• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG A. Sejarah Terjadinya Pencucian Uang - Identifikasi Transaksi Keuangan Mencur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG A. Sejarah Terjadinya Pencucian Uang - Identifikasi Transaksi Keuangan Mencur"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG A. Sejarah Terjadinya Pencucian Uang

Istilah pencucian uang atau money laundering baru diperkenalkan kurang

lebih pada tahun 1920-an, meskipun perbuatan pencucian uang sesungguhnya

telah ada sejak abad ke-17, perbuatan ini dilakukan oleh bangsawan Prancis yang

membawa uangnya dari hasil kejahatan untuk disimpan di Swiss, berkat

pertolongan bangsawan Swiss, harta tersebut dapat dinikmati oleh bangsawan

Prancis dengan tenang. Pada tahun 1920-an, para pelaku kejahatan terorganisasi di

Amerika Serikat, mencuci uang hasil kejahatannya melalui usaha binatu

(laundry). Mereka banyak mendirikan usaha binatu sebagai tempat atau kedok

untuk menyembunyikan uang hasil kejahatannya.49

Tahun 1980-an adalah masa perkembangan bisnis haram di berbagai

negara. Perdagangan narkotika dan obat bius, misalnya mampu menghasilkan

omset yang sangat besar. Dari sinilah mulai muncul istilah narco dollar untuk

menyebut uang haram yang dihasilkan dari perdagangan narkotika. Fenomena

tersebut merupakan pemantik lahirnya istilah “Pencucian Uang”. Istilah ini mulai

digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1986, kemudian dipakai secara

internasional serta konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun

1988.50

49

J.E Sahetapy, Bisnis Uang Haram, Jakarta : KHN, 2003, hal.11.

50

(2)

Berdasarkan prosesnya, pencucian uang dalam sejarahnya dibedakan

menjadi :51

a. Cara modern, yaitu yang umumnya dilakukan melalui tahap placement,

layering, dan integration.

b. Cara Tradisional, yaitu dilakukan melalui suatu jaringan atau sindikat

etnik yang sangat tertutup, misalnya bank rahasia hui (hoi) atau The

Chinese Chip (Chop) di China, sistem pengiriman uang tradisional yang disebut hawala di India, dan hundi di Pakistan.

Menurut Billy Steel, istilah money laundering berasal dari Laundromats,

nama sebuah tempat pencucian pakaian secara otomatis di Amerika Serikat.

Perusahaan yang dimiliki oleh kelompok mafia ini dipilih untuk menyamarkan

uang haram menjadi uang sah.52 Kalangan mafia memperoleh penghasilan besar

dari bisnis pemerasan, prostitusi, perjudian, dan penyelundupan minuman keras.

Mereka kemudian membeli atau mendirikan perusahaan yang bergerak

dibidang bisnis halal untuk mengaburkan asal usul uang dari bisnis haram.53 Sejak

itulah, perbuatan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang hasil

kejahatan disebut dengan money laundering. Money laundering merupakan

sebuah istilah yang pertama kali digunakan di Amerika Serikat untuk menunjuk

kepada pencucian hak milik mafia, yaitu hasil usaha yang diperoleh secara gelap

dicampurkan dengan maksud menjadikan seluruh hasil tersebut seolah diperoleh

dari sumber yang sah. Singkatnya, istilah money laundering pertama kali

digunakan dalam konteks hukum dalam sebuah kasus di Amerika Serikat tahun

1982 menyangkut denda terhadap pencucian uang hasil penjualan kokain

Colombia.

51

Ibid.

52

Billy Steel dalam Philips Darwin, Money Laundering-cara memahami dengan tepat dan benar soal pencucian uang, Sinar Ilmu, 2010, hal.12.

53Ibid.,

(3)

Dalam perkembangannya, proses yang dilakukan lebih kompleks lagi, dan

sering menggunakan cara mutakhir sedemikian rupa sehingga seolah benar secara

alami. Dengan cara demikian, membuat suatu kejelasan pembenaran untuk

pengawasan atau kepemilikan uang yang dicuci.54 Pengaturan hukum tentang

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia

terdapat dalam Undang-Undang nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang. Namun, ketentuan dalam undang-undang tersebut dirasakan

belum memenuhi standar internasional serta perkembangan proses peradilan

tindak pidana pencucian uang sehingga perlu diubah agar upaya pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana pencucian uang dapat berjalan secara efektif.

Perubahan dalam undang-undang ini, antara lain meliputi :55

a. Cangkupan pengertian penyedia jasa keuangan diperluas tidak hanya bagi

setiap orang yang menyediakan jasa dibidang keuangan, tetapi juga meliputi jasa lainnya yang terkait dengan keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi pelaku tindak pidana pencucian uang yang memanfaatkan bentuk penyedia jasa keuangan yang ada dimasyarakat.

b. Pengertian transaksi keuangan mencurigakan diperluas dengan

mencantumkan transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga hasil tindak pidana.

c. Pembatasan jumlah hasil tindak pidana sebesar Rp.500.000.000,00 atau

lebih atau nilai yang setara yang diperoleh dari tindak pidana dihapus karena tidak sesuai lagi dengan prinsip yang berlaku umum bahwa untuk menentukan suatu perbuatan dapat dipidana tidak tergantung pada besar atau kecilnya hasil tindak pidana yang diperoleh.

d. Cangkupan tindak pidana asal (predicate crime) diperluas untuk mencegah

berkembangnya tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan dimana pelaku tindak pidana berupaya menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul hasil tindak pidana, tetapi perbuatan tersebut tidak dipidana.

e. Jangka waktu penyampaian laporan transaksi keuangan mencurigakan

dipersingkat, yang semula 14 hari kerja menjadi tidak lebih dari 3 hari kerja setelah penyedia jasa keuangan mengetahui adanya unsur transaksi keuangan mencurigakan. Hal ini dimaksudkan agar harta kekayaan yang

54

Arief Amrullah, Money Laundering, Malang : Bayumedia, 2004, hal.9.

55

(4)

diduga berasal hasil tindak pidana dan pelaku tindak pidana pencucian uang dapat segera dilacak.

f. Penambahan ketentuan baru yang menjamin kerahasiaan penyusunan dan

penyampaian laporan transaksi keuangan mencurigakan yang disampaikan

kepada PPATK atau penyidik (anti-tipping off). Hal ini dimaksudkan

antara lain untuk mencegah berpindahnya hasil tindak pidana dan lolosnya pelaku tindak pidana pencucian uang sehingga mengurangi efektivitas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

g. Ketentuan kerja sama bantuan timbal balik di bidang hukum (mutual legal

assistance) dipertegas agar menjadi dasar bagi penegak hukum Indonesia menerima dan memberikan bantuan dalam rangka penegakan hukum pidana pencucian uang. Dengan adanya ketentuan kerja sama timbal balik tersebut merupakan bukti bahwa pemerintah Indonesia memberikan komitmennya bagi komunitas internasioanl untuk bersama-sama mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Kerja sama internasional telah dilakukan dalam forum yang tidak hanya bilateral, tetapi juga regional dan multilateral sebagai strategi untuk memberantas kekuatan ekonomi para pelaku kejahatan yang tergabung dalam kejahatan yang terorganisasi.

Pelaksanaan kerja sama bantuan timbal balik harus tetap memperhatikan

hukum nasional masing-masing negara serta kepentingan nasional dan terutama

tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.56 Dalam perkembangannya tindak pidana pencucian uang semakin

kompleks, melintasi batas-batas yuridiksi dan berbagai modus yang semakin

variatif, memanfaatkan lembaga di luar sistem keuagan bahkan telah merambah

ke berbagai sektor. Peraturan yang telah ada yang mengatur tentang tindak pidana

pencucian uang ternyata masih memberikan ruang timbulnya penafsiran yang

berbeda-beda, adanya celah hukum, kurang tepatnya pemberian sanksi, belum

dimanfaatkannya pegeseran beban pembuktian, keterbatasan informasi, sempitnya

cakupan pelapor dan jesnis pelaporannya serta kurang jelasnya tugas dan

kewenangan dari pelaksana undang-undang tentang tindak pidana pencucian uang

56Ibid

(5)

ini. Untuk memenuhi kepentingan nasional dan menyesuaikan standar

internasional perlu disusun undang-undang tentang pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana pencucian uang yaitu Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang

tindak pidana pencucian uang.

Perubahan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang tersebut,

antara lain:57

1. Redefinisi pengertian hal yang terkait dengan tindak pidana pencucian

uang ;

2. Penyempurnaan kriminalisasi tindak pidana pencucian uang ;

3. Pengaturan mengenai penjatuhan sanksi pidana dan sanksi

adaministratif ;

4. Pengukuhan penerapan prinsip mengenali pengguna jasa ;

5. Perluasan pihak pelapor ;

6. Penetapan mengenai jenis pelaporan oleh penyedian barang dan/atau

jasa lain ;

7. Penataan mengenai pengawasan kepatuhan ;

8. Pemberian kewenangan kepada pihak pelapor untuk menunda transaksi;

9. Perluasan kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap

pembawaan uang tunai dan instrumen pembayaran lain kedalam atau ke luar daerah pabean;

10.Pemberian kewenangan kepada penyidik tindak pidana asal untuk

menyidik dugaan tindak pidana pencucian uang;

11.Perluasan instansi yag berhak menerima hasil analisis atau pemeriksaan

PPATK;

12.Penataan kembali kelembagaan PPATK;

13.Penambahan kewenangan PPATK, termasuk kewenangan untuk

menghentikan sementara transaksi;

14.Penataan kembali hukum acara pemeriksaan tindak pidana pencucian

uang;dan

15.Pengaturan mengenai penyitaan harta kekayaan yang berasal dari tindak

pidana.

57

(6)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Pasal 1 ayat (1), yang

dimaksud dengan pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi

unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini.58 Upaya

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan

pemerintah seperti pembentukan undang-undang tindak pidana pencucian uang

masih belum bisa sepenuhnya mencegah dan mengatasi kejahatan pencucian uang

hal ini disebabkan berbagai aspek, yaitu :59

1. Lemahnya penegakan hukum, terlepas dari korupsi yang dilakukan oleh

para pejabat publik, masalah serius lainnya dalam menangani pencucian uang dan pelanggaran hukum. Dalam hal narkoba misalnya, para pengguna dan pemasok narkoba tidak benar-benar takut tertangkap karena hukuman maksimal terhadap para pengedarnya jarang dijatuhkan.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat, pada umumnya kesadaran masyrakat

umum tentang tindak pidana pencucian uang masih sangat rendah. Hanya sedikit orang yang memahami bahwa pencucian uang merupakan tindak pidana.

3. Lambatnya hukum badan legislatif, hal ini terlihat jelas, dimana Indonesia

menolak untuk mengesahkan rancangan undang-undang pada tahun 1996. Terdapat kekhawatiran bahwa pemberlakuan undang-undang dan

peraturan mengenai pencucian uang secara tergesa-gesa akan

menimbulkan resiko kaburnya modal investor ke luar negeri dan mengancam perekonomian nasional.

Kendala lainnya dalam penegakan hukum atas kejahatan pencucian uang

adalah persoalan pembuktian yang harus dilakukan oleh Jaksa. Undang-undang

tindak pidana pencucian uang menganut sistem pembuktian terbalik, dimana

justru terdakwa yang diwajibkan untuk membuktikan bahwa ia bersalah.

Ketentuan ini menyimpang dari prinsip “jaksa membuktiakan”, yaitu prinsip

hukum pidana yang menganut bahwa jaksa diwajibkan membuktikan dalil-dalil

58

Aziz Syamsuddin, Op.Cit. hal.21.

59

(7)

dakwaan yang diajukan. Namun, adanya hak terdakwa demikian tidak berarti

bahwa jaksa penuntut umum tidak lagi mengajukan pembuktian sebaliknya,

namun bagi jaksa penuntut umum diberikan tetap keawajiban untuk membuktikan

dakwaannya. Pembuktian terdakwa hanya merupakan fakta yang menguntungkan

dirinya, pembuktian seperti ini lah yang disebut pembuktian terbalik terbatas.60

Menurut Raj Bhala, terdapat dua hal mendasar dalam setiap penuntutan

pencucian uang yang merupakan tugas Jaksa.

Pertama, pemahaman unsur-unsur tindak pidana pencucian uang yang sangat rumit. Permasalahan akan semakin meningkat manakala kejahatan

itu melibatkan pengguna jasa wire system akiabat tuntutan efesiensi,

kecenderungan ekonomi, teknologi dan tuntutan kebutuhan pasar terbuka.

Kedua, saat ini hampir semua negara telah menerapkan wire transfer

system secara internal antar-bank dan lembaga keuangan. Ini merupakan cara memindahkan dana ilegal dengan cepat dan tidak mudah dilacak oleh jangkauan hukum, sekaligus pada saat yang sama terjadilah pencucian

uang dengan cara mengacaukan audit trail.61

Pada umumnya unsur yang harus dibuktikan dalam ketentuan

anti-pencucian uang adalah unsur subyektif (mens rea) dan unsur obyektifnya (actus

reus). Dalam mens rea, yang harus dibuktikan adalah knowledge (mengetahui

atau patut diduga) dan intended (bermaksud). Hal-hal mendasar yang telah

disebutkan berkaitan dengan terdakwa yang mengetahui dana tersebut berasal dari

hasil kejahatan dan terdakwa mengetahui tentang atau maksud untuk melakukan

transaksi. Namun pembuktian ini sulit karena apabila terdakwa sangat mungkin

dapat menyembunyikan hasil kejahatannya secara baik. Oleh karena penegakan

hukum progresif menjadi faktor yang sangat penting dalam mencegah TPPU.62

60

Yusup Saprudin, Op.Cit., hal.89

61

Raj Bhala dalam Philips Darwin, Money laundering –cara memahami dengan tepat dan benar soal pencucian Uang,Penerbit Sinar Ilmu,2021,hal. 99.

62

(8)

B.Objek dan Tahapan Tindak Pidana Pencucian Uang 1. Objek Pencucian Uang

Pencucian uang merupakan kejahatan bawaan (derifative crime) yang

selalu didahului oleh kejahatan asal (predicate crime). Karena sifatnya yang

demikian, maka pencucian uang tidak akan pernah terjadi kecuali didahului oleh

kejahatan asal. Harta hasil dari kejahatan asal itulah yang menjadi objek dari

pencucian uang, di mana harta tersebut diproses sedemikian rupa sehingga

asal-usulnya tidak pernah diketahui dan akhirnya menjadi harta yang sah. Objek

pencucian uang mula-mula dilakukan hanya terhadap uang yang diperoleh dari

lalu lintas perdagangan narkotika. Namun kemudian objek pencucian uang

diperlukan pula untuk dilakukan terhadap harta-harta yang diperoleh dari

sumber-sumber kejahatan lain.63

Sarah N. Welling, menyatakan bahwa adanya pencucian uang dimulai

dengan adanya dirty money (uang kotor). Uang dapat menjadi kotor yaitu melalui

dua cara yaitu melalui cara pengelakan pajak dan cara melanggar hukum.64

Kedua cara tersebut ialah antara lain :65

1. Proses penghasilan uang tersebut melalui pengelakan pajak (tax evasion).

Dalam kejahatan ini, seseorang atau perusahaan memberikan laporan

pembayaran pajak lebih sedikit dari jumlah uang sebenarnya yang mereka peroleh

dari bisnis yang legal.

Status uang dalam perbuatan ini dibedakan menjadi : (1) Asal usul uang

63

Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit, hlm. 7.

64

Sarah N. Welling dalam Andrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung : PT Citra aditya Bakti, hal.16.

65

(9)

itu adalah halal tetapi kemudian menjadi haram karena tidak dilaporkan kepada

otoritas pajak; (2) Uang itu sejak semula merupakan uang haram karena diperoleh

melalui cara-cara illegal. Praktik-praktik pencucian uang memang awalnya

dilakukan terhadap uang yang diperoleh dari lalu lintas perdagangan narkotika

dan obat-obatan terlarang. Namun pencucian uang kemudian dilakukan terhadap

uang-uang yang diperoleh dari sumber-sumber kejahatan lain.

2. Memperoleh uang melalui cara-cara yang melanggar hukum.

Uang kotor dapat diperoleh melalui cara-cara yang melanggar hukum,

seperti korupsi, perdagangan narkotika, perjudian gelap, penyuapan, terorisme,

prostitusi, perdagangan senjata illegal, penyelundupan minuman keras, bisnis

pornografi, dan kejahatan kerah putih (white collar crime), termasuk korupsi.

Uang haram inilah yang kemudian diproses sedemikian rupa melalui pencucian

uang sehingga tampak sebagai uang halal.

Undang-undang tentang pencucian uang di berbagai negara juga telah

memperluas objek pencucian uang tidak hanya yang berasal dari perdagangan

narkotika saja. Begitu pula di negara Indonesia, objek pencucian uang juga

diperluas seperti yang termuat dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang. Jadi objek pencucian uang adalah dirty money (uang kotor) yang dihasilkan

dari kejahatan asal, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 2 Ayat (1) UU No. 8

Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak pidana Pencucian

(10)

Tindak pidana yang dimaksud ialah harta kekayaan yang diperoleh dari

u. di bidang kehutanan di bidang lingkungan hidup

v. di bidang kelautan dan perikanan

w. atau tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara empat

tahun atau lebih,

yang dilakukan diwilayah negara kesatuan Republik Indonesia atau di luar wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.

Dikenal dengan asas double criminality (kriminalitas ganda) yaitu tindak

pidana tersebut dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di luar

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana itu juga

merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia. Walaupun tidak dapat

diketahui pasti nilai uang yang dicuci setiap tahun melalui pencucian uang, tetapi

jumlahnya diperkirakan sangat besar. Itulah sebabnya pencucian uang menjadi

66

(11)

industri terbesar ketiga didunia. Perkiraan paling mutakhir menunjukkan bahwa

nilai dari aktivitas pencucian uang di seluruh dunia adalah sekitar satu triliun dolar

pertahun. Sedangkan, pencucian uang yang berasal dari perdagangan narkotika

sendiri bernilai 300-500 miliar dolar.67

2. Tahapan dalam Tindak Pidana Pencucian uang

Secara sederhana aktivitas pencucian uang dapat dilakukan melalui

perbuatan memindahkan, menggunakan, atau melakukan perbuatan lainnya

terhadap hasil suatu tindak pidana, baik itu pelakunya organisasi maupun individu

yang melakukan tindak pidana dengan maksud menyembunyikan atau

menaburkan asal-usul uang tersebut sehingga dapat digunakan seolah-olah

sebagai uang yang halal. Instrumen yang paling dominan dalam tindak pidana

pencucian uang biasanya menggunakan sistem keuangan seperti perbankan. 68

Perbankan merupakan alat utama yang paling menarik digunakan dalam

pencuciana uang mengingat perbankan merupakan lembaga keuangan yang paling

banyak menawarkan instrumen keuangan. Pemanfaan bank dalam pencucian uang

dapat berupa :69

1. Menyimpan uang hasil tindak pidana dengan nama palsu.

2. Menyimpan uang di bank dalam bentuk deposito/tabungan/rekening/giro.

3. Menukar pecahan uang hasil kejahatan dengan pecahan lainnya yang lebih

besar atau yang lebh kecil.

4. Menggunakan fasilitas transfer.

5. Melakukan transaksi eksport-import fiktif dengan menggunakan L/C

dengan memalsukan dokumen bekerja sama dengan oknum terkait;

(12)

Pencucian uang biasanya termanifestasi dalam transaksi yang berkali-kali

dan sering kali dilakukan secara simultan, jika demikian maka kegiatan tersebut

wajib diwaspadai oleh semua pihak.70 Pada dasarnya tindak pidana pencucian

uang tersebut terdiri dari tiga tahapan yang masing-masing tahapan berdiri sendiri,

tetapi seringkali dilakukan bersama-sama, tahapan pencucian uang tersebut

adalah:71

1. Placement (Penempatan Uang)

Placement adalah penempatan dana yang dihasilkan dari perbuatan kriminal atau tahap awal dari pencucian uang haram. Uang/aset ditempatkan pada

sistem financial (keuangan) atau diselundupkan ke luar negeri, tujuannya untuk

memindahkan uang/asset tersebut dari sumber asalnya. Untuk menghindari

pengawasan pihak berwajib dan kemudian mengkonversikannya kedalam bentuk

aset yang berbeda atau modus operandinya adalah dana ditempatkan jauh dari

lokasi kejahatan. Dana tunai yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana

dalam bentuk yang lebih mudah untuk dipindahkan dan tindak dicurigai untuk

selanjutnya diproses dalam sistem keuangan, terutama sistem perbankan, sehingga

jejak seputar asal-usul dana tersebut dapat dihilangkan.72

Penempatan dana juga dapat dilakukan dengan perdagangan efek dengan

pola yang dapat menyembunyikan asal muasal dari uang tersebut. Penempatan

uang tersebut biasanya dilakukan dengan pemecahan sejumlah besar uang tunai

menjadi jumlah kecil yang tidak mencolok untuk ditempatkan dalam sistem

keuangan baik dengan menggunakan rekening simpanan bank, atau dipergunakan

70

Ivan Yustiavanda, Arman Nefi dan Adiwarman, Op.Cit., hal. 58.

71

Imam Sjahputra, Money Laundering (Suatu Pengantar), Harvarindo, 2006, hal. 3.

72

(13)

untuk membeli sejumlah instrument keuangan yang akan ditagih dan selanjutnya

didepositokan di rekening bank yang berada dilokasi lain.

Placement dapat pula dilakukan dengan pergerakan fisik dari uang tunai, baik melalui penyelundupan uang tunai dari suatu negara ke negara lain, dan

menggabungkan uang tunai yang bersal dari kejahatan dengan uang yang

diperoleh dari kegiatan yang sah. Proses placement merupakan titik paling lemah

dalam perbuatan tindak pidana pencucian uang.73 Bermacam-macam cara dapat

dilakukan bagi kepentingan placement, yaitu seperti :74 pembukaan rekening efek

pada perusahaan efek dan pembelian unit penyertaan pada instrument reksadana,

penyelundupan uang, penukaran mata uang, dan pembelian aset.

2. Layering ( Transfer )

Layering adalah upaya untuk menstransfer harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil ditempatkan pada penyedia jasa keuangan

terutama bank sebagai hasil upaya penempatan ke penyedia jasa keuangan

lainnya. Transfer harta kekayaan hasil kejahatan ini dilakukan berkali-kali,

melintasi negara, memanfaatkan semua wahan investasi.75

Jumlah dana yang sangat besar dan ditempatkan pada suatu Bank tentu

akan menarik perhatian dan menimbulkan kecurigaan pihak otoritas moneter

negara bersangkutan akan asal-usulnya. Karena itu, pelaku melakukan layering

melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk memutuskan atau memisahkan

hubungan antara dana yang tersimpan di bank dan tindak pidana yang menjadi

sumber dana tersebut. Adanya jumlah uang yang berbeda-beda dengan frekuensi

73

Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adiwarman, Op.Cit., hal.58

74Ibid

., hal 59

75Ibid

(14)

transfer dana yang tinggi semakin mempersulit proses pelacakan. Perpindahan

dana tersebut tidak dilakukan satu kali saja melainkan berkali-kali dengan tujuan

mengacaukan alur transaksi, sehingga tidak dapat dikejar ataupun diikuti

alurnya.76 Dalam kegiatan ini, terdapat proses pemindahan dana dari beberapa

rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil penempatan ketempat lain melalui

serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan

menghilangkan jejak dana tersebut. Bentuk kegiatan ini antara lain: (1) Transfer

dana dari suatu bank ke bank lain dan atau antar wilayah/Negara; (2) pengiriman

simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung transaksi yang sah; (3)

memindahkan uang tuani lintas batas negara melalui jaringan kegiatan yang sah

atau shell company. 77

3. Integration (menggunakan harta kekayaan)

Tahap akhir dalam tindak pidana pencucian uang ialah tahap integration

(menggunakan harta kekayaan). Integration adalah upaya menggunakan harta

kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan

kedalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan

untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk membiayai kembali

kegiatan pidana. Dalam melakukan pencucian uang, pelaku tidak terlalu

mempertimbangkan hasil yang akan diperoleh dan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan. Karena tujuan utamanya adalah untuk menyamarkan atau

menghilangkan asal-usul uang, sehingga hasil akhirnya dapat dinikmati atau

76

Aziz Syamsuddin,Op.Cit., hal.20.

77

(15)

digunakan secara aman.78 Integration pada dasarnya adalah tahapan dimana pelaku telah berhasil mencuci dananya dalam sistem keuangan atau tahapan

dimana dana yang telah dicuci diharapkan dapat disejajarkan dengan dana yang

sah secara hukum maupun ekonomi. Pada tahap ini uang yang dicuci melalui

placement maupun layering di alihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi, sehingga tampak tidak berhubungan sama sekali dengan aktivitas kejahatan

sebelumnya yang menjadi sumber dari uang tersebut. Ditahap ini, uang yang

telah dicuci dimasukkan kedalam sirkulasi dengan bentuk yang sejalan dengan

aturan hukum. Proses integration ini terjadi apabila proses layering berhasil

dengan baik, dan proses layering hanya dapat dilakukan apabila placement

berhasil dilakukan.79Integration melibatkan pemindahan sejumlah dana yang telah

melewati proses pelapisan yang diteliti dan kemudian disatukan dengan dana yang

berasal dari kegiatan legal ke dalam arus perputaran dana global yang begitu

besar.80

Berdasarkan tahapan terjadinya pencucian uang tersebut ada beberapa

tipologi yang sering digunakan dalam proses pencucian uang, yaitu antara lain :81

1. Penyembunyian dalam perusahaan

Tipologi ini ditandai dengan penyembunyian hasil tindak pidana ke dalam

aktivitas bisnis dan perusahaan. Modus operandi ini dilakukan dengan melakukan

pencampuran antara transaksi bisnis yang sah dengan ilegal. Adapun indikator

dari modus operandi ini antara lain pelaku tindak pidana pencucian uang biasanya

78Ibid 79

Ivan Yustiavan dana, Arman Nefi, Adiwarman, Op.Cit., hal.63

80

Aziz Syamsuddin,Op.Cit., hal.21.

81

(16)

memiliki kendali atas perusahaan yang digunakan untuk pencucian uang, baik

hubungan sebagai beneficial owner atau hubungan kekerabatan atau pertemanan

dengan pemilik perusahaan. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko

bocornya informasi kepada penegak hukum dari dalam perusahaan itu sendiri.

Modus operandi pencucian uang melalui struktur bisnis ini juga terlihat

dari banyaknya transaksi perusahaan ke rekening pribadi perorangan, di mana

biasanya tidak memiliki tujuan transaksi yang jelas dengan perusahaan, dan

dilakukan dalam jumlah yang cukup besar. Untuk mengurangi kecurigaan PJK

maka transfer dilakukan dengan menggunakan mata uang asing.

Perusahaan yang digunakan untuk pencucian uang biasanya perusahaan

yang transaksinya menggunakan transaksi tunai seperti klub malam dan restoran.

Hubungan antara pelaku tindak pidana dengan perusahaan dapat disembunyikan

dengan cara struktur kepemilikan perusahaan. Selain itu, modus operandi

pencucian uang ini juga didukung dengan rendahnya biaya pendirian perusahaan

di beberapa negara dan banyaknya jasa pendirian perusahaan yang ada di seluruh

dunia yang dapat memfasilitasi pembuatan persahaan dan manajemen dalam

rangka pencucian uang.

2. Penyalahgunaan bisnis yang sah

Tipologi ini dilakukan oleh pencuci uang yang menggunakan bisnis atau

perusahaan yang telah ada sedang berjalan untuk melakukan proses pencucian

uang. Perusahaan tersebut tidak menyadari bahwa dananya berasal dari tindak

pidana. Manfaat utama penggunaan bisnis yang sah adalah agar dana hasil tindak

(17)

dana sebenarnya yang melakukan tindak pidana. Risiko bagi bisnis sah tersebut

adalah jika skema pencucian uang ditemukan oleh penegak hukum, bahkan jika

pengurus perusahaan tidak dituntut untuk tindak pidana pencucian uangnya, maka

reputasi perusahaan tersebut akan menderita secara signifikan karena liputan

media. Kebutuhan pelaku pencucian uang untuk mencoba mencuci dana

menggunakan bisnis yang sah karena semakin meningkatnya insitusi keuangan di

seluruh dunia yang tidak mau menerima dana pribadi tanpa informasi lebih

lanjut.82

3. Penggunaan identitas dan dokumen palsu

Penggunaan dokumen dan identitas palsu untuk membuka rekening atau

melakukan transaksi banyak digunakan oleh para pelaku tindak pidana untuk

memutus hubungan antara aset dan tindak pidana. Bahkan jika pelaku tindak

pidana ditangkap dan dipenjarakan, aset tersebut dapat tetap dinikmati setelah

keluar dair penjara. Dokumentasi palsu memiliki peran penting dalam melakukan

upaya penipuan, juga dapat digunakan untuk menutupi upaya pencucian uang.

Faktur palsu, bukti transaksi, dan dokumentas perjalanan yang telah dilaporkan

dan digunakan sebagai bagian dari pembenaran dana, diberikan kepada

lembaga-lembaga keuangan.

4. Eksploitasi permasalahan negara internasional

Beberapa pelaku pencucian uang selalu memindahkan dan menyimpan

uang-uang tidak sah tersebut ke negara-negara yang dikenal mempunyai

undang-undang kerahasiaan bank yang ketat, persyaratan identifikasi yang lemah,

82Ibid

(18)

persyaratan laporan yang lemah, hukum perpajakan yang lemah, persyaratan

pendirian perusahaan yang minim, dan lemahnya pengaturan atas pembatasan

mata uang.

5. Penggunaan jenis aset tak bernama

Pelaku tindak pidana menyadari bahwa aparat penegak hukum mengalami

kesulitan dalam melakukan pelacakan keuangan sehingga menyulitkan para

penegak hukum untuk mendeteksi dan membuktikan adanya hubungan antara

tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana dengan hasil tindak

pidana.

Beberapa hasil tindak pidana tersebut termasuk dalam jenis Anonymous

Asset, seperti : uang tunai, perhiasan, logam mulia, beberapa sistem pembayaran

elektronik, dan beberapa produk keuangan yang menggunakan numbered

personal accounts. Modus tersebut banyak digunakan dalam jaringan perdagangan narkoba. Berdasarkan laporan sejumlah kasus di seluruh dunia,

pengguna biasanya ingin membayar tunai untuk tetap tidak terhubung dengan

pemasok, dan pemasok kemudian memiliki kebutuhan untuk masuk ke suatu

wilayah.83

D. Alasan Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang

Kemajuan teknologi informasi dan arus globalisasi terutama di sektor

perbankan serta lembaga keuangan lainnya, seperti perusahaan sekuritas, asuransi,

dan perusahaan pembiayaan, menjadikan industri keuangan sebagai lahan bagi

para pelaku pencucian uang. Para pelaku perseorangan maupun korporasi setiap

83Ibid

(19)

saat dapat memanfaatkan bank untuk kegiatan tersabut. Jasa dan produk

perbankan memungkinkan terjadinya lalu lintas atau perpindahan dana dari suatu

bank ke bank atau lembaga keuangan lainnya sehingga asal usul uang menjadi

sulit dilacak oleh penegak hukum.

Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang yang

dilakukan pemerintah seperti pembentukan undang-undang tindak pidana

pencucian uang masih belum bisa sepenuhnya mencegah dan mengatasi kejahatan

pencucian uang. Penyebab tidak sepenuhnya tindak pidana pencucian uang dapat

dicegah dan diberantas disebabkan berbagai aspek, yaitu lemahnya penegakan

hukum, kurangnya kesadaran masyarakat, dan lambatnya hukum badan legislatif

dalam menjalankan tugasnya. Beragam alasan untuk memerangi pencucian uang,

karena berdampak buruk pada perekonomian, baik secara makro maupun mikro,

karena pencucian uang bersifat korosif terhadap sendi-sendi perekonomian.84

Jhon McDowell dan Gary Novis menyebutkan betapa merusaknya pencucian uang terhadap banyak aspek kehidupan. Pencucian uang secara potensial menghancurkan ekonomi, keamanan, dan membawa dampak sosial. Secara makro, baik langsung atau tidak langsung, pencucian uang dapat mengganggu berbagai sistem ekonomi, sistem sosial dan sistem

politik suatu negara.85

Secara umum ada tiga alasan kejahatan pencucian uang perlu diperangi

dan dinyatakan sebagai tindak pidana yaitu : 86 Pertama, karena pencucian uang

dapat mempengaruhi sistem keuangan dan ekonomi yang diyakini berdampak

negatif bagi perekonomian, misalnya terhadap efektifitas penggunaan sumber

daya dan dana. Dengan adanya pencucian uang, maka sumber daya dan dana

84

Ivan Yustiavan dana, Arman Nefi, Adiwarman, Op.Cit., hal.12.

85

Jhon McDowell dan Gary Novis dalam Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adiwarma,

Op.Cit., hal.12.

86

(20)

kerap digunakan untuk kegiatan tak sah dan merugikan masyarakat. Uang hasil

tindak pidana pencucian uang dapat saja beralih dari suatu negara yang

perekonomiannya baik maupun ke negara yang perekonomiannya kurang baik.

Karena pengaruh negatifnya pada dasarnya bisa mengakibatkan ketidakstabilan

perekonomian internasional, sehingga besar kemungkinan tindak pidan pencucian

uang mengakibatkan ketidakstabilan perekonomian internasional, dan uang yang

terorganisir juga bisa membuat ketidakstabilan pada perekonomian nasional.

Kedua, karena kriminalisasi pencucian uang sebagai tindak pidana akan

lebih memudahkan penegak hukum menyita hasil tindak pidana, misalnya aset

yang susah dilacak atau yang sudah dipindah tangankan kepada pihak ketiga.

dengan cara menyita hasil pencucian uang ini, maka pelarian uang hasil tindak

pidana dapat dicegah. Dengan demikian pemberantasan tindak pidana sudah

beralih orientasinya dari “menindak pelakunya‟ kearah menyita “hasil tindak

pidananya”.87

Ketiga, dengan dinyatakannya pencucian uang sebagai dan dengan adanya

sistem pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu dan transaksi yang

mencurigakan, maka hal ini lebih memudahkan bagi para penegak hukum untuk

menyelidiki kasus pidana sampai tokoh-tokoh yang ada dibelakangnya.

Tokoh-tokoh ini sulit dilacak dan ditangkap karena pada umumnya mereka tidak

kelihatan pada pelaksanaan suatu tindak pidana, tetapi banyak menikmati

hasil-hasil tindak pidana. Aktivitas pencucian uang menjadi penyebab turunnya

pertumbuhan ekonomi suatu negara dan tingginya kejahatan. Fenomena tersebut

87Ibid

(21)

tetap berlangsung sampai sekarang, walaupun secara faktual industri keuangan

bertumbuh dan berkembang dengan sangat pesat, tetapi tanpa diikuti dengan

pertumbuhan ekonomi yang wajar. 88 Pembangunan ekonomi tidak akan berarti

banyak apabila tindak pidana pencucian uang masih terus terjadi. Pemberantasan

pencucian uang akan menjadikan perekonomian stabil dan berkesinambangungan

secara wajar. Sejumlah dampak buruk Tindak Pidana Pencucian Uang yang juga

menjadi alasan suatu tindak pidana pencucian itu harus di berantas, yaitu antara

lain :89

a. Melemahkan sektor swasta yang sah

Sektor swasta paling menderita akibat pencucian uang. Pelaku pencucian

uang dapat mendirikan berbagai perusahaan topeng yang bergerak dalam berbagai

kegiatan bisnis. Pelaku pencucian uang seringkali menggunakan perusahaan

topeng untuk mencampur hasil-hasil kejahatan dengan dana-dana yang sah dan

menyembunyikan pendapatan yang sah dari hasil kejahatan. Di Amerika Serikat

misalnya, kejahatan terorganisasi menggunakan toko-toko pizza (pizza parlors)

untuk menyembunyikan uang hasil perdagangan heroin. Perusahan-perusahaan

tersebut memiliki akses pada dana-dana haram yang besar jumlahnya. Hal ini

memungkinkan mereka mensubsidi berbagai barang dan jasa yang dijualnya

untuk kemudian dijual jauh dibawah harga pasar. Bahkan mereka menawarkan

barang tersebut dibawah biaya produksinya. Dengan demikian mereka memiliki

keuntungan kompetitif dan membangkrutkan perusahaan-perusahaan saingannya

88Ibid

., hal.27.

89

(22)

yang bekerja secara sah.90 Bila keadaan tersebut berlansung lama, maka

perusahaan-perusahaan sah tidak dapat bertahan. Akibatnya, akan terjadi

penutupan perusahaan yang sah dan yang tersisa adalah

perusahaan-perusahaan milik kelompok penjahat, sehingga kejahatan semakin sulit

dihancurkan, karena pasokan dananya terus mengalir dari perusahaan-perusahaan

milik kelompok kejahatan tersebut.91

b. Merusak integritas pasar keuangan

Pencucian uang juga menghancurkan integritas pasar keuangan. Jika uang

hasil kejahatan masuk ke institusi keuangan, yang biasanya dalam jumlah besar

maka hampir dapat dipastikan hal itu akan menimbulkan masalah likuiditas.

Institusi keuangan yang menerima hasil kejahatan memiliki tantangan tambahan

dalam mengelola aset, liabilitas dan operasi mereka.

Pelaku pencucian uang berinvestasi di pasar keuangan hanya bermaksud

melegitimasi uang hasil kejahatan. Bila uang hasil kejahatan tersebut berhasil

masuk ke sistem keuangan, maka tujuan untuk melegalkan uang hasil kejahatan

berhasil. Dalam keadaan demikian, pemilik uang tersebut dapat kapan saja

menarik uangnya. Penarikan uang yang telah dicuci menyebabkan krisis likuiditas

dan kegagalan bank, karena bank mengelola sebagian besar uang hasil

kejahatan.92 Lembaga-lembaga keuangan bisa menghadapi bahaya likuiditas jika

mengandalkan kegitanya pada dana hasil kejahatan uang dalam jumlah besar yang

90

Philips Darwin, Op.Cit., hal.32.

91

Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adiwarman, Op.Cit. hal.15

92Ibid.,

(23)

baru saja ditempatkan di lembaga-lembaga keuangan bisa tiba-tiba menghilang

karena dipindahkan melalui wire transfers. 93

c. Menghilangkan kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonominya

Pencucian uang dapat melenyapkan kontrol pemerintah atas kebijakan

ekonomi. Dibeberapa negara pasar yang baru tumbuh dana haram itu dapat

mengurangi anggaran pemerintah sehingga mengakibatkan hilangnya kendali

pemerintah terhadap kebijakan ekonominya. Pencucian uang dapat pula

menimbulkan dampak yang tidak diharapkan terhadap nilai mata uang dan tingkat

suku bunga. Hal ini terjadi karena pelaku pencucin uang menggunakan dana yang

sudah dicucinya untuk diinvestasikan kembali di negara-negara yang tidak

mampu mendeteksinya.94

d. Menimbulkan distorsi dan ketidakstabilan ekonomi

Karena tujuan pencucian uang bukan untuk memeperoleh keuntungan,

melainkan untuk melindungi uang hasil kejahatannya, maka investasi yang

dilakukan pun tidak memiliki tujuan atau motif ekonomi. Para pelaku pencucian

uang tidak tertarik untuk memperoleh keuntungan dari berbagai investasi yang

mereka lakukan.

Mereka justru lebih tertarik untuk melindungi hasil kejahatan yang

memang sangat menguntungkan. Oleh karena itu mereka menginvestasikan

dana-dananya pada kegiatan-kegiatan yang secara ekonomis tidak bermanfaat bagi

93

Philips Darwin, Loc.Cit.

94Ibid

(24)

negara yang mereka jadikan muara penempatan dana. Akibatnya, akan

menimbulkan pertumbuhan ekonomi negara terganggu.95

e. Meningkatkan ancaman terhadap ketidakstabilan moneter

Pencucian uang mengakibatkan terjadinya misalokasi sumber daya karena

distorsi-distorsi aset dan rekayasa harga-harga komoditas. Pencucian uang dapat

menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya

pada jumlah permintaan terhadap uang dan nilai tukar mata uang. Pencucian uang

yang tidak dapat diduga itu, ditambah dengan hilangnya kendali pemerintah

terhadap kebijakan ekonominya, akan mempersulit tercapainya kebijakan

ekonomi yang sehat.96

f. Menghilangkan pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak

Pencucian uang dapat menghilangkan pendapatan pemerintah dari sektor

pajak sehingga secara tidak langsung merugikan para pembayar pajak yang jujur.

Bahkan pengumpulan pajak oleh pemerintah pun menjadi semakin sulit. Dana

halal yang pajaknya tidak dibayarkan pajaknya sehingga menghilangkan

pendapatan negara tersebut justru memunculkan tingakat pembayaran pajak yang

lebih tinggi daripada pembayaran pajak yang normal.97

g. Beresiko terhadap reputasi

Pencucian uang dapat merusak reputasi suatu negara. Kepercayaan pasar

akan terkikis karena kegiatan-kegiatan pencucian uang dan kejahatan-kejahatan di

bidang keuangan di suatu negara besangkutan. Indikasi hilangnya reputasi negara

sebagai akibat pencucian uang adalah hilangnya kepercayaan inverstor terhadap

95Ibid

., hal.34.

96Ibid 97Ibid

(25)

pasar negara yang bersangkutan. Rusaknya reputasi negara akibat pencucian uang

menyebabkan negara yang bersangkutan kehilangan kesempatan yang sah untuk

memperoleh keuntungan dari industri keuangannya. Apabila reputasi keuangan

suatu negara rusak, sulit untuk memulihkannya karena membutuhkan sumber

daya pemerintah yang sangat signifikan, butuh waktu dan upaya yang sangat keras

untuk mengembalikan reputasi dan kepercayaan sistem keuangan suatu negara.98

h. Menimbulkan biaya sosial

Pencucian uang merupakan proses yang penting bagi organisasi untuk

dapat melaksanakan kegiatan kejahatan paran pelaku kejahatan pencucian uang.

Misalnya pencucian uang dari kejahatan dalam hal narkotika memungkinkan para

penjual dan pengedar, penyelundup narkotika, dan penjahat lainnya untuk

memperluas kegiatannya. Meluasnya kegiatan kejahatan tersebut mengakibatkan

tingginya biaya pemerintah untuk meningkatkan upaya penegakan hukum dalam

rangka memberantas kejahatan tersebut beserta segala konsekuensinya.99

Pencucian uang menimbulkan biaya sosial dan resiko karena dilakukan

oleh organisasi-organisasi kejahatan, termasuk berpindahnya kekuatan ekonomi

pasar, pemerintah, dan warga negara kepada para pelaku kejahatan tersebut.

Bahkan tidak mustahil dalam kasus yang ekstrim dapat mengakibatkan terjadinya

pengambilalihan kekuasaan pemerintah yang sah.100

98

Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adiwarma, Op.Cit., hal.20.

99Ibid.,

hal.21.

100

(26)

E. Pembentukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) didirikan

pada tanggal 17 April 2002, bersamaan dengan disahkannya UU Nomor 15 Tahun

2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang telah diubah menjadi

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang. Secara umum, keberadaan lembaga ini dimaksudkan

sebagai upaya Indonesia ikut serta bersama dengan negara-negara lain

memberantas kejahatan lintas negara yang terorganisir seperti terorisme dan

pencucian uang.

Undang-undang tindak pidana pencucian uang di dalamnya juga

ditentukan struktur organisasi PPATK yang terdiri dari seorang kepala dan

dibantu oleh wakil kepala, Jabatan struktural, Jabatan fungsional. Yang dimaksud

dengan jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada disebutkan dalam

struktur organisasi, sedangkan yang dimaksud dengan jabatan fungsional adalah

jabatan yang secara tidak tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi dari

sudut fungsinya di perlukan oleh organisasi, seperti peneliti, dokter, pustakawan,

dan lain-lain yang serupa dengan itu.101

Kepala dan wakil kepala PPATK diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden atas usul Menteri Keuangan. Sedangkan masa jabatannya kepala dan

wakil kepala PPATK adalah lima tahun dan hanya dapat diangkat kembali hanya

untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Dalam hubungan ini, ketentuan megenai

101

(27)

susunan organisasi dan tata kerja PPATK selanjutnya diatur dengan peraturan

presiden. Secara nasional, lahirnya institusi sentral (focal point) di dalam rezim

anti-pencucian uang di Indonesia ini diharapkan dapat membantu penegak hukum

yang berkaitan bukan saja dengan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan

terorisme, melainkan juga semua tindak pidana berat lainnya yang menghasilkan

uang. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,

yang telah disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang secara tegas

menyatakan pembentukan PPATK sebagai lembaga dengan misi khusus

mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang di Indonesia.102

Keberadaan lembaga khusus ini sangat diperlukan mengingat PPATK

sebagai Financial Intelligence Unit (FIU) di Indonesia memiliki peranan sangat

penting dan strategis dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian

uang. Di setiap negara terdapat Financial Intelligence Unit (FIU) adalah lembaga

permanen yang secara khusus menangani tindak pidana pencucian uang, yang

sekaligus merupakan salah satu infrastruktur terpenting dalam rezim anti

pencucian uang.103

Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh banyak negara untuk mencegah

dan memberantas pencucian uang, pada awalnya merupakan bagian yang tidak

dipisahkan dari upaya perlawanan terhadap pedagang gelap obat bius dan

aktifitas-aktifitas lainnya dari organisasi kejahatan. Keterkaitan antara tindak

102

Yusup Saprudin,Op.Cit. hal.54.

103

(28)

pidana pencucian uang dengan tindak pidana lain yang menghasilkan uang

sesungguhnya sangat erat dan sering kali suatu tindak pidana pencucian uang

terungkap setelah dilakukannya investigasi tindak pidana pencucian uang.

Mengingat bahwa kejahatan pencucian uang berdampak sangat buruk terhadap

perekonomian nasional maupun internasional, maka perlu mengambil langkah dan

tindakan konkrit untuk mencegah dan memberantasnya seperti yang dilakukan

pemerintah Indonesia yaitu membentuk Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, selain itu

juga pemerintah telah membentuk lembaga khusus yang menangani tindak pidana

pencucian uang ini yaitu Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

(PPATK). Namun, dalam hal ini disadari sepenuhnya bahwa untuk dapat

mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang tidak semata-mata

hanya memerlukan pengetahuan tentang hukum dan peraturan, tetapi juga

membutuhkan pengetahuan yang luas dan mendalam di bidang keuangan,

akunting, dan keterkaitannya dengan kegiatan bisnis-bisnis lainnya.104

1. Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK

Undang-undang tindak pidana pencucian uang telah menentukan tugas,

fungsi dan wewenang PPATK, dimana PPATK itu sendiri merupakan lembaga

yang independen dan bertanggungjawab kepada Presiden.105 Didalam

melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya PPATK besifat independen dan

bebas dari campur tangan dan pengaruh kekuasaan manapun, PPATK

bertanggung jawab kepada Presiden, dan dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan

104Ibid

., hal.72.

105

(29)

kewenangan tersebut setiap orang dilarang melakukan segala bentuk campur

tangan dan PPATK wajib menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur

tangan dari pihak manapun dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan

kewenangannya tersebut.106

Pasal 39 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyebutkan PPATK mempunyai

tugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.107 Dalam

melaksanakan tugas tersebut PPATK mempunyai fungsi sebagaimana diatur

dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 yaitu antara lain :108

1. Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;

2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK;

3. Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor; dan

4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan

yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) undang-undang ini.

PPATK bukan institusi investigatif, karena PPATK tidak memiliki fungsi

penyelidikan. Karena kalau badan ini memeliki fungsi penyelidikan, maka salah

satu tugas pokoknya ialah mencari fakta dan bukti-bukti atas segala hal yang

berhubungan dengan tindak pidana pencucian uang. Sehubungan dengan itu,

PPATK harus aktif melakukan pengawasan pada semua lembaga penyedia jasa

keuangan atau pihak lain yang melaksanakan transaksi keuangan dengan

memeriksa catatan pembukuan, dan keterangan-keterangan lainnya.109

106

R.Wiryono. Op.Cit., hal.158.

107

Pasal 39 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

108

Pasal 40 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

109

(30)

Kontribusi PPATK bagi penyidik sangat besar, terutama dalam

mendukung penyelidikan tentang finansial dan aliran dana para pelaku yang

memang bukan merupakan keahlian dari para penyidik polri. Kemudian, peranan

PPATK lainnya sangat membantu dalam hal koordinasi dengan PJK dalam

pencarian barang bukti berupa produk bank yang berhubungan dengan rekening

milik tersangka untuk membuktikan adanya transaksi yang mencurigakan.110

Fungsi PPATK sangat penting karen merupakan kunci untuk membongkar praktik

pencucian uang, dimana lembaga ini merupakan lembaga independen yang akan

melakukan fungsi penyelidikan yaitu mengumpulkan, menyimpan, menganalisis,

mengevaluasi informasi transaksi yang dicurigai dan diduga sebagai perbuatan

pencucian uang, sebelum informasi itu diteruskan kepada penyidik untuk diproses

berdasarkan KUHAP.111

PPATK dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana pencucian uang, seperti yang disebutkan dalam Pasal 41 UU TPPU

PPATK memiliki beberapa kewenangan yaitu :

a. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah

dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu.

b. Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan

c. Mengoordinasi upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dengan

instansi terkait.

d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan

tindak pidana pencucian uang.

e. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum

internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

f. Menyelenggaran program pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang.

110Ibid

., hal.60.

111

(31)

g. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

PPATK dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi,

PPATK memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan sistem informasi. Yang

dimaksud menyelenggarakan sistem informasi ialah bahwa PPATK:112

1. membangun, mengembangkan dan memelihara sistem aplikasi.

2. membangun, mengembangkan, dan memelihara infrastuktur jaringan

komputer dan basis data.

3. mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang telah diterima oleh

PPATK secara manual dan elektronik.

4. Menyimpan, memelihara data, dan informasi yang telah diterima oleh

PPATK secara manual dan elektronik.

5. Menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis.

6. Menfasilitasi pertukaran informasi dengan instansi terkait, baik dalam

negeri maupun luar negeri.

7. Melakukan sosialisasi penggunaan sistem aplikasi kepada pihak pelapor.

PPATK dalam rangka melaksakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan

pihak pelapor, dalam Pasal 43 UU TPPU menyebutkan maka PPATK memiliki

kewenangan antara lain :113

a. Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi pihak

pelapor.

b. Menetapkan kategori pengguna jasa yang berpotensi melakukan tindak

pidana pencucian uang.

c. Melakukan audit kepatuhan atau audit khusus,

d. Menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang yang

berwenang melakukan pengawasan terhadap pihak pelapor.

e. Memberikan peringatan kepada pihak pelapor yang melanggar kewajiban

pelaporan. Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha pihak pelapor.

f. Menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali pengguna jasa bagi

pihak pelapor yang tidak memiliki lembaga pengawas dan pengatur.

PPATK dalam melaksanakan fungsi analisis dan pemeriksaan laporan dan

informasi transaksi keuangan mencurigakan yang berindikasi tindak pidana

112Ibid

., hal.163

113Ibid

(32)

pencucian uang dan/atau tindak pidana lainnya, dalam Pasal 44 UU TPPU

menyebutkan maka PPATK memiliki kewenangan yaitu :114

a. Meminta dan menerima laporan dan informasi dari pihak pelapor

b. Meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait

c. Meminta informasi kepada pihak pelapor berdasarkan pengembangan

hasil, analisis PPATK. Meminta informasi kepada pihak pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri.

d. Meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta,

baik di dalam maupun diluar negeri.

e. Menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat menegenai adanya

dugaan tindak pidan pencucian uang.

f. Meminta keterangan kepada pihak pelapor dan pihak lain yang terkait

denagan dugaan tindak pidana pencucian uang

g. Merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya

melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh

atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan tindak pidana.

i. Meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang

dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang.

j. Mengadakan kegiatan adsministratif lain dalam lingkup tugas dan

tanggung jawab sesuai dengan ketentuan undang-undang nomor 8 tahun 2010.

k. Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.

PPATK dalam melaksanakan kewenangannya sesuai dengan

undang-undang nomor 8 tahun 2010, maka terhadap PPATK tidak berlaku ketentuan

peraturan perundang-undangan dan kode etik yang mengatur kerahasiaan.115

114Ibid

., hal.165.

115Ibid

(33)

2. Peranan PPATK dalam Mencegah dan Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang

Tujuan pembentukan lembaga PPATK adalah dalam rangka mencegah dan

memberantas tindak pidana pencucian uang. Pada dasarnya peran PPATK adalah

sebagai strategi untuk mengatasi kejahatan baik kejahatan asal maupun kejahatan

money laundering mengejar para pelaku kejahatan terutama profesionalnya, dan mengejar hasil harta kekayaan hasil kejahatan. PPATK sebagai FIU di Indonesia

memiliki peranan baik yang bersifat preventif maupun represif. PPATK sebagian

besar besifat preventif dalam mencegah kejahatan asal maupun tindak pidana

pencucian uang dengan menerima laporan transaksi keuangan mencurigakan,

laporan transaksi keuangan tunai, dan laporan pembawaan uang tunai dengan

menganalisa laporan tersebut dan menyerahkannya laporan hasil analisis kepada

penegak hukum. Disamping itu, sebagai institusi sentral (focal point) dalam

pencegahan dan pemberantasan pencucian uang, PPATK juga mengadakan

berbagai kegiatan dalam membangun kesadaran publik akan bahaya pencucian

uang.116

Pelaksanaan upaya preventif dalam menaggulangi tindak pidana pencucian

uang yang teleh dilakukan oleh PPATK yaitu baik secara eksplisit disebutkan

dalam undang-undang seperti mengeluarkan pedoman atau membuat peraturan

dan pengawasan tingkat kepatuhan penyedia jasa keuangan maupun yang secara

implisit seperti penyelengaraan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan. Kemudian

untuk represif sifatnya tidak langsung, sifatnya lebih dengan cara membantu

116

(34)

aparat penegak hukum memberikan informasi-informasi keuangan dalam rangka

mengungkapkan kasus-kasus yang ditangani.

Kerja sama yang dilakukan PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana pencucian uang diatur dalam Pasal 88 sampai Pasal 89 UU RI No.8

Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang

yaitu sebagai berikut :117

1. Kerjasama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait

dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal.

2. Kerja sama internasional dilakukan oleh PPATK dengan lembaga sejenis

yang ada di negara lain dan lembaga internasional yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

3. Kerja sama internasional yang dilakukan PPATK dapat dilaksanakan

dalam bentuk kerjasama formal atau berdasarkan bantuan timbal balik atau prinsip resiprositas.

PPATK telah melakukan penandatangan kerja sama dengan FIU dari

beberapa negara sebagai bagian dari peranan PPATK dalam mencegah dan

memberantas tindak pidana pencucian uang, yaitu dengan FIU negara Filipina,

Australia, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Rumania, Belgia, Italia, Polandia,

Peru, Cina, Spanyol, Kanada, Meksiko, Amerika Serikat. Kerja sama dengan FIU

negara lain tersebut terutama berkaitan dengan pertukaran informasi intelijen di

bidang keuangan yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang. Informasi yang dipertukarkan bersifat rahasia dan

merupakan kewajiban masing-masing lembaga untuk menjaga kerahasiaannya,

tidak dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan, tidak dapat dieruskan

kepada pihak manapun tanpa izin tertulis dari pemilik informasi, serta

117

(35)

masing lembaga dapat menolak untuk memberikan informasi yang diminta jika

bertentangan dengan kepentingan negara masing-masing.118

Selain itu PPATK juga berperan untuk melakukan kerjasama dengan PJK

termasuk PJK bank sebagai salah satu pihak pelapor. PPATK bekerjasama

dengan PJK bank dalam hal meminta laporan dari PJK bank apabila ada indikasi

transaksi keuangan mencurigakan dari suatu transaksi yang dilakukan nasabah

dengan bank, yang kemudian terhadap laporan yang telah diberikan PJK bank

tersebut akan dianalisis oleh PPATK, untuk mengetahui benar atau tidaknya suatu

transaksi yang dilaporkan PJK bank tersebut merupakan transaksi keuangan

mencurigakan atau tidak. Bank merupakan suatu bentuk usaha yang memiliki

keleluasaan dalam menghimpun dan menyalurkan dana sehingga sangat strategis

untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang baik melalui placement, layering,

maupun integration. Bank sangat rentan bagi tindak pidana yang terorganisir

sehingga sangat strategis untuk dimanfaatkan. Tindak pidana yang terorganisir

biasanya bersembunyi dibalik suatu perusahaan atau nama lain (nominees) dengan

melakukan perdagangan internasional palsu dab berskala besar dengan maksud

untuk memindahkan uang yang tidak sah dari suatu negara ke negara lain.119

Perusahaan yang digunakan untuk menyembunyikan kegiatan tindak pidana

tersebut biasanya meminta kredit/pembiayaan dari bank untuk menyamarkan

aktivitas pencucian uang. Oleh karena itu perbankan harus berhati-hati terhadap

kemungkinan dimanfaatkan sebagai sarana pencucian uang.120

118

Adrian Sutedi, Op.Cit., hal.193.

119

Bismar Nasution, Op.Cit., hal. 56

120Ibid

(36)

PPATK juga harus bekerjasama dengan penegak hukum lainnya seperti

Jaksa, Polisi serta penegak hukum lainnya, sesuai dengan sistem peradilan pidana

yang terpadu menjalin kerjasama antar sub sistem, dalam upayanya mencapai

tujuan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, serta menghentikan para

perilaku kejahatan, agar tidak memanfaatkan kegiatan pencucian uang, terutama

menghentikan dari adanya kemungkinan untuk menikmati hasil yang diperoleh

dari pencucian uang, mencegah pelaku untuk memanfaatkan kembali hasil

kejahatannya, dan maupun mencegah pelaku untuk menginvestasikan kembali

hasil yang diperoleh dari kejahatan.121 Dengan demikian PPATK dalam

melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dapat

melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan

penerimaan, informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun

internasional meliputi:122

1. Instansi penegak hukum

2. Lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap

penyedia jasa keuangan.

3. Lembaga yang bertugas memeriksa pengelola da tanggung jawab

keuangan negara.

4. Lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana pencucian uang

5. Dan Financial Intelligence Unit (FIU) negara lain

PPATK menyediakan sistem bagi para kriminal agar keadilan dapat

ditegakkan melalui sistem hukum yaitu dengan cara mendeteksi dan

menginvestigasi kegiatan kriminal yang dilakukan. Sehingga dengan hasil

laporan dari PPATK dapat digunakan oleh penegak hukum sebagai bukti yang

121

Phatorang Halim, Penegakan hukum terhadap kejahatan pencucian uang di Era Globalisasi, Yogyakarta: Total Media, 2013 , hal.134.

122

(37)

relevan dalam mengungkapkan suatu kejahatan tindak pidana pencucian uang.

PPATK hanya sebagai pusat informasi intelijen keuangan yang sifatnya hanya

laporan saja yang selanjutnya lembaga tersebut akan menganalisisnya

berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak pelapor.123

Apabila ada indikasi tindak pidana pencucian uang dengan dilakukannya

analisis transaksi keuangan mencurigakan oleh PPATK maka laporan tersebut

akan di lanjutkan ke pihak yang berwenang melakukan penyidikan. Untuk

selanjutnya akan ditindak lanjuti oleh pihak penyidik sesuai dengan ketentuan

dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Namun apabila

laporan hasil analisis transaksi keuangan yang mencurigakan yang sudah

dilaporkan tersebut tidak ditindak lanjuti oleh aparat penegak hukum. Maka

aparat penegak hukum harus menjelaskan secara detail kepada PPATK mengapa

laporan hasil analisis transaksi mencurigakan tersebut tidak ditindak lanjuti.

PPATK dapat menagih tindak lanjut laporan hasil analisis transaksi yang

mencurigakan yang telah dilaporkan kepada penegak hukum.124

Dengan demikian, PPATK melakukan penghimpunan dan penganalisisan

informasi transaksi keuangan yang diperoleh PPATK dari Penyedia Jasa

Keuangan baik itu PJK bank serta non-bank. Bila hasil analisis PPATK

menunjukkan adanya indikasi tindak pidana pencucian uang, maka hasil analisis

tersebut akan diteruskan penuntutan kepengadilan oleh Kejaksaan. Sebagai

badan negara, PPATK pun harus melaporkan hasil kerja kepada Presiden, DPR

123

Phatorang Halim, Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pencucian Uang di Era Globalisasi,hal.134

124Ibid

(38)

dan otoritas industri keuangan yang terkait secara berkala.125 Dalam upaya

memberantas tindak pidana pencucian uang ada beberapa kendala yang dihadapi

oleh PPATK, yaitu:126

1. Kendala interen (dari dalam) seperti yang berasal dari peraturan

perundang-undangan; dapat terdiri dari:

a. Jangkauan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang;

b. Kedudukan PPATK sebagai lembaga penegak hukum menurut

sistem peradilan pidana dalam menanggulangi kejahatan pencucian uang, yaitu hanya menyatak PPATK berfungsi secara administratif membantu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan;

c. Belum terakomodirnya 49 Rekomendasi FATF sebagai acuan

suatu negara dalam upaya memberantas tindak pidana pencucian uang;

d. UU TPPU belum mengatur hukum acara dalam pemeriksaan tindak

pidana pencucia uang secara khusus;

e. Kendala yang berasal dari kelembagaan PPATK, yang berupa

antara lain: jumlah persinil ang relatif sedikit, jika dibandingkan dengan tugas menganalisis yang dilaporkan PJK kemampuan personil PPATK yang mampu menganalisis baik laporan maupun bentukbentuk baru tindak pidana pencucian uang, penggunaan prasarana yang mutakhir dan jumlah personil yang mampu menggunakan prasarana;

2. Kendala ekstern (yang berasal dari luar), seperti pemahaman masyarakat

tentang pentingnya keberadaan PPATK, tingkat kepatuhan PJK dalam

melaporkan transaksi yang wajib dilaporkan, kerjasama yang dibangun

antara PPATK dengan lembaga kepolisian, kejaksaan dan pengadilan yang

belum optimal dimana PPATK jarang dilibatkan, dan analisis PPATK yang

tidak ditindak lanjuti oleh kepolisian dengan alasan tidak cukup bukti.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala terutama yang berhubungan

dengan kelemahan hukum dan perundang-undangan, yaitu :127

125

Ivan Yustiavandana, ArmanNefi, Adiwarma, Op.Cit, hal.111.

126

Referensi

Dokumen terkait

Dalam inversi Magnetotelurik satu dimensi, AG kode real digunakan untuk menentukan parameter model (resistivitas dan ketebalan lapisan) dengan cara meminimumkan fungsi objektif

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatdan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Analisis

Hasil analisis hubungan antara pendampingan suami pada ibu bersalin terhadap tingkat kecemasan ibu bersalin dari 20 responden yang didampingi suami dengan

Setiap Dokumen Penawaran Sayembara yang diterima oleh Panitia Pengadaan setelah batas akhir waktu pemasukan Dokumen Penawaran Sayembara akan ditolak dan

PT Kusumahadi Santosa adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pertekstilan. Salah satu kegiatan yang paling pokok adalah pengadaan, baik

Mengingat banyaknya kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga dan anggota-anggotanya, maka dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang merupakan kebutuhan

Dari hasil kegiatan Pengabdian Masyarakat melalui Program KKNN Daring yang telah dilakukan oleh peneliti tentang produk pembuatan masker kain bahwa masyarakat

Hasil dari penelitian ini adalah sistem dan prosedur persediaan yang ada pada rumah sakit islam unisma sudah cukup baik untuk mendukung dalam pengendalian intern hal ini