• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-4 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-4 MASA SIDANG I TAHUN SIDANG"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor : DPD.220/SP/4/2011

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH

SIDANG PARIPURNA KE-4

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2011-2012

I. KETERANGAN

1. Hari : Kamis

2. Tanggal : 6 Oktober 2011

3. Waktu : 10.30 WIB – Selesai

4. Tempat : GEDUNG NUSANTARA V

5. Pimpinan Sidang : Pimpinan DPD

1. H. Irman Gusman, SE., MBA. (Ketua)

2. Dr. Laode Ida (Wakil Ketua) 3. GKR. Hemas (Wakil Ketua)

6. Sekretaris Sidang : 1. Sekretaris Jenderal DPD (DR. Ir. Siti Nurbaya Bakar, MSc.) 2. Wakil Sekretaris Jenderal DPD (Drs. Djamhur Hidayat) 7. Panitera : Kepala Biro Persidangan II (Dra. Sri Sumarwati Isf.)

8. Acara :

1. Penyampaian Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2011 dan Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan.

2. Pengesahan Putusan DPD RI.

9. Hadir : 95 Orang

10. Tidak hadir : 37 Orang

(2)

1. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om Swastyastu.

Sebelum kita memasuki sidang paripurna ini kita akan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Untuk itu kami mohon kepada tim paduan suara untuk memandu. Dan kepada para anggota DPD serta seluruh hadirin dan tamu undangan dimohon untuk berdiri dan bersama-sama kita menyanyikan lagu kebangsaan.

2. PEMBICARA : PADUAN SUARA

Hiduplah Indonesia raya… Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri. Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru. Indonesia bersatu. Hiduplah tanahku. Hiduplah negriku.

Bangsaku Rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya.

Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya.

(3)

3. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Hadirin kami persilakan untuk duduk kembali. Sidang dewan yang mulia,

Berdasarkan catatan daftar hadir yang disampaikan oleh sekretariat jenderal, sampai saat ini telah hadir 69 orang anggota DPD yang telah menandatangani daftar hadir. Dengan demikian berdasarkan ketentuan Pasal 149 Ayat 1 dan Pasal 182 Ayat 1 Peraturan Tatib DPD kuorum telah tercapai dan sidang telah memenuhi syarat untuk dibuka. Dengan mengucapkan

bismillahirrohmanirrohim Sidang Paripurna ke-4 Dewan Perwakilan Daerah ini kami buka

dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Agenda pokok Sidang Paripurna ke-4 DPD Tahun Sidang 2011-2012, sesuai dengan jadwal acara sidang paripurna ke-4 DPD ini mempunyai 2 agenda pokok, yaitu :

1. Penyampaian Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2011 dan penyerahan laporan Hasil Pemeriksaan BPK Republik Indonesia.

2. Pengesahan putusan DPD RI.

Yang terhormat saudara ketua, wakil ketua dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan, anggota Dewan Perwakilan Daerah, serta hadirin yang berbahagia.

Sebelum kita memulai acara ini, kami dari meja pimpinan dan seluruh anggota DPD RI mengucapkan selamat kepada Bapak hasan Bisri, SE., MM, yang telah dilantik sebagai wakil ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Sekali lagi selamat kita ucapkan, mudah-mudahan dengan duet Pak ketua-wakil ketua bersama anggota akan lebih meningkatkan kinerja BPK, dan menjadi mitra strategis bersama kita sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.

Sidang dewan yang mulia,

Sidang paripurna ke-4 DPD hari ini yang salah satu agendanya penyampaian laporan hasil pemeriksaan semester tahun 2011 Badan Pemeriksa Keuangan ini diselenggarakan dalam rangka memenuhi ketentuan Pasal 23 Ayat 2 dan 3 Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang menyatakan hasil pemeriksaan keuangan negara negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan kewenangannya. Selanjutnya, hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

Selanjutnya, didalam Pasal 224 Ayat 1 huruf g Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD ditegaskan bahwa Dewan Perwakilan Daerah menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari Badan Pemeriksa Keuangan sebagai bahan untuk membuat pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat kepada tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Selanjutnya, marilah kita memasuki agenda pertama penyempaian ikhtisar hasil pemeriksaan semester I tahun 2011 Badan Pemeriksa Keuangan. Namun sebelum itu kami mempersilakan saudara Ketua Badan Pemeriksa Keuangan untuk menyampaikan sambutan atau penjelasan atas hasil pemeriksaan semester I tahun 2011 yang telah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(4)

4. PEMBICARA : Drs. HADI POERNOMO, Ak (KETUA BPK)

Sebelum kami mengucapkan pidato, kami sebagai Ketua BPK, Bapak wakil ketua BPK dan seluruh angggota BPK dan seluruh jajaran BPK mengucapkan selamat hari ulang tahun ke-7 DPD RI. Semoga makin jaya dan makin sukses. Amin.

Bismillahirrohmanirrohim.

Yang terhormat Ketua DPD.

Yang terhormat para wakil ketua DPD. Yang terhormat para anggota DPD.

Yang terhormat wakil ketua dan para anggota BPK. Dan hadirin yang saya muliakan.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Om Swastyastu.

Pertama-tama, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri sidang paripurna DPD RI yang mulia ini, dalam rangka penyerahan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) BPK Semester I Tahun 2011.

Memenuhi mandat UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya, hari ini BPK menyerahkan IHPS dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni 2011 kepada DPD RI.Penyerahan IHPS dan LHP kepada rakyat melalui wakil-wakilnya di DPD RI bertujuan untuk memberikan informasi menyeluruh mengenai hasil pemeriksaan BPK atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam kurun waktu satu semester.

Pimpinan dan anggota DPD, serta hadirin yang saya muliakan.

Pada semester I tahun 2011, BPK telah melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkunga pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan usaha milik negara (BUMN) badan usaha milik daerah (BUMD), serta lembaga atau badan lainnya yang mengelola keuangan negara. Pemeriksaan BPK diprioritaskan pada pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2010, pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah /Lembaga (LKPD) Tahun 2010 dan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2010 dan LK badan lainnya (termasuk BHMN). Selain prioritas pemeriksaan pada laporan keuangan, BPK juga melakukan pemeriksaan kinerja dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)

Total objek pemriksaan BPK dalam Semester I Tahun 2011 sebanyak 682 objek pemeriksaan yaitu pemeriksaan keuangan sebanyak 460 objek pmeriksaan, pemeriksaan kinerja sebanyak 14 objek pemeriksaan, dan PDTT sebanyak 208 objek pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan BPK yang dilaporkan dalam IHPS I Tahun 2011 menemukan sebanyak 11.430 kasus senilai Rp.26,68 triliun. Dari total temuan pemeriksaan BPK tersebut, sebanyak 3.463 kasus senilai Rp.7,71 triliun merupakan temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan. Dari temuan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan senilai Rp.7,71 triliun, selama proses pemeriksaan entitas yang diperiksa telah menindaklanjuti dengan penyetoran ke kas negara/daerah/perusahaan senilai Rp.136,77 miliar. (1,77%)

Adapun temuan pemeriksaan berupa temuan ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan tercatat sebanyak 7.967 kasus senilai Rp.18,96 triliun. Selain itu BPK juga banyak menemukan berbagai kelemahan administrasi dan Sistem Pengendalian Intern (SPI).

(5)

Pimpinan dan anggota DPD, serta hadirin yang saya muliakan.

Pada Semester I Tahun 2011, BPK telah melaksanakan pemeriksaan keuangan atas 1 LKPP Tahun 2010, 83 LKKL Tahun 2010, dan 63 LKPD yang meliputi 358 LKPD Tahun 2010 dan 5 LKPD Tahun 2009, serta 8 laporan keuangan BHMN/badan lainnya.

BPK memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas LKPP Tahun 2010. Selain itu, BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atas 52 LKKL, opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas LKKL, dan opini tidak memberikan pendapat (TMP) pada 2 LKKL tahun 2010.

Pada Semester I Tahun 2011, BPK telah memeriksa LKPD Tahun 2010 pada 358 atau 69% dari 524 pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dan LKPD Tahun 2009 pada lima pemerintah daerah. BPK memberikan opini WTP atas 32 LKPD, opini WDP atas 271 LKPD, opini tidak wajar (TW) atas 12 LKPD, dan opini TMP atas 43 LKPD. Sedangkan terhadap lima LKPD Tahun 2009 BPK memberikan opini TMP. Hasil pemeriksaan atas LKPP, LKKL, LKPD menunjukkan adanya perbaikan opini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. namun demikian, untuk pemerintah daerah meskipun sudah ada kemajuan, masih harus lebih didorong untuk mencapai hasil yang lebih baik. Jumlah LKPD Tahun 2010 yang memperoleh opini WTP baru sebanyak 32 atau 9% dari 358 LKPD yang diperiksa pada semester I tahun 2011. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding LKPD Tahun 2009 yang memperoleh opini WTP, yaitu sebanyak 15 atau 3% dari 504 LKPD yang diperiksa.

Masih banyak pemerintah daerah yang belum memperoleh opini WTP disebabkan pada umumnya efektivitas sistem pengendalian intern (SPI) belum optimal. Kelemahan SPI tersebut antara lain masih banyak kasus pencatatan keuangan tidak/belum dilakukan, atau dilakukan namun tidak akurat, perencanaan dan penganggaran tidak memadai, dan pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan mekanisme APBD sebagaimana diatur dalam ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Pemeriksaan terhadap 358 LKPD juga menemukan 3.397 kasus kelemahan SPI. Hasil pemeriksaan juga menemukan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan sebanyak 4.551 kasus senilai Rp.5,28 triliun. Dari temuan ketidakpatuhan tersebut, temuan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian dan kekurangan penerimaan, telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke kas negara/daerah selama proses pemeriksaan senilai Rp.73,81 miliar.

Pimpinan sidang serta hadirin yang saya muliakan.

Dalam Semester I Tahun 2011, BPK telah melaksanakan pemeriksaan kinerja atas 14 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah daerah, dan 2 objek di BUMN.

Hasil pemeriksaan kinerja di lingkungan pemerintah daerah antara lain, pelayanan kesehatan pada RSUD Cut Nyak Dien Meulaboh dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh belum mencapai Standar Pelayanan Minimum (SPM). Sementara itu, RSUD Kabupaten Buru, Provinsi Maluku belum efektif dalam merancang, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan sumber daya yang ada dalam mencapai SPM dan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Pada pemeriksaan lain, RSUD Langsa, Provinsi Aceh belum efektif dalam merencakan, memenuhi kebutuhan infrastruktur, menetapkan prosedur dan standar pelayanan, serta melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi atas pelayanan rawat inap. Selain pemeriksaan kinerja atas rumah sakit, hasil pemeriksaan kinerja atas pelayanan pendidikan menunjukkan bahwa pemerintah Kota Ambon belum efektif dalam merencanakan, melaksanakan, serta melakukan monitoring dan evaluasi atas pengelolaan pelayanan pendidikan.

Pimpinan dan anggota DPD, serta hadirin yang saya muliakan.

Dalam Semester I Tahun 2011, BPK telah melakukan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) atas 208 objek pemeriksaan, terdiri atas 61 objek pemeriksaan di lingkunga

(6)

pemerintah pusat, 92 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah daerah, 44 objek pemeriksaan di lingkungan BUMN, 9 objek pemeriksaan di lingkungan BUMD, dan 2 objek pemeriksaan di lingkungan BHMN/BLU/badan lainnya.

Hasil PDTT mengungkapkan 899 kasus kelemahan SPI dan 1.251 kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan senilai Rp.5,89 triliun. Nilai temuan tersebut merupakan temuan kerugian, potensi kerugian, kekurangan penerimaan, ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. Selama proses PDTT tersebut, temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke kas negara/daerah senilai Rp.27,43 miliar.

Hasil pemeriksaan atas belanja daerah menunjukkan adanya kerugian daerah sebanyak 155 kasus senilai Rp.52,24 miliar, terdiri atas kasus belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif, rekanan pengadaan barang/jasa tidak menyelesaikan pekerjaan, kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang, kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang, pemahalan harga (mark up), penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi, pembayaran honorarium dan/atau biaya berjalan dinas ganda dan/atau melebihi standar yang ditetapkan, spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak, dan belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan.

BPK melakukan PDTT atas pengelolaan dan pertanggungjawaban DAK Bidang Pendidikan TA 2007, 2008, 2009, dan Triwulan III 2010. Pemeriksaan dilakukan pada Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Keuangan, dan 39 pemerintahan kabupaten/kota pada 32 provinsi. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern belum dirancang dan dilaksanakan secara memadai sehingga kebijakan DAK Bidang Pendidikan belum sepenuhnya dapat mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi DAK Bidang Pendidikan TA 2007 s.d 2009 tidak didukung data teknis yang valid dan muakhir, serta tidak menerapkan kriteria umum, khusus, dan teknis secara konsisten sehingga alokasi DAK ke masing-masing daerah tepat sasaran.

Selain itu, dalam TA 2010, dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2010 tanggal 25 Mei 2010 tentang APBN-P, terjadi perubahan kebijakan atas pelaksanaan DAK dari yang sebelumnya menggunakan metode swakelola menjadi metode pengadaan yang berpedoman pada ketentuan pengadaan barang dan jasa. Perubahan metode tersebut tidak segora diikuti dengan penetapan juknis. DAK yang telah disalurkan pada akhir Tahun 2010 sebagian besar tidak digunakan dan measih mengendap di kas daerah sehingga berpotensi digunakan untuk keperluan lain di luar DAK Bidang Pendidikan. Dengan demikian sebagian besar program DAK Bidang Pendidikan TA 2010 tidak tercapai.

Pimpinan sidang serta hadirin yang saya muliakan.

Sesuai Pasal 20 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK diberi mandat untuk memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan memberitahukan hasilpemantauan tersebut kepada lembaga perwakilan. Berdasarkan hasil pemeriksaan tahun 2005 sampai dengan Semester I Tahun 2011, BPK telah memberikan 191.757 rekomendasi senilai Rp.103,19 triliun. Rekomendasi ini harus ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa antara lain dengan melakukan SPI, tindakan administrative, dan/atau penyetoran kas/penyerahan aset ke negara/daerah/perusahaan.

Hasil pemantauan tindak lanjut rekomendasi BPK tersebut menunjukkan sebanyak 106.058 rekomendasi senilai Rp.37,87 triliun (55,30%) telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi. Sebanyak 40.841 rekomendasi senilai Rp.40,41 triliun (21,29%) ditindaklanjuti belum sesuai dengan rekomendasi atau dalam proses tindak lanjut, dansebanyak 44.858 rekomendasi senilai Rp.24,91 triliun (23,39%) belum ditindaklanjuti. Entitas telah menindaklanjuti rekomendasi BPK Tahun 2005 sampai dengan Semester I Tahun 2011

(7)

berupa penyetoran kas/penyerahan aset ke negara/daerah/perusahaan senilai Rp.25,57 triliun, termasuk diantaranya sebesar Rp.9,00 triliun merupakan penyetoran ke kas negara/daerah atas tindak lanjut yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Hasil pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah Semester I Tahun 2011 menunjukkan bahwa kerugian negara/daerah periode akhir Tahun 2004 sampai dengan Semester I Tahun 2011 adalah sebanyak 85.139 kasus senilai Rp.17,93 triliun. Penyelesaian berupa angsuran terpantau sebanyak 18.297 kasus senilai Rp.1,81 triliun. Pelunasan sebanyak 22.992 kasus senilai Rp.4,84 triliun. Penghapusan kerugian negara/daerah telah dilakukan atas 117 kasus senilai Rp.10,20 miliar.

Perlu kami sampaikan bahwa laporan yang berindikasi tindak pidana yang telah disampaikan kepada penegak hukum dari Tahun 2003 – semester I 2011 adalah sebanyak 305 kasus senilai Rp.33,66 triliun. Dari 305 kasus yang diserahkan tersebut, instansi yang berwenang yaitu Kepolisian RI, Kejaksaan RI, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menindaklanjuti 166 kasus yaitu pelimpahan kepada jajaran/penyidik sebanyak 41 kasus, telaahan, gelar perkara dan penelitian sebanyak 21 kasus, penyelidikan sebanyak 24 kasus, penyidikan sebanyak 10 kasus, proses sidang 1 kasus, penuntutan sebanyak 11 kasus, vonis/banding sebanyak 47 kasus, dan SP3/dihentikan sebanyak 11 kasus. Sisa kasus yang belum ditindaklanjuti atau tidak ada data tindak lanjutnya yaitu sebanyak 139 kasus.

Pimpinan dan anggota DPD, serta hadirin yang saya muliakan.

Meskipun berbagai kemajuan telah dicapai dalam pengelolaan keuangan negara oleh pemerintah, namun hasil pemeriksaan BPK dalam semester I tahun 2011 menggambarkan masih terdapat berbagai kelemahan dalam pengelolaan keuangan negara yang memerlukan upaya perbaikan. BPK senantiasa akan terus mendorong pemerintah untuk memperbaiki kualitas keuangan negara. BPK juga terus bekerja sama dengan Pemerintah dan DPD RI dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel. Dalam upaya untuk meningkatkan kerja sama antara BPK dan DPD RI tersebut, BPK setiap saat membuka diri untuk melakukan dialog dan pertemuan-pertemuan konsultasi.

Demikianlah hal-hal yang dapat kami sampaikan pada sidang paripurna DPD RI yang terhormat ini. Kami berharap informasi yang kami sampaikan dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan dan Laporan hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 dapat mendukung tugas dan wewenang DPD sesuai peraturan perundang-undangan. Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan perhatian pimpinan dan anggota DPD yang terhormat.

Wabilahitaufiq wal hidayah, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

5. PEMBICARA : PROTOKOL

Penyerahan hasil pemeriksaan BPK yang terhormat ketua DPD RI dan wakil ketua, dan yang terhormat Ketua BPK RI untuk mengambil tempat.

Penyerahan hasil pemeriksaan BPK.

Dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara.

Terima kasih dan kami persilakan untuk kembali ke tempat.

6. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Terima kasih kami haturkan kepada saudara ketua Badan Pemeriksan Keuangan, yang tadi telah menyampaikan pidatonya dan telah menyerahkan hasil pemeriksaan BPK untuk semester I tahun 2011. Yang mana ini merupakan suatu masukan yang sangat berharga dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

(8)

1945, kami akan segera mempelajari dan menindaklanjuti dalam rapat-rapat DPD yang akan datang. Serta menjadi bahan dalam menyusun pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara.

Saudara-saudara anggota DPD yang terhormat,

Sebagai catatan bagi kita, penting untuk memperhatikan beberapa hal dari apa yang disampaikan tadi oleh ketua BPK tadi.

Pertama, dalam hasil pemeriksaan ini BPK RI memprioritaskan kepada laporan keuangan tahun 2010. Dari hasil pemeriksaan tersebut diketahui masih terdapatnya sejumlah kasus yang berdampak kepada kerugian negara yang memiliki potensi kerugian dalam jumlah yang besar. Untuk itu DPD sebagai salah satu lembaga negara akan terus berkomitmen bersama BPK untuk berupaya meminimalisir kegiatan atau program yang berpotensi menyebabkan kerugian negara.

Yang kedua, terdapat peningkatan proporsi opini laporan keuangan pemerintah daerah LKPD tahun 2010 untuk opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dan wajar dengan pengecualian (WDP), dibandingkan opini LKPD tahun-tahun sebelumnya kecuali tahun 2005. Hal ini menggambarkan adanya perbaikan sistem pengelolaan dan tanggung jawab keuangan khususnya dalam pencatatan dan pelaporan keuangan daerah oleh pemerintah daerah. Namun terhadap beberapa LKPD BPK RI masih memberikan opini yang tidak memberikan pendapat atau TMP dan yang tidak wajar. Hal ini menunjukkan efektifitas sistem pengendalian intern yang dikenal dengan SPI pemerintah daerah masih perlu dioptimalkan. Kelemahan tersebut sebagian besar karena belum memadainya unsur lingkungan pengendalian, penilaian resiko dan kegiatan pengendalian.

Yang ketiga, pemeriksaan BPK terhadap LKPD tahun 2010 menemukan 3.397 kasus kelemahan SPI dan 4.551 kasus ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan senilai Rp.5,28 triliun. Dari temuan ketidakpatuhan, temuan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian dan kekurangan penerimaan daerah yang telah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke kas daerah selama proses pemeriksaan senilai Rp.73,81 miliar.

Yang keempat, secara keseluruhan saya mengajak semua anggota DPD untuk memberikan atensi terutama anggota Komite IV dan Panitia Akuntabilitas Publik untuk kita membedah lebih lanjut laporan hasil pemeriksaan BPK Republik Indonesia sebagai bagian dari tugas konstitusional DPD RI dalam bidang pengawasan dan pertimbangan anggaran. Saat rapat kerja dan pengawasan lapangan kita perlu mendalami berbagai catatan dari ketua BPK tadi untuk acuan kerja kita terutama yang berkaitan dengan realisasi pelaksanaan dilapangannya. Kami juga mengharapkan pada Badan Pemeriksa Keuangan selain menyerahkan hasil pemeriksaan semester seperti sekarang ini, kiranya hasil pemeriksaan yang dilakukan secara parsial oleh BPK dapat pula disampaikan kepada pimpinan DPD dan pimpinan alat-alat kelengkapan DPD yang terkait. Kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas konsistensi kerja bersama, dukungan dan kerjasama lapangan dengan BPK-BPK regional di berbagai provinsi. Sekali lagi terima kasih dan semoga Tuhan meridhoi berbagai langkah kerja lembaga negara antara Badan Pemeriksan Keuangan dan DPD Republik Indonesia.

Baiklah Bapak-Ibu hadirin yang berbahagia, sebelum kita melanjutkan agenda sidang paripurna ke-4 Dewan Perwakilan Daerah ini untuk kita lanjutkan, kami mohon untuk waktu beberapa saat guna mengantarkan saudara ketua, wakil ketua dan para anggota Badan Pemeriksa Keuangan untuk meninggalkan ruang sidang ini, yang nanti akan diantarkan oleh wakil ketua. Dan mohon kita tidak keluar dan tidak break supaya kita bisa melaksanakan beberapa keputusan sebelum waktu Dzuhur. Kami persilakan.

(9)

Sidang dewan yang mulia,

Sebagaimana kita tadi ikuti bersama bahwa kita telah menerima hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan untuk semester I tahun 2011. Berkenaan dengan itu berdasarkan ketentuan Pasal 89 Ayat 1 dan Pasal 126 Ayat 2 Peraturan Tata tertib DPD, perlu untuk ditugaskan kepada Komite IV dan Panitia Akuntabilitas Publik untuk membahas hasil pemeriksaan BPK tersebut. Untuk itu dalam sidang yang mulia ini kita perlu menugasi Komite IV dan Panitia Akuntabilitas Publik guna membahas hasil pemeriksaan BPK yang dimaksud.

Selanjutnya sebagai bahan pembahasan kami akan menyerahkan ikhtisar hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan kepada pimpinan anggota Komite IV dan kepada pimpinan Panitia Akuntabilitas Publik sesuai dengan tugas konstitusional DPD. Kami percaya bahwa dokumen BPK ini juga akan menjadi bahan bagi para anggota DPD dalam tugas-tugasnya di daerah yang mencakup peneyerapan aspirasi dan funsgi pengawasan. Untuk itu kami mohon kepada pimpinan Komite IV dan pimpinan Panitia Akuntabilitas Publik untuk bisa kedepan untuk menerima bahan ini untuk bisa ditindaklanjuti. Kami persilakan.

Itulah yang membedakan DPD dengan yang lain. Terima kasih. Sidang dewan yang mulia,

Selanjutnya marilah kita memasuki agenda berikutnya yaitu pengesahan putusan DPD. Dan tentu kami persilakan kepada pimpinan Komite IV atau yang mewakili untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya. Kami persilakan.

7. PEMBICARA : H. CHOLID MAHMUD, ST., MT. (KETUA KOMITE IV)

Bismillahirrohmanirrohim.

Laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD RI pada sidang paripurna ke-4 DPD RI Kamis 6 Oktober 2011.

Yang terhormat pimpinan Dewan Perwakilan Daerah.

Yang terhormat para anggota Dewan Perwakilan Daerah, hadirin yang berbahagia. Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian, sehingga dapat menghadiri sidang paripurna ke-4 Dewan Perwakilan Daerah pada hari ini. Atas nama pimpinan dan segenap anggota Komite IV Dewan Perwakilan Daerah kami sampaikan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan. Selanjutnya perkenankan kami menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD RI mengenai;

a. Materi RUU APBN Tahun Anggaran 2012.

b. Tindak lanjut hasil pemeriksaaan BP semester II tahun anggaran 2010. Pimpinan anggota dan hadirin yang berbahagia.

Terhadap materi RUU APBN tahun anggaran 2012, sekedar mengingatkan bahwa pertimbangan DPD disampaikan dalam dua tahap. Yaitu pertimbangan tahap pertama, yaitu pertimbangan terhadap kerangka ekonomi makro pokok-pokok kebijakan fiskal dan dana transfer ke daerah tahun anggaran 2012. Telah diambil putusan pada sidang paripurna DPD tanggal 15 Juli tahun 2011 dan telah disampaikan kepada DPR. Yang dimaksudkan semata-mata agar pertimbangan DPD dapat diakomodasi dalam pembicaraan tahap pertama di DPR. Pertimbangan tahap kedua disampaikan setelah penyampaian RUU APBN tahun anggaran 2012 dan nota keuangan oleh pemerintah. Pertimbangan tahap dua menelaah secara komprehensif, dimana memberikan penekanan atau rekomendasi secara lebih khusus pada

(10)

beberapa poin dari RUU APBN dan nota keuangan tahun anggaran 2012. Sekaligus memberikan beberapa catatan terhadap kebijakan pemerintah.

Selain itu penyampaian pertimbangan atas RUU APBN dalam forum pertemuan Komite IV dengan Badan Anggaran DPR yang dilaksanakan pada tahun lalu direncanakan dapat terlaksana kembali pada tahun ini, dengan juga melibatkan komisi-komisi di DPR pada beberapa bidang tertentu yang dipandang strategis dari sisi alokasi anggaran untuk daerah.

Ketua yang terhormat, wakil ketua, saya sampaikan informasi terakhir. Bahwasannya Banggar telah meminta Komite IV untuk nanti sore 10 orang bisa ikut dalam pembahasan di Kopo untuk pertimbangan APBN ini.

Pimpinan, anggota dan hadirin sidang paripurna yang kami hormati.

Dalam merumuskan pertimbangan ini beberapa kegiatan telah dilakukan Komite IV termasuk meminta Budget Office untuk melakukan kajian secara akademis terhadap RUU APBN Tahun Anggaran 2012. Budget Office dalam melaksanakan kajian tersebut pada tahap terakhir mengadakan uji sahih terhadap kajian atas RUU APBN Tahun Anggaran 2012 dengan melibatkan Komite I, II dan III pada tanggal 29 September tahun 2011. Hasil kajian Budget Office terhadap RUU APBN Tahun Anggaran 2012 tersebut menjadi referensi pokok bagi Komite IV dalam merumuskan pertimbangan DPD RI terhadap RUU APBN Tahun Anggaran 2012.

Pimpinan, anggota dan hadirin yang berbahagia.

Adapun summary dari pertimbangan terhadap RUU APBN Tahun Anggaran 2012 dapat kami sampaikan sebagai berikut;

Pertama, bahwa penyusunan RUU APBN tahun 2012 pada hakekatnya bertujuan untuk menyusun alokasi anggaran, program dan prioritas RKP yang pada dasarnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyat. Tentu dengan aturan main dan rambu-rambu yang telah ditentukan oleh undang-undang. Pada rancangan pertimbangan DPD RI terhadap RUU APBN Tahun Anggaran 2012, desentralisasi belum sepenuhnya tercerminkan dari alokasi anggaran kepada daerah. Hal ini terlihat dari RUU APBN 2012 hanya mengalokasikan DAU sebesar Rp.269,5 triliun atau sebesar 22,58%. Sementara Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Pasal 27 mensyaratkan keseluruhan DAU yang ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN, yaitu sebesar Rp.310,31 triliun. Bukan hanya itu, RUU APBN 2012 juga hanya mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar 14,6 triliun atau hanya 1,5%. Padahal Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa anggaran kesehatan minimal 5% atau sebesar 47,7 triliun dari anggaran belanja negara.

DPD RI berpendapat bahwa postur RUU APBN 2012 masih kurang berorientasi pada kesejahteraan rakyat dan 4 pilar sasaran utama pembangunan, yaitu growth, job,

pro-poor dan pro-environment. Serta instrumen baru yang ditetapkan oleh pemerintah seperti

Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI. Ketidakberpihakan kepada rakyat diperlihatkan dengan;

1. Tingginya alokasi belanja pegawai sebesar Rp.215,7 triliun yang diperuntukkan bagi kurang lebih 4,7 juta pegawai, sementara anggaran kemiskinan yang notabene lebih dari 31 juta penduduk miskin hanya tetap pada kisaran 50 triliun saja.

2. Alokasi anggaran lingkungan hidup hanya sebesar 0,1% terhadap PDB. Kecilnya proporsi tersebut tidak menjamin kelestarian lingkungan, apalagi sumber pertumbuhan ekonomi tersebut berasal dari sumber daya alam yang tidak terbaharukan.

3. Rendahnya anggaran untuk bidang pertanian dan perikanan yang menyerap tenaga kerja paling besar merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk dan memiliki jumlah penduduk miskin yang relatif besar.

(11)

Solusi yang direkomendasikan oleh DPD RI yaitu setidaknya ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan pendapatan negara.

1. Mengurangi beban subsidi negara yang diperkirakan dapat dihemat sebesar 30 triliun dengan cara optimalisasi program konversi minyak tanah ke elpiji, peningkatan pemanfaatan energi alternatif, pembatasan volume konsumsi secara bertahap dan substitusi BBM ke BG.

2. Meningkatkan penerimaan pajak terutama target pajak penghasilan yang diperkirakan masih dapat bertambah sebesar Rp.83,5 triliun dengan cara optimalisasi pungutan pajak, reformasi peraturan dan perundang-undangan pajak, penggalian potensi dengan sensus pajak dan menutup pintu-pintu kebocoran penerimaan pajak dan pengenaan tarif pajak progresif yang lebih tinggi kepada masyarakat yang berpendapatan tinggi seperti yang dilakukan oleh Presiden Barack Obama. Secara absolut efisiensi dan optimalisasi tersebut mencapai Rp.113,5 triliun yang dapat dialokasikan untuk menambah kekurangan alokasi anggaran dan DAU serta pembiayaan untuk infrastruktur.

Pimpinan, anggota dan hadirin sidang paripurna yang kami hormati.

Selanjutnya kami sampaikan laporan tentang tindak lanjut Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun Anggaran 2010. Terhadap materi Hapsem II BPK Tahun Anggaran 2010 Komite IV telah merumuskan pertimbangan dengan rekomendasi sebagai berikut :

1. Untuk pemeriksaan keuangan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk terus memperbaiki pengelolaan keuangan negara sehingga laporan keuangan pemerintah dapat memperoleh opini wajar tanpa pengecualian. Sistem reward and punishment perlu tetap diterapkan agar semakin banyak laporan keuangan pemerintah yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian.

2. Pemeriksaan kinerja. Agar dapat memberikan masukan kepada pemerintah mengenai efektifitas, efisiensi dan kehematan pelaksanaan program pemerintah, BPK diharapkan dapat meningkatkan cakupan dan kedalaman pemeriksaan kinerja. Sektor yang akan diperiksa disesuaikan dengan sektor yang menjadi prioritas dalam tahun anggaran yang diperiksa.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu. BPK tetap melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu untuk menjawab permintaan DPR, DPD maupun DPRD.

4. Untuk meningkatkan profesionalisme BUMD maka RUU tentang Badan Usaha Milik Daerah dapat segera diundangkan. Sehingga dapat menjadi panduan dalam perbaikan kinerja keuangan pemerintah daerah dan BUMD.

5. Terkait dengan penertiban administrasi keuangan negara. DPR RI agar dapat merekomendasikan kepada pemerintah untuk;

a. Menggunakan hasil pemeriksaan BPK secara optimal dalam menetapkan kebijakan dan prioritas APBN.

b. Segera menindaklanjuti rekomendasi BPK yang berkaitan dengan hasil pemeriksaannya dan menerapkan sanksi bagi pejabat yang lalai dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK.

c. Terus melakukan inventarisasi aset-aset tetap dan aset-aset lainnya untuk kemudian di revaluasi dengan akurat dan dipastikan keberadaannya agar neraca yang disaksikan didalam laporan keuangan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

(12)

d. Segera menetapkan prosedur dan kebijakan yang tepat serta meningkatkan sumber daya manusia, khususnya SDM yang berkaitan dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan baik di kementerian atau lembaga maupun di lingkungan pemerintah daerah.

e. Memberikan sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan bagi para pejabat yang lalai dalam melaksanakan tugas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara maupun dalam melaksanakan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.

6. Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki DPR RI, DPD RI, DPRD bersama BPK secara aktif memantau proses hukum oleh instansi-instansi penegak hukum terhadap temuan-temuan BPK yang berindikasi kepada tindak pidana korupsi.

Pimpinan, anggota dan hadirin yang berbahagia.

Pada sidang paripurna yang terhormat ini kami sampaikan materi ini untuk dapat diambil putusan; yang pertama keputusan DPD RI tentang pertimbangan DPD RI terhadap RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2012; Yang kedua, keputusan DPD RI tentang pertimbangan DPD RI terhadap tindak lanjut Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun Anggaran 2010 BPK RI.

Selanjutnya, dalam kesempatan ini juga perlu kami sampaikan perihal pemilihan anggota BPK yang berlangsung di DPR. Dimana Komisi XI telah menetapkan putusan terhadap pemilihan anggota BPK dan akan diputuskan dalam paripurna DPR dalam waktu dekat ini. Mengantisipasi keputusan DPR tersebut yang tidak sesuai dengan keputusan DPD RI, yakni dari 16 calon anggota BPK, DPD RI merekomendasikan 7 calon, sementara DPR memilih calon diluar 7 orang calon yang direkomendasikan oleh DPD. Terhadap persoalan ini Komite IV memutuskan didalam pleno tanggal 4 Oktober 2011 malam hari bahwa DPD belum melayangkan surat kepada DPR untuk meminta penjelasan terkait pilihan DPR dimaksud. Jika surat ini tidak diindahkan oleh DPR atau DPR menjelaskan bahwa pertimbangan DPD tidak bersifat mengikat, maka DPD perlu mengajukan gugatan sengketa kewenangan antar lembaga negara kepada Mahkamah Konstitusi. Komite IV telah membawa hal ini kepada rapat Panmus tanggal 5 Oktober 2011. Dan telah melalui diskusi yang panjang, Panmus kemudian mengambil putusan terhadap materi ini kami tidak menyampaikan hasil keputusan Panmus, tetapi pimpinan akan langsung menyampaikan hasil keputusan Panmus tersebut.

Pimpinan, anggota dan hadirin sidang paripurna yang kami hormati.

Demikian laporan pelaksanaan tugas Komite IV yang dapat kami sampaikan dalam sidang paripurna ini. Kami atas nama pimpinan dan anggota Komite IV DPD RI mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan dukungan yang terhormat pimpinan, anggota sekretariat jenderal DPD RI serta rekan-rekan media dalam pelaksanaan tugas Komite IV. Sekaligus di dalam kesempatan ini kami berharap Bapak-Ibu anggota Komite IV setelah ini akan ada press release dan sekaligus membicarakan persiapan untuk pembicaraan bersama Banggar DPR nanti sore.

Terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

8. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Bapak-Ibu, hadirin yang berbahagia.

Tadi kita telah bersama-sama mendengarkan laporan dari pimpinan Komite IV dan beberapa progress yang nanti akan saya sampaikan setelah kita mengambil keputusan terhadap dua yang perlu disampaikan, yang dimintakan kepada kita untuk dibuat keputusan.

(13)

Pertama adalah meminta kepada paripurna untuk memutuskan terhadap pertimbangan DPD terhadap RAPBN Tahun Anggaran 2012. Kemudian untuk mendapat keputusan tentang pertimbangan DPD RI terhadap tindak lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester II Tahun 2010. Apakah dapat kita sepakati? Setuju.

Terima kasih.

Tepuk tangan buat kita semua.

Saudara-saudara sekalian. Tadi melalui pimpinan Komite IV dimintakan kepada saya sebagai Ketua Panmus untuk menyampaikan apa tadi yang telah dijelaskan secara komprehensif, tapi minta saya untuk lebih menyampaikan lebih dalam. Pertama, apa yang disampaikan terakhir itu adalah sebuah kemajuan yang sayapun baru tahu, makanya saya agak tadi menanyakan kepada Ketua Komite IV, Pak Cholid. Bahwasa kita diundang ke Kopo untuk membahas APBN dan itu baru pertama kalinya dalam hubungan antara DPR dan DPD ya. Dari awal kita membahasnya. Jadi ini sebuah kemajuan. Tentu inilah hasil karya kita bersama secara bertahap ya untuk kita mendapat lebih pengakuan. Yang kedua, tadi disampaikan hasil keputusan DPD terhadap calon BPK yang telah kita hasilkan, yang tadi telah disampaikan dari 16 orang kita telah memutuskan 7 orang. Tetapi di DPR pada tingkat Komisi XI itu mengeluarkan atau telah memutuskan sebuah nama yang tidak ada daripada yang kita pertimbangkan.

Kemarin kita rapat Panmus sebagai representasi kita semua Panmus itu, saya minta kepada anggota ataupun pimpinan untuk menyampaikan supaya semuanya sama informasinya. Pertama, bahwasanya tentu dengan perkembangan yang tadi dimintakan tentu kita ingin mendapat penjelasan dulu terhadap DPR, pada pimpinan DPR bagaimana keputusan yang telah diputuskan di Komisi XI. Itu kan baru tahap pertama sebelum dibawa ke tahap kedua di paripurna. Yang kedua, kemarin Panmus telah mengamanatkan dan tentu juga meminta kepada semua anggota untuk bisa mensepakati. Seandainya nanti kita lagi sudah meminta waktu pimpinan pada tanggal 11 dan 12 Oktober akan ada rapat konsultasi DPR dan DPD dalam rangka membahas beberapa agenda. Pertama agendanya adalah bagaimana mekanisme pembahasan legislasi. Yang selama ini dari pimpinan DPD itu telah mengirimkan surat, saya tanda tangan langsung sudah 3 kali, selalu saya sampaikan di Panmus, suratnya juga ada, boleh di cek di sekretariat jenderal, tapi belum pernah diagendakan. Konsultasi hanya pernah diagendakan dan memenuhi seperti harapan kita hanya tata tertib bersama mengenai pengaturan sidang bersama antara DPR-DPD yang kita menjadi tuan rumah 16 Agustus. Tetapi ada 10 hal lagi itu masih belum terlaksana. Percayalah Bapak-Ibu sekalian, dari DPD, dari kami meja pimpinan, seperti yang saya juga sampaikan di Panmus, dimanapun kami berada, sepanjang itu undangan dari pimpinan DPR dalam rangka DPD kami akan menempati waktu yang disediakan oleh mereka. Nah, mudah-mudahan tanggal 11-12 Oktober ini akan bisa terjadi. Tapi juga mohon kesepakatan kita bersama seandainya memang itu sudah merupakan pilihan daripada DPR, karena tentu juga sesuai dengan penafsiran mereka terhadap Undang-Undang Dasar di Pasal 23F kalau saya tidak salah, bahwasa DPD memberikan pertimbangan terhadap anggota BPK. Yang menurut penafsiran kita tentu menganggap ini mengikat. Kita juga sudah bahas kalimat perkalimat saya lupa persisnya, tapi itu Pak Wayan, kebetulan hari ini Pak Wayan, Pak Bambang Soeroso, Pak Laode itu menghadiri acara di LIPI dan mewakili kita, karena akan ada hasil sebuah survey mengenai tentang prospek dan progress daripada DPD. Jadi memang mereka hadir di LIPI dan memang sudah melapor ke kami di Panmus.

(14)

Nah, mengingat itu saudara-saudara sekalian, setelah kita mendengar penjelasan

kalau memang tidak, kami kemarin sepakat untuk kita membentuk tim. Tim untuk mengkaji hal-hal apa saja yang nanti kiranya, terlepas juga dari persoalan BPK ini juga hal-hal yang berkaitan dengan selama ini yang tidak berjalan fungsinya untuk kita bawa ke Mahkamah Konstitusi. Tapi tentu kita tidak dengan suasana emosional jauh daripada itu, betul-betul dengan matang, menghindari hal-hal yang konflik. Ke MK itu maksud kita bukan karena kita emosional, bukan karena kita tidak sabar, kita sangat-sangat sabar 7 tahun menunggu, tapi tidak ada jalan lain ya tentu harus ada sebuah mahkamah yang bisa menafsirkan apa yang disebut dengan pertimbangan. Nah, untuk itu kepada teman-teman ya saya minta dukungannya supaya ini bisa menjadi keputusan kita bersama. Apakah bisa kita sepakati? Oke.

Terima kasih Bapak-Ibu sekalian.

Baiklah Bapak-Ibu sekalian, kita akan melanjutkan kepada untuk mendapat keputusan yang kepada pimpinan PPUU untuk menyampaikan laporan perkembangan dan apa keputusan yang ingin kita ambil. Untuk itu kami persilakan kepada pimpinan PPUU dan atau yang mewakili untuk bisa menyampaikan dan keputusan apa yang kita ingin putuskan pada kesempatan ini. Kami persilakan Ibu Hairiah.

9. PEMBICARA : Hj. HAIRIAH, SH., MH. (WAKIL KETUA PPUU)

Terima kasih pimpinan.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.

Om Swastyastu.

Pertama kami atas nama pimpinan PPUU dan juga anggota PPUU mengucapkan belasungkawa atas berpulangnya ayahanda tercinta rekan kita Abdul Aziz dari Sumatera Selatan. Semoga arwah amal ibadah diterima oleh Allah SWT, yang ditinggal juga mendapatkan kekuatan dan ketabahan dari Allah SWT.

Baik, pimpinan. Pertama-tama kami mohon perkenankan hadirin sekalian untuk dapat menyempatkan diri pada kesempatan yang baik dan penuh rasa kebahagian ini untuk memanjatkan doa serta puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah, nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga sidang ini dapat dilaksanakan.

Berkaitan dengan materi sidang pada hari ini, ijinkan kami menyampaikan laporan berkaitan dengan usul DPD RI untuk Program Legislasi Nasional 2012. Sebagaimana diketahui bersama bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Program Legislasi Nasional adalah instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara terencana, terpadu dan sistematis. Artinya Prolegnas dijadikan acuan bagi pembentukan undang-undang ditingkat nasional dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional. Penegasan ini dapat kita temui dalam ketentuan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Sesuai dengan surat DPR kepada DPD RI Nomor LJ.01/7413/DPRRI/IX/2011 tanggal 14 September 2011. Maka masukan DPD RI untuk penyusunan Prolegnas prioritas tahun 2012 dapat diserahkan kepada pimpinan DPR RI paling lambat tanggal 10 Oktober 2011. Setiap usulan rancangan undang-undang yang

(15)

didaftarkan sesuai dengan surat tersebut harus telah disetujui dalam sidang paripurna DPD RI dan disertai formulir pengajuan rancangan undang-undang tersebut.

Dalam kaitan diatas, dalam kesempatan ini ijinkan kami menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan program legislasi nasional. Dan hal-hal baru sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Hal-hal yang akan kami sampaikan diharapkan menjadi pemahaman kita bersama, terutama sekali menyangkut bagaimana tindak lanjut dan strategi kita kedepan dalam rangka ikut terlibat dalam pembahasan legislasi. Ini penting menjadi pemahaman kita bersama, karena Prolegnas ini menjadi pintu masuk usulan kita dan keterlibatan kita dalam pembahasan legislasi kedepan.

Pertama, dalam kaitan Prolegnas, ketentuan Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menyatakan Prolegnas memuat program pembentukan undang-undang dengan judul rancangan undang-undang, materi yang diatur dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Materi tersebut sebagaimana ketentuan Pasal 19 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 meliputi :

a. Latar belakang dan tujuan penyusunan. b. Sasaran yang ingin diwujudkan.

c. Jangkauan dan arah pengaturan.

Kedua, sebagaimana ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, penyusunan dan daftar rancangan undang-undang dalam Prolegnas didasarkan atas :

a. Perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

c. Perintah undang-undang lainnya.

d. Sistem perencanaan pembangunan nasional. e. Rencana pembangunan jangka panjang nasional. f. Rencana pembangunan jangka menengah.

g. Rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR. h. Aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat.

Ketiga, program legislasi nasional sebenarnya dibuat untuk menjamin ketetapan isi dan ketepatan prosedur yang harus didasarkan pada kaidah-kaidah penuh hukum, yaitu :

a. Menjamin integrasi bangsa dan negara baik teritori maupun ideologi. b. Mengintegrasikan prinsip demokrasi.

c. Berorientasi pada pembangunan keadilan sosial.

d. Menjamin hidupnya toleransi beragama dan berkeadaban.

Keempat, memenuhi ketentuan Pasal 20 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, maka program legislasi nasional dapat dilakukan evaluasi. Oleh karena itu kami juga menyampaikan catatan sebagai berikut :

a. Keputusan DPR RI Nomor 41A/DPRRI/I/2010-2014, menetapkan 247 rancangan undang-undang. Apabila dilihat dari dimensinya ada 144 rancangan undang-undang baru, atau kalau dipersentasikan itu mencapai 86%. Dan 103 rancangan perubahan atau pengganti termasuk undang-undang warisan colonial, atau kalau dipersentasikan menjadi 40%. Apabila dilihat dari bidangnya bidang politik dan hukum 84 RUU atau

(16)

34%, bidang perekonomian 105 RUU atau 42,5% dan bidang kesra 58 RUU atau 23,4%.

b. Untuk capaian pada tahun 2010 ditetapkan sejumlah 70 RUU prioritas dan dapat diselesaikan menjadi undang-undang sebanyak 13 RUU. Sementara tahun 2011 ditetapkan 70 rancangan undang-undang prioritas ditambah dengan rancangan undang-undang luncuran 2010 sebanyak 21 rancangan undang-undang. Total 91 rancangan undang-undang yang harus diselesaikan. Sampai saat ini baru dapat diselesaikan sekitar 15 undang-undang.

c. Dalam pelaksanaan undang-undang di daerah Panitia Perancang Undang-Undang menemukan berbagai masalah yang berkaitan dengan implementasi undang-undang di daerah. Begitu carut marut dan tumpang tindihnya undang-undang satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan lemahnya pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Hadirin yang kami hormati.

Berkaitan dengan usul DPD untuk Program Legislasi Nasional Tahun 2012, kami telah merumuskan sesuai dengan format dan konsepsi yang diinginkan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dan DPR, dapat kami laporkan dalam kesempatan ini bahwa sebelum merumuskan usulan DPD RI kami telah meminta masukan dari anggota, masyarakat, daerah dan komite-komite. Kami juga telah melakukan sidang gabungan dengan Komite I, II, III dan IV tanggal 24 September 2011 untuk mendiskusikan usulan komite dan langkah-langkah strategis kedepan dalam langkah pelaksanaan fungsi legislasi ini. Terutama sekali menyangkut hubungan kerja dengan DPR RI.

Usulan DPD RI untuk Prolegnas Tahun 2012 sesuai dengan kriteria teknis yang harus dipenuhi oleh DPD RI, maka kami membagi usul DPD RI untuk Prolegnas Tahun 2012 menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Prioritas usulan DPD RI karena rancangan undang-undangnya telah diputuskan dalam sidang paripurna DPD RI, yaitu :

1. Rancangan Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Kepala Daerah. 2. Rancangan Undang-Undang tentang Desa.

3. Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.

4. Rancangan Undang-Undang tentang Pokok-pokok Kepegawaian dan Pejabat Negara.

5. Rancangan Undang-Undang tentang Kelautan.

b. Rancangan undang-undang yang sedang dalam pembahasan, yaitu : 1. Rancangan Undang-Undang Jalan.

2. Rancangan Undang-Undang tentang Minyak dan Gas Bumi.

3. Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

4. Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

5. Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

6. Rancangan Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

7. Rancangan Undang-Undang tentang Hak Keuangan Pimpinan dan Anggota Lembaga Negara.

8. Rancangan Undang-Undang tentang Pertanahan.

(17)

Kriteria a dan kriteria b ini menjadi usulan DPD RI agar didorong menjadi prioritas masuk dalam Prolegnas 2012. Sehingga menjadi agenda pembahasan dengan DPR RI pada tahun 2012 mendatang.

Selain itu mengikuti struktur dan substansi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dan kriteria teknis sebagaimana ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012. Maka usulan komite yang masih berupa judul kami usulkan menjadi prioritas pembahasan DPD tahun 2012, dan selanjutnya akan kita usulkan bersama-sama dalam Prolegnas 2013. Setelah naskah akademik dan draft RUU-nya selesai, dengan demikian kita mempunyai perencanaan dan prioritas pembahasan untuk tahun 2012. Beberapa usulan kami hapus karena usulan tersebut sudah ditetapkan menjadi undang-undang, Seperti kemarin telah disahkan Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum dan telah diundangkan menjadi Undang-Undang Bantuan Hukum.

Karena usulan untuk Prolegnas disesuaikan dengan formulir yang ada maka kami telah berusaha melakukan kajian terhadap usulan tersebut. Sehingga seluruh isian dalam formulir tesebut dapat terisi dan arah dari rancangan undang-undang yang diusulkan dapat diketahui secara komprehensif dengan ketentuan Pasal 18 dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010. Diinformasikan selain Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum juga masuk Rancangan Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan. Jadi Undang-Undang ini sudah disahkan oleh DPR.

Terakhir, sebagaimana sidang gabungan antara PPUU dan pimpinan komite pada tanggal 26 September 2011, agar kedepan ada kejelasan atas produk-produk legislasi kita. Sidang gabungan merekomendasikan supaya didorong adanya tata tertib bersama antara DPR RI dan DPD RI dalam rangka pelaksanaan tugas dan mekanisme bersama DPR RI dan DPD RI. Sebelum diupayakannya hal-hal lain yang memperjelas kewenangan DPD RI, seperti

judicial review atas Undang-Undang MD3 dan Undang-Undang P3. Berkaitan dengan itu

kami mohon pimpinan dapat memfasilitasi pembahasan mekanisme kerja sama tersebut. Kami sesuai dengan amanat sidang gabungan dan pleno PPUU telah mengirimkan surat kepada pimpinan Badan Legislatif DPR RI untuk membuka dialog dan kerja sama antara Panitia Perancang Undang-Undang dan Badan Legislatif DPR RI. Tadi juga sudah disampaikan oleh pimpinan ya apa yang akan dilakukan oleh pimpinan.

Hadirin yang kami hormati.

Demikian laporan yang kami dapat sampaikan dalam kesempatan ini terhadap materi usulan DPD RI untuk Program Legislasi Nasional Tahun 2012. Kami mohon sidang paripurna ini untuk menerima dan mengesahkannya, sehingga sebelum tanggal 10 Oktober 2011 sebagai batas akhir penyampaian usulan Prolegnas, DPD RI dapat menyampaikan usulan kepada DPR.

Atas perhatian pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Daerah kami haturkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang.

Om Shanty Shanty Om.

Pimpinan Panitia Perancang Undang-Undang, Ketua Bapak I Wayan Sudirta, SH., wakil ketua saya Ibu Hairiah, SH, wakil ketua Bapak Iswandi A.Md.

Terima kasih.

10. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Baiklah Bapak-Ibu sekalian, tadi telah disampaikan draft rancangan atau keputusan DPD tentang usul program legislasi nasional yang telah dibacakan oleh Ibu Hairiah. Dan juga permintaan supaya ini akan dibahas diantara pimpinan DPR dan DPD nanti. Ya tentu kami

(18)

akan mengundang juga PPUU atau yang lainnya nanti tergantung undangannya, untuk supaya diatur tata tertib mengenai pembahasan legilasi antara PPUU dan Baleg sebagai mitra kerjanya.

Bapak-Ibu sekalian, kepada kita dimintakan kalau mungkin ada beberapa hal draft yang bisa diusulkan oleh PPUU maksimal tanggal 10 ya, berarti hanya tinggal 4 hari, dan tanggal 10 harus kita serahkan kepada Baleg. Untuk itu menjadi catatan kita semua untuk bisa koordinasi langsung. Baiklah Bapak-Ibu sekalian, apakah kita dapat menyetujui keputusan DPD tentang usul program legislasi nasional untuk tahun 2012? Baik.

Terima kasih. Tepuk tangan untuk kita semua. Sidang dewan yang mulia,

Dalam rapat Panitia Musyawarah kemarin Badan Kehormatan telah menyampaikan laporan dan kita menerima dengan baik hasil kerja Badan Kehormatan yang didalam kenyataanya masih senantiasa diiringi dengan dinamika substansi yang berkembang. Sebagai contoh, misalnya menyangkut formulasi anggota pansus, mekanisme kerja pansus, serta dalam hal terjadi pergantian dan perubahan anggota, seperti Pansus Pertambangan, Pansus Dana Bagi Hasil dan lain sebagainya. Selain itu kami juga melihat belum terdapatnya pasal yang mengatur mengenai pelaksanaan sidang bersama DPD dan DPR RI, yang telah kita laksanakan belum diatur dalam tatib. Kemudian lambang dan tanda anggota, serta perlu adanya penyesuaian dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukkan Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan pada 12 Agustus 2011. Hal-hal seperti itu mengingatkan kita bahwa masih banyak beberapa catatan yang harus kita perhatikan dan bahas secara komprehensif serta mendalam dengan berbagai aspek tinjauan. Panitia Musyawarah kemarin telah menerima hasil Badan Kehormatan dan sesuai dengan Pasal 76 Tatib bahwa Badan Kehormatan telah melakukan evaluasi tatib dan usul melakukan perubahan. Sejalan dengan dinamika substansi yang harus terus diikuti dalam waktu kurun waktu beberapa bulan kedepan, serta harus diikuti pula analisis situasinya secara komprehensif, maka kemarin dengan pembicaraan yang lebih dalam di Panmus akhirnya kita mengusulkan dan memutuskan kemarin di Panmus untuk kita membentuk pansus tata tertib. Apakah ini dapat kita sepakati? Silakan Ibu Aida.

11. PEMBICARA : AIDA ZULAIKA NASUTION ISMETH, SE., MM. (KETUA BADAN KEHORMATAN)

Pimpinan.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Silakan Ibu Aida.

12. PEMBICARA : AIDA ZULAIKA NASUTION ISMETH, SE., MM. (KETUA BADAN KEHORMATAN)

Begini pimpinan. Kami mohon agar kiranya dapat lebih, supaya betul-betul lebih dipahami. Jadi jangan nanti dianggap bahwa BK tidak bekerja, hasilnya mana. Jadi ini oleh karena ada perkembangan dan apakah betul-betul disetujui. Karena kalau kita semuanya

(19)

nanti menunda waktu terlampau lama, anggota mengatakan mana kok tatibnya tidak selesai. Jadi merupakan beban moral bagi kami. Jadi betul-betul, apakah memang betul-betul sidang paripurna ini menyetujui untuk kami. Terima kasih.

13. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Baik, apakah kita sepakati untuk kita lebih menyempurnakan tatib ini kita bentuk pansus tata tertib?

14. PEMBICARA : H. GUSTI FARID HASAN AMAN, SE., Akt., MBA. (KALSEL)

Pimpinan sebentar, pimpinan sebentar pimpinan. Pimpinan, kalau boleh saya bicara ijin, saya Gusti Farid dari Kalsel pimpinan. Kami sudah lebih berjalan 2 tahun berjalan untuk Tatib ini. Memang kalau memang tadi banyak kekurangan-kekurangan kami terima untuk perbaikan, terima kasih kepada teman-teman. Tapi tolong juga dilihat apa saja kebaikan-kebaikan yang sudah kami lakukan selama ini pimpinan. Tadi pimpinan hanya mengatakan hasil dari Panmus bahwa ada beberapa bagian kekurangan ada 7-8 point, tapi tidak menyentuh sama sekali kebaikan-kebaikan yang sudah kami hasilkan dari BK ini. Maka saya mohon dari paripurna ini untuk kalau bisa, sebenarnya saya tidak setuju untuk dibentuk pansus lagi, karena sudah bolak balik kita ini menghabiskan anggaran negara yang terlalu besar pimpinan. Membentuk pansus, kita konsinyering di hotel, ada berapa anggaran negara yang habis pimpinan. Makanya kalau memang kita mau efisien saya minta tatib ini disetujui, tapi memang kalau memang ada perbaikan silakan pimpinan. Cuma saya tidak setuju kalau di pansuskan lagi karena terlalu panjang dan terlalu banyak menghabiskan anggaran negara pimpinan. Terima kasih.

15. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Baik, silakan yang lain. Silakan Pak Farouk.

16. PEMBICARA : Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (NTB)

Pimpinan dan forum yang sama saya hormati.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang, salam sejahtera. Saya nengok kekiri Pimpinan. Kalau seandainya ini ada yang pintar foto dari sini kelihatan terus sampai kebelakang, terus keluar dikoran begitu kan, DPD sidang paripurna DPD, keluar cuma satu kursi kosong semua. Ini kalau wartawan ada yang pintar ini, kemarin itu keluar itu di koran saya lihat, kasihan juga ini begitu, coba diambil foto disini kosong semua cuma ada satu. Ini saja semua semangat kita untuk membuat lembaga kita menjadi, kalau boleh lembaga yang berwibawa dan dibanggakan begitu.

Pimpinan dan forum yang saya hormati.

Soal tatib ini saya bisa memahami kalau ada kekurangan, begitu. Jadi tadi sudah dikemukakan dan aspirasi dari anggota BK, saya juga mantan anggota BK begitu. Saya lebih menyarankan kalau memang ada kekurangannya akan lebih arif dikembalikan lagi kepada BK, kan juga BK ini kan bersama PPUU ya, jadi mekanisme itu saja. Karena kalau kita bikin pansus itu memang terlihat sekali seperti di rekayasa, karena sudah kembali lagi mundur sudah pernah pansus, Pansus BK, BK-PPUU, pansus lagi, jadi terlihat sekali. Jadi saya tidak setuju kalau harus pansus, tapi saya setuju kalau ini kasih kesempatan lagi BK, satu ini sampai mungkin masa sidang ini, apa yang bisa optimal, yang bisa optimal, bisa disepakati

(20)

bersama, begitu. Kalau memang nanti toh ya kita lihatlah kedepan, tapi yang optimal. Jadi kembalikan saja dulu kepada BK, karena saya khawatir jangan sampai karena itu semakin mempertajam antara kubu-kubu didalam DPD, itu saya tidak inginkan, begitu. Saya pikir ariflah, kembalikan saja kepada BK, silakan point-point yang perlu diperbaiki, perbaiki bersama PPUU itu, tidak usah bentrok lagi pansus. Terima kasih pimpinan.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

17. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Baik silakan Pak Jack.

18. PEMBICARA : JACOB JACK OSPARA, S.Th., M.Th. (MALUKU)

Terima kasih pimpinan dan rekan-rekan semua.

Sebagai mantan ketua tim pansus dan sekaligus mantan anggota Badan Kehormatan, saya juga merasa sebaiknya jangan lagi membentuk pansus. Mengapa? Oleh karena hasil akhir yang sudah di sampaikan oleh BK itu adalah hasil harmonisasi terakhir oleh PPUU. Mengapa PPUU harus mengharmonisasikan itu? Oleh karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Prosedur Pembentukkan Peraturan perundang-undangan atau P3 itu Pasal 8 Ayat 1 dengan jelas dikatakan semua peraturan perundang-undangan yang mengikat internal oleh lembaga-lembaga negara patut diharmonisasikan karena nilainya setingkat dengan undang-undang. Dengan demikian hasil BK berupa tata tertib yang telah diharmonisasikan dengan mengeluarkan biaya di hotel itu akan nilainya sudah sama dengan undang-undang. Bahwa kalau masih kekurangannya kalau bisa ini perlu di bentuk tim kerja saja untuk melakukan sentuhan akhir, jangan disebut lagi harmonisasi karena sudah melewati PPUU. Tapi cukup tim kerja, mungkin berasal dari BK dan ketua-ketua alat kelengkapan untuk menyerasikan tahap akhir atau melakukan sentuhan akhir, tidak perlu dibuat pansus. Karena berani pansus berarti kita sudah masuk nomenklatur pansus yang menurut hemat saya nanti kita bisa dikoreksi lagi oleh BPK, padahal sudah kita melakukan 2 kali berturut-turut itu pansus kalau itu terjadi. Karena itu saya usulkan cukup tim kerja untuk sentuhan akhir, harmonisasi akhirlah seperti itu, namun itu wewenang PPUU tapi kalau diharmonisasikan menurut saya.

19. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Terima kasih Pak Jack. Silakan Pak Bahar.

20. PEMBICARA : Drs. H. BAHAR NGITUNG (SULSEL)

Terima kasih pimpinan dan forum yang sangat saya hormati.

Apa yang disampaikan oleh anggota yang terhormat Pak Farouk, Pak Jack, Ibu Aida, itu sudah kemarin juga sudah dibicarakan, sama persis. Hanya pertimbangan kemarin kalau saya tidak salah ingat di Panmus bahwa kalau timja itu kekuatannya kurang, jadi tidak ada untuk melakukan perubahan atas yang sudah ada itu tidak punya kewenangan. Sehingga dirasa perlu untuk lebih ada diatasnya. Sehingga hal-hal yang dianggap masih kurang, termasuk kemarin dalam beberapa pasal double. Jadi memang sangat krusial sekali seperti Pasal 55 double. Kalau pasal 55 dijadikan 56 dia akan bongkar semua pasal-pasal berikutnya, itu hal-hal yang krusial. Oleh karena itu memang pansus itu dianggap merupakan satu alat yang lebih mempunyai legitimasi dan lebih tinggi untuk merubah yang sudah ada,

(21)

menyempurnakan, bukan berubah, menyempurnakan. Istilah kemarin itu lebih arif dikatakan menyempurnakan yang sudah ada. Terima kasih pimpinan.

21. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Silakan.

22. PEMBICARA : Ir. ANANG PRIHANTORO (LAMPUNG)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat siang.

Om Swastyastu.

Pimpinan yang saya banggakan, rekan-rekan yang saya hormati. Saya ini orang yang sudah jenuh sebetulnya, sudah jenuh, sama sekali jenuh dengan diskusi hiruk pikuk terkait dengan ini. Saya jauh lebih prihatin kita tidak menangani sejumlah persoalan daerah. Luar biasa banyaknya harapan masyarakat terhadap DPD. Kemudian hubungan kita dengan teman-teman DPR yang tadi sudah sebagian kita mulai cuplik, untuk kedepan supaya kelembagaan kita semakin punya ruang di republik ini. Oleh karena itu apapun namanya sekali lagi saya ingin kita akhiri, pansus barangkali memang punya legitimasi, tetapi mungkin usulan Pak Jack lebih rasional. Yang jauh lebih penting menurut saya bagaimana kekompakan ini kita jaga, suasana rapat Panmus kemarin saya kira hampir menggambarkan itu Pak Ketua ya. Dan dengan demikian orang-orang seperti saya yang maaf saja tidak lebih pintar dari teman-teman, saya pikir juga jangan dipikir tidak ada artinya di DPD ini. Sekali lagi, kejenuhan saya ini mudah-mudahan juga sebagian teman-teman juga begitu. Jadi ini bukan hanya ruang teman-teman yang pintar ngomong saja di paripurna ini. Jadi rakyat, republik ini jauh lebih memerlukan DPD daripada apa yang terjadi dengan apa yang kita sibukan. Ini kan sebetulnya menurut saya lebih pada nuansanya konflik kepentingan, jujur saja. Oleh karena itu segala kekurangan pimpinan, saya pikir kita mestinya juga bisa menerima. Toh kalau kita menjadi pimpinan kita juga belum tentu lebih baik begitu intinya. Tetapi nuasa 2,5 - 5 tahun itu menurut saya ini yang menyandera kita hari ini. Saya tidak mau pusing dengan 2,5 atau 5 tahun. Yang lebih saya pikirkan adalah bagaimana rakyat di daerah, kewenangan kita bisa meningkat dan kita bisa menjadi wakil rakyat yang sesungguhnya. Saya tidak membuat usulan apapun tetapi kegelisahan saya, saya harap juga menjadi catatan di paripurna ini. Terima kasih.

23. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Baik, silakan Pak Muhyi.

24. PEMBICARA : H. LL. ABDUL MUHYI ABIDIN, MA. (NTB)

Terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

BK adalah salah satu alat kelengkapan kita yang kita anggap istimewa. Anggota-anggota BK ini kita pilih dengan secara khusus tidak seperti Anggota-anggota alat kelengkapan lainnya. Karena itu saya menganggap BK ini mempunyai kemampuan lebih, mempunyai legitimasi yang lebih, bahkan dengan pansuspun menurut saya BK ini lebih legitimasi, legitimasinya lebih. Karena kalau pansus itu artinya kita akan mengakomodir dari alat kelengkapan lain yang notabenenya tidak konsen dalam hal itu. Sedangkan yang ada di BK itu saya rasa dia bisa dalam rapat sehari-harinya, karena ini merupakan PR bagi beliau-beliau

(22)

yang duduk di BK, dia konsen di situ. Disitu ada Pak Wayan, iya secara garis besar orang-orang yang ada di sana itu menurut saya sudah sangat mewakili untuk membahas sekedar tatib ini. Cuma yang menjadi permasalahan di sini memang tatib kita tarik ulur sejak dulu sejak periode lama. Itu karena muncul lagi ide 2,5 tahun, ini ide yang sangat buruk menurut saya. Ide ini sudah pernah muncul dulu kemudian kita terhambat gara-gara dia, gara-gara ide itu. Dan ide ini menurut saya tidak sangat pas untuk sebuah lembaga yang sudah berjalan seperti DPD sekarang ini. Memang banyak teman-teman yang punya pikiran ide itu bagus karena ada nanti rolling, ada harapan, ada dan sebagainyalah. Tapi bagi saya secara pribadi itu hanya sebagai penghambat saja.

Usulan saya yang konkrit bagaimana kalau hasil dari pansus yang kemarin itu dikelola dengan baik oleh BK, kemudian untuk besok ini dimajukan dulu hal-hal yang tidak menjadi, tidak krusial untuk membuat kita tarik ulur. Agar kita mempunyai tatib yang untuk sementara waktu itu lebih bagus dari yang kemarin. Menurut saya marilah hal-hal yang menurut kita bisa membuat kita bisa saling tarik ulur itu kita sisihkan dulu. Seperti 2,5 tahun ada anggaran untuk DPD di MPR, padahal dia adalah alat kelengkapan MPR, misalnya kita menganggap seperti itu karena dia salah satu dari fraksi di MPR. Hal-hal yang seperti itu yang kita anggap sebagai hal yang membuat kita terhambat, sudahlah oleh BK, saya rasa kita menghormati BK juga, diabaikan saja dulu. Mari yang menurut kita itu bisa membuat kita bekerja lebih baik itu yang dimajukan di paripurna agar kita bisa membuat apa-namanya berjalan terus. Saya rasa tidak usahlah buat pansus, mari kita hormati BK yang orang-orangnya kita pilih dengan secara khusus dan menurut kita orang-orang terbaik dari provinsi. Terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

25. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Baik, silakan Pak Cholid.

26. PEMBICARA : H. CHOLID MAHMUD, ST., MT. (DI YOGYAKARTA)

Ide Pak Lalu ini menarik ya, Pak Lalu Muhyi ini menarik. Tetapi mungkin dibalik, jadi bukan diajukan yang dianggap penting tetapi ditinggalkan yang dianggap jadi masalah. Karena sebenarnya yang menjadi masalah itu sedikit, sedangkan yang lainnya itu hampir secara substansial itu sudah selesailah, begitu. Karena itu kalau kita bisa bersepakat bahwa yang jadi masalah itu kita tinggalkan dulu itu kesepakatan di paripurna kita, maka selesai sudah persoalan kita dan tidak perlu lagi pansus. Nah, yang menjadi masalah ya kembali lagi kepada yang semula dulu begitu, ini usulan terbalik. Terima kasih.

27. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Baik, silakan Pak.

28. PEMBICARA : Ir. EMANUEL BABU EHA (NTT)

Terima kasih, Pak Ketua, pimpinan dan anggota yang saya hormati.

Rupanya mungkin saya sebetulnya anggota yang tidak pernah berbicara dalam forum paripurna. Tapi rasa-rasanya sudah sampai dipuncaknya ini, mau tidak mau saya harus berbicara juga pada saat ini. Sudah dua tahun saya diam untuk menyimak apa yang sebetulnya terjadi di forum ini. Tapi kalau ini terus menerus lagi tiga tahun kita akhirnya berakhir dengan cuma begini kita diruangan ini. Pikiran saya kemarin itu pemikiran yang

Referensi

Dokumen terkait

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dari dampak negatif yang ditimbulkan fast food dan junk food terhadap kesehatan tubuh manusia melalui

terkontaminasi dengan batran pencemar yang berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumatr sakit,

Martadinata ini, yaitu dengan menanam Mahoni (Swietenia macrophylla King.) dan Tanjung (Mimusops elengi L.) sebagai tanaman tepi jalan, yang paling dominan, yang

Beberapa parameter tersebut diperhitungkan untuk menetapkan indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara yang dinyatakan oleh Singh, Rao, Agrawal, Pandey and

PEMBERIAN EKSTRAK HULBAH SECARA ORAL MENURUNKAN PENYERAPAN TULANG TIKUS PASCA OVARIEKTOMI YANG DITANDAI DENGAN.. PENURUNAN KADAR

Pada sub bab ini, akan menjelaskan mengenai analisis data hasil observasi dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar yang terdiri dari

bahwa dalam rangka percepatan pelayanan perizinan dan guna menindaklanjuti Rencana Aksi Pemberantasan Koru psi Terintegrasi Tahun 2019- 2020 dari Komisi Pemberantasan

Semua alat dan perlengkapan itu tetap menjadi milik Penyedia Jasa yang sebelumnya sudah diperhitungkan pengadaannya dalam kontrak penawaran dan diajukan brosur atau sampel