PENTINGNYA MEMAHAMI PERKEMBANGAN DAN CARA BELAJAR PESERTA DIDIK KHUSUSNYA DI SEKOLAH DASAR
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Perkembangan Belajar
Peserta Didik Kelas A
Oleh :
Nike Fatmala
140210204130
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “pentingnya memahami perkembangan dan cara belajar peserta didik khususnya di SD”. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya kerjasama antara para pihak yang terlibat. Penyusun sangat berterima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Ibu selaku dosen pembimbing mata kuliah perkembangan belajar peserta didik.
2. Teman-teman perkuliahan perkembangan belajar peserta didik kelas A.
3. Pihak perpustakaan Universitas Jember.
Makalah ini berisikan materi yang membahas perkembangan belajar peserta didik yaitu memahami perkembangan dan cara belajar peserta didik khususnya di SD.
Diharapkan makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah perkembangan belajar peserta didik yang telah diberikan kepada perkuliahan perkembangan belajar peserta didik kelas A.
Kami telah menyusun makalah ini sebaik-baiknya. Jika masih ada kekurangan, kami dapat menerima kritik dan saran dari semua pihak.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan atas kekurangannya kami mohon maaf.
Jember, 25 Mei 2015 Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan masalah...1
1.3 Tujuan Penulisan ...1
BAB II PEMBAHASAN...2
2.1Proses Perkembangan Anak...2
2.2Cara Belajar Anak Sekolah Dasar...14
2.3Cara Guru Membelajarkan Peserta Didik...17
2.4Cara Mengatasi Gangguan Kesulitan Belajar...18
2.5Contoh-Contoh Perilaku Anak SD Yang Dapat Menyebabkan Masalah Dalam Perkembangan Belajar...24
BAB III PENUTUP...29
3.1 Kesimpulan...29
3.2 Saran...29
DAFTAR RUJUKAN...30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut.
Guru terutama guru SD diharapkan mempunyai pemahaman konseptual tentang perkembangan dan cara belajar anak di SD. Pemahaman konseptual tersebut meliputi gambaran tentang siapa anak SD, bagaimana mereka berkembang dan bagaimana cara belajar mereka.
Dengan bekal pemahaman konseptual tersebut, guru diharapkan dapat mengimplementasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak SD.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah proses perkembangan anak? 2. Bagaimanakah cara belajar anak SD?
3. Bagaimanakah cara guru membelajarkan peserta didik? 4. Bagaimanakah cara mengatasi gangguan kesulitan belajar?
5. Bagaimanakah contoh-contoh perilaku anak SD yang dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan belajar?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan anak 2. Untuk mengetahui bagaimana cara belajar anak SD
3. Untuk mengetahui bagaimana cara guru membelajarkan peserta didik 4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi gangguan kesulitan belajar 5. Untuk mengetahui bagaimana contoh-contoh perilaku anak SD yang dapat
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Proses Perkembangan Anak
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan. Perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menentukan ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.
a. Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan tinggi badan setiap anak berbeda-beda, tapi mengikuti pola yang sama.
1) Anak usia 5 tahun : tinggi tubuh 2x dari tinggi/panjang tubuh saat lahir. Setelah itu melambat 7 cm setiap tahun.
2) Anak usia 12/13 thn : tinggi anak 150 cm, masih bertambah sampai usia 18 tahun ketika mengakhiri masa remaja. Pada akhir usia SD dan anak masuk masa puber, pertumbuhan anak laki-laki lebih lambat dari anak perempuan. Namun setelah itu, pertumbuhan laki-laki lebih cepat. b. Perkembangan Berat Tubuh Peserta Didik
1) Anak usia 5 tahun: berat 5x setelah dilahirkan. 2) Anak masa anak: berat 35-40 kg.
c. Pertumbuhan Tulang, Gigi, Otot dan Lemak
1) Pertumbuhan tulang (jumlah dan komposis) pada peserta didik usia SD/ MI cenderung lambat dibandingkan anak awal dan remaja.
2) Pengerasan tulang dan tulang rawan menjadi tulang keras berlangsung terus sampai akhir masa remaja.
3) Pertumbuhan tulang terjadi tidak serempak dan kecepatannya berbeda, tergantung pada hormone, gizi dan zat mineral yang dikonsumsi.
4) Pada dua tahun terakhir masa anak akhir dimana terjadi periode lemak, terjadi pembengkokkan tulang karena tulang belum/tidak cukup keras menompang berat badan.
5) Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap terjadi pada peserta didik usia SD/MI menjadi peristiwa penting karena dapat mempengaruhi perilaku anak.
6) Perkembangan susunan syaraf pada otak dan tulang belakang mempengaruhi perkembangan indra dan berpikir anak yang berdampak pada kemampuan anak dalam belajar.
7) Sebagian peserta usia SD/MI juga berbeda pada masa awal remaja/puber.
2. Perkembangan Intelek
1) Stadium sensori-motorik (0-18 bulan atau 24 bulan) Selama stadium sensori motoris anak berkembang suatu proses desentrasi, artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua entitas yang berbeda.
2) Stadium pra-operasional (±18 bulan-7 tahun)
Stadium pra-operasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi, serta bayangan dalam mental. Anak sudah mampu untuk berbuat pura-pura, artinya dapat menimbulkan situasi-situasi yang tidak langsung ada. Ia mampu menirukan tingkah laku yang dilihatnya(imitasi) dan apa yang dilihatnya sehari sebelumnya(imitasi tertunda). Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mampu mengambil perspektif orang lain. Cara berpikir praoperasional sangat memusat (centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya pada satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi yang lain dan akhirny juga mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini. Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik(ir-reversable). Anak belum mampu untu meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.
3) Stadium operasional konkret (7-11) tahun
Pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas, menkonservasi angka melalui 3 macam proses operasi, yaitu:
a) Negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya.
b) Resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik. c) Identitas dalam mengenali benda-benda yang ada.
mengkonservasi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif.
4) Stadium Operasional formal (mulai 11 tahun)
Pada fase ini, anak sudah dapat berfikir abstrak, hipotesis dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Jadi, pada tahap ini anak sudah mampu meninjau masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan alternatif dalam memecahkan masalah, bernalar berdasarkan hipotesis, menggabungkan sejumlah informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika dalam abstraksi, memahami, dan membuat perkiraan di masa depan.
3. Perkembangan Afektif
Erikson (dalam http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/ciri kecenderungan-belajar-dan-cara-belajar-anak-sd-dan-mi) melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap.
a. Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar (0;0 -1;0).
Orang yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan turnbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang di sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungknn nasibnya. Jika pemeliharaan terhadap bayi itu tidak menetap, tidak memadai sebagaimana mestinya, serta terkandung di dalarnnya sikap-sikap menolak, akan turnbuhlah pada bayi itu rasa takut serta ketidak-percaya.in yang mendasar terhadap dunie sekelilingnya dan terhadap orang-orang di sekitarnya. Perasaan ini akan terus terbawa pada tingkat-tingkat perkembangan.
b. Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1-3 tahun)
hal sendiri. Orang tua sebaiknya menyadari bahwa anak butuh melakukan sendir hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya menurut langkah dan waktunya; sendiri. Anak kemudian akan mengembangkan perasannya bahwa ia dapat mengendalikan otot-ototnya, dorong-dorongannya, serta mengendalikan diri dan lingkungannya. Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakannya sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa; malu-malu dan ragu-ragu. Orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan anak-anak, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang berlebihan sehingga anak tidak dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri, Jika anak, meninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih kecil daripada rasa malu dan ragu, ia akar mengalami kesulitan untuk memperoleh autonomi pada masa remaja dan masa dewasanya. Sebaliknya anak yang dapal melalui masa ini dengan adanya keseimbangan serta dapat mengatasi rasa malu dan ragu dengan rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus-siklus kehidupan berikutnya. Namun demikian keseimbangan yang diperoleh pada masa ini dapat berubah ke arah positif maupun negatif oleh perisliwa-peristiwa di masa selanjutnya.
c. Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3-5 tahun)
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. la dapat mengendarai sepeda roda tiga, dapat lari, memukul, memotong. Inisialif anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua member! respons yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melaknkan. kegiatan-kegiatan motoris sendiri dan bukan lianya bereaksi atnu nienirn anak-anak lain. Hal yang sama terjadi pada kemampuan anak nnluk menggunakan bahasa dan kegiatan fantasi.
d. Industry vs litferioriry/Produkttvltns (6–11 tahun)
melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis. dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu. Berdasarkan hasilnya mereka dihargai dan di mana perlu diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat dikembangkan. Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja melainkan meneakup juga lembaga-iembaga lain yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman sekolah anak mempengaruhi industry dan inferiority anak. Anak dengan IQ 80 atau 90 akan mempunyai pengalaman sekolah yang kurang memuaskan walaupun sifat indusryi dipupuk dan dikembangkan di ruitiah. Ini dapat menimbulkan rasa inferiority (rasa tidak” mampu). Keseimbangan industry dan inferiority bukan hanya bergantung kepada orang tuanya, tetapi dipengaruhi pula oleh orang-orang dewasa lain yang berhubungan dengan anak itu.
e. Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0 – 18;0)
autonomy, berinisiatif, memiliki sifat-sifat industry, maka kesempatannya kepada ego indentiti sudah berkembang.
f. Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 – 25;0)
Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua. Jika intimacy ini tidak terdapat di antara sesama teman atau suami istri, menurut Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya orang lain untuk berbagai rasa dan saling memperhatikan.
g. Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 – 45;0)
Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi ifi liidnp. Generativily ini bukan hanya terdapat pada orang tua (ayah dan ibu), tetapi terdapat pula pada individu-individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta berusaha membuat tempat bekerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang tidak berhasil mencapai gereralivily berarti ia berada dalam keadaan self absorption dengan hanyr memutuskart perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenang’an pribadinya saja.
h. Integrity vs Despair/Integritas (45;0)
Pada tahap ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu. Integrity timbul dari kemampupn individu untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair, yaitu keadaan di mana individu yang menengok ke belakang dan meninjau kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah, serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.
tugas-tugas sosial. Perkembangan afektif suatu tahap dapat berpengaruh secara positif maupun negatif terhadap tahap berikutnya. Jika anak mencapai tahap ketiga yang bergaul dengan anak bukan hanya orang tuanya saja melainkan juga orang dewasa lainnya di sekolah, yaitu guru. Guru yang membimbing dan mengasuh peserta didiknya pada berbagai aspek tingknt kelas perlu memahami dan menyadari sikap, kebutuhan dan perkembangan mereka.
4. Perkembangan Minat a. Pengertian Minat
Meichati(dalamhttp://revyarmy.wordpress.com/2010/04/01/
perkembangan-dan-cara-belajar-anak-di-sd/) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif, dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas.
Secara operasional, Lilawati(dalam http://revyarmy.wordpress .com /2010/04/01/perkembangan-dan-cara-belajar-anak-di-sd/) mengartikan minat adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap suatu kegiatan sehingga mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan tersebut dengan kemauan sendiri. Sinambela (dalam http://revyarmy.wordpress.com/2010/04/01/perkem bangan-dan-cara-belajar-anak-di-sd/ mengartikan minat adalah sikap positif dan adanya rasa ketertarikan dalam diri anak terhadap suatu aktivitas tertentu.
Jadi dapat diartikan bahwa minat adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan cenderung senang terhadap suatu aktivitas sehingga mereka mau melakukan aktivitas tersebut dengan kemauannya sendiri.
Minat terdiri dari dua aspek, yaitu :
2) Aspek afektif, nampak pada rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.
b. Faktor yang Mempengaruhi Minat pada anak
1) Faktor personal, merupakan faktor-faktor yang ada pada diri anak itu (meliputi usia, jenis, kelamin, intelegensi, sikap, dan kebutuhan psikologi). 2) Faktor instusional, merupakan faktor-faktor di luar diri anak (melalui
pengaruh orang tua, guru, dan teman sebaya).
Minat anak SD terhadap suatu kegiatan lebih tergantung pada pengaruh teman sebayanya. Mereka lebih cenderung “ikut-ikutan“ dalam melakukan suatu kegiatan (pengaruh lingkungan). Pada dasarnya mereka lebih mempunyai minat yang tinggi kepada suatu aktivitas yang menarik perhatian mereka dan yang memberi kesenangan pada mereka. Anak sekolah dasar kurang begitu tertarik kepada hal-hal yang menimbulkan kebosanan dan kejenuhan.
5. Perkembangan Bahasa
a. Pola Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat, bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat. Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu: 1) Keterampilan mendengarkan
2) Keterampilan berbicara 3) Keterampilan membaca 4) Keterampilan menulis
meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa,pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, berita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan diskusi. Keterampilan membaca meliputi ketrampilan memahami teks bacaan melalui membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraf.
b. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Meskipun pada umumnya pula perkembangan keterampilan berbahasa anak sama, namun tetapada perbedaan individual. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut:
1) Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat, sebab perkembangan aspek aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbahasa.
2) Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih baik dan memiliki penguasaan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir.
3) Jenis kelamin
Anak perempuan lebih dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata maupun keseringan berbahasa.
4) Keluarga
Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian pula anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak memiliki waktu untuk berbicara dan berbahasa.
Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi dengan orang lain terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara dan berbahasa.
6) Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang baik cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri.
6. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak tumbuh kembangkan tugas perkembangannya. Dalam belajar hidup bermasyarakat diperlukan tiga proses dalam bersosialisasi, yaitu:
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima sosial. b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima c. Perkembangan sikap sosial.
Jika peserta didik tidak mampu melakukan 3 proses sosialisasi diatas maka peserta didik tersebut berkembang menjadi orang yang nonsosial, asosial, dan anti sosial.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik melakukan sosialisasi adalah sebagai berikut:
a. Kesempatan dan waktu untuk bersosialisai dengan orang lain.
b. Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dimengerti peserta didik maupun orang dewasa lain.
c. Motivasi peserta didik untuk mau belajar bersosialisasi. d. Metode belajar efisien dan bimbingan bersosialisasi.
tergantung pada baik buruknya si anak mempelajari sikap dan perilaku sosial. Selain itu, pengalaman sosial awal juga berpengaruh terhadap partisipasi sosial anak. Anak yang mempunyai pengalaman sosial awal yang baik cenderung lebih aktif dalam kegiatan kelompok social begitu juga sebaliknya. Para peserta didik usia SD atau MI yang berada pada posisi anak akhir akan mulai membentuk kelompok bermain yang selanjutnya berkembang menjadi kelompok belajar dan melakukan aktifitas pada masa anak. Sedangkan peserta didik kelas 5 atau 6 kadang-kadang sudah mengalami masa puber. Pada masa ini seorang peserta didik mengalami perubahan fisik sensual yang pesat. Sehingga seorang anak cenderung menarik diri dari kelompoknya, kurang dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Juga terjadi kemunduran minat untuk bermain dan melakukan aktifitas kelompok serta cenderung bersikap antisosial.
7. Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia SD
Tugas perkembangan atau development tasks menurut Havighurst(http://revyarmy.wordpress.com/2010/04/01/perkembangan-dan cara-belajar-anak-di-sd/) adalah “tugas yang harus dipecahkan dan diselesaikan oleh setiap individu pada setiap periode perkembangannya agar supaya individu menjadi berbahagia”.
Dilihat dari karakteristik yang ada, maka untuk tugas perkembangan pada anak usia Sekolah Dasar antara lain:
a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan – permainan yang umum. Hakikat dari tugas perkembangan ini adalah mempelajari keterampilan – keterampilan yang bersifat fisik/jasmani untuk dapat melakukan permainan.
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluq yang sedang tumbuh. Hakikat tugas perkembangan ini adalah belajar mengembangkan sikap kebiasaan untuk hidup sehat.
kehidupan sosial antar teman sebaya, dan belajar membina persahabatan dengan teman sebaya, termasuk juga bergaul dengan musuhnya.
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita dengan tepat. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar dan bertindak sesuai dengan peran seksnya yaitu sebagai anak laki – laki atau anak perempuan.
e. Mengembangkan keterampilan – keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar mengembangkan tiga keterampilan dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan untuk hidup di masyarakat.
f. Mengembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari – hari. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak harus mempelajari berbagai konsep agar dapat berpikir efektif mengenai permasalahan sosial di sekitar kehidupan sehari – hari.
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, serta tata dan tingkatan nilai. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan moral yang bersifat batiniah yaitu hati nurani, serta mengembangkan pemahaman dan sikap moral terhadap peraturan dan tata nilai yang berlaku dalam kehidupan anak.
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok – kelompok sosial dan lembaga – lembaga. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai orang lain.
i. Mencapai kebebasan. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak menjadi individu yang otonom atau bebas, dalam arti dapat membuat rencana untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, bebas dari pengaruh orang tua atau orang lain.
2.2 Cara Belajar Anak Sekolah Dasar 1. Pengertian Cara Belajar Anak SD
seseorang menangkap, mengerti, memproses, mengungkapkan, dan mengingat suatu informasi.
Cara belajar anak SD dibanding orang dewasa mempunyai perbedaan yang besar. Menurut Piaget (1950), setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata. Schemata adalah sistem konsep yang merupakan hasil pemahaman anak atas objek yang berada di sekitar anak. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu menghubungkan objek baru dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah proses memanfaatkan konsep-konsep yang sudah ada dalam pikiran untuk menafsirkan objek baru.
Kedua proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus sehingga membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan demikian anak akan dapat membangun pengetahuan melalui interaksi secara langsung dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. 2. Macam-Macam Gaya Belajar
Para ahli mengelompokkan tipe pembelajar kedalam 3 kelompok utama, yaitu: a. Pembelajar tipe Auditori (pendengaran) atau auditory learner
Para pembelajar auditori adalah pendengar yang baik, mereka cenderung dapat menyerap informasi lebih efisien melalui pendengaran sehingga merupakan kelompok yang paling mengambil manfaat dari teknik mengajar konvensional yaitu teknik ceramah. Bila diminta, pembelajar tipe ini mudah menjelaskan secara lisan suatu ceramah/pidato yang didengarnya. Diperkirakan di dunia, populasi orang tipe auditori mencapai 30%. Ciri-ciri pembelajar tipe auditori antara lain:
3) Bagus dalam menjelaskan sesuatu secara lisan atau mempresentasikan secara lisan.
4) Mudah mengingat nama orang.
5) Bagus dalam tata bahasa dan bahasa asing. 6) Membaca perlahan-lahan.
7) Mudah menirukan ucapan orang dengan baik. 8) Tidak bisa diam untuk waktu yang lama. 9) Suka bertindak dan berada di panggung.
10) Sering menjadi yang terbaik dalam kelompok belajar. 11) Suka membaca keras untuk diri sendiri.
12) Tidak takut berbicara di dalam kelas. Kelemahan pembelajar auditori antara lain: 1) Kurang baik dalam membaca
2) Kurang dapat mengingat apa yang dibacanya bila tidak disuarakan. 3) Kurang baik dalam menulis karangan.
b. Pembelajar tipe Visual (penglihatan) atau visual learner
Para pembelajar tipe visual cenderung lebih berhasil dalam pembelajaran yang menggunakan sesuatu yang dapat dilihat. Artinya, informasi lebih mudah ditangkap bila ada bukti-bukti yang dapat dilihat, misalnya gambar, foto, peta, diagram, grafik. Di seluruh dunia, populasi orang dengan tipe ini diperkirakan mencapai 65%.
Ciri-ciri pembelajar visual antara lain:
Sering duduk di kursi deretan depan ketika mengikuti pelajara.
Bagus dalam mengeja (spelling).
Perlu berpikir sebentar (tidak langsung bereaksi) dalam memahami apa yang baru didengarnya.
Menyukai warna-warna dan mode.
Mimpi berwarna.
Mudah mengerti dan menyukai grafik-grafik.
Suka menggunakan bahasa tubuh.
Dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut tanpa merasa terganggu.
Berbakat dalam menulis.
Mengerjakan dengan baik tugas-tugas tertulis. Kelemahan pembelajar visual antara lain:
Kurang baik dalam menangkap pesan-pesan lisan.
Kurang suka berlama-lama mendengarkan orang berbicara.
Mudah melupakan nama orang.
Lambat mendengarkan dan merespon pembicaraan orang (sebenarnya hal ini bisa juga merupakan kelebihan tipe ini.
c. Pembelajar Tipe kinestetik/taktil atau kinesthetic/tactile learner Para pembelajar tipe ini cenderung lebih berhasil dalam pembelajaran bila dia mengalami, bertindak, mempraktekkan, bergerak, menyentuh dan menggunakan jari-jari (motorik halus) untuk mengingat dan membangun konsentrasi. Diperkirakan di dunia ada sekitar 5% populasi orang bertipe kinestetik/taktil.
Ciri-ciri pembelajar tipe kinestetik antara lain:
Bagus dalam bidang olahraga.
Cenderung frustrasi dan gelisah bila harus duduk mendengarkan kuliah untuk jangka waktu yang lama, oleh karena itu mereka sering mengambil break (istirahat) saat kuliah sedang berlangsung.
Mengunyah permen ketika mendengarkan kuliah.
Kurang bagus dalam mengeja (spelling)
Tidak memiliki tulisan tangan yang besar.
Menyukai kerja di laboratorium sains.
Suka belajar sambil mendengar musik.
Suka buku-buku dan film petualangan.
Suka bermain peran.
Menyukai seni bela diri dan seni tari.
Koordinasi mata dengan tangan sangat bagus.
Menyukai tes/ujian jenis multiple choice dan definisi pendek, tetapi tidak menyukai tes jenis esai dan tes tertulis yang memakan waktu yang panjang.
2.3 Cara Guru Membelajarkan Peserta Didik
Guru merupakan orang tua sekaligus pendidik di dalam sekolah. Seorang guru harus memahami gaya belajar anak. Seorang guru harus mampu menciptakan strategi-strategi belajar sesuai dengan gaya belajar peserta didiknya.
1. Anak Visual:
a. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. b. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
c. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. d. Gunakan multi-media seperti komputer dan video.
e. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. 2. Anak Auditori:
a. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
b. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. c. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
d. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
e. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset. 3. Anak Taktil/Kinestetik:
a. Dalam kegiatan belajar, jangan terlalu banyak memberikan materi, sesekali berikan
b. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
c. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan. d. Ciptakan suasana belajar kooperatif
a) Pengertian kesulitan belajar
Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama. Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, baik itu disekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatandan bermain. Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan ini berpengaruh pada kebahagiaan mereka. Sementara itu, bagi penderita yang lain, gangguan ini menghambat proses belajar mereka, sehingga tentu saja pada gilirannya juga akan berdampak pada aspek lain dari kehidupan mereka. Terkadang seseorang seseorang juga mengalami berbagai kesulitan belajar yang salling tumpang tindih, sementara itu yang lainnya ada yang hanya menglami satu macam kesulitan belajar saja. Sehingga hanya sedikit pengaruhnya bagi aspek dari kehidupan mereka.
b) Jenis-jenis kesulitan belajar
Tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat disebut LD. Sebagian anak mungkin hanya mengalami kesulitan dalam mengembangkan bakatnya. Kadang-kadang seseorang memperlihatkan kewajarannya dalam perkembangan alaminya, sehingga tampak seperti penderita LD, namun ternyata hanyalah keterlambatan dalam proses pendewasaan diri saja. Sebenarnya para ahli telah menentukan kriteria-kriteria pasti dimana seseorang dapat dinyatakan sebagai penderita LD.
Kesulitan belajar dapat dibagi 3 kategori besar :
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori diatas.
1. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
bunyi–bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.
Berdasarkan definisi gangguan ini, maka kita dapat meringkaskan ciri-ciri spesifiknya sebagai berikut :
Keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa. Anak-anak yang mengalami gangguan ini biasanya mengalami masalah dalam mengucapkan sesuatu dengan tepat.
Keterlambatan dalam hal mengekspresikan pikiran atau gagasan melalui bahasa yang baikdan benar.
Keterlambatan dalam hal pemahaman bahasa
2. Gangguan kemampuan akademik
Siswa-siswa yang mengalami gangguan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan bewrhitung mereka. Seseorang dapat didiagnosis mengalami gangguan ini, bisa mengalami :
Keterlambatan dalam hal membaca
Tipe gangguan ini disebut juga dengan dileksia. Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8 persen anak sekolah dasar.
Keterlambatan dalam hal menulis
Menulis juga memerlukan koordinasi berbagai bagian dan fungsi otak. Bagian-bagian otak yang mengatur perbendaharaan kata, tata bahasa, gerakan tangan, dan ingatan harus berada dalam kondisi serta koordinasi yang baik. Permasalahan dalam hal ini dapat mengakibatkan gangguan dalam kemampuan menulis seseorang.
Keterlambatan dalam hal berhitung
3. Gangguan belajar lainnya
motorik yang pada gilirannya memengaruhi kemampuannya untuk memelajari sesuatu. Tetapi bedanya, itu semua tidak sesuai kriterianya dengan jenis-jenis keterlambatan belajar yang telah kita bahas sebelumnya. Gejala-gejala ini juga mencakup gangguan koordinasi tubuh pada gilirannya dapat mengakibatkan buruknya tulisan seseorang, dan begitu pula halnya dengan kesulitan mengeja serta mengingat.
c) Kesulitan dalam memusatkan perhatian
Hampir 4 juta anak sekolah menderita kesulitan belajar. Berdasarkan data yang ada 20 % dari mereka mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Anak-anak maupun orang dewasa yang menderita kesulitan dalam memusatkan perhatian biasanya gemar melamun secara berlebihan. Kendati demikian, saat mereka berhasil memusatkan perhatian pada suatu hal, maka perhatian itu dengan segera mudah buyar kembali.
Jika mengamati keseluruhannya penderita ADHD ( Attention Deficit Hiperactivity Disorder = gangguan hiperaktif memusatkan perhatian) pada diri anak-anak, yang sebagian besar diderita anak laki-laki, ganguan perhatian sering diikuti dengan sikap yang hiperaktif. Dalam orang dewasa sikap hiperaktif sering tampak dalam wujud kegugupan dan kegelisahan. Namun , masalah yang berkaitan dengan perhatian dan konsentrasi it uterus berlanjut hingga mereka dewasa.
Kesulitan dalam memusatkan perhatian, baik yang disertai sikapm hiperktif, ataupun tidak, tidak dianggap sebagai kesulitan belajar. Kendati demikian, kesulitan dalam memusatkan perhatian dapat mempengaruhi performa akademis seseorang secara serius, dimana gangguan ini kerap menyertai kelemahan dalam kemampuan akademis.
d) Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar Faktor Genetik
mengaitkan keterlambatan belajar ini dengan faktor genetik. Sebagai contoh, anak-anak yang memiliki kelemahan dalam membaca, dan demikian pula halnya dengan kesulitan dalam memedukan berbagai bunyi bahasa dan kata sehingga menjadi kesatuan makna, kebanyakan memiliki orangtua yang juga mengalami masalah serupa. Kendati demikian, kesulitan belajar yang dialami orang tua sedikit berbeda dengan yang dialami anaknya. Orangtua yang menderita kelemahan dalam menulis kemungkinan memiliki anak yang mengalami kesulitan dalam mengepresikan gagasan atau idenya dengan bahasa yang baik dan benar. Inilah alasan mengapa kesulitan belajar tampaknya tidak diturunkan secara langsung. Apa yang mungkin diturunkan adalah disfungsi otak yang dapat mengarah pada kesulitan belajar.
Tembakau, Alkohol, dan Penggunaan Obat-obatan lainnya
Obat-obatan yang dikonsumsi seorang ibu dapat memberi dampak langsung pada janin yang dikandungnya. Penelitian memperlihatkan bahwa seorang ibu yang merokok, mengonsumsi alkohol, atau obat-obatan terlarang selama kehamilannya, kemungkinan akan memberikan pengaruh buruk pada bayi yang dikandungnya. Oleh karenanya, untuk mencegah terjadinya dampak negatif pada bayi selama dalam kandungan ini, pusat kesehatan amerika serikat mendukug upaya penyadaran masyarakat akan dampak buruk alkohol , minuman keras, dan obat-obatan terlarang lainnya.
Masalah selama kehamilan dan kelahiran
Kemungkinan yang menjadi penyebab lain dari kesulitan belajar adalah jugga menyangkut komplikasi selama kehamilan. Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh seorang ibu bereaksi terhadap janin dan menyerang seolah-olah ia adalah infeksi penyakit yang menyerang sang ibu. Permasalahan semacam ini mungkin menyebabkan sel-sel otak baru terposisikan pada bagian yang salah dalam otak. Selain itu, selama proses kelahiran, tali pusat mengalami pembelitan sehingga menghambat aliran oksigen ke janin. Hal ini pada gilirannya melemahkan fungsi otak dan menyebabkan LD.
Selama setahun setelah sang bayi dilahirkan, sel-sel otak baru dan jaringan saraf masih terus berkembang. Sel-sel ini juga rentan terhadap kerusakan. Pada peneliti juga meneliti racun-racun yang terdapat diseputar anak-anak dimana racun ini berpotensi menyebabkan kesulitan belajar dan merusak pertumbuhan sareta berfungsinya otak seorang anak. Kadnium dan timah hitam, yang banyak ditemukan dilingkungan sekitar kita, menjadi fokus utama penelitian saraf. Kadnium yang digunakan dalam proses pembuatan produk baja, dapat dengan mudah ditemukan dalam tanah dan makanan yang kita makan. Timah hitam banyak tergantung dalam cat, bahan bakar, dan juga pipa air. Penelitian terhadap binatang, yang disponsori oleh Lembaga Kesehatan Nasional menunjukkan adanya hubungan antara timah hitam dan kesulitan belajar. Tikus yang terkontaminasi oleh timah hitam, mengalami perubahan pada gelombang otaknya, sehingga memperlambat kemampuan belajarnya. Masalah dalam belajar ini berlangsung selama beberapa minggu dan berakhir ketika tikus itu tidak terkontaminasi timah hitam.
e) Cara mengatasi kesulitan belajar
Langkah pertama dalam mengatasi masalah ini adalah dengan menyadarinya. Tatkala seorang bayi dilahirkan orang tua sangat berharap dapat melihat buah hatinya melangkahkah kaki untuk pertama kalinya dimuka bumi ini. Selain itu ia berharap dapat mendengar kata-kata pertama. Dokter atau bidan akan memantau perkembangan awal anak itu. Pada tabel pertumbuhan seorang anak, telah tercantum tanda-tanda serta tingkatan perkembangan yang seharusnya dialami seiring dengan bertambahnya usia sang anak.
menghitung. Karena tugas-tugas sekolah semakin sulit dan rumit, maka anak-anak yang menderita kesulitan belajar mengalami kesulitan menerima pelajaran.
Kesulitan belajar yang dialami anak-anak yang sopan dan pendiam dikelas kemungkinan besar sulit dideteksi. Anak-anak dengan kepandaian diatas rata-rata, yang tetap berhasil naik kelas ditengah-tengah kesulitannya itu, juga sulit dideteksi.
Ini berbeda dengan anak-anak yang hiperaktif yang lebih mudah dideteksi dengan jalan memantau tindakannya yang terlampau aktif itu. Hiperaktif biasanya diawali saat anak berusia 4 tahun, dan sulit dideteksi hingga anak itu masuk sekolah.
Apa yang harus dilakukan oleh orangtua, dokter, dan guru bila tahapan perkembangan awal anak tampak terganggu pada usia dini ? terkadang akan lebih baik bagi kita untuk bersabar dengan memberikan sedikit waktu kepada otak agar dapat berkembang lebih matang lagi. Tetapi, jika tahapan perkembangan yang seharusnya dicapai itu telah tertunda cukup lama dan keluarga kita mempunyai sejarah orang-orang yang mengalami kesulitan belajar pula, maka anak itu harus segera mungki menerima pertolongan. Pendidikan dan dokter yang merawat anak itu dapat menyarankan serta memberikan penyuluhan mengenai tempat pendidikan serta perawatan yang sesuai dengan kebutuhan sang anak. 2.5 Contoh-Contoh Perilaku Anak SD Yang Dapat Menyebabkan Masalah Dalam
Perkembangan Belajar 1. Anak Suka Iri
membantu mengurangi gangguan, asal masih dalam batas kewajaran. Manfaat lainnya, pengajaran khusus ini dapat memantaunya secara lebih akurat dan kontinyu.
2. Si Kecil Suka Berbohong
Daftar alasan kebohongan anak :
Bohong agar dipuji
Takut dan malu karena dihukum
Kalau anda terlalu menuntut terlalu tinggi
Ingin mendapatkan sesuatu
Kompak dengan temannya
Rasa benci yang membara Bagaimana cara mengatasinya?
Berikan suri tauladan yang baik kepada anak Mengajak anak untuk lebih terbuka
Menanamkan kejujuran Tepati janji
Disiplin
Diberi ganjaran bila berbohong 3. Anak Suka Berkata Kotor
Ada banyak sebab mengapa balita anda mulai berani menyerukan ujaran-ujaran yang tidak sopan, baik sebagai kalimat berkonotasi seksual, makian maupun ejekan. Yang jelas dimasa anak-anak sedang mengalami identifikasi. Dengan menyebut kata-kata yang membuat kening orangtuanya berkerut, dirinya merasa punya kekuatan untuk melepaskan diri dari orang tuanya tersebut. Cara lain adalah dengan melontarkan kata yang berkonotasi seksual. Pertanyaan anak tentang seks yang diikuti dengan kata-kata kotor sebenarnya merupakan tanda anak meminta orang tua menjelaskan hal tersebut.
4. Anak Susah Belajar
masih tergolong dalam usia pra sekolah atau usia bermain. Melalui bermain anak bisa memperoleh kesenangan dan mempelajari bermcam-macam hal, sehinga sangat dianjurkan untuk mengisi kegiatan bermain mereka secara terarah. Yaitu yang melibatkan aktivitas fisik seperti berlari, melompot, memanjat, meniti dan kegiatan bermain yang lebih banyak melibatkan aktivitas mental, dimana anak perlu menggunakan akal / pikiran, kreativitas dan imajinasinya.
Rentang perhatian anak biasanya masih pendek, dia tidak tahan duduk lebih dari 30 menit. Kalau anak didik kita sulit duduk diam, maka bisa dicari alternatif dengan memberi tugas yang dapat diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat. Kalau ia terlalu aktif, perlu dikonsultasikan ke psikolog dan neurolog untuk diamati apakah ada gangguan organis.
Dalam proses berfikir, untuk memahami sesuatu, anak perlu diberi penjelasan secara kongkret. Sesuatu yang bisa ia lihat sendiri secara nyata, bukan hanya dengan membayangkan. Hal-hal yang bisa dia alami / rasakan sendiri akan lebih mudah dimengerti dan dipahami, ketimbang penjelasan-penjelasan yang abstrak sifatnya.
Anak juga perlu terampil dalam menggunakan tangannya untuk melakukan gerakan-gerakan yangnhalus dan lebih terkendali sebagai persiapan menulis. Untuk melatihnya, bisa diberi kegiatan mewarnai gambar, menysun balok, menngambar apa saja seprti rumah, orang atau yang lainnya. Karena dengan demikian anak dapat belajar mengoordinasi mata dan tangannya.
Jadi guru dan para orang tua dapat melatih anak giat belajar melaui kegiatan bermain sambil belajar, tidak melulu pada kegiatan menulis, membaca, menghitung, dikte yang sifatnya akademis. Menghitung, misalnya bisa dilakukan dengan menyuruh anak menebak mana yang lebih banyak dan mana yang lebih sedikit, berapa banyak kue yang dia dapat, berapa sisa kue yang ada setelah dikurangi jumlahnya.
tangkapnya cepat atau lambat. Keadaan ini bisa mempengaruhi minat belajar anak.
5. Anak Malas Mengerjakan PR
Seringkali PR menjadi momok (menakutkan) bagi anak. Bisa dimaklumi sebab, disekolah anak harus menyelesaikan berbagai pelajaran, dan setelah pulang sekolah, mereka masih harus menghadapi setumpuk PR.
Asal kita ketahui khususnya guru dan para orang tua tahu kiatnya, masalah PR mudah diatasi. Diantaranya :
Tumbuhkan motivasi
Beri hukuman dan pujian
Bentuk kelompok kerja 6. Anak Bandel
Pola asuh didalam keluarga kita nampaknya cenderung permisif atau membolehkan. Akibatnya, anak tidak beljar bagaimana tingkah laku yang baik dan buruk. Padahal disiplin dan teladan dari orang tua amat diperlukan . melalui disiplin orang tua mengajarkan anak tentang tingkah laku yang dapat diterima lingkungan, bertanggung jawab, dan sadar bahwa tingkah laku yang ditampilkan mempunyai konsekuensinya. Untuk itu ada baiknya bila keluarga mengurangi sikap permisif tersebut.
7. Anak Stres Karena Masalah Sosialnya
Menanggulangi informasi yang begitu banyak,tentu menguras energi baik fisik maupun mental anak.biasanyasetelah dapat mengatasi stresnya,anak mulai rewel,menangis atau menjadi mudah tersinggung.ini suatu pertanda bahwa ia butuh istirahat.kalau orang tua atau pengasuh anak menanggapi dengan cara menenangkan,sistem respons stres diotak akan meredakan aliran hormon stres dan anak menjadi tenang.bila cara meredakan stres semacam ini dilakukan secara konsisten,otak anak akan menangkap pola itu dan anak dapat menolong dirinya sendiri untuk menenangkan diri.
8. Anak Merasa Tertekan
mampu menguasai situasi, ia belajar keterampilan emosi yang penting. Tetapi disatu sisi, terlalu banyak stres yang tidak berkurang sangat tidak sehat bagi anak, yang hanya punya sedikit kemampuan psikis dan fisik untuk mengatasi tekanan yang sudah menumpuk.
9. Anak memberontak Penyebabnya :
Perbedaan sikap kedua orang tua Orang tua bertindak tidak adil
Orang tua menuntut secara berlebihan Orang tua bersikap kaku
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
1. Perkembangan anak sangat berpengaruh terhadap potensi dan cara belajar anak.
2. Seorang guru harus memahami gaya belajar anak supaya dapat memaksimalkan potensi belajar anak.
3. Memahami gaya belajar anak dapat membantu dalam proses belajar-mengajar yang lebih efektif dan efisien.
4. Bentuk perilaku bermasalah yang dilakukan oleh peserta didik bukanlah tanpa adanya suatu alasan. Mereka melakukannya karena adanya alasan tertentu. Apapun bentuknya yang dilakukannya sebenarnya peserta didik belum dapat bertindak dewasa, maka dari itulah kewajiban guru untuk membawa peserta didiknya ke jalan yang lurus, peserta didik diajak untuk berada dalam fase-fase perkembangannya. Selain itu sikap yang ditunjukkan peserta didik yang dianggap bermasalah janganlah diberi sanksi karena itu akan membuat mereka lebih keras dan berontak lagi melainkan mereka sebenarnya membutuhkan bimbingan dan bantuan yang tepat agar mereka tidak terhambat proses perkembangannya dan peserta didik mampu mengerjakan tugasnya sebagai peserta didik serta mencapai suatu pencapaian belajar. 3.2 Saran
kepada para rekan/pembaca pada umumnya untuk meneliti dan mengkaji kembali hal-hal yang berhubungan dengan masalah ini, supaya para pembaca mendapat wawasan yang lebih luas, dan kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya untuk perbaikan kami dalam penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/ciri kecenderungan-belajar-dan-cara-belajar-anak-sd-dan-mi
http://revyarmy.wordpress.com/2010/04/01/perkembangan-dan-cara-belajar-anak-di-sd/
Semiawan, Conny R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.
Siti Rahayu H. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.