• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang cukup potensial dalam bidang. pertanian dalam arti luas. Hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang cukup potensial dalam bidang. pertanian dalam arti luas. Hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang cukup potensial dalam bidang pertanian dalam arti luas. Hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku ransum ternak lokal tersedia berlimpah. Hal ini mendorong berkembangnya agribisnis perunggasan karena limbah tersebut memiliki nilai tambah yang cukup besar, ditunjang dengan majunya penelitian-penelitian yang menggunakan bahan baku lokal Indonesia.

Seiring dengan kemajuan teknologi sekarang ini, tingkat kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani makin meningkat karena dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata protein asal hewani memiliki nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk dapat bertumbuh dan berkembang dewasa serta dapat meningkatkan kecerdasan. Salah satu sumber protein asal hewani yang diminati masyarakat adalah broiler, karena harganya masih terjangkau dibandingkan ternak besar seperti sapi dan kambing.

Pada keadaan seperti ini sangat diperlukan peran dari dunia peternakan untuk memenuhi kebutuhan para konsumen dengan cara meningkatkan pemeliharaan broiler untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan daging ayam yang banyak mengandung protein dan asam amino yang dibutuhkan tubuh. Kendala yang timbul bagi peternak adalah pada ransumnya, dimana umumnya biaya ransum sangat besar yaitu mencapai 60-70% dari total biaya produksi.

(2)

Sebenarnya yang dibutuhkan oleh ayam bukan protein kasar melainkan asam amino yang terkandung di dalamnya. Kandungan asam amino yang terbaik dan seimbang hanya terdapat pada bahan makanan yang bersumber dari hewani. Namun bahan makanan yang bersumber dari hewani ini harganya mahal dan pengunaannya terbatas. Untuk mengatasi masalah ini maka digunakan bahan ransum asal nabati dan hasil sampingannya. Umumnya ransum unggas yang berasal dari produk nabati mempunyai kekurangan asam amino lisin dan metionin. Keseimbangan asam amino dapat diperoleh dengan jalan mencampur bermacam-macam sumber protein bahan ransum dan apabila ternyata masih kurang dapat pula ditambahkan asam amino sintesis, dalam hal ini adalah lisin dan metionin.

Biaya yang diperlukan untuk menyediakan protein di dalam makanan dapat mencapai lebih dari 60 persen dari biaya pakan unggas, penggunaan protein seoptimal mungkin sangat penting dalam pemeliharaan unggas. Pengetahuan tentang sumber-sumber pakan perlu dipelajari, antara lain mengenai : harga, ketersediaan, komposisi zat pakan termasuk asam amino dan kecernaannya dalam tubuh unggas.

Pengelolaan dan pencampuran sumber-sumber pakan yang tidak baik dapat berakibat kurang tersedianya protein atau asam amino pakan yang dapat dicerna. Hal ini disebabkan karena ketersediaan asam amino dan protein pada pakan antara lain dipengaruhi oleh: keseimbangan asam amino esensial yang tersedia dalam pakan, perlakuan panas dan kimia terhadap pakan, pencucian pakan di dalam air, kandungan serat kasar pakan, serta kandungan sumber energi lain di dalam pakan seperti lemak dan karbohidrat.

(3)

Tujuan Penelitian

Untuk mengkaji penambahan asam amino lisin dan metionin dalam ransum broiler terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum broiler umur 1-42 hari.

Hipotesis Penelitian

Penambahan asam amino lisin dan metionin dalam ransum dapat meningkatkan pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan memperbaiki nilai konversi ransum

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi bagi peneliti dan peternak broiler serta masyrakat pada umumnya, mengenai pengaruh penambahan asam amino lisin dan metionin dalam ransum broiler terhadap pertumbuhan umur 1-42 hari, serta sebagai bahan rujukan untuk penelitan selanjutnya dan bahan penulisan ilmiah lainnya.

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

Broiler AA-CP 707

Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain broiler hasil rekayasa genetik dengan ciri pertumbuhan sangat cepat, karkas tinggi dan konversi ransum baik. Umur potong sangat singkat dengan hasil daging berkualitas baik (Murtidjo, 1990). Broiler adalah ayam yang seluruh fase hidupnya ditentukan oleh manusia, dipelihara dengan tujuan sebagai penghasil daging. Broiler dipasarkan pada umur 35 - 42 hari dengan bobot hidup 1,3 - 1,6 kg/ekor. Daya hidup strain AACP- 707 sebesar 95 - 100 %, bobot hidup umur 6 minggu 1,56 kg dan konversi ransum 1,93 (Rasyaf, 1994).

Karakteristik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel. 1. Ciri Broiler AA CP-707

Data Biologis Satuan

Bobot hidup umur 6 minggu Konversi ransum Berat bersih Daya hidup Warna kulit Warna bulu 1,56 Kg 1,93 70% 98% Kuning Putih Sumber : Murtidjo (1987).

(5)

Pertumbuhan broiler tergantung pada ransum disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Tujuan pemberian ransum pada ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi. Untuk produksi maksimum ransum diberikan dalam jumlah cukup, baik kualitas maupun kuantitas. Ransum

(6)

broiler harus seimbang antara kandungan protein dengan energi dalam ransum.

Disamping itu kebutuhan vitamin dan mineral juga harus diperhatikan (Kartadisastra, 1994).

Rasyaf (2003) menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan-bahan ransum untuk memenuhi kebutuhan zat-zat nutrisi yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti zat makanan itu tidak berlebihan dan tidak kurang. Ransum yang diberikan haruslah mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Tujuan utama pemberian ransum kepada ayam untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan (Anggorodi, 1979).

Produktivitas broiler yang maksimal akan tercapai apabila ayam tersebut mendapatkan ransum yang seimbang kandungan asam aminonya. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa asam amino sebagai zat makanan diperlukan tubuh sama halnya seperti mineral, energi, vitamin dan asam lemak. Asam amino digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh. Defisiensi suatu asam amino jarang menyebabkan kematian tetapi berpengaruh langsung terhadap kesehatan ternak sehingga dapat menyebabkan kerugian yang besar. Keseimbangan asam amino dapat diperoleh dengan jalan mencampur bermacam-macam sumber protein bahan ransum dan apabila ternyata masih kurang dapat pula ditambahkan asam amino sintesis, dalam hal ini adalah lisin dan metionin.

Sesuai dengan tujuan pemelihaarannya yaitu memproduksi daging sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah pemberian ransum tidak dibatasi (ad-libitum). Broiler selama masa pemeliharannya mempunyai dua macam ransum yaitu broiler starter dan broiler finisher (Kartadisastra, 1994).

(7)

Perbedaan ransum yang diberikan tergantung pada kebutuhan broiler pada fase pertumbuhannya. Kebutuhan nutrient broiler pada fase yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Kebutuhan nutrient broiler fase starer dan fase finisher.

Zat Nutrisi Starter Finisher

Protein Kasar (%) 23 20 Lemak Kasar (%) 4-5 3-4 Serat Kasar (%) 3-5 3-5 Kalsium (%) 1 0,9 Pospor (%) 0,45 0,4 EM (Kkal/Kg) 3200 3200

Sumber : National Research Council (1984)

Ransum Broiler

Pengertian ransum adalah makanan yang terdiri dari satu atau lebih bahan pakan yang diberikan kepada ayam untuk kebutuhan hidup selama 24 jam. Suatu ransum dikatakan berkualitas apabila ransum ini mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh ayam yang umurnya tertentu yang dipelihara dengan tujuan yang tertentu akan membutuhkan ransum yang berbeda kandungan gizinya dengan ransum yang dibutuhkan ayam pada kelompok umur yang lain dengan tujuan yang lain pula (AAK, 1995).

Protein terdiri dari asam amino essensial dan non essensial yang keduanya digunakan untuk membangun tubuh ayam, sehingga protein dalam ransum merupakan bahan yang sangat penting untuk pertumbuhan, mengganti jaringan sel yang rusak dan untuk produksi telur. Asam amino essensial tidak dapat dibentuk dalam tubuh ayam, sehingga harus disediakan dalam ransumnya (Sarwono, 1991).

Apabila energi dalam ransum berlebihan maka konsumsi ransum akan menurun. Hal ini mengakibatkan defisiensi yang sangat hebat dari asam amino, mineral dan vitamin. Oleh karena itu untuk menyusun ransum diperlukan

(8)

kandungan energi dan protein yang seimbang (Sudaryani dan Santosa, 1995). Energi yang umum digunakan dalam ransum

unggas adalah energi metabolisme. Tinggi rendahnya energi metabolisme dalam ransum ternak unggas akan mempengaruhi banyak sedikitnya ayam mengkonsumsi ransum (Murtidjo, 1992).

Parakkasi (1990) menyatakan bahwa ransum ternak dapat dikatakan baik bila dikonsumsi secara normal dan dapat mensuplai zat-zat makanan dalam perbandingan yang sesuai sehingga fungsi biologis dan tubuh berjalan normal. Tujuan utama pemberian ransum adalah untuk menjamin pertambahan bobot badan yang paling ekonomis selama periode pertumbuhan dan perkembangannya (Anggorodi, 1985).

Setiap protein mempunyai perbedaan dengan protein lain. Asam amino yang harus ada dalam ransum disebut asam amino essensial, asam amino yang dapat disentesis tubuh disebut asam amino non-essensial. Kekurangan protein dalam ransum dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Tetapi bila ransum kelebihan protein, meskipun mengandung asam amino essensial, akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tubuh dan mengakibatkan asam urat dalam tubuhnya.

Asam Amino

Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH2) pada posisi alfa dari

rantai karbon dan satu gugusan karboksil (-COOH). Kecuali glisin, semua asam amino mempunyai atom karbon yang asimetrik, sehingga dapat terjadi beberapa isomer. Kebanyakan asam amino di alam adalah dari konfigurasi L, tetapi dalam

(9)

bakteria ada konfigurasi D. Fungsi asam amino sebagai komponen struktur tubuh dapat merupakan bagian dari enzyme , sebagai prekursor regulasi metabolit dan berperan dalam proses fisiologis. Fungsi biokimia ini merupakan titik utama penelitian ilmu nutrisi (Austic, 1986).

Ketidakseimbangan asam amino dapat mengakibatkan berkurangnya konsumsi ransum sehingga menurunkan kinerja karena asam amino dalam plasma berkurang sehingga asam amino yang ke otak sedikit

(Cieslak dan Benevenga, 1984).

Seperti tanaman hewan mensintesis protein yang mengandung 22 macam asam-asam amino. Meskipun deminkian, tidak seperti tanaman, hewan tidak dapat mensintesis semua asam amino. Asam amino yang tidak dapat disentesis oleh hean digolongkan ke dalam asam amino essensial dan harus dipenuhi melalui ransum. Asam-asam amino yang dapat disentesis oleh hewan digolongkan kedalam asam amino non essensial. Dari asam amino non essensial ini tidak dapat disentesis asam amino essensial dengan kecepatan yang cukup untuk pertumbuhan yang maksimal. Oleh karena itu harus disediakan dalam ransum (Wahyu, 1991)

Metionin sangat diperlukan dalam masa pertumbuhan awal broiler. Nilai persyaratan metionin tersebut berkisar 0,64 sampai dengan 0,67 % untuk periode awal dan 0,44 sampai dengan 0,50 % untuk periode akhir.(Widyani,1999)

Hambatan pertumbuhan akibat defisiensi asam amino dapat diperbaiki oleh asam amino yang merupakan antagonisme dari asam amino tersebut. Contohnya apabila leusin meningkat yang mengakibatkan penghambatan pertumbuhan dapat dinetralisasi dengan penigkatan isoleusin dan valin. Kelebihan lisin akan mengambat penyerapan arginin. Sehingga dalam ransum harus

(10)

ditambahkan arginin. Keracunan terjadi apabila salah satu asam amnio melebihi jumlah kebutuhannya. Kelebihan metionin berakibat mengahambat pertumbuhan (Widodo., 2002).

Lisin

Lisin merupakan sam amino penyusun protein yang dalam pelarut air bersifat basa, juga seperti Histidin , Lisin tergolong essensial bagi ternak. Biji-bijian serelia terkenal miskin akan Lisin. Sebaliknya biji polong-polongan kaya akan Lisin (Wiki, 2007).

Lisin (C6H14O2N2)

NH NH

CH2 CH2 CH2 CH2 CHCOOH

H H

Lisin dibuat dari oksidasi fermentasi glukosa dengan reaksi enzymatic DL α amino δ caprolactam, untuk 100 g/l menjadi L Lisine HCL dalam waktu 25 jam dengan hasil 99,8 mol produk per mol substrat Baker dan Parson (1990) menyatakan bila proses fermentasi dengan mikroorganisme, maka konversi 140 g/l glukosa menjadi 56 g /l lisin dalam waktu 72 jam.

Metionin

Bahan baku pembuatan metionin adalah Methyl mercaptan, acrolei dan hydrocanic acid. Produk metionin dikemas dalam bentuk kering maupun cairan (Baker dan Parson, 1990). DL metionin tingkat kemurniannya 99% berwarna putih atau krem berbetuk tepung, mengandung nitrogen 9,4% atau kadar protein kasarnya 58,78% (RPAN, 1996).

(11)

Metionin adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini penting dalam sintesa protein (dalam proses transkripsi, yang menterjemahkan urutan basa Nitrogen di DNA untuk membentuk RNA) karena kode untuk metionin sama dengan kode awal untuk satu rangkaian RNA. Asam amino ini bagi ternak bersifat essensial, sehingga harus dipasok dari bahan ransum. Sumber utama Metionin adalah buah-buahan, daging (ikan), sayuran (Jagung, kelapa), serta kacang-kacangan (kacang kedelai) (Wiki, 2008).

Metionin (C5H11O2NS)

NH2

H3 S CH2 CH2 C COOH H

Tabel 3. Kandungan asam amino metionin dan lisin dalam ransum

Jenis Bahan Ransum Lisin (%) Metionin (%)

Jagung Kuning 0.18 0.20

Bungkil Kelapa 0.29 0.64

Dedak Halus 0.17 0.27

Bungkil Kacang Kedelai 0.72 3.20

Tepung Ikan 0.18 6.50

Sumber : National Research Council (1984)

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah zat nutrient yang ada dalam ransum tersebut. Secara biologis ayam mengkonsumsi makanan untuk proses hidupnya. Kebutuhan energi untuk fungsi-fungsi tubuh dan memperlancar reaksi-reaksi asam amino dari tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa ternak ayam dalam mengkonsumsi makanannya digunakan untuk kebutuhan ternak tersebut (Wahyu, 1985).

(12)

Pertumbuhan broiler yang cepat ada kalanya didukung oleh konsumsi ransum yang lebih banyak pula. Masalah konsumsi ransum memang harus disadari bahwa broiler ini senang makan. Bila ransum yang diberikan tidak

terbatas atau ad-libitum, ayam akan makan sepuasnya hingga kenyang (Rasyaf, 2003).

Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penyakit, defisiensi zat makanan, kondisi berdebu, terlalu padat, kotor, kondisi lingkungan yang tidak baik, vaksinasi dan pemotongan paruh, pengobatan, ribut yang tidak biasa, pemindahan, penangkapan, memasukkan ke dalam peti ayam, yang semuanya itu menciptakan cekaman (Wahyu, 1991).

Kenaikan temperatur udara akan membuat konsumsi pakan menurun. Hal ini berkaitan dengan fungsi aktivitas hormon thyroid dalam menghasilkan triiodothyornine dan thyroxine dalam darah yang akan menurun pada temperatur tinggi dan akan meningkat pada temperatur rendah, temperatur juga berefek pada aktivitas adrenalin. Konsentrasi adrenalin. Konsentrasi adrenalin dan non adrenalin dalam darah meningkat pada suhu tinggi. Efek tingginya suhu juga berpengaruh pada turunnya konsentrasi asam amino, tetapi menaikkan proses glikolisis..( Widyani, 1999)

Pada kondisi cekaman panas diet protein rendah lebih baik, karena pada kondisi ini 34 % protein berubah menjadi energi panas, sedangkan lemak hanya 17 % berubah menjadi panas, sehingga penggunaan lemak sebagai sumber energi lebih baik (Husseini dkk, 1987).

Bagi broiler jumlah konsumsi ransum yang banyak bukanlah merupakan jaminan untuk mencapai pertumbuhan puncak. Kualitas dari bahan pakan dan

(13)

keserasian komposisi gizi sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan merupakan dua hal mutlak yang menentukan tercapainya performans puncak (Wahyu, 1991).

Pertambahan Bobot Badan

Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi ransum dan energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami. Variasi energi yang disuplai pada ternak akan digambarkan pada laju pertumbuhan (Donald et al, 1995).

Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertumbuhan badan tiap hari, tiap minggu, atau tiap bulan (Tillman et al, 1991).

Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh ransum, bangsa dan lingkungan. Pertumbuhan berlangsung pada waktu tertentu dan berjalan cepat sampai ternak mencapai tingkat dewasa kelamin, setelah ini pertumbuhan berangsur-angsur turun dan sampai periode tertentu akan berhenti. Pertumbuhan ini adalah juga pertambahan dalam bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan lainnya (Anggorodi, 1995).

Kartadisastra (1994), menyatakan bahwa berat badan ayam (tergantung strainnya) akan menentukan jumlah konsumsi ransumnya. Semakin besar bobot badan ayam, semakin banyak jumlah konsumsi ransumnya. Disamping strain, jenis dan tipe ayam juga menentukan.

(14)

Konversi Ransum

Konversi pakan merupakan rasio antar konsumsi pakan dan pertumbuhan yang diukur pada satuan dan waktu yang sama. Konversi pakan digunakan untuk mengukur persyratan nutrient secara ekonomis (Fisher, 1983). Ransum penelitian harus diberikan secara ad-libitum untuk mengukur konversi pakan. Pertumbuhan konsumsi dan konversi menggambarkan kinerja broiler, disamping merupakan hasil interaksi antar lingkungan, produksi dan system manajamen (Reddy, 1986). Menurut Tillman et al., (1991) semakin banyak ransum yang dikonsumsi

untuk menghasilkan satu satuan produksi maka makin buruklah konversi ransum. Baik buruknya konversi ransum ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya mutu ransum, temperatur, lingkungan dan tujuan pemeliharannya serta genetik. Konversi ransum dipengaruhi oleh kadar protein dan energi, metabolis ransum, umur, bangsa ayam, tersedianya zat dalam ransum, suhu dan kesehatan ayam (Card and Neishem, 1972)

Semakin baik mutu ransum semakin kecil pula konversi ransumnya. Baik tidaknya mutu ransum ditentukan oleh seimbang tidaknya zat-zat gizi dalam ransum itu diperlukan oleh tubuh ayam. Ransum yang kekurangan salah satu unsur gizi akan mengakibatkan ayam akan memakan ransumnya secara berlebihan untuk mencukupi kekurangan zat yang diperlukan tubuhnya (Sarwono, 1991).

Peningkatan nilai manfaat penggunan ransum dapat diatur dengan mempertimbangkan konsumsi pakan. Pada unggas, konsumsi ransum akan dipengaruhi oleh bentuk, warna dan bau rasa. Unggas lebih senang mengkonsumsi ransum dalam bentuk butiran. Oleh sebab itu peningkatan konsumsi pakan dan

(15)

dilakukan dengan membentuk pakan menjadi pellet ataupun crumble (pecahan). Warna tertentu (misalnya warna merah) (Widodo., 2002).

Gambar

Tabel 2. Kebutuhan nutrient broiler fase starer dan fase finisher.
Tabel 3. Kandungan asam amino metionin dan lisin dalam ransum

Referensi

Dokumen terkait

Alel yang paling sering muncul dari lokus ini adalah alel berukuran 83 pb dengan nilai frekuensi 75% untuk populasi Sulawesi dan yang lainnya lebih tinggi sampai 100%. Demikian

Dengan demikian akan menjadi sangat jelas bahwa Fasade atau tampak depan suatu bangunan merupakan unsur yang tidak bisa dihilangkan dari sebuah produk desain

3.1 Memahami kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim dunia. potensi dan pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia. sumber daya kelautan

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2014) pada profil kesehatan Jatim 2012, berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing variabel penelitian. 1) Jumlah

Pengujian model adalah langkah untuk mengukur kehandalan model yang dibangun dalam mereduksi debit banjir akibat tinggi dan pola curah hujan yang erjadi dengan mengukur debit

Hasil penelitian tentang pengaruh Green Competitive Strategies terhadap pelaksanaan Green banking sejalan dengan penelitian Tonmoy (2013) menjelaskan bahwa Green

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini dengan judul