• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

945

SMP NEGERI 2 TANAH GROGOT PADA OPERASI HITUNG

BENTUK ALJABAR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

KATBAR SEMESTER GANJIL

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Sulistyo Joko Purnomo Guru SMP Negeri 2 Tanah Grogot

Abstrak: Berdasarkan pengalaman mengajarkan materi operasi hitung bentuk aljabar, penulis masih menjumpai siswa yang mengalami kesulitan melakukan operasi hitung bentuk aljabar. Selama ini pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan media. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga KATBAR ( KArTu aljaBAR) untuk membantu siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot yang mengalami kesulitan belajar pada konsep penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bentuk aljabar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 25 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, observasi aktivitas siswa, observasi kemampuan guru melaksanakan tindakan dan angket untuk mengetahui Respon siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Skor rata-rata hasil belajar matematika pada siklus I sebesar 65,95 berada pada kategori “tinggi” Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan serbesar 12,8 dengan skor rata-rata hasil belajar 78,25 berada pada kategori “tinggi”. (2) Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan. Pada siklus I dari 25 siswa sebanyak 13 siswa atau 52 % mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pada siklus II sebanyak 23 siswa atau 92 % mencapai ketuntasan belajar dan ketuntasan belajar klasikal tercapai.

Kata Kunci: Alat peraga KATBAR, hasil belajar siswa,, operasi aljabar

Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi siswa, bahkan menjadi mata pelajaran yang menjadi momok bagi beberapa siswa. Kenyataan seperti ini berdampak negatif bagi prestasi atau hasil belajar siswa. Adanya bukti dari hasil evaluasi pelajaran matematika tiap semester maupun ujian akhir masih sering di bawah standar mata pelajaran lain. Upaya dalam mengatasi keadaan ini adalah mengajak siswa untuk memahami pelajaran yang diberikan dan tidak merasa terbebani jika belajar matematika, memiliki semangat untuk belajar matematika serta menanamkan dalam diri siswa bahwa matematika bukan pelajaran yang sulit.

Dari hasil pengalaman mengajar pada kelas-kelas di SMP Negeri 2 Tanah Grogot masih menganggap bahwa pelajaran matematika sulit, membosankan sehingga beberapa diantara mereka hanya datang, duduk dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Mereka masih membawa kebiasaannya dari SD yang masih banyak bermain ketimbang serius memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh gurunya, terlebih lagi jika guru lebih banyak menerapkan metode pembelajaran konvensional. Padahal menurut Nurhadi (2003, 8) mengatakan bahwa siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru.

Pembelajaran matematika, khususnya di kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot dengan materi Operasi Hitung pada Bentuk Aljabar, masih ditemukan kendala yang serius, seperti kurangnya kemampuan siswa dalam melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, dan operasi bentuk aljabar. Hal ini dikarenakan rendahnya pemahaman siswa terhadap materi aljabar yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) lemahnya siswa dalam operasi hitung bilangan bulat dan pecahan yang telah dipelajari pada materi sebelumnya, 2) pelaksanaan pembelajaran tidak kontekstual sehingga siswa kurang dapat memaknai hakikat simbol-simbol aljabar dan makna dari operasinya, 3) kurang tepat dalam memilih dan mengelola media pembelajaran yang sesuai.

(2)

946

tujuan “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 2 Tanah Grogot pada Operasi Hitung Bentuk Aljabar dengan Menggunakan Alat Peraga KatBar”.

ALAT PERAGA MATEMATIKA

Alat peraga sangat berguna untuk menanamkan konsep atau melatih ketrampilan konsep. Semua bermuara untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai. Seperti yang diungkapkan Hamalik (1994) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalamproses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Pemilihan alat peraga untuk menunjang proses belajar dan mengajar sangat penting peranannya, karena itu patut diadakan dan dimanfaatkan. Penggunaan alat peraga yang tepat akan melipat gandakan hasil belajar dan membuat proses belajar menjadi aktif, inovatif , efektif menarik dan menyenangkan.

KATBAR (KARTU ALJABAR)

KATBAR yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan model geometri yang digunakan untuk mengkonkritkan pengertian variabel dan konstanta dalam aljabar yang bersifat konsep abstrak. Merupakan model geometri karena alat ini berupa kartu yang berbentuk bangun geometri, yaitu: persegi dan persegipanjang, dan penggunaan alat ini juga mengacu pada prinsip-prinsip yang ada dalam geometri, yaitu konsep panjang, lebar dan luas.

Alat peraga KATBAR terdiri dari 3 jenis kartu, yaitu:

Ketentuan

1. Kartu satuan, berupa persegi dengan panjang sisinya satu satuan panjang atau dengan 1 cm x 1 cm. Pada kartu satuan ini ada dua jenis, yaitu yang berwarna menunjukkan positif satu (1) dan tidak berwarna (putih) menunjukkan negatif satu (-1).

2. Kartu x, berupa persegi panjang dengan ukuran 2 cm x 1 cm. Pada kartu ini juga menggunakan dua jenis yaitu yang berwarna menunjukkan positif x (x) dan tidak berwarna (putih) menunjukkan negatif x (-x).

3. Kartu x2, berupa persegi dengan panjang sisi 2 cm. Pada kartu ini juga menggunakan dua jenis warna, yaitu berwarna menunjukkan positif x2 (x2) dan tidak berwarna (putih) menunjukkan negatif x2 (-x2).

Berikut ini contoh penggunakan KATBAR dalam penyajian materi Operasi Hitung pada Bentuk Aljabar:

Soal 1. Sederhanakanlah bentuk 2x - 3 3x + 1 dengan menggunakan KATBAR ! Pembahasan:

Bentuk 2x - 3 3x + 1 dapat dimodelkan sebagai berikut:

X

2

X

1

-X

2

-X

-1

= 0

= 0

2x

3

3x

1

(3)

947

Model tersebut di atas dapat disederhanakan dengan cara mengelompokkan model-model sejenis. Jika pada pengelompokan itu terdapat pasangan nol, maka semua pasangan nol yang ada dihapus.

Jadi bentuk sederhana dari 2x - 3 – 3x + 1 adalah – x – 2.

Soal 2. Tentukan hasil dari (x + 2)(x 3) ! Pembahasan:

Langkah I:

Bentuk (x + 2)(x – 3) dapat dimodelkan sebagai persegi panjang dengan panjang (x + 2) dan lebarnya (x – 3) sebagai berikut:

Langkah II:

Lengkapi kartu sehingga membentuk persegi panjang.

Hasilnya adalah: x2 x 6 Pasangan nol

DIHAPUS

Pasangan nol DIHAPUS

Pasangan nol DIHAPUS

x

1 1

x

1

1

1

Pasangan nol DIHAPUS

x

1

1

1

x

1

1

(4)

948 METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan empat tahapan pelaksanaan meliputi:

(a). perencanaan tindakan, (b). pelaksanaan tindakan, (c). pengamatan (observasi) dan (d). refleksi. Penelitian ini di laksanakan di SMP Negeri 2 Tanah Grogot dengan subyek penelitian adalah siswa Kelas VIII E dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri atas 13 orang laki – laki dan 12 orang perempuan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Perencanaan Tindakan

Penelitian tindakan ini di rencanakan terdiri atas dua siklus. Kedua siklus ini merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, artinya pelaksanaan siklus II merupakan lanjutan dan perbaikan berdasarkan refleksi dari siklus I. Siklus I dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan tatap muka dan 1 kali untuk tes, sedangkan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan tatap muka dan 1 kali untuk tes. Perencanaan yang dilakukan: Merencanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap pertemuan, membuat pedoman observasi untuk melihat bagaimana kondisi siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas berlangsung, menyiapkan contoh alat peraga yang akan di gunakan kemudian meminta siswa membuat sendiri alat peraga secara berkelompok.

Observasi dan Evaluasi

Selama tindakan siklus I dan siklus II berlangsung, guru dan kolaboran melakukan observasi, mendokumentasikan tindakan yang diberikan selama pembelajaran berupa pengamatan terhadap kondisi selama pelaksanaan tindakan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan saat pembelajaran di kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan alat peraga Kartu Aljabar didukung LKS yang mengarah kepada keaktifan siswa dalam belajar di kelas. Siswa belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan alur 2 siklus yang masing-masing meliputi: 1).Rencana Tindakan (Planning) yang terdiri:Dokumentasi (daftar siswa, daftar nilai), membuat skenario pembelajaran, membuat LKS, membuat soal evaluasi, menyiapkan lembar observasi. 2). Pelaksanaan Tindakan, 3). Pengamatan, 4). Refleksi

Hasil Tes Akhir Siklus I

Rangkuman statistik tes hasil belajar matematika siklus I adalah sebagai berikut

Tabel 1. Statistik Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot pada Siklus I

Statistik Nilai Statistik Subjek

Nilai Ideal Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rentang Nilai Nilai Rata-rata Standar deviasi

25 100 87,5 42,5 45 65,95

15,1

(5)

949

VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot pada Siklus I

No. Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%) 1.

Setelah digunakan kategorisasi pada Tabel 2 terlihat bahwa dari 25 orang siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot yang dijadikan subjek penelitian, diperoleh bahwa pada umumnya siswa berada pada kategori tinggi dengan persentase 32 %, dan tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat rendah. Apabila hasil belajar pada siklus I dianalisis maka persentase ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga KATBAR dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Deskripsi ketuntasan belajar siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot pada Siklus II

Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 – 71 Tidak Tuntas 2 8,00

72 – 100 Tuntas 23 92,00

Dari tabel 6 di atas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal 92 %, yaitu 23 orang dari 25 orang siswa di Kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot telah mencapai ketuntasan belajar individual, sedangkan 2 siswa yang lain belum tuntas. Berdasarkan beberapa tabel diatas terlihat bahwa rata-rata hasil belajar yang dilaksanakan dalam dua siklus mengalami peningkatan dari nilai rata-rata dan jumlah siswa yang tuntas. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga KatBar.

Perubahan sikap siswa dalam proses pembelajaran

Data tentang sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga , diperoleh melalui lembar partisipasi yang ditulis siswa. Adapun deskripsi tentang sikap siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus I dan siklus II ditunjukkan dalam tabel 7 berikut:

(6)

950

Berdasarkan hasil analisis deskriptif mengenai perubahan sikap siswa pada awal siklus I sampai pada akhir siklus II di atas menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran setiap pertemuan. Perubahan tersebut meliputi semakin meningkatnya persentase siswa yang memperhatikan penjelasan guru, aktif kerjasama dalam kelompok, siswa yang membantu temannya dalam belajar dan mengerjakan latihan dengan mandiri. Selain itu jumlah siswa yang merespon terhadap pertanyaan guru tentang materi yang belum dipahami mengalami peningkatan.

PEMBAHASAN

Dalam upaya mengkongkritkan objek matematika yang abstrak menjadi real. Seperti penggunaan dalam materi operasi aljabar koefisien dan nilai-nilainya diganti dengan kartu, Penggunaan alat peraga KATBAR dalam pembelajaran aljabar memberikan dukungan. Berdasarkan analisis deskriptif hasil belajar matematika siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot, diperoleh bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada Siklus I adalah 65,95. Jumlah siswa yang tuntas secara individual dengan KKM 72 adalah 13 orang dari 25 orang siswa, dan 12 orang siswa tidak tuntas. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 78,25. Jumlah siswa yang tuntas secara individual dengan KKM 72 adalah 23 orang dari 25 orang siswa, dan hanya 2 orang saja siswa tidak tuntas. Dari data tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan Hasil Belajar Siswa (HBS) seperti yang ditunjukkan dari nilai rata-rata dan jumlah siswa yang tuntas secara individual. Sehingga secara kuantitatif diperoleh bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga KATBAR.

(7)

951

pula siswa yang merespon pertanyaan guru tentang materi yang diajarkan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Di samping itu juga siswa yang memerlukan bimbingan guru juga mengalami penurunan. Dengan demikian, secara kualitatif selama siklus I hingga siklus II hasil belajar matematika siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot melalui pembelajaran dengan alat peraga KATBAR dapat meningkat. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot secara kualitatif dan secara kuantitatif menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga KATBAR efektif digunakan dalam pembelajaran. Ini disebabkan oleh karena penggunaan alat peraga KATBAR dalam pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi dan minat siswa untuk belajar matematika. Siswa menganggap dengan adanya alat peraga belajar matematika seperti bermain, konsep pembelajaran mudah dipahami. Selain itu, siswa lebih mudah memecahkan masalah-masalah matematika yang diberikan kepada siswa melaui Lembar Kerja yang dikerja secara berkelompok maupun latihan mandiri.

SIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Menggunaan alat peraga KATBAR atau KatBar dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan skor rata-rata hasil belajar matematika pada siklus I sebesar 65,95 ber ada pada kategori “tinggi” dengan standar deviasi 15,1. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan serbesar 12,8 dengan skor rata-rata hasil belajar 78,25 berada pada kategori “tinggi”.

2. Ketuntasan belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot juga mengalami peningkatan. Pada siklus I dari 25 siswa sebanyak 16 siswa atau 64 % mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pada siklus II sebanyak 23 siswa atau 92 % mencapai ketuntasan belajar dan ketuntasan belajar klasikal tercapai.

3. Keaktifan siswa dalam pelaksanaan tindakan juga semakin meningkat hal ini dapat dilihat bahwa siswa yang memperhatikan penjelasan guru, keaktifan dalam kelompok, menjawab atau merespon pertanyaan, mempresentasikan hasil diskusi, siswa yang membantu teman dalam belajar dan mengerjakan soal latihan dengan mandiri semakin meningkat sedangkan siswa yang melakukan aktifitas lain pada saat pembelajaran semakin berkurang.

4. Menggunaan alat peraga KatBar dapat menumbuhkan minat dan memotifasi siswa untuk lebih giat lagi belajar, meningkatkan pemahaman materi dan bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan hasil refleksi siswa yang pada umumnya bersikap dan beranggapan positif terhadap pelajaran matematika

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru matematika hendaknya memilki keterampilan yang lebih baik dalam memilih model pembelajaran, strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang relevan agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pelajaran matematika.

2. Penggunaan alat peraga manipulatif Katbar ini dipakai pada saat menanamkan konsep dan latihan soal pada awal penanaman konsep sebagai alternative alatperaga untuk membelajarkan operasi pada bentuk aljabar.

DAFTAR RUJUKAN

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan (cetakan ke-7). Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK: Malang: UM PRESS Suhardjono. 2009.Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.

(8)

952

PEMBELAJARAN LIMAS DENGAN MENGGUNAKAN LKS

DAN MODEL LIMAS DI SMPN 2 LANGKE REBONG

KABUPATEN MANGGARAI NTT

Benediktus Herson Lagut

SMP Negeri 2 Langke Rembong, Manggarai, NTT

Abstrak: Berdasarkan pengalaman mengajar selama ini, untuk membelajarkan limas penulis hanya menggunakan LKS tanpa menggunakan alat peraga. Hasilnya masih kurang memuaskan. Untuk mengatasi hal ini penulis mencoba melaksanakan pembelajaran Limas dengan menggabungkan penggunaan LKS dan alat peraga model Limas. LKS ini juga dilengkapi dengan model limas yang disiapkan guru sehingga siswa dapat mengamati secara langsung limas yang dimaksud. Perpaduan LKS dan model limas akan membatu siswa memahami unsur-unsur limas.

Kata Kunci: LKS, Model Limas, Unsur-Unsur limas.

Selama ini pembelajaran materi unsur-unsur limas dilakukan dengan cara menggunakan LKS tanpa disertai dengan model konkrit limas. LKS ini disusun dengan menyertakan gambar limas dan unsur-unsur. Siswa secara berkelompok diminta mengerjakan LKS dengan cara mengamati gambar limas yang tersedia di LKS. Setelah mengamati gambar di LKS, kemudian siswa diminta untuk menentukan unsur-unsur yang terdapat pada limas, di antaranya sisi, rusuk dan titik sudut. Setelah selesai mengerjakan LKS, setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Dari hasil presentasi terlihat bahwa sebagian besar kelompok belum dapat menyatakan unsur-unsur limas secara tepat. Kesulitan yang terjadi pada kegiatan mengamati gambar adalah siswa belum mampu membayangkan bagian dari gambar secara utuh di mana limas sebagai suatu benda dimensi tiga. Khususnya, pada gambar limas, siswa tidak dapat membayangkan atau mengilustrasikan gambar yang rusuknya berupa garis putus-putus. Gambar limas masih dirasakan sebagai sesuatu yang abstrak oleh siswa. Kesulitan ini akan menyebabkan siswa tidak mampu menentukan banyaknya sisi, rusuk dan titik sudut pada limas segi banyak. Sementara harapannya adalah siswa dapat menentukan unsur-unsur limas dengan benar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa yang dilengkapi dengan model limas yang konkrit. LKS dapat digunakan siswa secara kelompok yang diharapkan dapat menuntun siswa memahami unsur-unsur limas.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran penugasan yang dibuat dan disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa. Lembar Kerja Siswa dapat dipandang sebagai media interaksi pembelajaran yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik baik di sekolah ataupun di rumah, secara individu maupun berkelompok. Dalam penugasannya materi dalam lembar kerja siswa perlu disusun sedemikian rupa agar Lembar Kerja Siswa tersebut menjadi suatu kegiatan pembelajaran yang sistematis.

Menurut Hamalik (1986), Lembar Kerja Siswa bertujuan:

1. Merangsang anak didik aktif belajar, baik ketika dekat dengan guru maupun jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

2. Membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.

3. Menbuat peserta didik bergairah belajar karena dapat dilakukan dengan bervariasi.

4. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar, eksperimen, atau pendidikan yang banyak berhubungan dengan hidup mereka dapat lebih mudah dan lama diingat.

5. Mengembangkan strategi kognitif para siswa yaitu dengan pemecahan masalah yang dilakukan.

Lebih lanjut, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Lembar Kerja Siswa adalah:

(9)

953

2. Bentuk Lembar Kerja Siswa yang diberikan harus dikomunikasikan kepada siswa sampai mereka benar- benar memahami apa yang harus mereka kerjakan.

3. Sesuaikan kadar kesukaran dengan kemampuan siswa.

4. Tidak ada salahnya bila guru memberitahukan tentang bahan-bahan rujukan yang dapat dijadikan kertangka acuan bagi siswa.

5. Pikirkan waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan tugas, jangan terlalu singkat atau sebaliknya (Hamalik, 1986).

Menurut Nuniek Avanti Agus (2007:208) unsur-unsur limas meliputi: Alas limas, sisi lateral limas, puncak limas, tinggi limas, tinggi sisi lateral atau apotema. Dari unsur-unsur limas tersebut, yang merupakan kesulitan bagi siswa adalah dalam menentukan banyaknya sisi, banyaknya rusuk dan banyaknya titik sudut limas segi banyak.

PEMBAHASAN

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas VIII A SMP Negeri 2 Langke Rembong, topik yang dibahas adalah mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya. Kegiatan terfokus pada menghitung banyaknya sisi, rusuk dan titik sudut limas serta menentukan hubungan antara banyaknya sisi, rusuk dan titik sudut limas atau dikenal dengan kaidah Euler.

Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 23 mei 2013 bertempat di SMP Negeri 2 Langke Rembong Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur. Perencanaan dilakukan secara bersama-sama yang dihadiri oleh 4 orang guru matematika atas nama Stanislaus Angkat, Goris Darus, Yustina Meti dan Dominika Dumang. Diskusi berlangsung dalam pembuatan LKS. Dari hasil diskusi diperoleh LKS sebagai berikut:

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

Kelas : VIII A

Mata Pelajaran : Matematika Kelompok : ... Hari,tanggal : ... Petunjuk:

1. Perhatikan model limas berikut ini.

2. Hitunglah banyak unsur-unsur limas secara saksama. Isilah titik-titik pada tabel yang disiapkan

A. Perhatikan model limas segi tiga berikut ini. Limas segi tiga memiliki: 1. Sisi sebanyak...yaitu...

2. Rusuk sebanyak...yaitu... 3. Titik sudut sebanyak...yaitu...

A B

(10)

954

B. Perhatikan model limas segi empat berikut ini. Limas segi empat memiliki:

1. Sisi sebanyak...yaitu... 2. Rusuk sebanyak...yaitu... 3. Titik sudut sebanyak...yaitu... C. Perhatikan model limas segi Lima berikut ini.

Limas segi lima memiliki:

1. Sisi sebanyak...yaitu... 2. Rusuk sebanyak...yaitu... 3. Titik sudut sebanyak...yaitu...

D. Perhatikan model limas segi enam berikut ini. Limas segi enam memiliki:

1. Sisi sebanyak...yaitu... 2. Rusuk sebanyak...yaitu... 3. Titik sudut sebanyak...yaitu...

A B

C D

T

T

D

B

A

C

E

T

D

B

A

C

E

(11)

955

Berdasarkan hasil pengamatan pada model limas di atas, isilah tabel berikut ini. Nama bangun dan limas segi enam. Pembelajaran berlangsung pada minggu ke empat Mei 2013. Pembelajaran dimulai dengan menggambarkan limas di papan tulis kemudian guru menanyakan nama dari bangun yang digambarkan kepada siswa. Sebagian besar siswa dapat menjawabnya, namun masih ada siswa yang tidak dapat menjawabnya. Kemudian guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan memperlihatkan model-model limas yang sudah disiapkan kepada siswa. Ternyata semua siswa dapat menjawabnya dengan benar. Selanjutnya untuk menentukan unsur-unsur limas, siswa diminta mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, 5 kelompok beranggotakan masing-masing 5 orang dan 2 kelompok beranggotakan masing-masing 4 orang. Waktu yang disediakan untuk diskusi kelompok adalah 30 menit. Siswa mengerjakan LKS dengan mengamati gambar limas pada LKS. Guru mengamati kegiatan siswa dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain.Setelah 15 menit berlangsung, terdapat 2 kelompok yang hampir selesai mengerjakan LKS-nya, dan hasil diskusinya benar. Sedangkan 4 kelompok lainnya masih bergelut pada limas segi tiga, dan hasilnya diskusinya salah. Jawaban dari 4 kelompok tersebut adalah sebagai berikut.

Limas segitiga.

Unsur-unsurnya :

a. Sisi sebanyak 1 yaitu : Segi tiga ABT b. Rusuk sebanyak 3 yaitu : AB,BT,TA c. Titik sudut sebanyak 3 yaitu : A,B,T

C

A B

(12)

956

Selanjutnya guru membagikan model-model limas yang sudah disiapkan kepada 4 kelompok yang belum memahami unsur-unsur limas tersebut. Siswa pada 4 kelompok tersebut mengamati model limas yang dibagikan secara saksama. Dengan mengamati model limas yang ada, dalam waktu 15 menit kemudian, siswa pada 4 kelompok tersebut ternyata sudah selesai mengerjakan LKS-nya. Selanjutnya, masing-masing kelompok secara bergantian mempresen-tasekan hasil diskusinya. Jawabannya adalah sebagai berikut:

1. Limas segitiga.

Unsur-unsurnya :

b. Sisi sebanyak 4 yaitu : ABC,TAB,TBC,TAC c. Rusuk sebanyak 6 yaitu : AB,BC,AC,TA,TB,TC d. Titik sudut sebanyak 4 yaitu : A,B,C,T

2 . Limas segiempat.

Unsur-unsurnya :

a. Sisi sebanyak 5 yaitu : ABCD,TAB,TBC,TCD,TAD b. Rusuk sebanyak 8 yaitu : AB,BC,CD,AD,TA,TB,TC,TD c. Titik sudut sebanyak 5 yaitu : A,B,C,D,T

3. Limas Segi lima

Unsur-unsurnya :

a. Sisi sebanyak 6 yaitu : ABCDE,TAB,TBC,TCD,TDE,TAE b. Rusuk sebanyak 10 yaitu : AB,BC,CD,DE,AE,TA,TB,TC,TD,TE c. Titik sudut sebanyak 6 yaitu : A,B,C,D,E,T

C

A B

T

A B

C D

T

T

D

B

A

(13)

957 4. Limas Segienam

Unsur-unsurnya :

a. Sisi sebanyak 7 yaitu: ABCDEF,TAB,TBC,TCD,TDE,TEF,TAF b. Rusuk sebanyak 12 yaitu: AB,BC,CD,DE,EF,AF,TA,TB,TC,TD,TE,TF c. Titik sudut sebanyak 7 yaitu: A,B,C,D,E,F,T.

Dari hasil presentasi, terlihat bahwa semua kelompok mengerjakan LKS dengan benar. 2 kelompok mengerjakan LKS dengan mengamati gambar limas pada LKS, sedangkan 4 kelompok lainnya dapat mengerjakan LKS-nya secara benar dengan mengamati model limas yang konkrit.

Selanjutnya guru bertanya, “pada limas segi 15 berapakah banyaknya sisi, banyaknya rusuk dan banyak titik sudutnya ?”

Siswa terdiam selama kurang lebih 1 menit. Selanjutnya siswa di salah satu kelompok mencoba menggambar limas segi 15 di bukunya. Siswa yang lain bertanya, “mana model limas segi lima belasnya pa?”

Guru mengarahkan siswa untuk melanjutkan pengerjaan LKS-nya.

Pada LKS telah disiapkan tabel untuk diisi, tentang unsur-unsur limas yang telah dipahami. Nama bangun Banyak sisi (S) Banyak Rusuk (R) Banyak titik sudut (T) Limas segi tiga 4= (3 +1) 6= (2 x 3) 4= (3 +1)

Limas segi empat 5= (4+1) 8= (2 x 4) 5= (4 + 1)

Limas segi lima 6= (5+1) 10= (2x5) 5= (6+1)

Limas segi enam 7=(6+1) 12= (2x6) 7= (6+1)

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

Limas segi – n n + 1 2n n + 1

Bilangan-bilangan pada tabel di atas dapat membantu siswa untuk secara terbimbing menemukan pola dalam menentukan banyaknya sisi, banyaknya rusuk, banyaknya titik sudut pada limas segi banyak.

Dengan demikian jika n menyatakan limas segi n, S menyatakan banyak sisi limas segi n, R menyatakan banyak rusuk limas segi n dan T menyatakan banyak titik sudut limas segi n maka terdapat hubungan sebagai berikut:

1. S = n + 1. 2. R = 2n 3. T = n + 1

4. S + T = R + 2 (Kaidah Euler).

T

D

B

A

C

E

(14)

958

Setelah pola ditemukan, semua siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar yaitu pada limas segi lima belas terdapat :

1. Sisi sebanyak 15 + 1 = 16 2. Rusuk sebanyak 2 x 15 = 30 3. Titik sudut sebanyak 15 + 1 = 16

Bahkan pada limas segi banyak lainnyapun dapat dapat ditentukan banyak masing-masing unsurnya dengan cepat.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, para siswa diminta memberikan komentar atau tanggapan tentang kegiatan diskusi kelompok untuk menentukan unsur-unsur limas. Semua yang ditanya memberikan tanggapan bahwa mereka dapat menentukan unsur-unsur limas dengan benar setelah mengamati model limas yang nyata. Gambar limas yang terdapat pada LKS dirasakan masih abstrak. Sehingga selain gambar limas yang terdapat pada LKS, masih sangat dibutuhkan model limas yang konkrit untuk membangun pemahaman akan unsur-unsur limas. Dengan tahapan pemahaman yang telah dirancang pada LKS mereka merasa terbimbing dalam menemukan pola tentang banyaknya sisi, rusuk dan titik sudut pada limas segi banyak. Dengan pola yang ada akhirnya mereka dengan mudah dapat menentukan banyaknya sisi, rusuk dan titik sudut pada limas segi banyak.

PENUTUP

Dari pembelajaran yang telah dilakukan terlihat bahwa dengan menggunakan LKS yang dilengkapi dengan media model konkrit siswa lebih mudah bisa memahami unsur-unsur pada limas. Pada akhir pembelajaran siswa dapat menemukan pola hubungan antara banyaknya sisi, titiksudut, dan rusuk.

DAFTAR RUJUKAN

Nuniek Avanti Agus.2008.Mudah Belajar Matematika.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Oemar, Hamalik. 1986. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Martiana.

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN

OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DI KELAS VII

SMP NEGERI 4 KOMODO KABUPATEN MANGGARAI BARAT

Achmad Sudi SMPN 4 Komodo

Abstrak: Rendahnya kemampuan peserta didik untuk melakukan penjumlahan dan penguarangan bilangan bulat telah mendorong guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran yang selama ini cenderung membuat siswa pasif dalam belajar. Penerapan metode demonstrasi berbantuan garis bilangan menunjukkan bahwa metode pembelajaran tersebut dapat menfasilitasi peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, karena siswa memperoleh pengalaman langsung dengan melakukan aktifitas kongkrit berbantuan garis bilangan sebelum mampu mengabstraksikan melalui pengamatan terhadap pola-pola yang diperoleh.

Kata Kunci: penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, metode demonstrasi.

(15)

959

yang seharusnya dilakukan adalah bagaimana guru menciptakan suasana belajar yang mendorong peserta didik untuk belajar.

Masih banyak ditemukan guru yang monoton dalam membelajarkan, tidak pernah mengalami perubahan meskipun kondisi masyarakat telah berubah. Sebagai seorang pendidik harus tahu kebutuhan anak didik, terutama dalam pelayanan dan penyampaian materi pelajaran. Sehingga guru perlu mengadakan variasi metode pembelajarannya. Pembelajaran tidak harus di ruang dengan fasilitas yang lengkap tetapi lebih menekankan pada pengembangan cara-cara baru untuk membelajarkan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Pembelajaran akan efektif bila guru mampu mengidentifikasi masalah di kelas, menganalisanya, menentukan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab utama, dan selanjutnya menentukan tindakan pemecahannya.

Metode demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan dan mempertunjukkan, yaitu sebuah tindakan atau prosedur yang digunakan. Metode ini disertai penjelasan, ilustrasi dan pernyataan lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat (Canei, 1986:38). Winarno (1980:87) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta atau peserta didik memperlihatakan suatu proses kepada seluruh kelas. Dari dua pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan format interaksi belajar membelajarkan yang sengaja dipertunjukkan atau diperagakan tindakan, proses atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh peserta didik atau sebagian peserta didik. Berarti sebagai seorang guru dituntut untuk merencanakan penerapannya, memperjelas demonstrasi oral maupun visual, dan menyediakan alat bantu yang diperlukan.

Metode demonstrasi lebih sesuai untuk membelajarkankan keterampilan tangan ini dimana gerakan-gerakan jasmani dan gerakan-gerakan memegang suatu benda akan dipelajari, ataupun untuk membelajarkan hal-hal yang bersifat rutin (Staton, 1978 :91). Dengan kata lain, metode demonstrasi bertujuan untuk membelajarkankan keterampilan-keterampilan fisik daripada keterampilan-keterampilan intelektual. Metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk membelajarkan melakukan tindakan atau menggunakan suatu prosedur atau produk baru, meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi peserta didik, dan meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur. Adapun Winarno (1987: 88) mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode demonstrasi adalah membelajarkankan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses pembuatan, proses kerja, proses mengerjakan dan menggunakan. Berdasarkan pendapat diatas, maka tujuan penerapan metode demonstrasi adalah: (1). Membelajarkan peserta didik tentang suatu tindakan, proses atau prosedur tindakan-tindakan. (2). Mengembangkan kemampuan pengamatan dan penglihatan para peserta didik secara bersama-sama. (3). Mengkonkritkan informasi yang disajikan kepada para peserta didik.

Dengan memperagakan suatu tindakan, proses, atau prosedur, maka metode demonstrasi memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut. Pertama, memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau peserta didik hanya membaca atau mendengar penjelasan saja, karena demonstrasi memberikan gambaran konkrit, yang memperjelas perolehan belajar peserta didik dari hasil pengamatannya. Kedua, memungkinkan para peserta didik terlibat langsung dalam kegiatan demonstrasi, sehingga memberi kemungkinan memperoleh pengalaman-pengalaman langsung untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan. Ketiga, memudahkan pemusatan perhatian peserta didik kepada hal-hal yang dianggap penting, sehingga para peserta didik akan benar-benar memberikan perhatian khusus pada hal tersebut.

Dengan kata lain, perhatian peserta didik lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar sehingga memungkinkan peserta didik mengajukan pertanyaan dan dapat segera direspon oleh guru.

(16)

960

yang bersangkutan telah lulus tes, tanpa memperhatikan aspek lain seperti kejujuran, kedisiplinan, pengendalian diri, penghargaan kepada orang lain, dan kemampuan bekerjasama.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, seorang guru harus menemukan metode pembelajaran yang tepat agar sebagian besar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik adalah metode demonstrasi. Oleh karena itu, penulis ingin membelajarkan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode demonstrasi pada peserta didik kelas VII SMPN 4 Komodo. PEMBAHASAN

Sebelum pembelajaran dilaksanakan, seorang guru harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RPP adalah menyusun indikator atau tujuan pembelajaran terkait Kompetensi Dasar, kemudian mengidentifikasi konsep atau materi yang dapat menunjang tercapai kompetensi. Terkait dengan kondisi peserta didik, guru juga perlu menetapkan metode yang cocok untuk membelajarkannya.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, siswa kelas VII (30 anak) SMPN 4 Komodo Kabupaten Manggarai Barat belum terampil dalam menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat, khususnya yang terkait dengan bilangan bulat negatif. Dengan kata lain Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan belum terpenuhi, secara khusus kompetensi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat. Agar peserta didik memperoleh pengalaman yang bermakna sehingga membentuk ingatan atau pemahaman yang kuat terkait penjumlahan bilangan bulat, guru menetapkan metode demontrasi menggunakan garis bilangan untuk memperbaiki pembelajaran yang sebelumnya pernah dilakukan.

Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan adalah:

Dengan asumsi bahwa peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengoperasikan bilangan bulat positif, pada tahapan apersepsi guru melakukan tanya jawab tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif, misal 5+7, 32-12. Dilanjutkan dengan meminta siswa untuk menentukan suatu bilangan termasuk bilangan bulat positif atau negatif, kemudian bertanya: dapatkah memberi beberapa contoh bilangan negatif? Ketika siswa sudah menguasai materi prasyaratnya, pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan intinya, yaitu membelajarkan penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat khususnya yang terkait dengan bilangan bulat negatif melalui demonstrasi pada garis bilangan.

sumberhttp://yeniwidiastuti.wordpress.com

Melalui demonstrasi, guru menjelaskan beberapa aturan yang diperlukan yaitu: a. Posisi awal, “orang” harus menghadap seperti pada gambar tersebut di atas. b. Bilangan bulat positif 5 ditunjukkan dengan maju 5 langkah ke depan c. Bilangan negatif -4 ditunjukkan dengan mundur 4 langkah ke belakang

d. Operasi penjumlahan ditunjukkan dengan “orang” yang tidak berubah arah (arah tetap) e. Operasi pengurangan ditunjukkan dengan “orang” yang berubah arah (berbalik arah) Misal:

 -5+6, berarti mundur 5 langkah(-5), arah “orang” tetap (penjumlahan) terus maju 6 langkah (6), hasilnya 1.

 -3+(-2) berarti mundur 3 langkah (-3), arah “orang” tetap (penjumlahan) terus mundur 2 langkah (-2), hasilnya -5

 -4-(-3) berarti mundur 4 langkah (-4), arah “orang” berbalik (pengurangan) terus mundur 3 langkah (-3), hasilnya -1

(17)

961

bilangan, kegiatan berikutnya adalah mengerjakan penjumlahan dan pengurangan beberapa kelompok soal agar peserta didik dapat melihat bahwa ternyata a) ...+ (-....) = ....- ... atau b) ....-(-....) = ....+... dan sejenisnya.

Di penutup pembelajaran, guru meminta beberapa peserta didik untuk mendemontrasikan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan garis bilangan. Pemberian beberapa soal untuk tugas dirumah juga diberikan di akhir pembelajaran.

Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, diadakan tes untuk melihat sejauh mana peserta didik dapat terfasilitasi belajarnya. Hasil tes menunjukkan, peserta didik yang mendapat nilai 50 sebanyak 2 orang, peserta didik yang mendapat nilai 65 sebanyak 5 orang, peserta didik yang mendapat nilai 70 sebanyak 15 orang, dan peserta didik yang mendapat nilai 80 sebanyak 8 orang. Karena nilai minimal ketuntasan individu adalah 70, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 75% peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan minimal.

Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan pembelajaran dengan metode demontrasi berbantuan garis bilangan telah dapat menfasilitasi peserta didik untuk mencapai kompetensi yang terkait dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, terutama yang terkait dengan bilangan bulat negatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Usman (2002:46) yang menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah perhatian peserta didik akan dapat terpusat sepenuhnya pada pengalaman praktis yang dilihat atau dialami saat demonstrasi, pengalaman langsung menggunakan garis bilangan dapat membentuk ingatan yang kuat atas perolehan pengetahuan. Adapun Bahri (2000:56) menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses kegiatan pembelajaran, kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkrit dengan menghadirkan objek sebenarnya. Dalam hal ini, pengamatan terhadap gerakan-gerakan “orang” pada garis bilangan dapat membantu siswa ketika menyelesaikan soal terkait penjumlahan dan pengurangan.

Melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi berbantuan garis bilangan, guru juga mengalami peningkatan dalam kemampuan menfasilitasi belajar peserta didik karena kebiasaan membelajarkan yang aktif menjelaskan dan menerangkan mulai berkurang, dan berubah menjadi membimbing dan mengembangkan inisiatif peserta didik. Adapun perkembangan dari peserta didik adalah kebiasaan peserta didik yang biasa pasif berubah menjadi aktif dalam mengamati atau berbuat; juga peserta didik memperoleh hasil belajar melalui interaksi dalam diskusi kelompok, untuk selanjutnya diolah lebih lanjut secara individu.

PENUTUP

Penerapan pembelajaran dengan metode demonstrasi berbantuan garis bilangan dapat menfasilitasi peserta didik untuk mencapai kompetensi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik diharapkan senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai.

Untuk menerapkan suatu metode pembelajaran diperlukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP adalah mengidentifikasi materi atau pengalaman belajar yang diperlukan, kemampuan prasyarat peserta didik, karakteristik materi, dan ketersediaan alat bantu pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

..., http://yeniwidiastuti.wordpress.com; diakses 5 november 2013

Bahri, Djamara Syaiful. 2000. Keunggulan Metode Demonstrasi. Jakarta: Bina Aksara. Cenei.1986. Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi. Boston: Allyn & Bacon.

(18)

962

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI

MODEL KOOPERATIVE TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 LIRUNG TALAUD

Demsy Bawinto SMP N 1 Lirung Talaud

Abstrak: Matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa, termasuk siswa kelas VIII SMP 1 LirungTalaud. Hal ini salah satunya disebabkan oleh karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan kondisi siswa atau karakterisitik materi. Fakta menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar setelah diterapkan Pembelajaran Kooperatif NHT. Adapun tahapan pembelajarannya adalah: pembagian kelompok dengan memperhatikan keheterogenan kemampuan akademik termasuk kemampuan berinteraksi siswa; secara berkelompok siswa mengerjakan tugasnya; agar setiap siswa bertanggungjawab dan siap untuk mengkomunikasikan perolehan belajarnya maka guru memilih secara acak siswa dalam suatu kelompok untuk mempresentasikan; dilanjutkan dengan guru memberi penguatan dan diakhiri dengan refleksi dan memberikan pekerjaan rumah.

Kata kunci:NHT, Hasil Belajar

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dibelajarkan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dijelaskan tujuan pembelajaran matematika pada pendidikan dasar (Depdiknas, 2006:8) antara lain agar siswa memahami konsep matematika secara luwes, akurat, efesien, dan tepat serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu atau kritis, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya sendiri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis dalam membelajarkan matematika di SMPN 1 Lirung Talaud, siswa kurang memahami materi yang dibelajarkan guru sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika, akibatnya hasil belajar siswa belum memuaskan. Seperti yang telah ditunjukkan oleh fakta hasil ulangan harian rata-rata nilainya hanya 52 dan hanya sekitar 37,5 % siswa yang telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal.

Gejala-gejala yang tampak pada saat proses belajar antara lain: kemampuan siswa dalam menganalisa dan menyelesaikan soal rendah, siswa kurang terampil berpikir dan cenderung suka mencontoh pekerjaan teman, siswa belum mampu berfikir kritis dan sistematis. Akibatnya jika diberikan soal-soal yang agak berbeda sedikit dengan contoh yang diberikan, mereka tidak mampu menyelesaikannya.

Dari permasalahan yang terjadi tersebut, selanjutnya melalui sebuah diskusi dengan teman sejawat, penulis mencoba mengidentifikasikan dugaan penyebab rendahnya hasil belajar matematika. Hal-hal tersebut adalah model pembelajaran yang diberikan kurang sesuai atau kurang bervarisi, keterampilan berpikir siswa kurang maksimal, teknik penilaian tidak sesuai sehingga perkembangan kemampuan siswa kurang terukur, pemanfaatan lingkungan atau media pembelajaran kurang, dan dukungan belajar dari orang tua dan masyarakat rendah.

Berdasarkan ide kolaboratif antar guru-guru matematika SMP Negeri 1 Lirung, model Cooperative Learning tipe NHT (Numbered Heads Together) perlu iimplementasikan di SMP Negeri 1 Lirung guna meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Membiasakan masyarakat belajar ada didalam belajar kooperatif sehingga cocok untuk meningkatkan aktivitas kegiatan belajar. Guru dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk saling bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan dalam kelompoknya.

(19)

963

terus-menerus dapat memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Dalam pelaksanaan model pembelajaran NHT siswa dibagi dalam 5 kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa dan setiap anggota kelompok memiliki satu nomor kemudian guru memberikan soal untuk dibahas bersama dalam kelompok. Kemudian guru secara acak menunjuk salah satu nomor siswa pada kelompok itu untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Nur (2011) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan suatu variasi dalam diskusi kelompok, dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mengwakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang menwakili kelompok tersebut. Sehingga dengan model pembelajaran ini, akan melibatkan semua anggota kelompoknya dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini merupakan salah satu upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab masing-masing siswa dalam kelompok diskusi. Dengan demikian, permasalahan di kelas VIII.2 SMPN 1 Lirung layak untuk dipecahkan melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan model pembelajaran NHT METODE

Tempat Penelitian di kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Lirung, Jln.Malode Gagola, No 16, Kecamatan Lirung, Kabupaten Kep. Talaud. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Lirung. Penelitian yang melibatkan dua orang guru mata pelajaran matematika pada kelasVIII.2 SMP 1 Lirung. Satu guru sebagai ketua peneliti dan satu guru yang lain sebagai pengamat. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Lirung. Jumlah siswa kelas VIII.2 adalah 20 siswa. Terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan yang umumnya memiliki kemampuan sedang. Latar belakang mereka antara lain : (i) berasal dari lingkungan masyarakat yang kesadaran pendidikannya cukup rendah sehingga budaya belajar dilingkungan itu juga rendah, (ii) terlahir dari keluarga yang ekonominya lemah (sebagian besar orang tua mereka adalah petani dan tidak sedikit di antara mereka hanya menggarap perkebunan pala milik orang lain), (iii) dukungan belajar dari orang tua sangat rendah, dan (iii) kemampuan menyelesaikan soal yang diberikan cukup rendah.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklusnya memiliki 4 tahapan, yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.

Indikator keberhasilan tindakan ditandai dengan: meningkatnya hasil belajar setiap siswa kelas VIII.2 SMP 1 Lirung dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 68 (enam puluh) sekitar 85%; dan terjadinya peningkatan keterampilan berpikir siswa, yang ditandai dengan keberanian siswa bertanya, serta tidak ada siswa dalam suatu kelompok yang pasif, sekitar 80%. Jika indikator tersebut tercapai, maka diperoleh langkah-langkah pembelajaran melalui model kooperatif NHT yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

Sesuai dengan indikator keberhasilan tersebut di atas, fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah mengamati terjadinya peningkatan keterampilan belajar siswa, yang ditandai dengan keberanian siswa bertanya, tak ada kelompok siswa yang pasif serta tidak ada satupun siswa dalam satu kelompok yang pasif. Adapun untuk melihat keterlaksanaan tindakan seperti yang direnacanakan adalah dengan mengamati cara guru menerapkan model pembelajaran NHT( Numbered Heads Together. Pengamatan dibantu oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar pengamatan. Adapun untuk mengamati peningkatan hasil belajar digunakan tes untuk melihat sejauh mana tingkat kemampuan siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN

(20)

964

Faktor lainnya guru belum sepenuhnya membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Sesudah itu guru memanggil salah satu nomor pada kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya. Begitu seterusnya guru memanggil salah satu nomor siswa dari kelompok yang lainnya. Ternyata dari seluruh hasil kelompok yang telah dipresentasikan masih banyak soal yang dijawab dengan salah. Akibatnya ketika diberikan soal test pada siklus 1 masih ada siswa yang belum tuntas. Kemampuan berinteraksi atau keaktifan siswa juga masih rendah, masih menunjukkan kualifiksi rendah. Adapun nilai rata-rata tes adalah 59,25; belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 68%. Dan hanya 11 dari 20 siswa yang tuntas belajar. Nilai tertinggi 80 diraih 2 siswa dan nilai terendah 35 diraih 1 siswa.

Ketidak berhasilan pada siklus I, disebabkan oleh pembagian kelompok yang belum heterogen, siswa yang kemampuannya di atas rata-rata masih mengelompok dalam satu kelompok. Termasuk belum meratanya penyebaran siswa yang mempunyai kemampuan berinteraksinya baik.

Perbaikan terhadap tindakan yang akan diterapkan pada siklus II adalah menata ulang pembagian kelompok, berdasarkan keheterogenan kemampuan akademik termasuk kemampuan berinteraksi (aktif atau pasif). Sehingga dalam satu kelompok minimal ada siswa yang kemampuannya di atas rata-rata atau ada siswa yang aktif berinteraksi. Selain itu guru juga akan mengontrol keaktifan siswa dalam kelompok dengan menunjuk secara acak seorang siswa untuk ditanya apa yang menjadi hambatan dalam pembelajaran, Aktifitas sama dengan siklus I, yaitu dalam satu kelompok bersama-sama mengerjakan tugas kelompok. Hasil pengamatan menunjukkan setiap kelompok sudah aktif semua, karena siswa yang kemampuannya diatas rata-rata selalu membantu kepada siswa yang kemampuannya dibawah rata-rata untuk menyelesaikan tugas kelompok. Bahkan guru selalu memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, selalu mengontrol keaktifan belajar setiap siswa dalam setiap kelompok dengan bertanya tentang hambatan dalam belajar. Sehingga guru bisa langsung membimbing untuk memperbaiki hasil kerja mereka. Dengan demikian tidak ada satu siswa yang pasif atau bermain. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, guru memanggil salah satu nomor siswa pada salah satu kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusi, pemilihan kelompok yang presentasi dipilih berdasarkan kesalahan yang dibuat. Dengan kesalahan yang dipresentasikan, diharapkan semakin banyak pengetahuan atau pengalaman belajarnya. Terbatasnya waktu juga sebagai alasan mengapa tidak semua kelompok menyajikan hasil kerjanya. Penting diperhatikan bahwa jika jawaban kelompok sudah benar dan tidak ada hal menarik yang perlu ditanggapi maka kelompok tersebut tidak perlu ditampilkan untuk presentasi. Pada tahap refleksi guru memberikan penguatan dan memberikan penghargaan pada masing-masing kelompok yang telah menyelesaikan diskusinya dengan baik. Tampak antusiasme siswa terhadap pembelajaran yang telah mereka alami. Kemampuan berinteraksi atau keaktifan siswa sudah dalam kategori cukup. Adapun nilai rata-rata tes adalah 75; dan 85% persen siswa sudah mencapai KKM.

(21)

965

Sehingga setiap anggota kelompok merasa siap dan siap betanggungjawab terhadap hasil diskusi kelompok. Akibatnya pembelajaran model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan fakta disimpulkan bahwa belajar kooperatif NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII.2 SMP N 1; juga siswa lebih aktif dan bertanggungjawab dalam mendiskusikan dan mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya. Adapun tahapan pembelajarannya adalah pembagian kelompok dengan memperhatikan keheterogenan kemampuan akademik termasuk kemampuan berinteraksi siswa; secara berkelompok siswa mengerjakan tugasnya; agar setiap siswa bertanggungjawab dan siap untuk mengkomunikasikan perolehan belajarnya maka guru memilih secara acak siswa dalam suatu kelompok untuk mempresentasikan; dilanjutkan dengan guru memberi penguatan dan diakhiri dengan refleksi dan memberikan pekerjaan rumah.

DAFTAR RUJUKAN

..., 2006. pedoman penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Departemen Pendidikan Nasional

Chuck W, Wiederhold, 1992. Higher – Level thinking. Melbourne: Kagan Cooperative Learning.

Manahal, S. 2011a.pembelajaran kooperatif: apa. Mengapa, dan bagaimana? Riau: Yayasan Pendidikan Cendana

Nur, Mohammad. 1999, Pembelajaran Berpusat kepada siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: Unesa.

Susento, Rudhito. 2009. Pendidikan Matematika. Yogya-karta: FKIP Universitas Sanata Dharma.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF SETING

INQUIRY

DALAM

PRAKTIK

OPEN CLASS

TEQIP 2013 KELAS IX.2 SMP N 1

BUNGURAN TIMUR NATUNA KEPULAUAN RIAU

Fitri Mulyani kikinatuna@Gmail.com

GURU SMP N 1 BUNGURAN TENGAH

Abstrak: Pada tulisan ini dibahas bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif dengan setting inquiriy berbasis Lesson Study dalam pembelajaran materi kongruensi bangun datar. Indikator materi ini adalah mampu menentukan syarat dua bangun datar sama dan sebangun atau kongruen. Kegiatan ini dilaksanakan di kelas IX.2 SMPN 1 Bunguran Timur Natuna Kepulauan Riau semester ganjil 2013/2014.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif , inquiry, lesson study, efektif.

(22)

966 Pembelajaran kooperatif.

Metode mengajar berbasis kelompok (kooperatif) merupakan usaha mengopti-malkan peran teamwork dalam berkerja sama menyelesaikan tugas, masalah dan percobaan atau peragaan secara kelompok (Maufur, 2009).

Pembelajaran kooperatif ini berguna untuk melatih siswa dalam belajar bersama tim dengan keragaman pandangan dan perbedaan strategi penyelesaian tugas, diharapkan siswa semakin termotivasi dalam belajar. Menurut Sanjaya (2006) prosedur pembelajar kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu : (1) Penjelasan materi. Tahap ini guru menjelaskan atau memahamkan siswa terhadap pokok materi pelajaran yaitu berupa gambaran umum tentang pelajaran yang harus dikuasai. (2) Belajar dalam kelompok. Setelah guru memberikan gambaran umum tetang pokok – pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta belajar dalam kelompoknya masing – masing yang telah dibentuk sebelumnya. (3) Penilaian. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dapat berupa presentasi, tes atau kuis baik secara kelompok maupun individu. (4) Pengakuan tim. Tahap ini adalah penetapan tim yang dianggap menonjol/berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan ini bertujuan untuk memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim untuk terus meningkatkan prestasi mereka.

Inquiry

Pembelajaran dengan penemuan atau inquiry merupakan pembelajaran yang berlangsung sebagai hasil dari manipulasi, menstukturkan, dan mentransfer informasi sehingga siswa menemukan informasi baru. Dalam penemuan, siswa mungkin membuat konjektur, merumuskan hipotesis atau menemukan kebenaran suatu pernyataan matematika menggunakan induksi, deduksi, observasi, dan ekstrapolasi. Hal penting dalam penemuan adalah siswa harus menjadi bagian yang aktif dalam memformulasikan dan dalam mencapai atau mendapatkan informasi baru (Subanji, 2013:127).

Lesson Study

(23)

967

dan perlahan-lahan beralih kemengajar untuk memahamkan (teaching for understanding) untuk tingkatMatematika Sekolah Dasar. Lebih lanjut lagi Lewis (dalam Ibrohim, 2013) menguraikan bagaimana Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk 1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, 2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, 3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, 4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, 5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, 6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, 7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat/penuh daya, dan 8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega. Pengenalan Lesson Study dan implementasinya di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 2004 melalui Program IMSTEP JICA di 3 Universitas UPI, UNY, dan UM pada akhir 2004 (Ibrohim, 2013). Tiga tahap utama Lesson Study, yakni: Plan, Do, See. Ada dua bentuk kegiatan Lesson Study yang dilaksanakan, yaitu LS berbasis MGMP dan LS berbasis Sekolah (LSBS). Lesson Study berbasis MGMP, yaitu Lesson Study yang dilaksanakan pada setiap hari pertemuan MGMP yang telah ditetapkan. Kegiatan ini bisa dilakukan, dengan jadwal sebagai berikut. Misalnya Plan pada minggu pertama diikuti Do dan See pada minggu ketiga. Sedangkan Lesson Study Berbasis sekolah (LSBS) yaitu Lesson Study yang dilakukan di suatu sekolah dengan kegiatan utama berupa open Lesson atau open class oleh setiap guru secara bergiliran pada hari tertentu. Pada saat ada salah seorang guru “membuka kelas” (Open Class) guru-guru yang lain di sekolah tersebut bertindak sebagai observer. Setelah itu semua guru, baik guru model atau observer melakukan diskusi refleksi untuk membahas berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut. Selanjutnya, Lesson Study yang akan dilaksanakan dalam konteks diseminasi, lebih dekat dengan LSBMGMP. Dalam open Class atau pelaksanaan pembelajara guru model diobservasi oleh guru peserta diseminasi lainnya, trainer, maupun ekspert yang berasal dari berbagai mata pelajaran sama.

Efektif.

Penilaian efektif diukur dari tingkat pemahaman siswa dalam melakukan kegitan belajar, baik dalam kegiatan kelompok maupun dalam kegiatan mandiri yang diukur dengan Nilai Tugas Kelompok dan Nilai tugas Mandiri.

Pembelajaran dikatakan efektif jika :

Nilai = ,

dengan

N1 : Nilai Rata –Rata Kerja Individu.

N2 : Nilai Rata –Rata Kerja Kelompok.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan Open Class di SMP N 1 BUNGURAN TIMUR. Pelaksanaan Open Class di SMP N 1 Bunguran Timur disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang ada. Guru model adalah Indah Katarina Butar Butar S.Pd yang berasal dari SMP Satu Atap Pengadah. Guru model masuk pada kelas IX.2 dengan jumlah siswa 32, selama 2 jam pelajaran yaitu pukul 7.30 s/d 8.50 pada tanggal 12 september 2013, dan 5 observer yang terdiri dari 1 ekspert dari Universitas Negeri Malang, 1 Trainer, dan 3 peserta Diseminasi 1 pelajaran matematika. Dalam tulisan ini dibahas keefektifan model pembelajaran kooperatif dan penemuan (inquiry) untuk memahamkan kekongruenan di kelas IX.2.

Tahap perencanaan (Plan)

tahap pelaksanaan (Do), dan tahap Refleksi (See) yang telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan Lesson Study sebagai berikut:

(24)

968

Silabus Dan RPP dan ditetapkan materi untuk open class adalah kongruen dengan pertimbangan materi pada tanggal 12 September 2013 belum pernah diajarkan; (2) guru menentukan KD dan indikator untuk pelaksanaan Lesson Study. Berdasarkan peta distribusi alokasi waktu ditetapkan bahwa indikatornya adalah mampu menentukan syarat dua bangun datar yang sama dan sebangun atau kongruen melalui model bangun datar.

Pada kegiatan selanjutnya guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan oleh guru model untuk Lesson Study. Dalam RPP dilengkapi dengan LKS yang berisi soal-soal untuk didiskusikan dalam kelompok. Selanjutnya, guru dalam satu kelomok mendiskusikan dan merevisi RPP dan LKS yang telah disusun dengan fasilitator trainer.

Tahap pelaksanaan (do)

Do dilaksanakan pada hari Kamis, 12 September 2013 oleh 1 guru model, 5 observer yang meliputi 3 guru peserta diseminasi dalam satu rumpun, 1 trainer, dan 1 expert dari Universitas NegeriMalang. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran diikuti oleh siswa IX.2 berjumlah 32 siswa. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, observer telah mempelajari RPP dan lembar observasi. Dalam RPP telah diinformasikan bahwa pembelajaran yang akan dilakukan menggunakan model pembelajaran kooperatif dan inquiry.

Berikut penjelasan untuk kegiatan pembelajaran saat berlangsung.

Kegiatan awal pembelajaran, pada saat masuk kelas, guru model dan siswa saling memberi salam. Kegiatan awal yang dilakukan adalah mengulang kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu, guru menginformasikan materi baru yang akan dipelajari pada pertemuan hari itu yaitu kongruen, kemudian guru menyebutkan materi prasyarat yang harus di kuasai jika akan mempelajari kongruen yaitu perbandingan, menentukan nilai vareabel yang tidak diketahui dari perbandingan dan sudut, guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi prasyarat apakah sudah dipelajari atau belum waktu kelas VII dan VIII. Guru juga memberikan soal pre test untuk dikerjakan siswa dalam waktu 10 menit. Setelah 10 menit siswa dan guru membahas soal pretes dengan singkat yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mengingat materi prasyarat.

Kegiatan inti, dimulai dengan pembagian kelompok. Pada RPP disebutkan siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan anggota 4 orang secara heterogen, dikarenakan siswa pada kelas IX.2 SMP N 1 Bunguran Timur berjumlah 32 maka pembagian kelompok tidak sesuai dengan perencanaan yaitu siswa dibagi menjadi 6 kelompok dengan anggota 5 - 6 siswa heterogen. Setelah terbentuk kelompok siswa dibagikan kertas karton, gunting dan kertas berisi rincian tugas kelompok yaitu:

a. Gambarlah bangun – bangun datar segi empat DEFG, TUVW dengan menggunakan karton kemudian gunting/potong. Setelah itu jiplak hasil guntingan tersebut.

b. Letakkan hasil jiplakanmu diatas bangun yang pertama. Apakah edua bangun tersebut akan tpat saling menutupi atau saling berimpit?

c. Berdasarkan hasil kegiatan a dan b diatas:

i. Unsur – unsur apa sajakah yang sama jika dua bangun sama dan sebangun?

ii. Sebutkan dua buah syarat agar dua bangun datar sama dan sebangun atau kongruen! Kemudian siswa mengerjakan tugas kelompok dengan mediskusikan bangun datar apa yang akan dibuat karena guru mengintruksikan untuk membuat bangun datar yang tidak sama dengan kelompok lain. Beberapa kelompok mempunyai inisiatif untuk bertanya kepada kelompok lain bangun apa yang akan dibuat supaya tidak sama dengan apa yang mereka akan buat. Kelompok lain langsung membuat tanpa memperdulikan kelompok lain, akibatnya ada dua kelompok yang membuat bangun yang sama kemudian guru menentukan kelompok mama yang merubah bangun miliknya. Ada juga kelompok yang membuat bangun segitiga dan guru tidak menegurnya. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk anggota yang sudah mengerti diminta untuk menjelaskan kepada anggota yang lain sampai semua anggota mengerti. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya ada tiga kelompok yang maju mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lain menanggapi.

(25)

969

soal postes yang diberikan guru secara mandiri dengan tekun, walaupun masih ada beberapa siswa yang kebingungan. Soal postest tersebut adalah:

Dari gambar – gambar dibawah ini, tentukan bangun – bangun yang sama dan sebangun atau kongruen!

1. D C H G N M

E F K L

A B

2.

3. C

P M

A B Q R K L

4.

(i) (ii) (iii) Tahap (see)

Pada tahap see atau refleksi dilakukan oleh 5 orang, yaitu 1 expert dari Universitas Negeri Malang, 3 guru peserta diseminasi 1. Widyawati ST (guru matematika SMP N 2 Bunguran Timur), 2. Elvaheni S.Pd.I (guru matematika SMP N 1 Bunguran Timur), 3. Leliyana S.Pd (guru matematika SMP N 1 Bunguran Timur) dan Penulis sebagai trainer diseminasi 1 jurusan matematika. Refleksi dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan ini, guru model menyampaikan hal – hal tentang kesannya selama menjadi model dan juga keterlaksanaan pembelajaran. Apa yang dirasakan, dan apa yang kurang dari pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian dilanjutkan oleh observer menyampaikan hasil pengamatan selama pembelajaran. Hasil observasi dan refleksi sebagai berikut:

Setelah moderator (Fitri Mulyani) membuka refleksi, moderator memberi kesempatan kepada guru model untuk menyampaikan kesannya selama proses pembelajaran. Dari sini tersirat kesesuaian RPP dengan keterlaksanaan pembelajaran. Dari kesan guru model dapat dikemukan bahwa guru model merasa bahasa indonesianya masih terlalu terbawa dengan logat medan, karena kebetulan guru model berasal dari medan, sehingga banyak siswa yang kurang paham mendengarkan penjelasan dan interuksi guru dalam mengerjakan tugas. Guru juga merasa kurang mempersiapkan media dengan baik dikarenakan pada waktu diseminasi 1 RPP belum di presentasikan karena keterbatasan waktu. Guru juga merasa siswa kurang siap untuk belajar, karena pada wktu pelajaran sudah mulai masih ada siswa yang ribut meminjam pena. Guru juga meresa belum maksimal hasil belajar hari ini dikarenakan diwaktu siswa mengerjakan soal mandiri masih ada siswa yang kebingungan. Sedangkan hal – hal penting yang didapat dari pengamatan yang dilakukan oleh observer sebagai berikut:

Observer 1 : Elvaheni S.Pd.I, siswa sudah siap menerima pelajaran, walaupun ada sebagian siswa yang yang masih mencari peralatan belajar(pena), siswa mengerjakan soal pretes dengan serius walaupun masih ada siswa yang masih melihat ke kanan dan ke kiri, siswa merespon dengan baik apa yang disampaikan guru, walaupun masih ada siswa yang kebingungan, interaksi siswa dengan siswa terjadi dengan baik dan mulai terjadi ketika

(i) (iv)

Gambar

Tabel 1.  Statistik Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2 Tanah Grogot pada Siklus I
Tabel 7. Lembar Partisipasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Tabel 1 Data Nilai Tes Individu
Tabel 2. Data Nilai Tugas Kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

Multimedia Intraktif yang berkualitas, Tejo dalam penelitiannya menjelaskan hal yang diperhatikan dalam pengembangan multimedia, yaitu (1) Mudah dilihat, yaitu

Hasil penelitian ini adalah untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk menertibkan PKL untuk dapat menjual makanan dan

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah memperoleh data tentang komposisi perbandingan berat limbah kulit kelapa muda segar, air, ragi dan lamanya hari fermentasi,

Persamaan dalam film yang akan dibuat alur cerita sama- sama menggunakan statement dari narasumber sebagai penghubung cerita, cara pengambilan gambar pada

Dari hasil penelitian pengerjaan canai hangat pada suhu 300°C metode bolak-balik dapat disimpulkan bahwa proses canai hangat pada suhu 300°C menunjukkan semakin besar

Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon bantuannya untuk melakukan konfirmasi atas seluruh nama calon peserta yang tercantum dalam lampiran nota dinas ini (no 1 s.d 101)..

Hal ini menyebabkan luas permukaan aktif pada fotokatalis semakin kecil sehingga efektifitas ion Hg(II) yang tereduksi akan mengalami penurunan (Hoffman et al ,