• Tidak ada hasil yang ditemukan

A STUDY ON THE INFLUENCE OF BUILDING VARIATIONS ON AGGRADATION AND DEGRADATION OF RIVERBED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A STUDY ON THE INFLUENCE OF BUILDING VARIATIONS ON AGGRADATION AND DEGRADATION OF RIVERBED"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIASI BANGUNAN TERHADAP AGRADASI DAN

DEGRADASI DASAR SUNGAI

A STUDY ON THE INFLUENCE OF BUILDING VARIATIONS ON

AGGRADATION AND DEGRADATION OF RIVERBED

Rafiuddin Rasyid, Saleh Pallu, Mukhsan Putra Hatta

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Alamat Koresponden: Abdul Rafiuddin Rasyid Fakultas Teknik,

Universitas Hasanuddin Makassar 90245

Hp. 081344008658

(2)

Abstrak

Sungai merupakan suatu jaringan yang terbentuk secara alamiah dari sumber air sampai ke muara yang mengaliri daratan atau daerah-daerah permukiman penduduk Sehingga kita harus menjaga kelestarian dan keawetan sungai yang ada, agar air yang ada dapat terjaga kulaitasnya dengan baik. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemasangan bangunan terhadap agradasi dan degradasi yang terjadi di dasar sungai. Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian Eksperimental. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Keairan yang berlokasi di gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin. Data diperoleh dari hasil pengukuran , observasi langsung terhadap obyek penelitian dan dari literatur hasil penelitian sebelumnya tentang perubahan meander yang terjadi pada sungai. Pengambilan sampel dan observasi dilakukan secara periodik sesuai dengan jadwal penelitian dalam jangka waktu tertentu. Hasil analisis memperlihatkan kondisi dasar saluran setelah dialiri. Terlihat pada bagian depan mercu mengalami penggerusan, yang antara lain diakibatkan oleh terhambatnya aliran air oleh mercu, sehingga merubah pola aliran air di mana air yang pada awalnya bergerak konstan mengalami perubahan kecepatan yang tiba-tiba sesaat setelah melewati ambang yang disebabkan oleh adanya beda elevasi yang cukup besar.Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data kecepatan aliran pada beberapa model mercu yang digunakan pada study experimental ini.

Kata kunci: Bendung, agradasi, dan degradasi.

Abstract

River represent a formed network naturally from source water to estuary emiting a stream areas or continent setlement of resident. So that we have to take care of continuity and is durabel of existing river, so that existing water can awake its it him better. This study aims to analyze the effect of building installation on agradasi and degradation that occurs in the riverbed. In this study Experimental research types. The experiment was conducted at the Civil Engineering Laboratory, located in the building flooded Research Activity Center (PKP) Hasanuddin University. Data obtained from measurements, Direct observation of objects from the literature study and the results of previous studies on the changes that occur in the river meanders. Sampel and observation conducted periodically in accordance with the schedule of study within a specified period. The results show the basic condition of the channel after flowing. Visible on the front of the lighthouse suffered crushing, which among other things caused by the inhibition of water flow by the lighthouse, that alter the flow pattern of water where the water is initially moving constantly changing pace abruptly shortly after crossing the threshold caused by the presence of considerable elevation difference.

Keywords : Weir, aggradation, and degradation.

(3)

PENDAHULUAN

Air adalah kekayaan alam yang dikaruniakan oleh Allah SWT sebagai sarana hidup dan kehidupan yang amat penting dan menyangkut hajat seluruh mahluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan yang terdapat di muka bumi ini. Di alam ini, keberadaan air mengikuti suatu siklus hidrologi yaitu gerakan air ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir dan kembali ke laut. Air laut menguap karena adanya radiasi matahari menjadi awan, kemudian awan yang terjadi bergerak di atas daratan karena tertiup angin. Adanya tabrakan antara butiran-butiran akibat desakan angin menyebabkan presipitasi. Presipitasi yang terjadi dapat berupa hujan, salju, hujan es, dan embun.

Negara kita telah mengatur mengenai air yang tertuang pada Undang-Undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004 menyatakan bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar - besar untuk kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Oleh karena itu, maka Negara telah menjamin hak setiap warga/orang untuk mendapatkan air dalam memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air. Sehingga dari itu, penguasaan Negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan / atau Pemerintah Daerah dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat, hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa halnya dengan itu, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip serta aturan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sungai menurut Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 alur atau wadah air alami dan / atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Jadi sungai merupakan suatu jaringan yang terbentuk secara alamiah dari sumber air sampai ke muara yang mengaliri daratan atau daerah-daerah permukiman penduduk. Sehingga kita harus menjaga kelestarian dan keawetan sungai yang ada, agar air yang ada dapat terjaga kulaitasnya dengan baik. Air juga merupakan sumber daya alam yang bersifat permanen jika dikelola secara baik dan efisien. Namun pemanfaatan air dan penggunaan lahan di suatu wilayah dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas air di wilayah tersebut. Pemanfaatan sumber daya air tersebut dapat berupa pembangunan infrastruktur irigasi, air baku, PLTA, industri, dan lain-lain sebagainya. Kebutuhan air akan meningkat baik secara fungsional

(4)

maupun kuantitasnya sebanding dengan parameter waktu yang terus bertambah. Peningkatan tersebut berjalan sesuai dengan berbagai aspek kegiatan di masyarakat baik sosial, ekonomi dan budaya.

Fenomena yang sering kita jumpai pada sungai-sungai yang ada di Indonesia yaitu bentuknya ada yang lurus, berbelok-belok / tikungan (meander), bahkan ada pula yang memutar. Sehingga pada keadaan yang seperti inilah, morfologi sungai mudah berubah-ubah bentuk. Perubahan ini meliputi perubahan arah vertikal berupa agradasi dan degradasi dasar sungai serta perubahan ke arah horisontal berupa penyempitan atau pelebaran alur sungai yang berakibat pada kerusakan tebing sungai serta perpindahan alur sungai. Kejadian tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan air serta bangunan infrastruktur lain yang ada di sekitarnya.

Kerusakan yang biasa terjadi di sekitar bangunan air antara lain gerusan lokal. Yaitu gerusan material dasar sungai di hilir/sekitar bangunan air akibat peningkatan intensitas turbulensi aliran. Hal lain yaitu akibat pengangkutan material dasar sungai oleh aliran tanpa muatan sedimen. Kerusakan lainnya ialah agradasi dan degradasi dasar sungai, dimana agradasi merupakan terjadinya kenaikan dasar sungai pada ruas tertentu, sedangkan degradasi yaitu penurunan dasar sungai di suatu ruas tertentu. Hal ini dapat Diakibatkan karena pasokan angkutan muatan sedimen yang datang dari hulu jauh lebih kecil daripada kemampuan aliran sungai di ruas tersebut untuk mengangkut sedimen, Atau akibat pengambilan material dasar sungai dengan volume yang lebih besar daripada pasokan sedimen yang masuk. Akan tetapi degradasi dasar sungai bisa juga terjadi karena ulah manusia yang mengambil material sungai secara berlebihan.

Salah satu tolak ukur kerusakan Daerah Aliran Sungai adalah besarnya angkutan sedimen di sungai, yang diakibatkan oleh agradasi dan degradasi. Pengelolaan terhadap angkutan sedimen diperlukan mengingat dampak yang ditimbulkan sangat besar terhadap infrastruktur, perubahan penampang sungai di bagian hilir, yang akhirnya dapat berakibat banjir dan terganggunya transportasi air.

Dari gambaran kondisi dan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu penelitian yang menitik beratkan mengenai agradasi dan degradasi yang terjadi pada ruas bagian dasar sungai agar terjadi kelestarian dan keawetan sungai yang ada dan air dapat terjaga kulaitasnya dengan baik. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemasangan bangunan terhadap agradasi dan degradasi yang terjadi di dasar sungai.

(5)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Sumber Data

Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian Eksperimental. Eksperimental yaitu observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) yang secara keseluruhan kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh yang melakukan penelitian atau peneliti, Moh. Nazir, Ph.D (1988). Penelitian dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian yang disertai dengan kontrol agar dapat diketahui adanya hubungan sebab akibat dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa parameter.

Pada penelitian ini digunakan dua sumber data, yaitu (1), data primer, yang didapatkan langsung dari pengamatan pada saat penelitian berlangsung. (2), Data sekunder, yang didapatkan dari literatur dan hasil penelitian sebelumnya tentang perubahan meander yang terjadi pada sungai.

Bahan dan Alat

Pada penelitian pengaruh variasi bangunan terhadap agradasi dan degradasi dasar sungai, dengan menggunakan skala model 1:100 dengan berbagai peralatan sebagai berikut: (1). Bak penampungan air dengan kapasitas 12m3. (2). Peralatan pendukung, seperti gergaji dan alat bantu lainnya yang digunakan untuk merangkai instalasi untuk sirkulasi air. (3). Saluran dengan panjang 20 meter, lebar dasar 0,50 meter dan tinggi 0,40 meter. (4). Pompa sentrifugal berkapasitas 1050 ltr/menit dengan head 16 m dipakai untuk sirkulasi aliran. (5). Rangkaian jaringan pipa PVC 3” yang berfungsi sebagai alat untuk mensuplai air ke dalam saluran penelitian. (6). Stop kran yang terpasang pada bagian-bagian tertentu di jaringan pipa yang berfungsi sebagai pengatur sirkulasi air. (7). Current meter untuk mengukur kecepatan aliran. (8). Mistar ukur untuk mengukur berapa jauh perpindahan/ perubahan meander sungai yang terjadi. (9). Pintu Thompson yang berfungsi untuk mengatur/mengontrol kecepatan aliran permukaan di saluran percobaan. (10). Pintu ukur untuk mengatur debit yang dialirkan. (11). Bak sirkulasi air dengan kapasitas 12m3. (12). Stopwatch yang digunakan untuk mengukur/membatasi waktu . (13). Handycam yang digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan tentang perubahan meander yang terjadi akibat pemasangan bangunan krib serta kegiatan-kegiatan penelitian lainnya sebagai bahan dokumentasi. (14). Kamera digital yang digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan (dalam bentuk foto/gambar) momen-momen penting dalam keseluruhan kegiatan penelitian khususnya tahapan-tahapan dalam proses degradasi dan agradasi yang terjadi selama penelitian. (15). Tabel dan alat tulis. (16). Komputer, printer dan scanner digunakan untuk membantu mengedit dan menganalisis data.

(6)

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Pasir sebagai bahan pembentuk saluran, dengan Kepadatan 1,47 gr/cm3, ukuran butir pasir d50 = 0,47 mm (50% lolos saringan 200). (2). Bangunan krib yang terbuat dari beton dan Baja. (3). Air bersih untuk aliran pada saluran penelitian.

Variabel yang Diteliti

Mengacu pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, tentang variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah proses terjadinya degradasi dan agradasi pada dasar sungai dalam skala ruang dan waktu. Variabel yang akan diteliti Sesuai dengan sasaran penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka variable-variabel yang akan diteliti Sebagai berikut: (1). Kecepatan aliran (V). (2). Tinggi aliran (h). (3). Volume degradasi dan agradasi.

Simulasi Penelitian

Rangkaian simulasi pada penelitian pengaruh variasi bangunan terhadap agradasi dan degradasi dasar sungai ini diklasifikasikan menjadi 2 kelompok parameter, yaitu parameter simulasi dan parameter amatan. Adapun parameter simulasi terdiri dari variasi bangunan, waktu pengaliran (t), dan Debit (Q). Sedangkan parameter amatan yaitu perubahan agradasi dan degradasi pada dasar sungai.

HASIL

Pada table 1, 2 dan 3 memperlihatkan kondisi dasar saluran setelah dialiri. Terlihat pada bagian depan mercu mengalami penggerusan, yang antara lain diakibatkan oleh terhambatnya aliran air oleh mercu, sehingga merubah pola aliran air di mana air yang pada awalnya bergerak konstan mengalami perubahan kecepatan yang tiba-tiba sesaat setelah melewati ambang yang disebabkan oleh adanya beda elevasi yang cukup besar.

Selain pengaruh perubahan pola aliran, penggerusan tersebut juga disebabkan oleh loncatan hidrolik yang besarnya dipengaruhi antara lain oleh dimensi mercu, tinggi jatuh, serta model mercu. Perubahan dasar saluran dapat dianalisis dengan pengukuran kedalaman gerusan disekitar bangunan mercu setelah selesai dilakukan pengaliran dan dilakukan pada bagian depan dan belakang mercu. Dengan adanya ambang, akan terjadi efek pembendungan di sebelah hulu ambang. Efek ini dapat dilihat dari naiknya permukaan. Secara teori naiknya permukaan air ini merupakan gejala alam dari aliran dimana untuk memperoleh aliran air yang stabil, maka air akan mengalir dengan kondisi aliran subkritik, karena aliran jenis ini tidak akan menimbulkan gerusan (erosi) pada permukaan saluran.

(7)

Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan berperilaku sebagai aliran kritik, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi tertentu misalkan dengan adanya terjunan atau kemiringan saluran yang cukup besar , setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku sebagai aliran super kritik.

Berdasarkan dari hasil pengamatan, maka diperoleh data kecepatan aliran pada beberapa model mercu, yaitu model mercu ambang baja, model mercu ambang cembung (beton), dan model mercu ambang rata (beton) yang telah kami gunakan pada study experimental ini.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini terlihat bahwa kecepatan aliran sangat berpengaruh terhadap kedalaman gerusan yang terjadi pada menit – menit awal pengaliran, terjadinya gerusan dipengaruhi oleh model mercu pelimpah, keberadaan mercu mengakibatkan adanya sedimen yang tertahan dihulu dan model ambang pelimpah dapat mengatur lompatan hidrolik yang dapat mempengaruhi penyebaran sedimen di bawah ambang.

Degradasi dasar sungai dan penanggulangan untuk pengamanan bangunan sungai. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kecendrungan perubahan dasar sungai dan tebing sungai sebagai akibat terjadinya perubahan keepatan aliran, perubahan debit, serta angkutan sedimen pada sungai Cipeleang dan kali Dengkeng dengan membuat pelindung tebing berupa krib, yang merupakan bangunan menonjol ke dalam alur sungai, (Puspitarini, Dkk. 2007). Kajian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui metode dokumentasi dan observasi serta analisis dengan pendekatan menggunakan persamaan Schocklitch, dan persamaan-persamaaan Meyer-Peter-Muller untuk data sekunder yang didapat dari instansi terkait dengan pengelolaan seungai bersangkutan, (Supriyadi, Dkk. 2007).

Krib impermeabel sebagai pelindung pada belokan sungai. Dalam studi ini, perencanaan krib didasarkan pada pengaliran debit dominan hasil limpasan bendung Sengkaling sebesar 2,5 m3/det, (Makrup, L. 2001). Didapatkan jenis krib impermeabel dengan arah pemasangan 15° condong ke hulu. Dimensi krib yang yang sesuai adalah panjang dan berkisar antara 1,3 – 2,3 m, lebar sebesar o,635 m, tinggi berkisar 0,6 – 1,8 m, dan jarak pemasangan krib antara 2,4 – 4 m. Dari penelitian ini didapatkan fluktuasi debit aliran dan kombinasi dengan konsolidasi pondasi untuk mendapatkan alternatif pemakaian krib yang tepat, (Mulyanto, H.R. 2007).

Pemasangan krib pada belokan sungai untuk keseimbangan dasar sungai dengan baik dan konstruksi bendung konsolidasi. Dengan tujuan untuk menganalisis kemiringan rata-rata

(8)

yang terjadi tiap section dan kedalaman gerusan maksimum yang terjadi terhadap pengaruh penempatan bendung konsolidasi, (Darsono, S. 1994).

Sungai merupakan jalur aliran air diatas permukaan bumi yang disamping mengalirkan air juga mengangkut sedimen yang terkandung dalam air sungai tersebut. Akan tetapi disamping fungsinya sebagai saluran drainase, dan dengan adanya air yang mengalir didalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa eksistensinya dan terbentuk lembah sungai, (Achmadi,T. 2001). Volume sedimen yang sangat besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing. Tebing sungai di daerah pegunungan kemiringan sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar. Tetapi setelah aliran sungai mencapai dataran, maka gaya tariknya sangat menurun. Dengan demikian beban yang terdapat dalam arus sungai berangsur-angsur diendapkan. Karena itu ukuran butir sedimen yang mengendap di bagian hulu, sungai itu lebih besar dari pada di bagian hilir (Sosrodarsono dkk., 1984).

Dengan terjadinya perubahan kemiringan yang mendadak pada saat alur sungai keluar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran yang lebih landai, pada lokasi ini terjadi pengendapan yang sangat intensif yang menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan terbentuk apa yang disebut kipas pengendapan, (Aisyah, S. 2010). Pada lokasi tersebut sungai bertambah lebar dan dangkal, erosi dasar sungai tidak lagi terjadi, bahkan sebaliknya terjadi pengendapan yang sangat intensif. Dasar sungai secara terusmenerus naik, dan sedimen yang hanyut terbawa arus banjir tersebut dan mengendap secara luas membentuk dataran aluvasi, (Ariyanto. 2009). Pada daerah dataran yang rata alur sungai erosi terjadi pada tebing bagian luar belokan yang berlangsung sangat intensif, sehingga terbentuklah meander. Dalam keadaan tersebut apabila terjadi debit banjir yang besar dapat menimbulkan luapan dan tergerusnya dinding bagian luar belokan sungai (Sosrodarsono dkk., 1984).

Menurut Yuwono (1994), konsep dasar pemodelan dengan bantuan skala model adalah membentuk kembali masalah atau fenomena yang ada di prototipe dalam skala yang lebih kecil, sehingga fenomena yang terjadi di model akan sebangun (mirip) dengan yang ada di prototipe.

Menurut Triatmodjo (2003), Hubungan antara model dan prototip dipengaruhi oleh hokum-hukum sifat sebangun hidraulik. Sifat sebangun ini terbagi atas sebangun geometric, sebangun kinematik dan sebangun dinamik.

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Beberapa kesimpulan utama yang dapat ditarik dari hasil pengujian ini adalah kecepatan aliran sangat berpengaruh terhadap kedalaman gerusan yang terjadi pada menit – menit awal pengaliran, terjadinya gerusan dipengaruhi oleh model mercu pelimpah, keberadaan mercu mengakibatkan adanya sedimen yang tertahan dihulu dan model ambang pelimpah dapat mengatur lompatan hidrolik yang dapat mempengaruhi penyebaran sedimen di bawah ambang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai besarnya sudut datang arah aliran, dimensi mercu serta variasi antara model dasar saluran untuk meningkatkan keakuratan pengamatan serta pengambilan data yang lebih cermat, diperlukan peralatan ukur digital dengan pembacaan sampai empat digit dibelakang koma.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,T. (2001). Model Hidraulik Gerusan pada Pilar Jembatan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Aisyah, S. (2010). Pola Gerusan Lokal diberbagai Bentuk Pilar Akibat Adanya Variasi Debit. Tugas Akhir. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Ariyanto. (2009). Analisis Bentuk Pilar Jembatan Terhadap Potensi Gerusan Lokal, Jurnal Teknik Sipil (http://googlee. diakses 8 Pebruari 2011).

Cahyono Ikhsan, Dkk. 2008. Analisis Susunan Tirai Optimal Sebagai Proteksi Pada Pilar Jembatan Dari Gerusan Lokal Jurnal Teknik Sipil, UGM Yogyakarta, (http://googlee, diakses 8 Pebruaria 2011).

Darsono, S. (1994). Pengendalian Erosi Untuk Mengatasi Angkutan Sedimen yang Berlebihan Pada Sungai, Jurnal (http://googlee, diakses 8 Pebruaria 2011).

Makrup, L. (2001). Dasar-dasar analisis aliran di sungai dan muara, Cetakan pertama, UII Press, Yogyakarta.

Mulyanto, H.R. (2007). Sungai, Fungsi Dan Sifat-Sifatnya, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Puspitarini, Dkk. (2007). Model Pengendalian Gerusan Lokal Akibat Aliran Superkritik Di Hilir Pintu Air Jurnal Teknik Sipil, UGM Yogyakarta, (http://googlee, diakses 8 Pebruari 2011).

Sosrodarsono, T. (1984). Perbaikan dan Pengaturan Sungai, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Supriyadi, Dkk. (2007). Tingkat Efektifitas Penanganan Gerusan Pada Pilar Silinder Dengan

Tirai Dan Plat Jurnal Teknik Sipil, (http://googlee, diakses 8 Pebruari 2011). Triatmodjo, B. (2003). Hidraulika II, Beta Offset, Yogyakarta.

Yuwono, N. (1994). Perencanaan Model Hidraulik, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, UGM, Yogyakarta.

(11)

LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil pengamatan model mercu ambang baja

No. Titik Pengukuran

Bukaan 45° ; 30 Menit Bukaan 45° ; 60 Menit Bukaan 60° ; 30 Menit Bukaan 60° ; 60 Menit Bukaan 75° ; 30 Menit Bukaan 75° ; 60 Menit Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan

Hulu 1 P1 9.3 9.3 9.3 9 9 9.2 9.9 10 9.9 9.6 9.6 9.6 10.3 10.2 10.2 10.5 10.5 10.3 2 P6 9.9 9.8 9.6 9.8 9.6 9.4 10.7 10.6 10.4 10.4 10.2 10 10.9 10.8 10.7 11 11 10.8 3 P11 9.8 9.8 9.6 9.8 9.6 9.5 10.6 10.4 10.3 10.4 10 10 10.7 10.4 10.2 11 10.8 10.5 Tengah 4 P16 9.8 9.8 9.8 10 9.9 9.8 10.6 10.6 10.6 10.3 10.2 10.2 10.9 10.8 10.7 11 11 11 5 P21 10.1 10.1 10 10.2 10 10 11 11 10.7 10.4 10.5 10.3 11.1 10.9 10.8 11.4 11.3 11.1 6 P26 10.6 10.7 10.7 10.4 10.6 10.6 11.2 11.3 11.4 11 11 11 11.4 11.4 11.4 11.6 11.8 11.8 7 P31 11.8 11.6 12 11.9 11.9 11 12 12 12 12 11.9 12 11.9 11.8 12 11.3 11 12.4 Ambang 8 Tengah 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 4.5 4.5 4.5 4 4 4 4.7 4.7 4.7 4.5 4.5 4.5 9 Kiri 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 6.5 6.5 6.5 6 6 6 6.2 6.2 6.2 7 7 7 10 Kanan 8 8 8 9 9 9 9.7 9.7 9.7 10 10 10 10 10 10 10.8 10.8 10.8 Hilir 11 P33 30 31 29 32 32.3 31.7 32.5 32.5 33 32 32.5 32 31 31.2 30.5 32.5 34 31.5 12 P37 3.7 3.7 4 32 3.8 4 4.5 4.5 4.7 4.5 4 4.5 4.5 4.5 4.2 5.2 5 5.5 13 P42 3.6 3 3.5 32 3 3.5 3.5 2.5 3.7 3.5 3.5 4 4 4.2 4 4.5 4.5 5 14 P47 3.5 3 3 32 3.5 3.5 4 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 4 4.2 4.2 4.5 4.3 4.5

(12)

Tabel 2. Hasil pengamatan model mercu ambang cembung (beton)

No.

Titik Pengukur

an

Bukaan 45° ; 30 Menit Bukaan 45° ; 60 Menit Bukaan 60° ; 30 Menit Bukaan 60° ; 60 Menit Bukaan 75° ; 30 Menit Bukaan 75° ; 60 Menit Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan

Hulu 1 P1 9.5 9.1 9.7 9.6 9.6 9.4 9.8 9.9 9.5 9.6 10 9.8 10.1 10.9 10.7 9.6 10.1 10 2 P6 9.7 9.4 9.4 10 10 9.9 10.2 10.3 10.1 10.5 10.4 10.5 11.3 11.2 11.2 10.9 10.5 10.5 3 P11 10 9.5 9.3 9.9 9.6 9.2 10.6 10.3 10.1 10.4 10.6 9.8 11 10.9 10.5 10.5 10.1 9.8 Tengah 4 P16 9.2 9.6 9.7 10 9.7 9.4 10.7 10.2 10.5 10.6 10.4 10.3 11.4 11.2 11 10.6 10.2 10.6 5 P21 9.5 10.2 10.2 10.3 10 10 10.9 10.8 10.5 10.9 10.5 10.5 11.4 11.1 11.1 10.5 10.4 10.3 6 P26 10.9 10.9 11.1 10.6 10.7 10.9 11.3 11.2 11.6 19.4 11.2 11.3 11.8 11.8 12 11 10.9 11.4 7 P31 11.1 11.2 11.9 10.9 11.1 10.5 11.4 11.3 12 11.5 11.6 12 11.9 12 12.3 11.4 11.4 11.9 Ambang 8 Tengah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.5 3.6 3.5 9 Kiri 2.3 2.3 2.3 2 2.2 2 2.5 3 2.5 2.5 3 2.5 2.1 2.7 2.1 3 3 3 10 Kanan 2.5 2.5 2.5 2.2 2.2 2.2 2.5 3 2.5 3 3 3.8 2 2.3 2 2 2 2 Hilir 11 P33 25.5 24 24.5 24 23.5 23.5 24.3 25.6 26 30 29 30 30 28 30 30 28 30 12 P37 6 6 4.5 8 6.5 6 8.9 8.5 8.5 6.5 7 10 7 7 12 4.5 4.5 8.5 13 P42 4.5 3.5 4 6.5 4 4.5 7.5 4.5 5 5 5 5 5.2 4.9 5 4.5 4 4.5 14 P47 4 4 4 4.5 4 4 4.6 4.9 4.7 5 4.2 4.5 5.5 4.5 4.5 4 3.5 4.2

(13)

Tabel 3. Hasil pengamatan model mercu ambang rata (beton)

No. Titik Pengukuran

Bukaan 45° ; 30 Menit Bukaan 45° ; 60 Menit Bukaan 60° ; 30 Menit Bukaan 60° ; 60 Menit Bukaan 75° ; 30 Menit Bukaan 75° ; 60 Menit Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Tinggi muka air ( cm ) Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan

Hulu 1 P1 8 8 8 9.9 10 9.5 11.9 10.9 11 10.4 10.6 10.5 10.6 10.6 10.7 10.4 10.5 10.4 2 P6 8 8.5 8 10.3 10.3 10.2 11.8 11 10.8 11.5 10.8 10.8 12 10.9 11 10.5 10.5 10.3 3 P11 8.5 8.5 8.5 10.4 10.3 9.5 11 10.6 10.5 11 10.8 10.6 11.1 11 10.8 11.1 10.5 10.1 Tengah 4 P16 9 9 9 10.5 10.4 10.5 10.9 10.9 11 11.2 10.9 11 11.5 11 10.9 11 10.6 10.4 5 P21 10 10.5 10 10.5 10.4 10.5 11 11 11.1 11.2 11.3 11 11.5 11.5 11.6 11.2 11 10.9 6 P26 10.5 10.5 10.5 11.5 11.5 11.6 12 12 12.1 12.1 12 12.5 12.1 12.1 12.4 11.6 11.5 12 7 P31 11 11.5 11 12 12 12.5 12.1 12.9 13.5 12.8 12.5 12.3 12.5 12.8 13 12 12.3 12.5 Ambang 8 Tengah 4 4 4 4 4.2 4 4.5 4.5 4.3 4.5 5 4.5 5.4 5.4 5.2 5 5 5 9 Kiri 4 4 4 4 4 4 4 4.5 4.5 4 5 4.5 5.5 6 5.7 4 5 4 10 Kanan 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 5.3 5.3 5.3 6 6 5 6.2 6 5 5 5.5 5 Hilir 11 P33 24 25 23.8 24.2 25.2 24 24.5 25.5 24.7 25 26 25 25.5 24.8 25.5 25 27 25 12 P37 4 4 4 4 5 4 6.5 6.8 6.5 6.7 7.6 6.5 6 6.8 5.5 7.5 7 7.5 13 P42 4.5 4.5 4.5 4.5 3 4.5 4.3 4 4 4 4.5 4.5 5 5.5 5 4.5 4.5 5 14 P47 4 4 4 4 3.5 5 4.5 4.5 4.5 5.4 5.4 5.5 5.5 5.5 5.5 4.5 4.5 4.5

Gambar

Tabel 1. Hasil pengamatan model mercu ambang baja
Tabel 2. Hasil pengamatan model mercu ambang cembung (beton)
Tabel 3. Hasil pengamatan model mercu ambang rata (beton)

Referensi

Dokumen terkait

Pada matakuliah keterampilan berbicara baik tingkat dasar maupun tingkat lanjut mahasiswa diharapkan mampu mengungkapkan ide/pikiran/pendapat secara lisan dalam bahasa

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah, serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda pada kemampuan komunikasi matematis

Untuk itu diperlukan alarm untuk keperluan yang waktunya tidak terlalu lama dan dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari dirumah juga sebagai alternatif lain dari alarm-alarm

Kenaikan jumlah penduduk juga diimbangi dengan kenaikan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) setiap tahunnya. Peningkatan tersebut tidak lepas dari peran

[r]

Analisis respon temperatur bahan bakar TRIGA 2000 Bandung pasca LOCA ini dilakukan mengikuti ketentuan teoritis bahwa perpindahan panas dari pusat bahan bakar sampai dengan

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas