• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terealisasikan, penerimaan terbesar berasal dari sektor pajak, karenanya pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terealisasikan, penerimaan terbesar berasal dari sektor pajak, karenanya pajak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1.1Latar Belakang Masalah

Pendapatan negara memiliki peranan penting dalam membangun bangsa dan negara (Ghitha, 2015). Pembangunan dapat terlaksana bila penerimaan dapat terealisasikan, penerimaan terbesar berasal dari sektor pajak, karenanya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan keuangan negara yang diwajibkan kepada seluruh warga negara untuk menunjang pembangunan (Sitepu, 2012).

Negara Indonesia menganut sistem pemungutan pajak self assessment yang artinya setiap Wajib Pajak bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kewajiban pembayaran pajak, pelaporan pajak, dan pemberitahuan pajak yang terhutang kepada pemerintah, sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. Akan Tetapi, menurut Kepala Seksi Hubungan Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan, Chandra Budi menyatakan bahwa Ditjen Pajak mencatat Wajib Pajak Orang Probadi baru sekitar 25 juta saja dari sekitar 60 juta masyarakat yang seharusnya membayar pajaknya, hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya serta dalam memahami administrasi perpajakan (Pikiran Rakyat, 16 juli 2013).

Untuk mengetahui kepatuhan SPT tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying dapat dilihat dalam tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.1

Kepatuhan SPT Tahunan di KPP Pratama Bandung Cibeunying

TAHUN PAJAK WP WAJIB LAPOR SPT MASUK ORANG PRIBADI BADAN 1

(2)

ORANG PRIBAD I BADA N ORANG PRIBAD I BADA N JUMLA H SELISIH % JUMLA H SELISIH % 2008 36.744 6.550 12.791 2.645 23.953 9% 3.905 13 % 2009 61.619 7.010 27.844 3.127 33.775 13 % 3.883 13 % 2010 72.733 7.482 34.007 2.998 38.766 15 % 4.484 15 % 2011 80.705 8.090 29.345 2.696 51.360 20 % 5.394 18 % 2012 87.395 8.786 36.074 2.675 51.321 20 % 6.111 20 % 2013 92.900 9.373 33.802 3.083 59.098 23 % 6.290 21 % Sumber : KPP Pratama Bandung Cibeunying

Kepatuhan Wajip Pajak yang rendah dapat disebabkan oleh masih banyak wajib pajak yang belum memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak serta memahami manfaat dari penerimaan pajak. Disamping pengetahuan wajib pajak yang kurang, kesadaran wajib pajak sendiri masih kecil untuk memenuhi kewajiban membayar pajak dan menyampaikan SPT. Kecilnya kesadaran wajib pajak membuat tingkat kepatuhan wajib pajak rendah. Jika kepatuhan wajib pajak rendah maka akan mengakibatkan pendapatan negara atas pajak akan berkurang dan pembiayaan infrastruktur umum akan berkurang.

Palil (2005) menemukan bahwa pengetahuan wajib pajak tentang pajak yang baik akan memperkecil adanya tax evasion, yaitu upaya wajib pajak menghindari pajak terhutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Pengetahuan tentang peraturan pajak akan mempengaruhi sikap wajib pajak terhadap kewajiban pajak. Pengetahuan Pajak yaitu langkah pendewasaan pemikiran seorang wajib pajak melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Pancawati dan Nila, 2011).

(3)

Kesadaran merupakan bagian dari motivasi, yaitu motivasi intrinsik yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri. Sejak reformasi fiskal pada tahun 1984 dalam pemungutan pajak, negara memberlakukan self assessment system. Sistem ini mensyaratkan adanya peran aktif dari setiap wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Kepatuhan merupakan hal yang sangat penting dan mendasar dalam mensukseskan pelaksanaan sistem tersebut. Oleh karena itu, sangat penting apabila kepatuhan wajib pajak dapat timbul dari dalam diri individu secara sukarela. Keberhasilan pelaksanaan self assessment system sangat terkait dengan karakteristik seorang wajib pajak. Karkteristik wajib pajak dapat dilihat dari motivasi dalam membayar pajak (Rolalita Lukmana, 2016).

Aparat pajak selama ini sudah berusaha melakukan berbagai upaya demi menaikkan penerimaan pajak, misalnya dengan melalui media masa, iklan di TV dan radio, bahkan banner penghapusan sanksi pajak terdapat di berbagai penjuru wilayah, namun tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak negara. Adincha Ayuvisda (2012:3) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa isu korupsi, ketidakpuasan masyarakat atas pelayanan dan mekanisme pajak merupakan hal-hal yang mempengaruhi motivasi wajib pajak dalam membayar pajak (Rolalita Lukmana, 2016).

Memberikan motivasi atau dorongan kepada rakyat untuk ikhlas membayar pajaknya adalah sesuatu yang harus dilakukan, dengan membayar pajak merupakan tindakan pemberian sebagian harta yang dimiliki rakyat kepada Negara dengan cuma-cuma, beberapa motivasi yang diberikan penguasa di Negara maju untuk rakyatnya dalam membayar pajak adalah slogan pay as you earn, membayar seperti diperoleh,

(4)

diperkenalkan pada masa pemerintahan F.D Rooselvelt untuk memotivasi warga Amerika Serikat memenuhi kewajiban perpajakannya (Siti Kurnia Rahayu, 2010:10).

Cara pandang tentang pajak harus berubah dengan melaksanakan kewajiban pajak dengan benar akan membuat hati senang dan hidup menjadi lebih bermakna, hal ini sebagai wujud rasa syukur karena mendapatkan karunia rejeki sehingga mampu untuk berbagi, uang tidak memiliki arti jika tidak ada motivasi dan alasan yang kuat untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi banyak orang (Ary Ginanjar, 2015).

Frey and Feld menjelaskan bahwa wajib pajak akan merespon positif atas bagaimana otoritas pajak memperlakukan mereka, khususnya kesediaan moral wajib pajak untuk membayar pajak atau tax morale akan meningkat manakala pejabat pajak dapat menghargai dan menghormati mereka, kemudian berdampak terhadap masyarakat yang merasa puas dan meyakini bahwa pajak yang dipungut benar-benar dipergunakan untuk kebutuhan publik (Timbul dan Imam, 2012:102).

Zain (2007) mengemukakan bahwa pajak merupakan salah satu alat yang penting bagi pemerintah dalam mencapai tujuan ekonomi, politik, dan sosial. Saat ini masih banyak wajib pajak potensial yang belum terdaftar sebagai wajib pajak aktual. Ketidaktaatan dalam membayar pajak tidak hanya terjadi pada lapisan pengusaha saja tetapi juga terjadi pada pekerja profesional. Sedangkan perkembangan usaha kecil dan menengah sangat dinamis yang barangkali jauh meninggalkan jangkauan pajak. Meskipun jaring pengaman bagi wajib pajak berupa Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar melaksanakan kewajiban perpajakannya sudah dipasang, terutama bagi usaha kecil menengah masih lepas dari jeratan pajak.

(5)

Demi mencapai target pajak, kini DJP akan lebih berfokus untuk menggali potensi pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi. Berdasarkan berita yang dikeluarkan oleh Kementrian Keuangan pada awal Januari 2016, Menkeu mengungkapkan bahwa penerimaan pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi secara nominal masih terlalu rendah. Penggalian potensi penerimaan pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi ini penting untuk mengurangi ketergantungan penerimaan pajak dari Wajib Pajak Badan.

Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto (omzet) tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam satu tahun pajak sejak Juli 2013 dikenai pajak penghasilan berdasarkan ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013. Batasan omzet pengusaha kecil yang sebelumnya 600 juta setahun kini dinaikkan menjadi Rp 4,8 miliar setahun, perubahan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 197/PMK.03/2013 yang ditetapkan tanggal 20 Desember 2013 dan mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2014 (Budi, 2014). Berdasarkan ketentuan ini, bagi wajib pajak yang memenuhi kriteria dikenakan Pajak final dengan tarif 1% dari perederan bruto setiap bulan. Wajib pajak yang dimaksud adalah wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan yang tidak dalam bentuk badan usaha tetap (BUT), dan tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun pajak. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 adalah termasuk dalam Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) yang bersifat final.

Pemberlakuan PP Nomor 46 tahun 2013 seharusnya dipandang sebagai fasilitas bagi wajib pajak karena memudahkan dalam penghitungan pajaknya. Wajib pajak hanya perlu menghitung 1% dari omzet dan melaporkannya dengan menggunakan SPT dengan pasal 4 ayat (2) yang bisa sangat memudahkan wajib pajak. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa adanya pengenaan pajak tersebut menimbulkan kontroversi dari

(6)

berbagai kalangan. Kontroversi tersebut sebagian besar terkait besaran pajak yang akan dipungut dan besaran batasan omzet untuk dikenakan pajak. Pada umumnya para pihak yang berkeberatan atas pengenaan pajak tersebut menggunakan aspek keadilan sebagai argumentasi dasar.

Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia tidak diragukan lagi dan selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Usaha skala kecil dan menengah memiliki potensi perpajakan yang besar sehingga telah menjadi bahan diskusi mengenai penggalian potensi tersebut.

Untuk mengetahui jumlah UMKM di Indonesia setiap tahunnya dapat dilihat dari tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.2

Daftar UMKM di Indonesia

UMKM 2009 2010 2011 2012 2013 Usaha Mikro 52.176.795 53.207.500 54.559.969 55.856.176 57.189.393 Pertumbuhan Usaha Mikro 1,97% 2,54% 2,37% 2,38% Usaha Kecil 546.675 573.601 602.195 629.418 654.222 Pertumbuhan Usaha Kecil 4,92% 4,98% 4,52% 3,94% Usaha Menengah 41.133 42.631 44.280 48.997 52.106 Pertumbuhan Usaha Menengah 3,64% 3,86% 10,65% 6,34%

Sumber : BPS dan Kementrian Negara Koperasi dan UKM

Jawa Barat dengan pertumbuhan UMKM yang pesat memiliki nilai yang sangat strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Pertumbuhan tersebut akan berdampak secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat, maka penelitian dilakukan di kota Bandung dengan pertimbangan bahwa

(7)

banyak UMKM di daerah Bandung yang masih memiliki margin yang rendah, tingkat pengetahuan yang rendah, dan tingkat pengetahuan pajak yang sangat kurang.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, maka peneliti tertarik utuk melakukan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi (Penelitian pada Wajib Pajak yang Menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013)”

1.2 Rumusan Masalah

Pajak adalah sumber pendapatan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Tetapi bagi beberapa wajib pajak, pajak merupakan biaya yang dapat mengurangi laba bersih sehingga membuat para wajib pajak menekan pajak seminimal mungkin. Perubahan peraturan mengenai perpajakan yang terlalu sering juga menjadi faktor ketidaktahuan wajib pajak yang berakibat ketidakpatuhan wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak memiliki kewajiban untuk menyampaikan dan membina wajib pajak dalam pelaksanaan peraturan perpajakan terutama pada peraturan yang baru dirubah seperti yang tercantum pada PP Nomor 46 Tahun 2013.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Maka diperoleh perumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Seberapa besar pengaruh Motivasi Wajib Pajak untuk melaksanakan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memeroleh bukti empiris mengenai seberapa besarkah pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

(8)

2. Untuk memeroleh bukti empiris mengenai seberapa besarkah pengaruh Motivasi Wajib Pajak untuk melaksanakan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi: 1. Penulis

Dapat menambah wawasan, pengalaman, serta ilmu yang tidak didapatkan di bangku perkuliahan terutama dalam bidang perpajakan.

2. Aparat pajak

Penulisan ini diharapkan dapat sedikit menambah masukan yang sifatnya mengarah pada peningkatan pendapatan pajak. Serta dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi pihak-pihak lain yang terkait pada masalah yang penulis bahas.

3. Bagi Pembaca

Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan bahan penelitian lebih lanjut mengenai masalah yang dapat dijadikan informasi tambahan dalam melaksanakan penyusunan Tugas Akhir.

4. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru mengenai riset riset dibidang perpajakan terutama berkaitan dengan teori kepatuhan wajib pajak dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, situs web komunitas guru online dapat menjadi perpanjangan tangan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk menjangkau guru-guru di lain daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan sekaligus manfaat praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dalam

Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Abadi, dkk (2013) bahwa 68% subjek melaporkan motivasinya menggunakan media sosial adalah untuk mengembangkan hubungan

Intensitas serangan hama lalat buah di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 dan 2016 menunjukkan intensitas rata-rata serangan sebanyak 66,7%, untuk mengetahui

Dibandingkan dengan ekstrak etanol daun mindi konsentrasi 15% memang hasil yang diperoleh terlihat berbeda tetapi karena perbedaan konsentrasi yang lebar maka tidak

Tugas akhir dari Perancangan Alat Bantu Pengangkat Material Otomatis untuk Mesin TruPunch sudah sesuai dengan gambar kerja dan di nyatakan berhasil serta dapat

Dalam skala nasional, sistem hukum Indonesia mengantisi-pasinya dengan upaya unifikasi, sekalipun pada saat yang sama diferensiasi kadang-kadang dipaksakan, yakni sistem