• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA MEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA MEN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA MENURUT

KURIKULUM 2013

Teha Sugiyo

STKIP Sebelas Maret Sumedang dctrue1120102gmail.com

Abstrak

Kehidupan global dalam dunia terbuka dewasa ini memerlukan manusia-manusia yang berkualitas. Kualitas manusia dapat dibina di antaranya melalui pendidikan secara umum dan khususnya Pendidikan Bahasa Indonesia. Pendidikan Bahasa Indonesia telah mengalami perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan yang pesat sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dari berbagai sumber data, terutama Kurikulum 2013, buku guru dan buku siswa SMA, hasil kajian menunjukkan adanya nuansa baru yang perlu dicermati dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Pembahasan mengenai pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA berdasarkan Kurikulum 2013 tentu sangat penting dan dibutuhkan bagi para praktisi atau guru pengampu mata pelajaran itu di tingkat SMA. Diharapkan pembahasan ini dapat menjadi salah satu pintu untuk membuka wawasan, pemahaman, dan penguasaan, yang nantinya akan berdampak pada hasil pembelajaran yang lebih maksimal.

Kata kunci: pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, SMA, Kurikulum 2013.

Pendahuluan

Kurikulum adalah rancangan ideal yang dibuat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Sukmadinata (1999), setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Pedoman untuk pencapaian tujuan-tujuan-tujuan-tujuan tersebut adalah kurikulum. Menurut Beauchamp, kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Terdapat tiga konsep kurikulum, yaitu kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai suatu sistem, dan kurikulum sebagai suatu bidang studi. (Sukmadinata, 1999).

Perkembangan kurikulum di Indonesia terjadi dari masa ke masa. Setiap perkembangan bertujuan untuk meningkat ke arah yang lebih baik. Perkembangan kurikulum yang terjadi di Indonesia biasanya berkaitan dengan adanya pergantian kurikulum. Setiap kurikulum yang pernah diimpelementasikan memiliki karakteristik yang berbeda, misalnya dari segi isi. Isi yang dimaksud berkaitan dengan substansi materi pelajaran.

(2)

Bahasa Indonesia. Pada pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat perubahan materi yang berbeda dari kurilum-kurikulum sebelumnya. Perubahan tersebut dapat dikatakan cukup signifikan, terutama pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas.

Perkembangan substansi tersebut sangat menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan dan perkembangan yang terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Penelitian ini berupaya mendeskripsikan (1) substansi pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, dan (2) isi buku guru dan buku siswa SMA pada Kurikulum 2013, dan (3) model-moel pembelajaran, (4) evaluasi dan (5) istilah-istilah baru dalam Kurikulum Bahasa Indonesia 2013.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeksripsikan data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan kepustakaan. Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Data berasal dari kurikulum 2013, berikut pelatihan implementasinya, buku guru dan siswa SMA, dan sumber lain yang relevan. Data kemudian dianalisis dengan kajian kritis untuk kemudian disajikan dalam makalah ini.

Pembahasan

(3)

mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai satuan bahasa yang mengungkapkan makna kontekstual.

Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa setiap teks memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu, siswa dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis.

Kurikulum 2013 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk mengekspresi-kan perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis. Pada satu saat, bahasa tidak dituntut dapat mengekspresikan sesuatu dengan efisien karena ingin menyampaikannya dengan indah sehingga mampu menggugah perasaan penerimanya. Pada saat yang lain, bahasa dituntut efisien dalam menyampaikan gagasan secara objektif dan logis supaya dapat dicerna dengan mudah oleh penerimanya. Dua pendekatan mengekspresikan dua dimensi diri, perasaan dan pemikiran, melalui bahasa perlu diberikan berimbang.

Sejalan dengan peran di atas, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang Pendidikan Menengah Kelas X yang disajikan dalam buku ini disusun dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan Bahasa Indonesia sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran. Di dalamnya dijelaskan berbagai cara penyajian perasaan dan pemikiran dalam berbagai macam jenis teks. Pemahaman terhadap jenis, kaidah dan konteks suatu teks ditekankan sehingga memudahkan peserta didik menangkap makna yang terkandung dalam suatu teks maupun menyajikan perasaan dan pemikiran dalam bentuk teks yang sesuai sehingga tujuan penyampaiannya tercapai, apakah untuk menggugah perasaan ataukah untuk memberikan pemahaman.

(4)

tersebut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan: dimulai dengan meningkatkan pengetahuan tentang jenis, kaidah dan konteks suatu teks, dilanjutkan dengan keterampilan menyajikan suatu teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan, dan bermuara pada pembentukan sikap kesantunan dan kejelian berbahasa serta sikap penghargaan terhadap Bahasa Indonesia sebagai warisan budaya bangsa.

Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu, siswa dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisissecara memadai.

Teks dapat diperinci ke dalam berbagai jenis, seperti deskripsi, penceritaan (recount), prosedur, laporan, eksplanasi, eksposisi, diskusi, surat, iklan, catatan harian, negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi sejarah. Semua jenis teks itu dapat dikelompokkan ke dalam teks cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Dua kelompok yang disebut terakhir itu merupakan teks nonsastra yang masing-masing dapat dibagi lebih lanjut menjadi teks laporan dan teks prosedural serta teks transaksional dan teks ekspositori. Sementara itu, teks cerita merupakan jenis teks sastra yang dapat diperinci menjadi teks cerita naratif dan teks cerita nonnaratif. Sesuai dengan Kurikulum 2013, buku siswa kelas X ini memuat lima pelajaran yang terdiri atas dua jenis teks faktual, yaitu laporan hasil observasi dan prosedur kompleks; dua jenis teks tanggapan, yaitu teks negosiasi dan teks eksposisi; dan satu jenis teks cerita, yaitu teks anekdot. Sebagai tambahan, pada bagian akhir buku ini disajikan satu pelajaran yang memuat gabungan lima jenis teks tersebut. (h. v-vi)

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

(5)

menindaklanjuti program-program prioritas yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 dan dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014.

Selain berisi deskripsi Kompetensi Dasar, dokumen ini berisi pula Kompetensi Inti dan Struktur Kurikulum. Kompetensi Dasar dikembangkan dari Kompetensi Inti, sedangkan pengembangan Kompetensi Inti mengacu pada Struktur Kurikulum. Kompetensi Inti merupakan kompetensi yang mengikat berbagai Kompetensi Dasar ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus dimiliki peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa aktif. Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas.

Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas:

1. Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

2. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan terdiri atas 3 (tiga) kelompok yaitu Peminatan Matematika dan Sains, Peminatan Sosial, dan Peminatan Bahasa.

3. Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat yaitu mata pelajaran yang dapat diambil oleh peserta didik di luar Kelompok Mata Pelajaran Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam Kelompok Peminatan lainnya. Misalnya bagi peserta didik yang memilih Kelompok Peminatan Bahasa dapat memilih mata pelajaran dari Kelompok Peminatan Sosial dan/atau Kelompok Peminatan Matematika dan Sains.

4. Mata Pelajaran Pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari salah satu mata pelajaran dalam kelompok Peminatan untuk persiapan ke perguruan tinggi.

5. Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan Mata Pelajaran Pendalaman bersifat opsional, dapat dipilih keduanya atau salah satu.

(6)

Dalam buku guru termuat petunjuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru. Skenario yang ditulis secara rinci tahap demi tahap dari awal sampai akhir, dengan langkah-langkah:

1) Pembangunan Konteks / Situasi Pembelajaran 2) Pemodelan Teks Laporan Hasil Observasi

3) Kerjasama Membangun Teks Laporan Hasil Observasi 4) Kerja Mandiri Membangun Teks Laporan Hasil Observasi.

Rincian petunjuk pelaksanaan yang harus dilakukan guru itu merupakan belati bermata dua. Di satu sisi, guru yang malas berpikir, akan menganggap skenario itu merupakan panduan yang secara spontan dapat dilakukan tanpa berpikir lagi. Guru yang kreatif justru menjadi mati kutu, karena harus mengikuti alur pemikiran yang kadang tidak sejalan. Di sini letak benturan antara aktifitas guru dan siswa . Mengharapkan aktif kreatif tetapi masih disuapi dengan panduan yang harus dilakukan….

Buku Siswa

Organisasi Penataan Materi Buku Wajib Bahasa Indonesia

Materi pembelajaran buku wajib bahasa Indonesia untuk siswa SMA/MA/SMK/MAK disajikan ke dalam enam pelajaran, yaitu:

1. Gemar Meneroka Alam Semesta (Pelajaran I), 2. Proses Menjadi Warga yang Baik (Pelajaran II),

3. Budaya Berpendapat di Forum Ekonomi dan Politik (Pelajaran III), 4. Kritik dan Humor dalam Layanan Publik (Pelajaran IV),

5. Seni Bernegosiasi dalam Kewirausahaan (Pelajaran V), dan 6. Teks dalam Kehidupan Nyata (Pelajaran VI).

Perlu dipahami buku itu tidak membahas tuntas semua materi dalam pelajaran yang bersangkutan. Tingkat kedalaman materi disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Pendalaman materi dilakukan bertahap di kelas XI dan XII.

(7)

nonsastra 57%. Teks sastra tersebut adalah teks cerita pendek, teks pantun, teks cerita ulang, teks film/drama, teks cerita sejarah, dan teks novel.

Data di atas menunjukkan bahwa teks sastra memiliki bobot yang lebih sedikit dibanding teks nonsastra, dan setiap jenjang sekolah tidak mendapatkan teks sastra secara lengkap. Temuan ini menunjukkan bahwa penyusunan kuriklum 2013 kurang memperhatikan perbandingan antara teks sastra dan teks nonsastra. Begitu pula kurikulum 2013 kurang memperhatikan kelengkapan muatan teks sastranya. Di SD tidak diajakan teks drama. Di SMP tidak diajarkan teks puisi, teks drama, teks novel, teks cerita rakyat (legenda, mithe, dan dongeng). Adapun di SMA tidak diajarkan teks puisi, teks hikayat, dan teks cerita rakyat.

Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Metode pembelajaran untuk buku bahasa Indonesia wajib mengutamakan pembelajaran berkelompok, berpasangan, dan mandiri. Pada prinsipnya, pembelajaran di kelas hanya menyampaikan pengetahuan pokok dan memberikan dasar-dasar untuk pendalaman materi dengan melaksanakan tugas kelompok, berpasangan, dan mandiri. Untuk mendalami materi pembelajaran teks, guru perlu memanfaatkan sebanyak mungkin sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekitar sekolah. Sesuai dengan ketersediaan sumber belajar, tugas tambahan membaca buku perlu diberikan kepada setiap siswa dan hasil pelaksanaan tugas itu ditulis oleh siswa dengan menggunakan format yang telah ditentukan dalam panduan evaluasi pembelajaran ini. Selama proses pembelajaran teks berlangsung, apa pun metode yang diterapkan guru perlu diupayakan agar siswa terpukau dan gemar belajar.

(8)

Model-model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.

Tema Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terintegrasi.

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan model pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik agar menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok, maka sangat dianjurkan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Menerima Mengingat Mengamati

Menalar Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati, Menganalisis Menjalankan

Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

- - Mencipta

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

(9)

dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

1) Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.

2) Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

3) Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan /penelitian (discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

(10)

Penekanan pembelajaran terletak pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menggunanakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Apabila pendekatan ilmiah tidak tepat diaplikasikan secara prosedural pada mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu maka proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat nonilmiah.

Sedangkan materinya merujuk pada standar berbasis teks, seimbang antara tulis dan lisan, yang menekankan pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan. Penguasaan kompetensi terkait teks: menyusun (melalaui pemahaman terhadap kaidah, struktur, dan konteks), membedakan, menilai, menyunting, menangkap makna, meringkas, menyajikan ulang dalam bahasa sendiri, menekankan ekspresi dan spontanitas dalam berbahasa sedangkan pengetahuan sebagai kontennya.

Berdasarkan uraian tersebut maka proses pembelajaran mencakup lima pengalaman belajar pokok yaitu:

1) mengamati; 2) menanya;

3) mengumpulkan informasi; 4) mengasosiasi

5) mengkomunikasikan; dan 6) mencipta

Jadi, dalam kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik, discovery/inquiry learning, pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran nonklasikal.

Pendekatan pembelajaran saintifik bernuansa: a) mengajak siswa untuk mengamati b) memotivasi siswa untuk menanya

(11)

f) memotivasi siswa untuk mengkomunikasikan kesimpulan

Model pembelajaran dengan pendekatan discovery/inquiry learning: mengajak siswa untuk mencari tahu, dan untuk membuktikan.

Pembelajaran berbasis proyek: (a) menyiapkan proyek untuk dikerjakan siswa; dan (b) membiasakan siswa bekerja berkolaborasi.

Pembelajaran nonklasikal terutama dengan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler sebagai implementasi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan pembelajaran berbasis proyek.

Evaluasi dalam Kurikulum 2013

Evaluasi atau penilaian dalam kurikulum 2013 dimaksudkan untuk mengukur tingkat berpikir siswa mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Evaluasi sebaiknya menekankan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam, bukan hanya hafalan. Evaluasi juga mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja, dan menggunakan portofolio pembelajaran siswa.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 Bab II, Bagian E poin e nomor 1) dan 2) menyatakan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas laporan hasil penilaian oleh pendidik yang berbentuk:

1. Nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil pembelajaran tematik-terpadu. 2. Deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.

Penilaian oleh pendidik dilaksanakan secara berkesinambungan (terus-menerus) untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian oleh pendidik pada dasarnya digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, dasar memperbaiki proses pembelajaran, dan bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar peserta didik.

(12)

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

Prinsip penilaian: a. Sahih b. Objektif c. Adil d. Terpadu e. Ekonomis f. Transparan

g. Menyeluruh dan berkesinambungan h. Sistematis

i. Akuntabel j. Edukatif

Pendekatan penilaian

a. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK) b. PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria

ketuntasan minimal (KKM).

c. KKM Pengetahuan dan Keterampilan : > 2.66 d. KKM Sikap : Baik

Penilaian Kompetensi Pengetahuan

a. Penilaian Kompetensi Pengetahuan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik) b. Penilaian Pengetahuan terdiri atas:

1) Nilai Harian (NH)

2) Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) 3) Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS)

(13)

d. Nilai Ulangan Tengah Semester (NUTS) diperoleh dari hasil tes tulis yang dilaksanakan pada tengah semester. Materi Ulangan Tengah Semester mencakup seluruh kompetensi yang telah dibelajarkan sampai dengan saat pelaksanaan UTS. e. Nilai Ulangan Akhir Semester (NUAS) diperoleh dari hasil tes tulis yang

dilaksanakan di akhir semester. Materi UAS mencakup seluruh kompetensi pada semester tersebut.

f. Penghitungan Nilai Pengetahuan diperoleh dari rata-rata Nilai Proses (NP), Ulangan Tengah Semester (UTS), Ulangan Akhir Semester (UAS)/Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) yang bobotnya ditentukan oleh satuan pendidikan.

g. Penilaian Kompetensi pengetahuan dapat menggunakan rentang nilai seperti pada tabel 2 untuk membantu guru dalam menentukan nilai.

Penilaian Keterampilan

a. Penilaian Keterampilan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik). b.Penilaian Keterampilan diperoleh melalui penilaian kinerja yang terdiri atas:

1) Nilai Praktik 2) Nilai Portofolio 3) Nilai Proyek

Penilaian Sikap

a. Penilaian Sikap (spiritual dan sosial) dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik)

b. Penilaian Sikap diperoleh menggunakan instrumen: 1) Penilaian observasi

2) Penilaian diri sendiri

3) Penilaian antar peserta didik 4) Jurnal catatan guru

Rentang Nilai Kompetensi Sikap

No. Nilai Predikat Nilai

Sikap

1 0,00 ˂ Nilai ≤ 1,00

(14)

KURANG 2 1,00 ˂ Nilai ≤ 1,33 D+

3 1,33 ˂ Nilai ≤ 1,66 C-.

CUKUP 4 1,66 ˂ Nilai ≤ 2,00 C

5 2,00 ˂ Nilai ≤ 2,33 C+

6 2,33 ˂ Nilai ≤ 2,66

B-BAIK 7 2,66 ˂ Nilai ≤ 3,00 B

8 3,00 ˂ Nilai ≤ 3,33 B+

9 3,33 ˂ Nilai ≤ 3,66 A- SANGAT BAIK 10 3,66 ˂ Nilai ≤ 4,00 A

Istilah-istilah baru dalam kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 memunculkan berbagai istilah baru, yang kadang dapat membuat pembacanya terhenyak. Istilah-istilah itu muncul tanpa penjelasan sebelumnya, sehingga guru-guru (lama), merasa kebingungan dan menanggapi dengan menggerundel. Bahkan ada juga yang senyum-senyum karena istilah-istilah itu terasa mengada-ada, karena sudah ada kata yang lebih populer, seperti: menanya, eksplanasi, meneroka, dsb. Bertebarannya istilah-istilah baru itu mau tidak mau membuat pembacanya harus rajin “meneroka” , “menanya”, dan mencari berbagai sumber untuk mendapat “eksplanasi”, sehingga dapat memahami maknanya secara pas.

Beberapa istilah baru yang sempat penulis jumpai lalu coba penulis cari maknanya adalah sebagai berikut.

Saintifik; Kata ini tidak diketemukan dalam KBBI. Dari istilah Inggris, ada “ scientific” : 1. of or relating to the practice of science : scientific journals (source: wordnet30); 2. conforming with the principles or methods used in science ; a scientific approach (source: wordnet30); 3. of or pertaining to science; used in science; as, scientific principles; scientific apparatus; scientific observations.

(15)

Pendekatan saintifik : Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Meneroka; (menurut KBBI3) maknanya: membuka daerah atau tanah baru (untuk sawah, ladang, dsb); merintis; menjelajahi: Misalnya: para transmigran ~ hutan belantara untuk dijadikan kampung; Sinonim kata ini, atau yang ada kaitannya (related words) adalah: meneliti, membuka, menyelidiki, meninjau, memeriksa.

Menanya; mengajukan pertanyaan; bertanya: sebelum ~ , pikirlah baik-baik; Kata-kata yang berkaitan: tanya, bertanya, mempertanyakan, menanya, menanyai, menanyakan, penanya, penanyaan, pertanyaan,

Wahana; 1. kendaraan; alat pengangkut; 2. alat atau sarana untuk mencapai suatu tujuan: koperasi diharapkan menjadi -- untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 3. tafsir mimpi; alamat.

Penghela; penarik: ia menggunakan sapi sebagai ~ gerobaknya. Kata-kata yang berkaitan:

hela, menghelakan, helaan, penghela, menghela. Dari kata “penghela” divisualisasikan ada kata-kata: pengeret, penyeret helaan, seretan, penarik, tarikan. Dari asal kata/istilah “hela”, diturunkan / divisualisasikan kata/istilah: menganjur, menyeret, menjujut, menolak, menggelandang, menggandeng.

Teks; (1) Kata ini bersinonim dengan: bacaan, lektur, manuskrip, naskah, pustaka, skrip,

(16)

Struktur teks dan bentuk-bentuk bahasa itu menjadi ciri-ciri yang menandai teks-teks tersebut.

Eksemplum: Jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi. Secara pribadi, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Struktur teksnya adalah abstrak ^ orientasi^ insiden ^ interpretasi ^ koda.

Eksplanasi : Jenis teks yang menjelaskan hubungan logis dari beberapa peristiwa. Pada teks eksplanasi, sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa tersebut mengakibatkan peristiwa yang lain lagi sesudahnya. Struktur teksnya adalah pernyataan umum ^ urutan alasan logis.

Transitivitas : aspek gramatika yang menyangkut verba, partisipan, dan sirkumtansi yang berkaitan dengan verba tersebut. Secara eksperiensial, klausa merupakan sarana untuk mengaktualisasikan pola pengalaman manusia terhadap peristiwa yang berlangsung di sekitarnya (yang direalisasikan oleh verba atau kelompok verba). Partisipan umumnya berupa pelaku (yang direalisasikan oleh nomina atau kelompok nomina). Sirkumstansi merupakan perwujudan dari keterangan (tempat, waktu, cara) yang mencakupi terealisasinya verba di dalam kalimat. Sirkumstansi (yang tidak selalu ada dalam kalimat) direalisasikan oleh adverbia atau kelompok adverbia. => Verba.

Makna metafungsi: makna yang secara simultan terbangun dari tiga fungsi bahasa, yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. => Fungsi.

Kalimat simpleks: (1) kalimat yang hanya terdiri atas satu struktur dengan satu verba utama, Contoh : Tumbuh-tumbuhan tergolong ke dalam makhluk hidup.

(2) kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks (yang sesungguhnya sama dengan kalimat tunggal) hanya mengandung satu struktur: subjek > predikatror > (pelengkap) > (keterangan).

(17)

Kalimat kompleks: (1) Kalimat yang terdiri atas dua struktur atau lebih dengan dua verba atau lebih. Contoh : Benda di dunia dapat dikelompokkan atas persamaan dan perbedaannya. (2) Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur. Struktur yang satu dan struktur yang lain biasanya dihubungkan oleh konjungsi, tetapi sering pula hubungan itu hanya ditunjukkan oleh tanda koma atau titik koma, bahkan tidak ditunjukkan oleh tanda baca apa pun.

Kalimat kompleks dibagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat kompleks parataktik dan kalimat kompleks hipotaktik.

Kalimat kompleks parataktik : kalimat kompleks yang terdiri atas dua struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan makna, antara lain dan, tetapi, dan atau. Contoh berikut ini mengandung dua verba utama, yaitu masing-masing disebut, dalam dua struktur yang dirangkaikan oleh konjungsi dan. Contoh tersebut mempunyai dua struktur (yang kebetulan sama), yaitu masing-masing subjek ^ predicator ^ pelengkap. Struktur 1 dan struktur 2 berhubungan secara sejajar dengan konjungsi dan.

Contoh: Yang pertama sering disebut mahkluk hidup dan yang kedua disebut mahkluk mati.

Struktur 1

Kalimat kompleks hipotaktik : kalimat kompleks yang dapat dinyatakan dengan hubungan konjungtif tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila, jika, karena, dan ketika. Pada contoh berikut ini, struktur 1 dan struktur 2 dirangkaikan dengan konjungsi apabila. Kedua struktur itu berhubungan secara tidak sejajar. Struktur 2 menjadi syarat berlangsungnya kejadian pada struktur 1.

Contoh: Tanaman kacang itu akan tumbuh subur apabila petaninya rajin menyiramnya.

17 Struktur 1

Tanaman kacang itu akan tumbuh Subur

Subjek Predicator Pelengkap

Struktur 2

apabila petaninya Rajin

menyiram

(18)

Kritik dan Temuan di Lapangan Tentang Kurikulum Bahasa Indonesia 2013

Kehadiran kurikulum baru senantiasa mengundang tanggapan, karena menyangkut hajat hidup orang banyak, khususnya orang-orang yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Kurikulum 2013 pun tak lepas dari tanggapan. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa setiap ganti menteri, ganti kurikulum, ganti kebijakan. Ada kesan bahwa pergantian kurikulum sarat dengan muatan politis, sehingga aspek kesinambungan dan tanggung jawab pendidikan kurang mendapatkan perhatian. Ada kesan juga bahwa meskipun kurikulum sudah dipersiapkan oleh beberapa ahli namun tetap saja ada hal yang masih kurang melibatkan orang-orang di lapangan yang secara fakta justru menjadi pelaksana kurikulum tersebut. Dengan demikian kurikulum yang baru senantiasa memberi kesan dipaksakan, sudah “diberikan dari atas”, sudah given. Jadi para pendidik dan tenaga kependidikan sebagai mau tidak mau suka atau tidak suka harus menerima dan melaksanakan kurikulum tersebut.

Dari pemantauan di lapangan dan diskusi dengan sesama pembelajar, maka ada beberapa catatan yang perlu dicermati tentang Kurikulum 2013, khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah menengah adalah sebagai berikut.

Kritik Peneliti terhadap Kurikulum 2013

 Kurikulum 2013 terkesan dipaksakan. Program kurikulum sebelumnya yang belum nampak jelas hasilnya, dengan evaluasi yang juga belum tuntas, sudah dimunculkan lagi kurikulum baru dengan tema dan sistem yang baru, yang sepertinya terkesan menghapuskan kurikulum lama.

(19)

membuat peserta pelatihan ini justru menjadi ragu dan bingung mau menyampaikan apa dalam kegiatan belajar mengajar nantinya.

 Bahan ajar dan sarana pendidikan pada sekolah-sekolah di daerah tidak mendukung. Sekolah-sekolah yang tidak memiliki sarana perpustakaan dan jauh dari jangkauan media masa cetak, agak kesulitan untuk melengkapi bahan ajar demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan pembelajaran.

 Kurikulum 2013 yang dikatakan saintifik mengesankan, bahwa kurikulum sebelumnya tidak saintifik. Orientasi kurikulum yang saintifik mengesankan bahwa hanya ranah knowledge, pengetahuan yang menggunakan otak atau intelegensi yang lebih ditonjolkan.  Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak mengakomodasi ranah afeksi, hati, perasaan, karena lebih menonjolkan saintifiknya, sehingga pembelajaran / pengalaman imajinatif, sastra atau seni yang imajinatif diabaikan. Pengabaian ini, sesungguhnya justru bertentangan dengan pendidikan karakter yang seringkali digembar-gemborkan, meskipun secara tersurat ada materi-materi ajar tentang sastra, namun uraian dan penjelasannya senantiasa dikaitkan dengan sains, sehingga terasa kering, tidak inspiratif.  Tagline pada buku siswa/guru (SMA): Bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa

ilmu pengetahuan, terkesan merendahkan fungsi dan kedudukan BI sebagai bahasa persatuan, bahasa resmi kenegaraan, bahasa nasional. Kata “penghela” dan “pembawa” mengasosiasikan (berkonotasi) dengan kuda beban atau sapi/kerbau yang menghela bajak di sawah, atau menghela “cikar bobrok pembangunan”, yang kesannya justru kembali ke masa silam, alih-alih kemajuan ilmu pengetahuan untuk menyongsong masa depan yang siap bersaing dengan berbagai tantangan dan peluang di masa depan.

(20)

semakin banyak yang bodoh (CBSA = Cah Bodo Saya Akeh (jw) = Anak bodoh semakin banyak). Atau cul budak siga anteng = biarkan anak semakin diam/pasif.

 Apa pun yang terjadi kurikulum 2013 harus tetap berlangsung. Biarkan anjing menggonggong, kurikulum tetap berlalu. Kita lihat saja nanti hasilnya setelah 10 atau 20 tahun kemudian. Semoga memang apa yang dicita-citakan bersama menjadi kenyataan!!!

RUJUKAN

Kurikulum Pendidikan Bahasa Indonesia 2013. Buku Siswa SMA Kurikulum 2013

Buku Guru SMA Kurikulum 2013

Main Sufanti. 2013. Bobot dan Subtansi Teks Sastra dalam Kurikulum 2013 serta Fungsinya dalam Pendidikan Karakter. Makalah dalam Proceeding Seminar Internasional Pengembangan Peran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Mewujudkan Generasi Berkarakter. Surakarta 28-29 September 2013. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Nuril Anwar dalam : http://gurubahasaindonesiasmkn10mlg.blogspot.com/2013/08/kamus-pembelajaran-glosarium.html

Gambar

tabel 2 untuk membantu guru dalam menentukan nilai.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mempelajari Bab VII ini, kamu tentu sudah memahami jenis hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek. Kelima jenis teks tersebut

4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun

4.6 Menelaah dan merevisi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan

Peserta didik memahami informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan dari berbagai jenis teks, misalnya teks deskripsi, narasi, puisi, eksplanasi, dan

Terdapat enam belas gaya bahasa yang digunakan pada tiga puluh teks iklan layanan masyarakat yang ada di sepanjang Jalan Teuku Umar, Jalan Wolter Monginsidi, dan Jalan

3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi secara lisan dan tertulis. 3.2 Membandingkan teks

Setelah membaca iklan Bapak yang dimuat harian Kompas, 30 Desember 2010, saya tertarik dengan syarat-syarat yang Bapak tuliskan dalam iklan tersebut, kemudian saya mengajukan

Terdapat enam belas gaya bahasa yang digunakan pada tiga puluh teks iklan layanan masyarakat yang ada di sepanjang Jalan Teuku Umar, Jalan Wolter Monginsidi, dan Jalan