• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA PEJABAT PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA PEJABAT PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA PEJABAT PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KOTA BANDAR LAMPUNG

(Jurnal)

Oleh

OGLANDO SETIAWAN NPM. 1212011240

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Judul Skripsi : PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA PEJABAT PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : OGLANDO SETIAWAN

No. Pokok Mahasiswa : 1212011240

Jurusan : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Charles Jackson, S.H., M.H. NIP. 19551217 198103 1 002

Marlia Eka Putri.A.T., S.H.,M.H. NIP. 19840321 200604 2 001

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara,

(3)

ABSTRAK

PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA PEJABAT PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Oglando Setiawan, Charles Jackson Marlia Eka Putri.A.T.

Seleksi terbuka dilaksanakan dalam rangka memilih aparatur yang memiliki kapasitas, kompetensi dan integritas yang memadai untuk mengisi posisi/jabatan tertentu sehingga dapat menjalankan tugas yang lebih efektif dan efisien. Demikian pula halnya dengan seleksi terbuka pejabat struktural Eselon II di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Permasalahan penelitian ini dirumuskan: (1) Bagaimanakah pelaksanaan seleksi terbuka pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung? (2) Apakah faktor-faktor penghambat pelaksanaan seleksi terbuka pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung?

Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan empiris. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pelaksanaan seleksi terbuka pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah, terdiri dari: a) Persiapan seleksi terbuka dengan pembentukan Panitia Seleksi oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, Pelaksanaan Seleksi terbuka b) Pelaksanaan seleksi terbuka dengan prosedur sebagai berikut Pengumuman Lowongan Jabatan, Seleksi Administrasi, Seleksi Kompetensi, Wawancara Akhir, Penelusuran (Rekam Jejak) Calon, Hasil Seleksi, Tes Kesehatan dan psikologi c) Monitoring dan Evaluasi Seleksi terbuka yang bersifat mengikat (2) Faktor-faktor penghambat Pelaksanaan seleksi terbuka pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah belum adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mengetahui siapa-siapa kandidat pejabat yang akan diangkat atau dipromosikan, sering kali dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menempatkan orang-orang titipan untuk menduduki jabatan. Selain itu kurang kompetennya pejabat yang dipromosikan sehingga kurang memenuhi pangkat tertentu, memiliki kualifikasi tingkat pendidikan yang diperlukan serta memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan.

(4)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF OPEN SELECTION OF HIGH LED OFFICIALS IN THE CITY GOVERNMENT OF BANDAR LAMPUNG

By

Oglando Setiawan, Charles Jackson Marlia Eka Putri.A.T.

Open selection carried out in order to choose the apparatus that has the capacity, competence and integrity sufficient to fill the position so that it can perform tasks more effectively and efficiently. Similarly, the open selection of of high led officials in the city government of Bandar Lampung.

The problem of research formulated: (1) How is the implementation of the open selection of high led officials in the city government of Bandar Lampung? (2) What are the factors inhibiting the implementation of open selection of high led officials in the city government of Bandar Lampung?

The approach used problem is normative and empirical. The data used are primary data and secondary data. The data collection is done through library research and field study and further analyzed qualitatively.

The results showed: (1) Implementation of an open selection official high leadership pratama in the city government of Bandar Lampung refers to the Minister of Administrative Reform and Bureaucratic Reform of the Republic of Indonesia Number 13 Year 2014 on Procedures for Filling Positions Leadership High Openly in the Environment Government Agencies , consisting of: a) Preparation of selection open to the establishment of the Selection Committee by officials of Trustees Officer, Implementation Selection is open b) the selection opens with the following procedure Announcement of Vacancy Position, Selection Administration, Competency Selection, Final Interview, Search (Track Record) Candidates, Selection, Health Tests and psychology c) Monitoring and Evaluation Selection opens binding (2) factors inhibiting implementation of open selection official high leadership pratama in the city government of Bandar Lampung is not the disclosure of information for the public to know anyone candidates officials who will be appointed or promoted, often exploited by certain parties to put people entrusted to the post. Besides lack of competent officials who promoted so that does not meet a specific rank, have a level of education required qualifications and competencies required positions.

(5)

I. Pendahuluan

Pemberlakuan otonomi daerah di

Indonesia berdampak pada terjadinya

pergeseran paradigma dan sistem

pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di Pemerintah Pusat ke arah sistem pemerintahan yang desentralistik (demokrasi lokal) di Pemerintah Daerah. Pemerintahan semacam ini memberikan keleluasaan kepada daerah dalam wujud

otonomi daerah yang luas dan

bertanggung jawab untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta, prakarsa dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar pemerataan, keadilan serta sesuai dengan

kondisi, potensi dan keragaman daerah.1

Upaya untuk mendukung keberhasilan otonomi daerah tersebut harus didukung oleh aparatur negara sebagai pelaksana kebijakan atau peraturan pemerintah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai sumber daya manusia yang bertugas dalam melayani kepentingan publik memiliki andil dalam merealisasikan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan nasional.

Terselenggaranya pembangunan

nasional sangat tergantung pada

kemampuan dan kesempurnaan aparatur negara yang pada pokoknya tergantung juga dari kesempurnaan PNS. Oleh karena itu PNS sudah semestinya memiliki kualitas yang baik agar mampu

menjalankan tugasnya secara

1

Rayanto Sofian. Pembangunan Daerah di Era Otonomi. Yayasan Obor. Jakarta. 2001. hlm.23.

profesional, adil, bertanggung jawab,

tepat dan benar.2

Manajemen PNS diarahkan guna

menjamin penyelenggaraan tugas

pemerintahan dan pembangunan yang

berdaya guna dan berhasil guna.

Manajemen PNS merupakan

keseluruhan upaya untuk meningkatkan

efisiensi, efektifitas dan derajat

profesionalisme, penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang

meliputi perencanaan, pengadaan,

pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan dan

pemberhentian.3

Sebelum diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur

Sipil Negara (UUASN), pengisian

jabatan eselon II pada lingkungan

pemeritahan daerah dilaksanakan

dengan cara pengangkatan oleh kepala daerah, tetapi setelah diberlakukan UUASN pengisian jabatan eselon II dilaksanakan melalui mekanisme seleksi terbuka.

Dasar hukum seleksi terbuka adalah

Pasal 72 UUASN, bahwa: “setiap PNS

yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk dipromosikan ke

jenjang jabatan yang lebih tinggi” yang

berarti, sistem promosi PNS haruslah terbuka dan kompetitif. Seleksi terbuka merupakan salah satu bagian dari kebijaksanaan dalam manajemen PNS

2

Bagir Manan, Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah di Era Otonomi. Rajawali Press. Jakarta. 2005. hlm.11.

3Ibid

(6)

yang dilaksanakan berdasarkan prinsip

profesionalisme sesuai dengan

kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis

kelamin, suku, agama, ras atau

golongan. Jabatan merupakan

kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu jabatan dalam suatu organisasi negara.

Jabatan Struktural merupakan

kedudukan yang menujukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam rangka memimpin

suatu satuan organisasi negara.

Pengangkatan PNS dalam jabatan

struktural antara lain dimaksudkan untuk membina karier PNS dalam jabatan

struktural dan kepangkatan sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural seseorang harus berstatur sebagai PNS, Calon Pegawai Negeri Sipil tidak dapat diangkat dalam jabatan struktural.

Persyaratan PNS untuk dapat diangkat

hingga menduduki suatu jabatan

struktural salah satunya adalah setiap pejabat yang diangkat dalam jabatan struktural haruslah memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan, karena pada hakikatnya kualifikasi dan tingkat pendidikan akan mendukung pelaksanaan tugas dalam jabatannya secara profesional, khususnya penerapan kerangka teori, analisis metodologi pelaksanaan tugas dalam jabatannya, akan tetapi pada kenyataan dilihat di lapangan masih ditemui kualifikasi pendidikan dalam pengangkatan dalam jabatan tidak sesuai dengan kebutuhan

jabatan.

Sesuai dengan ketentuan di atas maka

idealnya seleksi terbuka harus

mempertimbangkan faktor kompetensi,

kualifikasi, dan persyaratan yang

dibutuhkan oleh jabatan dengan

kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai. Pada kenyataannya fenomena pengangkatan PNS dalam jabatan struktural selama menyimpang dari aturan-aturan yang ditetapkan tersebut. Pengangkatan PNS

dalam jabatan struktural ataupun

penempatannya masih didominasi

kepentingan politik, kerabat, keluarga dan lain sebagainya.

Pelaksanaan pengangkatan pegawai

pada prakteknya sering tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam aturan perundang-undangan. Hal inilah yang sering menimbulkan masalah kepegawaian antara lain rasa tidak senang dengan pejabat yang diangkat karena merasa pengangkatan tersebut tidak adil. Rasa tidak senang ini seringkali berakibat menurunnya tingkat

etos kerja dengan pejabat yang

bersangkutan sehingga akhirnya

pekerjaan yang menjadi tanggung jawab

bersama antara pegawai yang

bersangkutan dengan pejabat tersebut menjadi kurang baik hasilnya. Selain itu sering ada rasa kurang puas dari pegawai yang lain yang pada akhirnya berakibat

pada menurunnya prestasi kerja

pegawai.4

4

(7)

Aspek loyalitas kepada penguasa merupakan faktor yang menjadi urutan

terdepan dalam menentukan calon

pejabat struktural yang akan dipilih

untuk menduduki jabatan tertentu,

bahkan yang lebih tidak kondusif lagi adalah munculnya pejabat struktural baru yang tampil karena kedekatan

dengan lingkaran kekuasaan.

Berdasarkan hal tersebut masih nampak adanya unsur-unsur kedekatan politis

yang masih mewarnai proses

pengangktan dalam jabatan struktural. Pimpinan daerah atau oknum pengambil kebijakan seringkali sengaja memilih orang-orang yang disukai atau memiliki

hubungan kedekatan/ kekerabatan

dengannya untuk diangkat atau ditunjuk menempati suatu jabatan struktural strategis dengan mengabaikan prinsip job description dan job specification.5

Pemerintah Kota Bandarlampung

menggelar seleksi terbuka untuk formasi eselon II dan III, guna mengisi sejumlah jabatan yang kosong. Pemerintah Kota sedang memberlakukan seleksi terbuka dan sudah masuk tahap pendaftaran Pemkot Bandarlampung seperti kepala badan, kepala dinas, hingga asisten sekretariat daerah. Hal ini dilakukan

berdasarkan UUASN yang

mengamanatkan setiap jabatan kosong eselon II atau yang telah memasuki masa

jabatan selama lima tahun harus

dilakukan seleksi terbuka. Setiap PNS yang mengikuti seleksi terbuka berhak

5Ibid

. hlm.33.

memilih tiga jabatan yang

diinginkannya, nantinya panitia seleksi yang terdiri dari unsur akademisi dan

PNS pemkot akan menyeleksi

kemampuan peserta seleksi terbuka

setelah melalui beberapa tahapan.6

Permasalahan penelitian:

1. Bagaimanakah pelaksanaan seleksi

terbuka pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung?

2. Apakah faktor-faktor penghambat

pelaksanaan seleksi terbuka pejabat

pimpinan tinggi pratama di

lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung?

Tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan

seleksi terbuka pejabat pimpinan

tinggi pratama di lingkungan

Pemerintah Kota Bandar Lampung

2. Untuk mengetahui faktor-faktor

penghambat pelaksanaan seleksi

terbuka pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung

II. Metode Penelitian

Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi

lapangan. Data dianalisis secara

kualitatif. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan studi lapangan. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

6

(8)

III. Pembahasan

A. Pelaksanaan Seleksi Terbuka Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung

1. Persiapan Seleksi Terbuka

Persiapan seleksi terbuka dilaksanakan dengan pembentukan Panitia Seleksi oleh Pejabat Pembina Kepegawaian di Instansi Daerah dengan berkoordinasi Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Dalam hal KASN belum terbentuk maka Pejabat Pembina Kepegawaian Intansi Daerah berkoordinasi dengan Menteri

Dalam Negeri dan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Panitia Seleksi terdiri atas unsur:

a. Pejabat terkait dari lingkungan

instansi yang bersangkutan;

b. Pejabat dari instansi lain yang terkait

dengan bidang tugas jabatan yang lowong;

c. Akademisi/pakar/profesional.

Panitia Seleksi tersebut memenuhi harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman sesuai

dengan jenis, bidang tugas dan

kompetensi jabatan yang lowong dan memiliki pengetahuan umum mengenai penilaian kompetensi dan Penyusunan

dan penetapan standar kompetensi

jabatan yang lowong.

Panitia Seleksi berjumlah ganjil yaitu paling sedikit 5 orang dan paling banyak 9 orang. Adapun perbandingan anggota Panitia Seleksi berasal dari internal paling banyak 45%. Panitia seleksi melaksanakan seleksi dapat dibantu oleh

Tim penilai kompetensi (assessor) yang

independen dan memiliki pengalaman

dalam membantu seleksi Pejabat

Pemerintah.

Adapun Panitia Selesksi pada

pelaksanaan seleksi terbuka pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

1. Syarif Makhya (Universitas

Lampung)

2. Ahi Ahadian (Universitas Lampung)

3. Sunarto (Universitas Lampung)

4. Rahman (Kepala Inspektorat Kota

Bandar Lampung)

5. Lizar Ansori (Mantan Kadispenda

Provinsi Lampung)

2. Pelaksanaan Seleksi terbuka

Pelaksanaan seleksi terbuka dengan prosedur sebagai berikut:

1) Pengumuman Lowongan Jabatan

a. Untuk mengisi lowongan jabatan

pimpinan tinggi diumumkan secara terbuka, dalam bentuk surat edaran

melalui papan pengumuman,

dan/atau media cetak, media

elektronik (termasuk media

on-line/internet).

b. Pengumuman dilaksanakan paling

kurang 15 (lima belas) hari kerja

sebelum batas akhir tanggal

penerimaan lamaran.

c. Pengumuman tersebut dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1) untuk mengisi jabatan pimpinan

tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif paling

kurang pada tingkat

kabupaten/kota yang

(9)

antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;

2) Pengisian jabatan pimpinan

pratama pada Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan secara

terbuka dan kompetitif di

kalangan PNS dengan

memperhatikan syarat

kompetensi, kualifikasi,

kepangkatan, pendidikan dan

latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Seleksi Administrasi

a. Penilaian terhadap kelengkapan

berkas administrasi yang

mendukung persyaratan

dilakukan oleh sekretariat Panitia Seleksi.

b. Penetapan minimal 3 (tiga) calon

pejabat pejabat pimpinan tinggi

yang memenuhi persyaratan

administrasi untuk mengikuti

seleksi berikutnya untuk setiap 1

(satu) lowongan jabatan

pimpinan tinggi.

c. Kriteria persyaratan administrasi

didasarkan atas peraturan

perundang-undangan dan

peraturan internal instansi yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian masing-masing.

d. Syarat yang harus dipenuhi

adalah adanya keterkaitan

objektif antara kompetensi,

kualifikasi, kepangkatan,

pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan oleh jabatan yang akan diduduki.

e. Dapat Dilakukan secara online

bagi pengumuman pelamaran yang dilakukan secara online;

f. Pengumuman hasil seleksi

ditandatangani oleh Ketua Panitia Seleksi.

3. Seleksi Kompetensi

Dalam melakukan penilaian

Kompetensi Manajerial digunakan metode sebagai berikut:

a. Untuk jabatan pimpinan tinggi

utama, madya dan pratama,

menggunakan metode assessment

center sesuai kebutuhan masing-masing instansi;

b. Untuk daerah yang belum dapat

menggunakan metode assessmen center secara lengkap dapat

menggunakan metode

psikometri, wawancara

kompetensi, analisa kasus atau presentasi;

c. Standar kompetensi manajerial

disusun dan ditetapkan oleh masing-masing instansi sesuai kebutuhan jabatan dan dapat dibantu oleh assessor;

d. Kisi-kisi wawancara disiapkan

oleh panitia seleksi.

Dalam melakukan penilaian

Kompetensi Bidang dengan cara:

a. Menggunakan metode tertulis

dan wawancara serta metode lainnya;

b. Standar kompetensi Bidang

disusun dan ditetapkan oleh masing-masing instansi sesuai kebutuhan jabatan dan dapat dibantu oleh assessor.

c. Standar Kompetensi Manajerial

dan Kompetensi Bidang

(10)

yang ada atau apabila belum terpenuhi dapat ditetapkan sesuai kebutuhan jabatan di instansi masing-masing.

d. Hasil penilaian beserta

peringkatnya disampaikan oleh Tim Penilai Kompetensi kepada Panitia Seleksi.

4. Wawancara Akhir

Wawancara akhir dilakukan oleh

Panitia Seleksi dengan materi

wawancara yang terstandar sesuai jabatan yang dilamar. Wawancara

bersifat klarifikasi/pendalaman

terhadap pelamar yang mencakup peminatan, motivasi, perilaku, dan

karakter. Dalam pelaksanaan

wawancara dapat melibatkan unsur pengguna (user) dari jabatan yang akan diduduki.

5. Penelusuran (Rekam Jejak) Calon

a. Penelusuran (rekam jejak) calon

dapat dilakukan melalui rekam jejak jabatan dan pengalaman untuk melihat kesesuaian dengan jabatan yang dilamar

b. Menyusun instrumen/ kriteria

penilaian integritas sebagai bahan

penilaian utama dengan

pembobotan untuk mengukur integritasnya

c. Apabila terdapat indikasi yang

mencurigakan dilakukan

klarifikasi dengan instansi terkait

d. Melakukan penelusuran rekam

jejak ke tempat asal kerja termasuk kepada atasan, rekan

sejawat, dan bawahan dan

lingkungan terkait lainnya

e. Menetapkan pejabat yang akan

melakukan penelusuran rekam jejak secara tertutup, obyektif

dan memiliki kemampuan dan pengetahuan teknis intelejen.

f. Melakukan uji publik bagi

jabatan yang dipandang strategis jika diperlukan.

3. Monitoring dan Evaluasi Seleksi terbuka

Kandidat yang sudah dipilih dan ditetapkan (dilantik) harus diberikan orientasi tugas oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian dan pejabat yang

berwenang selama 1 (satu) bulan. Status kepegawaian bagi kandidat yang terpilih berasal dari instansi luar ditetapkan

dengan status dipekerjakan sesuai

peraturan perundang-undangan paling lama 2 (dua) tahun untuk kepentingan evaluasi kinerja.

Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan

Daerah menyampaikan laporan

pelaksanaan seleksi pengisian jabatan pimpinan tinggi secara terbuka kepada KASN dan tembusannya Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi.

Apabila di lingkungan internal instansi tidak terdapat SDM yang memenuhi syarat sesuai dengan kompetensi yang

dibutuhkan, instansi dapat pula

menyelenggarakan promosi jabatan

secara terbuka bagi Jabatan

Administrator, Pengawas atau jabatan

strategis lainnya sesuai dengan

kebutuhan instansi masing-masing.

(11)

5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara dapat dilakukan penilaian

kembali terkait dengan kesesuaian

kompetensi dan jabatan yang diduduki.

B. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan seleksi terbuka pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung

1. Belum Adanya Keterbukaan

Informasi Bagi Publik

Belum adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mengetahui siapa-siapa kandidat pejabat struktural eselon

II yang akan diangkat atau

dipromosikan, sering kali dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menempatkan

orang-orang “titipan” untuk menduduki

suatu jabatan. Demikian pula halnya dengan prinsip partisipasi, yaitu tidak semua anggota Baperjakat menerapkan prinsip ini dikarenakan meraka hanya

mengikuti saja apa yang telah

diperintahkan orang atau atasan mereka untuk suatu jabatan struktural eselon II tertentu. Tidak diterapkannya prinsip akuntabilitas dikarenakan penempatan orang-orang yang tidak sesuai prosedur dan kemampuannya sehingga belum dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi jabatan tersebut. Penempatan

orang yang tidak sesuai dengan

kompetensi ini berpotensi mengganggu kinerja organisasi yang bersangkutan,

sehingga tidak memenuhi prinsip

kepastian hukum.

Bagi kebanyakan PNS di instansi pemerintahan, jabatan struktural adalah suatu kehormatan dan punya status yang

cukup tinggi di masyarakat, karena akan banyak mendapatkan berbagai fasilitas dan kemudahan, sehingga banyak yang menginginkan dengan berbagai cara. Adanya sebagian PNS yang memiliki pemikiran demikian, maka kadang-kadang mekanisme atau prosedur yang ditempuh untuk mendapatkan jabatan struktural diabaikan.

2. Kurang Kompetennya Pejabat yang

Dipromosikan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 13 Tahun 2002 dipersyaratkan

bahwa untuk menduduki jabatan

struktural harus memiliki pangkat

tertentu, memiliki kualifikasi tingkat

pendidikan yang diperlukan serta

memiliki kompetensi jabatan yang

diperlukan. Secara faktual banyak yang dipaksakan untuk menduduki jabatan, meskipun statusnya adalah pelaksanaan tugas (Plt) walaupun ada yang lebih senior dan secara obyektif memiliki kompetensi untuk menduduki jabatan struktural tersebut, sehingga berdampak pula pada proses kenaikan pangkat

pejabat yang memiliki eselon di

bawahnya.

Tim Baperjakat Kota Bandar Lampung yang dibentuk berdasarkan Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 48 Tahun 2011 mempunyai tugas pokok

memberikan pertimbangan, relatif

kurang berfungsi dengan baik. Dalam hal pengangkatan jabatan struktural, Sekretaris Baperjakat belum sepenuhnya menempuh mekanisme sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Terhadap

jabatan struktural tertentu seperti eselon II sebagai pimpinan unit kerja, prosedur

pengangkatannya cenderung bersifat Top

(12)

ditunjuk oleh Kepala daerah Sehingga peran dan fungsi Baperjakat tinggal menyesuaikan saja untuk proses lebih lanjut. Hal ini disebabkan oleh kultur atau budaya yang berkembang dalam

organisasi pemerintahan masih

mengedepankan kedekatan personal

dengan atasan, sehingga kompetensi

PNS dan kapasitasnya menjadi

terabaikan dalam pengangkatan pejabat eselon II.

Fenomena tersebut tentunya tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 130 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa pengangkatan, pemindahan dan

pemberhentian dari dalam jabatan

struktural eselon II pada pemerintah

Kabupaten/Kota ditetapkan oleh

Bupati/walikota setelah berkonsultasi kepada Gubernur. Terhadap ketentuan ini maka usulan pengangkatan jabatan struktural eselon II dari Walikota Kepada Gubernur dilampiri berita acara hasil sidang Baperjakat. Selanjutnya

gubernur akan membahas usulan

pengangkatan jabatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan hasil rekomendai Gubernur, kemudian

Walikota menetapkan Keputusan

pengangkatan dalam jabatan Struktural dan melantiknya.

Terhadap pengangkatan jabatan

struktural eselon II sebagai pimpinan

unit kerja Walikota memberikan

petunjuk langsung (top down) kepada

salah seorang anggota Baperjakat.

Anggota Baperjakat tinggal

membahasnya dalam sidang Baperjakat yang keputusannya tidak berbeda dengan petunjuk dari Walikota atau Baperjakat tinggal menyetujui saja dan mencarikan calon pendamping pejabat eselon II

dimaksud untuk kelengkapan

administrasi kepegawaian. Jabatan

struktural eselon II yang bukan pimpinan

unit kerja terkadang juga bersifat top

down, dan hanya sebagaian kecil yang

berasal dan hasil kajian sidang Tim Baperjakat.

Dalam hal mutasi atau perpindahan struktural di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung tidak jauh

berbeda dengan mekanisme atau

prosedur yang terjadi dalam

pengangkatan pejabat struktural yang

bersifat Top Down, fungsi Baperjakat

kadang-kadang harus mengakomodasi pejabat yang terkena dampak mutasi untuk menetapkan dalam jabatan baru sebagai konsekuensi dampak mutasi

yang bersifsat “efek domino”. Terhadap

hal ini aspek profesionalisme, kapabilitas

dan kompetensi pejabat struktural

kadang-kadang terabaikan, misalnya

perpindahan dari pejabat struktural ke jabatan fungsional yang dialami oleh seorang Pegawai Negeri Sipil yang tidak memiliki kompetensi jabatan untuk menduduki jabatan fungsional yang

bukan bidangnya. Prosedur

pemberhentian jabatan struktural yang terjadi di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung terjadi karena pejabat yang bersangkutan mengundurkan diri karena suatu sebab tertentu. Permohonan pengunduran diri dari pejabat struktural disampaikan secara tertulis ditujukan kepada Walikota. Terhadap hal demikian tidak dilakukan pembahasan dalam sidang Baperjakat dan instasi pengelola kepegawaian menindaklanjutinya untuk

pembuatan naskah keputusan

(13)

Penataan jabatan struktural banyak dijumpai penempatan personil yang tidak sesuai dengan pendidikan dan kompetensi jabatannya, pada sisi lain masih ada desakan dari politisi untuk

melakukan penetrasi penataan elit

birokrasi yaitu dengan cara tertentu mendesak kepada pejabat Pembina kepegawaian agar seorang menduduki sebagai pejabat struktural. Penetrasi politik terhadap jabatan camat maupun Sekretaris di wilayah Kecamatan juga terjadi di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh politisi. Contohnya adalah PNS yang

pada pemilihan Kepala Daerah

mendukung calon tertentu, maka yang bersangkutan direkomendasikan oleh politisi untuk diangkat sebagai pejabat

Eselon II, sebagai wujud reward atas

dukungannya pada calon tertentu.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya berbagai pihak yang mempengaruhi Walikota dalam mengambil keputusan untuk melakukan penataan pejabat struktural berasal dari berbagai pihak di antaranya adalah para politisi. Pegawai

Negeri Sipil yang berjasa dalam

pemenangan Pilkada atau electioneer,

dan pihak-pihak lain seperti pelaku media massa atau wartawan tertentu di Kota Bandar Lampung.

Adapun pola atau bentuk yang biasanya dilakukan oleh pihak-pihak pelaku penetrasi untuk mempengaruhi pejabat

Pembina kepegawaian atau kepala

daerah dalam mengambil keputusan untuk melakukan penataan jabatan struktural adalah sebagai berikut:

a. Pegawai Negeri Sipil yang

menginginkan untuk mutasi promosi

jabatan struktural melakukan

pendekatan kepada pihak-pihak

tertentu yang memiliki hubungan khusus dengan kepala daerah, agar yang bersangkutan dapat di mutasi atau dipromosikan jabatannya.

b. Pihak tertentu tersebut kemudian

melakukan pengkajian terhadap

persyaratan administrasi kepegawaian

utamanya adalah persyaratan

kepengangkatan untuk menduduki jabatan yang diinginkan.

c. Apabila kepangkatan yang dimiliki

memenuhi persyaratan yang

diinginkan, maka pihak tersebut

membawa data calon pejabat

struktural untuk disampaikan kepada kepala daerah dan meminta agar Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat dipromosikan atau dimutasi dalam jabatan tertentu.

d. Apabila Kepala Daerah menyetujui

masukan pihak-pihak tersebut,

kemudian kepala daerah

memerintahkan kepada instansi yang

bersangkutan untuk melakukan

mutasi terhada seorang PNS pada jabatan tertentu.

e. Instansi pengelola kepegawaian

menyiapkan naskah keputusan

pengangkatan jabatan struktural yang

sebelumnya diagendakan dalam

sidang Baperjakat. Hal ini

mengandung arti bahwa Baperjakat hanya menyetujui petunjuk Kepala Daerah.

Berdasarkan batasan analisa

kemungkinan adanya penetrasi dalam rekrutmen elit birokrasi atau pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung, yang meliputi dua dimensi waktu yaitu masing-masing

sebelum dan sesudah pelaksaan

(14)

struktural di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung ada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pelantikan jabatan tersebut.

IV. Penutup

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan seleksi terbuka pejabat

pimpinan tinggi pratama di

lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah, terdiri dari:

a. Persiapan seleksi terbuka dengan

pembentukan Panitia Seleksi oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, Pelaksanaan Seleksi terbuka

b. Pelaksanaan seleksi terbuka

dengan prosedur sebagai berikut Pengumuman Lowongan Jabatan,

Seleksi Administrasi, Seleksi

Kompetensi, Wawancara Akhir,

Penelusuran (Rekam Jejak)

Calon, Hasil Seleksi, Tes

Kesehatan dan psikologi

c. Monitoring dan Evaluasi Seleksi

terbuka yang bersifat mengikat

2. Faktor-faktor penghambat

Pelaksanaan seleksi terbuka pejabat

pimpinan tinggi pratama di

lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah belum adanya keterbukaan informasi bagi publik

untuk mengetahui siapa-siapa

kandidat pejabat struktural eselon II

yang akan diangkat atau

dipromosikan, sering kali

dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menempatkan orang-orang

titipan untuk menduduki suatu

jabatan. Selain itu kurang

kompetennya pejabat yang

dipromosikan sehingga kurang

memenuhi pangkat tertentu,

memiliki kualifikasi tingkat

pendidikan yang diperlukan serta memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan.

B. Saran

1. Sebaiknya Badan Kepegawaian

Pemerintah Kota Bandar Lampung lebih konsisten menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan

yang baik dalam seleksi terbuka

yaitu dilaksanakannya secara

profesional sesuai dengan

kompetensi, prestasi kerja dan

jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan

jenis kelamin, suku, ras atau

golongan.

2. Sebaiknya seleksi terbuka

dilaksanakan secara transparan untuk

menghindari kecurangan adanya

pejabat titipan. Dengan

dijalankannya prinsip transparasi

maka proses seleksi terbuka

struktural eselon II akan benar-benar

sesuai aturan hukum dan

menghasilkan pejabat yang

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budiardjo, Miriam. 2004. Menggapai

Kedaulatan Untuk Rakyat,

Mizan Bandung

Hasibuan, Malayu S.P. 2004. Organisasi

dan Manajemen. Rajawali

Press. Jakarta

Krina, Loina Lalolo. 2003. Indikator dan

Alat Ukur Prinsip

Akuntabilitas,Transparansi dan Partisipasi, Sekretariat Good

Public Governance Badan

Perencanaan Pembangunan

Nasional, Jakarta.

Manan, Bagir. 2005. Hubungan

Kewenangan Pusat dan Daerah di Era Otonomi. Rajawali Press. Jakarta.

Mardiasmo, 2003. Pewujudan

Transparansi dan Akuntabilitas

Publik Melalui Akuntansi

Sektor Publik, Rineka Cipta. Jakarta.

Mohamad, Ismail.2003. Aktualisasi

Pelayanan Prima Dalam

Kapasitas PNS sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat, Mandar Maju, Bandung.

Passolong, Harbani. 2007. Teori

Administrasi Publik. Alfabeta, Bandung.

Peters, B. Guy. 2000. The Politics of

Bureaucracy, Routledge,

London.

Rochman, Meuthia Ganie. 2000. Good

Governance: Prinsip,

Komponen dan Penerapannya Komnas HAM. Jakarta.

Sedarmayanti, 2005. Manajemen Sumber

Daya Manusia Pemerintahan.

Grasindo. Jakarta.

Sofian, Rayanto. 2001. Pembangunan

Daerah di Era Otonomi.

Yayasan Obor. Jakarta.

Thoha, Miftah. 2008. Birokrasi

Pemerintah Indonesia di Era

Reformasi. Perdana Media

Group. Jakarta.

UNDP. 2000. Tata Pemerintahan

Menunjang Pembangunan

Manusia Berkelanjutan,

Program Kemitraan untuk

Pembaharuan Tata

Pemerintahan di Indonesia.

Jakarta.

Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis

Kebijaksanaan: Dari

Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta.

Undang-Undang dan Peraturan Lainnya

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014

Tentang Administrasi

(16)

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

2002 Tentang Perubahan

Peraturan Pemerintah Nomor 100

Tahun 2000 Tentang

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan Struktural

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka

di Lingkungan Instansi

Pemerintah

Sumber Lainnya

Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah,

2002. Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional dan

Departemen Dalam Negeri,

Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Pengumuman No : 800/ 1530 /PANSEL-JPT/BKPSDM/2019 tentang Hasil Seleksi Administrasi Seleksi Terbuka Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di

PENGUMUMAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR: 01/PANSEL.JPT/X/2021 Dalam rangka pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi

1) Pengujian kompetensi Manajerial menggunakan metode assessment centre atau test psikometri, dilakukan oleh Lembaga Penguji Kompetensi/Lembaga Sertifikasi Profesi

0333 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Rangka Pelaksanaan Pengukuran Kompetensi Peserta Seleksi Terbuka Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Di Lingkungan Pemerintah Kota Bontang

Menganut pada prinsip Swiss Style Graphic Design , seniman desain grafis dapat bereksperimen dengan menciptakan pola geometris yang abstrak, kombinasi warna yang

Untuk aplikasinya, perkecambahan ulin dapat dilakukan dengan memilih benih berukuran lebih dari panjang 6,5 cm dan kulit benih dikupas dan dipotong menjadi 2 bagian.. Kata

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan rumah sakit, maka fungsi pelayanan Rumah Sakit Harum Sisma Medika secara bertahap perlu

Memiliki keterampilan melaksanakan operasi proses pencelupan pada bahan yang terbuat dari serat sintetik dengan penuh tanggung jawab serta memiliki kemampuan penguasaan