• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian dan Teori Kebijakan Dividen - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian dan Teori Kebijakan Dividen - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1Pengertian dan Teori Kebijakan Dividen

Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Menurut Jogiyanto (1998: 58), “jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama”. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen. Menurut Hanafi (2004: 361) menyatakan bahwa,

“dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, di samping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin”.

Stice et al. (2005) mengartikan “dividen sebagai pembagian laba kepada pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Sedangkan Ross (1997) mendefenisikan dividen sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai. Artinya hanya perusahaan yang membukukan keuntungan dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntungan perusahaan.

(2)

laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen”.

Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Astuti (2005: 144) menyatakan, “kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham”.

Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Alexander, et.al (1993 dalam Prihantoro, 2003: 8) menyatakan, “kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan perusahaan”.

(3)

Dalam teori investasi pada pasar uang dan pasar modal, investor akan melakukan pembelian saham atau menjual saham bergantung pada apakah return saham lebih besar hasilnya dibandingkan dengan deposito atau bunga obligasi. Jadi penilaian layak tidaknya investor memegang saham akan dilihat apakah return (perubahan harga saham) lebih menguntungkan. Faktor fundamental merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan (emiten) yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan yang meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan).

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam analisis fundamental yaitu pendekatan nilai sekarang (present value approach) dengan basis suku bunga dan pendekatan rasio PER (P/E ratio approach). Jogiyanto (1998, 70) menyatakan bahwa :

Pendekatan nilai sekarang disebut juga sebagai metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena merupakan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa datang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas di masa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.

Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (1) meng-estimate

(4)

akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model. Suad Husnan (1998: 315) menjelaskan bahwa,

“dalam model peramalan ini, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan; biaya, dividend payout ratio, dan sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Jika kemampuan perusahaan semakin meningkat (misalnya menghasilkan laba yang meningkat), maka harga saham akan meningkat pula. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham”.

Ada beberapa hal yang penting yang menjadi pusat perhatian investor maupun para analisis keuangan. Ang (1997: 18.2) berpendapat bahwa :

Hal yang penting dan biasanya menjadi pusat perhatian investor maupun para analisis keuangan (financial analyst) dalam menganalisis data historis adalah: posisi keuntungan kompetitif perusahaan, profit margin dan pertumbuhan laba perusahaan, likuiditas aktiva perusahaan terutama berhubungan dengan kemampuan keuangan perusahan di dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tingkat leverage (penggunaan dana pinjaman) terhadap shareholders equity, dan komposisi dan pertumbuhan operasional penjualan perusahaan.

Beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen dan asumsi-asumsi yang mendasarinya :

2.1.1.1Dividen tidak relevan

(5)

sempurna, investor bersifat rasional dan adanya kepastian yang sempurna (perfect certainty). Asumsi-asumsi tersebut menjadikan suatu pasar mempunyai kondisi sebagai berikut :

a. Tidak ada pihak yang dapat mempengaruhi harga. b. Adanya informasi yang simetris untuk semua pihak.

c. Tidak ada biaya transaksi seperti biaya komisi ataupun biaya transfer.

d. Tidak ada perbedaan pajak antara dividen dengan capital gain ataupun profit yang didistribusikan dengan profit yang tidak didistribusikan.

e. Investor menginginkan lebih banyak kekayaan dibanding sedikit kekayaan. f. Investor bersifat indifferent antara dividen dan capital gain.

g. Setiap investor memiliki kepastian investasi di masa depan dan atas profit perusahaan di masa depan.

h. Dengan adanya kepastian tersebut, seluruh perusahaan hanya mengeluarkan satu jenis sekuritas, yaitu common stock.

2.1.1.2Bird In The Hand Theory

(6)

Pendapat Gordon dan Litner (1956) oleh Modigliani dan Miller (1961) diberi nama bird in the hand fallacy. Gordon dan Litner dalam beranggapan investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara.

Sementara Modigliani dan Miller berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki risiko yang sama. Oleh sebab itu, tingkat risiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh dividend payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat risiko investasi baru.

2.1.1.3Tax Preference Theory

(7)

bahkan tidak membagikan dividen” (Litzenberger dan Ramaswamy, 1979 dalam Risaptoko, 1999: 26).

2.1.1.4 Signaling Theory

Signaling teori menyatakan bahwa perubahan pada kebijakan dividen dapat dijadikan investor sebagai sinyal mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai kekuatan dari earning-nya. Perubahan dividen telah lama dianggap mengandung informasi. Bhattacharya (1979), John and Williams (1985) dan Miller Rock (1985) membangun hipotesis sinyal dari kebijakan dividen, yang mengatakan bahwa perubahan dividen, mengandung informasi yang berguna tentang keadaan masa depan cash flow perusahaan. Hipotesis signaling mengandung dua prediksi. Pertama, hubungan yang positif antara perubahan yang positif dan reaksi harga awal diharapkan pada saat pengumuman. Prediksi ini sudah didukung oleh Pettit (1972), Aharony dan Swary (1980), Brickely (1983) dan Kalay dan Loewenstein (1986). Prediksi yang kedua mengasumsikan peningkatan dividen berhubungan dengan profitabilitas perusahaan di masa depan atau peningkatan earning.

Sementara Nissim dan Ziv (2001) menyatakan bahwa peningkatan dividen berhubungan positif dengan abnormal earning setelah disesuaikan dengan pengukuran eror, jadi penelitian meeka mendukung hipotesis signaling.

(8)

pajak mempunyai hubungan positif dengan kekuatan dari sinyal dividen. Tingkat pajak yang lebih tinggi seharusnya memberikan insentif bagi manajer perusahaan untuk memberikan informasi yang sebenarnya tentang cash flow yang diharapkan dari perusahaan. Oleh karena itu, dividen yang dikenakan pajak adalah sinyal yang bagus dan kredibel tetapi mahal bagi perusahaan dengan kinerja buruk untuk dapat meniru tindakan tersebut.

Menurut William L. Megginson, corporate insiders secara umum mempunyai informasi yang lebih baik mengenai aktivitas perusahaan yang sekarang dan prospek perusahaan di masa depan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, pasar modal bukan pasar sempurna karena adanya insider trading, jadi bagi outside investor dividen merupakan sinyal yang mahal. Bagi perusahaan yang berkualitas baik, dividen merupakan sinyal yang potensial walaupun mahal, karena perusahaan dengan kualitas yang buruk akan sulit menirukannya. Salah satu contoh kegunaan dividen sebagai sinyal yang berguna bagi perusahaan berkualitas tinggi adalah pembayaran dividen yang tinggi. Strategi pemberian sinyal dengan dividen yang besar tersebut tidak dapat ditirukan oleh perusahaan dengan kualitas yang rendah.

Sementara Grullon, Michaely dan Swaminathan (2002) berargumen bahwa peningkatan dividen adalah sinyal bagi pasar bahwa perusahaan tersebut bergerak dari tingkat pertumbuhan yang tinggi ke arah tingkat pertumbuhan yang rendah

(9)

bahwa peningkatan dividen dapat berhubungan dengan penurunan resiko di masa depan. Senada dengan Grullon, Michaely dan Swaminathan (2002), Klaus Gugler (2000) telah membuktikan bahwa dividen secara negatif mempengaruhi capital investment dan R&D. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang tidak mempunyai tingkat pertumbuhan yang baik dan tidak menginvestasikan pendapatannya di R&D mempunyai dividen payout ratio yang lebih besar.

Jika kebijakan dividen dapat merefleksikan pandangan manajer akan profitabilitas, maka aka nada kemungkinan bahwa dividen dapat memprediksikan pendapatan masa depan perusahaan. Lintner (1956) menemukan bahwa dividen hanya akan meningkat jika manajemen percaya bahwa pendapatan akan meningkat secara permanen. Sementara Modigliani dan Miller (1959), menyatakan hipotesis mereka bahwa pengumuman dividen dapat diartikan indikasi bahwa pendapatan masa depan akan mengecewakan. Watts (1973) menemukan bukti bahwa hubungan positif antara dividen saat ini dan pendapatan masa depan 310 perusahaan dengan periode tahun 1946-1967.

2.1.1.5 Clientele Effect Theory

(10)

memberikan pembayaran dividen (kas) yang besar. Sedangkan investor lainnya, terutama yang cenderung menghindari pajak, lebih memilih berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memberikan dividen kecil namun capital gain yang besar. Menurut argument ini, kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu. Kebijakan dividen tertentu akan menarik segmen tertentu. Kemudian tugas perusahaan (manajer keuangan) adalah melayani segmen tersebut.

Stice et.al (2005) dalam Suharli (2005: 11) mengartikan, “dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Dividen dapat berupa uang tunai maupun saham. Terkait dengan dividen terdapat tiga tanggal penting yaitu pengumuman, pencatatan, dan pembayaran/pembagian. Dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend).

(11)

prospek perusahaan. “Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis prospek perusahaan di masa yang akan dating” (Aharony dan Swary, 1980 dalam Fira Puspita, 2009: 26).

Irianto (1995) mengacu pada berbagai penulis diantaranya Levy dan Sarnat (1990) serta Van Horne (1986) menyajikan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dividen, meliputi :

1. Peraturan atau Perundangan

Ada tiga hal ditekankan sehubungan dengan pembayaran dividen :

a. Peraturan laba bersih yang menyatakan bahwa dividen dibayarkan dari laba bersih saat ini atau tahun lalu.

b. Larangan pengurangan modal yang menekankan bahwa dividen tidak boleh dibayarkan dengan modal untuk melindungi para kreditur.

c. Peraturan kepailitan menyatakan bahwa pada saat pailit, perusahaan dilarang membayar dividen untuk melindungi kreditur.

2. Posisi Likuiditas

(12)

tersebut digunakan untuk pembiayaanperusahaan. Dan dalam kondisi seperti ini meungkin saja perusahaan tidak membayarkan dividennya.

3. Kebutuhan Dana untuk Melunaskan Hutang

Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan pada dua pilihan yaitu pertama, perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua perusahaan melunasi utang tersebut. Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi utang tersebut maka jumlah dividen yang dibayarkan akan berkurang karena labanya digunakan untuk melunasi hutang perusahaan.

4. Larangan dalam Perjanjian Hutang

Dalam perjanjian hutang, ada larangan bagi debitur sehubungan dengan pembayaran dividen dengan tujuan untuk melindungi kepentingan pihak kreditur sehubungan dengan dana yang dipinjamkan.

5. Tingkat Ekonomi Perusahaan

Semakin berkembang suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Untuk itu, perusahaan cenderung membiayai dengan sumber intern yaitu dengan jalan memperbesar laba yang ditahan sehingga dividen yang dibayarkan menjadi lebih kecil.

6. Tingkat Keuntungan

(13)

dividen kepada pemegang saham atau menggunakannya dalam perusahaan yang bersangkutan.

7. Stabilitas Perusahaan

Perusahaan yang telah mapan dan labanya stabil akan mampu mengestimasi besarnya laba di tahun-tahun mendatang sehingga berani menetapkan rasio pembayaran dividen yang relative tinggi karena tingkat kepastian untuk memperoleh laba yang diharapkan tinggi.

8. Kemampuan Memasuki Pasar Modal

Perusahaan yang sehat dan posisi likuiditas, rentabilitas, serta solvabilitas baik, akan mampu mencari dana tujuan ekspansi melalui pasar modal sehingga akan semakin besar dividen yang dibayarkan.

9. Perilaku Kelompok Pengendalian Perusahaan

Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan dalam mengendalikan perusahaan cenderung untuk memperbesar laba yang ditahan untuk keperluan ekspansinya yang berarti akan memperkecil pembayaran dividennya.

10.Posisi Pemegang Saham sebagai Wajib Pajak

(14)

11.Pajak atas Keuntungan yang Salah Diakumulasikan

Untuk mencegah perusahaan menahan keuntungan hanya untuk menghindari tarif pajak pribadi tinggi, dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap keuntungan yang diakumulasikan secara tidak benar.

12.Tingkat Inflasi

Kecenderungan kenaikan harga termasuk harga aktiva tetap menyebabkan akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk mengganti aktiva tetap yang aus karena proses produksi. Karena itu, perusahaan akan memperbesar porsi laba ditahan yang berarti porsi untuk dividen berkurang.

2.1.2Langkah-langkah Pembayaran Dividen

“Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen” (Ang, 1997, dalam Fira Puspita, 2009: 26). Adapun rincian tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut :

a. Tanggal pengumuman (declaration date)

(15)

b. Tanggal pencatatan (date of record)

Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham tersebut diberi hak, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen.

c. Tanggal cum-dividend

Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.

d. Tanggal ex-dividend

Tanggal perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen.

e. Tanggal pembayaran (payment date)

Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai.dividen saham). 2.1.3Pola Pembayaran Dividen

(16)

pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai alternatif dividend payout ratio perusahaan (Ang, 1997), yaitu:

1. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share

Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya.

2. Stable Dividend per-share

Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap (stable amount) dari tahun ke tahun.

3. Stable Payout Ratio

Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasarkan suatu presentase tetap (constant) dari laba (earnings). Bila laba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi.

4. Regular Dividend plus Extras

(17)

perusahaan memberikan dividen ekstra (bonus) kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga dengan pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham.

5. Fluctuating Dividends and Payout Ratio

Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu, besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi. 2.1.4Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio

2.1.4.1Cash Position (CP)

Cash position atau posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen merupakan arus kas keluar. Stanley dan Geoffrey (1987 dalam Prihantoro, 2003: 10) semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak. Menurut Sri Sudarsi (2002), besarnya nilai Cash Position suatu perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝐶𝑎𝑠ℎ𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 =Kas Akhir Tahun

𝐸𝐴𝑇 × 100%

2.1.4.2Debt to Equity Ratio (DER)

(18)

sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Myers dan Majluf (dalam Fira Puspita, 2009: 36) menyatakan bahwa dalam menghubungkan profitabilitas dengan kebijakan debt lewat sebuah hipotesis “pecking order” yang dimodifikasi, ditunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih profitable akan menurunkan permintaannya akan debt, karena akan tersedia lebih banyak dana-dana internal untuk mendana-danai investasi.

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Riyanto (2001: 267), “apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen”. “Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar dividen” (Sudarsi, 2002: 80).

(19)

𝐷𝐸𝑅= Total Liabilities

Total Equity × 100%

2.1.4.3 Net Profit Margin (NPM)

Menurut Riyanto (1997) tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Net profit margin menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Ang, 1997). Net profit margin merupakan pengambalian hasil atas penjualan bersih yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu presentase dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode tertentu. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan manajemen untuk menyisihkan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modal dengan suatu risiko.

Net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen.

Menurut Helfert (1997), secara sistematis Net Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑁𝑃𝑀=Earning After Tax

Net Sales × 100%

(20)

2.1.4.4 Return on Investment (ROI)

Rasio ini menjelaskan bahwa semakin besar rasio ini maka akan semakin baik kemampuan perusahaan untuk menciptakan pendapatan dan juga sebaliknya, apabila rasio ini semakin kecil menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat untuk menghasilkan pendapatan yang besar dari asset yang dimilikinya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan juga semakin besar sehingga pembayaran dividen akan semakin besar pula, dan jika rasio ini semakin kecil maka pembayaran dividen akan menurun. Jadi terdapat hubungan yang positif antara rasio ini dengan Dividend Payout Ratio.

Menurut Martono dan Harjito (2001:60), “rasio ini membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva”, adapun rumus yang digunakan adalah :

𝑅𝑂𝐼 = Earning After Tax

Total Assets × 100%

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Dhatt (2000) “Financial Leverage, Ownership

Concentration and The Dividend Payout Ratio”.

Debt to equity ratio dan dividend payout ratio.

Terdapat hubungan positif antara DER dan DPR.

Winatha (2001) pengaruh variabel bebas terhadap kebijakan dividen

(DPR) di perusahaan

manufaktur.

Earning per share, cash ratio, debt to equity ratio, growth of sale, growth of asset, corporate tax, size of firm, price of share, dan dividend

Hanya variabel earning per share, growth of sale, dan corporate tax yang

mempunyai pengaruh langsung terhadap kebijakan

(21)

harus mempertimbangkan earning per share, growth of sale, dan corporate tax. Bagus Laksono

(2006)

Analisis pengaruh return on asset, asset growth, cash flow, dan likuiditas terhadap dividend payout ratio pada perusahaan Multi National Company

(MNC) dan Domestic

Corporation yang listed di BEJ.

Return on asset, sales growth, asset growth, cash flow, debt to total asset, dan dividend payout ratio.

Variabel ROA, sales growth, asset growth, dan DTA secara parsial signifikan terhadap DPR. Variabel cash flow menunjukkan hasil yang tidak signifikan berpengaruh terhadap DPR. Sedangkan secara bersama-sama (ROA, sales growth, asset growth, cash flow, dan DTA) terbukti signifikan berpengaruh

ratio terhadap

perusahaan yang terdaftar di BEJ yang sahamnya ikut dimiliki manajemen dan yang tidak dimiliki manajemen.

Cash ratio, debt to total asset, growth, size, ROA, dan DPR.

Cash ratio berpengaruh

positif terhadap dividend payout ratio, debt to total asset juga berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, variabel growth tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR, begitu juga dengan variabel size tidak berpengaruh terhadap DPR, dan ROA tidak berpengaruh terhadap DPR.

dividen pada tahun 2003-2005.

ROA, DTA, cash

ratio, growth, dan dividend payout ratio.

ROA berpengaruh positif signifikan dan DTA

berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR,

sementara variabel cash ratio

dan growth mempunyai

pengaruh negatif tidak signifikan dan size mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR.

ratio terhadap

perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar pada BEJ

Cash position, debt to equity ratio, return on asset, growth potential, firm size, dan dividend payout ratio.

(22)

return on asset, growth

potential, firm size)

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (dividend payout ratio).

Fira Puspita (2009)

Analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi

kebijakan dividend payout ratio.

Cash ratio, growth, firm size, return on asset (ROA), debt to total asset (DTA), dan debt to equity ratio (DER).

Cash ratio, firm size, dan return on asset (ROA) berpengaruh signifikan positif terhadap DPR. Growth berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR. DTA dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Rendhi terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Cash position, growth potential, debt to equity ratio, dan dividend payout ratio.

Variabel cash position secara parsial tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio, variabel growth

potential secara parsial

berpengaruh terhadap dividend payout ratio,

variabel debt to equity ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

Sri Wahyuni

Cash position, debt to equity ratio, return on asset, growth potential, dan dividend payout ratio.

Variabel cash position, debt to equity ratio, return on asset, dan growth potential secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap DPR. Sementara parsial hanya ROA dan

growth potential yang

mempengaruhi DPR.

Nasrul (2004) Analisis

faktor-faktor yang

current ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan return on investment

Variabel current ratio, debt to equity ratio, net profit margin

dan return on investment

(23)

Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini variabel yang digunakan sebagai variabel independen adalah

cash position, debt to equity ratio, net profit margin dan return on investment. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah dividend payout ratio. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Winatha (2001) menggunakan earning pershare, growth of sale, growth of asset, corporate tax, size of firm dan price of share, sementara penelitian penulis tidak menggunakannya. Pada penelitian Bagus Laksono (2006) menggunakan return on asset sales growth, asset growth, cash flow dan debt to total asset, sementara penelitian penulis tidak menggunakan variabel tersebut. Penelitian Risaptoko (2007) dan Syahbana (2007) menggunakan debt to total asset, growth size dan ROA sedangkan penelitian penulis tidak menggunakannya.

Pada penelitian Zulkifli (2009) menggunakan ROA, growth potential dan firm size, sementara penelitian penulis tidak menggunakannya. Penelitian Fira Puspita (2009) dan Sri Wahyuni (2011) menggunakan growth, firm size, ROA dan debt to total asset, sementara penelitian penulis tidak menggunakannya. Pada penelitian Rendhi Kurniadi (2010) menggunakan growth potential sementara penelitian penulis tidak menggunakannya.

(24)

2.3 Hubungan Rasio Keuangan dengan Dividend Payout Ratio

Cash Position (Posisi Kas) suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen.

Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah.

Net Profit Margin (NPM) mencerminkan kemampuan manajemen untuk menyosihkan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya dengan suatu risiko. Risiko laba bersih terhadap penjualan (total pendapatan) pada dasarnya mencerminkan efektivitas biaya/harga dari kegiatan perusahaan. Dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahan, oleh kaenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

(25)

dimilikinya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan juga semakin besar sehingga pembayaran dividen akan semakin besar pula, dan jika rasio ini semakin kecil maka pembayaran dividen akan menurun.

2.4 Kerangka Konseptual

Erlina (2011: 33) menyatakan bahwa, “kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel bebas dengan variabel independen. Begitu juga variabel lain yang menyertainya, maka peran variabel lain tersebut harus dijelaskan”.

Kerangka pemikiran yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Cash Position (X1)

Debt to Equity Ratio (X2)

Net Profit Margin (X3)

Return on Investment (X4)

Dividend Payout

(26)

2.5 Hipotesis Penelitian

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data” (Sugiyono, 2003: 51).

Penulis sesuai dengan kerangka pemikiran terdahulu merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Cash Position berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.

H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Dividend Payout

Ratio.

H3 : Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap Dividend Payout

Ratio.

H4 : Return on Investment berpengaruh positif terhadap Dividend Payout

Ratio.

H5 : Cash Position, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin dan Return on

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan akhir yang hendak dicapai adalah sebuah kacamata pendeteksi benda untuk tuna netra berbasis mikrokontroler yang dapat digunakan oleh tuna netra,

22 siswa berada pada tahap visual, 4 siswa berada pada tahap peralihan dari tahap berpikir visual ke analisis dan 1 siswa berada pada tahap analisis, sedangkan kualitas berpikir

Di Jawa Barat sendiri, Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XII- 2014 yang dilaksanakan di Kabupaten Bekasi Merupakan Momentum yang sangat berharga menyongsong PON ke

Dengan menggunakan program SPSS for window versi 16.0, maka dapat diketahui reliabilitas instrumen angket pendidikan seks.Setelah dilakukan pengujian reliabilitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi teripang Holothuria edulis yang diperoleh dari teluk Manado

Customer service sebagai ujung tombak perusahaan dalam melayani pelanggan atau nasabah dan menjual produk atau jasa yang ditawarkan, merupakan divisi terdepan dalam memberikan

Satu enzim yang masih ada dan terdapat sebelum pembekuan pada ikan dapat meneruskan pembentukan histamin di dalam daging ikan sel bakteri dalam keadaan injury selama