• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah dilahirkan setidaknya dalam waktu 30 menit setelah lahir, karena daya isap bayi saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya (Soetjiningsih, 1997). Sebelum genap berusia 6 bulan, bayi hanya memperoleh ASI tanpa ada pemberian makanan ataupun minuman lainnya atau dalam masyakarat biasa disebut dengan ASI eksklusif. Di tahap ini, ASI telah dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi (Nazarina, 2008).

ASI yang matur mengandung 3-5% lemak, 0,8-0,9% protein, 6,9-7,2% karbohidrat (laktosa) dan 0,2% mineral. Kandungan mineral yang terkandung dalam ASI adalah natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, dan klorida. Dalam berbagai penelitian, konsentrasi kalsium dalam ASI dilaporkan bervariasi yaitu berkisar antara 25 hingga 35 mg per 100 ml ASI (Jenness, 1979). Kebutuhan kalsium untuk bayi akan didapatkan dari air susu ibu (Heffner dan Schust, 2006). Peranan kalsium pada bayi tidak lain adalah membantu proses mineralisasi pada tahap proses pembentukan gigi (Tjäderhane dkk, 1995), sehingga konsumsi ASI pada tahap ini sangat dibutuhkan mengingat bayi memperoleh kebutuhan kalsiumnya dari ASI. Menurut Jarjou dkk (2012), ASI berkontribusi sebesar 94%

(2)

terhadap asupan kalsium bayi usia 3 bulan, sedangkan pada bayi usia 12 bulan ASI berkontribusi sebesar 62%.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, kemudian dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun dengan penambahan makanan pendamping. Menurut Purwanti (2004), bayi yang mendapatkan ASI eksklusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah mulai terlihat pada bayi berusia 5-6 bulan dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa ASI baik untuk proses pertumbuhan gigi bayi. Asupan kalsium yang cukup akan mempercepat proses pertumbuhan gigi. Gigi yang sudah tumbuh akan membantu bayi dalam melatih pengunyahan, sehingga usia setelah 6 bulan adalah waktu yang baik bagi bayi untuk mulai dikenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI).

Kandungan kalsium yang terkandung dalam ASI lebih sedikit daripada kandungan kalsium dalam susu sapi atau susu formula. Jumlah yang sedikit ini tidak menimbulkan efek yang buruk, melainkan dapat diserap keseluruhan dalam usus bayi. Kandungan kalsium yang terlalu tinggi dalam susu sapi atau susu formula sebagian besar akan dibuang melalui sistem urinaria dan pencernaan karena tidak dapat dicerna. Kalsium yang tidak diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan, dan dapat mengganggu keseimbangan (ekologi) dalam usus bayi (Purwanti, 2004).

Kandungan mineral yang terkandung dalam ASI ini konsentrasinya konstan selama masa laktasi. Asupan nutrisi maternal tidak mempengaruhi

(3)

konsentrasi mineral dalam ASI. Penelitian yang telah dilakukan oleh Garg dkk (1988, sit. Emmet dan Rogers, 1997) menyatakan bahwa tidak ada pula pengaruh status nutrisi maternal terhadap konsentrasi kalsium dan magnesium, sehingga kandungan kalsium pada ASI stadium III ini akan konstan selama masa laktasi.

Cairan saliva merupakan sekresi eksokrin yang terdiri dari sekitar 99% air, yang mengandung protein dan macam-macam elektrolit. Elektrolit utama yang terkandung dalam keseluruhan saliva (whole saliva) adalah natrium, kalium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat, tiosianat, dan fluor. Konsentrasi protein dan elektrolit-elektrolit tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber kelenjar saliva, laju aliran saliva, durasi stimulasi, ritme biologis, sifat stimulus, dan variasi hormon (de Almeida dkk, 2008; Dawes, 2008). Ion kalsium merupakan salah satu komponen elektrolit saliva yang penting untuk kesehatan rongga mulut. Konsentrasi ion kalsium ini selain dapat dipengaruhi oleh hal-hal di atas, juga dapat dipengaruhi oleh asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh, termasuk air susu ibu (Dawes, 2008; Meikawati dkk, 2005; Heffner dan Schust, 2006).

Kalsium saliva penting untuk mendukung kapasitas buffer saliva. Kapasitas buffer saliva merupakan kemampuan saliva menjaga kestabilan pH rongga mulut, menetralkan asam maupun basa dalam rongga mulut, dan berkontribusi dalam kesehatan gigi dan mulut, yang berfungsi untuk melindungi rongga mulut dari mikroorganisme patogen (Adegboye dkk, 2013; Darwita dkk, 2010; Mandel, 1989, sit. Franco dkk, 2014). Jika kadarnya rendah, maka kapasitas buffer dalam saliva menjadi turun. Keadaan ini dapat menyebabkan pH saliva

(4)

menjadi rendah. Saliva dengan kalsium yang cukup akan mencegah pH rongga mulut bayi menjadi asam (Edgar, 1992).

Pradhan dkk (2012) menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan rongga mulut untuk pembersihan (oral clearance) dari zat-zat yang telah terdeposit ke dalam rongga mulut dan saliva adalah sekitar 8 menit, sehingga diharapkan setelah melewati 8 menit rongga mulut sudah bersih dari sisa-sisa makanan atau minuman yang dikonsumsi sebelumnya. Menurut Erickson dan Mazhari (1999) bayi yang mengonsumsi ASI memiliki kapasitas buffer saliva yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mengonsumsi susu sapi. Pada menit ke-10 setelah minum ASI, pH saliva bayi akan mulai mengalami peningkatan namun tidak signifikan. ASI memiliki kadar kalsium, fosfat, protein, dan histidin yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi, namun memiliki konsentrasi asam organik 2-3 kali lebih tinggi. Kalsium dan fosfat dalam ASI mampu mem-buffer ion hidrogen bebas yang berhubungan dengan asam organik sehingga ASI mampu mempertahankan pH saliva mendekati netral.

Kalsifikasi gigi desidui pertama kali dimulai pada usia 4 bulan IU (intra uterin) yaitu pada gigi insisivus sentral bawah, sedangkan pada gigi permanen kalsifikasi akan terjadi pertama kali pada saat bayi lahir yaitu pada gigi molar satu atas dan bawah (Scheid, 2012). Kalsifikasi gigi ini tidak terlepas dari proses metabolisme kalsium. Darah dan cairan interseluler harus mengandung ion kalsium untuk pengendapan dalam jumlah yang cukup. Salah satu faktor yang mempengaruhi penambahan ion tersebut salah satunya adalah asupan kalsium selama proses kalsifikasi berlangsung (Beverlander, 1996). Kebutuhan kalsium

(5)

harus selalu terpenuhi selama proses kalsifikasi gigi masih berlangsung agar proses ini dapat berjalan optimal. Peranan kalsium dalam proses kalsifkasi adalah untuk membentuk enamel dan dentin yang dimulai pada bell stage (Berkovitz dkk, 2009).

Di usia 6 bulan, kalsifikasi gigi desidui yang masih berlangsung adalah gigi insisivus sentral atas, insisivus lateral atas bawah, kaninus atas bawah, molar satu atas bawah, dan molar dua atas bawah serta beberapa gigi permanen (McCall dan Schour, 1944, sit. Scheid, 2012). Pada usia ini, gigi desidui akan mulai erupsi. Gigi yang pertama kali erupsi adalah gigi insisivus sentral bawah. Saat gigi mengalami erupsi, maka pada saat itu pula proses kalsifikasi gigi tersebut telah usai (Almatsier, 2004).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah bagaimanakah pengaruh pemberian ASI terhadap kadar kalsium saliva bayi pada masa ASI eksklusif?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh ASI terhadap kadar kalsium saliva bayi menurut sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jarjou dkk (2012) meneliti mengenai pengaruh ASI terhadap asupan kalsium bayi dengan cara menghitung asupan kalsium bayi yang

(6)

berasal dari ASI yang didapat dari hasil perkalian antara banyaknya asupan ASI (L/hari) dengan konsentrasi kalsium ASI (mg/L).

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air susu ibu terhadap kadar kalsium saliva bayi pada masa ASI eksklusif.

E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian dapat memberikan tambahan informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi anak khususnya pengaruh pemberian ASI terhadap kadar kalsium dalam saliva bayi.

2. Bagi klinisi

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu kedokteran gigi anak khususnya dalam bidang pencegahan, serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat tentang kecukupan kadar kalsium saliva bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi bayi.

Referensi

Dokumen terkait

Relasi ini digunakan apabila terdapat dua atau lebih aktor melakukan hal yang sama (use case yang sama). Use case tersebut kemudian dipisahkan dan dihubungkan dengan

(1) Seksi Pengujian Sarana dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan

Rencana lokasi menara baru yang selanjutnya disebut cell plan baru adalah area dalam radius empat ratus meter (400 meter) dari titik pusat cell plan yang

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Remaja yang memiliki lebih dari satu etnis dengan remaja yang tidak memiliki etnis akan mengalami krisis dalam identitas etnis mereka, hal ini dikarenakan remaja

Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk dapat berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa, dengan fokus pada kegiatan ekonomi utama makanan

[r]

6 Di dalam doktrin ini, menurut Creed, memang akan terlihat bahwa hubungan antara takdir manusia dengan keilahian Yesus adalah sebuah hal yang tidak dapat