commit to user
i
PERANCANGAN ALAT PENGEMAS VAKUM UNTUK
PRODUK OLAHAN JAMUR TIRAM DALAM RANGKA
MENINGKATKAN NILAI JUAL DAN MASA PAKAI
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Disusun oleh:
HARY PURWOKO ATMOJO SUNG SUMARGO
I1309015
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. Keseluruhan pokok bahasan dalam bab ini diharapkan memberikan gambaran umum tentang penelitian ini dan perlunya penelitian ini dilakukan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat baik dalam bidang produk barang maupun jasa, sehingga produsen dituntut untuk selalu berinovasi dan mempunyai terobosan-terobosan baru. Begitu pula halnya dengan industri pangan yang merupakan salah satu bagian dari dunia bisnis tadi, tentunya akan mengalami kondisi usaha yang penuh dengan persaingan dan diperkirakan persaingan tersebut akan terus meningkat pada era global. Salah satu industri pangan yang sedang berkembang adalah budidaya jamur tiram. Usaha budidaya jamur tiram kini semakin banyak, karena mudahnya cara budidaya jamur tiram, harga jual yang stabil serta permintaan yang terus meningkat menjadi salah satu faktor banyaknya bermunculan petani jamur tiram. Penampilannya yang putih bersih dan menarik menjadi daya tarik tersendiri. Rasanya juga sangat enak, hampir seperti daging ayam. Tetapi jamur tiram ini memiliki daya tahan setelah panen yang sangat rendah yaitu kurang dari 24 jam (BisnisUKM, 2010).
Penanganan produk jamur pasca panen sangat penting dalam kelangsungan bisnis jamur tersebut. Pada umumnya jamur setelah dipanen langsung dijual kepada tengkulak masih dalam bentuk potongan jamur utuh. Hal ini menyebabkan kemungkinan petani jamur merugi akibat jamur yang tidak laku membusuk. Makanan hasil olahan jamur memang semakin beragam, yang sering ditemui oleh konsumen adalah sup jamur. Selain itu, kini juga banyak orang yang mengolah dan menjual jamur dalam bentuk keripik. Pengolahan hasil panen jamur tiram
yang lain juga bisa dengan dibuat nugget atau makanan beku. Bentuknya sangat
mirip dengan nugget ayam. Bahkan, rasanya pun tidak jauh berbeda. Dengan
commit to user
I - 2
Untuk pemasaran hasil panen para pembudidaya menjual produknya masih
dalam bentuk nugget dalam jumlah kiloan yang masih dikuasai oleh pengumpul
dan pedagang besar. Hal ini menyebabkan harga jual nugget jamur sangat murah
atau dengan kata lain curah. Salah satu cara untuk mengatasi masalah nilai jual pada jamur tersebut adalah dengan pengemasan. Dengan pengemasan produk diharapkan dapat menambah nilai jual sekaligus dapat menambah masa pakai dari produk jamur olahan tersebut sekitar 1 minggu (Adisaputro, 2011). Pengemasan
nugget jamur sekarang hanya dilakunan dengan memasukkannya ke dalam plastik kemasan biasa dan langsung dijual kepada konsumen. Dengan pengemasan yang
biasa tersebut, resiko membusuknya nugget sangat besar dan membuat masa
pakainya menjadi singkat. Maka, diperlukan sistem pengemasan khusus untuk mendukung pamasaran jamur olahan tersebut yaitu dengan sistem pengemasan secara vakum. Dengan dikemas secara vakum, akan menghambat terjadinya penyerapan air oleh produk yang dikemas dari lingkungan atau udara di sekitarnya. Kelembapan itu sendiri yang mempercepat membusuknya produk (Winarno, 1984).
Di pasaran telah ada jenis-jenis mesin pengemas makanan dari yang
konvensional sampai otomatis, salah satunya adalah vacuum packaging. Prinsip
dari mesin tersebut adalah mengeluarkan semua udara yang ada di dalam pengemas sampai benar-benar vakum lalu di tutup rapat sehingga resiko produk terkontaminasi dengan udara atau zat dari luar tidak ada. Ada 2 jenis mesin pengemas vakum, yaitu mesin konvensional dan otomatis yang mempunyai perbedaan pada prosesnya. Pada mesin otomatis, setelah proses vakum selesai
maka akan dilanjutkan ke proses penutupan atau sealing. Sedangkan pada mesin
konvensional, operator harus melakukan proses sealing sendiri secara manual.
Saat ini para penjual telah menggunakan mesin pengemas otomatis, mereka merasa kesulitan dalam mengoperasikan alat tersebut yaitu pada saat mengatur
parameter waktu vakum dan suhu dari sealer. Selain itu, harga dari mesin di
pasaran juga cukup mahal, sehingga kurang cocok untuk Industri Kecil Menengah (UKM).
commit to user
I - 3
konsumen tentang perancangan alat pengemas vakum yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhannya, maka digunakan metode Quality Function
Deployment (QFD). Metode QFD adalah adalah metode perancangan produk yang melibatkan pengguna dalam menentukan desain produk agar sesuai dengan keinginan pengguna. Suara konsumen akan diterjemahkan dalam karakteristik teknis pada proses perencanaan desain produk. Penelitian dengan menggunakan QFD pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hastanti (2011) yang merancang sebuah produk berupa alat bantu duduk pesinden. Produk ini dirancang dengan melakukan wawancara untuk menemukan keluhan dan kebutuhan pengguna. Berdasarkan penelitian dihasilkan produk alat bantu duduk pesinden yang dapat memenuhi keinginan dan harapan penggunanya.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perlu dilakukan perancangan alat pengemas vakum berdasarkan metode QFD untuk mengurangi dampak yang menyebabkan kerugian bagi pengusaha karena hasil produk yang akan dijual tidak awet dan mempunyai nilai jual yang rendah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana merancang alat yang dapat mengemas produk
jamur tiram olahan secara vakum dengan metode Quality Function Deployment ”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini memiliki tujuan, yaitu :
1. Memberikan informasi mengenai atribut keinginan konsumen (VOC)
terhadap pemakaian alat pengemas vakum untuk jamur tiram olahan.
2. Memberikan informasi tentang karakteristik teknis alat pengemas vakum
untuk jamur tiram olahan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu :
1. Meningkatkan ketahanan jamur tiram olahan.
commit to user
I - 4
1.5 Batasan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan, maka perlu adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Desain alat yang telah dibuat hanya difokuskan untuk sistem kerja
pengemasan dan penghampaan produk makanan (jamur tiram olahan) yang
diletakkan dalam plastik khusus vakum (nylon bag) dan tidak membahas
proses sebelum dan sesudahnya.
2. Proses pengolahan data dan perancangan menggunakan metode Quality
Function Deployment (QFD)
1.6 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian yaitu tidak ada perubahan tekanan penghampaan selama proses penghampaan plastik kemasan berlangsung.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan sistematika penelitian dibuat agar dapat memudahkan pembahasan dari tugas akhir ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan dalam penelitian, seperti dijelaskan berikut ini :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung penelitian, sehingga perhitungan dan analisis dilakukan secara teoritis. Tinjuan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang tahapan penyelesaian masalah secara umum, secara terstruktur an sistematis yang digambarkan
commit to user
I - 5
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data yang telah dikumpulkan, perhitungan teoritis dan perancangan alat.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini membahas analisis dan interpretasi hasil rancangan yang dilakukan dalam penelitian ini.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
commit to user
II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pembuatan rancangan suatu alat diperlukan data-data yang dibutuhkan yang mudah dimengerti dengan maksud untuk menerangkan hasil produk ini agar menjadi sesuatu yang mudah diterima oleh orang lain. Data yang ada berupa hasil percobaan, observasi, konsultasi dan lain-lain. Dalam hal ini dijelaskan beberapa data pendukung yang telah dicantumkan untuk meyakinkan masyarakat umum agar dapat diterima.
2.1 Pengemasan
Kemasan adalah ilmu, seni dan teknologi yang menutupi atau melindungi produk untuk distribusi, penyimpanan, penjualan dan penggunaannya. Kemasan juga mengacu pada proses desain, evaluasi dan produksi paket. Kemasan dapat digambarkan sebagai sistem yang terkondisi menyiapkan barang untuk transportasi, pergudangan, logistik, penjualan, dan akhirnya sampai digunakan. Fungsi dari pengmasan adalah untuk mengatur interaksi antara bahan yang akan dikemas dengan lingkungan sekitar (Calver, 2004).
Pengemasan makanan, dalam hal ini membutuhkan perlindungan terhadap dunia luar agar bahan yang ada di dalamnya tidak terkontaminasi oleh luar. Hal ini juga untuk menjaga agar susunan nutrisi maupun zat yang terkandung di dalamnya tidak keluar maupun sebaliknya, zat dari luar tidak dapat mengkontaminasi bagian dalamnya (Taufik, 2009).
Tujuan dari pengemasan tersebut antara lain :
- Membuat umur simpan bahan pangan menjadi lebih panjang.
- Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.
- Mencegah rusaknya nutrisi atau gizi bahan pangan.
- Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan.
- Memudahkan distribusi atau pengangkutan bahan pangan.
- Mendukung perkembangan makanan siap saji.
- Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.
commit to user
II - 2
lain-lain). Metode atau teknik pengemasan harus tepat, hal ini mengacu pada produk yang akan dikemas. Beberapa contoh teknik pengemasan adalah dengan digulung, dilipat, dibalut / dibungkus, dan dianyam. Pola distribusi dan penyimpanan produk hasil pengemasan harus baik (Rosiana, 2011).
Interaksi bahan pangan atau makanan dengan lingkungan dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi bahan pangan tersebut, antara lain :
a. Interaksi masa :
- Kontaminasi mikroba, (jamur, bakteri, dan lain-lain).
- Kontaminasi serangga.
- Penambahan air atau menguapnya air.
- Benturan atau gesekan.
b. Interaksi cahaya : oksidasi terhadap lemak, protein, vitamin, dan lain-lain.
c. Interaksi panas :
- Terjadi gosong atau perubahan warna.
- Rusaknya nutrisi
Bahan pengemas memiliki persyaratan yang harus dipenuhi untuk mancapai tujuan pengemasan, antara lain :
a. Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai dengan
jenis bahan pangan yang akan dikemas.
b. Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan)
c. Harus kedap air.
d. Tahan panas.
e. Mudah dikerjakan secara masinal dan harganya relatif murah.
Jenis-jenis bahan pengemas :
1. Untuk wadah utama (pengemas yang berhubungan langsung dengan bahan
pangan) :
commit to user
II - 3
2. Untuk wadah luar (pelindung wadah utama selama distribusi, penjualan, atau
penyimnanan :
a. Kayu
b. Karton / kardus
2.2 Teknik Pengawetan Makanan
Untuk mengawetkan makanan dapat dilakukan beberapa teknik baik yang menggunakan teknologi tinggi maupun teknologi yang sederhana. Caranya pun beragam dengan berbagai tingkat kesulitan, namun inti dari pengawetan makanan adalah suatu upaya untuk menahan laju pertumbuhan mikro organisme pada makanan (Godam, 2006). Berikut adalah beberapa teknik standar yang telah dikenal secara umum oleh masyarakat luas dunia.
1. Pendinginan
Teknik ini adalah teknik yang paling terkenal karena sering digunakan oleh masyarakat umum di desa dan di kota. Konsep dan teori dari sistem pendinginan adalah memasukkan makanan pada tempat atau ruangan yang bersuhu sangat rendah. Untuk mendinginkan makanan atau minuman bisa dengan memasukkannya ke dalam kulkas atau lemari es atau bisa juga dengan menaruh di wadah yang berisi es. Suhu untuk mendinginkan makanan biasanya 15°C. Sedangkan agar tahan lama biasanya disimpan pada tempat yang bersuhu 0 sampai -4°C.
2. Pengasapan
Cara pengasapan adalah dengan menaruh makanan dalam kotak yang kemudian diasapi dari bawah. Teknik pengasapan sebenarnya tidak membuat makanan menjadi awet dalam jangka waktu yang lama, karena diperlukan perpaduan dengan teknik pengasinan dan pengeringan.
3. Pengalengan
commit to user
II - 4
yaitu dengan memberi zat pengawet, sedangkan fisika karena dikalengi dalam ruang hampa udara.
4. Pengeringan
Mikroorganisme menyukai tempat yang lembab atau basah mengandung air. Jadi teknik pengeringan membuat makanan menjadi kering dengan kadar air serendah mungkin dengan cara dijemur, dioven, dipanaskan, dan sebagainya. Semakin banyak kadar air pada makanan, maka akan menjadi mudah proses pembusukan makanan.
5. Penghampaan
Penghampaan dilakukan dengan menghilangkan udara yang ada di dalam kemasan. Penghilangan udara akan mengeluarkan semua oksigen sehingga mencegah berlangsungnya reaksi kimiawi dan enzimatis yang dipicu oleh oksigen, juga menghambat pertumbuhan mikroorganisme aerobik.
6. Pemanisan
Pemanisan makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan pada medium yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40% untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Jika dicelup pada konsenstrasi 70% maka dapat mencegah kerusakan makanan. Contoh makanan yang dimaniskan adalah seperti manisan buah, susu, jeli, agar-agar, dan lain sebagainya.
7. Pengasinan
Cara yang terakhir ini dengan menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal sebagai garam dapur untuk mengawetkan makanan. Tehnik ini disebut juga dengan sebutan penggaraman. Garam dapur memiliki sifat yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk makanan. Contohnya seperti ikan asin yang merupakan paduan antara pengasinan dengan pengeringan.
2.3 Vakum
Dalam penggunaan sehari-hari, vakum adalah volume ruang yang kosong pada dasarnya adalah materi, seperti bahwa tekanan gas jauh lebih kecil daripada
tekanan atmosfer. Keadaan vakum dapat dibedakan menjadi 3, yaitu soft vacuum
commit to user
II - 5
(<10-7 pa). Untuk mengukur kadar vakum suatu ruangan dibutuhkan suatu alat
yang dapat membandingkan tekanan dalam ruang tersebut, salah satunya adalah
preesure gauge.
Gambar 2.1 Pressure gauge
Alat yang digunakan untuk membuat keadaan menjadi vakum adalah
vacuum pump (pompa vakum). Pompa vakum adalah alat yang menghilangkan molekul gas dari volume yang tertutup rapat untuk meninggalkan vakum parsial. Kecepatan pemompaan mengacu pada laju aliran volume sebuah pompa pada bagian inlet, sering diukur dalam volume per unit waktu. Momentum transfer dan jebakan pompa akan lebih efektif pada beberapa gas daripada yang lain, sehingga tingkat memompa dapat berbeda untuk masing-masing gas yang dipompa, dan rata-rata laju aliran volume pompa akan bervariasi tergantung pada komposisi kimia dari sisa gas di ruangan.
Cara kerja dari pompa vakum adalah sebagai berikut, gaya sentrifugal yang ditimbulkan dari motor mendorong baling-baling untuk saling menekan yang
menciptakan ruang untuk udara masuk dari inlet. Setelah udara terperangkap di
dalam pompa, baling-baling tersebut kembali saling menekan yang akan
mendorong udara tersebut keluar dari pompa vakum melalui exhaust.
commit to user
II - 6
Gambar 2.3 Vacuum pump
Dalam perhitungan waktu vakum, diasumsikan :
a. Ruang vakum atau Plastik pengemas berbentuk kotak, karena perhitungan
diambil volume ruangan maksimum.
b. Efisiensi proses pemvakuman 100%.
c. Tekanan vakum yang akan dicapai adalah -0,4 bar
Volume ruang vakum : panjang x lebar x tinggi
Menurut katalog PT.Gemilang Sukses Indonesia(2010) kemampuan pompa vakum yang ada adalah 6 CFM, sedangkan 2,1189 CFM sama dengan 3,6 m3/h.
Waktu vakum = volume ruang vakum / Vacuum Capacity
2.4 Seal Jaw (Rahang Penyegel)
Seal jaw adalah sebuah perangkat pemanas yang berfungsi sebagai penyegel
plastik yang telah tervakum. Seal jaw mempunyai peranan yang sangat penting
dalam proses pengemasan, karena merupakan proses finishing atau akhir pada
mesin pengemas vakum ini. Seal jaw dikontrol oleh sebuah rangkaian dan dapat
diatur lama pemanasannya sesuai jenis plastik yang digunakan oleh operator.
Penggunaan seal jaw pada mesin pengmas vakum ini sangat mudah, yaitu hanya
dengan menjepitkan bagian plastik pada bagian rahang dan setelah proses
pemvakuman selesai, seal jaw bekerja secara otomatis.
Keterangan :
a. Jaw bar
b. Silicone rubber
c. Cover tape
d. Heat seal band
e. Cover strip material
commit to user
II - 7
2.4.1Jaw Bar (Batang Rahang)
Jaw bar merupakan bagian utama pada seal jaw. Di desain sesuai kebutuhan perancang. Didalamnya terdapat bermacam-macam komponen yang digunakan
dalam waktu penyegelan seperti trafo, impulse kapasitor yang berfungsi sebagai
timer dan limit switch.
Gambar 2.5 Jaw bar
2.4.2Fiberglass Tape
Fiberglass tape adalah bahan mirip karet yang terdiri dari polier yang mengandung silikon bersama-sama dengan karbon, hidrogem, dan oksigen.
Fiberglass tape umunya non-reaktif, stabil dan tahan terhadap panas. Suhu
penggunaannya antara -75 C sampai 260 C. Selain untuk heat sealing, L-bar dan
impulse wire sealing, penggunaan fiberglass tape dapat ditemukan dalam berbagai
produk, termasuk : memasak, baking, produk-produk penyimpanan makanan,
peralatan medis implant dan di hardware.
Gambar 2.6 Fiberglass tape
2.4.3Heat Seal Band
commit to user
II - 8
arus. Di pasaran ada jenis nikelin gepeng, bulat dan kembang yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. Ukurannya pun juga bermacam-macam.
Gambar 2.7 Heat seal band
2.5 Alat Pengemas Vakum di Pasaran
Di pasaran juga sudah digunakan alat pengemas vakum, alat tersebut biasanya digunakan di swalayan dan beberapa usaha menengah yang membutuhkan alat tersebut. Berikut ini beberapa contoh alat pengemas vakum yang sudah ada :
1. Vacuum Packaging Portable
Alat ini biasa digunakan untuk mengemas produk-produk yang mempunyai dimensi yang kecil. Spesifikasi alat ini yaitu :
a. Dimensi = 350 x 150 x 70 mm
b. Power Supply = 220 – 240 V
c. Vacuum = 0,35 MPa
d. Sealing Length = 40 – 280 mm
e. Weight = 2,4 Kg
Gambar 2.8Vacuum packaging portable
Sumber : mesinmesinmurah.blogspot.com (2011)
2. Table Vacuum Packaging
a. Dimensi = 660 x 590 x 680 mm
b. Chamber Size = 440 x 440 x 115 mm
commit to user
II - 9
d. Vacuum = 0.66 Kpa
e. Sealing Length = 400 x 10 mm
f. Weight = 102 Kg
g. Power = 750 Watt
Gambar 2.9Table vacuum packaging
Sumber : mesinmesinmurah.blogspot.com (2011)
3. Double Chamber Vacuum Packaging
a. Dimensi = 1570 x 610 x 1390 mm
b. Chamber Size = 390 x 140 x 252 mm
c. Power Supply = 110V 220-240V/50-60Hz
d. Vacuum = 0.03 Kpa
e. Sealing Length = 300 x 10 mm
f. Weight = 125 Kg
g. Power = 1,5 KW
Gambar 2.10Double table vacuum packaging
commit to user
II - 10
2.6 Jamur Tiram
Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon
berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah. Sekarang sudah banyak yang membudidayakan jamur tiram. Dalam pembudidayaan jamur tiram, kelembaban ruangan optimal yang harus dipertahankan adalah 90-96% , yaitu dengan menyemprotkan air secara teratur. Suhu udara untuk pertumbuhan miselia adalah 23-28 °C dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 13-15 °C.
Gambar 2.11 Jamur tiram
Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik.
Dalam budidaya modern, media tumbuh berupa kayu tiruan (log) yang dibuat
dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa sumber kayu (gergaji kayu atau ampas tebu), sumber gula (tepung-tepungan), kapur, pupuk dan air.
commit to user
II - 11
Masa panen jamur tiram termasuk singkat, yaitu sekitar 40 hari setelah pembibitan dengan frekuensi panen yang dilakukan setiap hari, karena pertumbuhan masing-masing tanaman yang bervariatif. Pemanenan jamur bisa dilakukan antara 4-8 kali dan jumlah jamur yang dipanen per musim. Setelah melewati masa panen, sisa pembibitan harus dibuang dan menggantinya dengan bibit baru. Jamur tiram yang sudah dipanen harus segera dipasarkan karena dalam waktu kurang dari 24 jam akan berubah warna dan selanjutnya membusuk.
Gambar 2.13Nugget jamur tiram
Penanganan pascapanen bisa dilakukan dengan pengolahan jamur ataupun pengawetan. Salah satu pengolahan yang berkembang saat ini adalah dengan
mengolah jamur tiram tersebut menjadi nugget atau makanan beku. Untuk teknik
pengawetan bisa dilakukan dengan ditempatkan di suatu ruangan dengan suhu 15°C. Sedangkan pengemasan jamur tiram biasanya hanya ditempatkan di suatu tempat besar ataupun wadah plastik. Agar jamur olahan yang dikemas lebih awet, maka teknik pengemasan yang dilakukan dengan cara vakum.
2.7 Perhitungan Rangka
Perhitungan rangka dilakukan pada titik kritis yang ada yaitu titik dimana sebagai penobang beban gaya yang terjadi. Perhitungan titik kritis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1.
MA = - lA x F1 + l . RB ………...………. (2.1)
Keterangan :
MA = momen di titik A (N)
lA = panjang lengan A (mm)
F1 = gaya 1 (N)
commit to user
II - 12
Fmaks = m x g ………..…….(2.2)
Keterangan :
Fmaks = gaya total beban (N) m = massa beban (Kg)
g = percepatan gravitasi (9,8m/s2)
Syarat setimbang → RA + RB = F1 ………..……….(2.3)
F1 = gaya 1 (N)
RA = gaya tumpudi titik A (N)
RB = gaya tumpudi titik B (N)
Gambar 2.14 Beban kontruksi rangka
2.8 Quality Function Deployment
2.8.1Definisi Quality Function Deployment
Keberhasilan suatu produk yang dikembangkan tergantung dari respon konsumen. Produk hasil pengembangan dikatakan sukses bila mendapat respon positif dari konsumen yang diikuti dengan keinginan dan tindakan untuk membeli produk. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen merupakan fase yang paling awal dalam mengembangkan produk, karena tahap ini menentukan arah pengembangan produk (Ulrich dan Eppinger, 2001).
Quality function deployment (QFD) merupakan salah satu kiat manajemen
mutu terpadu (total quality management), yang menerapkan kebutuhan-kebutuhan
para pelanggan pada rancangan produk. Elemen dasar dari kualitas yang terpadu
itu (total quality) adalah keberadaan kualitas yang didefinisikan oleh para
commit to user
II - 13
Keterlibatan konsumen inilah yang menjadi tujuan utama dari metode QFD. Metode khusus ini menjadikan para pelanggan sebagai bagian dari siklus pengembangan produk suatu perusahaan.
QFD adalah suatu proses dimana kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai konsumen diterjemahkan ke dalam ketentuan-ketentuan teknis. QFD pertama kali dikembangkan di perusahaan Jepang pada tahun 1970an. Salah seorang tokoh penemu metode ini adalah Dr. Yoji Akao (Marsot, 2004). Kemudian metode ini diadopsi oleh Toyota. Pada tahun 1986 konsep metode ini dibawa ke Amerika Serikat oleh Ford Motor Company dan Xerox. Semenjak itu metode QFD digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa (Wasserman, 1993).
Berdasarkan definisinya QFD merupakan praktek untuk merancang suatu
proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan atau Voice of Customer
(VOC). QFD menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi. Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk yang telah dihasilkan dengan sempurna bila mana memang tidak menginginkan atau membutuhkannya.QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum. QFD juga merupakan praktek menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggannya (Marsot, 2004).
commit to user
II - 14
Gambar 2.15 Diagram proses metode QFD
Sumber: Wirawan dan Nurkertamanda (2009)
2.8.2Pengumpulan Data Voice of Customer
Tahap awal dari metode QFD adalah menggali kebutuhan pelanggan. Poses penggalian kebutuhan pelanggan meliputi pengumpulan data awal pelanggan, menafsirkan data awal menjadi kebutuhan pelanggan, membuat uraian kebutuhan pelanggan, menetapkan kepentingan setiap kebutuhan pelanggan.
Pada dasarnya langkah awal dari metode QFD adalah untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pengguna terhadap suatu produk atau
jasa Kebutuhan dan keinginan pengguna itulah yang disebut dengan voice of
commit to user
II - 15
Pengumpulan data yang dilakukan harus mencakup kontak langsung dengan pengguna. Menurut Ulrich dan Eppinger (2001) metode yang dapat digunakan antara lain:
a. Wawancara: Satu atau beberapa orang tim pengembang berdiskusi mengenai kebutuhan dengan pelanggan. Wawancara biasanya dilakukan pada lingkungan pelanggan dan berlangsung sekitar satu sampai dua jam.
b. Kelompok Fokus: Diskusi ini biasanya dilakukan dengan bantuan moderator. Pelanggan yang berjumlah delapan sampai dua belas orang ditempatkan pada suatu ruangan.
c. Observasi Produk Pada Saat Digunakan: Mengamati pelanggan menggunakan produk atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan produk tersebut diciptakan, dapat memberikan informasi kebutuhan pelanggan yang penting.
Dokumen hasil interaksi dengan pelanggan dapat berupa rekaman suara, catatan, rekaman video, foto. Sebagai patokan penentuan responden, sebagian besar produk sepuluh kali wawancara dianggap masih kurang sedangkan 50 kali wawancara dianggap terlalu banyak. Wawancara dapat dilakukan secara berurutan dan dapat dihentikan ketika tidak ada lagi kebutuhan baru yang diperoleh dari tambahan wawancara (Ulrich and Eppinger, 2001; Marsot, 2004). Setelah data kebutuhan dan keinginan pelanggan terkumpul, kemudian akan dilakukan penyebaran kuesioner untuk mengetahui tingkat kepentingan, penilaian dan harapan pelanggan terhadap berbagai macam atribut kebutuhan yang telah diperoleh sebelumnya. Kemudian akan dibuat karakteristik teknis untuk merespon
suara konsumen. Karakteristik teknis ini sering disebut dengan voice of
engineering. Langkah selanjutnya adalah mencari hubungan antara VOC dan VOE serta mencari bobot masing-masing kebutuhan.
2.8.3Penyebaran Kuesioner
commit to user
II - 16
Dalam metode QFD, kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan pengguna, tingkat penilaian kepuasan pengguna dan tingkat harapan pengguna. Tingkat kepentingan pengguna adalah persepsi pengguna terhadap atribut-atribut dari suatu produk berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut untuk perancangan. Untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak Penting, artinya atribut suatu produk dianggap tidak penting dalam perancangan.
2 = Kurang Penting, artinya atribut suatu produk dianggap kurang penting dalam perancangan.
3 = Cukup Penting, artinya atribut suatu produk dianggap cukup penting dalam perancangan.
4 = Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam perancangan. 5 = Sangat Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam perancangan.
commit to user
II - 17
Sedangkan kuesioner tingkat harapan pengguna adalah harapan pengguna terhadap Alat pengemas vakum sederhana. Untuk mengetahui tingkat harapan, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak Diinginkan, artinya suatu atribut tidak diinginkan dalam perancangan suatu produk.
2 = Kurang Diinginkan, artinya suatu atribut kurang diinginkan dalam perancangan suatu produk.
3 = Cukup Diinginkan, artinya suatu atribut cukup diinginkan dalam perancangan suatu produk.
4 = Diinginkan, artinya suatu atribut diinginkan dalam perancangan suatu produk.
5 = Sangat Diinginkan, artinya suatu atribut sangat diinginkan dalam perancangan suatu produk.
2.8.4 Pengolahan Data House of Quality (HOQ)
Struktur dasar quality function deployment ini meliputi konstruksi dari satu
atau lebih matriks yang kadangkala disebut dengan tabel-tabel kualitas. Bagian
pertama dari matriks-matriks tersebut adalah yang disebut house of quality
(HOQ), yang merupakan alat pokok yang digunakan di dalam quality function
deployment. House of quality adalah sebuah matriks yang menunjukkan hubungan antara kebutuhan-kebutuhan pengguna dan sifat-sifat rekayasa teknik. Dengan menggunakan alat ini, perusahaan akan mampu menyesuaikan kebutuhan para pelanggan dengan desain dan kendala-kendala fabrikasi.
Pengolahan data berupa pembuatan House of Quality (HOQ). Adapun tahap
pembuatan HOQ adalah sebagai berikut:
1. Matriks perencanaan: berisi informasi tingkat kepentingan kebutuhan
pelanggan, customer satisfaction performance, tingkat harapan dan
perhitungan GAP.
a. Penentuan Tingkat kepentingan
commit to user
II - 18
= ∑ ………(2.4)
DKepentingan i = derajat kepentingan responden ke-i n = jumlah responden
b. Customer satisfaction performance
Merupakan persepsi pelanggan terhadap seberapa baik produk yang ada saat ini dalam memuaskan pelanggan. Tingkat kepuasan diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
= ∑ ………..…...…...(2.5)
DKepuasan i = derajat kepuasan responden ke-i n = jumlah responden
c. Harapan Pengguna
Merupakan harapan pengguna terhadap produk yang akan dirancang berdasarkan atribut yang telah dibangun. Tingkat harapan pengguna diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
= ∑ ………(2.6)
DHarapan i = derajat Harapan responden ke-i n = jumlah responden
d. GAP
Merupakan selisih nilai penilaian dengan harapan pengguna terhadap atribut suatu produk. Rumus yang digunakan mencari besarnya inlay GAP adalah sebagai berikut:
GAP = ∑ - ∑ ………...….(2.7)
1. Penentuan Karakteristik Teknis : langkah yang harus ditempuh oleh
pihak perancangan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
2. Hubungan What dan How
Matriks hubungan what dan how merupakan matrik hubungan antar voice of
commit to user
II - 19
pengguna. Untuk mempermudah menggambarkan matrik maka digunakan simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Simbol matriks hubungan
Simbol Pengertian Nilai Numerik
3. Hubungan antar karakteristik teknis
Matriks hubungan antar karakteristik teknis biasa disebut korelasi teknis. Matriks korelasi ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana atribut teknis yang satu mempengaruhi atribut teknis yang lain.
Tabel 2.2 Simbol korelasi teknis
Simbol Pengertian
4. Penentuan bobot karakteristik teknis
Perhitungan bobot karakteristik teknis dilakukan dengan rumus :
Bti= Σ (Kti x Hi) ………..…………….(2.8)
Bti = Bobot karakteristik teknis i.
Kti = Tingkat kepentingan teknis yang memiliki korelasi dengan karakteristik teknis i.
Hi = Nilai numerik korelasi antara kebutuhan konsumen (what) dengan
commit to user
II - 20
Gambar 2.16House of Quality
Sumber: Franceschini (2002)
Menurut Tjiptono dalam penelitiannya Indah (2006) yang berjudul “Analisis
Peningkatan dan Pengembangan Pelayanan dengan Metode Quality Function
commit to user
III-1 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dikemukakan langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam penelitian tentang perancangan alat pengemas vakum yang
digambarkan dalam bentuk flowchart dan tiap tahapnya dijelaskan secara singkat,
padat dan jelas.
3.1 Diagram Alir Penelitian
Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
commit to user
III-2
3.2 Penentuan Atribut (VOC)
Langkah ini bertujuan untuk menentukan atribut-atibut usulan rancangan alat pengemas vakum berdasar kebutuhan responden. Penentuan atribut ini dilakukan dengan cara wawancara kepada responden.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan responden terhadap alat pengemas vakum sederhana yang akan dirancang. Wawancara dan diskusi dilakukan langsung kepada sepuluh orang yang memakai alat pengemas vakum. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab yang berlangsung sewajarnya. Dari hasil wawancara nantinya akan diperoleh informasi tentang kondisi alat sekarang yang menggunakan alat pengemas vakum untuk
makanan seperti sosis, nugget, daging, dan lain-lain, keluhan responden tentang
alat pengemas vakum yang sedang dipakai sekarang, dan kebutuhan responden terhadap desain alat pengemas vakum yang akan dirancang.
Hasil wawancara yang berupa data mentah dicatat dan dirangkum yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam merinci kebutuhan responden terhadap alat pengemas vakum. Penentuan atribut ini dilakukan oleh peneliti dengan mengacu pada data hasil wawancara.
3.3 Penentuan Tingkat Kepentingan, Kepuasan dan Harapan Konsumen
dan GAP
Langkah ini bertujuan untuk mengetahui seberapa penting suatu atribut dalam mendesain suatu produk, mengetahui penilaian responden terhadap produk yang sudah ada sekarang berdasar atribut dan mengetahui harapan pengguna terhadap produk yang akan didesain berdasar atribut.
commit to user
III-3
Setelah wawancara selesai, maka dilakukan penghitungan tingkat kepentingan, kepuasan dan harapan responden terhadap masing-masing atribut kebutuhan untuk membuat matrik perencanaan.
a. Penentuan Tingkat Kepentingan
Tingkat kepentingan adalah persepsi responden terhadap atribut-atribut dari usulan rancangan alat pengemas vakum sederhana berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut untuk usulan perancangan. Penentuan tingkat kepentingan dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.4.
b. Penentuan Tingkat Kepuasan
Tingkat kepuasan adalah persepsi responden terhadap alat pengemas vakum yang sudah ada berdasarkan kepuasan pengguna saat memakainya. Penentuan tingkat kepuasan dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.5.
c. Harapan
Merupakan harapan responden terhadap usulan rancangan desain alat pengemas vakum sederhana. Penentuan harapan dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.6.
d. Gap
Merupakan selisih antara tingkat kepuasan dengan harapan responden. Penentuan GAP dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.7.
3.4 Penentuan Karakteristik Teknis, Pembuatan Matriks dan Bobot
Karakteristik teknis adalah respon teknis yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan responden terhadap usulan rancangan desain alat pengemas vakum sederhana. Karakteristik teknis ditentukan berdasarkan diskusi antara peneliti dengan ahli desain mekanik dari ATMI Solo dan berdasarkan referensi-referensi yang diperoleh dari studi literatur.
Matriks perencanaan berisi informasi tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, harapan masyarakat, GAP dan bobot
karakteristik teknis. Selain itu juga berisi hubungan What dan How yaitu korelasi
commit to user
III-4
Simbol-simbol tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh mengetahui sampai dimana atribut teknis yang satu mempengaruhi atribut teknis yang lain.
3.5 Pembuatan House of Quality (HOQ)
HOQ adalah rumah kualitas yang berisi informasi tentang hubungan kebutuhan dan keinginan pengguna dengan karakteristik teknisnya yang
ditampilkan secara detail. HOQ dibuat untuk menunjukan hubungan antara voice
of customer dan voice of engineering, maupun voice of engineering dengan voice of engineering. Untuk lebih menjelaskan, HOQ terdiri antara lain:
1. Mencari hubungan antara voive of customer dan voice of engineering
Hubungan antara voice of customer dan voice of engineering
ditunjukkan dengan simbol-simbol yang menyatakan bahwa hubungan tersebut lemah, sedang, kuat atau tidak ada hubungan. Adapun indikasi dari hubungan-hubungan tersebut adalah:
- Lemah berarti antara kebutuhan pengguna dan karakteristik teknis terdapat
hubungan yang lemah, bila dinumerikkan hubungan itu hanya bernilai 1. Karakteristik teknis tersebut kecil pengaruhnya terhadap pemenuhan kebutuhan pengguna.
- Sedang berarti antara kebutuhan pengguna dan karakteristik teknis terdapat
hubungan sedang. Pengaruh karakteristik teknis cukup kuat untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
- Kuat berarti antara kebutuhan pengguna dan karakteristik teknis terdapat
hubungan yang kuat. Karakteristik teknis tersebut besar pengaruhnya terhadap pemenuhan kebutuhan pengguna.
- Tidak ada hubungan berarti antara kebutuhan pengguna dan karakteristik
teknis tidak ada hubungan, dengan kata lain kebutuhan penggguna tidak bisa direspon oleh karakteristik teknis tersebut.
Begitu juga dengan hubungan antar voice of engineering, ditunjukkan
commit to user
III-5
- Positif sangat kuat berarti suatu keadaan dimana karakteristik teknis yang
satu akan sangat mendukung karakteristik teknis yang lain untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
- Positif kuat pengaruhnya tidak sebesar positif sangat kuat, namun tetap
saling mendukung guna pencapaian tujuan pengembangan.
- Tidak ada hubungan berarti antara karakteristik teknis yang satu dan yang
lain tidak saling berpengaruh atau tidak ada hubungan sama sekali dalam pencapaian tujuan pengembangan.
- Negatif kuat berarti antar karakteristik teknis tersebut tidak saling
mendukung atau saling bertentangan. Misal adanya penambahan pada karakteristik teknis tertentu akan mengakibatkan kekurangan pada karakteristik teknis yang lain.
- Negatif sangat kuat berarti antar karakteristik teknis tidak saling mendukung
sama sekali. Pertentangan hubungan antara karakteristik teknis bersifat mutlak atau sudah tidak dapat ditoleransi.
2. Menghitung skor (bobot dari tiap karakteristik teknis dan GAP)
HOQ juga menunjukkan bobot karakteristik teknis dan GAP atau selisih tingkat penilaian pengguna dengan harapan pengguna. Penghitungan bobot ini dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.7.
3. Pemilihan rancangan
Rancangan diprioritaskan pada karakteristik teknis yang memiliki bobot tinggi dan nilai GAP yang paling negatif.
3.6 Penyusunan Konsep Perancangan
Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam pembuatan alat pengemas vakum. Setelah diperoleh data mengenai kebutuhan-kebutuhan konsumen, maka langkah selanjutnya menentukan konsep perancangan. Konsep perancangan berisi komponen-komponen utama alat pengemas vakum. Menurut kebutuhan konsumen, perancangan alat pengemas vakum ini terdiri dari beberapa bagian komponen utama, yaitu :
1. Meja vakum
2. Sealing jaw dan stopper
commit to user
III-6
4. Control panel
5. Rangka
3.7 Perhitungan Teknik
Perhitungan teknik diperlukan untuk mengetahui kelayakan rancangan apabila rancangan tersebut digunakan. Perhitungan tersebut meliputi kekuatan rangka terhadap beban, besarnya tekanan pemvakuman dan pemilihan material-material bahan yang akan dipakai.
3.8 Visualisasi Usulan Rancangan
Visualisasi rancangan alat pengemas vakum sesuai dengan harapan masyarakat ini dibuat berdasarkan perhitungan teknis yang dilakukan sebelumnya.
Pemvisualisasian usulan rancangan ini dilakukan dengan menggunakan software
Catia dalam bentuk 3D dan AutoCAD dalam bentuk 2D.
3.9 Estimasi Biaya
Estimasi biaya merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan mesin pengemas vakum sederhana. Daftar harga komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membuat alat tersebut didapat dari katalog produk, survey langsung ke toko dan komunikasi dengan sales yang menjual komponen tersebut. Setelah menentukan dimensi, menentukan material apa saja yang diperlukan maka dapat diperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin pengemas vakum. Biaya tersebut terdiri dari biaya material, biaya permesinan, biaya khusus (desain), dan persen keuntungan.
3.10 Analisis dan Interpretasi Hasil
commit to user
III-7
3.11 Kesimpulan dan Saran
commit to user
IV-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan disajikan pengumpulan dan pengolahan data. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai hasil wawancara dan observasi kepada
pengguna alat pengemas vakum yang diolah menjadi Voice of Customer.
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan House of Quality,konsep perancangan,
perhitungan teknik, visualisasi rancangan, estimasi biaya perancangan alat pengemas vakum. Tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan pada subbab berikut.
4.1 Hasil Wawancara dan Observasi
Berdasarkan wawancara, dapat diketahui kelemahan dan kekurangan alat pengemas vakum yang ada saat ini. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 30 menit setiap kali wawancara dengan kuesioner pendamping yang terdapat di lampiran. Jumlah responden yang berhasil diwawancara adalah 10 orang pemakai alat pengemas vakum untuk makanan yang berupa sosis, nugget, daging mentah, daging giling dan lain-lain.
Responden memberikan beberapa alasan mengapa menggunakan alat pengemas vakum. Mereka rata-rata memberikan jawaban yang sama antara responden satu dengan yang lain. Alasan-alasan yang diberikan tersebut antara lain kebutuhan dari gudang makanan tersebut untuk mamakai alat pengemas vakum, hasil dari pengemasan rapi dan praktis sehingga menambah nilai jual pada makanan yang dikemas, menjadi lebih tahan lama.
Akan tetapi meskipun alat pengemas vakum tersebut sangat berguna bagi responden yang memakai alat tersebut, masih ada keluhan yang mereka sampaikan saat wawancara. Beberapa keluhan yang responden berikan rata-rata juga sama, antara lain mahalnya alat, ukuran alat besar dan memakan tempat,
ukuran alat yang kurang sesuai dengan produk yang dikemas, terkadang sealer
masih bocor, berat dan susah dipindahkan sewaktu akan membersihkan area gudang, pemrograman alat rumit.
commit to user
IV-2
keluhan yang mereka ungkapkan. Keinginan dan kebutuhan tersebut yaitu ukuran alat yang kecil dan tidak memakan tempat, ukuran alat sesuai dengan produk yang
dikemas, ringan dan mudah dipindahkan, perbaikan pada sealer, perubahan sistem
pengoperasian yang sederhana.
4.1.1 Keluhan Responden
Keluhan responden diperoleh berdasarkan wawancara langsung kepada pengguna alat pengemas vakum. Adapun keluhan-keluhan responden terkait dengan alat pengemas vakum yang ada saat ini adalah:
Tabel 4.1 Keluhan-keluhan responden
No. Keluhan-Keluhan Responden
1 Ukuran alat yang besar
2 Dimensi chamber yang kurang sesuai dengan produk yang dikemas
3 Harga yang relatif mahal
4 Tekanan penghampaan yang tidak sesuai dengan produk yang dikemas
5 Pemrograman alat yang rumit
6 Alat cukup berat, susah dipindah-pindah
7 Sealling sering bocor
4.1.2 Kebutuhan Responden (Voice of Cutomer) / Atribut
Voice of Customer atau kebutuhan pengguna terhadap produk diperoleh dengan cara memerinci hasil wawancara tentang keluhan responden. Data mentah hasil wawancara selanjutnya diolah lagi dan akan menghasilkan VOC. Data VOC inilah yang nantinya akan dijadikan dasar dalam penentuan tingkat kepentingan, tingkat penilaian dan tingkat harapan responden terhadap perancangan alat pengemas vakum. Data hasil pengolahan keluhan responden dan kebutuhan responden ditunjukkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2Voice of Customer / atribut responden terhadap rancangan alat pengemas vakum
No. VOC dari Alat
1 Ukuran alat disesuaikan dengan produk yang dikemas
2 Harga yang terjangkau
3 Tekanan penghampaan disesuaikan dengan produk yang dikemas
4 Alat pengemas diganti dengan sistem manual yang sederhana
5 Alat ringan dan mudah dipindahkan
commit to user
IV-3
4.2 Pengolahan Data Tingkat Kepentingan, Penilaian dan Harapan
Voice of customer atau atribut yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara kepada responden dan observasi digunakan untuk memperoleh data tingkat kepentingan, penilaian dan harapan responden terhadap perancangan alat penegmas vakum. Semua atribut dimasukkan dalam kuesioner dan disebarkan kepada responden.
Jumlah responden yang akan diberikan kuesioner ditentukan dahulu yaitu 10 orang, mengingat pemakai alat pengemas vakum yang ada sangat terbatas. Kuesioner disebarkan sebanyak 10 buah, dan semua kuesioner kembali dan diisi oleh responden. Maka kuesioner yang dianggap benar dan akan diolah adalah 10 buah.
4.2.1 Tingkat Kepentingan Responden
Tingkat kepentingan responden merupakan persepsi responden terhadap atribut-atribut dari perancangan alat pengemas vakum berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut untuk perancangan. Berdasarkan persepsi responden, diperoleh rata-rata tingkat kepentingan masing-masing atribut dan peringkat tiap atribut berdasarkan tingkat kepentingannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4 :
Tabel 4.3 Skor Tingkat kepentingan responden terhadap atribut
commit to user
IV-4
Tabel 4.4 Tingkat kepentingan responden terhadap atribut
No. Atribut Tingkat
Kepentingan Peringkat
1 Ukuran alat disesuaikan dengan produk yang
dikemas 4,0 3
2 Harga yang terjangkau 4,1 2
3 Tekanan penghampaan disesuaikan dengan
produk yang dikemas 2,9 6
4 Alat pengemas diganti dengan sistem manual
yang sederhana 3,9 4
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa atribut yang memiliki tingkat
kepentingan paling tinggi adalah atribut keenam yaitu “Penggunaan Heat seal
yang bagus dan rapat” dengan nilai tingkat kepentingan sebesar 4,2.
4.2.2 Tingkat Penilaian Kepuasan Responden
Penilaian atribut merupakan persepsi responden terhadap perancangan alat pengemas vakum yang sudah ada berdasarkan kepuasaan saat menggunakannya. Berdasarkan persepsi responden, diperoleh rata-rata tingkat kepuasan terhadap masing-masing atribut dan peringkat tiap atribut berdasarkan tingkat kepuasaan responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan tabel 4.6.
Tabel 4.5 Skor tingkat kepuasan responden terhadap atribut
commit to user
IV-5
Tabel 4.5 Skor tingkat kepuasan responden terhadap atribut (lanjutan)
Responden Atribut
Tabel 4.6 Tingkat kepuasan responden terhadap atribut
No. Atribut Tingkat
Kepuasan Peringkat
1 Ukuran alat disesuaikan dengan produk yang
dikemas 3,1 2
2 Harga yang terjangkau 2,4 6
3 Tekanan penghampaan disesuaikan dengan produk
yang dikemas 2,7 5
4 Alat pengemas diganti dengan sistem manual yang
sederhana 2,8 4
commit to user
IV-6
4.2.3 Tingkat Harapan Responden
Data ini merupakan harapan responden terhadap perancangan alat pengemas vakum. Tingkat harapan responden menunjukkan seberapa besar responden mengharapkan suatu atribut ada pada alat pengemas vakum yang akan dirancang. Tabel 4.7 menunjukkan tingkat harapan responden, sedangkan untuk peringkat ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.7 Skor tingkat harapan responden terhadap atribut
Responden Atribut
Tabel 4.8 Tingkat harapan responden terhadap atribut
No. Atribut Tingkat
Harapan Peringkat
1 Ukuran alat disesuaikan dengan produk yang dikemas 3,5 3
2 Harga yang terjangkau 4,1 1
3 Tekanan penghampaan disesuaikan dengan produk
yang dikemas 2,8 6
4 Alat pengemas diganti dengan sistem manual yang
commit to user
IV-7
2. Atribut ke 2:
5 + 4 + 4 + ⋯+ 4 + 5 + 5
10 = 4,1
Dari hasil perhitungan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa atribut yang memiliki tingkat harapan paling tinggi adalah atribut kedua yaitu “Harga yang terjangkau” dengan nilai tingkat harapan sebesar 4,1. Artinya responden mengharapkan atribut tersebut lebih ditekankan pada perancangan alat pengemas vakum.
4.2.4 Perhitungan GAP
GAP merupakan selisih antara tingkat penilaian kepuasan dan harapan responden. Nilai yang semakin negatif menunjukkan bahwa kebutuhan responden belum terpenuhi pada atribut tersebut. Adapun untuk lebih jelasnya, nilai GAP dapat dilihat dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9 GAP
No. Atribut Penilaian Harapan GAP
1 Ukuran alat disesuaikan dengan produk yang
dikemas 3,1 3,5 -0,4
2 Harga yang terjangkau 2,4 4,1 -1,7
3 Tekanan penghampaan disesuaikan dengan
produk yang dikemas 2,7 2,8 -0,1
4 Alat pengemas diganti dengan sistem
manual yang sederhana 2,8 3,3 -0,5
5 Alat ringan dan mudah dipindahkan 3,2 3,4 -0,2
6 Penggunaan Heat seal yang bagus dan rapat 3,0 3,7 -0,7
commit to user
IV-8
Gambar 4.1 Grafik tingkat GAP atribut Contoh perhitungan:
1. Atribut ke 1 : 3,1 – 3,5 = -0,4 2. Atribut ke 2 :
2,4 – 4,1 = -1,7
Dari hasil perhitungan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa atribut yang memiliki GAP paling tinggi adalah atribut kedua yaitu “Harga yang terjangkau” dengan nilai GAP sebesar -1,7. Artinya atribut tersebut belum terpenuhi alat pengemas vakum yang ada sekarang ini. Semakin besar nilai GAP dari suatu atribut berarti semakin atribut tersebut belum dapat terpenuhi oleh produk yang ada pada saat ini.
4.3 Penentuan Karakteristik Teknis
IV-9
Tabel 4.10 Karakteristik teknis
VOC dari Alat Karakteristik Teknis
Ukuran alat disesuaikan dengan produk yang dikemas Dimensi total alat diperkecil disesuaikan dengan produk yang dikemas
Tidak memakai chamber / vacuum cabinet
Memakai pipa kecil yang dimasukkan ke dalam plastik kemasan Harga yang terjangkau Desain lebih sederhana
Pemilihan material yang murah tapi berkualitas Tekanan penghampaan yang tidak sesuai dengan produk
yang dikemas
Pemilihan pompa vakum disesuaikan dengan volume plastik kemasan
Alat pengemas diganti dengan sistem manual yang
sederhana Pengoperasian alat manual oleh operator
Dilengkapi dengan limit switch untuk mematikan sistem vakum Alat ringan dan mudah dipindahkan Pemilihan bahan material yang ringan
commit to user
IV-10
4.4 Pembuatan House Of Quality (HOQ)
House of Quality adalah bagan yang menampilkan hubungan antara suara konsumen dan karakteristik teknisnya. Misalnya suara konsumen no.1 yaitu “ukuran alat disesuaikan dengan produk yang dikemas” memiliki hubungan
dengan simbol
berdasarkan tabel 2.1 dengan karakteristik teknis “dimensialat diperkecil disesuaikan dengan produk yang dikemas (untuk menghemat tempat, dimensi alat disesuaikan dengan produk yang akan dikemas)”, yang artinya antara suara konsumen no.1 memiliki hubungan kuat dengan karakteristik teknis “dimensi alat diperkecil disesuaikan dengan produk yang dikemas (untuk menghemat tempat, dimensi alat disesuaikan dengan produk yang akan dikemas)”. Begitu seterusnya sampai suara konsumen dihubungkan dengan karakteristik teknisnya.
Disamping itu, bagan HOQ tersebut juga menjelaskan mengenai hubungan antara karakteristik teknis yang satu dengan karakteristik teknis yang lainnya serta bobot masing-masing karakteristik teknis. Misalkan, karakteristik “tidak memakai
chamber / vacuum cabinet” dengan “memakai pipa kecil yang dimasukkan ke
dalam plastik kemasan” memiliki hubungan dengan simbol √ yang artinya kedua
karakteristik teknis tersebut memiliki pengaruh positif yang sangat kuat. Kemudian untuk perhitungan bobot karakteristik teknis Dimensi alat diperkecil disesuaikan dengan produk yang dikemas adalah sebesar 43,20.
commit to user
IV-11
Tabel 4.11 Hubungan pengaruh antar karakteristik teknis
No.
Dimensi total alat diperkecil disesuaikan dengan produk yang dikemas dan tidak memakai chamber / vacuum cabinet
mempunyai pengaruh positif kuat artinya dengan terpenuhinya karakteristik teknis tersebut akan mampu memenuhi keinginan responden yaitu menghemat tempat.
Dimensi total alat diperkecil disesuaikan dengan produk yang dikemas dan desain lebih sederhana mempunyai pengaruh positif kuat antara satu sama lain artinya apabila kedua karakteristik teknis tersebut terpenuhi akan menambah keinginan responden untuk menggunakan alat pengemas vakum karena harga lebih terjangkau dan menghamat tempat.
Tidak memakai chamber / vacuum cabinet dan memakai pipa kecil yang dimasukkan ke dalam plastik kemasan mempunyai pengaruh positif sangat kuat yang mempermudah responden untuk
mengoperasikan alat pengemas vakum.
Desain lebih sederhana dan dimensi alat kecil dan pengoperasian alat manual oleh operator mempunyai pengaruh positif yang kuat sehingga membuat keinginan responden untuk mamakai alat pengemas vakum bertambah karena pengoperasian yang tidak rumit lagi.
Desain lebih sederhana dan pemilihan bahan material yang ringan memiliki pengaruh positif yang kuat karena menambah keinginan responden untuk memakai alat pengemas vakum karena ringan dan mudah dipindahkan.
6
antara karakteristik teknis 7 dan 8
Pengoperasian alat manual oleh operator dan dilengkapi dengan limit switch untuk mematikan sistem vakum mempunyai pengaruh positif yang sangat kuat sehingga menambah keinginan responden untuk memakai alat pengemas vakum karena mudah
pengoperasiannya.
Selain itu, House of Quality juga menampilkan tingkat kepentingan, tingkat
penilaian kepuasan responden terhadap produk yang sudah ada sekarang dan tingkat harapan responden terhadap usulan produk yang akan dirancang. Misalnya untuk suara konsumen no.2 “Harga yang terjangkau” tingkat kepentingannya 4,1 , tingkat penilaiannya sebesar 2,4 dan tingkat harapannya sebesar 4,1.
4.5 Bobot Karakteristik Teknis
Bobot teknis dipakai untuk menganalisa karakteristik teknis yang memiliki
point tertinggi hingga terendah. Tujuan menentukan bobot teknis yaitu agar tim perancang dapat lebih memfokuskan pada karakteristik teknis yang memiliki
commit to user
IV-12
respon tinggi dalam memenuhi kebutuhan konsumen (customer requirement).
Penghitungan bobot teknis diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :
Bti= Σ (Kti x Hi)
Dimana:
Bti = Bobot karakteristik teknis i.
Kti = Tingkat kepentingan teknis yang memiliki korelasi dengan karakteristik teknis i.
Hi = Nilai numerik korelasi antara kebutuhan konsumen (what) dengan
karakteristik teknis i (how).
Tabel 4.12 Bobot karakteristik teknis
No. Karakteristik Teknis Bobot %
1 Dimensi total alat diperkecil disesuaikan dengan produk yang dikemas 43,20 21,16%
2 Tidak memakai chamber / vacuum cabinet 12,00 5,88%
3 Memakai pipa kecil yang dimasukkan ke dalam plastik kemasan 4,00 1,96%
4 Desain lebih sederhana 27,10 13,27%
5 Pemilihan material yang murah tapi berkualitas 12,30 6,02%
6 Pemilihan pompa vakum disesuaikan dengan volume plastik kemasan 26,10 12,78%
7 Pengoperasian alat manual oleh operator 35,10 17,19%
8 Dilengkapi dengan limit switch untuk mematikan sistem vakum 3,90 1,91%
9 Pemilihan bahan material yang ringan 27,90 13,66%
10 Pemilihan Heat seal yang mempunyai daya untuk memanaskan plastik
pengemas yang bagus 12,60 6,17%
Contoh perhitungan:
1. Karakteristik teknik ke-1:
(4,00x9) + (4,1x1) + (3,1x1) = (43,2 / 251,9)x 100% = 21,16%
2. Karakteristik teknik ke-6:
(2,9x9) = (26,1 / 251,9)x 100% = 12,78%
Berdasarkan perhitungan bobot karakteristik teknis secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa karakteristik teknis yang memiliki bobot paling tinggi adalah karakteristik teknis pertama dan ketujuh yaitu Dimensi total alat diperkecil disesuaikan dengan produk yang dikemas dan pengoperasian alat manual oleh operator
commit to user
IV-13
4.6 Penentuan Konsep Perancangan
Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam pembuatan alat pengemas vakum. Setelah diperoleh data mengenai kebutuhan-kebutuhan konsumen, maka langkah selanjutnya menentukan konsep perancangan. Konsep perancangan berisi komponen-komponen utama alat pengemas vakum. Menurut kebutuhan konsumen, perancangan alat pengemas vakum ini terdiri dari beberapa bagian komponen utama, yaitu :
1. Meja Vakum : merupakan tempat dimana produk yang akan divakum
diletakkan
Gambar 4.2 Meja vakum
2. Sealing Jaw Unit : merupakan bagian yang berfungsi sebagai alat penyegel plastik kemasan yang telah divakum.
commit to user
IV-14
3. Pompa vakum : sebagai alat penghisap udara di dalam plastik kemasan.
Gambar 4.4 Pompa vakum
4. Control Panel : alat kontrol atau pengendali yang digunakan untuk menjalankan alat pengemas vakum.
Gambar 4.5 Control panel
5. Rangka : sebagai penopang komponen-komponen alat pengemas vakum, oleh
karena itu konstruksi rangka harus kuat menopang semua komponen tersebut.
Gambar 4.6 Rangka
4.7 Perhitungan Teknik
commit to user
IV-15
4.7.1Perhitungan Rangka
Rangka alat pengemas vakum yang dibuat digunakan sebagai tempat dan penyangga komponen-komponen pendukung. Komponen tersebut akan digunakan sebagai alat pendukung proses penghampaan produk jamur olahan. Rangka tersebut menerima beberapa beban dari komponen pendukung alat tersebut, yaitu meja proses dan pompa vakum. Tetapi yang mengalami titik kritis adalah rangka yang menopang pompa vakum.
Massa total beban = 10 Kg
Panjang rangka = 250 mm
Fmaks = massa total x gravitasi
= 10 kg x 9,8m/s2
= 98 N
Karena beban ditopang oleh dua rangka maka :
F1 =
2
maks
F
=
2 98
= 49 N
Gambar 4.7 Diagram benda bebas
commit to user
Menurut katalog PT.Gemilang Sukses Indonesia(2010) kemampuan pompa
vakum yang ada adalah 6 CFM, sedangkan 2,1189 CFM sama dengan 3,6 m3/h.
Maka perhitungan waktu vakumnya adalah :
Kapasitas Pompa Vakum 6 CFM = (3,6 m3/h : 2,1189 CFM) x 6 CFM
= 10,19 m3/h
Waktu vakum = volume ruang vakum / Vacuum Capacity
= 0,0006 m3 / 10,19 m3/h = 0,21 s
4.8 Visualisasi Rancangan Alat Pengemas Vakum
Visualisasi rancangan Alat Pengemas Vakum ini digambar dalam bentuk
2D dan 3D dengan menggunakan software Catia untuk 3D dan AutoCAD untuk
commit to user
IV-17
(menggambarkan) visualisasi atau penggambaran dari produk yang akan dirancang berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya. Dan dapat menggambarkan secara deatail dari komponen-komponen yang ada di dalam alat pengemas vakum yang akan dirancang. Berikut adalah gambaran dari rancangan Alat Pengemas Vakum :
Gambar 4.9 Visualisasi rancangan alat pengemas vakum 3D
Keterangan :
1. Meja untuk proses vakum
2. Seal Jaw Unit
3. Rangka
4. Pompa vakum
5. Pencekam plastik kemasan
6. Control Panel
7. Pipa vakum yang dimasukkan ke dalam plastik kemasan
1 2
3 4
5 7
commit to user
IV-18
Gambar 4.10 Visualisasi rancangan alat pengemas vakum 2D
4.9 Estimasi Biaya
Perhitungan biaya merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan mesin pengemas vakum sederhana. Setelah menentukan dimensi, menentukan material apa saja yang diperlukan maka dapat diperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin pengemas vakum sederhana. Biaya tersebut terdiri dari biaya material, biaya permesinan, biaya khusus (desain) dan persen keuntungan. Perincian biaya pembuatan alat pengemas vakum dapat dijelaskan sebagai berikut :
4.9.1 Perhitungan Harga Material
Biaya material adalah biaya pembelian komponen-komponen yang dibutuhkan alat pengemas vakum. Biaya tersebut dari katalog produk di internet, toko dan ATMI Solo. Adapun rincian tersebut dijelaskan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Perhitungan harga material
commit to user
IV-19
Tabel 4.13 Perhitungan harga material (lanjutan)
No Nama Part Material Satuan Harga
per unit Unit
Total Harga
(Rp)
9 Karet Stopper Rubber (205x14x5 mm) Buah 25000 1 25000
10 Tombol Buah 20000 1 20000
11 Control Panel Acrilic Board Buah 20000 1 20000
12 MCB Buah 50000 1 50000
13 Switch Buah 10000 2 20000
14 Lampu Buah 10000 1 10000
15 Sekering Buah 5000 1 5000
16 Selang Selang angin (1000 mm) Meter 10000 1 10000
17 Pipa Pipa Stainless (Ø5x30mm) Buah 15000 1 15000
18 Limit Switch Buah 50000 1 50000
19 Pressure Gauge Buah 50000 1 50000
20 Sealing Jaw
Unit Buah 225000 1 225000
21 Baut Buah 1000 15 15000
22 Vacuum Pump Buah 1200000 1 1200000
23 Cat Minyak Kg 50000 1 50000
24 Tinner Kg 40000 0.5 20000
commit to user
IV-20
Gambar 4.11 Komponen-komponen alat pengemas vakum
4.9.2 Perhitungan Harga Permesinan
Biaya permesinan adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa pembuatan di bengkel. Referensi yang digunakan adalah dari ATMI Solo. Adapun rincian tersebut dijelaskan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Perhitungan harga permesinan
commit to user
IV-21
Tabel 4.14 Perhitungan harga permesinan (lanjutan)
No Nama Part Proses Qty Biaya /
Biaya desain adalah biaya yang dikeluarkan untuk merancang alat pengemas vakum (3D dan 2D). Referensi harga berasal dari ATMI Solo. Adapun rincian biaya tersebut dijelaskna pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Perhitungan biaya desain
No Proses Biaya / Jam
commit to user
IV-22
Tabel 4.16 Perhitungan biaya total
Total Biaya Pembuatan Mesin Pengemas Vakum
Biaya Material (A) Rp 2.144.000,00
Biaya Permesinan (B) Rp 200.500,00
Biaya Desain ( C ) Rp 90.000,00
Total Harga (A+B+C) Rp 2.434.500,00
Profit / Keuntungan (20% x total) Rp 486.900,00
Harga Penawaran (Total+Profit) Rp 2.921.400,00