• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Adsorpsi Krom Dalam Limbah Cair Penyamakan Kulit Chrome Adsorption in Tannery Wastewater - A Review

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Adsorpsi Krom Dalam Limbah Cair Penyamakan Kulit Chrome Adsorption in Tannery Wastewater - A Review"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kimia FMIPA Unmul 50

Kajian Adsorpsi Krom Dalam Limbah Cair Penyamakan Kulit

Chrome Adsorption in Tannery Wastewater - A Review

Hesty Eka Mayasari, Muhammad Sholeh*

Balai Besar Kulit Karet Plastik, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Jl. Sokonandi no.9 Yogyakarta, Indonesia

*Penulis korespondensi: muhammad-sholeh@kemenperin.go.id

ABSTRACT

Chromium in tannery wastewater is still a problem for the industry. Treatment of tannery wastewater using conventional way is not enough. Alternative wastewater treatment such as adsorption methods is needed. This review summarizes and discusses the state of the art of research on adsorbents in addition to commercial activated carbon for tannery wastewater treatment.

Keywords: Adsorption, Chromium, Wastewater, Tannery

PENDAHULUAN

Semakin meningkatnya kebutuhan manusia membuat banyak industri berkembang, salah satunya industri penyamakan kulit. Setiap industri menghasilkan limbah, termasuk industri penyamakan kulit. Limbah penyamakan kulit ini merupakan salah satu penghasil polutan terbesar di dunia [1][2]. Penyamakan dibedakan berdasarkan jenis bahan penyamaknya (tanin atau krom) yang digunakan untuk mengikat serat kolagen.Limbah penyamakan kulit bukan hanya menghasilkan zat biodegradabel seperti protein, lemak, namun juga menghasilkan zat non biodegradabel[3]. Limbah penyamakan kulit termasuk limbah berbahaya karena mengandung logam berat seperti krom [4][1].

Di lingkungan, krom dapat terbentuk dalam dua tingkat oksidasi,yaitu Cr(VI) dan Cr(III). Krom, baik Cr(VI) maupun Cr(III), dapat masuk ke dalam tanaman, hewan dan manusia [5]. Cr(III) pada umumnya terdapat di lingkungan bebas dalam jumlah kecil, namun dalam jumlah besar, dapat berbahaya karena dapat teroksidasi menjadi Cr(IV). Krom dalam lingkungan perairan dengan konsentrasi tertentu dapat menimbulkan masalah. Cr (VI) dalam perairan mempunyai kelarutan yang tinggi dan bersifat toksik, korosif, serta karsinogenik karena dapat menimbulkan kanker paru-paru bila terakumulasi dalam tubuh. Akumulasi krom yang melebihikonsentrasi yang dibutuhkan oleh tubuhdapat menyebabkan kematian [6].

Penggunaan krom dalam proses penyamakan bertujuan untuk membentuk ikatan kompleks

antara komponen kolagen dengan polipeptida dari kulityang mencegah penetrasi air di dalam pori-pori kulit sehingga menghindari pembusukan. Dalam proses penyamakan, kulit hanya dapat menyerap 60-80% krom, yang artinya sekitar 20-40% krom akan terikut dalam limbah cair maupun limbah padat industri penyamakan [1][7]. Oleh karena itu, perlu penanganan khusus limbah industri penyamakan untuk menjaga lingkungan [8].

Berbagai cara telah dilakukan untuk menangani limbah cair penyamakan dengan berbagai metode, seperti adsorpsi [9][10][11], wetland [12][13], reagen fenton [14], filtrasi, koagulasi, ion exchange, reverse osmosis, dialisis, membran dan presipitasi [15] yang pemilihannya didasarkan pada beberapa faktor seperti efisiensi, biaya, dan lingkungan [3]. Pengolahan secara konvensional secara fisika dan kimia memerlukan biaya yang tinggi, seperti presipitasi secara kimia yang membutuhkan banyak bahan kimia. Metode ion exchange membutuhkan resin dan karbon aktif yang cukup mahal. Oleh karena itu banyak penelitian yang mempelajari produk agrikultur untuk menyerap logam berbahaya dari limbah.

ADSORPSI

(2)

51 Kimia FMIPA Unmul mempunyai harga yang cukup tinggi, sehingga

banyak penelitian yang mempelajari mengenai bahan organik yang dapat digunakan menjadi karbon aktif, yang biasa disebut dengan biosorben. Proses adsorpsi yang dilakukan oleh biosorben disebut dengan biosorpsi. Biosorpsi adalah kemampuan mikroorganisme (baik hidup maupun mati) untuk mengakumulasi logam berat dari limbah cair [16].

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dibawah kondisi stress (adanya logam berat berbahaya), efisiensi dari adsorpsi bertambah perlahan seiring dengan bertambahnya waktu sampai titik tertentu, kemudian efisiensi adsorpsi berkurang dan menjadi statis [17].

Beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya pembuatan karbon aktif dari limbah pabrik gula [1],limbah kantong teh [18], sekam padi [19], asam humat kitin [2], abu terbang bagas [20], ampas tebu [21]serbuk kaktus [22][7], serbuk gergaji [23], lumpur aktif [24][25], kitosan [6], biomassa [5][26][17][27][28][29], benih kubis [30][31] dan kulit buah semangka [32].

A. Limbah

Fahim et al. [1] melakukan penelitian pengambilan Cr(III) dengan menggunakan karbon aktif dari limbah industri gula. Dari hasil penelitian, didapatkan penjerapan krom hingga 98,7% pada kondisi optimum pH 5. Karbon aktif dengan ukuran yang lebih kecil dapat meningkatkan efektivitas penyerapan krom.Werkneh et al. [21] meneliti tentang biosorben dari ampas tebu untuk mereduksi Cr(VI) dari limbah penyamakan. Ampas tebu di pre-treatment dengan asam sulfat untuk meningkatkan porositas. Kondisi optimum berada ketika pH 1 dengan efisiensi penjerapan 99%.Isah & Lawal [18] menggunakan limbah kantong teh sebagai adsorben untuk menjerap krom. Limbah kantong teh diaktivasi secara kimiawi dengan penambahan1 M H2SO4 dan dapat menjerap 99,9% logam krom

dari limbah penyamakan.

B. Mikroorganisme

Onyancha et al. [16] meneliti alga Spirogyra condensata dan Rhizoclonium hieroglyphicum sebagai biosorben pada penyerapan Cr(III) pada pH 3-6. Daya adsorpsi tertinggi pada pH 4 untuk Rhizoclonium dan pH 5 untuk S. Condensata dan persentase penjerapan Cr(III) lebih dari 90%. Triatmojo et al. [5] melakukan penelitian menggunakan biomassa Fusarium sp dan Aspergillus niger sebagai biosorben untuk mereduksi krom limbah penyamakan kulit. Dari

penelitian ini didapatkan hasil bahwa Fusarium sp dapat mereduksi Cr(VI) dan Aspergillus niger dapat digunakan untuk mengambil krom dari larutan. Hasil terbaik didapat pada pH 2, berat biomassa 0,1 g dan waktu kontak 12 jam, yaitu 96,23% Cr(III) dan 96,30% Cr(VI). Chatterjee et al. [17] menggunakan Pseudomonas aeruginosa dengan kondisi optimum pada pH 8 dengan menghasilkan 68,75% Cr(VI) tereduksi menjadi Cr(III).

Thakur & Srivastava [27] menggunakan Aspergillus niger sebagai adsorben untuk bioremediasi dan biokonversi Cr(III) dan pentaklorofenol. Hasilnya, 82% krom tereduksi dan 85% PCP tereduksi. Sepehr et al. [29] mempelajari tentang kesetimbangan dan kinetika permodelan penyerapan Cr(III) oleh Aspergillus niger dan Aspergillus oryzae dalam limbah penyamakan. kondisi optimum pada pH 5,2 dan waktu kontak 30 jam dengan penjerapan hingga 98%. Noori et al. [28] juga meneliti tentangAspergillus niger dalam airlift bioreaktor untuk menjerap Cr(III). Dalam penelitian ini didapatkan kondisi optimum pada pH 5,1 dengan efisiensi penjerapan 88%, dan dengan tambahan nitrogen, efisiensi mencapai 96%. Komari & Yudistri [33] juga meneliti Aspergillus niger, dan didapatkan kondisi optimum pada pH 5 dengan penjerapan Cr(III) 51,03%.

Carmona et al. [31] meneliti tentang Saccharomyces cerevisiae dalam kolom packed bed sebagai biosorben, didapatkan hasil penjerapan Cr(III) sebesar 53,7% dan Cr(VI) sebesar 60%. Ahmad et al. [34] meneliti tentang Acinetobacter haemolyticus yang diisolasi dari air limbah pewarnaan tekstil dan ditumbuhkan dalam medium yang kaya nutrisi, yaitu dari ampas tebu untuk mereduksi kandungan Cr(VI). Dari hasil penelitian, Acinetobacter haemolyticus dapat mereduksi lebih dari 90% Cr(VI). Maka dimungkinkan Acinetobacter haemolyticus dapat digunakan untuk mereduksi Cr(VI) dari limbah penyamakan.

C. Kitosan

(3)

Kimia FMIPA Unmul 52 D. Asam humat - kitin

Santosa et al. [2] meneliti penggunaan asam humat - kitin sebagai adsorben pada limbah penyamakan. Penelitian dilakukan pada pH optimum 3,5. Kitin digunakan bersamaan dengan asam humat dan hasilnya dapat menjerap hingga 100% Cr(III). tetapi persen removal akan menurun dengan kenaikan jumlah Cr dan atau faktor pengenceran kurang dari 10. Heterogenitas antara kitin dan asam humat harus diperhatikan untuk mendapat adsorben yang baik. Saravanan et al. [35] mempelajari tentang biokomposit kitin/ bentonit sebagai adsorben untuk menyerap Cr(VI). Didapatkan kondisi optimum untuk adsorpsi pada pH 4 dengan penjerapan sebesar 91%.

E. Abu terbang bagas

Suseno [20] meneliti tentang abu terbang bagas yang digunakan untuk mengurangi COD dan krom dalam air limbah penyamakandengan mendapatkan model kesetimbangan isoterm adsorpsi yang sesuai secara batch. Abu terbang bagas adalah limbah industri gula yang didapat dari hasil pembakaran bagas dalam boiler. Dari hasil penelitian didapat kondisi optimum yang didapatkan adalah pH 7 dengan penjerapan krom sebesar 67,84 %.

F. Bentonit

Tahir & Naseem [36] menggunakan bentonit sebagai adsorben untuk menyerap Cr(III). Dari hasil penelitian diketahui bahwa bentonit dapat menjerap hingga 93% Cr(III) dengan kondisi optimum pada pH 2,4-2,5.

G. Lumpur aktif

Salmariza [24] meneliti tentang penggunanaan lumpur aktif industri karet remah sebagai adsorben untuk menjerap krom.Dari penelitian didapat kondisi optimum pada pH 2 dengan reduksi 98,7% kromlimbah sisa analisis COD konsentrasi low dan high dan larutan stok Cr dengan konsentrasi 10 dan 30 ppm, oleh karena itu dimungkinkan lumpur aktif industri karet remah dapat digunakan pada limbah penyamakan kulit.Tammaro [25] membandingkan antara proses pengolahan limbah penyamakan dengan karbon aktif biologi dan lumpur aktif. Metode lumpur aktif terkadang susah diterapkan jika terdapat polutan beracun terdapat dalam limbah cair. Sedangkan pengolahan secara biologidengan menggunakan mikroorganisme, dalam penelitian ini yaitu

Pseudomonas, Arthrobacter, Pantoea,

Acinetobacter, Staphylococcus, Shewanella,

Comamonas, Bacillus, ENEA-CARdapat

mengurangi bahan berbahaya. Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa BAC (biological activated carbon) dan lumpur aktif dapat menjerap kromium 72% dan 70% pada skala eksperimen, dan pada kondisi lapangan sebesar 67% dan 46%.

H. Serbuk gergaji

Vinodhini& Das [23] meneliti serbuk gergaji untuk mereduksi Cr(VI) dengan packed bed column pada pH 2. Dari penelitian didapatkan 65,42 % Cr(VI) dapat dijerap oleh biosorben.

I. Tanaman

Gatew & Mersha [30] menggunakan serbuk benihMoringa stenopetala sebagai biosorben dan dapat menjerap krom hingga 99,86% pada pH 9,5.Reddy et al. [32] menggunakan kulit buah semangka (Citrullus lanatus)yang diserbukkan sebagai biosorben untuk menjerap Cr(III). Keadaan optimum dicapai pada pH 3, efisiensi penjerapan krom pada limbah penyamakan mencapai 90,8%.

Swathi et al. [22] meneliti tentang serbuk kaktus yang digunakan sebagai adsorben. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kaktus dapat dijadikan sebagai absorben, dapat menyerap kromium hingga 0,87 mg/L. Xavier et al. [7] juga meneliti Eucalyptus bark (EB) sebagai adsorben, didapatkan data EB dapat menyerap Cr(VI) sebanyak 92% pada pH 2.

J. Membran

Daraei et al. [37] meneliti penggunaan membran dari cangkang telur sebagai biosrben penjerap Cr(VI). Hasil yang didapatkan adalah kondisi optimum pada pH 3,54 dengan penjerapan sebesar 81,47%.

K. Koagulasi dan Adsorpsi

Ayoub et al. [4] melakukan pengolahan limbah penyamakan dengan adsorpsi dengan karbon aktif dan koagulasi dengan kapur dan bittern. Sebelumnya, limbah disaring dengan pada ukuran sedang dan mikro screening. Kemudian dilakukan percobaan skala lab dengan jar tes, dan hasilnya dibandingkan antara koagulasi dan adsorpsi. Dari percobaan ini didapat hasil pengurangan TSS, turbiditas, total fosfor dan kromium, COD dan BOD yang memuaskan. TDS dan konduktivitas juga naik. Ayoub et al. menyimpulkan bahwa proses koagulasi menggunakan kapur, aluminium sulfat, dan besi klorida dapat beroperasi dengan baik pada pH optimal, yaitu 11,3±0,1.

(4)

53 Kimia FMIPA Unmul dan absorpsi dengan karbon aktif untuk

menurunkan kadar COD, turbiditas, dan Cr (VI). Dari penelitian yang telah dilakukan pada pH 3,5-4,5, didapatkan hasil bahwa penggunaan bersama proses koagulasi dan absorpsi menghasilkan penjerapan yang lebih baik daripada koagulasi atau adsorpsi saja, yaitu 92%.

Berbagai adsorben telah dicoba untuk mereduksi krom dalam limbah penyamakan kulit. Perbandingan persentase reduksi krom dari berbgai penelitian terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan % reduksi krom dari berbagai penelitian

Adsorben % reduksi Pustaka

Cr total Cr (III) Cr (VI)

Koagulasi dengan kapur, limbah garam,

dan absorpsi karbon aktif 99,7 Ayoub, 2011

Elektrokoagulasi dan absorpsi dengan

karbon aktif 92 Ouaissa, 2012

Limbah industri gula 98,7 Fahim, 2006

Ampas tebu 99 Werkneh, 2014

Limbah kantong teh 99,9 Isah, 2012

Spirogyra condensata dan Rhizoclonium

hieroglyphicum >90 Onyancha, 2008

Fusarium dan Aspergillus Niger 96,23 96,3 Triatmoojo, 2001

Pseudomonas aeruginosa 68,8 Chatterjee, 2011

Aspergillus niger 82 Thakur, 2011

Aspergillus niger and Aspergillus oryzae 98 Sepehr, 2012

Aspergillus niger pada airlift bioreaktor 96 Sepehr, 2012

Aspergillus niger 51,03 Komari, 2012

Saccharomyces cerevisiae 53,7 60 Carmona, 2012

Acinetobacter haemolyticus >90 Ahmad, 2013

Kitosan 91,9 Lasindrang, 2014

Asam humat - kitin hingga 100 Santosa, 2008

Kitin-bentonit 91 Saravanan, 2013

Abu terbang bagas 67,84 Suseno, 2012

Bentonit 93 Tahir, 2007

Lumpur aktif limbah karet remah 98,7 Salmariza, 2012 Lumpur aktif dan karbon aktif biologi 70 & 72 Tammaro, 2014

Serbuk gergaji 65,4 Vinodhini, 2010

serbuk benih Moringa stenopetala 99,9 Gatew, 2013 Serbuk kulit buah Citrullus lanatus 90,8 Reddy, 2011

Serbuk kaktus 0,87 mg/L Swathi, 2014

Serbuk kaktus 92 Xavier, 2013

Membran cangkang telur 81,5 Daraei, 2013

Pemilihan adsorben didasarkan padabeberapa faktor seperti efisiensi, biaya, dan lingkungan. Setiap bahan memiliki kemampuan mengadsorpsi logam krom yang berbeda-beda. Kondisi operasi proses perlu dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan persen penjerapan yang

(5)

Kimia FMIPA Unmul 54 KESIMPULAN

Kajian penggunaan berbagai jenis adsorben menunjukkan bahwa banyak bahan alternatif selain karbon aktif komersial yang dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan krom dari air limbah penyamakan kulit. Kondisi optimum penjerapan dipengaruhi berbagai faktor, antara lain pH, konsentrasi krom, dan waktu. Kemampuan tiap adsorben yang beragam dalam mengurangi krom menjadi pertimbangan pemilihan dalam melakukan penelitian lanjutan ke arah komersial.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Fahim, N.F., Barsoum, B.N., Eid, A.E. and Khalil, M.S. (2006) Removal of chromium ( III ) from tannery wastewater using activated carbon from sugar industrial waste.

136, 303–9.

http://dx.doi.org/10.1016/j.jhazmat.2005.12. 014

[2] Santosa, S.J., Siswanta, D., Sudiono, S. and Utarianingrum, R. (2008) Applied Surface Science Chitin – humic acid hybrid as adsorbent for Cr ( III ) in effluent of tannery wastewater treatment. Applied Surface

Science, 254, 7846–50.

http://dx.doi.org/10.1016/j.apsusc.2008.02.1 02

[3] Ouaisa, Y., Chabani, M., Amrane, A. and Bensmaili, A. (2012) Procedia Engineering Integration of electro coagulation and adsorption for the treatment of tannery wastewater – The case of an Algerian factory , Rouiba. Procedia Engineering, 00, 1–4.

http://dx.doi.org/10.1016/j.proeng.2012.01.1 181

[4] Ayoub, G.M., Hamzeh, A. and Semerjian, L. (2011) Post treatment of tannery wastewater using lime / bittern coagulation and activated carbon adsorption. Desalination,

273, 359–65.

http://dx.doi.org/10.1016/j.desal.2011.01.04 5

[5] Triatmojo, S., Sihombing, D.T.H., Djojowidagdo, S. and Wiradarya, T.R. (2001) Biosorpsi dan Reduksi Krom Limbah Penyamakan Kulit dengan Biomassa Fusarium sp dan Aspergillus niger. Manusia Dan Lingkungan, 8, 70–81.

[6] Lasindrang, M. (2014) Adsorpsi pencemaran limbah cair industri penyamakan kulit oleh kitosan yang melapisi arang aktif tempurung kelapa. J Teknosains, 3, 132–41.

[7] Xavier, A.M., Logeswari, A. and Mano, S. (2013) Removal of Chromium from Real Tannery Effluent by Using Bioadsorbents. International Journal of Engineering and Science, 2, 35–40.

[8] Esmaeili, A., Nia, A.M. and Vazirinejad, R. (2005) Chromium ( III ) Removal and Recovery from Tannery Wastewater by Precipitation Process. American Journal of Applied Sciences 2, 2, 1471–3.

[9] Murti, R.S., Purwanti, C.M.H. and Suyatini, S. (2013) Adsorpsi amonia dari limbah cair industri penyamakan kulit menggunakan abu terbang bagas. Majalah Kulit Karet Dan

Plastik, 29, 85–90.

http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v29i2.195 [10] Prasetya, A., Sarto, S. and Sholeh, M.

(2013) Pemodelan matematis pengurangan COD dalam air limbah industri penyamakan kulit secara adsorpsi kontinyu menggunakan abu terbang bagas. Majalah Kulit, Karet,

Dan Plastik, 29, 13–20.

http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v29i1.214 [11] Supraptiningsih, S., Suraswati, A. and

Sholeh, M. (2006) Penggunaan zeolit alam untuk mengurangi kandungan krom dan nh4+ dalam air limbah penyamakan kulit. Majalah Kulit Karet Dan Plastik, 22, 16–9. http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v22i1.329 [12] Prayitno, P. (2014) Pengurangan nitrogen

pada limbah cair terolah industri penyamakan kulit menggunakan sistem wetland buatan. Majalah Kulit Karet Dan Plastik, 30, 79–86.

[13] Sutyasmi, S. and Susanto, H.B. (2013) Penggunaan tanaman air (bambu air dan melati air) pada pengolahan air limbah penyamakan kulit untuk menurunkan beban pencemar dengan sistem wetland dan adsorpsi. Majalah Kulit Karet Dan Plastik,

29, 69–76.

http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v29i2.193 [14] Sholeh, M., Supraptiningsih, S. and Arsitika,

W.P. (2013) Penurunan COD air limbah industri penyamakan kulit menggunakan reagen fenton. Majalah Kulit, Karet, Dan

Plastik, 29, 31–6.

http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v29i1.216 [15] Martino, A. De, Iorio, M. and Capasso, R.

(2013) Chemosphere Sustainable sorption strategies for removing Cr 3 + from tannery process wastewater. 92, 1436–41.

(6)

55 Kimia FMIPA Unmul wastewaters by algae biosorbents ,

Spirogyra condensata and Rhizoclonium hieroglyphicum. 158, 605–14. http://dx.doi.org/10.1016/j.jhazmat.2008.02. 043

[17] Chatterjee, S., Ghosh, I. and Mukherjea, K.K. (2011) Uptake and removal of toxic Cr ( VI ) by Pseudomonas aeruginosa : physico-chemical and biological evaluation. 101, 645–52.

[18] Isah, U.A. and Lawal, M. (2012) Acid activated tea bag waste as an adsorbent for the removal of chromium ions from tannery waste water. Pelagia Research Library, 3, 4033–5.

[19] Kennedy, L.J., Mohan, K. and Sekaran, G. (2004) Integrated biological and catalytic oxidation of organics / inorganics in tannery wastewater by rice husk based mesoporous activated carbon –– Bacillus sp . Carbon,

42, 2399–407.

http://dx.doi.org/10.1016/j.carbon.2004.04.0 02

[20] Suseno, H.P. (2012) Pengurangan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Krom dalam Air Limbah Industri Penyamakan Kulit menggunakan Abu Terbang Bagas. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi, 3, 270–8.

[21] Werkneh, A.A., Habtu, N.G. and Beyene, H.D. (2014) Removal of hexavalent chromium from tannery wastewater using activated carbon primed from sugarcane bagasse : Adsorption / desorption studies Removal of hexavalent chromium from tannery wastewater using activated carbon primed from sugarcane bagasse : Ads. Sudhakar, A., Gobinath, R. and Saranya, D. (2014) Experimental studies on tannery wastewater using cactus powder as an

Lumpur Proses Activated Sludge. Jurnal Riset Industri, VI, 175–82.

[25] Tammaro, M. (2014) A comparative evaluation of biological activated carbon and activated sludge processes for the treatment of tannery wastewater. Journal of Environmental Chemical Engineering, 2, 1445–55.

[26] Song, Z., Edwards, S.R. and Ã, R.G.B. (2006) Treatment of naphthalene-2-sulfonic acid from tannery wastewater by a granular activated carbon fixed bed inoculated with bacterial isolates Arthrobacter globiformis and Comamonas testosteroni. 40, 495–506. http://dx.doi.org/10.1016/j.watres.2005.11.0 35

[27] Thakur, I.S. and Srivastava, S. (2011) Bioremediation and Bioconversion of Chromium. International Journal of Technology, 1126704321, 224–33.

[28] Noori, M., Nasseri, S., Zarrabi, M. and Reza, M. (2012) Removal of Cr ( III ) from tanning effluent by Aspergillus niger in airlift bioreactor. Separation and Purification Technology, Elsevier B.V. 96, 256–62. from model solutions by isolated Aspergillus niger and Aspergillus oryzae living microorganisms : Equilibrium and kinetic studies. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers, Taiwan Institute of Chemical Engineers. 43, 419–26. http://dx.doi.org/10.1016/j.jtice.2011.12.001 [30] Gatew, S. and Mersha, W. (2013) Tannery

Wastewater Treatment Using Moringa Stenopetala Seed. Wyno Academic Journal of Physical Science, 1, 1–8.

[31] Carmona, M.E.R., Silva, M.A.P., Ferreira, S.G., Ramı, M.E., Echeverri, O.H.V. and Ocampo-lo, C. (2012) Packed bed redistribution system for Cr ( III ) and Cr ( VI ) biosorption by Saccharomyces cerevisiae. Journal of the Taiwan Institute of

Chemical Engineers, 43, 428–32.

http://dx.doi.org/10.1016/j.jtice.2011.12.002 [32] Reddy, N.A., Lakshmipathy, R. and Sarada,

(7)

Kimia FMIPA Unmul 56 Engineering, Alexandria University. 53,

969–75.

http://dx.doi.org/10.1016/j.aej.2014.07.006 [33] Komari, N. and Yudistri, A. (2012)

Penggunaan Biomassa Aspergillus niger Sebagai Biosorben Cr ( III ) ( Using of Aspergillus niger As Biosorbent of Chromium ( III )). Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 19, 46–51.

[34] Ahmad, W.A., Haslinda, W., Ahmad, W., Abdul, N., Raj, A.S.S. and Akmar, Z. (2013) International Biodeterioration & Biodegradation Cr ( VI ) reduction in naturally rich growth medium and sugarcane bagasse by Acinetobacter haemolyticus. International Biodeterioration & Biodegradation, Elsevier Ltd. 85, 571–6. http://dx.doi.org/10.1016/j.ibiod.2013.01.00 8

[35] Saravanan, D., Gomathi, T. and Sudha, P.N. (2013) International Journal of Biological Macromolecules Sorption studies on heavy metal removal using chitin / bentonite biocomposite. International Journal of Biological Macromolecules, Elsevier B.V.

53, 67–71.

http://dx.doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2012.11 .005

[36] Tahir, S.S. and Naseem, R. (2007) Removal of Cr ( III ) from tannery wastewater by adsorption onto bentonite clay. 53, 312–21. http://dx.doi.org/10.1016/j.seppur.2006.08.0 08

[37] Daraei, H., Mittal, A., Mittal, J. and Kamali, H. (2013) Optimization of Cr ( VI ) Removal onto Biosorbent Eggshell Membrane : Experimental & Theoretical Approaches. Desalination and Water Treatment,.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan % reduksi krom dari berbagai penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5.. Dengan teknologi layar LED ini dapat membantu untuk para jemaat yang paling ujung dapat melihat dengan jelas kearah mimbar. Permasalahan audio dapat diatasi

seyogyanya juga dilakukan pada bayi dan anak dari berbagai populasi yang berbeda tingkat gizi dan angka kematiannya serta periode waktu yang berdekatan dengan dilakukannya

Resiko terjadinya gangguan keseimbangan dinamis dengan gangguanforward head posture pada pekerja kantoran, pada FHP terjadi perubahan anatomi pada leher yang menyebabkan

Yang termasuk dengan kotoran ialah kotoran yang keluar dari manusia atau khewan, baik yang tidak larut maupun yang larut dalam air, begitu juga termasuk

Hasil penelitian menunjukan bahwa flash card sebagai usaha untuk meningkatkan pola makan sehat yang dilakukan dari siklus I dan II semakin baik sehingga terjadi adanya

Sedangakan riset terdahulu yang menggunakan variabel self eficacy (efikasi diri) sebagai variabel independen, kebanyakan ingin membuktikan pengaruh efikasi atau

TIIVJAuAN PUSTAKA .... METODE PENELITIAN

Kopigmentasi secara alami dapat memperbaiki warna antosianin pada produk pangan, dimana stabilitas dan kekuatan warna antosianin dapat ditingkatkan dengan penambahan ekstrak