BAB II
UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG A. Sejarah Terjadinya Pencucian Uang
Istilah pencucian uang atau money laundering baru diperkenalkan kurang
lebih pada tahun 1920-an, meskipun perbuatan pencucian uang sesungguhnya
telah ada sejak abad ke-17, perbuatan ini dilakukan oleh bangsawan Prancis yang
membawa uangnya dari hasil kejahatan untuk disimpan di Swiss, berkat
pertolongan bangsawan Swiss, harta tersebut dapat dinikmati oleh bangsawan
Prancis dengan tenang. Pada tahun 1920-an, para pelaku kejahatan terorganisasi di
Amerika Serikat, mencuci uang hasil kejahatannya melalui usaha binatu
(laundry). Mereka banyak mendirikan usaha binatu sebagai tempat atau kedok
untuk menyembunyikan uang hasil kejahatannya.49
Tahun 1980-an adalah masa perkembangan bisnis haram di berbagai
negara. Perdagangan narkotika dan obat bius, misalnya mampu menghasilkan
omset yang sangat besar. Dari sinilah mulai muncul istilah narco dollar untuk
menyebut uang haram yang dihasilkan dari perdagangan narkotika. Fenomena
tersebut merupakan pemantik lahirnya istilah “Pencucian Uang”. Istilah ini mulai
digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1986, kemudian dipakai secara
internasional serta konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun
1988.50
49
J.E Sahetapy, Bisnis Uang Haram, Jakarta : KHN, 2003, hal.11.
50
Berdasarkan prosesnya, pencucian uang dalam sejarahnya dibedakan
menjadi :51
a. Cara modern, yaitu yang umumnya dilakukan melalui tahap placement,
layering, dan integration.
b. Cara Tradisional, yaitu dilakukan melalui suatu jaringan atau sindikat
etnik yang sangat tertutup, misalnya bank rahasia hui (hoi) atau The
Chinese Chip (Chop) di China, sistem pengiriman uang tradisional yang disebut hawala di India, dan hundi di Pakistan.
Menurut Billy Steel, istilah money laundering berasal dari Laundromats,
nama sebuah tempat pencucian pakaian secara otomatis di Amerika Serikat.
Perusahaan yang dimiliki oleh kelompok mafia ini dipilih untuk menyamarkan
uang haram menjadi uang sah.52 Kalangan mafia memperoleh penghasilan besar
dari bisnis pemerasan, prostitusi, perjudian, dan penyelundupan minuman keras.
Mereka kemudian membeli atau mendirikan perusahaan yang bergerak
dibidang bisnis halal untuk mengaburkan asal usul uang dari bisnis haram.53 Sejak
itulah, perbuatan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang hasil
kejahatan disebut dengan money laundering. Money laundering merupakan
sebuah istilah yang pertama kali digunakan di Amerika Serikat untuk menunjuk
kepada pencucian hak milik mafia, yaitu hasil usaha yang diperoleh secara gelap
dicampurkan dengan maksud menjadikan seluruh hasil tersebut seolah diperoleh
dari sumber yang sah. Singkatnya, istilah money laundering pertama kali
digunakan dalam konteks hukum dalam sebuah kasus di Amerika Serikat tahun
1982 menyangkut denda terhadap pencucian uang hasil penjualan kokain
Colombia.
51
Ibid.
52
Billy Steel dalam Philips Darwin, Money Laundering-cara memahami dengan tepat dan benar soal pencucian uang, Sinar Ilmu, 2010, hal.12.
53Ibid.,
Dalam perkembangannya, proses yang dilakukan lebih kompleks lagi, dan
sering menggunakan cara mutakhir sedemikian rupa sehingga seolah benar secara
alami. Dengan cara demikian, membuat suatu kejelasan pembenaran untuk
pengawasan atau kepemilikan uang yang dicuci.54 Pengaturan hukum tentang
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia
terdapat dalam Undang-Undang nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang. Namun, ketentuan dalam undang-undang tersebut dirasakan
belum memenuhi standar internasional serta perkembangan proses peradilan
tindak pidana pencucian uang sehingga perlu diubah agar upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dapat berjalan secara efektif.
Perubahan dalam undang-undang ini, antara lain meliputi :55
a. Cangkupan pengertian penyedia jasa keuangan diperluas tidak hanya bagi
setiap orang yang menyediakan jasa dibidang keuangan, tetapi juga meliputi jasa lainnya yang terkait dengan keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi pelaku tindak pidana pencucian uang yang memanfaatkan bentuk penyedia jasa keuangan yang ada dimasyarakat.
b. Pengertian transaksi keuangan mencurigakan diperluas dengan
mencantumkan transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga hasil tindak pidana.
c. Pembatasan jumlah hasil tindak pidana sebesar Rp.500.000.000,00 atau
lebih atau nilai yang setara yang diperoleh dari tindak pidana dihapus karena tidak sesuai lagi dengan prinsip yang berlaku umum bahwa untuk menentukan suatu perbuatan dapat dipidana tidak tergantung pada besar atau kecilnya hasil tindak pidana yang diperoleh.
d. Cangkupan tindak pidana asal (predicate crime) diperluas untuk mencegah
berkembangnya tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan dimana pelaku tindak pidana berupaya menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul hasil tindak pidana, tetapi perbuatan tersebut tidak dipidana.
e. Jangka waktu penyampaian laporan transaksi keuangan mencurigakan
dipersingkat, yang semula 14 hari kerja menjadi tidak lebih dari 3 hari kerja setelah penyedia jasa keuangan mengetahui adanya unsur transaksi keuangan mencurigakan. Hal ini dimaksudkan agar harta kekayaan yang
54
Arief Amrullah, Money Laundering, Malang : Bayumedia, 2004, hal.9.
55
diduga berasal hasil tindak pidana dan pelaku tindak pidana pencucian uang dapat segera dilacak.
f. Penambahan ketentuan baru yang menjamin kerahasiaan penyusunan dan
penyampaian laporan transaksi keuangan mencurigakan yang disampaikan
kepada PPATK atau penyidik (anti-tipping off). Hal ini dimaksudkan
antara lain untuk mencegah berpindahnya hasil tindak pidana dan lolosnya pelaku tindak pidana pencucian uang sehingga mengurangi efektivitas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
g. Ketentuan kerja sama bantuan timbal balik di bidang hukum (mutual legal
assistance) dipertegas agar menjadi dasar bagi penegak hukum Indonesia menerima dan memberikan bantuan dalam rangka penegakan hukum pidana pencucian uang. Dengan adanya ketentuan kerja sama timbal balik tersebut merupakan bukti bahwa pemerintah Indonesia memberikan komitmennya bagi komunitas internasioanl untuk bersama-sama mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Kerja sama internasional telah dilakukan dalam forum yang tidak hanya bilateral, tetapi juga regional dan multilateral sebagai strategi untuk memberantas kekuatan ekonomi para pelaku kejahatan yang tergabung dalam kejahatan yang terorganisasi.
Pelaksanaan kerja sama bantuan timbal balik harus tetap memperhatikan
hukum nasional masing-masing negara serta kepentingan nasional dan terutama
tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.56 Dalam perkembangannya tindak pidana pencucian uang semakin
kompleks, melintasi batas-batas yuridiksi dan berbagai modus yang semakin
variatif, memanfaatkan lembaga di luar sistem keuagan bahkan telah merambah
ke berbagai sektor. Peraturan yang telah ada yang mengatur tentang tindak pidana
pencucian uang ternyata masih memberikan ruang timbulnya penafsiran yang
berbeda-beda, adanya celah hukum, kurang tepatnya pemberian sanksi, belum
dimanfaatkannya pegeseran beban pembuktian, keterbatasan informasi, sempitnya
cakupan pelapor dan jesnis pelaporannya serta kurang jelasnya tugas dan
kewenangan dari pelaksana undang-undang tentang tindak pidana pencucian uang
56Ibid
ini. Untuk memenuhi kepentingan nasional dan menyesuaikan standar
internasional perlu disusun undang-undang tentang pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang yaitu Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang
tindak pidana pencucian uang.
Perubahan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang tersebut,
antara lain:57
1. Redefinisi pengertian hal yang terkait dengan tindak pidana pencucian
uang ;
2. Penyempurnaan kriminalisasi tindak pidana pencucian uang ;
3. Pengaturan mengenai penjatuhan sanksi pidana dan sanksi
adaministratif ;
4. Pengukuhan penerapan prinsip mengenali pengguna jasa ;
5. Perluasan pihak pelapor ;
6. Penetapan mengenai jenis pelaporan oleh penyedian barang dan/atau
jasa lain ;
7. Penataan mengenai pengawasan kepatuhan ;
8. Pemberian kewenangan kepada pihak pelapor untuk menunda transaksi;
9. Perluasan kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap
pembawaan uang tunai dan instrumen pembayaran lain kedalam atau ke luar daerah pabean;
10.Pemberian kewenangan kepada penyidik tindak pidana asal untuk
menyidik dugaan tindak pidana pencucian uang;
11.Perluasan instansi yag berhak menerima hasil analisis atau pemeriksaan
PPATK;
12.Penataan kembali kelembagaan PPATK;
13.Penambahan kewenangan PPATK, termasuk kewenangan untuk
menghentikan sementara transaksi;
14.Penataan kembali hukum acara pemeriksaan tindak pidana pencucian
uang;dan
15.Pengaturan mengenai penyitaan harta kekayaan yang berasal dari tindak
pidana.
57
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Pasal 1 ayat (1), yang
dimaksud dengan pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini.58 Upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan
pemerintah seperti pembentukan undang-undang tindak pidana pencucian uang
masih belum bisa sepenuhnya mencegah dan mengatasi kejahatan pencucian uang
hal ini disebabkan berbagai aspek, yaitu :59
1. Lemahnya penegakan hukum, terlepas dari korupsi yang dilakukan oleh
para pejabat publik, masalah serius lainnya dalam menangani pencucian uang dan pelanggaran hukum. Dalam hal narkoba misalnya, para pengguna dan pemasok narkoba tidak benar-benar takut tertangkap karena hukuman maksimal terhadap para pengedarnya jarang dijatuhkan.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat, pada umumnya kesadaran masyrakat
umum tentang tindak pidana pencucian uang masih sangat rendah. Hanya sedikit orang yang memahami bahwa pencucian uang merupakan tindak pidana.
3. Lambatnya hukum badan legislatif, hal ini terlihat jelas, dimana Indonesia
menolak untuk mengesahkan rancangan undang-undang pada tahun 1996. Terdapat kekhawatiran bahwa pemberlakuan undang-undang dan
peraturan mengenai pencucian uang secara tergesa-gesa akan
menimbulkan resiko kaburnya modal investor ke luar negeri dan mengancam perekonomian nasional.
Kendala lainnya dalam penegakan hukum atas kejahatan pencucian uang
adalah persoalan pembuktian yang harus dilakukan oleh Jaksa. Undang-undang
tindak pidana pencucian uang menganut sistem pembuktian terbalik, dimana
justru terdakwa yang diwajibkan untuk membuktikan bahwa ia bersalah.
Ketentuan ini menyimpang dari prinsip “jaksa membuktiakan”, yaitu prinsip
hukum pidana yang menganut bahwa jaksa diwajibkan membuktikan dalil-dalil
58
Aziz Syamsuddin, Op.Cit. hal.21.
59
dakwaan yang diajukan. Namun, adanya hak terdakwa demikian tidak berarti
bahwa jaksa penuntut umum tidak lagi mengajukan pembuktian sebaliknya,
namun bagi jaksa penuntut umum diberikan tetap keawajiban untuk membuktikan
dakwaannya. Pembuktian terdakwa hanya merupakan fakta yang menguntungkan
dirinya, pembuktian seperti ini lah yang disebut pembuktian terbalik terbatas.60
Menurut Raj Bhala, terdapat dua hal mendasar dalam setiap penuntutan
pencucian uang yang merupakan tugas Jaksa.
Pertama, pemahaman unsur-unsur tindak pidana pencucian uang yang sangat rumit. Permasalahan akan semakin meningkat manakala kejahatan
itu melibatkan pengguna jasa wire system akiabat tuntutan efesiensi,
kecenderungan ekonomi, teknologi dan tuntutan kebutuhan pasar terbuka.
Kedua, saat ini hampir semua negara telah menerapkan wire transfer
system secara internal antar-bank dan lembaga keuangan. Ini merupakan cara memindahkan dana ilegal dengan cepat dan tidak mudah dilacak oleh jangkauan hukum, sekaligus pada saat yang sama terjadilah pencucian
uang dengan cara mengacaukan audit trail.61
Pada umumnya unsur yang harus dibuktikan dalam ketentuan
anti-pencucian uang adalah unsur subyektif (mens rea) dan unsur obyektifnya (actus
reus). Dalam mens rea, yang harus dibuktikan adalah knowledge (mengetahui
atau patut diduga) dan intended (bermaksud). Hal-hal mendasar yang telah
disebutkan berkaitan dengan terdakwa yang mengetahui dana tersebut berasal dari
hasil kejahatan dan terdakwa mengetahui tentang atau maksud untuk melakukan
transaksi. Namun pembuktian ini sulit karena apabila terdakwa sangat mungkin
dapat menyembunyikan hasil kejahatannya secara baik. Oleh karena penegakan
hukum progresif menjadi faktor yang sangat penting dalam mencegah TPPU.62
60
Yusup Saprudin, Op.Cit., hal.89
61
Raj Bhala dalam Philips Darwin, Money laundering –cara memahami dengan tepat dan benar soal pencucian Uang,Penerbit Sinar Ilmu,2021,hal. 99.
62
B.Objek dan Tahapan Tindak Pidana Pencucian Uang 1. Objek Pencucian Uang
Pencucian uang merupakan kejahatan bawaan (derifative crime) yang
selalu didahului oleh kejahatan asal (predicate crime). Karena sifatnya yang
demikian, maka pencucian uang tidak akan pernah terjadi kecuali didahului oleh
kejahatan asal. Harta hasil dari kejahatan asal itulah yang menjadi objek dari
pencucian uang, di mana harta tersebut diproses sedemikian rupa sehingga
asal-usulnya tidak pernah diketahui dan akhirnya menjadi harta yang sah. Objek
pencucian uang mula-mula dilakukan hanya terhadap uang yang diperoleh dari
lalu lintas perdagangan narkotika. Namun kemudian objek pencucian uang
diperlukan pula untuk dilakukan terhadap harta-harta yang diperoleh dari
sumber-sumber kejahatan lain.63
Sarah N. Welling, menyatakan bahwa adanya pencucian uang dimulai
dengan adanya dirty money (uang kotor). Uang dapat menjadi kotor yaitu melalui
dua cara yaitu melalui cara pengelakan pajak dan cara melanggar hukum.64
Kedua cara tersebut ialah antara lain :65
1. Proses penghasilan uang tersebut melalui pengelakan pajak (tax evasion).
Dalam kejahatan ini, seseorang atau perusahaan memberikan laporan
pembayaran pajak lebih sedikit dari jumlah uang sebenarnya yang mereka peroleh
dari bisnis yang legal.
Status uang dalam perbuatan ini dibedakan menjadi : (1) Asal usul uang
63
Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit, hlm. 7.
64
Sarah N. Welling dalam Andrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung : PT Citra aditya Bakti, hal.16.
65
itu adalah halal tetapi kemudian menjadi haram karena tidak dilaporkan kepada
otoritas pajak; (2) Uang itu sejak semula merupakan uang haram karena diperoleh
melalui cara-cara illegal. Praktik-praktik pencucian uang memang awalnya
dilakukan terhadap uang yang diperoleh dari lalu lintas perdagangan narkotika
dan obat-obatan terlarang. Namun pencucian uang kemudian dilakukan terhadap
uang-uang yang diperoleh dari sumber-sumber kejahatan lain.
2. Memperoleh uang melalui cara-cara yang melanggar hukum.
Uang kotor dapat diperoleh melalui cara-cara yang melanggar hukum,
seperti korupsi, perdagangan narkotika, perjudian gelap, penyuapan, terorisme,
prostitusi, perdagangan senjata illegal, penyelundupan minuman keras, bisnis
pornografi, dan kejahatan kerah putih (white collar crime), termasuk korupsi.
Uang haram inilah yang kemudian diproses sedemikian rupa melalui pencucian
uang sehingga tampak sebagai uang halal.
Undang-undang tentang pencucian uang di berbagai negara juga telah
memperluas objek pencucian uang tidak hanya yang berasal dari perdagangan
narkotika saja. Begitu pula di negara Indonesia, objek pencucian uang juga
diperluas seperti yang termuat dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang. Jadi objek pencucian uang adalah dirty money (uang kotor) yang dihasilkan
dari kejahatan asal, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 2 Ayat (1) UU No. 8
Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak pidana Pencucian
Tindak pidana yang dimaksud ialah harta kekayaan yang diperoleh dari
u. di bidang kehutanan di bidang lingkungan hidup
v. di bidang kelautan dan perikanan
w. atau tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara empat
tahun atau lebih,
yang dilakukan diwilayah negara kesatuan Republik Indonesia atau di luar wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.
Dikenal dengan asas double criminality (kriminalitas ganda) yaitu tindak
pidana tersebut dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana itu juga
merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia. Walaupun tidak dapat
diketahui pasti nilai uang yang dicuci setiap tahun melalui pencucian uang, tetapi
jumlahnya diperkirakan sangat besar. Itulah sebabnya pencucian uang menjadi
66
industri terbesar ketiga didunia. Perkiraan paling mutakhir menunjukkan bahwa
nilai dari aktivitas pencucian uang di seluruh dunia adalah sekitar satu triliun dolar
pertahun. Sedangkan, pencucian uang yang berasal dari perdagangan narkotika
sendiri bernilai 300-500 miliar dolar.67
2. Tahapan dalam Tindak Pidana Pencucian uang
Secara sederhana aktivitas pencucian uang dapat dilakukan melalui
perbuatan memindahkan, menggunakan, atau melakukan perbuatan lainnya
terhadap hasil suatu tindak pidana, baik itu pelakunya organisasi maupun individu
yang melakukan tindak pidana dengan maksud menyembunyikan atau
menaburkan asal-usul uang tersebut sehingga dapat digunakan seolah-olah
sebagai uang yang halal. Instrumen yang paling dominan dalam tindak pidana
pencucian uang biasanya menggunakan sistem keuangan seperti perbankan. 68
Perbankan merupakan alat utama yang paling menarik digunakan dalam
pencuciana uang mengingat perbankan merupakan lembaga keuangan yang paling
banyak menawarkan instrumen keuangan. Pemanfaan bank dalam pencucian uang
dapat berupa :69
1. Menyimpan uang hasil tindak pidana dengan nama palsu.
2. Menyimpan uang di bank dalam bentuk deposito/tabungan/rekening/giro.
3. Menukar pecahan uang hasil kejahatan dengan pecahan lainnya yang lebih
besar atau yang lebh kecil.
4. Menggunakan fasilitas transfer.
5. Melakukan transaksi eksport-import fiktif dengan menggunakan L/C
dengan memalsukan dokumen bekerja sama dengan oknum terkait;
Pencucian uang biasanya termanifestasi dalam transaksi yang berkali-kali
dan sering kali dilakukan secara simultan, jika demikian maka kegiatan tersebut
wajib diwaspadai oleh semua pihak.70 Pada dasarnya tindak pidana pencucian
uang tersebut terdiri dari tiga tahapan yang masing-masing tahapan berdiri sendiri,
tetapi seringkali dilakukan bersama-sama, tahapan pencucian uang tersebut
adalah:71
1. Placement (Penempatan Uang)
Placement adalah penempatan dana yang dihasilkan dari perbuatan kriminal atau tahap awal dari pencucian uang haram. Uang/aset ditempatkan pada
sistem financial (keuangan) atau diselundupkan ke luar negeri, tujuannya untuk
memindahkan uang/asset tersebut dari sumber asalnya. Untuk menghindari
pengawasan pihak berwajib dan kemudian mengkonversikannya kedalam bentuk
aset yang berbeda atau modus operandinya adalah dana ditempatkan jauh dari
lokasi kejahatan. Dana tunai yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana
dalam bentuk yang lebih mudah untuk dipindahkan dan tindak dicurigai untuk
selanjutnya diproses dalam sistem keuangan, terutama sistem perbankan, sehingga
jejak seputar asal-usul dana tersebut dapat dihilangkan.72
Penempatan dana juga dapat dilakukan dengan perdagangan efek dengan
pola yang dapat menyembunyikan asal muasal dari uang tersebut. Penempatan
uang tersebut biasanya dilakukan dengan pemecahan sejumlah besar uang tunai
menjadi jumlah kecil yang tidak mencolok untuk ditempatkan dalam sistem
keuangan baik dengan menggunakan rekening simpanan bank, atau dipergunakan
70
Ivan Yustiavanda, Arman Nefi dan Adiwarman, Op.Cit., hal. 58.
71
Imam Sjahputra, Money Laundering (Suatu Pengantar), Harvarindo, 2006, hal. 3.
72
untuk membeli sejumlah instrument keuangan yang akan ditagih dan selanjutnya
didepositokan di rekening bank yang berada dilokasi lain.
Placement dapat pula dilakukan dengan pergerakan fisik dari uang tunai, baik melalui penyelundupan uang tunai dari suatu negara ke negara lain, dan
menggabungkan uang tunai yang bersal dari kejahatan dengan uang yang
diperoleh dari kegiatan yang sah. Proses placement merupakan titik paling lemah
dalam perbuatan tindak pidana pencucian uang.73 Bermacam-macam cara dapat
dilakukan bagi kepentingan placement, yaitu seperti :74 pembukaan rekening efek
pada perusahaan efek dan pembelian unit penyertaan pada instrument reksadana,
penyelundupan uang, penukaran mata uang, dan pembelian aset.
2. Layering ( Transfer )
Layering adalah upaya untuk menstransfer harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil ditempatkan pada penyedia jasa keuangan
terutama bank sebagai hasil upaya penempatan ke penyedia jasa keuangan
lainnya. Transfer harta kekayaan hasil kejahatan ini dilakukan berkali-kali,
melintasi negara, memanfaatkan semua wahan investasi.75
Jumlah dana yang sangat besar dan ditempatkan pada suatu Bank tentu
akan menarik perhatian dan menimbulkan kecurigaan pihak otoritas moneter
negara bersangkutan akan asal-usulnya. Karena itu, pelaku melakukan layering
melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk memutuskan atau memisahkan
hubungan antara dana yang tersimpan di bank dan tindak pidana yang menjadi
sumber dana tersebut. Adanya jumlah uang yang berbeda-beda dengan frekuensi
73
Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adiwarman, Op.Cit., hal.58
74Ibid
., hal 59
75Ibid
transfer dana yang tinggi semakin mempersulit proses pelacakan. Perpindahan
dana tersebut tidak dilakukan satu kali saja melainkan berkali-kali dengan tujuan
mengacaukan alur transaksi, sehingga tidak dapat dikejar ataupun diikuti
alurnya.76 Dalam kegiatan ini, terdapat proses pemindahan dana dari beberapa
rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil penempatan ketempat lain melalui
serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan
menghilangkan jejak dana tersebut. Bentuk kegiatan ini antara lain: (1) Transfer
dana dari suatu bank ke bank lain dan atau antar wilayah/Negara; (2) pengiriman
simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung transaksi yang sah; (3)
memindahkan uang tuani lintas batas negara melalui jaringan kegiatan yang sah
atau shell company. 77
3. Integration (menggunakan harta kekayaan)
Tahap akhir dalam tindak pidana pencucian uang ialah tahap integration
(menggunakan harta kekayaan). Integration adalah upaya menggunakan harta
kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan
kedalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan
untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk membiayai kembali
kegiatan pidana. Dalam melakukan pencucian uang, pelaku tidak terlalu
mempertimbangkan hasil yang akan diperoleh dan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan. Karena tujuan utamanya adalah untuk menyamarkan atau
menghilangkan asal-usul uang, sehingga hasil akhirnya dapat dinikmati atau
76
Aziz Syamsuddin,Op.Cit., hal.20.
77
digunakan secara aman.78 Integration pada dasarnya adalah tahapan dimana pelaku telah berhasil mencuci dananya dalam sistem keuangan atau tahapan
dimana dana yang telah dicuci diharapkan dapat disejajarkan dengan dana yang
sah secara hukum maupun ekonomi. Pada tahap ini uang yang dicuci melalui
placement maupun layering di alihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi, sehingga tampak tidak berhubungan sama sekali dengan aktivitas kejahatan
sebelumnya yang menjadi sumber dari uang tersebut. Ditahap ini, uang yang
telah dicuci dimasukkan kedalam sirkulasi dengan bentuk yang sejalan dengan
aturan hukum. Proses integration ini terjadi apabila proses layering berhasil
dengan baik, dan proses layering hanya dapat dilakukan apabila placement
berhasil dilakukan.79Integration melibatkan pemindahan sejumlah dana yang telah
melewati proses pelapisan yang diteliti dan kemudian disatukan dengan dana yang
berasal dari kegiatan legal ke dalam arus perputaran dana global yang begitu
besar.80
Berdasarkan tahapan terjadinya pencucian uang tersebut ada beberapa
tipologi yang sering digunakan dalam proses pencucian uang, yaitu antara lain :81
1. Penyembunyian dalam perusahaan
Tipologi ini ditandai dengan penyembunyian hasil tindak pidana ke dalam
aktivitas bisnis dan perusahaan. Modus operandi ini dilakukan dengan melakukan
pencampuran antara transaksi bisnis yang sah dengan ilegal. Adapun indikator
dari modus operandi ini antara lain pelaku tindak pidana pencucian uang biasanya
78Ibid 79
Ivan Yustiavan dana, Arman Nefi, Adiwarman, Op.Cit., hal.63
80
Aziz Syamsuddin,Op.Cit., hal.21.
81
memiliki kendali atas perusahaan yang digunakan untuk pencucian uang, baik
hubungan sebagai beneficial owner atau hubungan kekerabatan atau pertemanan
dengan pemilik perusahaan. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko
bocornya informasi kepada penegak hukum dari dalam perusahaan itu sendiri.
Modus operandi pencucian uang melalui struktur bisnis ini juga terlihat
dari banyaknya transaksi perusahaan ke rekening pribadi perorangan, di mana
biasanya tidak memiliki tujuan transaksi yang jelas dengan perusahaan, dan
dilakukan dalam jumlah yang cukup besar. Untuk mengurangi kecurigaan PJK
maka transfer dilakukan dengan menggunakan mata uang asing.
Perusahaan yang digunakan untuk pencucian uang biasanya perusahaan
yang transaksinya menggunakan transaksi tunai seperti klub malam dan restoran.
Hubungan antara pelaku tindak pidana dengan perusahaan dapat disembunyikan
dengan cara struktur kepemilikan perusahaan. Selain itu, modus operandi
pencucian uang ini juga didukung dengan rendahnya biaya pendirian perusahaan
di beberapa negara dan banyaknya jasa pendirian perusahaan yang ada di seluruh
dunia yang dapat memfasilitasi pembuatan persahaan dan manajemen dalam
rangka pencucian uang.
2. Penyalahgunaan bisnis yang sah
Tipologi ini dilakukan oleh pencuci uang yang menggunakan bisnis atau
perusahaan yang telah ada sedang berjalan untuk melakukan proses pencucian
uang. Perusahaan tersebut tidak menyadari bahwa dananya berasal dari tindak
pidana. Manfaat utama penggunaan bisnis yang sah adalah agar dana hasil tindak
dana sebenarnya yang melakukan tindak pidana. Risiko bagi bisnis sah tersebut
adalah jika skema pencucian uang ditemukan oleh penegak hukum, bahkan jika
pengurus perusahaan tidak dituntut untuk tindak pidana pencucian uangnya, maka
reputasi perusahaan tersebut akan menderita secara signifikan karena liputan
media. Kebutuhan pelaku pencucian uang untuk mencoba mencuci dana
menggunakan bisnis yang sah karena semakin meningkatnya insitusi keuangan di
seluruh dunia yang tidak mau menerima dana pribadi tanpa informasi lebih
lanjut.82
3. Penggunaan identitas dan dokumen palsu
Penggunaan dokumen dan identitas palsu untuk membuka rekening atau
melakukan transaksi banyak digunakan oleh para pelaku tindak pidana untuk
memutus hubungan antara aset dan tindak pidana. Bahkan jika pelaku tindak
pidana ditangkap dan dipenjarakan, aset tersebut dapat tetap dinikmati setelah
keluar dair penjara. Dokumentasi palsu memiliki peran penting dalam melakukan
upaya penipuan, juga dapat digunakan untuk menutupi upaya pencucian uang.
Faktur palsu, bukti transaksi, dan dokumentas perjalanan yang telah dilaporkan
dan digunakan sebagai bagian dari pembenaran dana, diberikan kepada
lembaga-lembaga keuangan.
4. Eksploitasi permasalahan negara internasional
Beberapa pelaku pencucian uang selalu memindahkan dan menyimpan
uang-uang tidak sah tersebut ke negara-negara yang dikenal mempunyai
undang-undang kerahasiaan bank yang ketat, persyaratan identifikasi yang lemah,
82Ibid
persyaratan laporan yang lemah, hukum perpajakan yang lemah, persyaratan
pendirian perusahaan yang minim, dan lemahnya pengaturan atas pembatasan
mata uang.
5. Penggunaan jenis aset tak bernama
Pelaku tindak pidana menyadari bahwa aparat penegak hukum mengalami
kesulitan dalam melakukan pelacakan keuangan sehingga menyulitkan para
penegak hukum untuk mendeteksi dan membuktikan adanya hubungan antara
tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana dengan hasil tindak
pidana.
Beberapa hasil tindak pidana tersebut termasuk dalam jenis Anonymous
Asset, seperti : uang tunai, perhiasan, logam mulia, beberapa sistem pembayaran
elektronik, dan beberapa produk keuangan yang menggunakan numbered
personal accounts. Modus tersebut banyak digunakan dalam jaringan perdagangan narkoba. Berdasarkan laporan sejumlah kasus di seluruh dunia,
pengguna biasanya ingin membayar tunai untuk tetap tidak terhubung dengan
pemasok, dan pemasok kemudian memiliki kebutuhan untuk masuk ke suatu
wilayah.83
D. Alasan Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang
Kemajuan teknologi informasi dan arus globalisasi terutama di sektor
perbankan serta lembaga keuangan lainnya, seperti perusahaan sekuritas, asuransi,
dan perusahaan pembiayaan, menjadikan industri keuangan sebagai lahan bagi
para pelaku pencucian uang. Para pelaku perseorangan maupun korporasi setiap
83Ibid
saat dapat memanfaatkan bank untuk kegiatan tersabut. Jasa dan produk
perbankan memungkinkan terjadinya lalu lintas atau perpindahan dana dari suatu
bank ke bank atau lembaga keuangan lainnya sehingga asal usul uang menjadi
sulit dilacak oleh penegak hukum.
Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang yang
dilakukan pemerintah seperti pembentukan undang-undang tindak pidana
pencucian uang masih belum bisa sepenuhnya mencegah dan mengatasi kejahatan
pencucian uang. Penyebab tidak sepenuhnya tindak pidana pencucian uang dapat
dicegah dan diberantas disebabkan berbagai aspek, yaitu lemahnya penegakan
hukum, kurangnya kesadaran masyarakat, dan lambatnya hukum badan legislatif
dalam menjalankan tugasnya. Beragam alasan untuk memerangi pencucian uang,
karena berdampak buruk pada perekonomian, baik secara makro maupun mikro,
karena pencucian uang bersifat korosif terhadap sendi-sendi perekonomian.84
Jhon McDowell dan Gary Novis menyebutkan betapa merusaknya pencucian uang terhadap banyak aspek kehidupan. Pencucian uang secara potensial menghancurkan ekonomi, keamanan, dan membawa dampak sosial. Secara makro, baik langsung atau tidak langsung, pencucian uang dapat mengganggu berbagai sistem ekonomi, sistem sosial dan sistem
politik suatu negara.85
Secara umum ada tiga alasan kejahatan pencucian uang perlu diperangi
dan dinyatakan sebagai tindak pidana yaitu : 86 Pertama, karena pencucian uang
dapat mempengaruhi sistem keuangan dan ekonomi yang diyakini berdampak
negatif bagi perekonomian, misalnya terhadap efektifitas penggunaan sumber
daya dan dana. Dengan adanya pencucian uang, maka sumber daya dan dana
84
Ivan Yustiavan dana, Arman Nefi, Adiwarman, Op.Cit., hal.12.
85
Jhon McDowell dan Gary Novis dalam Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adiwarma,
Op.Cit., hal.12.
86
kerap digunakan untuk kegiatan tak sah dan merugikan masyarakat. Uang hasil
tindak pidana pencucian uang dapat saja beralih dari suatu negara yang
perekonomiannya baik maupun ke negara yang perekonomiannya kurang baik.
Karena pengaruh negatifnya pada dasarnya bisa mengakibatkan ketidakstabilan
perekonomian internasional, sehingga besar kemungkinan tindak pidan pencucian
uang mengakibatkan ketidakstabilan perekonomian internasional, dan uang yang
terorganisir juga bisa membuat ketidakstabilan pada perekonomian nasional.
Kedua, karena kriminalisasi pencucian uang sebagai tindak pidana akan
lebih memudahkan penegak hukum menyita hasil tindak pidana, misalnya aset
yang susah dilacak atau yang sudah dipindah tangankan kepada pihak ketiga.
dengan cara menyita hasil pencucian uang ini, maka pelarian uang hasil tindak
pidana dapat dicegah. Dengan demikian pemberantasan tindak pidana sudah
beralih orientasinya dari “menindak pelakunya‟ kearah menyita “hasil tindak
pidananya”.87
Ketiga, dengan dinyatakannya pencucian uang sebagai dan dengan adanya
sistem pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu dan transaksi yang
mencurigakan, maka hal ini lebih memudahkan bagi para penegak hukum untuk
menyelidiki kasus pidana sampai tokoh-tokoh yang ada dibelakangnya.
Tokoh-tokoh ini sulit dilacak dan ditangkap karena pada umumnya mereka tidak
kelihatan pada pelaksanaan suatu tindak pidana, tetapi banyak menikmati
hasil-hasil tindak pidana. Aktivitas pencucian uang menjadi penyebab turunnya
pertumbuhan ekonomi suatu negara dan tingginya kejahatan. Fenomena tersebut
87Ibid
tetap berlangsung sampai sekarang, walaupun secara faktual industri keuangan
bertumbuh dan berkembang dengan sangat pesat, tetapi tanpa diikuti dengan
pertumbuhan ekonomi yang wajar. 88 Pembangunan ekonomi tidak akan berarti
banyak apabila tindak pidana pencucian uang masih terus terjadi. Pemberantasan
pencucian uang akan menjadikan perekonomian stabil dan berkesinambangungan
secara wajar. Sejumlah dampak buruk Tindak Pidana Pencucian Uang yang juga
menjadi alasan suatu tindak pidana pencucian itu harus di berantas, yaitu antara
lain :89
a. Melemahkan sektor swasta yang sah
Sektor swasta paling menderita akibat pencucian uang. Pelaku pencucian
uang dapat mendirikan berbagai perusahaan topeng yang bergerak dalam berbagai
kegiatan bisnis. Pelaku pencucian uang seringkali menggunakan perusahaan
topeng untuk mencampur hasil-hasil kejahatan dengan dana-dana yang sah dan
menyembunyikan pendapatan yang sah dari hasil kejahatan. Di Amerika Serikat
misalnya, kejahatan terorganisasi menggunakan toko-toko pizza (pizza parlors)
untuk menyembunyikan uang hasil perdagangan heroin. Perusahan-perusahaan
tersebut memiliki akses pada dana-dana haram yang besar jumlahnya. Hal ini
memungkinkan mereka mensubsidi berbagai barang dan jasa yang dijualnya
untuk kemudian dijual jauh dibawah harga pasar. Bahkan mereka menawarkan
barang tersebut dibawah biaya produksinya. Dengan demikian mereka memiliki
keuntungan kompetitif dan membangkrutkan perusahaan-perusahaan saingannya
88Ibid
., hal.27.
89
yang bekerja secara sah.90 Bila keadaan tersebut berlansung lama, maka
perusahaan-perusahaan sah tidak dapat bertahan. Akibatnya, akan terjadi
penutupan perusahaan yang sah dan yang tersisa adalah
perusahaan-perusahaan milik kelompok penjahat, sehingga kejahatan semakin sulit
dihancurkan, karena pasokan dananya terus mengalir dari perusahaan-perusahaan
milik kelompok kejahatan tersebut.91
b. Merusak integritas pasar keuangan
Pencucian uang juga menghancurkan integritas pasar keuangan. Jika uang
hasil kejahatan masuk ke institusi keuangan, yang biasanya dalam jumlah besar
maka hampir dapat dipastikan hal itu akan menimbulkan masalah likuiditas.
Institusi keuangan yang menerima hasil kejahatan memiliki tantangan tambahan
dalam mengelola aset, liabilitas dan operasi mereka.
Pelaku pencucian uang berinvestasi di pasar keuangan hanya bermaksud
melegitimasi uang hasil kejahatan. Bila uang hasil kejahatan tersebut berhasil
masuk ke sistem keuangan, maka tujuan untuk melegalkan uang hasil kejahatan
berhasil. Dalam keadaan demikian, pemilik uang tersebut dapat kapan saja
menarik uangnya. Penarikan uang yang telah dicuci menyebabkan krisis likuiditas
dan kegagalan bank, karena bank mengelola sebagian besar uang hasil
kejahatan.92 Lembaga-lembaga keuangan bisa menghadapi bahaya likuiditas jika
mengandalkan kegitanya pada dana hasil kejahatan uang dalam jumlah besar yang
90
Philips Darwin, Op.Cit., hal.32.
91
Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adiwarman, Op.Cit. hal.15
92Ibid.,
baru saja ditempatkan di lembaga-lembaga keuangan bisa tiba-tiba menghilang
karena dipindahkan melalui wire transfers. 93
c. Menghilangkan kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonominya
Pencucian uang dapat melenyapkan kontrol pemerintah atas kebijakan
ekonomi. Dibeberapa negara pasar yang baru tumbuh dana haram itu dapat
mengurangi anggaran pemerintah sehingga mengakibatkan hilangnya kendali
pemerintah terhadap kebijakan ekonominya. Pencucian uang dapat pula
menimbulkan dampak yang tidak diharapkan terhadap nilai mata uang dan tingkat
suku bunga. Hal ini terjadi karena pelaku pencucin uang menggunakan dana yang
sudah dicucinya untuk diinvestasikan kembali di negara-negara yang tidak
mampu mendeteksinya.94
d. Menimbulkan distorsi dan ketidakstabilan ekonomi
Karena tujuan pencucian uang bukan untuk memeperoleh keuntungan,
melainkan untuk melindungi uang hasil kejahatannya, maka investasi yang
dilakukan pun tidak memiliki tujuan atau motif ekonomi. Para pelaku pencucian
uang tidak tertarik untuk memperoleh keuntungan dari berbagai investasi yang
mereka lakukan.
Mereka justru lebih tertarik untuk melindungi hasil kejahatan yang
memang sangat menguntungkan. Oleh karena itu mereka menginvestasikan
dana-dananya pada kegiatan-kegiatan yang secara ekonomis tidak bermanfaat bagi
93
Philips Darwin, Loc.Cit.
94Ibid
negara yang mereka jadikan muara penempatan dana. Akibatnya, akan
menimbulkan pertumbuhan ekonomi negara terganggu.95
e. Meningkatkan ancaman terhadap ketidakstabilan moneter
Pencucian uang mengakibatkan terjadinya misalokasi sumber daya karena
distorsi-distorsi aset dan rekayasa harga-harga komoditas. Pencucian uang dapat
menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
pada jumlah permintaan terhadap uang dan nilai tukar mata uang. Pencucian uang
yang tidak dapat diduga itu, ditambah dengan hilangnya kendali pemerintah
terhadap kebijakan ekonominya, akan mempersulit tercapainya kebijakan
ekonomi yang sehat.96
f. Menghilangkan pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak
Pencucian uang dapat menghilangkan pendapatan pemerintah dari sektor
pajak sehingga secara tidak langsung merugikan para pembayar pajak yang jujur.
Bahkan pengumpulan pajak oleh pemerintah pun menjadi semakin sulit. Dana
halal yang pajaknya tidak dibayarkan pajaknya sehingga menghilangkan
pendapatan negara tersebut justru memunculkan tingakat pembayaran pajak yang
lebih tinggi daripada pembayaran pajak yang normal.97
g. Beresiko terhadap reputasi
Pencucian uang dapat merusak reputasi suatu negara. Kepercayaan pasar
akan terkikis karena kegiatan-kegiatan pencucian uang dan kejahatan-kejahatan di
bidang keuangan di suatu negara besangkutan. Indikasi hilangnya reputasi negara
sebagai akibat pencucian uang adalah hilangnya kepercayaan inverstor terhadap
95Ibid
., hal.34.
96Ibid 97Ibid
pasar negara yang bersangkutan. Rusaknya reputasi negara akibat pencucian uang
menyebabkan negara yang bersangkutan kehilangan kesempatan yang sah untuk
memperoleh keuntungan dari industri keuangannya. Apabila reputasi keuangan
suatu negara rusak, sulit untuk memulihkannya karena membutuhkan sumber
daya pemerintah yang sangat signifikan, butuh waktu dan upaya yang sangat keras
untuk mengembalikan reputasi dan kepercayaan sistem keuangan suatu negara.98
h. Menimbulkan biaya sosial
Pencucian uang merupakan proses yang penting bagi organisasi untuk
dapat melaksanakan kegiatan kejahatan paran pelaku kejahatan pencucian uang.
Misalnya pencucian uang dari kejahatan dalam hal narkotika memungkinkan para
penjual dan pengedar, penyelundup narkotika, dan penjahat lainnya untuk
memperluas kegiatannya. Meluasnya kegiatan kejahatan tersebut mengakibatkan
tingginya biaya pemerintah untuk meningkatkan upaya penegakan hukum dalam
rangka memberantas kejahatan tersebut beserta segala konsekuensinya.99
Pencucian uang menimbulkan biaya sosial dan resiko karena dilakukan
oleh organisasi-organisasi kejahatan, termasuk berpindahnya kekuatan ekonomi
pasar, pemerintah, dan warga negara kepada para pelaku kejahatan tersebut.
Bahkan tidak mustahil dalam kasus yang ekstrim dapat mengakibatkan terjadinya
pengambilalihan kekuasaan pemerintah yang sah.100
98
Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adiwarma, Op.Cit., hal.20.
99Ibid.,
hal.21.
100
E. Pembentukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) didirikan
pada tanggal 17 April 2002, bersamaan dengan disahkannya UU Nomor 15 Tahun
2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang telah diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang. Secara umum, keberadaan lembaga ini dimaksudkan
sebagai upaya Indonesia ikut serta bersama dengan negara-negara lain
memberantas kejahatan lintas negara yang terorganisir seperti terorisme dan
pencucian uang.
Undang-undang tindak pidana pencucian uang di dalamnya juga
ditentukan struktur organisasi PPATK yang terdiri dari seorang kepala dan
dibantu oleh wakil kepala, Jabatan struktural, Jabatan fungsional. Yang dimaksud
dengan jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada disebutkan dalam
struktur organisasi, sedangkan yang dimaksud dengan jabatan fungsional adalah
jabatan yang secara tidak tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi dari
sudut fungsinya di perlukan oleh organisasi, seperti peneliti, dokter, pustakawan,
dan lain-lain yang serupa dengan itu.101
Kepala dan wakil kepala PPATK diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden atas usul Menteri Keuangan. Sedangkan masa jabatannya kepala dan
wakil kepala PPATK adalah lima tahun dan hanya dapat diangkat kembali hanya
untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Dalam hubungan ini, ketentuan megenai
101
susunan organisasi dan tata kerja PPATK selanjutnya diatur dengan peraturan
presiden. Secara nasional, lahirnya institusi sentral (focal point) di dalam rezim
anti-pencucian uang di Indonesia ini diharapkan dapat membantu penegak hukum
yang berkaitan bukan saja dengan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan
terorisme, melainkan juga semua tindak pidana berat lainnya yang menghasilkan
uang. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,
yang telah disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang secara tegas
menyatakan pembentukan PPATK sebagai lembaga dengan misi khusus
mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang di Indonesia.102
Keberadaan lembaga khusus ini sangat diperlukan mengingat PPATK
sebagai Financial Intelligence Unit (FIU) di Indonesia memiliki peranan sangat
penting dan strategis dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang. Di setiap negara terdapat Financial Intelligence Unit (FIU) adalah lembaga
permanen yang secara khusus menangani tindak pidana pencucian uang, yang
sekaligus merupakan salah satu infrastruktur terpenting dalam rezim anti
pencucian uang.103
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh banyak negara untuk mencegah
dan memberantas pencucian uang, pada awalnya merupakan bagian yang tidak
dipisahkan dari upaya perlawanan terhadap pedagang gelap obat bius dan
aktifitas-aktifitas lainnya dari organisasi kejahatan. Keterkaitan antara tindak
102
Yusup Saprudin,Op.Cit. hal.54.
103
pidana pencucian uang dengan tindak pidana lain yang menghasilkan uang
sesungguhnya sangat erat dan sering kali suatu tindak pidana pencucian uang
terungkap setelah dilakukannya investigasi tindak pidana pencucian uang.
Mengingat bahwa kejahatan pencucian uang berdampak sangat buruk terhadap
perekonomian nasional maupun internasional, maka perlu mengambil langkah dan
tindakan konkrit untuk mencegah dan memberantasnya seperti yang dilakukan
pemerintah Indonesia yaitu membentuk Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, selain itu
juga pemerintah telah membentuk lembaga khusus yang menangani tindak pidana
pencucian uang ini yaitu Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK). Namun, dalam hal ini disadari sepenuhnya bahwa untuk dapat
mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang tidak semata-mata
hanya memerlukan pengetahuan tentang hukum dan peraturan, tetapi juga
membutuhkan pengetahuan yang luas dan mendalam di bidang keuangan,
akunting, dan keterkaitannya dengan kegiatan bisnis-bisnis lainnya.104
1. Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK
Undang-undang tindak pidana pencucian uang telah menentukan tugas,
fungsi dan wewenang PPATK, dimana PPATK itu sendiri merupakan lembaga
yang independen dan bertanggungjawab kepada Presiden.105 Didalam
melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya PPATK besifat independen dan
bebas dari campur tangan dan pengaruh kekuasaan manapun, PPATK
bertanggung jawab kepada Presiden, dan dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan
104Ibid
., hal.72.
105
kewenangan tersebut setiap orang dilarang melakukan segala bentuk campur
tangan dan PPATK wajib menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur
tangan dari pihak manapun dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan
kewenangannya tersebut.106
Pasal 39 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyebutkan PPATK mempunyai
tugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.107 Dalam
melaksanakan tugas tersebut PPATK mempunyai fungsi sebagaimana diatur
dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 yaitu antara lain :108
1. Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;
2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK;
3. Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor; dan
4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan
yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) undang-undang ini.
PPATK bukan institusi investigatif, karena PPATK tidak memiliki fungsi
penyelidikan. Karena kalau badan ini memeliki fungsi penyelidikan, maka salah
satu tugas pokoknya ialah mencari fakta dan bukti-bukti atas segala hal yang
berhubungan dengan tindak pidana pencucian uang. Sehubungan dengan itu,
PPATK harus aktif melakukan pengawasan pada semua lembaga penyedia jasa
keuangan atau pihak lain yang melaksanakan transaksi keuangan dengan
memeriksa catatan pembukuan, dan keterangan-keterangan lainnya.109
106
R.Wiryono. Op.Cit., hal.158.
107
Pasal 39 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
108
Pasal 40 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
109
Kontribusi PPATK bagi penyidik sangat besar, terutama dalam
mendukung penyelidikan tentang finansial dan aliran dana para pelaku yang
memang bukan merupakan keahlian dari para penyidik polri. Kemudian, peranan
PPATK lainnya sangat membantu dalam hal koordinasi dengan PJK dalam
pencarian barang bukti berupa produk bank yang berhubungan dengan rekening
milik tersangka untuk membuktikan adanya transaksi yang mencurigakan.110
Fungsi PPATK sangat penting karen merupakan kunci untuk membongkar praktik
pencucian uang, dimana lembaga ini merupakan lembaga independen yang akan
melakukan fungsi penyelidikan yaitu mengumpulkan, menyimpan, menganalisis,
mengevaluasi informasi transaksi yang dicurigai dan diduga sebagai perbuatan
pencucian uang, sebelum informasi itu diteruskan kepada penyidik untuk diproses
berdasarkan KUHAP.111
PPATK dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang, seperti yang disebutkan dalam Pasal 41 UU TPPU
PPATK memiliki beberapa kewenangan yaitu :
a. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah
dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu.
b. Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan
c. Mengoordinasi upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dengan
instansi terkait.
d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan
tindak pidana pencucian uang.
e. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum
internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
f. Menyelenggaran program pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang.
110Ibid
., hal.60.
111
g. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
PPATK dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi,
PPATK memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan sistem informasi. Yang
dimaksud menyelenggarakan sistem informasi ialah bahwa PPATK:112
1. membangun, mengembangkan dan memelihara sistem aplikasi.
2. membangun, mengembangkan, dan memelihara infrastuktur jaringan
komputer dan basis data.
3. mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang telah diterima oleh
PPATK secara manual dan elektronik.
4. Menyimpan, memelihara data, dan informasi yang telah diterima oleh
PPATK secara manual dan elektronik.
5. Menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis.
6. Menfasilitasi pertukaran informasi dengan instansi terkait, baik dalam
negeri maupun luar negeri.
7. Melakukan sosialisasi penggunaan sistem aplikasi kepada pihak pelapor.
PPATK dalam rangka melaksakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan
pihak pelapor, dalam Pasal 43 UU TPPU menyebutkan maka PPATK memiliki
kewenangan antara lain :113
a. Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi pihak
pelapor.
b. Menetapkan kategori pengguna jasa yang berpotensi melakukan tindak
pidana pencucian uang.
c. Melakukan audit kepatuhan atau audit khusus,
d. Menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang yang
berwenang melakukan pengawasan terhadap pihak pelapor.
e. Memberikan peringatan kepada pihak pelapor yang melanggar kewajiban
pelaporan. Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha pihak pelapor.
f. Menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali pengguna jasa bagi
pihak pelapor yang tidak memiliki lembaga pengawas dan pengatur.
PPATK dalam melaksanakan fungsi analisis dan pemeriksaan laporan dan
informasi transaksi keuangan mencurigakan yang berindikasi tindak pidana
112Ibid
., hal.163
113Ibid
pencucian uang dan/atau tindak pidana lainnya, dalam Pasal 44 UU TPPU
menyebutkan maka PPATK memiliki kewenangan yaitu :114
a. Meminta dan menerima laporan dan informasi dari pihak pelapor
b. Meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait
c. Meminta informasi kepada pihak pelapor berdasarkan pengembangan
hasil, analisis PPATK. Meminta informasi kepada pihak pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri.
d. Meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta,
baik di dalam maupun diluar negeri.
e. Menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat menegenai adanya
dugaan tindak pidan pencucian uang.
f. Meminta keterangan kepada pihak pelapor dan pihak lain yang terkait
denagan dugaan tindak pidana pencucian uang
g. Merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya
melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh
atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan tindak pidana.
i. Meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang
dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang.
j. Mengadakan kegiatan adsministratif lain dalam lingkup tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan ketentuan undang-undang nomor 8 tahun 2010.
k. Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.
PPATK dalam melaksanakan kewenangannya sesuai dengan
undang-undang nomor 8 tahun 2010, maka terhadap PPATK tidak berlaku ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kode etik yang mengatur kerahasiaan.115
114Ibid
., hal.165.
115Ibid
2. Peranan PPATK dalam Mencegah dan Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang
Tujuan pembentukan lembaga PPATK adalah dalam rangka mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang. Pada dasarnya peran PPATK adalah
sebagai strategi untuk mengatasi kejahatan baik kejahatan asal maupun kejahatan
money laundering mengejar para pelaku kejahatan terutama profesionalnya, dan mengejar hasil harta kekayaan hasil kejahatan. PPATK sebagai FIU di Indonesia
memiliki peranan baik yang bersifat preventif maupun represif. PPATK sebagian
besar besifat preventif dalam mencegah kejahatan asal maupun tindak pidana
pencucian uang dengan menerima laporan transaksi keuangan mencurigakan,
laporan transaksi keuangan tunai, dan laporan pembawaan uang tunai dengan
menganalisa laporan tersebut dan menyerahkannya laporan hasil analisis kepada
penegak hukum. Disamping itu, sebagai institusi sentral (focal point) dalam
pencegahan dan pemberantasan pencucian uang, PPATK juga mengadakan
berbagai kegiatan dalam membangun kesadaran publik akan bahaya pencucian
uang.116
Pelaksanaan upaya preventif dalam menaggulangi tindak pidana pencucian
uang yang teleh dilakukan oleh PPATK yaitu baik secara eksplisit disebutkan
dalam undang-undang seperti mengeluarkan pedoman atau membuat peraturan
dan pengawasan tingkat kepatuhan penyedia jasa keuangan maupun yang secara
implisit seperti penyelengaraan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan. Kemudian
untuk represif sifatnya tidak langsung, sifatnya lebih dengan cara membantu
116
aparat penegak hukum memberikan informasi-informasi keuangan dalam rangka
mengungkapkan kasus-kasus yang ditangani.
Kerja sama yang dilakukan PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang diatur dalam Pasal 88 sampai Pasal 89 UU RI No.8
Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
yaitu sebagai berikut :117
1. Kerjasama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait
dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal.
2. Kerja sama internasional dilakukan oleh PPATK dengan lembaga sejenis
yang ada di negara lain dan lembaga internasional yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
3. Kerja sama internasional yang dilakukan PPATK dapat dilaksanakan
dalam bentuk kerjasama formal atau berdasarkan bantuan timbal balik atau prinsip resiprositas.
PPATK telah melakukan penandatangan kerja sama dengan FIU dari
beberapa negara sebagai bagian dari peranan PPATK dalam mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang, yaitu dengan FIU negara Filipina,
Australia, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Rumania, Belgia, Italia, Polandia,
Peru, Cina, Spanyol, Kanada, Meksiko, Amerika Serikat. Kerja sama dengan FIU
negara lain tersebut terutama berkaitan dengan pertukaran informasi intelijen di
bidang keuangan yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang. Informasi yang dipertukarkan bersifat rahasia dan
merupakan kewajiban masing-masing lembaga untuk menjaga kerahasiaannya,
tidak dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan, tidak dapat dieruskan
kepada pihak manapun tanpa izin tertulis dari pemilik informasi, serta
117
masing lembaga dapat menolak untuk memberikan informasi yang diminta jika
bertentangan dengan kepentingan negara masing-masing.118
Selain itu PPATK juga berperan untuk melakukan kerjasama dengan PJK
termasuk PJK bank sebagai salah satu pihak pelapor. PPATK bekerjasama
dengan PJK bank dalam hal meminta laporan dari PJK bank apabila ada indikasi
transaksi keuangan mencurigakan dari suatu transaksi yang dilakukan nasabah
dengan bank, yang kemudian terhadap laporan yang telah diberikan PJK bank
tersebut akan dianalisis oleh PPATK, untuk mengetahui benar atau tidaknya suatu
transaksi yang dilaporkan PJK bank tersebut merupakan transaksi keuangan
mencurigakan atau tidak. Bank merupakan suatu bentuk usaha yang memiliki
keleluasaan dalam menghimpun dan menyalurkan dana sehingga sangat strategis
untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang baik melalui placement, layering,
maupun integration. Bank sangat rentan bagi tindak pidana yang terorganisir
sehingga sangat strategis untuk dimanfaatkan. Tindak pidana yang terorganisir
biasanya bersembunyi dibalik suatu perusahaan atau nama lain (nominees) dengan
melakukan perdagangan internasional palsu dab berskala besar dengan maksud
untuk memindahkan uang yang tidak sah dari suatu negara ke negara lain.119
Perusahaan yang digunakan untuk menyembunyikan kegiatan tindak pidana
tersebut biasanya meminta kredit/pembiayaan dari bank untuk menyamarkan
aktivitas pencucian uang. Oleh karena itu perbankan harus berhati-hati terhadap
kemungkinan dimanfaatkan sebagai sarana pencucian uang.120
118
Adrian Sutedi, Op.Cit., hal.193.
119
Bismar Nasution, Op.Cit., hal. 56
120Ibid
PPATK juga harus bekerjasama dengan penegak hukum lainnya seperti
Jaksa, Polisi serta penegak hukum lainnya, sesuai dengan sistem peradilan pidana
yang terpadu menjalin kerjasama antar sub sistem, dalam upayanya mencapai
tujuan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, serta menghentikan para
perilaku kejahatan, agar tidak memanfaatkan kegiatan pencucian uang, terutama
menghentikan dari adanya kemungkinan untuk menikmati hasil yang diperoleh
dari pencucian uang, mencegah pelaku untuk memanfaatkan kembali hasil
kejahatannya, dan maupun mencegah pelaku untuk menginvestasikan kembali
hasil yang diperoleh dari kejahatan.121 Dengan demikian PPATK dalam
melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dapat
melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan
penerimaan, informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun
internasional meliputi:122
1. Instansi penegak hukum
2. Lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap
penyedia jasa keuangan.
3. Lembaga yang bertugas memeriksa pengelola da tanggung jawab
keuangan negara.
4. Lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang
5. Dan Financial Intelligence Unit (FIU) negara lain
PPATK menyediakan sistem bagi para kriminal agar keadilan dapat
ditegakkan melalui sistem hukum yaitu dengan cara mendeteksi dan
menginvestigasi kegiatan kriminal yang dilakukan. Sehingga dengan hasil
laporan dari PPATK dapat digunakan oleh penegak hukum sebagai bukti yang
121
Phatorang Halim, Penegakan hukum terhadap kejahatan pencucian uang di Era Globalisasi, Yogyakarta: Total Media, 2013 , hal.134.
122
relevan dalam mengungkapkan suatu kejahatan tindak pidana pencucian uang.
PPATK hanya sebagai pusat informasi intelijen keuangan yang sifatnya hanya
laporan saja yang selanjutnya lembaga tersebut akan menganalisisnya
berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak pelapor.123
Apabila ada indikasi tindak pidana pencucian uang dengan dilakukannya
analisis transaksi keuangan mencurigakan oleh PPATK maka laporan tersebut
akan di lanjutkan ke pihak yang berwenang melakukan penyidikan. Untuk
selanjutnya akan ditindak lanjuti oleh pihak penyidik sesuai dengan ketentuan
dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Namun apabila
laporan hasil analisis transaksi keuangan yang mencurigakan yang sudah
dilaporkan tersebut tidak ditindak lanjuti oleh aparat penegak hukum. Maka
aparat penegak hukum harus menjelaskan secara detail kepada PPATK mengapa
laporan hasil analisis transaksi mencurigakan tersebut tidak ditindak lanjuti.
PPATK dapat menagih tindak lanjut laporan hasil analisis transaksi yang
mencurigakan yang telah dilaporkan kepada penegak hukum.124
Dengan demikian, PPATK melakukan penghimpunan dan penganalisisan
informasi transaksi keuangan yang diperoleh PPATK dari Penyedia Jasa
Keuangan baik itu PJK bank serta non-bank. Bila hasil analisis PPATK
menunjukkan adanya indikasi tindak pidana pencucian uang, maka hasil analisis
tersebut akan diteruskan penuntutan kepengadilan oleh Kejaksaan. Sebagai
badan negara, PPATK pun harus melaporkan hasil kerja kepada Presiden, DPR
123
Phatorang Halim, Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pencucian Uang di Era Globalisasi,hal.134
124Ibid
dan otoritas industri keuangan yang terkait secara berkala.125 Dalam upaya
memberantas tindak pidana pencucian uang ada beberapa kendala yang dihadapi
oleh PPATK, yaitu:126
1. Kendala interen (dari dalam) seperti yang berasal dari peraturan
perundang-undangan; dapat terdiri dari:
a. Jangkauan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang;
b. Kedudukan PPATK sebagai lembaga penegak hukum menurut
sistem peradilan pidana dalam menanggulangi kejahatan pencucian uang, yaitu hanya menyatak PPATK berfungsi secara administratif membantu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan;
c. Belum terakomodirnya 49 Rekomendasi FATF sebagai acuan
suatu negara dalam upaya memberantas tindak pidana pencucian uang;
d. UU TPPU belum mengatur hukum acara dalam pemeriksaan tindak
pidana pencucia uang secara khusus;
e. Kendala yang berasal dari kelembagaan PPATK, yang berupa
antara lain: jumlah persinil ang relatif sedikit, jika dibandingkan dengan tugas menganalisis yang dilaporkan PJK kemampuan personil PPATK yang mampu menganalisis baik laporan maupun bentukbentuk baru tindak pidana pencucian uang, penggunaan prasarana yang mutakhir dan jumlah personil yang mampu menggunakan prasarana;
2. Kendala ekstern (yang berasal dari luar), seperti pemahaman masyarakat
tentang pentingnya keberadaan PPATK, tingkat kepatuhan PJK dalam
melaporkan transaksi yang wajib dilaporkan, kerjasama yang dibangun
antara PPATK dengan lembaga kepolisian, kejaksaan dan pengadilan yang
belum optimal dimana PPATK jarang dilibatkan, dan analisis PPATK yang
tidak ditindak lanjuti oleh kepolisian dengan alasan tidak cukup bukti.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala terutama yang berhubungan
dengan kelemahan hukum dan perundang-undangan, yaitu :127
125
Ivan Yustiavandana, ArmanNefi, Adiwarma, Op.Cit, hal.111.
126