BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pelayanan publik merupakan hal yang utama dalam menyelenggarakan pemerintahan. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Penyelenggara Pelayanan Publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik Pemerintah Daerah maupun Badan Usaha Milik Daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Dengan Penerima Layanan Publik adalah perseorangan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.
publik yang lebih baik, disamping itu juga Masyarakat masih menganggap pelayanan publik yang dilaksanakan oleh birokrasi pasti cenderung lamban, tidak profesional, dan biayanya mahal. Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik yang berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik yang prima sebab pelayanan publik merupakan fungsi utama pemerintah yang wajib diberikan sebaik-baiknya oleh pejabat publik. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan melakukan penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yang diharapkan dapat memenuhi pelayanan yang prima terhadap masyarakat. Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas, transparan dan memiliki akuntabilitas yang baik merupakan salah ciri Good Governance. Untuk itu, aparatur Negara diharapkan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efesien. Diharapkan dengan penerapan Good Governance dapat mengembalikan dan membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip good governance akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Prinsip good governance yang ingin di dibahas adalah prinsip transparansi dan akuntabilitas, transparan sangat dibutuhkan untuk memicu adanya partisipasi masyarakat dan bisa pertanggungjawaban juga dapat dinilai secara objektif. Dalam menjalankan kepemerintahan yang baik (good governance) terdapat berbagai kendala atau kesulitan seperti adanya pertama, praktik governance memiliki dimensi yang
strategis yang perlu memperoleh prioritas untuk dijadikan sebagai entry point dalam memperbaiki kinerja governance belum banyak tersedia. Ketiga, kondisi antar daerah di Indonesia yang sangat beragam membuat setiap daerah memiliki kompleksitas masalah governance yang berbeda. Keempat, komitmen dan kepedulian dari berbagai stakeholders mengenai reformasi Governance berbeda-beda dan pada umumnya masih rendah, Dwiyanto (2005).
Peran pemerintah Daerah dalam pelayanan publik mungkin yang terbesar dalam pengertian interaksinya secara langsung dengan masyarakat sebagai penyedia pelayanan. Kepentingan pemerintah Daerah terhadap pelayanan perizinan mempengaruhi pendapatan dan iklim investasi Daerah. Kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi serta penerbitan izin menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku. Dalam memberikan pelayanan dari segi perizinan perlu adanya transparansi, baik dari segi peraturan maupun dari segi biaya. Salah satu pelayanan perizinan yang ada di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu yaitu pelayanan izin usaha. Penerapan nilai-nilai good governace terutama pada prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan perizinan izin usaha dapat menciptakan iklim yang mendorong kearah terciptanya keseragaman pola dan langkah penyelenggaraan dan pelayanan oleh aparatur pemerintah pada masyarakat serta adanya keterpaduan koordinasi dalam proses pemberian dokumen perizinan. Harapannya penyelenggaraan perizinan terpadu dapat memberikan pelayanan dengan prosedur yang sederhana sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengurus perizinan.
dirasakan belum optimal dan belum memperlihatkan pelayanan prima yang diharapkan, maka Pemerintahan Kota Gunungsitoli mengimplementasikannya dengan membentuk Badan Perizinan Terpadu. Melalui Badan ini diharapkan pelayanan perizinan dilaksanakan sesuai dengan prinsip- prinsip good governance terutama pada prinsip transparan dan akuntabilitas yang baik. Badan Perizinan Terpadu dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli No. 5 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.
Walaupun telah terjadi banyak peningkatan dalam kualitas pelayanan izin usaha, namun selama ini Pemda atau BPPT masih menempatkan diri sebagai aktor tunggal yang berkuasa menetapkan berbagai ketentuan dan menempatkan masyarakat sebagai objek yang harus mengikuti saja ( government paradigma). Hal ini menyebabkan adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pelanggan, prosedur pelayana yang panjang, tidak transparan serta ketidakjelasan waktu pelayanan yang diperlukan untuk mengurus pelayanan publik. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengurus izin usahanya.
akuntabel. Maka dari pada itu penulis tertarik untuk meneliti “Bagaimana
transparansi dan akuntabilitas pada pelayanan perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Kota Gunungsitoli”
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimana penerapan transparansi dan
akuntabilitas pada pelayanan perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Kota Gunungsitoli”
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan transparansi dan akuntabilitas pada pelayanan perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan transparansi dan akuntabilitas pada pelayanan perizinan di Badan
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan diperoleh dari hasil penetian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara subjektif, sebagai salah satu tahap untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskan didalamnya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian kajian teori yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi instansi terkait mengenai pelayanan yang diberikan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.
3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik di dalam bidang ini.
4. Sebagai informasi yang bermaanfaat bagi masyarakat secara umum dan secara khusus bermanfaat dalam mendorong kepercayaan masyarakat terhadap Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.
I.5 Kerangka Teori
Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya teori yang akan menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian dan bukan sekedar penelitian coba-coba. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. (Singarimbun, 1995 :37). Untuk itu, maka teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.5.1 Pelayanan Publik
1.5.1.1 Pengertian Pelayanan Publik
Dalam administrasi negara, pelayanan publik merupakan istilah yang mengambarkan bentuk dan jenis pelayanan pemerintah kepada rakyat atas dasar kepentingan umum (Agung, 2005:4). Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Pelayanan publik merupakan implikasi dari fungsi aparat negara dalam pelayanan publik (public service) sangat strategis karena akan menentukan sejauh mana pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi rakyat, sehingga akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tujuan pendiriannya.
1.5.1.2Prinsip Pelayanan Publik
Di dalam Keputusan MEMPAN Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelayanan Publik disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip (Ratminto, 2005:21), sebagai berikut :
1. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal:
a. Persyaratan teknis dan publik trative pelayanan publik;
b. Unit kerja/ penjabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa dalam pelaksaaan pelayanan publik;
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. 3. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi
5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
6. Tanggung jawab
Pimpinan peyelenggara pelayanan publik atau penjabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan mendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
8. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memamfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
Pemberian pelayanan harus harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan
1.5.1.3 Standart Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan aturan yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima layanan (Ratminto, 2005:23). Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pelayanan Publik, standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:
1. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.
2. Waktu penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dwngan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
3. Biaya pelayanan
Biaya/ publik pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian layanan.
4. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Produk pelayanan
6. Sarana dan prasarana
Penyediaan saran dan prasarana pelayanan yang akan yang memadai oleh penyelenggaraan pelayanan publik.
7. Kompetensi petugas pemberi pelayanan
Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tetap berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.
1.5.1.4 Pelayanan Perizinan Usaha oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli dibentuk berdasarkan peraturan walikota Gunungsitoli No 5 Tahun 2009 yang didasarkan pada Kepmendagri No 20 Tahun 2008 tentang organisasi pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di daerah. BPPT Kota Gunungsitoli sejak Juli sampai dengan Desember 2010 masih dalam tahap pembenahan termaksud persiapan adminstrasi pelimpahan kewewenangan dari walikota kepada BPPT.
Gunungsitoli adalah Pelayanan Perizinan yang Profesional Mudah, Sederhana, Cepat, dan Transparan.
Izin usaha adalah suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari pihak yang berwenang atas penyeleranggaraan kegiatan usaha yang dilakukan oleh perorangan maupun suatu badan.
Izin Usaha bertujuan :
1. Supaya pemerintah dapat memberikan pembinaan, pengarahan dan pengawasan dalam kegiatan usaha.
2. Agar pemerintah dapat menjaga ketertiban dalam usaha serta menciptakan pemerataan kesempatan berusaha.
Pemerintah Indonesia lewat Departemen Perdagangan menerbitkan surat keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1458/KP/XII/1984. Izin-izin usaha yang dikeluarkan pemerintah sebenarnya sangat banyak. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. SITU (Surat Izin Tempat Usaha) atau Izin HO Lingkungan
SITU dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Setempat. SITU harus di miliki oleh perusahaan perseorangan, Firma, CV, ataupun PT. Setiap perusahaan yang ada perlu dan harus mengurus Surat Izin Tempat Usaha (SITU) demi keamanan dan lkelancaran usahanya.
2. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
NPWP merupakan suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang di pergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas pajak. NPWP dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak setempat. NPWP harus dimiliki oleh setiap perusahaan dan setiap pribadi yang berpenghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan diri dikantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat kedudukan wajib pajak
4. NRP (Nomor Register Perusahaan) atau TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
Dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan setempat. Harus dimiliki oleh setiap perusahaan. Dasar hokum UU No.3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan. TDP/NRP wajib dipasang ditempat yang mudah dilihat oleh umum.
5. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
1.5.2 Good Governance
Menurut Sinambela (2006:47), Good governance sendiri dapat diberi arti sebagai suatu proses yang mengorientasikan pemerintahan pada distribusi kekuatan dan kewenangan yang merata dalam seluruh elemen masyarakat untuk dapat mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka dalam sistem pemerinahan.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2003:6), arti good dan good governance mengandung dua pengertian sebagai berikut: pertama, nialai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemrintahan yang efektif dan efesien dari pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian ini, good governance berorietasi pada:
1. Orintasi ideal, negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Orientasi ini bertitik tolak pada demokratisasi dalm kehidupan bernegara dengan elemen konstituennya seperti: legitimacy (apakah pemerintah) dipilih dan mendapatkan kepercayaan dari rakyat, accountability, securing of human rights, autonomy and devolution of power, and assurance of civilian control.
kedua ini tergantung sejauh mana pemerintah mempunyai kompetisi, dan sejauh mana struktur serta mekanisme politik serta mekanisme politik serta administratif berfungsi secara efektif dan efesien.
Governance menunjuk pada pengertian bahwa kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance menekankan pada fungsi governing secara bersama-sama oleh pemerintah dan institusi-institusi lain, yakni LSM, perusahaaan swasta maupun warga negara. Bahkan institusi non pemerintahan ini dpaat memegang peran domain dalam governance tersebut, atau malah lebih dari itu pemerintah tidak mengambil peran apapun.
United nation development program (dalam Suhady, 2005:50) sendiri mendefenisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, swata dan masyarkat. Berdasarkan defenisi tersebut, UNDP mengajukan karakteristik good governace yang saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah partisipasi, supremsi hukum, transparansi, cepat tanggap, membangun konsensus, kesetaraan, efektif dan efesien, bertanggungjawab dan visi yang strategi.
Menurut Tjokromidjojo (dalam Sinambela, 2006:47) bahwa konsep pengelolaan kepemerintahan yang amanah (good governance) dapat dijeaskan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
organisasi kepada publik yang memiliki hak meminta pertanggungjawaban
2. Transparansi, dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijaksanaan pemerintah dan organisasi badan hukum 3. Keterbukaan, pemberian informasi secara terbuka, terhadap saran dan
kritik yang dianggap sebagai partisipasi masyarakat untuk perbaikan 4. Berdasarkan hukum, keputusan, kebijaksaan pemerinyah, organisasi
dan badan usaha yang menyangkut kepentingan publik dilakukan berdasarkan hukum
5. Jaminan fairness, a level playing field(perlakuan yang adil/perlakuan kesetaraan)
United Nation Development Program (dalam Suhady, 2005) mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance)meliputi:
1. Partisipasi (participation), setipa warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitiminasi yang mewakili kepentingannya. 2. Aturan hukum (rule of law), kerangka hukum harus adil dan
dilaksanakan tanapa perbedaan, terutama hukum hak asasi manusia. 3. Transparansi (transparency), transparansi dibangun atas dasar
4. Daya tanggap (responsiveness), lembaga atau proses harus mencoba untuk melayanai setiap stakeholders.
5. Berorientasi konsensus (consensus orientation), good governance menajadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun prosedur.
6. Efektifitas dan efesiensi (effectiveness and effeciency), setiap proses dan lembaga diarahkan untuk mengahasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan yang tersedia sebaik mungkin. 7. Akuntabilitas (accountability), para pembuat keputusan dalam
pemerintahan, sektor swaata dan masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan lembaga stakeholders.
8. Bervisi strategis (strategic vision), para pemimpin dan publik harus mempunyai prespektif good governancedan pengembangan manusia yang luas serta jauh kedepan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan,
dan keadilan dalam setipa kebijakan penyelenggaraan negara.
2. Asas tertib penyelengaraan negara, adalah asas yang menjadi
landasan ketentuan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelengaraan negara.
3. Asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif dan selektif
4. Asa keterbukaan, adalah asas yang membuka diri hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetpa
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia negara.
5. Asas proposionalitas, yaitu asas yang mengutamakan kesimbangan
antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
6. Asa profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
7. Asas akuntabilitas, asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan
Sedangkan menurut Sinambela (2006:51) ada tujuh kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat membentuk mekanisme yang menghasilkan good governance.
Kriteria- kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya legitimasi atau dukungan yang kuat dari masyarakat terhadap institusi publik baik yang berwujud sebagai lembaga birokrasi maupun institusi lainnya yang dibentuk masyarakat secara swadaya.
2. Adanya kebebasan dalam berpendapat untuk menyampaikan aspirasi atau kepentingan bagi setiap institusi mauapun kelompok masyarakat yang ada sehingga seluruh stakeholders tersebut dapat berpatisipasi aktif dalam semua proses pembangunan.
3. Adanya keadilan serta kerangka legal berupa kepastian hukum untuk menjamin upaya penegakan keadilan tersebut.
4. Adanya akuntabilitas dan transparansi dalam mekanisme birokrasi 5. Tersedianya informasi pembangunan yang dapat diaskes oleh
masyarakat dengan mudah dan bebas.
6. Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam penyediaan pelayanan publik.
7. Terbentuknya kerjasama yang baik antara pemerintah dan civil society organization.
karena pada kenyataan tidak bersesuian dengan kepentingan masyarkat lokal, nasional, regional, ataupun dalam konteks kepentingan global.
1.5.3. Transparansi
Dalam KepMenPAN No.26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menjelaskan pengertian transparansi penyelenggaraan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan ataupun pengendaliannya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.
Transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi: 1. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik
Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian oleh masyarakat. Kegiatan tersebut harus dapat di informasikan dan mudah diakses oleh masyarakat.
2. Prosedur pelayanan
Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta tata cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu pelayanan.
3. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan
atau persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menentukan persyaratan, baik teknis maupun maupun administratif harus seminimal mungkin dan dikaji terlebih dahulu agar benar-benar sesuai/relevan dengan jenis pelayanan yang akan diberikan. Harus dihilangkan segala persyaratan yang bersifat duplikasi dari instansi yang terkait dengan proses pelayanan.
4. Rincian biaya pelayanan
Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rinciannya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Transparansi mengenai biaya dilakukan dengan mengurangi semaksimal mungkin pertemuan secara personal antara pemohon/penerima pelayanan dengan pemberi pelayanan. Unit pemberi pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran secara langsung dari penerima pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang bertugas mengelola keuangan/Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah/unit pelayanan. Di samping itu, setiap pungutan yang ditarik dari masyarakat harus disertai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan.
5. Waktu penyelesaian pelayanan
harus berdasarkan nomor urut permintaan pelayanan, yaitu yang pertama kali
mengajukan pelayanan harus lebih dahulu dilayani/diselesaikan apabila
persyaratan lengkap (melaksanakan azas First In First Out/FIFO).
6. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
Pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan
pelayanan dan atau menyelesaikan keluhan/persoalan/sangketa, diwajibkan
memakai tanda pengenal dan papan nama di meja/tempat kerja petugas.
7. Lokasi pelayanan
Tempat dan lokasi pelayanan diusahkan harus tetap dan tidak
berpindah-pindah, mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan, dilengkapi dengan sarana
dan prarasana yang cukup memadai termasuk penyediaan sarana
telekomunikasi dan informatika (telematika).
8. Janji pelayanan
Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan
instansi pemerintahan dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat.
Janji pelayanan ditulis secara jelas, singkat dan mudah dimengerti,
menyangkut hanya hal-hal yang esensial dan informasi yang akurat, termasuk
di dalamnya mengenai standar kualitas pelayanan, dapat pula dibuat “Motto
Pelayanan”, dengan penyusunan kata-kata yang dapat memberikan semangat,
baik kepada pemberi maupun penerima pelayanan.
9. Standar pelayanan publik
Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan
masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan
pelayanan, unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar
Pelayanan masingmasing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan
dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi
penerima pelayanan, dan Standar pelayanan yang ditetapkan hendaknya
realistis, karena merupakan jaminan bahwa janji/komitmen yang dibuat dapat
dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para pemberi dan penerima
pelayanan.
10. Informasi pelayanan
Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap
unit pelayanan instansi pemerintah wajib mempublikasikan mengenai
prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar, akta/janji, motto pelayanan,
lokasi serta pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab
sebagaimana telah diuraikan di atas. Publikasi dan atau sosialisasi tersebut di
atas melalui antara lain, media cetak (brosur, leaflet, booklet), media
elektronik (Website, Home-Page,Situs Internet, Radio, TV), media gambar
dan atau penyuluhan secara langsung kepada masyarakat.
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan dan
kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi merupakan upaya
menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi
yang akurat dan memadai.Transparansi dan akuntabilitas harus dilaksanakan pada
pelaksanaan, pengawasan/pengendalian, dan laporan hasil kinerja. Transparansi
dan akuntabilitas hendaknya dimulai dari proses perencanaan pengembangan
pelayanan karena sangat terkait dengan pelayanan bagi masyarakat umum yang
memerlukan dan yang berhak atas pelayanan.
1.5.4. Akuntabilitas
Dalam KepMenPAN No. 26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik dikatakan bahwa penyelenggaraan
pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik
maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ada 3 hal yang menjadi dimensi akuntabilitas, antara lain akuntabilitas
politik yang biasanya dihubungkan dengan proses dan mandat pemilu,
akuntabilitas finansial yang fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan
tepat waktu tentang penggunaan dana publik, dan akuntabilitas administratif
yang pada umumnya berkaitan dengan pelayanan publik dalam kerangka kerja
otoritas dan sumber daya yang tersedia. Polidano (1998) lebih lanjut
mengidentifikasi 3 elemen utama akuntabilitas, yaitu adanya kekuasaan untuk
mendapatkan persetujuan awal sebelum sebuah keputusan dibuat, akuntabilitas
peran yang merujuk pada kemampuan seorang pejabat untuk menjalankan
peran kuncinya, dan peninjauan ulang secara retrospektif yang mengacu pada
analisis operasi suatu departemen.
Berbagai dimensi dan elemen utama dari akuntabilitas ini akan sangat
Lenvine (dalam Dwiyanto, 2005:147) mendefenisikan akuntabilitas sebagai
suatu Universitas Sumatera Utaraukuran yang menunjukkan seberapa besar
proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders.
Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan
melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga
mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling
mengawasi (check and balances system). Pertanggungjawaban (akuntabilitas)
pelayanan publik meliputi:
1. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik
a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses
yang antara lain meliputi; tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas
petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk
kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan
kedisiplinan.
b. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar
atau akta/janji pelayanan publik yang telah ditetapkan.
c. Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit
pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi penyimpangan dalam
hal pencapaian standar, harus dilakukan upaya perbaikan.
d. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan
e. Masyarakat dapat melakukan penelitian terhadap kinerja pelayanan
secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku.
f. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian
dalam pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak
mendapat tanggapan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2. Akuntabilitas biaya pelayanan publik
a. Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang telah ditetapkan.
b. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya
pelayanan publik, harus ditangani oleh Petugas/Pejabat yang ditunjuk
berdasarkan Surat\ Keputusan/Surat Penugasan dari Pejabat yang
berwenang.
3. Akuntabilitas produk pelayanan publik
a. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk
pelayanan.
b. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
I.6 Defenisi Konsep
Defenisi konsep memberikan batasan terhadap pembahasan dari
permasalahan yang ditentukan oleh peneliti. Adapun defenisi konsep dari
penelitian ini adalah :
1. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi pemerintah yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan atau
aparatur pemerintah sesuai dengan aturan dan tata cara yang telah
ditetapkan
2. Prinsip-prinsip good governance yang dipilih oleh penulis untuk menjadi
fokus penelitian:
a. Transparansi, yaitu adanya kebebasan arus informasi. Proses lembaga
dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang
membutuhkan. Adanya akses informasi yang siap, mudah dijangkau
dan bebas diperoleh.
b. Akuntabilitas, yaitu dalam proses pelayanan yang telah diberikan
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyrakat serta adanya
I.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, dan
sistematika penulisan.
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penulisan,lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini beisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian
yang meliputi keadaan geografis, kependudukan, sosial, ekonomi
dan pemerintahan.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini membahas tentang hasil data- data yang diperoleh di
lapangan.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini merupakan tempat melakukan analisa data yang diperoleh
saat penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan dan saran- saran yang dianggap perlu sebagai