commit to user
VI-1 BAB VI
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WAHANA WISATA KULINER SOLO DI SOLO BARU DENGAN PENDEKATAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN
Konsep Perencanaan dan Perancangan merupakan tahap penjabaran dari hasil olah data dan informasi yang telah ada pada bab-bab sebelumnya. Kemudian bagian inilah yang menjadi akhir dari penulisan konsep perencanaan dan perancangan desain yang dimaksud.
VI.1. KONSEP PERENCANAAN (Building Performance Concept)
Dengan
Pendekatan n di bahasan
sebelumnya maka dapat dirumuskan dalam beberapa bagian tema. Tema-tema tersebut mencakup berbagai persoalan yang ada, yaitu :
a. Bagaimana mengolah site Wahana Wisata Kuliner dengan pendekatan konsep ramah lingkungan?
b. Bagaimana merancang tampilan bangunan Wahana Wisata Kuliner yang disesuaikan dengan sosial dan budaya?
c. Bagaimana menentukan sistem struktur yang sesuai sosial dan budaya serta tidak menggunakan produk fabrikasi yang berlebihan?
d. Bagaimana menentukan sistem utilitas yang sesuai konsep ramah lingkungan yaitu dengan melakukan pengolahan air hujan, air kotor dan sampah sebelum menuju pembuangan akhirnya?
e. Bagaimana menentukan pemilihan material pada bangunan dengan mengutamakan material yang ramah lingkungan?
Dalam konsep yang disusun ini prioritas permasalahan yang utama adalah Konsep Perencanaan dan Perancangan Wahana Wisata Kuliner Solo di Solo Baru dengan Pendekatan Konsep Ramah Lingkungan
commit to user
VI-2 Elemen-elemen dan isu-isu arsitektural tersebut merupakan sebuah rangkuman permasalahan dan persoalan yang muncul dari latar belakang masalah dan visi-misi Wahana Wisata Kuliner Solo di Solo Baru dengan Pendekatan Konsep Ramah Lingkungan.
Selanjutnya, prioritas persoalan dilanjutkan kedalam perwadahan ruang yang dibutuhkan untuk memenuhi kriteria-kriteria perancangan agar persoalan-persoalan sebelumnya di atas dapat diimplementasikan dalam ruang arsitektur yang terencana dan terbina melalui sistem yang akan dilaksanakan nantinya. Maka konsep Perencanaan Wahana Wisata Kuliner Solo di Solo Baru dengan Pendekatan Konsep Ramah Lingkungan adalah bagaimana perwujudan dari peranan konsep ramah lingkungan dalam perancangan konsep rancangan bangunan yang menekan pada suatu kesadaran dan keberanian sikap untuk memutuskan konsep rancangan bangunan yang menghargai pentingnya akan lingkungan di sekitarnya. Konsep rancangan arsitektur seperti ini diharapkan mampu meminimalisir dampak buruk dari keberadaan bangunan (lingkungan binaan) terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. Dampak diminimalkan mulai dari proses desain, konstruksi atau pembangunan, penghunian sampai perawatannya.
VI.2. KONSEP PERANCANGAN (Konsep Programatik Perancangan : Program dan Kriteria Perancangan)
VI.2.1. Konsep Peruangan a. Pelaku kegiatan
1) Pengelola Kios Kuliner 2) Pengelola Toko
3) Koki 4) Pelayan 5) Tamu
commit to user
VI-3 7) Pramuniaga 8) Direktur 9) Wakil Direktur 10) General Manager11) Assistant General Manage 12) Manager Administrasi 13) Kepala Bagian 14) Sekretaris 15) Staff 16) Bagian Marketing 17) Bagian Promosi 18) Bagian Accounting 19) Security 20) Office Boy 21) Driver b. Kelompok Kegiatan
1) Kelompok Kegiatan Utama (kuliner, belanja seperti souvenir, oleh-oleh khas, buku dan majalah memasak, perkakas dapur dan bumbu memasak) 2) Kelompok Kegiatan Pengelola
3) Kelompok Kegiatan Penunjang 4) Kelompok Kegiatan Servis
c. Kebutuhan Ruang
Dari kebutuhan ruang yang didapatkan berdasarkan kegiatan yang. dilakukan oleh user, kemudian ruang dikelompokan berdasarkan kesamaan sifat kegiatan
Tabel VI.1 : Kebutuhan Ruang
Zona Peruangan Nama Ruang
commit to user
VI-4 - Hall
- Information Desk Kelompok Pengelola - R. General Manager
- R. Assistant General Manager - R. Sekretaris General Manager - R. Manager Dept.
- R. Kabag Personal Dept. - R. Kabag Operational Dept.
- R. Kabag Marketing Promotion Dept - R. Staff - R. Rapat - R. Sholat / Ibadah - Loker - R. Wudhu - Toilet - Gudang Kelompok Penjualan - Kios Kuliner
- Kios kuliner dengan dapur - Toko Souvenir
- Toko Oleh-Oleh khas Soloraya - Toko Buku dan Majalah Memasak - Toko Perkakas Dapur
- Toko Bumbu Masak Kelompok Penunjang - R. Sholat
- R. Wudhu - Teras Mushola - ATM
- Area Bermain Anak Kelompok Keamanan - Pos Jaga Keamanan
commit to user
VI-5 Kelompok Servis - Loading Dock
- Gudang Maintenance - Ruang Genset - Ruang Trafo - Ruang Pompa - Ruang Panel - Ruang Mekanikal - Toilet Umum Kelompok Parkir - Parkir Bus
- Parkir Truk - Mobil Pribadi - Motor Pribadi Kelompok Outdoor - Taman (ruang hijau)
- Gazebo Utama - Gazebo - Meja Payung
- Area Lesehan Outdoor
Sumber : Cahyani, 2014
d. Total kebutuhan ruang = 4717,732 m2
Penghijauan dan area outdoor = 9685,741 m2 Sirkulasi 50%, total kebutuhan site = 21605,173 m2
VI.2.2. Konsep Pengolahan Site a. Lokasi dan Site Terpilih
Lokasi site terpilih terletak di Jalan Ir. Soekarno, Solo Baru, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Lokasi diasumsikan ditunjuk oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sukoharjo kepada pihak swasta yang
commit to user
VI-6 ingin membuat dan mengelola suatu tempat kuliner yang mengangkat potensi kuliner lokal yang ada di sekitarnya.
Gambar VI.1 : Site Terpilih
Sumber : Google Maps dan Dokumentasi Cahyani, 2013
Keterangan Gambar :
Utara : Pemukiman Timur : Persawahan Selatan : Persawahan
commit to user
VI-7
Selatan : Jln Arah Skh-Baki Selatan : Bangunan Solo Sehat Barat : Kawasan Ruko
(D) (E) (F)
Barat : Patung Kuda Putih Barat : Jl. Ir. Soekarno
(G) (H)
1) Batas-batas Site
Luas site : 14.736 m2 Utara : Pemukiman
Selatan : Solo Sehat, Persawahan dan Jl. Arah Sukoharjo- Baki Barat : Jl. Ir. Soekarno, Kawasan Ruko dan Patung Kuda Putih Timur : Persawahan
2) Hasil Analisis Terhadap Peraturan Pemerintah Daerah
GSB (Garis Sempadan Bangunan), setengah lebar jalan, lebar jalan dari site adalah 22 m, maka GSB adalah x 22 m = 11 m.
b. Hasil Analisis Pencapaian
Dalam menganalisis pencapaian terhadap site diperlukan pertimbangan-pertimbangan dasar tentang sirkulasi kegiatan user, jalur kendaraan menuju site dan kapasitas kendaraan. Berikut adalah hasil dari analisis pencapaian.
commit to user
VI-8
Gambar VI.2 : Hasil Analisis Pencapaian Sumber : Cahyani, 2014
Hasil :
ME (Main Entrance) ditujukan untuk jalur keluar-masuk bagi pengunjung dan sebagian pengelola Wahana Wisata Kuliner sehingga keamanan lebih terjaga. Sedangkan SE digunakan untuk jalur keluar-masuk bagi karyawan, kendaraan servis dan sirkulasi loading unloading sehingga tidak mengganggu sirkulasi pengunjung.
commit to user
VI-9 Salah satu potensi site adalah keberadaan view-view menarik di sekitar lokasi dan potensial untuk diekspose sebagai daya tarik dari site dan berikut adalah hasil analisis terhadap view-view tersebut.
Gambar VI.3 : Hasil Analisis View
Sumber : Google Maps dan Dokumentasi Cahyani, 2013
Keterangan Gambar :
Dinding Pemukiman Persawahan
commit to user
VI-10
Persawahan Jl. Skh-Baki Dinding bangunan Solo Sehat
(C) (D) (E)
Kawasan Ruko Patung Kuda Putih Jl. Ir. Soekarno
(F) (G) (H)
Hasil :
View yang ada di sekitar lokasi kurang menarik yaitu berupa hamparan persawahan pada sisi timur dan selatan. Sehingga zona kegiatan yang membutuhkan view bagus, orientasi bukaan untuk view akan diarahkan ke dalam site dengan pengolahan taman di bagian tengah massa bangunannya. Begitu juga untuk beberapa massa bangunan yang orientasi bukaannya menghadap barat dan utara maka perlu dibuat taman dan kolam sebagai view.
d. Hasil Analisis Klimatologi
Analisis klimatologi bertujuan untuk mendapatkan konsep kenyamanan kondisi ruang berdasarkan respon terhadap kondisi iklim yang ada. Dasar pertimbangan dari analisis klimatologi adalah berupa sinar matahari dan arah angin akan berpengaruh terhadap penyinaran alami pada siang hari dan penghawaan alami. Dan berikut adalah gambar analisis terhadap iklim.
commit to user
VI-11
Gambar VI.4 : Hasil Analisis Klimatologi (Matahari dan Angin) Sumber : Google Maps dan Dokumentasi Cahyani, 2013
Hasil :
1) Peletakan bukaan disesuaikan kebutuhan pencahayaan dan penghawaan alami serta pemilihan material ramah lingkungan yang dapat mengurangi kesilauan.
2) Pengadaan vegetasi sebagai barier sinar matahari ataupun angin yang merugikan bangunan dan kegiatan yang ada di dalamnya.
e. Hasil Analisis Tata Lanskap
Analisis tata lanskap bertujuan untuk memperoleh suasana lanskap pada Wahana Wisata Kuliner dengan memanfaatkan potensi site serta mendukung keberadaan site.
Hasil :
Untuk memperoleh tata lanskap yang dapat berfungsi secara maksimal maka langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Memilih jenis tanaman yang sesuai dengan iklim pada site dan masing-masing tanaman memiliki fungsi terhadap bangunan.
2) Mengurangi keberadaan perkerasan agar tidak dominan atau terlalu banyak memakan area hijau. Selain itu, hendaknya digunakan perkerasan yang jenisnya mampu melewatkan air sehingga air dapat terserap ke dalam tanah seperti paving grass.
3) Pengadaan elemen air pada tata lanskap untuk membantu terciptanya iklim mikro dan menambah nilai estetika lanskap.
commit to user
VI-12 5) Tata lanskap / ruang terbuka dibuat mengelilingi bangunan agar memberikan kesempatan pada bangunan untuk menerima aliran udara dari lebih banyak arah.
VI.2.3. Konsep Bentuk dan Gubahan Massa a. Hasil Analisis Tatanan Massa
Dari beberapa pertimbangan analisis tatanan massa yang dilakukan sebelumnya pada bab analisis diperoleh tatanan massa yang sesuai untuk Wahana Wisata Kuliner adalah tatanan massa dengan komposisi cluster.
b. Hasil Analisis Respon Bentuk Terhadap Pencahayaan
Kriteria bentuk bangunan yang adaptif terhadap sinar matahari berdasarkan prinsip bangunan ramah lingkungan adalah sebagai berikut:
1) Mampu mengalirkan cahaya alami kedalam ruangan secara optimal sehingga mampu mengurangi pemakaian lampu dan listrik.
2) Bentuk bangunan mampu mengurangi efek negatif yang dihasilkan dari pencahayaan alami yaitu panas yang muncul dan efek silau yang ditimbulkan.
3) Di daerah iklim tropika perlu suatu perlindungan terhadap bangunan agar cahaya yang terpancar secara langsung atau tidak langsung perlu suatu lubang yang bertujuan agar sinar menyebar keseluruh ruangan.
4) Untuk fasade bangunan yang terbuka menghadap ke utara atau ke selatan diletakkan agar tidak terkena sinar radiasi langsung, sehingga tidak menimbulkan pertambahan panas yang tinggi.
Hasil :
Dari analisis yang dilakukan sebelumnya didapatkan beberapa hasil dan kesimpulan yaitu:
commit to user
VI-13 1) Menambah barrier untuk menghindari cahaya langsung yang terkena
bangunan.
2) Mengoptimalkan bukaan pada sudut cahaya pagi hari
3) Mencegah cahaya matahari siang dan sore secara langsung masuk kedalam bangunan, melainkan dengan memantulkannya melalui kolam dan skylight.
4) Orientasi terbaik bangunan adalah pada arah timur-barat dengan tujuan untuk mengoptimalkan pencahayaan alami. Sedangkan bukaan diarahkan pada arah utara-selatan untuk memperoleh penghawaan secara optimal.
c. Hasil Analisis Respon Bentuk Terhadap Angin
Untuk menciptakan suatu bentuk bangunan yang kokoh dan mampu memberi kenyamanan terhadap penghuninya sebagai respon dari efek yang ditimbulkan oleh angin. Berikut adalah kriteria yang harus dipenuhi :
1) Mampu mengalirkan udara dan angin dengan baik.
2) Mampu mengontrol udara masuk dan keluar dengan baik untuk kenyamanan pengguna ruang.
Hasil :
Mengatur tata letak antar massa bangunan agar udara dapat mengalir secara merata.
d. Hasil Penerapan Analisis Bentuk dan Gubahan Massa Pada Desain
Gubahan massa segiempat dengan pengembangan bentuk transformasinya adalah bentuk dasar yang terpilih berikut penjelasannya:
1) Massa 1 merupakan massa bangunan penerimaan. Massa tersebut terdiri dari kanopi, ruang hall / lobby dan information desk. Bangunan menghadap ke arah jalan utama yaitu Jalan Ir. Soekarno dengan diberi gapura untuk memperjelas agar terlihat bahwa massa bangunan tersebut sebagai area masuk utama menuju fasilitas kegiatan kuliner.
commit to user
VI-14
Gambar VI.5 : Analisis Gubahan Massa Bangunan Penerimaan Sumber : Cahyani, 2014
2) Massa 2 merupakan massa bangunan pengelolaan. Adapun ruang pengelola pusat meliputi ruang general manager, ruang assistant general manager, ruang sekretaris general manager, ruang kabag operational department, kabag personal department, kabag marketing & promotion department, ruang kabag marketing & promotion department, ruang manager department, ruang staff, ruang rapat, ruang ibadah, ruang wudhu, loker, gudang dan toilet. Bangunan terdiri dari satu lantai, bentuk bangunan memanjang (jajar ganda) pada arah timur-barat dengan tujuan untuk pengoptimalan pencahayaan alami. Sedangkan bukaan diarahkan pada arah utara-selatan untuk memperoleh penghawaan secara optimal.
Gambar VI.6 : Analisis Gubahan Massa Bangunan Pengelola Sumber : Cahyani, 2014
3) Massa 3 merupakan massa bangunan penjualan dan area untuk menikmati kuliner seperti gazebo. Massa penjualan meliputi ruang penjualan kuliner, ruang penjualan souvenir, ruang penjualan oleh-oleh khas, ruang penjualan
commit to user
VI-15 buku dan majalah memasak, ruang penjualan perkakas dapur dan ruang penjualan bumbu masak.
Gambar VI.7 : Analisis Gubahan Massa Bangunan Penjualan Sumber : Cahyani, 2014
commit to user
VI-16
Gambar VI.8 : Analisis Gubahan Massa Gazebo Sumber : Cahyani, 2014
4) Massa 4 merupakan massa bangunan servis. Orientasi atap bangunan juga diarahkan menuju timur-barat dengan tujuan panel surya yang dipasang pada atap mendapat suplai cahaya matahari yang maksimal untuk menghasilkan energi. Dalam bangunan akan digunakan sebagai ruang genset, ruang penyimpanan energi listrik dari panel surya, pompa air dan utilitas lainnya.
5)
Gambar VI.9 : Analisis Gubahan Massa Bangunan Servis Sumber : Cahyani, 2014
VI.2.4. Konsep Struktur
Tujuan dari analisis pendekatan konsep struktur adalah untuk menentukan konsep struktur bangunan yang kuat dan ramah terhadap lingkungan baik dalam pemilihan jenis material maupun dalam hal pemasangan.
Struktur bangunan adalah susunan kegiatan yang dibutuhkan untuk membangun, memelihara dan membongkar suatu bangunan. Yang berarti bahan
commit to user
VI-17 bangunan, sistem penggunaan (produksi dan pemasangan) dan teknik serta konstruksi bangunan harus memenuhi tuntunan ramah lingkungan. Sehingga nilai kualitas struktur digolongkan menjadi :
a. Fungsi : antara bentuk, lingkungan dan bangunan. b. Integralistik dengan alam.
c. Kesinambungan pada struktur : hubungan antara masa pakai bahan bangunan dengan struktur bangunan.
Dasar pertimbangan dalam menentukan konsep struktur adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan struktur yang memiliki tingkat pencemaran alam rendah. b. Mudah dalam pemasangannya dan tidak menyebabkan pencemaran atau
kerusakan yang fatal terhadap lingkungan.
c. Bangunan dapat berdiri kokoh dengan ketinggian 1 lantai. d. Pemenuhan syarat dasar sistem struktur antara lain :
1) Stabilitas : terhindar dari resiko roboh.
2) Kekuatan : terjamin hubungan antar daya dukungnya.
3) Kegunaan : struktur yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pemakai.
4) Estetika : struktur tersebut memiliki nilai estetis dan dapat menampilkan konsep ramah lingkungan.
a. Hasil Analisis Pendekatan Konsep Sub-Structure
Sub-structure merupakan bagian bangunan yang terdapat di dalam tanah
dan berfungsi menyalurkan beban pada bangunan menuju tanah. Dasar pertimbangan jika akan menggunakan sub-structure adalah :
1) Ketinggian bangunan yaitu 1 lantai.
2) Mengurangi penurunan bangunan dan menghindari pergeseran pada lapisan tanah teratas.
3) Jenis tanah pada site.
commit to user
VI-18 Hasil :
Mengingat bahan material struktur dan konstruksi yang akan digunakan pada bangunan Wahana Wisata Kuliner yang direncanakan adalah material bambu untuk beberapa massa bangunannya, maka dipilihlah pondasi umpak sebagai alternatif sub-structure. Disini bambu tidak dimasukkan ke tanah tetapi hanya ditaruh diatas umpak, diikat dengan struktur besi kaki ayam di dalam umpak sebab bambu tidak boleh terkena air tanah maupun air hujan. Selain menggunakan pondasi umpak, pada Wahana Wisata Kuliner ini juga menggunakan pondasi batu kali untuk beberapa massa bangunannya. Pondasi batu kali dipilih karena bangunan yang direncanakan hanya terdiri dari satu lantai, kondisi tanah aslinya baik dan batu kali mudah didapatkan di daerah tersebut.
b. Hasil Analisis Pendekatan Konsep Supper-Structure
Untuk mendapatkan supper-structure yang sesuai dengan desain dan karakteristik site maka diperlukan kriteria-kriteria sebagai berikut :
1) Kekuatan dan kekakuan struktur, mampu menahan beban dari atap untuk disalurkan ke pondasi dan tanah.
2) Efisiensi, yaitu efisiensi dalam penyaluran beban pelaksanaan, penggunaan bahan dan pembiayaan.
3) Fleksibilitas, yaitu dapat dikombinasikan dengan jenis struktur lain, dapat memenuhi bentuk dan karakter yang dikehendaki.
4) Ekonomis, nilai ekonomis struktur ditinjau dari pembiayaan bahan, ekonomis penggunaan ruang dan ekonomis dalam pemeliharaan.
5) Estetis, sistem struktur yang digunakan tidak mengurangi keindahan pada penampilan interior dan eksterior bangunan.
Hasil :
Berdasarkan analisis dan kelebihan serta kekurangan yang telah dijelaskan sebelumnya maka struktur rangka dipilih sebagai alternatif supper-structure.
commit to user
VI-19 Untuk mendapatkan upper-structure yang sesuai dengan desain dan karakteristik site maka diperlukan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Mampu menahan beban statis maupun beban dinamis. 2) Sesuai dengan desain bangunan.
3) Sesuai dengan karakteristik lokasi.
4) Mampu dikombinasikan dengan jenis struktur lain. Hasil :
Berdasarkan analisis dan kriteria-kriteria yang telah dijelaskan maka struktur rangka atap dengan bahan bambu dan baja ringan dipilih sebagai alternatif upper-structure.
VI.2.5. Konsep Material
Adapun kriteria bahan bangunan yang ramah lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali seperti kayu, bambu dan rotan.
b. Bahan bangunan yang dapat digunakan kembali seperti tanah, pasir dan kapur. c. Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana
seperti batu bata dan genting tanah liat. Hasil :
a. Bambu
Diterapkan untuk beberapa massa bangunan seperti pada massa bangunan penerimaan sebagai ornamen atau untuk menambah tampilan bangunan menjadi menarik.
b. Genteng tanah liat
Material ini digunakan sebagai penutup atap untuk beberapa massa bangunan seperti ruang utama, ruang serbaguna, ruang pengelola, ruang penjualan, mushola dan ruang-ruang servis.
c. Kayu Kelapa (Glugu) Diterapkan pada :
commit to user
VI-20 2) Pada lantai dan tiang-tiang penyangga gazebo.
Gambar VI.10 : Penerapan Material Kayu Kelapa pada Desain Sumber : Cahyani, 2014
d. Bata Merah
Penggunaan material bata merah digunakan antara lain pada bangunan pengelola, kios penjualan, bangunan servis dan bangunan penerimaan.
e. Batu Alam
Penggunaan material batu alam pada bangunan diterapkan pada beberapa bagian pada taman untuk memberikan kesan alami dan menambah nilai estetika bangunan.
commit to user
VI-21 VI.2.6. Konsep Utilitas
Sistem utilitas harus mampu mendukung dan tetap menjaga peran sebagai bagian dari ramah lingkungan tanpa merusak lingkungan. Secara umum kriteria sistem jaringan utilitas adalah sebagai berikut :
a. Menghemat energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan menghemat penggunaan energi.
b. Melakukan pengolahan terhadap air hujan dan air kotor sebelum dialirkan ke riol kota.
c. Pengolahan limbah / sampah. Sampah ini dibagi menjadi 2 kategori, yakni sampah dan sampah anorganik yang bisa didaur ulang atau dihancurkan sehingga tidak mencemari alam.
Hasil :
a. Sistem Jaringan Listrik
Sumber tenaga listrik didapatkan dari PLN maupun mesin generator. Mesin generator sebagai sumber listrik cadangan apabila arus listrik PLN mati. Mesin generator menggunakan bahan bakar solar. Sumber energi utama didapat dari PLN dan sebagai cadangan melalui genset. Proses pergantian antara PLN dan genset melalui sistem ATS (Automatic Transfer Switch).
b.
c.
d.
e.
Bagan VI.1 : Jaringan Listrik
Sumber : Cahyani, 2014 PLN Trafo Mesin Genset Panel Listrik Distribusi Distribusi Meteran Meteran Panel Sub Panel Sub Distribusi Distribusi
commit to user
VI-22 b. Sistem Jaringan Air Bersih
Sumber air bersih terutama berasal dari PAM dan sebagai pembantu disiapkan dari sumber setempat, misalnya sumur pompa. Sistem pendistribusiannya adalah air dari PAM pertama ditampung di dalam bak penampungan yang dilengkapi dengan pompa air bekerja secara otomatis kemudian didistribusikan.
c.
Bagan VI.2 : Pendistribusian Air Bersih Sumber : Cahyani, 2014
c. Sistem Jaringan Air Hujan
Air hujan dari tanah yang diperkeras sebaiknya disalurkan ke sumur resapan sehingga bahaya banjir dan kekurangan air bersih dapat diatasi. Selebihnya air hujan tersebut dialirkan ke riol kota.
Gambar VI.11 : Pengolahan Air Hujan yang Ramah Lingkungan Sumber : Cahyani, 2014
PAM
Bak Penampungan
commit to user
VI-23 d. Sistem Jaringan Air Kotor
Setiap bangunan yang digunakan untuk menampung kegiatan manusia dipastikan menghasilkan zat buang atau limbah. Limbah bangunan dapat berupa limbah padat dan cair. Bangunan yang memperhatikan kelestarian lingkungan tentu dirancang agar limbah tersebut dibuang di dalam skala kota. Pembuangan limbah ke lahan sendiri akan menumbuhkan sikap hati-hati dan tanggung jawab karena pembuangan tersebut membutuhkan pemeliharaan.
Selain dari WC, limbah cair bangunan juga berasal dari kamar mandi, wastafel, tempat cuci piring dan tempat cuci pakaian. Limbah cair ini mengandung sabun sehingga harus diproses terlebih dahulu dalam bak penangkap busa atau sabun sebelum dialirkan ke sumur resapan maupun ke riol kota.
Gambar VI.12 : Pengolahan Air Kotor yang Ramah Lingkungan Sumber : Cahyani, 2014
Sumur resapan di lahan perlu dibedakan antara sumur resapan limbah atau air hujan agar limbah tidak meluap ketika musim hujan. Konstruksi sumur resapan sangat beragam, namun pada prinsipnya adalah melakukan penyaringan sebelum air meresap ke dalam tanah. Lapisan penyerap, baik pada dinding maupun dasar sumur dapat terdiri atas tatanan batu bata, batu, kerikil, pasir, ijuk, arang dan sebagainya disesuaikan dengan karakteristik lapisan tanah setempat (Mediastika, 2012).
commit to user
VI-24 e. Sistem Persampahan
Ada 2 sistem pembuangan sampah yaitu dengan cara pemisahan dan penampungan berikut penjelasan sistem pembuangan sampah :
1) Pemisahan
Adanya pemisahan boks sampah antara sampah basah (organik) dan sampah basah (anorganik) untuk mempermudah dalam proses daur ulang. 2) Ditampung
Sampah ditampung di masing-masing bagian kawasan, penyediaan boks-boks sampah dan ditampung di penampungan utama (TPA sementara) setelah dipadatkan lalu diangkut oleh truk sampah.
f. Sistem Telekomunikasi
Untuk mendukung fungsi komunikasi internal maupun eksternal yang baik diperlukan sistem komunikasi yang efektif seperti telepon, baik itu langsung (saluran telkom) maupun melalui sistem PABX (ekstension). Sarana komunikasi yang digunakan dalam gedung terdiri atas :
1) Sistem Utama (Telkom)
2) Saluran Ekstension (PABX) dengan dasar perencanaan fungsi dan feature yang fleksibel, dapat diperluas sesuai aturan yang ditetapkan PT. Telkom, dan dilengkapi dengan sistem call detail recording dimana sistem ini dapat mengeluarkan data mengenai tempat telepon yang digunakan, nomor telepon yang dihubungi, waktu dan lamanya telepon yang digunakan. 3) Sistem faksimile dan teleks bagi pengirim berita secara tertutup baik
dalam maupun luar negeri.
4) Penyebaran saluran telekomunikasi yang digunakan pada suatu bangunan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan fungsi dan kegiatan di dalamnya.
commit to user
VI-25 g. Sistem Penanggulangan Kebakaran
Hidran dan APAR merupakan alat yang dapat menanggulangi bahaya kebakaran dan ditetapkan pada obyek rancangan. Dengan demikian diharapkan dapat meminimalisir resiko bahaya kebakaran pada bangunan karena obyek rancangan berupa tempat publik yang merupakan tempat berkumpulnya banyak orang sehingga membutuhkan sistem keamanan yang tinggi.
1) APAR
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dioptimalkan dengan penempatan pada tempat-tempat yang strategis seperti dekat dengan pintu sirkulasi masuk dan keluar maupun di setiap ruang dapur dari kegiatan kuliner guna menjamin keamanan.
2) Hidran halaman
Hidran diletakkan dengan jarak 30 meter antara satu dengan lainnya dan berada di tempat yang mudah dijangkau dan relatif aman.
h. Sistem Deteksi Keamanan
Sistem deteksi keamanan atau CCTV (Closed Circuit Television) adalah sistem keamanan yang memonitori serta mendeteksi adanya bahaya atau untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan sehingga dapat dengan cepat diantisipasi. Sistem CCTV berfungsi untuk membantu pengawasan dengan mengamati kegiatan operasional dalam gedung melalui video pada tempat yang perlu dideteksi kemungkinan terjadi bahaya gangguan keamanan.