• Tidak ada hasil yang ditemukan

UCAPAN TERIMAKASIH. Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UCAPAN TERIMAKASIH. Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNYa disertasi dengan berjudul : Karakteristik Protein Imunogenik Cairan Kista Taenia Saginata dan Kemampuannya untuk Menginduksi Respon Antibodi (IgG) dan Interleukin 2 pada Mencit BALB/c dapat diselesaikan. Adapun tujuan penulisan disertasi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Doktor (S3) di program Studi Ilmu kedokteran , Program Pascasarjana di Universitas Udayana.

Melalui kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Prof. Dr. drh. I Nyoman Sadra Dharmawan, MS, sebagai promotor yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program doktor, khususnya dalam menyelesaikan disertasi ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS., sebagai kopromotor I dan Prof. drh. Nyoman Mantik Astawa, PhD. selaku kopromotor II dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan arahan, bimbingan, dan motivasinya kepada penulis untuk menyelesaikan praposal penelitian ini.

Ucapan yang sama juga ditujukan Rektor Universitas Udayana yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan Program Doktor di Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. Made Budiarsa, MA, selaku Asisten I Program Pascasarjana Universitas Udayana dan Prof. Made Sudiana Mahendra. PhD selaku Asisten Direktur II Program Pascasarjana

(2)

vi

Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Program doktor. Terimakasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Putu Adiatmika, M.kes selaku PD I Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Ucapan terimakasih pula sampaikan kepada Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro selaku ketua dan Dr.dr. Tjokorde Gde Bagus Mahadewa, M.Kes, Sp.BS, MSc selaku sekretaris Program studi Doktor Ilmu kedokteran, Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan dan dorongan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian studi di Program Doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Trimakasih penulis juga sampaikan kepada Dr. drh Adi Suratma, MP, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah memberikan fasilitas, dukungan dan dorongan moral selama penulis mengikuti dan menyelesaikan program Doktor ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., Prof. Dr. drh. I Ketut Puja, M.Kes., Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Putra Manuaba, M.Phil., Dr. drh. N. Adi Suratma, MP., dan Drh. I Wayan Masa Tenaya, M.Phil, Ph.D selaku penguji atas arahan, saran dan pendapatnya untuk kesempurnaan naskah disertasi ini.

Penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada istri tercinta Ni Made Narti serta putra putri tersayang Ni Wayan Indri astuti S.Kom, dr. I Made Harry pranata dan Nyoman Fitri Widianti atas dukungan, dorongan, perhatian, pengorbanan yang diberikan selama penulis menyelesaikan program doktor ini. Terimakasih juga penulis sampaikan

(3)

vii

kepada seluruh keluarga kakak Ir. I wayan Ekasana, adik Ir. I Nyoman Triyasa yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam penyelesaian program doktor ini.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Teman-teman di Program studi ilmu Kedokteran Program doktor Pascasarjana Universitas Udayana, khususnya teman-teman angkatan 2011, atas motivasi, semangat dan kebersamaannya dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan disertasi ini belum sempurna sehingga masukan dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurkannya. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan serta penyelesaian disertasi ini.

Denpasar, Januari 2017 Penulis

(4)

viii ABSTRAK

KARAKTERISTIK PROTEIN IMUNOGENIK CAIRAN KISTA TAENIA SAGINATA DAN KEMAMPUANNYA UNTUK MENGINDUKSI RESPON

ANTIBODI (IgG) DAN INTERLEUKIN 2 PADA MENCIT BALB/C

Sistiserkosis dan taeniasis merupakan masalah kesehatan di negara berkembang. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan untuk mendeteksi masih bersifat konvensional dengan sensitivitas yang rendah. Beberapa negara maju telah mengembangkan metode yang lebih sensitive untuk mendeteksi awal kejadian sistiserkosis berbasis imunologi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik protein yang bersifat imunogenik pada cairan kista T. saginata yang diperoleh dari sapi bali.

Penelitian ini diawali dengan purifikasi protein cairan kista T. saginata dengan kromatografi gel sephadex dan kromatografi afinitas antibodi monoklonal. Identifikasi protein dan uji imunogenik dilakukan dengan SDS-PAGE dan Uji Western Blotting. Untuk menentukan respon humoral dan seluler dari fraksi protein imunogenik yang ditemukan diujikan pada mencit BALB/c dengan mengukur titer antibodi (IgG) dan jumlah sel penghasil IL- 2. Fraksi protein yang diujikan adalah protein Crude, F.16, F.25, F.38 dan F.AbMo dengan dosis 0,1ml/ekor secara intraperitoneal pada minggu ke-1, 2, 4. Jumlah sel penghasil IL-2 diukur pada minggu ke-5 setelah imunisasi.

Hasil penelitian menunjukkan cairan kista T. saginata pada sapi bali mengandung 5 protein imunogenik dengan berat molekul 18, 31, 75, 78, dan 81 kDa. Purifikasi dengan kromatografi gel sephadex ditemukan 3 fraksi protein F.16 (75, 78 dan 81 kDa), F.25 (78 kDa dan 81 kDa), F.38 (31 kDa) dan purifikasi dengan kromatografi afinitas antibodi monoklonal didapatkan fraksi protein F.AbMo dengan berat molekul 31 kDa. Rerata titer antibodi IgG tertinggi pada fraksi protein F.16, berikutnya fraksi protein F.25, protein crude, fraksi protein F.38 dan yang paling rendah adalah F.AbMo. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antar kelompok fraksi protein dan waktu pengamatan terhadap jumlah titer antibodi. Rerata jumlah sel penghasil IL-2 paling tinggi pada fraksi protein F.16. Jumlah berikutnya ditunjukkan pada fraksi protein F.25, protein crude, fraksi F.38 dan yang terendah ditunjukkan pada fraksi F.AbMo. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antar kelompok fraksi protein terhadap jumlah sel penghasil IL-2.

Simpulan penelitian ini adalah cairan kista T. saginata mengandung berbagai fraksi protein yang imunogenik sesuai dengan metode purifikasi yang digunakan.

(5)

ix ABSTRACT

CHARACTERISTICS IMMUNOGENIC PROTEINS OF TAENIA SAGINATA CYST FLUID AND ABILITY TO RESPONSE INDUCE ANTIBODY

(IgG) AND INTERLEUKIN 2 ON MICE BALB / C

Cysticercosis and taeniasis are still becoming unsolved problem in developing countries. It is caused by lack of method to detect them and the conventional method has low sensitivity. Some countries have been developing the newest method to detect early effect of cysticercosis which is use immunologic response. This study aims to define the immunogenic protein characteristics in T. saginata cyst fluid in Bali Cattle.

This observational study started by purify T.saginata cyst fluid with spadex chromatography gel and monoclonal antibody chromatography affinity. Identification of protein and immunogenic study is done SDS-PAGE and Western Blotting Test. The fraction of immunogenic protein was tested in BALB/C mice by measure antibody titer and the amount of cells which can produce IL-2. The fraction protein are crude protein, F16, F.25, F.38 and F.AbMo with 0,1ml/ mice dosage which is administered by intraperitonial injection consecutively at 1st,2nd, 4th weak. The amount of cells which produce IL-2 measured at 5th week after immunization.

The results showed T.saginata cyst fluid that extracted from bali cattle contains 5 immunogenic proteins which have 18,31,75,78, and 81 kDa molecule mass. Purification process by chromatography gel sehadex is found 3 protein fraction F.16 (75,78,and 81 kDa), F25 (78kDa and 81 kDa), F.38 (31 kDa) and purification by affinity of monoclonal antibody is contained F.AbMo protein fraction which has 31kDa molecule mass. The mean IgG antibody titer highest protein fraction F.16, F.25 subsequent protein fractions, crude protein, protein fraction F.38 and the lowest is F.AbMo. Statistical analysis showed a significant difference (p <0.05) between groups of protein fractions and the period of observation of the amount of antibody titer. The highest mean of cells which can produce IL-2 is F.16 protein fraction. The second, third, and forth consecutively are F.25 protein fraction, crude fraction, F.38 fraction. The lowest antibody titer is shown by F.AbMo fraction. Based on the results of statistical analysis known that there are significant differences (p <0.05) between groups on the protein fraction to the amount of IL-2.

The conclusions that T.saginata cyst fluid has many fraction of immunogenic proteins based on purification method used in this study.

(6)

x

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL DALAM ………...

LEMBAR PERSETUJUAN ………... PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……… PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME……… UCAPAN TERIMAKASIH ... ……… ABSTRAK ……… ABSTRAC ……… DAFTAR ISI ... ……… DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR ……….. DAFTAR LAMPIRAN ………... DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ………..

i ii iii iv v viii ix x xiii xiv xv xvi BAB I PENDAHULUAN ………..

1.1 Latar Belakang Penelitian ……… 1.2 Perumusan Masalah ………. 1.3 Tujuan penelitian ……….. 1.3.1 Tujuan Penelitian Umum ……… 1.3.2 Tujuan penelitian Khusus ……… …….. 1.4 Manfaat Penelitian ……… 1.4.1 Manfaat Teoritis ………... 1.4.2 Manfaat Praktis ……… 1 1 5 5 5 5 6 6 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 7

2.1 Profil Protein Cacing Pita Taenia sp……… 2.2 Taenia saginata……….. 2.2.1 Morfologi Taenia saginata ………... 2.2.2 Morfologi Cysticercus bovis ………... 2.2.3 Siklus Hidup Taenia saginata ………. 2.2.4 Epidemiologi Cysticercus bovis ………. 2.2.5 Pengendalian dan Pencegahan Taeniasis ………... 2.3 Respon Imun Antigen ………. 2.4 Interleukin ……… 2.4.1 Interleukin 2 ……… 2.5 Antibodi ……… 2.6 Respon Imun Terhadap Parasit ………

7 10 11 12 12 15 17 19 22 24 26 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ………... 34 3.1 Kerangka Berpikir ……… 3.2 Konsep Penelitian ……… 3.3 Hipotesis Penelitian ……… 34 35 36

(7)

xi

BAB IV MATERI DAN METODE PENELITIAN ……….. 4.1 Rancangan Penelitian ……… 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 4.3 Populasi dan Sampel . .……… 4.3.1 Populasi Penelitian ……… 4.3.2 Kriteria Sampel ………. 4.3.3 Besar Sampel ………. 4.4 Variabel penelitian ………. 4.4.1 Variabel Bebas ……….. 4.4.2 Variabel tergantung ……….. 4.4.3 Variabel Kendali ……….. 4.4.4 Hubungan Antar Variabel ……… 4.4.5 Definisi Operasional Variabel ……….. 4.5 Bahan Penelitian ……… 4.5.1 Kista Taenia saginata ……… 4.5.2 Mencit ……… 4.6 Instrumen penelitian ……….. 4.7 Prosedur Penelitian ……… 4.7.1 Alur Penelitian ………. 4.7.2 Purifikasi Fraksi Protein Cairan Kista T. saginata…... 4.7.2.1 Purifikasi Fraksi Protein Cairan Kista T. saginata dengan Kromatografi Gel………. 4.7.2.2 Purifikasi Fraksi Protein Cairan Kista T. saginata dengan Kromatografi Afinitas.. ……… 4.7.3 Identifikasi Fraksi Protein Imunogenik Cairan Kista T. saginata dengan Western Blotting ………. 4.7.4 Imunisasi Mencit dengan Cairan Kista T. saginata .... 4.7.5 Pengukuran Respon Imun Humoral dengan Uji

ELISA……… 4.7.6 Pengukuran Respon Imun Seluler dengan Uji ELISPOT……… 4.8 Analisa Data ……….. 37 37 38 39 39 39 39 40 40 40 40 41 41 44 44 44 44 45 45 46 46 47 48 49 50 51 52 BAB V HASIL PENELITIAN ………

5.1 Purifikasi Protein Cairan KistaTaenia saginata ……… 5.1.1 Purifikasi Protein Cairan Kista T. saginata dengan Kromatografi Gel……….

5.1.2 Purifikasi Protein Cairan Kista T. saginata dengan Kromatografi Afinitas……

5.2 Identifikasi Fraksi Protein Imunogenik Cairan Kista

T. saginata dengan Western Blotting ... 5.3 Respon Imun Humoral (IgG) pada Mencit BALB/c Pasca

53 53 53 53 55 58

(8)

xii

Induksi Fraksi Protein Cairan Kista T. saginata... 5.4 Respon Imun Seluler pada Mencit BALB/c Pasca Induksi Fraksi Protein Cairan Kista T. saginata ...

60

BAB VI PEMBAHASAN ………. 6.1 Purifikasi Protein Taenia saginata ……… 6.2 Identifikasi Fraksi Protein Imunogenik Cairan Kista

T. saginata dengan Western Blotting ... 6.3 Respon Imun Humoral (IgG) pada Mencit BALB/c Pasca Induksi Fraksi Protein Cairan Kista T. saginata... 6.4 Respon Imun Seluler pada Mencit BALB/c Pasca Induksi Fraksi Protein Cairan Kista T. saginata ... 6.5 Kebaruan Penelitian ……….. 61 61 64 67 71 75 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ………..

7.1 Simpulan ………. 7.2 Saran..……….. 76 76 77 DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN ………..… 78 86

(9)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Rerata Antibodi IgG Pasca Imunisasi Fraksi Protein Cairan

Kista T. saginata ... 58 5.2 Rerata Jumlah Interleukin-2 Pasca Induksi Fraksi Protein Cairan

(10)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Siklus Hidup Taenia saginata ..………. 14

3.1 Konsep penelitian ……….. 35

4.1 Rancangan Penelitian ……… 38

4.2 Tahapan Prosudur penelitian ………. 46

5.1 Hasil Skrening dengan ELISA (OD) Menggunakan Antibodi terhadap Protein Cairan Kista T. saginata Hasil Purifikasi dengan Spadex-75……….. 53

5.2 Hasil Skrening dengan Uji ELISA Menggunakan Antibodi poliklonal terhadap Protein Cairan Kista T. saginata Hasil Purifikasi dengan kromatografi Afinitas……… 55

5.3 Hasil Pemeriksaan Elektroprosesis SDS-PAGE (A) dan Uji Western Blotting (B) terhadap Fraksi Protein Cairan Kista T. saginata. 1=F.16, 2=F.25, 3=F.38, 4=F.AbMo, C=Crude, M=Marker. ... 56

5.4 Uji Western Blotting Serum Mencit Balb/C yang Diimunisasi Cairan Kista T. saginata dan Protein Antibodi Monoklonal (BC4, EB10, AD2). 1= marker, 2=0 mg, 3=2 mg, 4=4 mg, 5=5 mg, 6=BC4, 7=EB10, 8=AD2. ……….. 57 5.5 Profil Rerata Titer Antibodi Minggu ke 0, 2, 4 dan 5 Pasca Induksi Fraksi Protein Cairan kista T. saginata... 59

(11)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1 Gambar dan kegiatan penelitian ... 87 Lampiran 2 Hasil dan Analisis Titer Antibodi IgG... 92 Lampiran 3 Hasil dan Analisis IL-2 ... 98

(12)

xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG SINGKATAN DAN ISTILAH APC : Antigen Precenting Celll

CD : Cluster Difrensial

EDTA : Ethyline diamine tetraacetic acid ELISA : Enzim Linked Imunnosorben Assay

EITB : Enzym-linked immunoelectro transfer blot . DMEM : Dulbeco,s modified eagle medium

DNA : Deoxyrebo Nucleic Acid FCS : Fetal calf serum IL-2 : Interleukin-2 IFN-γ : Interferon gamma

Ig-G : Immunoglobulin-G

MHC : Mayor Histocompability Complex MBP : Major basic Protein

NK : Natural Killer

NBT : NitroBlue tetrazolium chloride PBS : Phosphat buffer saline

PHA : pytohemagglutinin OD : Optical Density

SDS-PAGE : Sodium dodecyl sulphonate poly acrylamide gel elektrophoresis

Th-1 : T Helper-1

TBS : Tris-buffer saline

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian

Penyakit infeksi larva cacing pita (sistiserkosis) dan infeksi cacing pita (taeniasis) adalah penyakit zoonosis penting yang menimbulkan masalah kesehatan pada hewan dan manusia. Penyakit infeksi cacing tersebut disebabkan oleh Taenia saginata (T. saginata) dan Taenia solium (T. solium). Penyakit ini sering muncul di negara-negara berkembang yang sanitasi lingkungannya masih rendah serta ditemukan banyak hewan berkeliaran tidak dikandangkan (Rajasekhar et al., 2003). Sistiserkosis dan taeniasis bersifat endemis di beberapa daerah di Indonesia. Tiga daerah endemis utama di Indonesia adalah Papua, Bali, dan Sumatra Utara (Wandra et al., 2007; Dharmawan et al., 2011). Infeksi cacing pita masih umum ditemukan, terutama di daerah yang penduduknya masih terbiasa untuk mengkonsumsi daging sapi atau babi yang dimasak tidak sempurna. Kejadian infeksi umumnya tinggi pada daerah yang sedang berkembang seperti di Amerika latin, Afrika dan Asia Tenggara (Ito et al., 2003). Selain itu, di daerah dengan kebersihan lingkungan yang buruk dimana makanan babi atau sapi tercemari oleh tinja manusia (Gredaghi et al., 2011).

Di Indonesia, hasil penelitian seroprevalensi sistiserkosis dilaporkan masih cukup tinggi. Di Jayapura, seroprevalensi infeksi cacing pada babi dilaporkan berkisar antara 62,5% - 77,8% (Garcia et al., 2003). Di Gianyar, Bali dilaporkan bahwa prevalensi taeniasis karena cacing pita T. saginata meningkat secara dramatis (Wandra et al., 2007). Pada tahun 2002 (25,6%) dan pada 2005 (23,8%), meningkat dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya, berturut-turut pada 1977 (2,1%) dan pada 1999 (1,3%) (Simanjuntak et al., 1977; Sutisna et al., 2000). Peningkatan drastis ini diduga karena masih banyak keluarga yang ditemukan gemar mengkonsumsi olahan daging sapi mentah yang disebut lawar (Wandra et al., 2006). Pada saat ini kejadian sistiserkosis dan

(14)

2

taeniasis di Bali masih bersifat endemis dengan masih ditemukannya penderita taeniasis terutama yang disebabkan oleh T. saginata.

Sistiserkosis akibat larva cacing pita T. solium yang menyerang sistem saraf pusat manusia (neurosistiserkosis) dapat menyebabkan kematian dengan gejala epilepsi. Di Papua, penyakit ini dilaporkan sebagai masalah serius penyebab kematian manusia dan yang terburuk di dunia (Ito et al., 2003; Cai et al., 2006; Juyal et al., 2008). Pada manusia, infeksi cacing pita tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas dan umumnya gejala yang timbul seperti diare dan rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan. Apabila sistiserkosis ditemukan pada otak dapat menimbulkan sakit kepala, gangguan penglihatan dan epilepsi (Kraft et al., 2007).

Secara ekonomi, infeksi sistiserkus pada hewan sangat penting artinya karena ternak yang terinfeksi sistiserkus dapat menjadi hambatan bagi ekspor ternak ke negara lain dan daging yang terbukti mengandung sistiserkus menjadi tidak layak konsumsi dan dapat menurunkan nilai jual daging karena daging yang terinfeksi harus dimusnahkan (Wilingham and Engels, 2006; Prasad et al., 2008). Di China, kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 2 miliar RMB pertahun akibat ternak babi yang terinfeksi sistiserkus (Cai et al., 2006).

Pengendalian sistiserkosis dan taeniasis dapat dilakukan melalui peningkatan sanitasi dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, di antaranya dengan pemanfaatan jamban yang optimal (Garcia et al., 2003). Pengendalian dapat juga dilakukan dengan pemberian obat cacing yang efektif seperti Praziquantel (Sarti et al., 2000; Peniche-Cardena et al., 2002; Wilingham and Engels, 2006). Semua cara pengendalian telah dilakukan, namun masih saja ditemukan penyakit cacing tersebut pada sumber penularnya. Karena itu perlu dipertimbangkan strategi membuat sumber penularnya kebal terhadap cacing tersebut sehingga tidak ada lagi ditemukan pada sumber penularnya. Kekebalan tersebut dapat dibuat dengan melakukan vaksinasi.

(15)

3

Pemberian vaksin pada babi dan sapi akan menyebabkan hewan tersebut bebas dari cacing sehingga dapat memutus siklus hidup parasit. Dampaknya, akan tidak ada lagi sumber penular penyakit infeksi cacing kepada manusia.

Beberapa penelitian tentang efektivitas vaksin untuk penanggulangan sistiserkosis dan taeniasis telah dilakukan (Lightowlers and Gauci, 2001; Gonzales et al., 2005; Assana et al., 2010; Lightowlers, 2010). Bebarapa dari komponen protein cacing tersebut yang bersifat imunogenik telah dicoba dikembangkan untuk bahan vaksin. Beberapa bagian cacing telah diketahui bersifat immunogenik antara lain, protein onkospir T. solium (Martinez-Ocana et al., 2011) dan cairan kista (Joshua et al, 1990; Dhanalakshmi et al., 2005; Alicia et al., 2011). Joshua et al. (1990) telah mengidentifikasi cairn kista T saginata, dan didapatkan protein dengan berat melekul 12, 14, 16, 20 and 26 kDa. Sedangkan Kandil et al. (2012) mengidentifikasi protein imunogenik dengan berat molekul 57 kDa pada crude antigen Cysticercus bovis. Tampak dari hasil penelitian tersebut adanya perbedaan fraksi protein bersifat imunogenik., kemungkinan disebabkan adanya perbedaan asal isolat dari kista T. saginata dan metode purifikasi protein yang digunakan.

Dalam usaha pemanfaatan cairan kista T. saginata perlu dilakukan fraksinasi cairan kista T. saginata isolat lokal serta kemampuannya dalam menimbulkan respon imun baik secara humoral dan seluler yang dalam hal ini IgG dan interleukin-2. Apabila komponen protein antigenik bisa diisolasi dan dikarakterisasi dari isolat lokal maka sangat dimungkinkan digunakan sebagai alat uji diagnostik imunologis dan kandidat vaksin taeniasis.

Interleukin 2 (IL-2) berperan sebagai faktor pertumbuhan untuk sel limfositT yang dirangsang antigen dan berperan pada ekspansi klon sel limfosit T setelah antigen dikenal. Ekspresi reseptor IL-2 ditingkatkan oleh rangsangan antigen, oleh karena itu sel limfosit T yang mengenal antigen merupakan sel utama yang berproliferasi pada respons imun spesifik

(16)

4

(Baratawidjaya, 2010). Hasil penelitian menunjukan terjadinya peningkatan produksi IL-2 secara signifikan pada pasien neurosistisercosis (Grewal et al., 2000).

Antibodi merupakan suatu glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi oleh sel limfosit B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma. Munculnya antibodi ini sebagai respon terhadap antigen spesifik, sehingga antibodi yang terbentuk mampu bereaksi spesifik terhadap antigen perangsangnya (Abbas et al., 2007; Baratawijaya, 2010).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Berapakah berat molekul protein imunogenik pada cairan kista T. saginata ?

2. Berapakah fraksi protein imunogenik pada cairan kista T. saginata dengan purifikasi kromatografi gel sephadex dan kromatografi afinitas antibodi monoklonal?

3. Apakah fraksi protein imunogenik cairan kista T. saginata dapat menginduksi respon imun humoral (IgG) pada mencit BALB/c ?

4. Apakah fraksi protein imunogenik cairan kista T. saginata dapat menginduksi respon imun seluler (jumlah sel yang menghasilkan IL- 2) pada mencit BALB/c?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik biologi cairan kista T. saginata dan peranan dari protein imunogenik dalam kemampuannya memberikan respon imun secara seluler dan humoral.

(17)

5 1.3.2 Tujuan penelitian Khusus

1. Menentukan karakteristik protein cairan kista T. saginata berdasarkan berat molekul 2. Menentukan fraksi protein imunogenik pada cairan kista T. saginata dengan purifikasi

kromatografi gel sephadex dan kromatografi afinitas antibodi monoklonal.

3. Mengetahui fraksi protein imunogenik cairan kista T. saginata dapat menginduksi respon imun humoral (IgG) pada mencit BALB/c.

4. Mengetahui fraksi protein imunogenik cairan kista T. saginata dapat menginduksi .respon imun seluler (jumlah sel yang menghasilkan IL- 2) pada mencit BALB/c.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis.

Menambah informasi mengenasi data dasar sifat biologis protein- protein yang terdapat pada cairan kista T. saginata yang nantinya bermanfaat untuk penelitian penelitian lanjut berkaitan dengan protein spesifik pada cacing pita.

1.4.2 Manfaat Praktis.

Manfaat dari penelitian ini dengan ditemukannya protein khas yang bersifat imunogenik dari cairan kista T. saginata dapat dikembangkan sebagai alat uji diagnostik secara imunologis dan sebagai kandidat vaksin yang efektif pada hewan untuk pencegahan dan penanggulangan sistiserkosis dan taeniasis pada daerah endemis di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, (Tuhan Yang Maha Esa) atas rahmatNya laporan akhir/skripsi dengan penelitian yang berlokasi di

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya Skripsi yang berjudul &#34; Efektivitas Pelatihan Menggunakan

Dengan segala puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmatnya yang telah dilimpahkan kepada saya,

Berat biji jagung kering panen tertinggi (4,29 t ha -1 ) dihasilkan oleh jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dalam tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci, yang tidak

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Kajian dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi riil terakhir  keberhasilan  penyelenggaraan  pemerintahan  yang  mengacu  kepada  tujuan