

Susilo, Y dan Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Andi

Syahrini E N, Susanto H S dan Udiyono Ari. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1/No. 2/2012 Hal 315-325.

Townsend, Raymond R. 2010. 100 Tanya Jawab Soal Hipertensi. Jakarta: PT Indeks

Wismanto, Bagus dan Sarwo Budi. 2007. Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Semarang: Unika Soegijapranata

(15)

13 Widjaja dkk. 2013. Prehypertension and hypertension among young Indonesian adults at a primary health care a rural area. Jakarta: Universitas Indonesia. Vol. 22/No. 1

World Health Organization (WHO). 2011. Non Communicable Disease Country

Profiles. Diunduh : 21 Mei 2013.

Http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs290/en/index.html

Yeni, Y, Djannah, SN, Solikhah. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Vol. 4/No. 2/2010 Hal. 76-143 ISSN: 1978-0575

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dapat disimpulkan (1) pembelajaran dengan media gambar ilustrasi mampu meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi dengan

Five seaturtle species inhabit Indonesian archipelago and the green turtle ( Chelonia mydas ) is the most commonly found here. One of the major green turtle nesting

pada Siswa Kelas V SD Negeri Saren 2 dengan Media Gambar Ilustrasi.”.

saintifik memberikan prestasi belajar yang sama. Sedangkan siswa dengan.. kecedasan spasial tinggi dan rendah memiliki prestasi belajar yang lebih baik. dibandingkan siswa

reach the level of leading schools in any developed countries, especially the teaching-learning process (Dikdasmen; 2009: 8) It means that the teachers at the State

Therefore, the writer is interested in using Total physical Response to improve students understanding in using preposition of place in this study, and he wants do this

anak-anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, mereka akan memiliki dasar ketermpilan yang telah dipelajari oleh teman-teman sebayanya, dan

several people will choose to continue use drugs and provide information and educations programs on how to minimise the risk of blood borne viruses (BBV’s infection); 3) Harm