BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bahasa merupakan sesuatu yang kḥas, yang hanya dimiliki oleh manusia. Ernest Cassier dalam hal ini menyebutkan manusia sebagai animal symbolicum, yakni makhluk yang menggunakan media berupa simbol kebahasaan dalam memberikan arti dan mengisi kehidupan. Oleh Cassier, keberadaan manusia sebagai animal symbolic itu dianggap lebih berarti dari pada keberadaan manusia sebagai makhluk berpikir karena adanya simbol, manusia tidak akan mampu melangsungkan kegiatan berpikirnya. Selain itu, dengan adanya simbol itu juga memungkinkan manusia untuk bukan hanya sekedar berpikir, melainkan juga mengadakan kontak dengan realitas kehidupan di luar diri serta mengabdikan hasil berpikir dan kontak itu kepada dunia. Aminuddin (2001 : 17).
Kemampuan manusia dalam menggunakan bahasa merupakan ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat berfikir dan mengkomunikasikan pikirannya. Manusia berinteraksi dengan sesamanya juga dengan menggunakan bahasa. Ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan keberadaban pun pada dasarnya dipelajari dan diwariskan dari generasi kegenerasi dengan menggunakan bahasa (Asrori,2004:4).
Menurut Sudaryat (2008 : 2 ) bahasa ialah sebuah sistem lambang bunyi yang Arbiter yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi. Sebagai sebuah system, bahasa bersifat sistematis. Dikatakan sistematis karena bahasa memiliki kaidah atau aturan tertentu. Bahasa juga bersifat sistematis karena memiliki subsistem, yakni : subsistem fonologi, subsistem gramatikal, dan subsistem leksikal. Ketiga subsistem tersebut bertemu dalam dunia bunyi dan dunia makna.
mengatakan “ Dalam pemakaian sehari-hari kata makna digunakan dalam berbagai bidang maupun konteks pemakaian. Apakah pengertian khusus kata makna tersebut serta perbedaannya dengan ide, misalnya, tidak begitu diperhatikan. Sebab itu, sudah sewajarnya bila makna juga disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, firasat, dan pikiran.
Menurut Kridalaksana ( 1982 : 15 ) dalam Aminuddin ( 1985 : 50 ) dari sekian banyak pengertian yang diberikan itu, hanya arti yang paling dekat dengan pengertiannya dengan makna. Meskipun demikian, bukan berarti keduanya sinonim mutlak. Disebut demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup makna pengertian.
Alquran merupakan kalam Allah S.W.T yang merupakan mukzijat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah. (Depag R.I, 1977:16). Alquran Al-karim adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan kisah-kisah, falsafah, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia baik sebagai makhluk individu maupun sosial, sehingga berbahagialah hidup di dunia dan akhirat. (Depag R.I, 1977:27)
Alquran juga diturunkan dengan bahasa Arab. Sebagai kitab suci umat Islam, selayaknyalah bagi umatnya untuk mempelajari bahasa Arab dan mengetahui makna serta ajaran yang terkandung di dalamnya.
Dalam firman-Nya :
Allah menyuruh manusia menghayati kandungan ayat Alquran, sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran pada surah An-Nisa ayat : 82
/afalā yatadabbarūnal-qurāna walau kāna min ‘indi gairillahi lawajadū fihi
ikhtilāfān kaśīran/.’Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya’. (An-Nisa’ : 82)
Kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ dalam kamus (Yunus:2007) diartikan “baik, kebaikan, yang baik”. Maka dengan kata lain ketiga kata tersebut termasuk
dalam jenis isim sifat (
ﺖﻌﻧ
/
ﺔﻔﺻ
). Ada memiliki kesamaan dalam arti, namun dari segipenggunaanya dalam kalimat tidak bisa digantikan dengan salah satu kata tersebut.
Alasan peneliti memilih judul ialah dalam kehidupan kita sehari-hari kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ sering kita dengar dan sudah tidak asinglagi di telinga kita, yang mana kita telah mengetahui arti dari kata tersebut adalah “baik / yang baik”. Kita juga selalu menganggap ketiga kata tersebut adalah persamaan kata, dengan kata lain disebut sinonim. Namun apakah dalam penggunaan kata tersebut selalu sama, atau apakah setiap kita menggunakan salah satu suku kata tersebut selalu dapat kita gantikan dengan yang lain?. Ternyata tidak. Misalnya : ketika kita menanyakan kabar, “ Bagaimana kabarmu ?”
ﻚﻠﺣ ﻒﻴﻛ
؟
/ kaifa ḥaluka? /, dan akan dijawab “baik”, “ﲑﲞ
“/ Khair /. Dan kitatidak pernah mendengar orang menjawab pertanyaan tersebut dengan kata
ﻦﺴﺣ
ḥasan , Atauﺐﻴﻃ
/ thoiyib /. Dan kita tahu juga bahwa Alquran adalah sumberContoh di dalam Al-Qur’an (QS, Al-Mu’minun : 96)
/idfa’u billatῑ hiya `asanussai`ata naḥnu a’lamu bimā yaṣifūna/.’ Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan (cara) yang lebih baik, Kami lebih Mengetahui apa yang mereka sifatkan (kepada Allah)’. (QS, Al-Mu’minun : 96)
Dari ayat di atas kata
ﻦَﺴْﺣ
/
ahsan/ atau asal katanyaﻦﺴﺣ
/
ḥasan/ diartikan ‘alῑmun/.’ Allah Berfirman, “Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik,dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. (QS, Al-Mu’minun : 51).Ayat di atas mengartikan kata
ﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ makanan yang baik-baik, dengankata lain menerangkan sifat suatu benda. Selanjutnya kata
ﲑﺧ
/khair/ di dalamAyat ini menerangkan kata
ﲑﺧ
/khair diartikan sebagaikebaikan-kebaikan, namun dari konteksnya “baik” disini dimaksudkan untuk suatu keadaan, yaitu keadaan yang baik.
Dari pernyataan dan contoh di atas timbul rasa ingin tahu peneliti untuk mengetahui lebih lanjut makna sebenarnya kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/. Terlebih lagi belum ada yang meneliti kata-kata tersebut di Departemen Sastra Arab FIB USU ini, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti apa sebenarnya arti / makna kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/. Dan dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian hanya dalam makna gramatikal afiksasi saja dengan mengambil contoh-contoh di dalam Alquran. Maka dari itu peneliti mengambil judul “Analisis kataﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/dalam Alquran Ditinjau Dari Segi Makna Gramatikal. Peneliti menggunakan terjemahan Alquran Departemen Agama RI ”.
1.2Perumusan Masalah
Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari pembahasan yang dikehendaki maka peneliti membuat batasan masalah yang meliputi :
1. Berapa jumlah kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi dalam Alquran?2. Apa saja makna gramatikal afiksasi
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ dalam Alquran?3. Kapan saja penggunaan kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi dalam Alquran?1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui berapa jumlah kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasidalam Alquran.2. Mengetahui makna gramatikal afiksasi kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ dalam Alquran.3. Mengetahui kapan saja penggunaan kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi dalam Alquran.1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan peneliti maupun pembaca mengenai berapa jumlah kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi dalam Alquran.2. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menjadi refrensi pengetahuan khususnya di bidang Bahasa Arab terkait tentang makna gramatikal afiksasi serta penggunaan kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/ dalam Alquran. 1.5 Metode PenelitianMetode berasal dari bahasa Yunani, methods- secara sederhana adalah suatu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran yang bersangkutan (Suyanto dan sutinah:2007)
Jadi dapat disimpulkan metode penelitian ada cara yang digunakan seseorang untuk meneliti/ mencari, menata-menati dan menemukan pengetahuan yang dapat diprtanggungjawabkan menurut kaidah ilmiah yang semata-mata hanya dituntun oleh cara berpikir dedukatif.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskripsi kualitatif merupakan gambaran ciri-ciri data yang akurat sesuai sifatnya alamiah itu sendiri, data disini berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. (Djajasudarma:1993)
Data yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah data yang bersumber dari Alquran yang berupa kata
ﻦﺴﺣ
/ḥasan/,ﲑﺧ
/khair/, danﺐﻴﻃ
/ṭayyib/. Adapun tahap-tahap pengumpulan data penganalisaan data dilakukan oleh peneliti dalam hal ini adalah :1. Mengumpulkan bahan rujukan atau buku referensi yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang dikaji.
2. Mengumpulkan data yang akan dijadikan bahan penelitian dengan menggunakan kitab Almu’jamul Mufarras Li’alfazil Qur’an serta Al-Kalam Digital Versi 1.0 ©2009 Penerbit Diponegoro dan tetap
berpedoman pada Alquran
3. Membaca, mempelajari, dan mencatat data-data yang telah terkumpul. 4. Mengklasifikasikan data-data yang telah terkumpul
5. Menganalisis data yang terkumpul dan menyusunnya secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah berupa skripsi