i ANALISIS PROFIL PELAPORAN KEUANGAN
LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) (STUDI KASUS PADA LEMBAGA PAUD di KOTA KUPANG)
HALAMAN JUDUL
Oleh:
MEYRLIN MULYA H. PANIE NIM : 232011263
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan-Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
ii
vi
KATA PENGANTAR
Dengan adanya peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah diharapakan setiap lembaga pendidikan dalam mengelola keuangannya dapat mengikuti aturan tersebut. Standar keuangan lembaga PAUD diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 Tahun 2014 dan petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD oleh Direktorat Pembinaan PAUD Kementrian Pendidikan Nasional (kemdiknas, 2013) serta aturan-aturan pendukung lainnya yang dapat membantu atau menjadi acuan bagi lembaga PAUD untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang baik. Tugas akhir ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil pelaporan keuangan lembaga PAUD dan kesesuaiannya dengan aturan yang berlaku.
Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar sarjana ekonomi. Besar harapan agar penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya. Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kelemahan dalam tugas akhir ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat dihargai dan diterima untuk penyempurnaan tugas akhir ini.
Salatiga, Februari 2018
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan (Yeremia 17:7). Ucapan syukur dan terima kasih penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat meyelesaikan tugas akhir ini. Dengan rasa hormat, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian tugas akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Kedua Orang Tua dan Keluarga Besar. Terima kasih atas doa, kasih sayang, pengorbanan, motivasi serta dukunganyang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Priyo Hari Adi, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,Ph.D selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan serta arahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE.,MBA. selaku wali studi yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis dalam perkuliahan sejak semester 1 hingga sekarang.
4. Ibu Rooskities Andadari, SE.,MBA.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
5. Ibu DR. Theresia Woro Damayanti, SE.,M.Si.,Akt.,CA. selaku Kepala Program Studi Akuntansi
6. Seluruh dosen & pegawai Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana serta Civitas Akademika Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberikan ilmu kepada penulis serta membantu penulis dari awal perkuliahan sampai penulis menyelesaikan studi.
7. Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Kupang serta para Kepala Sekolah lembaga PAUD yang telah bersedia membantu penulis dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis guna menyelesaikan tugas akhir ini.
viii 9. Ka Ronald yang selalu meluangkan waktu, pikiran, motivasi dan semangat selama
proses penelitian sampai tugas akhir ini diselesaikan.
10.Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 Piter, Engrith, Bonang, Rini, Susan, Ria, Inry, Ratrih dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Dan untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu hingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.Semoga Tuhan selalu dan senantiasa melimpahkan Anugerah dan Rahmat-Nya.
Salatiga, 9 Februari 2018
ix
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan profil pelaporan keuangan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan kesesuaiannya dengan aturan yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian (pendekatan) kualitatif. Hasil studi menunjukkan bahwa: Pertama, pendirian 10 lembaga PAUD di Kota Kupang jika dilihat dari profil pelaporan keuangan belum sepenuhnya mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah; Kedua, banyak lembaga yang masih mengalami keterbatasan dana; Ketiga, partisipasi pemerintah dalam bentuk bantuan dana belum dirasakan oleh lembaga PAUD karena sebagian besar lembaga PAUD mendapatkan sumber pembiayaan utama dari orang tua dalam bentuk SPP.
x
ABSTRACT
The purpose of this study is to describe the financial reporting profile of institutions of early childhood education (PAUD) and it is suitability with applicable rules. This research
uses the qualitative research method (approach). The result show that: First, the establishment of 10 PAUD institutions in Kupang city when viewed from the financial reporting profile has not fully followed the rules already determined by the government; Second, many institutions are still experiencing limited funds; Third, government
participation in the form of aid funds has not been felt by PAUD institutions because most institutions/ PAUD obtain the main source of funding from parents in the form SPP.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMAKASIH ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
PENDAHULUAN... 1
KAJIAN PUSTAKA ... 3
Pengelolaan Keuangan Pendidikan ... 3
Pelaporan Keuangan ... 4
Standar Pengelolaan Keuangan Pendidikan Anak Usia Dini... 5
Penelitian Terdahulu ... 9
METODA PENELITIAN ... 10
Jenis Penelitian ... 10
Lokasi Penelitian ... 10
Jenis dan Sumber Data... 10
Kriteria baik/tidaknya lembaga PAUD ... 11
xii
Dokumentasi ... 13
Pemanfaatan Biaya ... 14
Laporan Pembiayaan ... 17
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 20
DAFTAR PUSTAKA ... 22
LAMPIRAN ... 24
Dokumen Keuangan ... 24
Surat Penelitian ... 42
Nama Lembaga PAUD ... 43
xiii
DAFTAR TABEL
1
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini diselenggarakan dalam beberapa bentuk jalur pendidikan, seperti disebutkan dalam Permendiknas nomor 58 Tahun 2009. Dewasa ini banyak anggota masyarakat yang mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan atau pengasuhan anak-anak usia dini. Hal ini terjadi bukan saja di negara-negara yang sudah maju, melainkan juga di beberapa negara adidaya termasuk Indonesia. Fokus perhatian pemerintah lebih tertuju pada jenjang pendidikan dasar, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini. Gencarnya program pemerintah dalam mensosialisasikan penyelenggaraan PAUD yang juga berkualitas bagi anak usia dini.
Kementrian pendidikan Republik Indonesia menyatakan bahwa kuantitas pendidik PAUD jauh lebih sedikit dari jumlah tenaga pendidik pada jenjang lainnya yaitu terdapat kurang lebih 250.000 pendidik PAUD yang tersebar di Indonesia dengan presentasi 15,7% yang memiliki kualifikasi jurusan tidak relevan dengan PAUD (Novan dan Barnawi 2012). Layanan PAUD sebagian besar ditangani oleh tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang seharusnya, sehingga proses pembelajaran yang ditargetkan tidak sesuai dengan harapan. Masyarakat menjadi kurang berminat dengan profesi sebagai pendidik PAUD karena identik dengan pendapatan yang minim.
Setiap unit kerja selalu berhubungan dengan masalah pengelolaan keuangan, demikian pula lembaga PAUD. Persoalan menyangkut pengelolaan keuangan PAUD pada garis besarnya berkisar pada uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), transport pendidik, kegiatan peningkatan mutu pendidik serta keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan PAUD seperti perbaikan sarana prasarana dan lain sebagainya. Hal- hal tersebut sangat mempengaruhi kinerja pelayan PAUD. Sehingga, banyak lagi lembaga PAUD tidak berfungsi sesuai dengan tujuan pendiriannya. Salah satu faktor yang menyebabkan masalah di atas dapat terjadi karena penempatan sumber daya manusia (SDM) yang tidak sesuai kualifikasi yang sudah ditetapkan dalam aturan yang ada serta kurang pemahaman dalam mengelola keuangan lembaga itu sendiri.
2 realisasi anggaran dalam pengelolaan keuangan sekolah di SMA Negeri Se-Kabupaten Kendal telah dilaksanakan dengan adil dan mematuhi peraturan yang ada. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Suharti (2013) menunjukkan sudah adanya kesesuaian antara proses manajemen keuangan sekolah antara lembaga PAUD Terpadu Negeri Pembina dan lembaga PAUD Rabbi Roddiyah Kabupaten Rejang Lebong dengan peraturan yang ada, tetapi belum melihat pada analisis profil pelaporan keuangan padahal performa lembaga PAUD yang pertama-tama akan dapat dilihat adalah dari profil pelaporan keuangannya karena profil keuangan merupakan salah satu output dari pengelolaan keuangan lembaga PAUD secara keseluruhan.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2013) menyebutkan bahwa tidak lancarnya operasional pada lembaga PAUD disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena masalah keuangan dan keterbatasan dana yang dimiliki lembaga. Dana pendidikan yang dimiliki lembaga pendidikan haruslah dapat dikelola sesuai dengan kebutuhannya. Seringkali dana yang dimiliki lembaga pendidikan terbatas atau kurang, sehingga lembaga pendidikan harus membuat daftar anggaran pengeluaran sesuai dengan prioritas kebutuhannya. Undang-Undang (UU) nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 49 menyatakan bahwa alokasi dana pendidikan selain gaji dan biaya pendidikan kedinasan minimal 20 persen dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dan 20 persen dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).
Kota Kupang memiliki jumlah lembaga PAUD yang cukup signifikan yakni 209 lembaga PAUD (sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang tahun 2017). Dalam wawancara awal terkait pengelolaan keuangan lembaga PAUD di Kota Kupang terdapat banyak lembaga PAUD yang belum mengikuti ketentuan yang ada, serta adapula lembaga PAUD diantaranya sudah ditutup setelah beroperasi 3 tahun. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan salah seorang pengelola lembaga PAUD menyatakan bahwa masalah atau hambatan yang paling sering dihadapi oleh lembaga PAUD ialah masalah dalam pengelolaan keuangan.
3 Pemerintah Nomor 137 pasal 37, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009, UU nomor 20 tahun 2003, dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Direktorat Pembinaan PAUD kemdiknas (2013). Adapun manfaat dari penelitian ini yang pertama secara teoritis untuk melengkapi literatur-literatur yang berkaitan dengan profil pengelolaan keuangan khususnya lembaga PAUD. Kedua, secara praktis diharapkan dapat membantu pemerintah dalam pengelolaan PAUD dan bagi PAUD yang diteliti dapat menjadi masukkan terkait pengelolaan data-data keuangannya.
KAJIAN PUSTAKA
Pengelolaan Keuangan Pendidikan
Pengelolaan keuangan dapat diartikan sebagai tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan (Depdiknas Ditjen Dikdasmen 2007). Dengan adanya pengelolaan keuangan yang baik, maka diharapkan setiap informasi keuangan dapat diperoleh. Beberapa kegiatan pengelolaan keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana pelaporan, pemeriksaan, dan pertanggungjawaban (Lipham 1985; Keith 1991).
Menurut Nurteti (2008), pengelolaan dana pendidikan di lembaga pendidikan mencakup 2 (dua) aspek, yakni: 1) dimensi penerimaan atau sumber dana; dan 2) dimensi pengeluaran atau alokasi dana. Dimensi penerimaan, antara lain bersumber dari: penerimaan umum pemerintah, penerimaan khusus pemerintah yang diperuntukkan bagi pendidikan, iuran sekolah, dan sumbangan-sumbangan masyarakat, sedangkan dimensi pengeluaran mencakup pengeluaran modal atau anggaran pembangunan. Melalui kegiatan pengelolaan keuangan, kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
4 Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum). Laporan keuangan merupakan salah satu medium dalam penyampaian informasi. Setiap kegiatan perlu diatur agar berjalan tertib, lancar, efektif, dan efisien. Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks membutuhkan pengaturan yang baik, termasuk dalam hal keuangan. Penyajian informasi keuangan dalam kaitannya dengan pengelolaan keuangan perlu memperhatikan sejumlah prinsip.
UU nomor 20 tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, efektif, transparansi, dan akuntabilitas publik. Keadilan dalam pengelolaan keuangan sekolah dilakukan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada calon dan atau peserta didik dalam mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah.
Transparan berarti ada keterbukaan. Transparan di bidang pengelolaan berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang pengelolaan keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam pengelolaan keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya yang jelas sehingga memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggungjawabnya. Akuntabilitas di dalam pengelolaan keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yangtelah ditetapkan dan peraturan yang berlaku serta pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah.
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatukegiatan. Efficiency”characterized by
5 Garner (2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi karena sebenarnya efektivitas tidak hanya sampai pencapaian tujuan, tetapi juga pada kesesuaian kualitas hasil dengan visi lembaga. Pengelolaan keuangan dikatakan memenuhi prinsip keefektifan kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitas outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Standar Pengelolaan Keuangan Pendidikan Anak Usia Dini
Standar keuangan lembaga PAUD diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014 Pasal 37 yang terdiri dari: (1) Komponen pembiayaan meliputi biaya operasional dan biaya personal. (2) Biaya operasional digunakan untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat, penyelenggaraan program pembelajaran, pengadaan dan pemeliharaan sarana-prasarana, serta pengembangan SDM. (3) Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk anak dalam mengikuti proses pembelajaran. (4) Biaya operasional dan personal dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, yayasan, partisipasi masyarakat, dan atau pihak lain yang tidak mengikat. (5) Pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan lembaga PAUD disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan adanya standar yang dikeluarkan oleh pemerintah maka sangat diharapkan semua pihak yang terkait dapat mengelola keuangan pendidikan mengikuti standar yang ada. Dengan demikian, pengelolaan keuangan sekolah merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah. Dalam pengelolaan keuangan sekolah terdapat rangkaian aktivitas yang terdiri dari perencanaan program sekolah, perkiraan pemasukan dan pengeluaran dalam pelaksanaan program, pengesahan, dan penggunaan anggaran sekolah.
6 pengembangan, pengawasan,dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuandan atau program PAUD. (4) Tenaga Kependidikan terdiri atas Pengawas TK/RA/BA, Penilik KB/TPA/SPS, Kepala PAUD (TK/RA//BA/KB/TPA/SPS), tenaga administrasi, dan tenaga penunjang lainnya. (5) Pendidik dan Tenaga Kependidikan anak usia dini memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang dipersyaratkan, sehat jasmani, rohani/mental, dan sosial.
Ada beragam sumber dana yang dimiliki oleh suatu lembaga, baik dari pemerintah maupun pihak lain. Dana yang disediakan oleh pemerintah untuk setiap lembaga, baik pusat maupun daerah sebagaimana diamanatkan dalam UU tersebut guna penyelenggaraan PAUD diusahakan agar dipenuhi sesuai dengan salah satu isi standar PAUD dalam peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009, yaitu perihal standar pembiayaan. Jenis pembiayaan yang dikemukakan dalam standar tersebut meliputi: 1) biaya investasi, dipergunakan untuk pengadaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap; 2) biaya operasional yang dipergunakan untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai dan biaya operasional pendidikan tak langsung; dan 3) biaya personal, meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaraan.
Lebih lanjut untuk mengetahui setiap informasi keuangan yang pada lembaga PAUD terutama untuk mengetahui jenis pelaporan keuangan yang masuk kategori paling baik dan paling buruk/ekstrem maka dibutuhkan standar untuk mengkaji informasi keuangan yang ada. Berdasarkan petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD oleh Direktorat Pembinaan PAUD kemdiknas (2013) dengan berdasarkan pada prinsip pengelolaan sekolah dalam UU nomor 20 tahun 2003 pasal 48 menyebutkan bahwa suatu lembaga PAUD memiliki administrasi/informasi keuangan PAUD sebagai berikut:
1. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
7 yaitu Pendapatan dan Pengeluaran. RAPBS mencakup semua biaya dan pendapatan yang ada pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Tahunan khususnya untuk tahun anggaran mendatang. Pendapatan yang dicantumkan di RAPBS hanya mencakup dana dalam bentuk uang baik yang akan diterima dan dikelola langsung oleh sekolah.
Pendidikan Anak Usia Dini sebagai institusi penyelenggara pendidikan dan pembelajaran yang mendapatkan dukungan masyarakat, maka salah satu aspek penting dalam RAPBS adalah keterbukaan. Setiap poin kegiatan merupakan program bersama civitas di sekolah dan stakeholder sekolah maka mereka harus memahami dan mengertiapa yang terjadi saat perencanaan dan penerapan RAPBS di sekolah. Pemasukan dan pengeluaran keuangan PAUD di atur dalam RAPBS. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan penyusunan RAPBS yaitu penerimaan, penggunaan dan pertanggungjawaban yang merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran. Dengan demikian, RAPBS berisi tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya, baik rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan, dan jumlah nominalnya dalam satu tahun anggaran.
Dengan tersedianya dokumen tertulis mengenai RAPBS maka pengelola dapat mengkonsumsinya secara terbuka kepada semua pihak yang memerlukan. Sumber dana yang tersedia didalam RAPBS dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kegiatan pengelolaan operasional sekolah pada tahun yang berjalan. Dana yang tersedia di dalam RAPBS sekaligus mencakup kegiatan untuk pengembangan sekolah dapat disediakan secara khusus sebagai tambahan dari RAPBS yang telah di susun. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah diprogramkan sekolah dalam satu pelajaran maka diperlukan tersedianya sejumlah dana tertentu pula. Berapa besarnya dana yang diperlukan oleh sekolah agar tujuan itu dapatdicapai telah dihitung secara cermat oleh setiap sekolah melalui penyusunan RAPBS.
2. Buku Kas Umum
8 semua transaksi penerimaan dan pengeluaran baik kas secara tunai maupun giral, mutasi kas dari bank ke tunai dan perbaikan/koneksi kesalahan pembukuan.
Format Buku Kas Umum dibuat sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa bendaharawan selaku pemegang kas menyimpan uang selain dikas juga di bank pemerintah. Selanjutnya, penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan melalui kas secara tunai maupun bank harus dibukukan dalam buku kas umum. Sehingga saldo pada buku kas umum merupakan saldo uang yang terdiri dari saldo yang ada di kas (saldo kas) dan saldo yang ada di bank.
3. Buku Kas Harian
Buku kas harian berisi semua transaksi penerimaan dan pengeluaran secara tunai atau transaksi penjualan dan pembelian secara tunai. Semua transaksi kas ekternal maupun internal dibukukan dalam buku ini. Bukti transaksi eksternal sama dengan bukti transaksi yang dipergunakan dalam buku kas umum.
4. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu organisasi, dimana selanjutnya itu akan menajdi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja organisasi tersebut (Fahmi 2011). Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan tersebut (Jumingan 2006). Laporan keuangan sendiri memiliki banyak sekali pengertiannya, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir 2010).
9 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Suharti (2013) melihat secara umum mengenai manajemen lembaga PAUD dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa manajemen keuangan lembaga PAUD sudah mengikuti ketentuan yang ada, namun dalam penelitian ini tidak menunjukkan seperti apa dan bagaimana pelaporan keuangan dari kedua lembaga PAUD tersebut.
Penelitian lainnya oleh hasil studi kasus di Kabupaten Kulon Progo yang dilakukan Tedjawati (2012) menunjukkan bahwa perkembangan jumlah lembaga PAUD di Kabupaten Kulon Progo mengalami kemajuan yang pesat karena adanya dukungan Pemda (dinas pendidikan) yang menangani dan menjamin keberlangsungan program PAUD dan Pemda Kabupaten Kulon Progo telah berkontribusi dalam perencanaan dan pelaksancanaan PAUD terutama penyediaan dana yang bersumber dari APBD serta adanya dukungan dari mitra PAUD (Forum PAUD dan HIMPAUD) dan instansi lain. Hasil studi tersebut mengindikasikan bahwa keberadaan lembaga PAUD memerlukan partisipasi dan kontribusi (dana) dari seluruh komponen dan para pemangku kepentingan pendidikan (stake holders).
10
METODA PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun pengertian dari metode deskriptif menurut Nazir (2005) adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Alasan memilih metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena penelitian ini berusaha mengungkap kesesuaian profil pelaporan keuangan di PAUD dengan Peraturan Pemerintah Nomor 137 pasal 37, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009, dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Direktorat Pembinaan PAUD kemdiknas (2013) dan UU nomor 20 tahun 2003.
Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian iniadalah lembaga PAUD di Kota Kupang.Lembaga PAUD yang diteliti adalah 10 lembaga PAUD yang direkomendasikan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang yang disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini.
Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber yang berkepentingan dengan obyek penelitian yaitu melalui wawancara terkait pelaporan keuangan yang ada pada setiap lembaga PAUD dan kesesuaiannya dengan peraturan yang ada. Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden (Subagyo 2011). Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interview dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan.
11 mengajukan pertanyaan kepada responden yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui data-data keuangan atau. Teknik pengumpulan data yang berasal dari catatan-catatan maupun arsip-arsip yang berkaitan dengan pelaporan keuangan pada lembaga PAUD yang akan diteliti. Hal ini dilakukan guna mendukung informasi yang akan diolah dalam penelitian.
Kriteria baik/tidaknya lembaga PAUD
Memenuhi indikator pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh pemerintah: = 4
Kriteria:
Tidak baik, jika rata-rata ≤ 4
Menengah, jika rata-rata diantara 4-8 Baik, jika rata-rata ≥ 8
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
12 Tabel 1 Hasil Wawancara
No Indikator Responden Wawancara1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 e. Bukti Pertanggungjawaban
f. Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS) a. Pengalokasian Biaya Investasi
c. Pendistribusian Laporan
Kota Kupang dapat diketahui bahwa hanya 4 (empat) lembaga PAUD yang sudah baik dalam pengelolaan keuangan.
13 Dokumentasi
Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terkait pelaporan keuangan yang terdapat pada 10 (sepuluh) lembaga PAUD, ditemukan bahwa sebagian besar lembaga PAUD memiliki dokumen keuangan yang bervariasi. Hanya 4 (empat) lembaga PAUD dari 10 (sepuluh) lembaga PAUD yang digunakan dalam penelitian yang bisa dikategorikan baik jika dilihat dari segi kelengkapan dokumen keuangan. Digolongkan dalam kategori baik karenadalam membuat dokumen keuangan lembaga PAUD tersebut telah mengikuti aturan yang sudah ditetapkan yakni Peraturan Pemerintah Nomor 137 pasal 37, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009, dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Direktorat Pembinaan PAUD Kemdiknas (2013) dan telah memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dalam UU nomor 20 tahun 2003 pasal 48, sedangkan 6 (delapan) lembaga PAUD lainnya dikategorikan kurang baik karena belum mampu menyajikan informasi-informasi keuangan dalam bentuk dokumen keuangan dengan baik sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan salah seorang kepala sekolah bahwa,
“Kami hanya membuat dokumen keuangan yang kami sesuaikan dengan kebutuhan di sekolahini.Sejauh ini kami hanya membuat pembukuan sederhana yang berisi jumlah uang yang masuk dan uang yang keluar atau yang kami sebut dengan Buku Kas
Umum.”
14 belum paham membuat dokumen keuangan karena kurangnya pengalaman dan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2013) bahwa kualfikasi tenaga pendidik yang tidak sesuai berdampak padakualitas pelayanan lembaga PAUD. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 137 Tahun 2014 pasal 24 ayat 5 sudah ditegaskan bahwa tenaga pendidik dan kependidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang disyaratkan yaitu harus bisa mengaplikasikan teknologi informasi dalam administrasi pendidikan dan mendokumentasikan data kelembagaan (keuangan) menggunakan berbagai media.
Pemanfaatan Biaya a. Biaya Investasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, yaitu perihal standar pembiayaan. Jenis pembiayaan yang dikemukakan dalam standar tersebut meliputi biaya investasi yang dipergunakan untuk pengadaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap. Hasil wawancara diketahui bahwa terdapat 6 (enam) lembaga PAUD yang tidak secara khusus memiliki biaya investasi.
Tidak tersedianya biaya investasi dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya karena keterbatasan dana yang dimiliki sehingga sekolah lebih memprioritaskan hal lain yang dirasa lebih penting sehingga kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung dan faktor terbatasnya jumlah murid sehingga sekolah menganggap tidak perlu banyak membuat biaya-biaya lain yang tidak perlu. Hal ini sesuai pernyataan seorang kepala sekolah,
“Untuk sementara sekolah kami belum secara khusus membuat biaya investasi.
Kalau mau dilihat dari kegunaan itu biaya investasi, yang pertama jumlah murid
kami tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu adanya penambahan guru atau
pengembangan SDM, yang kedua gereja telah memberikan fasilitas gedung untuk
belajar dan untuk modal kerja tetap sejauh ini masih bersumber dari iuran murid
dan bantuan jemaat.”
15 pemerintah daerah, dan masyarakat. Pada pasal 47 sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan. Untuk itu dibutuhkan kreativitas dari para kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana sehingga pos-pos dana yang seharusnya ada dapat terpenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa ada lembaga PAUD yang belum memiliki gedung sekolah sendiri serta ruang belajar yang layak.Pemerintah harus lebih memperhatikan hal-hal seperti ini, gedung sekolah dan ruang belajar adalah sarana untuk menunjang proses belajar dan mengajar yang menjadi kegiatan utama dari sebuah lembaga pendidikan. Dalam Nurteti (2008) dinyatakan bahwa keberhasilan pengelolaan atas dana pendidikan itu akan menimbulkan berbagai manfaat diantaranya memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efisien artinya dengan dana tertentu diperoleh hasil yang maksimal atau dengan dana minimal tercapai sebuah tujuan tertentu. Pada lembaga PAUD lainnya yang secara pelaporan keuangannya dikategorikan baik, biaya investasi yang ada dialokasikan untuk beberapa bagian penting guna menunjang keberlangsungan lembaga seperti membangun gedung sekolah dan penambahan sarana prasarana belajar.
b. Biaya Operasional Lembaga
Sumber biaya operasional untuk setiap lembaga PAUD yang diteliti telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 137 pasal 37 ayat 4 yaitu biaya operasional dan personal lembaga dapat bersumber dari pemerintah, yayasan, partisipasi masyarakat dan pihak lain yang tidak mengikat. Besarnya jumlah biaya operasional untuk masing- masing lembaga PAUD berbeda antara satu dengan lainnya. Jika dana tersebut bersumber dari pemerintah yaitu dalam bentuk bantuan operasional pemerintah (BOP) biasanya disesuaikan dengan jumlah murid. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa besarnya BOP adalah Rp. 600.000/murid. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang kepala sekolah,
“sonde setiap tahun katong bisa terima dana bantuan operasional pemerintah
(BOP), karena untuk bisa dapat bantuan katong musti ajukan proposal. Besarnya
jumlah yang bisa diperoleh tergantung dari berapa jumlah murid, kalo ada 60 murid
16 disesuaikan dengan jumlah murid. Setiap murid mendapatkan bantuan sebesar Rp 600.000, jika total murid 60 maka 60 x Rp 600.000 = 36.000.000.]
Beberapa sekolah tidak mendapatkan dana BOP karena ada faktor-faktor teknis yang tidak dipatuhi. Biaya operasional PAUD, khsusunya bagi kalangan masyarakat yang kurang mampu (prasejahtera) secara proporsional seyogyanya ditanggung bersama (subsidi silang) oleh pemerintah kabupaten/kota, masyarakat, dan keluarga sesuai tingkat kemamapuan masing-masing. Artinya, semakin status sosial masyarakat mampu (segi ekonomi), maka peran pemerintah kabupaten/kota semakin sedikit. Ada 3 (tiga) lembaga PAUD yang dikelola bersama gereja sehingga pengurusan terkait keuangan sedikit berbeda dengan lembaga PAUD yang dikelola sendiri.Semua biaya yang masuk dan keluar harus melalui prosedur karena keuangan sekolah dan gereja menjadi 1 (satu) bagian. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang kepala sekolah,
“katong disini kalo butuh uang sonde bisa langsung ambil sa kk, karena yang pegang
uang semua bendahara gereja, jadi untuk beli keperluan sekolah biasanya ibu pake
uang pribadi dulu baru nanti dia punya kwintansi atau bukti pembayaran kasi di
bendahara gereja tapi itu tidak langsung diganti, tunggu rapat gereja dulu.”[di sekolah ini semua uang termasuk biaya operasional dipegang oleh bendahara gereja, sehingga untuk membeli keperluan sekolah sering menggunakan dana pribadi yang akan diganti oleh bendahara gereja setelah melakukan rapat bersama semua pengurus gereja dengan menunjukkan bukti-bukti pembayaran.]
Masalah keterbatasan biaya operasional lembaga PAUD, hasil penelitian Tejawati (2013) mengindikasikan bahwa walaupun pendanaan pendidikan PAUD bersumber dari para pemangku kepentingan pendidikan (pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha/dunia industri serta lembaga penyelenggara PAUD sendiri), namun biaya operasional dirasakan belum mencukupi. Namun sebagian besar lembaga PAUD yang diteliti memperoleh dana untuk biaya operasional yaitu dari orang tua murid dalam bentuk sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang kepala sekolah,
“sebagian besar sumber pembiayaan operasional kami peroleh dari SPP tiap
bulan dari orang tua, karena tidak setiap tahun kami dapat memperoleh
17 Semua sumbangan itu tergantung dari kemampuan masing-masing pemberi dana (termasuk pemerintah) dan juga dana dari masyarakat sangat tergantung dari kemampuan ekonomi masyarakat dan kesediaan itu sendiri bervariasi. Adapun danadari penyelenggara PAUD itu sendiri masih belum memadai dan sangat tergantung dari kemampuan ekonomi orangtua peserta didik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa biaya operasional yang ada bersumber dari dana BOP dialokasikan untuk membayar honor pendidik, transport pendidik, konsumsi anak didik pada hari tertentu dan pembayaran daya. Untuk sekolah yang sudah sangat baik dalam pengelolaan keuangannya maka semua rincian biaya dapat dilihat dengan jelas pada RAPBS/RAPBL sehingga semua biaya dapat dipertanggungjawabkan. Walaupun sebagian besar biaya operasional sudah biayai oleh dana BOP maupun SPP, pengembangan mutu pendidikan lembaga PAUD masih kurang maksimal. c. Biaya Pembelajaran
Biaya pembelajaran pada lembaga PAUD ada yang bersumber dari dana BOP dan ada yang bersumber dari peserta didik. Rata-rata biaya pembelajaran dialokasikan untuk pengembangan internal lembaga PAUD seperti pengembangan kurikulum, pengembangan bahan ajar, pengembangan media belajar, bahan praktek, alat peraga dan alat tulis peserta didik. Sumber pendanaan yang diperoleh dari pemerintah dan pihak lainnya diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi kekurangan biaya pembelajaran.Untuk itu dibutuhkan partisipasi dan kontribusi dari seluruh pihak agar semua perencanaan terkait biaya pembelajaran dapat terpenuhi. Hal ini didukung oleh penelitian Suharti (2013) yang menyebutkan perencanaan dan pelaksaanaan lembaga PAUD dapat berlangsung dengan adanya kontribusi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal pendanaan.
Laporan Pembiayaan a. Laporan Keuangan
18 keuangan dari lembaga PAUD sangat bervariasi.Ada lembaga PAUD yang sudah mencatat semua informasi keuangan disertai dengan bukti-bukti transaksi dan ada juga lembaga yang mencatat dengan tidak disertai bukti-bukti transaksi. Faktor yang menyebabkan perbedaan isi dari laporan keuangan karena tidak adanya format laporan keuangan yang menjadi acuan dalam penyusunan laporan keuangan. Hal ini menjadi kelemahan dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah, karena belum mencakup kebutuhan masyarakat secara luas.
Administrasi umum yang harus dimiliki oleh lembaga PAUD diatur dalam petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD oleh Direktorat Pembinaan PAUD kemdiknas (2015) dan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014 Pasal 37 tentang standar keuangan lembaga PAUD. Untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang baik dibutuhkan tenaga yang kompeten dalam membuat laporan keuangan sehingga benar-benar memahami isi dalam laporan tersebut.Masalah utama bagi lembaga PAUD yang belum secara maksimal dalam membuat laporan keuangan ialah lembaga PAUD tidak menempatkan tenaga yang kompeten untuk mengelola keuangan lembaga. Hal ini berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 pasal 48. Ketika lembaga menempatkan tenaga yang kompeten maka diharapkan tujuan yang sudah ditetapkan oleh lembaga itu sendiri dapat tercapai. Salah satunya adalah menghasilkan pelaporan keuangan yang baik.
19 b. Penyusunan Laporan Keuangan
Jangka waktu penyusunan laporan keuangan dan jenis laporan keuangan masing-masing lembaga berbeda. Ada yang membuat laporan keuangan harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Untuk sekolah yang dikelola bersama dengan gereja maka laporan keuangan setiap harinya secara harus dilaporkan kepada bendahara gereja. Untuk sekolah yang dikelola sendiri cenderung membuat laporan keuangan bulanan.Bentuk fisik laporan keuangan sendiri tidak jauh berbeda dengan bentuk Buku Kas umum yang hanya berisi catatan kas masuk dan keluar. Setiap sekolah yang memperoleh dana BOP wajib membuat laporan penggunaan dana BOP. Laporan penggunaan dana BOP dibuat setiap akhir tahun sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban kepada dinas.
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan atau organisasi, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan atau organisasi tersebut (Fahmi 2013). Teknik penyusunan laporan keuangan yang berbeda disebabkan karena acuan dan aturan yang dibuat oleh pemerintah tentang bagaimana mengelola keuangan lembaga PAUD tidak disosialisasikan kepada para pengelola lembaga sehingga masing-masing lembaga menyusun laporan keuangan berdasarkan kebutuhan dari masing-masing lembaga.
Penyusunan laporan keuangan sebagian besar dilakukan langsung sendiri oleh para kepala sekolah karena keterbatasan tenaga pendidik lainnya dalam mengelola keuangan sekolah. Fakta ini menunjukkan bahwa lembaga PAUD belum mengikuti standar kompetensi tenaga didik dan kependidikan terkait wewenang untuk mengelola data keuangan. Bahkan ada kepala sekolah yang tidak memiliki latar belakang yang kompeten sehingga mengharapkan bantuan pihak ketiga dalam melakukan pengelolaan laporan keuangan.
c. Pendistribusian Laporan Keuangan
20 bentuk pertanggungjawaban dari sekolah kepada pihak-pihak terkait atas penggunaan dana dalam kurun waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan prinsip akuntabilitas dalam UU nomor 20 Tahun 2003 pasal 48 yang mengatur tentang pengelolaan keuangan sekolah.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Mengacu pada hasil kajian dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut. Pertama, pendirian 10 lembaga PAUD di Kota Kupang jika dilihat dari profil pelaporan keuangan belum sepenuhnya mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat dari kelengkapan dokumentasi data keuangan yang ada dari tiap-tiap lembaga PAUD masih jauh dari kata baik karena hanya 4 lembaga PAUD dari 10 lembaga yang diteliti yang sudah menaati aturan yang ada. Sedangkan dari sisi pemanfaatan biaya, masih banyak PAUD yang belum memanfaatkan dana sesuai dengan pos-pos dana yang ditetapkan karena adanya keterbatasan dana yang dimiliki sehingga keberlangsungan lembaga tidak memiliki perkembangan yang signifikan. Partisipasi pemerintah dalam bentuk bantuan dana belum dirasakan oleh lembaga PAUD karena sebagian besar lembaga PAUD mendapatkan sumber pembiayaan utama dari orang tua dalam bentuk SPP .
Keterbatasan dalam penelitian yang ini sebagai berikut. Pertama, pemilihan lembaga PAUD sebagai lokasi penelitian terbatas oleh karena lembaga yang diteliti sudah ditetapkan oleh pemerintah setempat. Kedua, pada saat proses wawancara dan observasi dokumen keuangan dimana peneliti tidak dapat memperoleh informasi yang lebih rinci terkait dokumen keuangan dan tidak diijinkan untuk melihat data keuangan dari beberapa lembaga PAUD yang diteliti. Keterbatasan lainnya adalah waktu penelitian yang terlalu singkat sehingga tidak semua informasi penting dapat diperoleh.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anggawirya.2000. Akuntansi Berdasarkan Prinsip Akuntansi Perusahaan Jasa dan Dagang. Jakarta: PT Ercontara Rajawali.
Barnawi & Ardy. W. N. 2011. Format PAUD. Jakarta: Ar-Ruzzmedia. BK 2009.
Depdiknas. 2012.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini 2013. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD. Jakarta: Kemdiknas.
Depdiknas. 2009. Peraturan MenteriPendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Kemdiknas.
Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 53 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Kemdiknas.
Irham, Fahmi. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: CV Alfabeta.
Jones. 1992. The Development of conceptual Frameworks of Accounting For The Public Sector. Jurnal Financial Accounting and Management. 8 (4): 249-264).
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ke Satu. Jakarta: Bumi Aksara.
Kasijan. 2009. Perbedaan Presepsi Antar Stakeholders Terhadap Dukungan Pejabat dalam Penerapan SAP, Akuntabilitas Keuangan dan Transparansi pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris di Kabupaten Kulon Progo). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
23 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Kemendikbud.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurteti, L. 2008. Analisis Kebijakan Pembiayaan Pendidikan di Indonesia. Surabaya.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementrian Keuangan. 2009. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-47/PB/2009 tentang Petunjuk PelaksanaanPenatausahaandanPenyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja
Purnamasari, W. W. 2013. Studi Perbandingan Pengembangan Layanan PAUD di Kecamatan Brebes dan di Kecamatan Bulukamba Kabupaten Brebes.Indonesian Journal of Early Childhood Education StudiesVol 2 (1).
Suharti.2013. Manajemen pendidikan anak usia dini (paud) dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran (studi perbandingan pada paud terpadu negeri pembina dan paud rabbi roddiyah kabupaten Rejang Lebong.Tesis tidak diterbitkan.Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Tejawati, J. M. 2012. Penyelenggaraan program pendidikan anak usia dini (paud) dalam rangka otonomi daerah: studi kasus di kabupaten Kulon Progo. Jurnal Penelitian Kebijakan PendidikanVol 5 (2): 233-237.
Tejawati, J. M. 2013. Pendanaan pendidikan anak usia dini. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol 19 (3): 353-361.
UNICEF. 2009.Holistic ECD for All in Indonesia: Supporting Communities to Close the Gap. (PAUD Holistik Untuk Semua. Mendukung Masyarakat Dalam
24
LAMPIRAN
Dokumen Keuangan
BUKU KAS UMUM
TANGGAL
KETERANGAN Fol. DEBIT
25 Terima 1 bulan SPP 50,000
Bayar 1 dos tissue
paseo 15,000
15 Juni 2016
Bayar 1 bolpoint tanda
tangan 17,500
200,000 589,500 1,774,050
(589,500)
26 RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH TAHUN
AJARAN 2 Biaya Pendaftaran (Orang
27
3.8 Biaya suguhan 250,000
4
Sumbangan Peningkatan Mutu Pendidikan (Orang
Tua Murid)
3,780,000 4 4.1 Lomba kreatifitas
guru dan anak 500,000
28
5 Dana Pembangunan - 5 5.1 pembayaran air -
5.2 pembayaran
listrik -
5.3 pembayaran
telpon/internet - 6 Sumbangan Gizi 9,000,000 6 6.1 biaya gizi anak
TK
@Rp15000 x 12 x
50= 9,000,000
29
2016 Terima dana BOP 2016 12,600,000
I. BUKU-BUKU PENUNJANG PELAJARAN Bayar pengadaan dan penjilian
perangkat pembelajaran program semester 1 dan 2, program mingguan, pedoman
Bayar 1 buah buku induk 100,000
1) Bayar 18 buah buku judul
"ditempat Baik" @ 12,000 216,000 2) Bayar 25 buah buku judul
"Anak Yang Baik" @ Rp 12,000
300,000
3) Bayar 25 buah buku "Bisa
Menjaga Diri" @ Rp 12,000 300,000 4) Bayar 25 buah buku judul
"Kegiatanku" @ Rp 12,000 300,000 5) Bayar 25 buah buku judul
"Anak Terampil" @ Rp 12,000
300,000
30 "Siap Berkarya" @ Rp 12,000
7) Bayar 25 Buah buku judul "Sopan dan Peduli " @ Rp
12,000
300,000
8) Bayar 25 buah buku judul "Menulis Lambang Bilangan"
@ Rp 12,000
300,000
9) Bayar 25 buah buku judul "Membentuk Kata" @ Rp
12,000
300,000
10) Bayar 25 buah buku judul "Pandai Berbahasa" @ Rp
12,000
300,000
11) Bayar 25 buah buku judul "Menyusun Kalimat Sederhana" @ Rp 12,000
31 RINCIAN KEGIATAN DAN PENGGUNAAN DANA TAHUN AJARAN
2016/2017 1 Subsidi Dari Jemaat 34,600,000 1.1 Honor kepala sekolah
@Rp 750000 x 12 = 9,000,000
1.2 Honor guru TK
@Rp 650000 x 12= 15,600,000
1.3 Seragam sekolah olahraga
(Rp 100000 x 50) 5,000,000
seragam yayasan (Rp 100000 x 50) 5,000,000 2 Biaya Pendaftaran (Orang
Tua Murid) 1,350,000 2.1 Administrasi pendaftaran MB -
2.2 Buku penghubung
@Rp10000 x 50 500,000
2.3 Buku catatan anekdot
@Rp10000 x 50 500,000
2.4 Buku Induk 100,000
2.5 Biaya penyusunan program tahunan 250,000
2.6 Transport panitia tahunan -
3
Dana operasional
pendidikan (orang tua murid)
2,380,000 3.1 Pembinaan pendidikan/ATK dll 1,000,000
3.2 Pelatihan/supervisi dan workshop 500,000
3.3 Insentif guru -
32 3.5 Biaya kegiatan ekstrakurikuler 200,000 3.6 Biaya foto copy dan pengadaan
laporan
@Rp15000 x 12= 180,000
3.7 Biaya pemeliharaan komputer 250,000
3.8 Biaya suguhan 250,000
4 Sumbangan peningkatan
mutu 3,780,000 4.1 Lomba kreatifitas guru dan anak 500,000
pendidikan (orang tua
murid) 4.2 Iuran MKTK, 60,000
IGTKI 120,000
KKKTK @Rp10000 x 12= 120,000
gugus guru @Rp5000 x 3 x 12= 180,000 yapenkris @Rp 2000 x 12 x 50= 1,200,000 4.3 Biaya pelaksanaan pembelajaran/ 1,100,000 pendekatan saintifik
4.4 Tak terduga 500,000
5 Dana pembangunan (orang
tua murid) - 5.1 pembayaran air -
5.2 pembayaran listrik -
5.3 pembayaran telpon/internet -
33
6.7 sayur @ Rp 50000 840,000
6.8 120 liter minyak tanah @ Rp 5000 600,000 6.9 10 dos mie sedap goreng @ Rp
120000 1,200,000
6.10 bumbu-bumbu @ Rp 1000000 1,000,000 6.11 10 kg daging sapi @ Rp 60000 600,000 6.12 tahu dan tempe @ Rp 45000 450,000 6.13 12 dos susu dancow @ Rp 90000 1,080,000 6.14 minyak bimoli 15 liter @ Rp 15000 225,000 6.15 kue-kue 200 buah @ Rp 1500 300,000
34 LAPORAN PENGGUNAAN DANA BOP
PENERIMAAN PENGELUARAN
NO
TANGGAL
URAIAN
JUMLAH
(Rp) NO TANGGAL URAIAN BKU & NO.
KWTS
JUMLAH (Rp) UANG MASUK
1 08 Desember 2016
Pemasukan
Dana BOP 20,400,000 1 17 Oktober 2016 A. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Buku-buku pembelajaran PAUD A.1.1
Anak baik 5 eks x Rp 11000 55,000
Anak terampil 5 eks x Rp 12500 62,500
35 Bisa menjaga diri 5 eks x Rp 12000 60,000
Maze dan puzzle 5 eks x Rp 11000 55,000 Pencobaan sederhana 5 eks x Rp 12500 62,500 Pandai berbahasa 5 eks x Rp 12500 62,500
Membentuk kata 5 eks x Rp 12500 62,500
Kegiatanku 5 eks x Rp 11000 55,000
Perilaku baik 3 eks x Rp 11000 33,000 Hasil karyaku 3 eks x Rp 12500 37,500
Suka berteman 3 eks x Rp 12500 37,500
Kata ajaib 3 eks x Rp 11000 33,000
Gerak tubuh 3 eks x Rp 12000 36,000
Bermain maze 3 eks x Rp 11000 33,000
Benda berteknologi sederhana 3 eks x Rp 12500 37,500 Latihan berbahasa 3 eks x Rp 12500 37,500 Memasangkan huruf 3 eks x Rp 12500 37,500
Bisa memilih 3 eks x Rp 11000 33,000
36 Mengelompokkan benda 3 eks x Rp 12500 37,500
Fungsi benda 3 eks x Rp 12500 37,500
Mengenal kalimat pendek 3eks X Rp 12500 37,500 Mengenal angka dan huruf 3 eks X Rp 11000 33,000
Total A.1 1,438,500
20 September
2016 2. Peralatan pembelajaran habis pakai A.2.1
Kertas folio 70 gr 10 rim x Rp 40000 400,000 Buku Folio 200 kiky 2 pak x Rp 170000 3,400,000 Spidol 612 htm snowman kecil 2 pak x Rp 7500 15,000
Spidol 612 br snowman kecil 2 pak x Rp 7500 15,000
Bolpoint NX7 2 pak x Rp 27500 55,000
Spidol 612 warna 2 pak x Rp 12500 25,000
double tip 1 pcs x Rp 35000 35,000
37 2016
Gunting star 13 cm 4 lusin x Rp 75000 300,000 pensil 2B fabel castel 5 pak x Rp 35000 175,000 spidol hitam snowman besar 2 pak x Rp 72500 145,000 26 September
2016 Plastik laminating 2 rim x Rp 110000 A.2.3 220,000 Hecter kenko besar 1 buah x Rp 71000 71,000
Isi hecter besar 1 pak x Rp 45000 45,000 Buku tulis kiky isi 38 20 pak x Rp 25000 500,000
Kertas origami 2123 1 lusin x Rp 26000 26,000 04 Nopember
2016 Plastisin 2 pak x Rp 12500 A.2.4 25,000
38
Spidol 612 htm snowman kecil 2 pak
x Rp 7500 15,000
Spidol 612 br snowman kecil 2 pak x
39 Flackban hitam 48 mm 2 rol x Rp
18000 36,000
2 22 September 2016
Buku folio 100 kiky 2 pak x Rp
150000 A.2.2 300,000
Gunting star 13 cm 4lusin x Rp 75000 300,000 pensil 2B fabel castel 5 pak x Rp
35000 175,000
Spidol hitam snowman besar 2 pak x
Rp 72500 145,000
3 23 September
2016 Buku raport 42 x Rp 15000 B.1.1 630,000 4 24 September
2016
Penggunaan pulsa internet bulan
september 2016 C.3.1 250,000 5 26 September
2016 Plastik laminating 2 rim x Rp 110000 A.2.3 220,000 Hecter kenko besar 1 buah x Rp 71000 71,000
Isi hecter besar 1 pak x Rp 45000 45,000 Buku tulis kiky isi 38 20 pak x Rp
25000 500,000
Kertas origami 2123 1 lusin x Rp
40 6 27 September
2016
Penyediaan makanan tambahan bulan
september 2016 minggu I B.5.1 225,000 7 28 September
2016
Transport guru untuk kegiatan KKG
bulan september 2016 B.3.1 107,500 Transport guru untuk kegiatan KKG
bulan september 2016 B.3.2 107,500 8 29 September
2016 Kotak P3K 175,000
Minyak nona mas 2 pcs 44,000
Balsem Tjingjiau 369 2 pcs 32,000
Caplang minyak GPU 2 pcs 33,400
Minyak tawon FF 2 pcs 75,000
Stella all in one lemon 1 pcs 15,000
Pettol hand soap 2 pcs 70,000
41 Vixal kuat harum 800 ml 1 pcs 29,100 9 30 September
2016 Tambahan transport pendidik (kepsek) B.4.1 225,000 Penyediaan makanan tambahan bulan
september 2016 minggu II B.5.2 225,000 Dokumentasi kegiatan anak didik
bulan september 2016 C.2.1 140,000
TOTAL 5,256,00