• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL EKONOMI ISLAM TEORI PENGANGGURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL EKONOMI ISLAM TEORI PENGANGGURAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 JURNAL EKONOMI

JURNAL EKONOMI

TEORI PENGANGGURAN, STRUKTUR POLA DAN PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA, RIGRISITAS STANDARISASI UPAH DAN

JAMINAN SOSIAL

YUDISTIA TEGUH ALI FIKRI1

ABSTRACT

A concept of ordinary capitalist economy is discussed in general is an inverse relationship between unemployment and inflation. In the context of the values of Islam, the concept of an inverse relationship is questionable. Inflation rise to injustice and contrary to the interests of long-term prosperity, while unemployment is not only contrary to the dignity of the human position as Caliph of Allah on earth, but also hinder the realization of the distribution of income and wealth is evenly distributed. Might need to be asked, whether to have inflation to achieve full employment and whether it should face unemployment in order to avoid inflation. In the past decade, almost all industrial countries and most developing countries have increased inflation and unemployment simultaneously. This phenomenon has led to the realization that the inverse relationship between inflation and unemployment has expired. "Belief is now widely held, in current circumstances, any attempt to reduce unemployment to take refuge in the policies of reflasi demand (increasing demand), will only produce results temporary and that in the long run such a policy would increase inflation and also unemployment. In the Islamic system, unemployment and inflation are equally undesirable, and both need to be reduced. If the aggregate demand must be reduced to avoid inflation, within the framework of the interests of socio-economic justice and socio-economic prosperity are widely need to be made an assessment of how this demand is reduced and how this can be achieved with the best way. In a system that is oriented to value, not allowed to let the demand developing in the direction that is not necessary to achieve the economic growth rate is high and if it results in inflation are equally not allowed to control it by reducing aggregate demand in general, by creating unemployment humans. Likewise, full employment should be even though it requires a restructuring of the production and engineering of appropriate technology. Therefore, we should do a regulation on aggregate demand, restructure production, designing an appropriate technology, and conduct development policy combined in the field of monetary, fiscal, and income to avoid inflation and unemployment and ensure the

(2)

2 JURNAL EKONOMI

economic prosperity of broad-based for the fulfillment of basic needs of all individuals in accordance with the the teachings of Islam.

A. PENDAHULUAN

Tingkat pengangguran masih menjadi salah satu permasalahan yang menjadi sorotan terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini mengingat bahwa tingkat pengangguran merupakan komponen terbesar dari pendapatan suatu Negara, sehingga tingkat pengangguran merupakan salah satu indicator yang dapat mencerminkan kesejahteraan dari suatu Negara. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah perlunya kajian kritis atas penghidupan masyarakat yang selama ini masih menjadi persoalan ketenagakerjaan di Indonesia. Khususnya pemenuhan lapangan pekerjaan yang dirasakan masih rendah.

Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada tahun lalu agustus 2015 menunjukan adanya penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 5,9 juta orang dibandingkan februari 2015 dan bertambah 510 ribu orang di banding agustus 2014. Penduduk bekerja pada agustus 2015 berkurang sebanyak 6,0 juta orang dibanding februari 2015 dan bertambah sebanyak 190 orang dibanding agustus 2014. Sementara jumlah penganggur pada agustus 2015 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 110 ribu orang dibanding februari 2015 dan 320 ribu orang jika dibanding agustus 2014. Peningkatan jumlah angkatan kerja dalam setahun terakhir berbanding terbalik dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang menurun sebesar 0,84 persen poin.2

Hasil data statistik dari Badan Pusat Statistik di atas menunjukan adanya peningkatan tingkat pengangguran di Indonesia yang cukup besar setiap tahunnya, dengan semakin banyaknya tingkat pengangguran menunjukan bahwa Negara kita Indonesia belum mampu mengatasi permasalah penggangguran, karenaseharusnya persoalan tingkat pengangguran ini menjadi perhatian yang serius diantara banyak pihak seperti masyarakat yang membutuhkan pekerjaan, pengusaha sebagai pembuat lapangan pekerjaan dan pemerintah sebagai regulator.

Oleh karena itu, penulis disini bertujuan untuk mencoba mengkaji dan menganalisis lebih dalam lagy mengenai permasalahan tingkat pengangguran di Indonesia.

2Badan Pusat Statistik, “Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

(3)

3 JURNAL EKONOMI

B. TEORI

1. Pengangguran

Dalam buku J Keynes the general theory of Employment

dimaksudkan sebagai teori umum yang dapat digunakan untuk menerangkan keadaan umum kesempatan kerja, baik untuk masa full employment maupun under-employment.3 Kebijaksanaan ekonominya dimaksudkan untuk menuju kepada full employment atau berarti untuk mengatasi pengangguran. Kerja penuh intinya adalah suatu keadaan dimana semua pabrik-pabrik, alat pengangkutan, orang yang menginginkan bekerja dalam keadaan bekerja sesuai dengan yang dimaksudkan men in the street. Jadi orang bekerja, tetap masih dalam keadaan bekerja, pengusaha yang mengiginkan pabriknya bekerja selama 6 hari juga tetap masih bekerja selama 6 hari dan perusahaan pengangkut bis, psawat udara, kapal laut, dan lain-lain tetap bekerja sebagaimana direncanakan dan sebagainya. Orang yang menginginkan pensiun, rekreasi, belajar, istirahat tetap dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Pengangguran terjadi apabila orang-orang yang bekerja di pabrik perusahaan-perusahaan dan sebagainya yang sesungguhnya masih tetap ingin bekerja. Akan tetapi karna keadaan pasaran lesu dan keuntungan merosot, bahkan mengalami kerugian atau bangkrut maka terpaksa banyak buruh atau pekerja dilepas. Buruh-buruh yang dilepas inilah yang dimaksudkan dengan pengangguran atau lengkapnya pengangguran yang tidak dikehendaki atau tidak di sengaja (involuntary unemployment).

Involuntary unemployment yang meluas karena sebagai akibat depresi yang terjadi di Negara-negara kapitalis, maka banyak sarjana-sarjana yang berpendapat bahwa teori J.M Keynes hanya berlaku dan diperuntukan dalam mempertahankan system kapitalisme.4

Pengangguran disengaja atau voluntary unemployment adalah suatu pengangguran yang terjadi dalam keadaan dimana seseorang sesungguhnya mampu dan dapat bekerja (dengan mendapatkan imbalan) tetapi toh lebih toh lebih senang tidak bekerja. Jadi menganggurnya bukan karna istirahat, cuti maupun pensiun, misalnya. Ia menganggur karena menghendaki kenaikan upah, menghendaki jemputan kendaraan, penyediaan rumah, fasilitas kerja yang lebih baik dan fringe-benefit yang lain.

3 Soertrisno, Kapita SelektaEkonomi Indonesai, Edisi ke-2, (Yogyakarta, Andi Offset, 1992) hlm. 62

4

(4)

4 JURNAL EKONOMI

Pengangguran friksional atau frictional unemployment

(pengangguran gesekan)5 adalah pengangguran karena belum adanya titik pertemuan antara peminta tenaga kerja dan pencari pekerjaan (demand and supply of labor). Belum adanya titik pertemuan itu misalnya karena tidak saling mengetahui, karena tempat yang jauh, karena ketidak cocokan keahlian yang dibutuhkan dan karena belum ada pasaran tenaga kerja (dalam arti formal).

Pengangguran musiman atau seasonal unemployment adalah pengangguran pada usaha-usaha yang sangat terpengaruh factor musim, termasuk musim winter, musim summer, musim kemarau, musim panen, musim tanam dan musim liburan sekolah. Jadi pengertian tersebut meliputi dalam arti alamiah maupun dalam arti artificial (buatan manusia)

Pengangguran structural adalah pengangguran yang bersifat inheren

dengan struktur ekonomi suatu masyarakat, khususnya system atau struktur ekonomi kapitalisme.

Pengangguran tersembunyi (ada yang menyebut tak kentara) atau

disguised unemployment adalah pengangguran yang terjadi dalam masyarakat yang lebih mengutamakan perataan kesempatan kerja. Istilah pengangguran yang diciptakan oleh orang barat ini perlu mendapatkan tinjauan khusus karena menyangkut falsafah dan kebudayaan yang didukung oleh suatu bangsa atau masyarakat. Masyarakat pertain di desa, misalnya memiliki sebidang tanah tertentu untuk digarap oleh 3 orang, tetapi oleh karena tetangganya ada 10 orang yang menginginkan untuk membantu bekerja maka ke 10 orang tersebut sumuanya dipekerjakannya. Jadi mengalami disguised unemployment adalah yang 7 orang selebihnya 3 orang yang semestinya dibutuhkan.

Pengangguran teknologikal adalah pengangguran yang disebabkan karena penggantian technology lama dengan yang baru yang bersifat penghematan penggunaan tenaga kerja (labour saving technology). Dapat disebutkan misalnya penggunaan pajak yang dikendalikan tenaga kerbau dengan manusia digantikan dengan traktor. Di Negara-negara yang industrinya maju penggantian tenaga manusia dengan tenaga robot pada industry perakitan mobil, alat-alat elektronika akan mengakibatkan jauh lebih cepat dan efesien. Oleh karena menyangkut efesiensi dan penghematan waktu, hal ini kiranya juga membutuhkan tinjauan tersendiri secara khusus. Pada akhir-akhir ini istilah pengangguran diartikan jauh lebih luas dari pada sebelumnya.

(5)

5 JURNAL EKONOMI

Struktur ekonomi yang menimbulkan kemiskinan structural, pekerjaan-pekerjaan yang memberikan pengupahan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar dikategorikan atau dikaitkan dengan pengangguran structural bagi Negara-negara sedang berkembang.6

Pengangguran sekural (jangka panjang) adalah pengangguran yang timbul, misalnya, karena proses kemajuan technologi, kemajuan administrasi dan pendidikan.

2. Lapangan Kerja

Lapangan perkerjaan berpengaruh sekali terhadap tingkat pengangguran di Indonesia, keduanya saling berkaitan dan tidak akan mungkin bisa dipisahkan. Pengangguran adalah salah satu masalah pokok pembangunan. Dalam hal ini lapangan kerja menjadi wahana untuk menempatkan manusia pada posisi sentral pembangunan. Lapangan kerja juga merupakan sumber pendapatan.7

Cara islam dalam meraih kemakmuran yaitu penyediaan lapangan kerja.8 Menyediakan lapangan pekerjaan merupakan kewajiban Negara. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah memberikan 2 dirham kepada seseorang. Kemudian Rasulillah SAW

bersabda, “Makanlah dengan satu dirham, sisanya belikan kampak, lalu gunakan ia untuk bekerja.”

Begitulah, ketika syariat islam mewajibkan seseorang untuk member nafkah kepada diri dan keluarganya, maka syariat islampun mewajibkan Negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan cara ini setiap orang di tuntut akan produktif, sehingga kemiskinan dapat teratasi.

3. Standarisasi Upah

Sesungguhnya ada dua masalah besar ketika berbicara tentang upah. Dengan menggunakan bahasa Ricardo.9 Yaitu harga alami tenaga kerja (natural price of labor) dan harga pasar tenaga kerja (market price of labor) yang pertama adalah tingkat harga yang berlaku dalam jangka panjang, jika pengaruh harga terhadap penawaran memiliki waktu dan kesempatan untuk mengambil efek tampa intervensi penyebab yang menganggu. Prinsip-prinsip yang mengatur harga alami umumnya diperlakukan secara terpisah, dan membentuk sebagian besar dalam

6 Alfian, dkk., “kemiskinan Struktural, Suatu Bunga Rampai,(YISS, Pulsar, 1980)

7 Gunawan Sumodiningrat, “Pemberdayaan Sosial, Kajian Ringkas Tentang Pembangunan

Manusia Indonesia”, (Jakarta, Kompas, 2007) hlm. 5

8 Akhmad jengsis P., “10 Isu Global di Dunia Islam” (Yogyakarta, NFP Publishing, 2012) hlm. 199

(6)

6 JURNAL EKONOMI

diskusi tentang teori penduduk. Ketika hokum upah dibicarakan secara sederhana, biasanya yang menjadi rujukan bukan kepada harga alami tenaga kerja, tetapi lebih merujuk pada pasar upah (wage market).

Sebagaimana halnya dengan harga barang-barang dan jasa-jasa, harga tenaga kerja atau upah, tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar akan tenaga kerja. Dengan demikian interaksi antara penawaran dan permintaan sangat menentukan tingkat upah dan pemamfaatan input dalam hal ini employment. Dipandang dari sumber dari sumber daya manusia secara keseluruhan, tingkat upah ditentukan oleh kurva permintaan akan tenaga kerja dan kurva penawaran tenaga kerja agregat.

Menurut Elliot untuk menunjukan perbedaan antara teori upah Neo-Klasik dan teori upah yang berdasar pada upah efisiensi, dapat dijelaskan seperti berikut. Pembahasan diawali dengan model Neo-Klasik mengenai pasar tenaga kerja.

a. Pespektif Model Upah Neo-Klasik

dalam model Neo-Klasik, pekerja akan melakukan maksimasi fungsi utilitas dengan kendala yang sesuai.

Max U = U(G,L)

Dimana G adalah jumlah barang dan jasa, sedangkan L adalah waktu luang (leasure). Model ini disebut dengan fungsi utilitas langsung yang memenuhi asumsi fungsi utilitas yang well-behaved, dengan kendalanya adalah,

G = W(T-L) / P

Dimana W adalah Upah, T adalah Waktu yang tersedia dan P adalah tingkat harga. Pada pasar yang kompetitif, pekerja akan menyesuaikan jumlah waktu yang akan dicurahkan untuk bekerja pada tingkat upah tertentu. Selanjutnya, dengan asumsi pasar tenagakerja yang kompetitif, maka pengusaha akan memaksimumkan keuntungan dengan menentukan jumlah pekerja yang akan digunakan pada tingkat upah yang dihadapi di pasar tenagakerja. Dengan demikian pengusaha akan memaksimasi keuntungan sebagai berikut:

π = TR – TC

Dimana π adalah keuntungan, TR adalah penerimaan total = P.Q

(7)

7 JURNAL EKONOMI

Dengan demikian, fungsi laba Neo-Klasik terutama dalam jangka panjang tidak meramalkan korelasi upah dengan laba. Bahkan kekuatan monopoli akan mendorong upah untuk turun. Maksimisasi laba monopolis terjadi jika:

MR . MPL– W = 0 atau W = MR . MPL

Sehingga monopolis cenderung memilih untuk berproduksi yang lebih sedikit daripada yang dibutuhkan dibanding jika pasar kompotitif, yang berdampak pada menurunnya permintaan terhadap tenagakerja sehingga juga mendorong turunnya tingkat upah (Weiss, 1996). Kesimpulan yang dapat ditarik dari teori ini adalah teori Neo-Klasik menyatakan bahwa pekerja memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marjinalnya. Upah berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seorang pekerja terhadap pengusaha, sehingga upah yang dibayarkan oleh pengusaha akan sesuai atau sama dengan produktivitas yang diberikan oleh pekerja.

b. Perpektif Teori Upah Efisiensi

Shapiro dan Stiglitz (1984) serta Kreps (1990) membuat model prilaku pekerja dengan fungsi utilitas instan (instantaneous utility)

seperti berikut: U = U (w,e)

Dimana w adalah upah, sedangkan e adalah upaya (effort),

dengan asumsi keduanya dapat dipisah (separable), maka U= w-e jika e = 0, maka pekerja akan berprilaku malas, sebaliknya terjadi ketika e > 0, maka pekerja mengambil sikap tidak malas. Pekerja di asumsikan hanya memiliki 3 pilihan, yaitu malas, tidak malas, dan menganggur, dengan fungsi utilitas harapan sebagai berikut:

adalah utilitas harapan jika pekerja berlaku malas, r adalah factor diskonto, w adlah tingkat upah yang berlaku, b adalah tingkat keluar (quit rate) dari pekerjaan, q adalah probilitas termonitor jika pekerja berprilaku malas, dan Vu adalah utilitas jika pekerja menganggur. Adalah utilitas harapan jika pekerja tidak malas dan e adalah upaya.

(8)

8 JURNAL EKONOMI

persamaan di atas diperoleh suatu kendala yang memenuhi syarat supaya pekerja tidak malas (nonshirking constraint) sebagai berikut:

Dalam model Shapiro-Stiglitz, pengusaha akan menyamakan

nilai produk marginal pekerja (F’L) dengan upah yang memenuhi

syarat tidak malas atau nonshirking constraint (NSC). Hal ini menyebabkan perekrutan pekerja akan berhenti lebih cepat dibandingkan dengan model upah yang dikemukakan oleh Neo-Klasik. Menurut teori ini, besarnya upah yang harus diberikan oleh pengusaha dengan memenuhi syarat tidak malas adalah:

Persamaan diatas menunjukan upah w supaya memenuhi NSC harus semakin besar, jika:

1). Probabilitas terdeteksi dalam memonitor karyawan, q makin kecil

2). Makin besar usaha, e;

3). Makin tinggi tingkat keluar, b;

4). Makin tinggi factor diskonto, r;

5). Makin tinggi tunjangan pengangguran, w

6). Makin tinggi aliran keluar (flow out) dari stok pengangguran atau makin mudah mendapatkan pekerjaan, a

Dengan demikian 1/a = durasi harapan menjadi penganggur: jika

a besar sekali, maka 1/a mendekati nol. Hal ini berarti tidak ada hukuman bagi pekerja yang malas karena setiap pemutusan hubungan kerja (PHK) akan dikompensasikan dengan pekerjaan baru.

Jika harapan memperoleh pekerjaan, dimana AK

adalah jumlah angkatan Kerja dan L adalah jumlah yang berhasil memperoleh pekerjaan, yang di definisikan u = (AK – L) / AK adlah tingkat pengangguran karena model ini dapat dikaitkan dengan pengangguran, sehingga diperoleh:

(9)

9 JURNAL EKONOMI

Model Shapiro-Stiglitz menunjukan adanya upah yang lebih tinggi dibandingkan upah keseimbangan Neo-Klasik dengan konsekuensi terjadi keseimbangan dengan pengangguran. Akan tetapi model ini hanya bersifat konseptual dan belum dikembangkan dengan uji empiric. Selain itu model ini juga belum menjelaskan fenomena variasi upah antar industry yang berkorelasi dengan tingkat keuntungan.

4. Jaminan Sosial

Perkembangan dalam hubungan kerja menunjukan bahwa imbalan atas prestasi kerja tidak terbatas pada gaji atau upah saja, lebih dari itu, pekerja juga merasa berhak atas jaminan social yang di pandang sebagai bagian dari system imbalan menyeluruh atas peran sertanya di dalam perusahaan.

Masalah jaminan social perlu mendapatkan perhatian dari pimpinan perusahaan dan juga organisasi lainnya. Oleh karena itu, jaminan social dan system perangsang lainnya dapat menjadi daya tarik bagi pekerja untuk berprestasi melebihi standar.

Beberapa peraturan perundangan dan para pakar mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

a. Menurut undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang system jaminan social Nasional, dalam pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa jaminan social adalah;

“suatu bentuk perlindungan social untuk menjamin seluruh

rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

layak.”

b. Menurut Sentanoe Kartonegoro didalam bukunya Zaini Asyahadie, jaminan social dikelompokan dalam empat kegiatan usaha utama.10

1). Usaha-usaha yang berupa pencegahan dan pengembangan, yaitu usaha-usaha di bidang kesehatan, keagamaan, keluarga berencana, pendidikan, bantuan hokum, dan lain-lain yang dapat dikelompokan dalam pelayanan social

(social service).

2). Usaha-usaha yang berupa pemulihan dan penyembuhan, seperti bantuan untuk bencana alam, lanjut usia, yatim piatu, penderita cacat, dan berbagai ketunaan yang dapat disebut sebagai bantuan social (social Assistance).

3). Usaha-usaha yang berupa pembinaan, dalam bentuk perbaikan gizi, perumahan, transmigrasi, koperasi, dan

10

(10)

10 JURNAL EKONOMI

lain-lain yang dapat dikategorikan sebagai sarana social

(Social Infra Structure)

4). Usaha-Usaha di bidang perlindungan ketenagakerjaan yang khusus ditunjukan untuk masyarakat tenaga kerja yang merupakan inti tenaga pembangunan dan selalu menghadapi resiko-resiko social ekonomis, dogolongkan dalam asuransi social (Sosial Insurance)

c. Menurut Iman Soepomo yang merumuskan bahwa : “jaminan

social adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar kesalahannya tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena ulasan di luar kehendaknya. d. Selanjutnya, dalam pasal 1 angka ke-1 undang-undang nomer 3

tahun 1992 tentang jaminan social tenaga kerja, pengertian jaminan social tenaga kerja dirumuskan sebagai berikut:

“jaminan social tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi

tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dalam pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit,

bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.”

Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa definisi tersebut adalah bahwa jaminan social merupakan jaminan perlindungan yang diberikan perusahaan terhadap hilangnya penghasilan karyawan seperti dalam pemberhentian kerja, karyawan sakit, mengalami kecelakaan, tunjangan kematian dan lain sebagainya.

Program jaminan social mempunyai tujuan untuk menanggulangi berbagai peristiwa yang menimbulkan ketidakpastian social ekonomi secara universal dan meningkatkan taraf hidup pada umunya. Program jaminan social juga memberikan berbagai pelayanan baik untuk pencegahan, penanggulangan maupun rehabilitasi akibat dari suatu peristiwa.

C. Deskripsi Kasus

Kasus pengangguran di Indonesia setiap tahunnya mengalami pluktuatif sering terjadi penurunan dan peningkatan dan cenderung mengalami peningkatan tingkat pengangguran. Dimana pemerintah belum bisa dengan maximal mengatasi permasalahan tingkat pengangguran di Indonesia.

(11)

11 JURNAL EKONOMI

mengalami peningkatan dari 5,81 persen pada Februari 2015 menjadi 6, 18 persen pada Agustus 2015.

Pada Agustus 2015, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 12,65 persen, di susul oleh TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen. Sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD kebawah yaitu sebesar 2,74 persen, jika dibandingkan keadaan agustus 2014, TPT yang mengalami penurunan hanya terjadi pada tingkat pendidikan SD kebawah dan Sekolah Menengah Pertama. 11

Pada tahun 2016 peningkatan angka pengangguran akan semakin meningkat dengan berkurangnya lapangan kerja di Indonesia di buktikan dengan di tutupnya perusahaan elektronik raksasa jepang di Indonesia yaitu Tosibha dan Panasonic, dengan penutupan kedua perusahaan raksasa tersebut akan menambah tingkat pengangguran hingga 2.500 orang.12

D. Pembahasan

Suatu konsep dari perekonomian kapitalis yang biasa dibahas secara

umum adalah hubungan berbanding terbalik antara pengangguran dan inflasi.13 Dalam konteks nilai-nilai islam, konsep hubungan berbanding terbalik ini dipertanyakan. Inflasi menimbulkan ketidakadilan dan bertentangan dengan kepentingan kesejahteraan jangka panjang, sedangkan pengangguran tidak saja bertentangan dengan martabat kedudukan manusia

11 Badan Pusat Statistik, “Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

6,28 persen” dalam http:// www.bps.go.id/Brs/view/id/1196 diakses tanggal 13 April 2016 12Kompas.com, “Pabrik Toshiba dan Panasonic tutup, 2.500 akan kena PHK”, dalam http:// http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/03/073309526/Pabrik.Panasonic.dan.Toshiba.Tut up.2.500.Pekerja.Kena.PHK di akses tanggal 13 April 2016

(12)

12 JURNAL EKONOMI

sebagai Khalifah Allah dimuka bumi, melainkan juga menghalangi realisasi distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata. Mungkin perlu ditanyakan, apakah perlu mengalamu inflasi untuk mencapai kesempatan kerja penuh dan apakah harus mengalami pengangguran untuk menghindari inflasi.14 Pada decade yang lalu, hamper semua Negara industry dan sebagian Negara berkembang mengalami peningkatan inflasi dan pengangguran sekaligus. Fenomena ini telah menyebabkan kesadaran bahwa hubungan terbalik antara inflasi dan pengangguran telah berakhir. “kepercayaan itu kini secara meluas dipegang, dalam kondisi saat ini, setiap upaya untuk mengurangi pengangguran dengan berlindung kepada kebijkan-kebijakan reflasi permintaan (meningkatkan permintaan), hanya akan menghasilkan hasil-hasil temporer dan bahwa dalam jangka panjang kebijakan demikian akan meningkatkan inflasi dan juga pengangguran.15

Dalam system islam, pengangguran dan inflasi sama-sama tidak diinginkan, dan keduanya perlu dikurangi. Jika permintaan agregat harus dikurangi untuk menghindari inflasi, dalam kerangka kepentingan keadilan sosiekonomi dan kesejahteraan ekonomi secara luas perlu dibuat suatu penilaian tentang bagaimana permintaan ini dikurangi dan bagaimana hal ini dapat dicapai dengan jalan terbaik. Dalam sebuah system yang berorientasi kepada nilai, tidak diperbolehkan membiarkan permintaan berkembang pada arah yang tidak perlu untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan jika hal ini menimbulkan inflasi sama-sama tidak diperbolehkan

14 Pengalaman stagflasi akhir-akhir ini suatu keadaan dalam ekonomi yang ditandai oleh laju pengangguran yang tinggi dibarengi secara simultan oleh laju inflasi yang tinggi pula telah meningkatkan keragu-raguan mengenaai validitas dan kegunaan kurva Phillips yang sudah mashur dan yang memiliki postulat adanya suatu hubungan terbalik antara inflasi dan pengangguran. Lihat Thomas M. Humphry, Charging Views of the Phillips Curve, Federal Reserve Bank of Richmond, Monthly Review, july 1973, hlm. 1-13; Charles N. Henning et al., Financial Markets and the Economy (Englewood Cliffs, NJ; Pretice Hall, 1981), hlm. 496-501; dan Morgan Guaraty Trust Co. of New York. World Financial Markets, Februari 1978, hlm. 3. Postulat itu dikecam pedas oleh para ekonom professional pada dasawarsa yang lalu (lihat M. Friedman, “Monotarism; A

Reply to the Critics”, The Times, 3 March, 1980). Kecaman para ekonom pro-fesional ini mencapai puncaknya ketika para kepala Negara atau pemerintahan dari tujuh Negara industry (AS, Inggris, Perancis, Jerman, Italy, Kanada, dan Jepang) menyimpulkan pada KTT G-7 di London

pada bulan Mei 1977,” tugas kita yang paling penting adalah menciptakan lebih banyak lapangan

pekerjaan sementara terus-menerus mengurangi laju inflasi. Inflasi tidak mengurangi pengangguran. Justru sebaliknya, ia adalah satu penyebab utamanya.” (Bank for International settlemen; Basle, Press Review, 9 Mei 1977. Yang dicetak miring sengaja dibuat oleh penulis). William Poole bahkan sampai mengamati pada sebuah konferensi yang dsponsori oleh federal Reserve Bank of Boston, “kurva Phillip.” Dia berpendapat, “Kepercayaan pada hubungan terbalik yang stabil antara inflasi dan pengangguran, banyak mendorong dikeluarkannya

kebijakan-kebijakan ekspansioner yang berlebihan sejak 1965.” (William Poole, “Summaryand Evaluation:”

dalam federal Reserve Bank of Boston, After the Phillips Curve: persentence of high Inflation and high unemployment, proceeding of a Conference held in june 1978).

(13)

13 JURNAL EKONOMI

mengontrolnya dengan mengurangi permintaan agregat secara umum, dengan cara menciptakan pengangguran manusia. Begitu juga, kesempatan kerja penuh harus meskipun hal ini menuntut suatu restrukturisasi produksi dan rekayasa teknologi tepat guna. Karena itu, perlu melakukan regulasi pada permintaan agregat, merestrukturisasi produksi, mendesain suatu teknologi tepat guna, dan melakukan kebijkan gabungan dalam bidang moneter, fiscal, dan pendapatan untuk menghindari inflasi dan pengangguran serta menjamin kesejahteraan ekonomi berbasis luas bagi pemenuhan kebutuhan pokok semua individu sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.16

Untuk menciptakan lapangan kerja baru, Indonesia harus mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kecenderungan di masa lalu menunjukan bahwa di butuhkan pertumbuhan ekonomi 4,5-5,5 persen untuk memberikan pekerjaan kepada para pencari kerja baru, sesuai dengan tingkat upah yang berlaku pada saat itu. Artinya dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi untuk menyerap pengangguran yang telah ada dan menurunkan angka pengangguran. Jalan terbaik untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi tidak lain ialah dengan meningkatkan iklim investasi dan memperbaiki daya saing Indonesia di pasar international.

Hasil survey menunjukan bahwa selain stabilitas makro ekonomi, investor juga menyoroti masalah kebijakan yang tidak pasti dan korupsi. Selain itu regulasi masalah tenaga kerja juga seringkali menjadi perhatian utama, peningkatan investasi membutuhkan serangkaian reformasi structural, termasuk menurunkan tingkat korupsi, memperbaiki system dan administrasi pepajakan, mendorong terciptanya kepastian hokum serta menyediakan insfrastuktur yang memadai. Sudah barang tentu reformasi semacam ini membutuhkan waktu yang cukup panjang agar dapat memberikan hasil yang optimal. Namun demikian, dengan memperkenalkan kebijakan-kebijakan yang kredibel serta mengambil langkah-langkah yang menunjukan komitmen pada reformasi, akan mendorong kepercayaan dan maningkatkan investasi secara lebih cepat.

(14)

14 JURNAL EKONOMI

Menurut Chris Manning dari Australia Nasional University, ada dua pendekatan yang dapat di jadikan pilihan bagi Indonesia dalam menentukan Upah minimum. Yakni model kebijakan Amerika Latin dan model kebijkan Asia Timur.

Menurut Prof. Muhammad Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Yogyakarta, Negara Indonesia nampaknya menggunakan model Amerika Latin, yakni dengan melindungi buruh di sector modern, dengan perlindungan yang ekstensif atau luas.

Dalam islam system pengupahan harus bedasarkan kepada prinsip-prinsip keislaman diantaranya:17

a. Prinsip Keadilan

Seorang pengusaha tidak diperkenankan bertindak kejam terhadap buruh dengan menghilangkan hak sepenuhnya bagian mereka. b. Prinsip Kelayakan

Kelayakan menuntut agar upah kerja cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum secara layak.

c. Prinsip Kebijkan

Sedangkan kebijakan berarti menunutut agar jasa yang diberikan mendatangkan keuntungan besar kepada buruh supaya bisa diberikan bonus.

17 Ahmad Azhar Basyir, “Refleksi Atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum,

(15)

15 JURNAL EKONOMI

Sistem pengupahan dapat di golongkan kepada tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:18

a. System upah menurut waktu, yaitu system pemberian upah yang di bayarkan menurut jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya.

b. System upah menurut kesatuan hasil, yaitu system pemberian upah yang hanya akan dibayarkan jika pekerja telah melakukan pekerjaan atau menghasilkan pekerjaan.

c. System upah borongan, yaitu system pemberian upah yang didasarkan atas perhitungan imbalan atas suatu pekerjaan tertentu secara menyeluruh.

Oleh karena itu, tidak ada lagy alasan bagi seluruh instansi / perusahaan untuk tidak memenuhi kewajiban para pegawainya untuk mendapatkan upah yang layak.

Menurut Muhammad Baqir Ash Shadr, dalam mewujudkan keadilan ekonomi (kesejahteraan), Negara atau pemerintah memiliki kekuasaan sehingga mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memastikan keadilan berlaku. Selain itu, Negara juga memiliki hak intervensi terhadap kebijakan ekonomi, implementasi terhadap tanggung jawab tersebut dapat diwujudkan melelui 3 prinsip utama, yaitu:19

a. Adanya Jaminan Sosial

b. Menjaga Keseimbangan Sosial c. Melakukan Intervensi

Sehubungan hal tersebut di atas khususnya mengenai jaminan social, maka Negara memiliki tugas untuk menyediakan jaminan social guna memelihara standar hidup seluruh masyarakat islam. Bentuk jaminan social ini ada 2, yaitu : Pertama, Negara memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota masyarakat untuk melakukan kerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Namun, jika seorang tidak mampu untuk melakukan kerja produktif dan membiayai kehidupan pribadinya, maka berlaku bentuk yang kedua, yaitu Negara mengaplikasikan prinsip keadilan, dimana Negara menyelenggarakan prinsip jaminan social dengan cara menyediakan uang dalam jumlah yang cukup untuk membiayai dan memperbaiki standar hidup orang tadi.

Dalam perwujudan jaminan social, menurut Muhammad Baqir Ash Shadr terdapat 2 basis (dasar) yang melandasinya, yaitu: pertama, prinsip

18

(16)

16 JURNAL EKONOMI

kewajiban yang timbal balik antara masyarakat dan Negara. Dalam islam, prinsip jaminan social ini ialah fardu kifayah, artinya setiap muslim mempunyai kewajiban membantu sesame manusia sejauh batas kemampuannya, sementara Negara berperan dalam hal aplikasinya agar fungsi itu berjalan dengan baik. Jadi, peran Negara tersebut mencerminkan kapasitas Negara sebagai otoritas yang dapat memaksa setiap individu yang berada dibawah kekuasaannya untuk melaksanakan hokum yang berlaku.

Basis kedua dari pinsip jaminan social ialah hak masyarakat atas sumber-sumber kakayaan Negara. Dalam hal ini, Negara bertanggung jawab atas penghidupan mereka yang tidak berdaya, walaupun sudah ada kewajiban sesame muslim untuk tolong menolong.

E. Penutup

Dari hasil kajian pustaka yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari prenelitian ini adalah:

1. Permasalah pengangguran di Negara berkembang seperti Indonesia ini menjadi permasalahan yang cukup rumit. Mengatasi tingkat pengangguran di Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama dan membutuhkan banyak kontribusi dari berbagai pihak. Pemerintah dan para instansi terkait sangat berperan penting dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Pemerintah dengan regulasinya mampu membuat aturan-aturan bagi para pengusaha/perusahaan dalam mengatur ringkat tenaga kerja. Tingkat pemahaman masyarakatpun mengenai wirausaha harus ditingkatkan Karena selain mengandalkan pemerintah dan perusahaan masyarakat juga harus bisa ikut serta dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia , dengan berwirausaha masyarakat mampu membuat/membuka lapangan pekerjaan yang baru bagi para pengangguran sehingga, mampu membantu mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.

2. Salah satu solusi dari mengatasi tingkat pengangguran di Indonesia adalah memciptakan lapangan kerja baru sebanyak-banyaknya, walaupun Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi hingga 4,5 sampai 5,5 persen untuk memberikan pekerjaan kepada para pencari pekerjaan baru. Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin maju Indonesia akan mampu menarik para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia dengan itu lapangan kerja di Indonesia akan bertambah.

(17)

17 JURNAL EKONOMI

pengupahan menerapkan prinsip-prinsip keislaman diantaranya, prinsip keadilan, prinsip kelayakan, dan prinsip kebijakan. Dengan itu diharapkan kebutuhan masyarakat akan kelayakan kehidupan akan tercapai, hingga terhindar dari perbudakan.

(18)

18 JURNAL EKONOMI

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, dkk., “kemiskinan Struktural, Suatu Bunga Rampai,(YISS, Pulsar, 1980)

Azhar Basyi, Ahmad, “Refleksi Atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik, dan Ekonomi,” (Bandung, Mizan, 1994),

Bank of International Settlements, Fifty-Secound Annual Report: 1 April, 1981 – 31 March, 1982 (Basle; BIS, 14 June 1982)

Chapra , Umer, Dr. M. “Sistem Moneter Islam”, (Jakarta, Gema Insani Press, 2000)

Jengsis , Akhmad P., “10 Isu Global di Dunia Islam” (Yogyakarta, NFP Publishing, 2012)

Manulang, M, “Pengantar Ekonomi Perusahaan” (Yogyakarta, Liberty, 1991),

Murad, Anatol, What Keynes Means, (New York, Bookman As-Sociates, 1962)

Prof. Dr. Ir. Johannes, “Kamus Istilah Ilmu dan Teknologi Cetakan pertama”,( PT. Indira Jakarta, 1981)

Soertrisno, Kapita SelektaEkonomi Indonesai, Edisi ke-2, (Yogyakarta, Andi Offset, 1992)

Sumodiningrat , Gunawan, “Pemberdayaan Sosial, Kajian Ringkas Tentang

Pembangunan Manusia Indonesia”, (Jakarta, Kompas, 2007)

Tim Pusat Studi Pancasila UGM, “Membangung kedaulatan Bangsa Bedasarkan

Nilai-Nilai Pancasila: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kawasan Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (3T), Kumpulan Makalah Call for Papers Kongres Pancasila VII)” (Yogyakarta, Pusat Study Pancasila UGM, 2015)

Zaini Asyahadie, Op cit.

Badan Pusat Statistik, “Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,28 persen” dalam http:// www.bps.go.id/Brs/view/id/1196

diakses tanggal 13 April 2016

Kompas.com, “Pabrik Toshiba dan Panasonic tutup, 2.500 akan kena PHK”,

(19)

19 JURNAL EKONOMI

Referensi

Dokumen terkait

Disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan dihadapan penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma 3 Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas

Masalah yang dihadapi adalah bagaimana menyajikan sebuah materi pembelajaran yang lengkap dan menarik sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam memahami pelajaran, dalam hal

Flowchart sistem ini menggambarkan hubungan antara sistem aplikasi dan sensor curah hujan, dimana sistem akan mengambil informasi data pada curah hujan

Dari analisis regresi linear ganda dapat diketahui bahwa koefisien regresi masing-masing variabel bebas bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel

Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau

sedikit tersedianya bahan ajar mata pelajaran biologi dengan inovasi baru yaitu disajikan dengan mengaitkan antara materi biologi dengan ayat-ayat Al Qur’an dan Al

Sebagaimana disebutkan oleh Ruslan (2001), bahwa komunikasi merupakan basis untuk melakukan kerja sama, interaksi dan mempunyai pengaruh di dalam manajemen

Telah dikemukakan dalam riset bahwa moral kerja dapat mempertinggi produktivitas dalam kondisi tertentu, akan tetapi dalam kondisi yang lain ternyata tidak begitu