• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD

Suherman (2001) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperiment disamping penalaran. Menurut Mulyono (2010: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lebih lanjut Mulyono menyebutkan bahwa ciri utama matematika adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian matematika adalah suatu pembelajaran yang tidak hanya suatu simbol, namun di setiap simbol terdapat sebuah arti, yang digunakan untuk berfikir.

2.1.1.1 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD

(2)

matematika tersebut, maka untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalahdan menafsirkan solusinya. (BSNP, Standar Isi 2006: 147-148).

2.1.1.2Manfaat dan Tujuan Pengajaran Matematika di SD

Tujuan mata pelajaran matematika menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 adalah sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar Matematika yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran telah tercantum dalam kurikulum yang sekarang digunakan yaitu kurikulum SD 2006, meskipun demikian guru harus menjabarkan lebih dahulu menjadi tujuan-tujuan yang lebih khusus yang disebut indikator.

(3)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas 5 SD Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah

1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan penaksiran.

1.2 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB 1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat

1.4 Menghitung perpangkatan dan akar sederhana

1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB

2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah

2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam 2.2 Melakukan operasi hitung satuan waktu

2.3 Melakukan pengukuran sudut 2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan

2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan

3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

3.1 Menghitung luas trapesium dan layanglayang

3.2 Menyelesaik-an masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar

4. Menghitung Volume Kubus Dan Balok Dan Menggunakannya Dalam Pemecahan Masalah

4.1 Menghitung volume kubus dan balok

4.2 Menyelesaik-an masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok

Sumber : Permendiknas Tahun 2006. No 22 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

(4)

2.1.2 Model pembelajaran TGT

Aktivitas belajar adalah kegiatan yang melibatkan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam suatu kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Usaha ini salah satunya ditunjang dengan metode sebagai salah unsur yang menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar karena fungsinya sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan (Djamarah & Zain, 2010: 72) guna mewujudkan hal tersebut dibutuhkan strategi dan metode dalam belajar untuk menciptakan perubahan dan mencapai tujuan dari belajar itu sendiri. Salah satu model yang digunakan adalah Teams Games Tournament (TGT).

Model TGT cocok digunakan dalam pembelajaran matematika karena memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dalam proses pembelajaran dengan saling berdiskusi menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dalam kelompok masing-masing. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran matematika bahwa seiring perkembangan matematika yang begitu pesat serta diperlukannya matematika dan pola pikirnya dalam berbagai bidang, maka guru perlu secara sengaja merancang pembelajaran yang memungkinkan untuk membelajarkan nilai-nilai edukatif dalam matematika secara aktif kepada siswa. Perencanaan pembelajaran yang demikian menurut Soedjadi (1999: 66) disebut perencanaan pembelajaran by-design. Guru secara sengaja mendesain pembelajaran matematika yang memungkinkan di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang dapat mendukung tumbuh kembangnya kepribadian siswa.

Steve Parson (Slavin, 2010: 167) menyatakan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe TGT yang mempunyai ciri khas games dan tournament ini

(5)

terhadap permainan tersebut. Model ini dapat membuat peserta didik tidak merasa

bosan sehingga dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari hasil belajarnya.

Dian Rizki dan Rachman, A (2013:2), menyatakan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa

sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan

semangat belajar dan mengandung reinforcement. Selanjutnya dipaparkan Slavin,

Robert E (2005:163), menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT

menggunakan permainan akademik. Para ahli Frank Lyman dan Spencer Kagan (Anita Lie, 2002:56), menyatakan bahwa “Model TGT (Teams Games Tournament) mengandung kegiatan-kegiatan bersifat permainan”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas mengenai pengertian TGT, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran

kooperatif yang mengandung unsur permainan akademik yang mengandung

reinforcement dan melibatkan siswa sebagai turor sebaya.

2.1.2.1Tahap-tahap Pembelajaran

Menurut Slavin (2010: 166) model pembelajaran kooperatif tipe Teams games tournament (TGT) memiliki langkah-langkah (sintaks) sebagai berikut.

1. Presentasi kelas (class precentation).

Dalam presentasi kelas guru memperkenalkan materi pembelajaran yang diberikan secara langsung atau mendiskusikan dalam kelas. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran mengacu pada apa yang disampaikan oleh guru agar nantinya dapat membantu siswa dalam mengikuti game dan turnamen.

2. Kelompok (teams).

(6)

Diharapkan tiap anggota kelompok melakukan hal yang terbaik bagi kelompoknya dan adanya usaha kelompok melakukan untuk membantu anggota kelompoknya sehingga dapat meningkatkan kemampuan akademik dan menumbuhkan pentingnya kerjasama diantara siswa dan meningkatkan percaya diri.

3. Permainan (game).

Permainan (game) dibuat dengan isi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetes siswa yang didapat dari presentasi kelas dan latihan kelompok. Game dimainkan dengan meja yang berisi tiga siswa yang mewakili tiga kelompok yang berbeda. Siswa mengambil kartu bernomor dan berusaha untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor. Aturannya membolehkan pemain untuk menantang jawaban yang lain.

4. Pertandingan (tournament).

Biasanya turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru membuat presentasi kelas dan kelompok-kelompok mempraktikkan tugas-tugasnya. Untuk turnamen pertama guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan serupa yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini merupakan sistem penilaian kemampuan yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini merupakan penilaian sistem penilaian kemampuan perorangan dalam STAD. Kompetisi ini juga memungkinkan bagi siswa dari semua level di penampilan sebelumnya untuk memaksimalkan nilai kelompok mereka menjadi terbaik.

Menurut Johnson & Johnson (2001), model TGT ini meliputi tiga tahap, yaitu:

1) Tahap mengajar (teaching)

(7)

pembentukan kelompok. Tahap ini dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.

2) Tahap belajar dalam kelompok (team study)

Dalam tahap ini anggota kelompok mempunyai tugas untuk mempelajari materi pelajaran secara tuntas dan saling membantu dalam mempelajari materi tersebut.Jika ada kesulitan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum bertanya pada guru. Setiap anggota kelompok dalam berdiskusi hendaknya dengan suara perlahan, sehingga kelompok yang lain tidak terganggu.

3) Tahap Kompetisi (tournament)

Dalam tahap ini setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk maju ke meja kompetisi, di atas meja tersebut telah tersedia kartu.Kemudian siswa mengambil sebuah kartu dan membacanya keras-keras. Kelompok yang mengambil pertanyaan tersebut harus menjawab, jika jawaban salah maka kelompok lawan dapat mengajukan jawabannya.Setiap jawaban kelompok yang benar diberikan poin atau skor, dan skor-skor tersebut dijumlah sebagai skor kelompok.

Selanjutnya menurut Slavin (2010:170) model pembelajaran TGT terdiri dari siklus regular dari aktifitas pengajaran yaitu:

a) Pengajaran. menyampaikan materi.

b) Belajar tim. Para siswa mengerjakan lembar-kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.

(8)

Adapun alur penempatan peserta turnamen menurut Slavin (2010: 168) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Alur Penempatan Peserta Turnamen Slavin (2010) menyatakan bahwa dalam pengimplementasian model pembelajaran TGT, yang harus diperhatikan yaitu:

1. Pembelajaran terpusat pada siswa

2. Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi

3. Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)

4. Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim 5. Dalam kompetisi diterapkan sistem point

6. Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik

7. Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan

8. Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal

Tournamen 2

(9)

9. Adanya sistem penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak.

Memperhatikan langkah-langkah di atas diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Adapun langkah-langkah TGT yang diterapkan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1) Guru melakukan presentasi kelas untuk menerangkan materi yang diajarkan 2) Guru membagi siswa dalam kelompok secara heterogen untuk kegiatan tim 3) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim

4) Guru mengkondisikan kelas untuk kegiatan game dan tournament. Pada kegiatan tournament siswa dibagi ke dalam meja tournament berdasarkan kemampuan akademik.

5) Guru memberikan penilaian

6) Guru memberi penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak.

2.1.2.2Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatife Model TGT

Seperti halnya metode pembelajaran yang lain TGT juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.

1) Kelebihan TGT

Keunggulan implementasi model TGT dapat dicapai apabila kondisi pembelajaran dapat diciptakan secara efektif, di antaranya adalah :

a) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan adanya kegiatan kelompok b) Menumbuhkan sikap sosial siswa

c) Mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan dengan adanya kegiatan games.

(10)

2) Kekurangan TGT.

Beberapa kekurangan TGT yang kemungkinan perlu diantisipasi oleh guru diantaranya adalah:

a) Bagi para pengajar pemula, model ini menumbuhkan waktu yang banyak

b) Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan soal turnamen.

c) Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah.

2.1.3 Pengertian belajar dan pembelajaran 2.1.3.1Pengertian Belajar

Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Untuk mendapatkan sesuatu seseorang harus melakukan usaha agar apa yang di inginkan dapat tercapai. Usaha tersebut dapat berupa kerja mandiri maupun kelompok dalam suatu interaksi. Adapun Syah (2006: 109) mendefinisikan belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dari berbagai pengertian belajar tadi dapat ditarik pengertian bahwa belajar merupakan suatu usaha yang menyebabkan perubahan mental secara keseluruhan yang bersifaf positif dan menetap.

(11)

Reynolds percaya bahwa interaksi anak dengan orang lain melalui bahasalah yang paling kuat mempengaruhi tingkat pemahaman konseptual yang dapat dicapai anak. Jadi bagi Vygotsky, cooperation (kerja sama)lah yang menjadi dasar belajar. Vygotsky sangat percaya bahwa kita dapat belajar dari orang lain baik yang seumur maupun yang lebih tua dan memiliki tingkat perkembangan yang lebih tinggi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah inti dari sebuah pendidikan sebagai upaya yang sistematis yang mengandung interaksi dengan orang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran dan merubah tingkah laku akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan secara berkelompok. Perubahan itu hasil yang telah dicapai dari proses belajar.

2.1.3.2Hasil belajar

Menurut Widiyoko, Eko Putro (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar

terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju

evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Hasil belajar merupakan segala

upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) terutama dalam ranah

kognitif, afektif,dan psikomotor. (Arikunto,2003:114-115). Bloom (Suprijono,

2012:6), mengatakan bahwa: hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Domain kognitif meliputi: knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application

(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk, bangunan baru), dan evaluation

(menilai). Domain afektif meliputi: receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization

(karakterisasi). Sedangkan domain psikomotor meliputi keterampilan produktif,

teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi hasil belajar di atas,

(12)

kemampuan yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diukur

dengan teknik tes dan non-tes.

Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk memberikan masukan atau informasi

secara komprehensif tentang hasil belajar siswa mulai dari proses pembelajaran

hingga hasil akhir pembelajaran. Evaluasi proses belajar adalah evaluasi atau

penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung (Wardani,

Naniek Sulistya dkk, 2010). Sedangkan evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang

dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar

peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan

secara berkesinambungan. (Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto, 2012:51).

Berikut dibawah ini dijelaskan mengenai jenis-jenis evaluasi pembelajaran

menurut Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto (2012:6):

Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

Jenis-jenis evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi 5 dan diuraikan sebagai

berikut:

1. Evaluasi Formatif

Yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang telah dicapai peserta didik.

2. Evaluasi Sumatif

Yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu (catur wulan, semester atau tahun ajaran) seperti ujian umum.

3. Evaluasi Diagnostik

Yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan peserta didik dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya.

4. Evaluasi Penempatan

Yaitu penilaian yang ditujukan untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan bakat, minat,dan kemampuannya, misalnya pemilihan jurusan. 5. Evaluasi Seleksi

(13)

Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Permendikbud No. 23 tahun 2016 menyebutkan bahwa ada beberapa prinsip

penilaian hasil belajar

a) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

b) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

c) adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

d) Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

e) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

f) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik.

g) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

h) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

i) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya

Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tentulah merupakan hasil dari

pengamatan dan pengukuran guru terhadap apapun yang dilakukan peserta didiknya

sehari-hari. Menurut Allen dan Yen (1979) dalam Wardani, Naniek Sulistya dan

Slameto (2012:2), pengukuran yang dilakukan dimaksudkan sebagai penetapan angka

dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu.

Dalam kegiatan pengukuran, diperlukannya instrumen atau alat-alat yang

membantu dalam proses pengukuran. Adapun instrumen atau alat-alat yang

digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik seperti tes, lembar observasi,

panduan wawancara, sikap skala dan angket. Dalam perencanaan menyusun

instrumen evaluasi hasil belajar, yang perlu dilakukan adalah menyusun kisi-kisi/blue

(14)

atau table of specification) adalah format atau matriks pemetaan butir-butir

pernyataan/pertanyaan yang menggambarkan distribusi butir untuk berbagai tujuan

belajar berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan sikap atau

psikomotor tertentu. Penyusunan kisi-kisi digunakan untuk pedoman menyusun atau

menulis soal menjadi perangkat tes. Demikian, dari tes tersebut akan diperoleh skor

pengukuran yang digunakan sebagai dasar evaluasi, selanjutnya skor yang diperoleh

dari tes tersebut diupayakan dapat mencapai hasil minimal sesuai dengan KKM.

KKM merupakan kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik

mencapai ketuntasan dan harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai.

Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga

dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus).Angka maksimal 100 merupakan

kriteria ketuntasan ideal. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang

ditentukan oleh satuan pendidikan.

Teknik yang digunakan dalam penilaian pembelajaran untuk mengukur hasil

belajar peserta didik, yaitu dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes.

Teknik Tes

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait atu sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir

pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

(Suryanto Adi, dkk., 2009). Sama halnya dengan pendapat Poerwanti, Endang

(2008:1-5) mengatakan bahwa tes merupakan seperangkat tugas yang harus

dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk

mengukur tingkat pemahaman dan penugasannya terhadap cakupan materi yang

dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Adapun menurut

Arikunto dan Jabar (2004) mengemukakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur

yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara

(15)

Mendasarkan pada beberapa pendapat ahli mengenai pengertian tes di atas,

dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat berisi pertanyaan yang direncanakan

untuk mengukur pemahaman siswa dengan menggunakan cara dan aturan tertentu.

Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukan oleh Poerwanti, Endang

(2008:4-9) sebagai berikut:

Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan 1. Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya.

2. Tes lisan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu hasil dari tes lisan biasanya tidak memiliki informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. 3. Tes unjuk kerja

Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya 1. Tes Esai (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntuk siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

3. Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response tes).

Teknik Nontes

Wardani, Naniek S. dan Slameto (2012:7-11), mengatakan bahwa: teknik

nontes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau

salah. Instrumen nontes dapat berbentuk kuesioner atau inventori.Kuesioner berisi

(16)

yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta

didik.

Teknik tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan

psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes menurut Poerwanti, Endang (2008:3-19 – 3-31) yaitu: 1. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan

secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang

untuk mengamati unjuk kerja dan kemampuan belajar siswa, maupun observasi informal

yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara

lisan dan spontan, tentang kawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

3. Angket

Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data

deskriptif.Teknik ini biasanya berupa angket sikap (attitude questionnaires).

4. Work sample analysis (analisa sampel kerja)

Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam

pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengena kesalahan atau jawaban benar yang

sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola dan lain sebagainya.

5. Task analysis (analisis tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills

dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills

yang diperlukan.

6. Checklists dan rating scales

Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur,yang sulit

dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif,

tergantung format yang dipergunakan.

7. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu

(17)

8. Komposisi dan presentasi

Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.

9. Proyek individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk

individu maupun kelompok.

2.1.4 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 2.1.4.1Pengertian PTK

Arikunto (2006) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

merupakan suatu pencermataan dari kegiatan pembelajaran yang berupa sebuah

tindakan dan sengaja dilakukan di dalam kelas. Lebih lanjut Arikunto menjelaskan

bahwa PTK merupakan kegiatan ilmiah yang terdiri dari Penelitian-Tindakan-Kelas,

dengan definisi Penelitian menurut Arikunto adalah kegiatan pengamatan suatu obyek

yang sesuai aturan metodologi untuk memperoleh data atau informasi dalam rangka

peninkatan mutu suatu hal yang dirasa penting oleh peneliti. Selanjutnya pengertian

Tindakan menurut Arikunto adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu, kegiatan tersebut berbentuk rangkaian siklus. Arikunto juga

menjelaskan pengertian Kelas sebagai kelompok peserta didik yang sama dan

menerima pelajaran yang sama dari seorang pendidik.

Suhardjono (2007) memaparkan bahwa PTK merupakan penelitian tindakan

yang dilakukan di ruang kelas dan bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan

mutu dari proses maupun praktik pembelajaran. Sejalan dengan pengertian tersebut

Kunandar (2008) menjelaskan PTK sebagai kegiatan yang dilakuakn pendidik atau

bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk meningkatkan

atau memperbaiki mutu dari proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan

penelitian yang sengaja dirancang untuk dapat memperbaiki atau mengatasi

permasalahan yang terjadi di kelas. PTK dalam penelitian ini merupakan jenis PTK

(18)

di SDN Sidorejo Kidul 03. Kolaborasi yang dilakukan antara lain, peneliti merancang

dan menyiapkan segala instrumen yang akan digunakan dalam PTK. Selanjutnya

guru memberikan masukan sehingga instrumen yang dirancang sesuai dengan kondisi

kelas dan dapat digunakan. Pada penelitian ini peneliti akan mengajar dan guru kelas

V akan memberikan penilaian pada lembar observasi guru dan siswa. Lembar

observasi diisi oleh guru dengan tujuan hasilnya sesuai dengan keadaan, bukan dari

sudut pandang peneliti sendiri.

2.1.4.2Tujuan PTK

Suhardjono (2007: 61) mengatakan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas itu

adalah :

a) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran

disekolah

b) Membantu tenaga kekependidikan lainnya mengatasai masalah pembelajaran dan

pendidikan di dalam kelas.

c) Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan

d)Menumbuh-kembangkan budaya akademik dilingkungan sekolah sehingga

tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan

pembelajaran secara berkelanjuta (sustainable)

Menurut Santyasa (2007),tujuan PTK digolongkan dalam dua tujuan yakni

tujuan utama dan tujuan sertaan. Adapun tujuan utama adalah (1) melakukan

perbaikan dan peningkatan layanan pendidik dalam menangani proses pembelajaran.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis

kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif

yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran.

Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan

evaluasi, dan refleksi. (2) Melakukan pengembangan keterampilan. Tujuan ini

dilandasi oleh tiga hal penting, (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari pendidik

(19)

oleh orang lain ataupun pihak lainnya, (2) proses latihan terjadi secara

hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, (3) produknyas adalah sebuah nilai,

karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk memecahkan masalah pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Korayanti (2013) yang berjudul Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) untuk meningkatkan prestasi belajar ilmu pengetahuan sosial (IPS) siswa kelas IV SD Negeri Mancasan Gamping Sleman Yogyakarta pada materi Sumber Daya Alam dan Pemanfaatannya dalam Kegiatan Ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus yang pertama, sebanyak 63,33% siswa berhasil memperoleh nilai rata-rata 60,37. Adapun pada siklus yang kedua 80% siswa memperoleh nilai dengan rata-rata 69,90. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 01 Macanan dalam meningkatkan prestasi belajar IPS. Keunggulan dari penelitian ini yaitu terciptanya kerjasama diantara siswa yang lain atau anggota kelompok yang lain, sedangkan kelemahannya yaitu masih belum bisa sepenuhnya mengaktifkan siswa, Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diharapkan

meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

(20)

seluruh aspek keaktifan belajar matematika siswa kelas IX C SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta pada pokok bahasan Peluang dan Statistika mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil rata-rata persentase lembar observasi keaktifan belajar siswa untuk tiap siklus, yaitu pada siklus I keaktifan siswa sebesar 61,17% untuk siklus II sebesar 71,11%. Selain itu hasil dari angket respon siswa terhadap pembelajaran juga meningkat yaitu sebesar 63% pada siklus I dan sebesar 70,11% pada siklus II. Keunggulan dari penelitian ini yaitu terciptanya aktualisasi bersaing secara seimbang antar siswa, sedangkan kelemahannya yaitu masih belum bisa sepenuhnya mengaktifkan siswa, Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang

diharapkan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Mencermati keberhasilan yang ditujukkan oleh penelitian-penelitian terdahulu maka peneliti menerapkan model TGT dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SDN Sidorejo Kidul 03. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian lainnya adalah subyek penelitian. Penelitian ini bersubyek pada siswa kelas V di SDN Sidorejo Kidul 03. Selain itu materi yang diajarkan juga berbeda di mana dalam penelitian ini materi yang diajarkan adalah operasi hitung bilangan bulat.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran matematika dikelas SD Negeri Sideroje Kidul 03 yang berpusat pada guru. Guru belum memberikan kegiatan yang bisa membuat siswa berinteraksi dalam pembelajaran sehingga menyebabkan siswa bosan dan tidak fokus dalam pembelajaran. Hasil belajar dalam proses pembelajran tersebut tidak masksimal. Ketuntasan belajar hanya mencapai 56.25%, ini menunjukkan hampir setengah dari jumlah keseluruhan siswa mendapat nilai di bawah KKM.

(21)

perbaikan proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournament). Pada TGT terdapat kegiatan Tim yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama antar siswa dalam kelompok, selanjutnya kegiatan games melatih siswa untuk memiliki tanggung jawab pribadi dengan permainan yang menyenangkan, kegiatan turnamen melatih siswa untuk berkompetisi secara seimbang. Melalui upaya tersebut maka pembelajaran dapat menjadi lebih menyenangkan, dengan demikian kualitas pembelajaran dikelas 5 SD Negeri Sidorejo Kidul 03 dapat dikatakan meningkat. Berdasarkan uraian diatas, kerangka berpikir pada penelitian ini dapat digambarkan melalui bagan Peningkatan Hasil Belajar

Matematika Melalui Model Pembelajaran TGT sebagai berikut.

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran Team Games Tounament (TGT)

Model TGT

Hasil belajar

Butir Soal Presentasi kelas :pemberian materi guru kepada siswa

Tim : untuk menumbuhkan rasa kerjasama antar siswa dalam kelompok

Games : tanggung jawab pribadi dengan permainan yang menyenangkan

Tournament : aktualisasi karena bersaing secara seimbang

Skor Tes KD:

1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan penaksiran.

(22)

2.4 Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1  Alur Penempatan Peserta Turnamen
Gambar 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Pembuatan Film Animasi 2 Dimensi “ Legenda Jaka Linglung ”

Bagi sebaian perusahaan dengan hanya memusatkan pada segi jumlah, serta hubungan baik dengan pelanggan dirasakan cukup bagi mereka dalam merebut pasar, namun ada

Penelitian ini mengenai “Pengaruh Kepercayaan , Manfaat dan Kemudahan Penggunaan Terhadap Niat Nasabah dalam Menggunakan Internet Banking Bank Cimb

Sesuai dengan rincian tugas dalam Surat Keputusan Menpan Nomor: KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya, maka dalam kurikulum Diklat

television crime dramas, Criminal Minds , Dexter and Law & Order: SVU , to demonstrate how popular culture distorts understandings of gender and violence through the lens

Kolom 2 (dua) diisi dengan butir kegiatan yang dinilai dalam Angka Kredit berdasarkan output yang dihasilkan (berdasarkan pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Another doubling providing ground for the cultural work of the show is a tension between the urban – rural and real and imagined/dreamt or hard-to-comprehend territory 23

Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6 bulan.. Imunisasi ini untuk