• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL

Analisis Atas Pengakuan Sebagai Bangsa Dan Pengakuan Sebagai Negara Dalam Hukum Internasioanal Dampak Dan Pengaruhnya Dalam

Hukum Internasinonal

Disusun Oleh :

Luthfi Widyantoko (8111416317) Mokhammad Kahvi Faisal (8111416340)

JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani serta petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah yang diberi judul “Analisis Atas Pengakuan Sebagai Bangsa Dan Pengakuan Sebagai Negara Dalam Hukum Internasioanal Dampak Dan Pengaruhnya Dalam Hukum Internasinonal" bisa diselesaikan, walau masih banyak kekurangan kritik dan saran sangat diharapkan penulis agar dapat lebih baik lagi dikemudian hari.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi – materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar. Serta juga dapat memahami nilai – nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak. Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, akan mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar. Dan dengan harapan semoga semua mampu berinovasi dan berkreasi dengan potensi yang dimiliki serta bisa memahaminya.

Semarang, 9 Oktober 2017

(3)

DAFTAR ISI

Cover... ...1Kata

pengantar ... ...2

Daftar

isi ... ...3

Bab I

Pendahuluan ... ...4

1.1. Latar

belakang ... .4

1.2. Rumusan

Masalah ...10 1.3.Tujuan

Penelitian ...10

Bab II

Pembahasan... ...11

2.1. Pembahasan

I...11 2.2. Pembahasan

II ...13 Bab III

(4)

Pustaka ... 18

B. Jurnal

Hukum ...1 8

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(5)

dan beberapa negara Amerika Latin) mengemukakan karakteristik-karakteristik berikut ini.1

“Negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat berikut : (a) penduduk tetap; (b) wilayah yang tertentu; (c) pemerintah; (d) kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain”. Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikansebagai perilaku dan hubungan antar negara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudianmeluas sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan, pada batas tertentu,perusahaanmultinasional dan individu.Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaandan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zamandahulu.Hukum antar bangsa atau hukum antar negara menunjukkan padakompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa

Unsur wilayah adalah merupakan unsur negara dengan syarat bahwa kekuasaan negara yang bersangkutan harus secara efektif diseluruh wilayah negara yang bersangkutan. Hal ini berarti didalam wilayah tersebut tidak boleh ada kekuasaan lain selain kekusaan negara yang bersangkutan. Batas wilayah suatu negara ditentukan melalui perjanjian dengan negara-negara tetangga. Dalam traktat yang diadakan pada tahun 1919 di Paris ditetapkan bahwa udara diatas tanah suatu negara termasuk wilayah negara itu.

Hukum Internaasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan antara negara-negara, lahir dengan kelahiran masyarakat Internasional yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebagai titik saat lahirnya negara-negara nasional yang modern biasanya diambil saat ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa. Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan lembaga hukum yang mengatur hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja yang diatur oleh adat kebiasaan. Menurut 1 Boermauna, Dr. 2008. Hukum Internasional “ Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika

(6)

Bannerjce, adat kebiasaan yang mengatur hubungan antara raja-raja dinamakan Desa Dharma. Pujangga yang terkenal pada saat itu Kautilya atau Chanakya penulis buku Artha Sastra Gautamasutra salah satu karya abad VI SM di bidang hukum

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang sederajat. Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law), hukum dunia merupakan semacam negara (federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia ini. Negara dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara nasional. Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum subordinasi. Dalam hukum kuno mereka antara lain Kitab Perjanjian Lama, mengenal ketentuan mengenai perjanjian, diperlakukan terhadap orang asing dan cara melakukan perang.Dalam hukum perang masih dibedakan (dalam hukum perang Yahudi ini) perlakuan terhadap mereka yang dianggap musuh bebuyutan, sehingga diperbolehkan diadakan penyimpangan ketentuan perang.

Lingkungan kebudayaan Yunani. Hidup dalam negara-negara kita. Menurut hukum negara kota penduduk digolongkan dalam 2 golongan yaitu orang Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai orang biadab (barbar). Masyarakat Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan (arbitration) dan diplomasi yang tinggi tingkat perkembangannya. Sumbangan yang berharga untuk Hukum Internasional waktu itu ialah konsep hukum alam yaitu hukum yang berlaku secara mutlak dimanapun juga dan yang berasal dari rasion atau akal manusia.

(7)

hubungan antara kerajaan-kerajaan. Hukum Romawi telah menyumbangkan banyak sekali asas atau konsep yang kemudian diterima dalam hukum Internasional ialah konsep seperti occupatio servitut dan bona fides. Juga asas “pacta sunt servanda” merupakan warisan kebudayaan Romawi yang berharga.

Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaandan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zamandahulu.Hukum antar bangsa atau hukum antar negara menunjukkan padakompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara. Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia(region) tertentu Hukum Internasional regional Hukum Internasional yang berlaku"terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti Hukum Internasional#merika " #merika $atin, seperti konsep landasan kontinen (kontinental heldan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (Konservation o' the livingresoures o' the sea) yang mula-mula tumbuh di benua Amerika sehingga menjadi hukum Internasional *mum. Hukum Internasional khusus Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negaratertentu seperti konvensi Eropa mengenai hukum sebagai cerminan keadaan, kebutuhan, tara perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang berlainan. Berbeda dengan regional yang tumbuh melalui proses hukum kebiasaan.Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakatinternasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalamarti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain2

Persoalan mengenai hukum internasional selalu memberikan kesan yang menarik untuk di bahas. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang tinggi pada setiap orang. Secara teori hukum internasional mengacu pada peraturan-peraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan Negara-negara dan kesatuan lain yang pada suatu saat akan diakui mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya organisasi internasional dan individu, dalam hal hubungan satu dengan yang lainnya.

(8)

Negara-negara perlu hidup bersama-sama. Hukum internasional disusun dan lahir karena kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban dan perdamaian dunia. Suatu sistem yang bertujuan untuk men-cap suatu negara sebagai “bersalah” dan negara lain sebagai “tidak bersalah” dan partisiapasi utama dari sistem hukum internasional yaitu negara-negara yang semuanya diperlakukan sebagai pemilik kedaulatan yang sama.[1]

Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antar negara tidak selamanya terjalin dengan baik. Seringkali hubungan itu menimbulkan sengketa di antara mereka. Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa. Sumber potensi sengketa antar negara dapat berupa perbatasan, sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perdagangan, dll. Manakala hal demikian itu terjadi, hukum internasional memainkan peranan yang tidak kecil dalam penyelesaiannya.3

Seiring perkembangan zaman, hukum internasional juga terus berkembang. Sejak pergaulan internasional makin meningkat menjelang abad 19 hukum internasional telah menjadi suatu sistem universil dan pada abad 20 telah merupakan suatu perluasan yang tidak ada tandingannya.

Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang cukup penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke- 20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk menciptakan hubungan-hubungan antara negara yang lebih baik berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional. Hal itulah yang sangat menarik untuk kita amati, bagaimana peranan yang seharusnya dilakukan oleh hukum internasional dalam menegakkan keadilan demi tercapainya perdamaian dunia.

Negara bagaikan suatu organism maksudnya adalah bahwa Negara tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya Negara lain. Keberlangsungan hidupnya ikut dipengaruhi juga oleh negara-negara lain, terutama negara-negara tetangganya atau negara yang berada dalam satu kawasan dengannya. Banyak faktor yang melatarbelakangi Negara yang satu sangat bergantung atau memerlukan hubungan kerja sama dengan Negara lainnya. Salah satunya

(9)

adalah oleh karena faktor kebutuhan Negara itu sendiri. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, bahwa Negara bagaikan suatu organisme, maka dengan adanya kerja sama tersebut diharapkan segala kebutuhan itu dapat terpenuhi. Akibatnya nanti juga sangat berpengaruh terhadap hubungan antara negara-negara tersebut kea rah yang lebih baik dan lebih harmonis. Namun, terkadang dalam mencapai suatu tujuan tersebut konflik juga tak dapat terhindarkan. Penyebabya adalah ada satu negara yang lebih mementingkan kepentingan sepihak dari negaranya.

Sebagai Negara yang saling berbatasan territorial maka, salah satu masalah sentral yang sangat rentan untuk memicu terjadinya konflik adalah masalah teritorial. Masalah tersebut menjadi sangat sensitif karena menyangkut kedaulatan sebuah negara. Tak jarang persengketaan tersebut meningkatkan ketegangan diantara negara-negara yang terlibat persengketaan dan bahkan memicu terjadinya konflik bersenjata yang mengakibatkan kerugian pihak-pihak yang bersengketa.

Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar dan wilayah yang luas baik darat maupun lautan memiliki tantangan tersendiri untuk menjaga keutuhan dan persatuan serta kesatuan wilayahnya. Berbagai ancaman, hambatan, tantangan dan gangguan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Hal yang berkaitan dengan konsep wawasan nusantara serta implementasinya salah satunya mengenai persengketaan berkaitan dengan daerah perbatasan antar Negara. Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas yaitu tanah sekitar 1,937 juta km2, luas laut kedaulatan 3,1 juta km2, dan luas laut ZEE[3] (Zona Ekonomi Eksklusif) 2,7 juta km2. Jarak dari barat ke timur lebih panjang dari pada jarak antara London dan Siberia sebagaimana yang pernah digambarkan oleh Multatuli.[4]Indonesia merupakan kawasan kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar 18.108 pulau besar dan kecil.

(10)

terluar yang mengelilingi wilayah Indonesia adalah sepanjang kurang lebih 81,000 km dan sekitar 80 persen dari kawasan ini adalah laut.[6] Jadi di dalam daerah yang demikian luas ini terkandung keanekaragaman baik secara geografis, ras maupun kultural yang seringkali menjadi kendala bagi proses integrasi nasional. Dengan konstruksi kewilayahan yang semacam itu laut merupakan unsur yang dominan dalam sejarah Indonesia.

Republik Indonesia mempunyai batas maritim dengan 10 negara tetangga yaitu Australia, Timor Leste, Papua New Guinea (PNG), Palau, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan India. Dalam penataan batas maritim dengan negara-negara tetangga tersebut, menurut Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia berhak untuk menetapkan batas-batas terluar dari berbagai zona maritim, dengan batas-batas maksimum (dihitung dari garis pangkal atau garis dasar) yang ditetapkan sebagai berikut [Agoes, 2002]: laut teritorial (territorial sea), zona yang merupakan bagian dari wilayah negara sebesar 12 mil laut, zona tambahan (contiguous zone), dimana negara memiliki yurisdiksi khusus sebesar 24 mil laut, zona ekonomi eksklusif (ZEE), zona dimana negara memiliki hak-hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber kekayaan alamnya di atas dasar laut sampai permukaan laut serta pada dasar laut serta tanah di bawahnya sebesar 200 mil laut, dan terakhir landas kontinen (continental shelf), zona dimana negara memiliki hak-hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber kekayaan alam pada dasar laut serta tanah di bawahnya (antara 200 – 350 nm atau sampai dengan 100 nm dari isobath (kedalaman) 2500 meter). 4

Garis batas antara Indonesia dan negara-negara tersebut untuk setiap zona maritim yang sudah ada, biasanya akan diberikan berupa daftar koordinat geodetik (lintang,bujur) dari titik-titik batas. Namun demikian untuk informasi koordinat batas yang ada tersebut tidak jelas menyebutkan datum geodetik (sistem referensi koordinat) nya. Ketidakjelasan tentang datum geodetik dari titik-titik batas maritim Indonesia dengan negara-negara tetangga ini perlu secepatnya dikaji dan dievaluasi sebelum timbul permasalahan kelak.

(11)

Hingga saat ini banyak negara menghadap persoalan perbatasan dengan tetangganya yang belum terselesaikan lewat perundingan. Bahkan kebiasaan menunda penyelesaian masalah justru menambah rumit persoalan. Beberapa persoalan perbatasan dan “dispute territorial” yang cukup mengusik harmonisasi antar negara maupun ke-amanan kawasan.

Wilayah nasional suatu negara merupakan modal dasar kodrati yang perlu didaya-gunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan dan keamanan bangsa. Kemajuan teknologi, berkurangnya sumber daya alam serta pertambahan jumlah penduduk telah menjadikan ruang dunia terasa relatif semakin sempit, sedangkan dilain pihak dirasakan pula bahwa politik kekuasaan negara maju sebaliknya semakin bersifat global. Karena itu setiap bangsa berusaha menjadikan wilayah nasionalnya masing – masing suatu ruang hidup yang mampu mendukung kepentingan nasionalnya, dimana perbatasan wilayah nasional tidak hanya mempunyai dimensi politik dan hukum semata – mata tetapi juga mempunyai dimensi ekonomi dan budaya bangsa.

Menyempitnya ruang dunia membuat aspek wilayah menjadi faktor yang makin penting didalam pembentukan posisi kekuasaan maupun politik kekuasaan yang mampu menjamin tegaknya kedaulatan, integritas wilayah serta kesatuan dan persatuan bangsa. Wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia, merupakan inti dasar budaya bangsa Indonesia yang dilandasi oleh falsafah Pancasila serta kondisi dan posisi geografi wilayah Indonesia yang menentukan pola pikir dan tata laku bangsa dalam mewujudkan kehidupan nasional yang dikembangkan dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab atas pemanfaatan lingkungannya. Dilain pihak Wawasan Nusantara, sebagai konsepsi geo-politik bangsa dan negara Indonesia dikembangkan untuk menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional serta merentangkan hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan ketertiban dunia.

(12)

mendapat kesepakatan. Perundingan terbaru terhenti tahun lalu. Perdamaian Israel-Palestina semakin sulit diwujudkan dengan keberpihakkan Amerika Serikat pada sekutu Zionisnya di Timur Tengah, sebagai negara yang punya pengaruh besar dalam PBB. Setelah perundingan perdamaian Israel-Palestina selalu berunjung pada kegagalan, Israel-Palestina yang diwakili Otoritas Palestina menempuh jalur PBB sepihak dengan tujuan agar PBB mengakui Palestina sebagai anggota penuh organisasi internasional tersebut. Saat ini Organisasi Pembebasan Palestina, PLO (Palestine Organization Liberation), yang menjadi entitas non-negara dengan status pengamat. Dengan menjadi anggota penuh maka Palestina menjadi salah satu pihak dalam traktat-traktat internasional, seperti Mahkamah Kejahatan Internasional, ICC (International Criminal Court), yang bisa mereka gunakan untuk menuntut pendudukan wilayah oleh Israel.

1.2. Rumusan Masalah

2. Bagaimana sebenarnya status Palestina sebagai suatu subjek hukum internasional dalam perspektif hukum internasional ?

3. Bagaimana hubungan diplomatik yang dilakukan oleh Palestina dengan Indonesia ?

1.3. Tujuan Penulisan

2. Untuk mengetahui status Palestina sebagai subjek hukum internasional dalam perspektif hukum internasional.

3. Untuk mengetahui hubungan diplomatik yang dilakukan Palestina dengan Indonesia.

(13)

2.1. Status Palestina sebagai subjek hukum internasional dalam perspektif hukum internasional.

Dari 193 negara anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 138 negara anggota menyetujui Palestina tidak lagi hanya berstatus sebagai “entitas pengamat” melainkan sudah menjadi “negara pengamat non-anggota.”Ini merupakan hasil pemungutan suara Majelis Umum PBB, Kamis 29 November 2012. Namun, pengakuan Palestina ini tidak disetujui semua negara anggota Majelis Umum PBB, terutama AS dan Israel.

Sembilan negara menentang, 41 abstain, serta tiga negara tidak ikut serta dalam pemungutan suara untuk menaikkan status Palestina dari “entitas pengamat” menjadi “negara pengamat non-anggota” di PBB. Dengan dikabulkannya permohonan Palestina melalui pemungutan suara, maka secara tidak langsung kedaulatan Palestina sebagai negara sudah diakui. Majelis Umum PBB ini menyetujui peningkatan status Palestina meski ada ancaman dari Amerika Serikat dan Israel yang akan menghukum Palestina dengan menahan dana bagi Pemerintah di Tepi Barat. Perwakilan PBB mengatakan, Israel mungkin akan menghindari pembalasan selama Palestina tidak bergabung dalam Mahkamah Kejahatan Internasional (ICJ).

Dukungan mayoritas untuk Palestina itu mencuat setelah pidato Presiden Mahmoud Abbas yang mengecam Israel karena “kebijakan agresif dan kejahatan perang” di podium PBB, menimbulkan respon marah dari negara Yahudi. “Hari ini, 65 tahun yang lalu, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 181 yang membagi tanah bersejarah Palestina menjadi dua negara. Ini menjadi sertifikat kelahiran Palsetina,” kata Abbas di depan 193 negara anggota majelis. “Majelis Umum PBB kini dipanggil untuk mengeluarkan sertifikat kelahiran negara Palestina,” katanya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan cepat merespons pidato Abbas itu sebagai pernyataan “bermusuhan dan beracun,” dan penuh “propaganda palsu.” “Itu bukan kata-kata dari seseorang yang ingin damai,” tambah Netanyahu dalam rilis dari kantornya di Israel.

(14)

Abbas yang fokus melobi Eropa. Sementara Inggris, Jerman, dan lain-lain memilih untuk abstain.Sementara Republik Ceko bergabung dengan Amerika Serikat, Israel, Kanada, Panama dan empat negara kecil di Pasifik yaitu: Nauru, Palau, Micronesia dan Marshall Islands. Selain AS dan Israel, tujuh negara tersebut hanyalah negara kecil yang tak akan membawa pengaruh bagi Palestina. Mereka menentang gerakan mendukung resolusi Palestina.

Meskipun bukan merupakan anggota penuh sekarang Palestina dapat bergabung dengan badan-badan PBB dan berpotensi bergabung dengan Mahkamah Kejahatan Internasional (ICJ). Hal ini merupakan langkah maju diplomasi Palestina untuk memperoleh pengakuan kemerdekaan.

Presiden Palestina Mahmud Abbas yang hadir di sidang tersebut langsung memeluk menteri luar negerinya setelah pemungutan suara berlangsung. Dalam pidatonya sekitar 20 menit, Abbas mengatakan bahwa anggota PBB harus segera mengeluarkan ‘akta kelahiran’ Palestina.

Namun Dubes AS Susan Rice menentang hasil voting ini. AS masih menolak keberadaan Palestina sebagai sebuah negara. “Resolusi ini tidak menetapkan bahwa Palestina adalah sebuah negara,” kata Susan.

AS memang menghalangi keinginan Palestina untuk keanggotaan penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diajukan Abbas pada September 2011 lalu.

(15)

tentunya Israel, Kanada, Republik Ceko, Panama, Kep Marshall, Mikronesia, Nauru & Palau, dan 41 negara anggota lainnya memilih untuk Abstain.5

Palestina yang selama ini bertahan hidup dibawah bayang – bayang pendudukan Israel, meskipun mendapat banyak rintangan yang besar, rakyat Palestina telah membangun dan memiliki kemampuan untuk berperan sebagai sebuah negara dan untuk diakui oleh dunia Internasional. Maka bagi saya keputusan yang dihasilkan oleh PBB dalam sidang Majelis Umumnya sudah tepat mengingat selama ini usaha – usaha yang dilakukan oleh Palestina selalu mendapat sandungan dari salah satu negara anggota tetap Dewan keamanan (sebut saja AS). Keputusan yang dihasilkan untuk meningkatkan keanggotaan Palestina sebagai negara non anggota juga merupakan nilai filosofis dari UN Charter yang ingin menghapuskan penjajahan dari muka bumi ini dengan menyeleseikan segala sengketanya dengan cara – cara yang damai dan menghindari tindakan kekerasan dan perang. Setiap warga Palestina tentunya memiliki hak – hak sipil dan politik yang tercantum dalam International Covenant on Civil and Political Right (ICCPR) untuk dapat mempertahankan hidup dengan damai, damai dan sejahtera.

Dengan ditingkatkannya status Palestina sebagai negara non anggota, maka Palestina memiliki posisi tawar yang lbih baik saat ini. Pengesahan ini juga menjadi simbol politik yang sangat penting dalam diplomasi, bahwa tidak selamanya dominasi negara adidaya dapat mendominasi peran diplomasi yang sudah mulai gerah dengan kondisi yang terjadi di Palestina. Meskipun hingga keputusan ditetapkan, baik AS dan juga Israel tetap bersikeras tidak menerima Palestina di PBBDengan statusnya sekarang, maka Palestina memiliki level diplomatik yang sama dengan Vatikan. Selain itu, Palestina memiliki akses untuk berhubungan dengan organisasi – organisasi Internasional seperti UNICEF, mahkamah internasional, dan juga yang lainnya. Artinya Palestina dapat menjadi anggota dari organisasi Internasional yang dapat menentukan nasibnya baik di bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Palestina

(16)

dengan statusnya sekarang juga dapat mengajukan tuntutan kepada Mahkamah Pidana Internasional untuk memutuskan Israel sebagai penjahat Internasional atas pendudukan yang dilakukannya kepada Palestina. Hal tersebut dikarenakan Palestina sudah menjadi Subjek Hukum Internasional yang hak dan kewajibannya dijamin oleh Hukum Internasional.

2.2. Hubungan diplomatik yang dilakukan oleh Palestina dengan Indonesia Indonesia termasuk negara pertama yang mengakui kemerdekaan Palestina setelah dideklarasikannya Negara Palestina di Aljazair, 15 November 1988. Sebagai wujud dukungan lebih lanjut dari Indonesia kepada Palestina, pada tanggal 19 Oktober 1989 di Jakarta telah ditandatangani "Komunike Bersama Pembukaan Hubungan Diplomatik" antara Menlu RI, Ali Alatas, dan Menlu Palestina, Farouq Kaddoumi, yang sekaligus menandai pembukaan Kedutaan Besar Negara Palestina di Jakarta.

Duta Besar pertama Palestina untuk Indonesia menyerahkan Surat-surat Kepercayaannya kepada Presiden Soeharto pada 23 April 1990. Sebaliknya, Pemerintah RI menetapkan bahwa Duta Besar RI di Tunis juga diakreditasikan bagi Negara Palestina. Sejak 1 Juni 2004, akreditasi Palestina berada di bawah rangkapan KBRI Yordania.

Sejak itu, melalui berbagai forum, termasuk PBB, OKI, dan GNB, Indonesia secara konsisten menyuarakan dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina untuk memperoleh kemerdekaan dan kedaulatannya secara penuh. Dalam kaitan ini, Indonesia termasuk negara-negara yang telah memberikan suara dukungan sehingga Palestina dapat menjadi anggota ke-195 UNESCO pada 31 Oktober 2011, dan memperoleh status "negara" member observer state), dari sebelumnya hanya berstatus "entitas" (non-member observer entity), dalam keputusan Sidang Majelis Umum PBB 29 November 2012.

(17)

kantor-kantor PBB, melalui pemungutan suara, dengan hasil 119 mendukung, 45 abstain, dan 8 menolak (AS, Australia, Kanada, israel, Marshall Islands, Micronesia, Palau, Tuvalu). Indonesia menjadi salah satu co-sponsor dan memberikan suara mendukung dalam pemungutan suara. Selain Indonesia, Palestina memperoleh co-sponsorship dari 54 negara yang lain.

Selama 2015, Indonesia juga telah menjadi tuan rumah dua konferensi, yaitu: (1) KTT Asia-Afrika pada bulan April 2015 dalam rangka memperingati 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955, yang diselenggarakan Pemri dan menghasilkan a.l. deklarasi khusus mengenai dukungan kepada Palestina, dan (2) International Conference on the Question of Jerusalem, 14–15 Desember 2015, serta UN Civil Society Forum on the Question of Palestine, 16 Desember 2015, yang diselenggarakan PBB atas kerja sama dengan OKI dan Pemri di Jakarta.

Pada tataran bilateral, kedua negara belum dapat merealisasikan banyak kerja sama nyata sehubungan dengan keterbatasan yang dialami Palestina akibat pendudukan israel. Meskipun demikian, sebagai bentuk dukungan Indonesia kepada Palestina.

KTT OKI & Deklarasi Jakarta

Pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (KTT OKI) pada 6-7 Maret 2016 di Jakarta guna membahas dukungan terhadap Palestina yang dituangkan dalam Resolusi dan Deklarasi Jakarta. Terdapat 56 negara anggota, 4 negara pengamat, dan 4 pihak yang terlibat dalam proses perdamaian antara Palestina dengan israel dalam KTT ini.

(18)

Ekonomi

Perdagangan bilateral Indonesia-Palestina belum menunjukkan volume yang besar. Kedua negara mencatat volume perdagangan tertinggi pada tahun 2010 dengan total US$ 3.451.200. Pada tahun 2011, volume perdagangan kedua negara mengalami penurunan tajam dan kemudian berfluktuasi, dengan angka tertinggi pada bulan Oktober 2015 sebesar US$ 2.708.900,- di mana Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 2.381.600. Minimnya volume perdagangan kedua negara tidak terlepas dari kondisi dalam negeri Palestina yang terus dilanda konflik serta kebijakan pembatasan pergerakan manusia dan arus barang ke/dari Palestina oleh pemerintahan israel.

Sosial Budaya

Pada kesempatan kunjungan PM Palestina, Rami Hamdallah, ke Indonesia dalam rangka menghadiri CEAPAD II, 28 Februari – 1 Maret 2014, selain di bidang ekonomi Indonesia juga memberikan dukungan bagi Palestina dalam bentuk penguatan kerja sama bilateral di bidang pendidikan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding between the Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia and the Ministry of Education and Higher Education of the State of Palestine on Education Cooperation.

Kerja sama di bidang pendidikan juga terwujud dalam bentuk peningkatan jumlah WN Palestina serta WN Yordania keturunan Palestina yang menempuh studi di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia, baik melalui beasiswa maupun pembiayaan personal. Tercatat tidak kurang dari 40 mahasiswa Palestina yang saat ini sedang belajar di perguruan tinggi Indonesia (Desember 2015), termasuk 2 orang dengan biaya pribadi.

(19)

kerjasamanya adalah pelatihan bagi pada diplomat Palestina di Indonesia yang difasilitasi oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemlu RI.

Melalui upaya bersama KBRI Amman dan ikatan alumni Palestina yang pernah belajar di Indonesia, telah dibentuk Palestinian-Indonesian Friendship Association (PIFA) yang telah mendapat pengesahan dari Kemendagri Palestina pada tanggal 1 Oktober 2013. PIFA telah berperan dalam mempererat hubungan P-to-P kedua bangsa, termasuk mediasi hubungan sosial-budaya, seperti dalam hal penyaluran beasiswa Indonesia kepada pelajar Palestina serta kegiatan pengiriman Jerussalem Ensemble Musicians.

Di bidang pariwisata, pada saat kunjungan PM Palestina ke Indonesia di tahun 2014, telah ditandatangani MoU di bidang pariwisata. Salah satu bentuk implementasi MoU tersebut adalah penyelenggaraan pameran, konferensi, lokakarya, dan seminar untuk mendorong kunjungan wisatawan dari kedua negara. Industri wisata adalah salah satu pemasukan penting bagi Palestina, mengingat keterbatasan sumber daya yang dimilikinya.

Indonesia dan Palestina memiliki kerja sama kota kembar, yaitu antara ibukota negara, Jakarta dan Al-Quds Al-Shareef. MoU tersebut ditandatangani pada tanggal 22 Oktober 2007 yang meliputi kerja sama antara lain di bidang pengendalian bencana dan krisis, pendidikan dan pelatihan, sosial dan budaya.

Konsul Kehormatan RI di Ramallah

Pada tanggal 13 Maret 2016, Menlu RI telah melantik Konsul Kehormatan (Konhor) RI di Ramallah, Ibu Maha Abou Susheh. Pelantikan tersebut dilaksanakan di KBRI Amman, dan dihadiri oleh Menlu Palestina, H.E. Riyad Malki, para Dubes asing di Yordania, pejabat Pemerintah, dan para undangan lainnya.

(20)

KESIMPULAN

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Boermauna, Dr. 2008. Hukum Internasional “ Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global”. PT Alumni : Bandung

Davidson, Scott . 1993 . Hak Asasi Manusia “Sejarah, Teori, dan Praktek dalam Pergaulan Internasional”. PT Temprint : Jakarta

Mansyur Effendi, Dimensi dan Dinamika Hak Azasi Manusia dalam Hukum Nasional dn Internasional (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994) hlm. 40

Starke, J.G. 1992 . Pengantar Hukum Internasional . Sinar Grafika : Jakarta Oraa, J, Human Rights in States of Emergency in International Law,

(Oxford: Clarendon Press, 1992) , hlm. 178. Michaelsen, C, Op.cit., hlm. 128-129.

DAFTAR JURNAL HUKUM

Putusan MK No. 013/PUU-I/2003. Untuk komentar umum baca a.l. Saldi Isra, “Pembatalan UU Terorisme Bom Bali”, Kompas 26 Juli 2004.

Untuk pemahaman lebih lanjut dari ruang lingkup pengertian konsep Negara hukum baca lebih lanjut: Bedner, A, “Suatu pendekatan elementer terhadap Negara hukum” di dalam Safitri,M.A., Marwan, A, Arizona, A (eds), Satjipto Rahardjo dan Hukum Progresif: Urgensi dan Kritik, Epistema Institute & HuMa, Jakarta, 2011, hlm.139-185.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Mengenai penentuan titik terluar guna penetapan batas laut teritorial dari pulau reklamasi, menurut Pasal 15 UNCLOS 1982 bagi negara yang pantainya berhadapan,

Kemudian konsep Wawasan Nusantara atau status Indonesia sebagai negara kepulauan telah diakui dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa pa- da tahun 1982 (UNCLOS

Dalam UNCLOS 1982 tercantum batas terluar dari landas kontinen tidak boleh melebihi garis kedalaman 2500 m ditambah jarak 100 mil laut, atau melebihi garis 350 mil laut dari

Dalam Pasal 1 UNCLOS 1982 mengenai laut teritorial menyatakan bahwa laut teritorial merupakan satu jalur yang terletak sepanjang pantai suatu negara yang berada di bawah

Cara penetapan Garis Landas Kontinen menurut UNCLOS 1982 yang seharusnya digunakan di Laut Cina Selatan berdasarkan dasar hukum Ketentuan Pasal 76 UNCLOS 1982

Innocent Passage atau Lintas damai sebagaimana yang telah diatur dalam hukum laut internasional, khususnya dalam Konvensi Hukum Laut tahun 1982 atau UNCLOS 1982,

Negara pantai memiliki kedaulatan penuh di laut teritorialnya, kedaulatan ini meliputi ruang udara diatasnya serta dasar laut dan tanah dibawahnya (pasal 2 konvensi hukum laut

Dengan demikian konsepsi Negara Kepulauan (Negara Nusantara) telah mendapat pengakuan secara Internasional Konvensi Hukum Laut 1982 ini telah diratifikasi Indonesia dengan