LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
(Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan Dan Makanan)
2015-2016
Asisten Koordinator : Rusnia J. Robo
Disusun Oleh :
Nama : Clorizta Constantine Arifin
NIM : 201310070311118
Kelas : Biologi 4C
LABORATORIUM BIOLOGI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi organisme tersebut Artinya bahwa setiap organisme harus mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dantingkah laku. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan homeostatis yang diperlukan. bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan. Adapun praktikum yang dilakukan adalah prefrnsi suhu lingkungan terhadap ikan Poecillia spenops dan prefrensi makanan terhadap belalang (Disosteira carolina).
Sumber pakan bagi serangga tidaklah selalu tersedia dalam jumlah yang melimpah, terkadang karena beberapa faktor seperti cuaca, dapat menyebabkan sumber pakan jenis hewan tertentu berkurang ketersediaanya atau keberadaannya di alam. Jika hal ini terjadi, hewan tersebut cenderung untuk mencari pakan baru untuk mengganti pakan aslinya. Biasanya, peralihan preferensi pakan ini digantikan oleh jenis pakan yang hampir sama, baik rasa maupun aromanya walau berasal dari spesies yang berbeda (Sukarsono, 2012).
2. Tujuan
Adapun tujuan pada pengamatan praktikum dalam menentukan prefrensi suhu lingkungan dan prefrensi makanan, yaitu:
a. Dapat mengetahui dan menentukan suhu prefendum pada Peocilia sphenops.
b. Dapat mengetahui prefrensi makanan pada Disosteira carolina 3. Dasar Teori
Adaptasi diartikan merupakan kemampuan individu untuk mengatasi keadaan lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih banyak untuk mempertahankan hidupnya dalam relung yang diduduki. Ini bahwa setiap organisme mempunyai sifat adaptasi untuk hidup pada berbagai macam keadaan lingkungan, misalnya dalam preferensi suhu lingkungan bagi spesies ikan (Soemarwoto, Otto. 2001).
terganggu. Menurut (Rasyid, Abdul. 2010) air memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada udara. Selanjutnya Sugiyarto, dkk. 2007 menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air daripadadi udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama. Oleh karena itu, mahluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit.
Pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme (Cecie Starr, 2002).
Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Isnaini, W. 2006).
Pada preferensi serangga, serangga mempunyai tingkat preferensi makanan yang berbeda-beda. Serangga (insect) merupakan hewan yang dominan di muka bumi bahkan menurut penelitian jumlahnya jauh lebih besar daripada jumlah manusia. Dominasi yang demikian disebabkan serangga memiliki kemuampuan adaptasi yang tinggi serta waktu generasi yang singkat (Amalia, H. 2010).
zat organik yang terdapat di alam. Serangga mempunyai saluran pencernaan yang dimulai dari mulut dengan fungsi unuk memasukkan makanan, kemudian menguraikannya dengan cara hidrolisa enzimatik, mengabsorbsi hasil penguraian makanan tersebut ke dalam tubuh, kemudian dilanjutkan dengan mengeluarkan bahan-bahan sisa ke luar tubuh melalui alat saluran belakang, yaitu anus. Saluran pencernaan serangga bentuknya seperti tabung yang mungkin lurus atau berkelok, memanjang dari mulut sampai anus (Sukarsono. 2012).
Selain itu, serangga adalah makhluk yang berdarah dingin (poikiloterm), bila suhu lingkungan menurun, proses fisiologisnya menjadi lambat. Namun demikian banyak serangga yang tahan hidup pada suhu yang rendah (dingin) pada periode yang pendek, dan ada juga beberapa jenis diantaranya yang mampu bertahan hidup pada suhu rendah atau sangat rendah dalam waktu yang panjang. Serangga merupakan kelompok hewan yang paling luas penyebarannya. Hewan ini dapat hidup dimana-mana mulai dari daerah kering hingga daerah basah, mulai dari daerah panas hingga daerah kutu (Campbell. 2004).
B. Metode Praktikum 1. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Box freferendum
Box makanan
b. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut;
Ikan Molly (Poecilia sphenops)
Belalang (Disosteira carolina)
Air
Termometer
Daun Jambu
Daun Jeruk
Daun Mangga
2. Cara kerja
No Gambar Keterangan
1. Menyiapkan alat dan
bahan.
2. Memberi air pada box
referendum pada zona I, II, III.
3. Memberi air hangat pada
box paling ujung sebelah zona I.
4. Mengukur suhu air hangat
hingga konstan 30oC
5. Meletakkan es batu pada
box preferendum dan mengukur suhu es batu.
(Poecilia sphenops)
7. Mengamati ikan selama
3x3 menit
8. Menyiapkan box
prefrendum makanan untuk serangga
9. Memasukkan belalang
(Disosteira carolina) pada box.
10. Melakukan pengamatan
selama 5x3 menit
11. Mencatat seluruh hasil
3. LK
(dilampirkan) C. Pembahasan
Berdasarkan hasil paraktikum pada pengamatan prefrensi suhu, dapat diketahui ikan Molly (Poecilia sphenops) memiliki prefrensi suhu pada zona III karena ikan lebih aktif saat berada pada zona ke-III dengan rata-rata 2,1. Hal ini disebabkan karena zona III memiliki air yang lebih hangat dibandingkan dengan zona-zona yang lainnya. Pada zona III memiliki suhu 28oC, Suhu merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. Abd. Rasyid, 2010 menyatakan bahwa suhu adalah salah satu sifat fisika air laut yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan, disamping itu suhu sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut dalam air. Perubahan suhu yang besar dan mendadak jelas dengan nyata mempengaruhi adaptasi ikan, ikan yang diletakkan ke suhu yang dingin akan berenang lebih cepat (Campbell. 2006). Pada perlakuan ini ada korelasi bahwa semakin rendah suhu maka semakin cepat gerakan renang ikan dan semakin cepat pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah.
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm (Sugiyarto, dkk. 2007).
Serangga mampu hidup dimanapun, bahkan ada serangga yang mampu hidup tanpa oksigen sekalipun. Hal ini dikarenakan serangga mampu beradaptasi dengan segala kondisi yang membuat variasi morfologi sesuai dengan cara adaptasi mereka dengan lingungannya. Ada serangga yang mampu terbang, serangga yang hidup di air dan banyak yang hidup di terestrial atau diatas permukaan tanah. Adanya perilaku merespon terkoordinasi yang dibuat hewan terhadap stimulus (rangsangan) (Starr, Cecie.2002) dapat mengetahui prefrensi makanan yang dipilih oleh belalang (Disosteira carolina) yaitu diantara daun jambu, daun jeruk, daun mangga, dan rumput, belalalng lebih menyukai rumput karena beberapa faktor yaitu diantaranya warna daun yang menarik perhatian belalang. Selain itu, salah satu fakto yang mempengaruhi makanan yang diperoleh oleh makhluk hidup adalah faktor lingkungan, karena mayoritas habitat belalang berada di rumput (Widiyaningrum, P. 2009).
D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil ikan akan memberikan respon fisiologis terhadap perubahan lingkungannya sebagai tempat hidupnya. Prefrensi pada ikan Molly (Poecilia sphenops) dapat diketahui ikan Molly memiliki prefrensi suhu pada zona III karena ikan lebih aktif saat berada pada zona ke-III dengan rata-rata 2,1. Hal ini disebabkan karena zona III memiliki air yang lebih hangat dibandingkan dengan zona-zona yang lainnya. Sedangkan pada preferensi makanan pada belalang (Disosteira carolina) menunjukkan bahwa tingkat kesukaan belalang lebih tinggi pada rumput.
2. Saran:
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, refrensi buku daftar pustaka tidak terlalu banyak. Dan semoga praktikum kedepannya lebih sukses lagi.
E. Daftar Pustaka
Amalia, H., & Harahap, I.S. 2010. Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan. Jurnal Entomologi Indonesia. 7(2): 67-77.
Campbell. 2004. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta. Erlangga
Herlinda Siti. 2004. Perkembangan dan Preferensi Plutella xylostella L. (Lepidoptera:Plutellidae) pada Lima Jenis Tumbuhan Inang. Jurnal Perkembangan Dan Preferensi Plutella Xylostella L. 11(4):130-134
Isnaini, W. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta. Kanisius (Anggota IKAPI)
Rasyid, Abdul. 2010. Distribusi Suhu Permukaan Pada Musim Peralihan Barat-Timur Terkait Dengan Fishing Ground Ikan Pelagis Kecil Di Perairan Spermonde. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan). Vol. 20 (1):2-7. Sugiyarto, dkk. 2007. Preferensi Berbagai Jenis Makrofauna Tanah Terhadap
Sisa Bahan Organik Tanaman pada Intensitas Cahaya Berbeda. Jurnal Biodiversitas. 7(4):96-100.
Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan. Malang. UMM Press
Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta. Djambatan