• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN

PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ENSAN GALUH PERTIWI

G0009001

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

PERSETUJUAN

Skripsidengan judul :Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap

Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Ensan Galuh Pertiwi, NIM: G0009001, Tahun: 2012

Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari …..., Tanggal …...2012

Pembimbing Utama Penguji Utama

Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ(K) Yusvick M Hadin, dr., Sp.KJ

NIP. 19500131 197603 1 001 NIP. 19490422 197609 1 001

Pembimbing Pendamping Penguji Pendamping

H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes Bagus Wicaksono, Drs., M.Si

NIP. 19560320 198312 1 002 NIP. 19620901 198903 1 003

Tim Skripsi

Vicky Eko Nurcahyo H. dr., Sp.THT-KL, M.Sc

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Ensan Galuh Pertiwi, NIM : G0009001, Tahun : 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Kamis, Tanggal 8 November 2012

Pembimbing Utama

Nama : Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ (K)

NIP : 19500131 197603 1 001 (………)

Pembimbing Pendamping

Nama : H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes

NIP : 19560320 198312 1 002 (………)

Penguji Utama

Nama : Yusvick M Hadin, dr., Sp.KJ

NIP : 19490422 197609 1 001 (………)

Anggota Penguji

Nama : Bagus Wicaksono, Drs., M.Si

NIP : 19620901 198903 1 003 (………)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 8 November 2012

(5)

ABSTRAK

Ensan Galuh Pertiwi, G0009001, 2012. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap

Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Skripsi.

Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dapat mengalami

kekambuhan. Salah satu hal yang tidak dapat diabaikan dalam meningkatkan status kesehatan pasien ialah dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan

analitik dengan pendekatan case control studies di Poliklin ik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive

sampling kepada keluarga pasien skizofrenia sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

Sampel mengisi (1) lembar informed consent dan identitas, (2) kuesioner penelitian. Dari sebanyak 60 sampel diurutkan berdasarkan skor dukungan keluarga, kemudian diambil sebanyak 30% peringkat teratas dan terbawah sehingga jumlah sampel akhir sebanyak 36 orang. Data kemudian dianalisis menggunakan (1) Uji Chi Square, (2) Odds Ratio, (3) Uji Spearman melalui SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan (1) Terdapat pengaruh

dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di RSJD Surakarta (p = 0,040; CI 95 %), (2) Dukungan keluarga rendah meningkatkan risiko pasien untuk kambuh (OR = 4,375), (3) Jika dukungan keluarga rendah, maka kekambuhan tinggi, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka kekambuhan rendah (Spearman’s rho = -0,506; CI = 99 %).

Simpulan Penelitian: Terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap

kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

(6)

ABSTRACT

Ensan Galuh Pertiwi, G0009001, 2012. Influence of Family Support Toward

Relapse of Patients with Schizophrenia in the Surakarta Mental Hospital. Mini Thesis. Faculty of Med icine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Schizophrenia is a psychiatric disorder that can have a relapse. One

of the most important things that can not be ignored in improving the health status of patients is family support. This study was aimed to know the influence of family support on relapse of patients with schizophrenia in the Surakarta Mental Hospital.

Methods: This study was observational and analytical approach of case-control

studies in the Outpatient Clinic Surakarta Mental Hospital. Sampling was done by purposive sampling based on inclusion and exclusion criterias. Sample answered (1) informed consent sheets and identities, (2) research questionnaire. The datas were taken from 60 samples then were sorted by the scores of family support, then taken as much as 30% upper and lower ranking so the final sample number were 36 peoples. The data was then analyzed using (1) Chi Square test, (2) Odds Ratio, (3) Spearman test with SPSS 17.0 for Windows.

Results: Based on the results obtained (1) There was the influence of family

support on relapse of patients with schizophrenia in RSJD Surakarta (p = 0.040 CI 95%), (2) low fam ily support increased the patient's risk for recurrence (OR = 4.375), (3 ) If fam ily support was low, the recurrence was high, and also, if family support was high, then the recurrence was low (Spearman's rho = -0.506; CI = 99%).

Conclusions: There was the influence of family support on relapse of patients

with schizophrenia in the Surakarta Mental Hospital.

(7)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’aalamin, segala puja dan puji kami haturkan kehadirat Allah SW T, yang telah memberikan nikmatnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada :

1. Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ(K) selaku Pembimbing Utama yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini.

3. H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini

4. Yusvick M Hadin, dr., Sp.KJ selaku Penguji Utama yang telah memberikan

banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bagus Wicaksono, Drs., M.Si selaku Penguji Pendamping yang telah

memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Vicky Eko Nurcahyo H, dr., Sp.TH T-KL, M.Sc, Mutmainah, dr.,M.Kes, Mas

Nardi dan Bu Eny selaku TIM Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

7. Yang tercinta kedua orang tua saya, Drs. Joko Susanto dan Endah Supeni, SMPh., yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan selalu memberikan dukungan dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.

8. Adik-adik tersayang Sinta Puspita Sari dan Laras Santi Nur’aini, yang senantiasa memberikan semangat dan doa hingga penelitian ini terselesaikan.

9. Sahabat-sahabat terdekat, Seven Eleven, Ductus, Dwi, Nani, Monica, Devrisa, Ali Husein, Aya, Irene, Tikara, atas semangat dan waktu yang tersedia.

10.Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang telah berkenan memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian.

11.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

(8)

DAFTAR ISI

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Skizofrenia . 14 3. Keluarga dan Dukungan Keluarga ... 15

a. Defin isi Keluarga ... . 15

b. Fungsi Pokok Keluarga ... 16

c. Defin isi Dukungan Keluarga ... 18

d. Komponen Dukungan Keluarga ... 19

e. Instrumen untuk Mengukur Dukungan Keluarga... . 21

(9)

J. Cara Kerja Penelitian ... 30

K. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 32

A. Data Hasil Penelitian ... 32

B. Analisis Data ... 41

BABV. PEMBAHASAN ... 45

BABVI. SIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 51

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa psikotik dan dapat menetap

seumur hidup (National Institute of Mental Health, 2012). Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (2007), angka kejadian gangguan jiwa berat seperti

skizofrenia di Indonesia ialah sebesar 0,46% (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2011), sehingga angka prevalensi skizofrenia pada

penduduk Indonesia berkisar angka 1,1 juta jiwa (jumlah penduduk Indonesia

tahun 2011 yaitu 241 juta jiwa). Angka prevalensi kejadian skizofrenia d i

Propinsi Jawa Tengah sebesar 0,33% yakni berkisar angka 110.000 jiwa

(jumlah penduduk Jawa Tengah 32,6 juta jiwa) (IICB, 2012).

Berdasarkan rekam medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (2008),

angka kejadian skizofrenia ialah jumlah kasus terbanyak dengan jumlah 1,893

pasien dari 2.551 pasien (72,7 %) yang tercatat pada tahun 2005. Hal tersebut

mengindikasikan perlunya perhatian khusus terhadap pasien skizofrenia.

Penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) melaporkan

skizofrenia akan diderita seumur hidup oleh 1,3% penderita (Kaplan et al.,

2010). Kekambuhan skizofrenia terjadi pada 40% penderita (Nantingkaseh,

(11)

tetap berisiko untuk kambuh suatu saat (Davidson et al., 2007; Harvey and

Bellack, 2009). Salah satu hal yang berpengaruh terhadap kekambuhan ialah

ada/tidaknya dukungan keluarga.

Keluarga adalah lingkungan pasien tempat melakukan aktivitas dan

interaksi dalam kehidupan. Keluarga merupakan tempat belajar, berinteraksi,

dan bersosialisasi sebelum berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Selain

itu, keluarga berfungsi untuk menjaga kesehatan anggota keluarga baik

kesehatan jasmani, rohani, maupun sosial, sehingga keluarga menjadi unsur

penting dalam perawatan/pemulihan pasien skizofrenia (Samuel et al., 2012).

Keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pasien skizofrenia

baik moril maupun materil (Pharoah, 2010).

Dukungan keluarga terjadi dalam semua tahap siklus kehidupan.

Dengan adanya dukungan keluarga, keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi

keluarga dalam kehidupan (Friedman, 2010). Dengan demikian, dukungan

keluarga berkaitan dengan kekambuhan skizofrenia sehingga tidak dapat

diabaikan dalam penatalaksanaan skizofrenia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis bahwa

dukungan keluarga berpengaruh terhadap kekambuhan skizofrenia. Hal ini

mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh dukungan

(12)

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan

pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan

pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dukungan keluarga

terhadap kekambuhan pasien skizofrenia d i Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta.

b. Untuk mengetahui peningkatan faktor risiko terjadi kekambuhan

pada dukungan keluarga rendah.

c. Untuk mengetahui korelasi peringkat dukungan keluarga dengan

peringkat frekuensi kekambuhan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi ilm iah mengenai pengaruh dukungan

(13)

b. Menjadi bukti empiris mengenai pengaruh dukungan keluarga

terhadap kekambuhan pasien skizofrenia bagi dunia medis dan

keluarga pasien skizofrenia.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi keluarga pasien

Memberikan sumbangan pemikiran bagi keluarga pasien skizofrenia

dalam membantu menangani pasien skizofrenia sehingga dapat

mengurangi kekambuhan.

b. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk mengoptimalkan

(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1.Skizofrenia

a. Definisi

Skizofrenia terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani

yakni schizein yang berarti terpisah dan phren yang berarti jiwa.

Penderita skizofrenia mengalami ketidakserasian antara afek, kognitif,

dan perilaku sehingga tidak dapat membedakan alam nyata dan alam

khayal (Hawari, 2003).

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik khas ditandai dengan

terganggunya kemampuan penilaian realitas dengan pembentukan delusi/

waham, halusinasi, ketidakharmonisan emosional, dan perilaku regresif

(NCBI, 2012; Buckley et al., 2007).

b. Etiologi

Skizofrenia dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang saling

berkombinasi, seperti yang diterangkan oleh teori Diathesis-Stress

Model untuk menjelaskan penyebab skizofrenia.

Teori Diathesis-Stress Model dijelaskan dalam dua model, yaitu:

(15)

otak, ketidakmampuan menerima dan mengorganisasikan informasi yang

kompleks, dam kekacauan sistem regulasi neurotransmitter. Sedangkan

Stress Model, berhubungan dengan kemampuan individu untuk

menyelesaikan permasalahan dengan solusi yang tepat. Stressor

diklasifikasikan menjadi 2 yakni stressor yang bersifat fisik dan

psikologis. Teori Diathesis-Stress Model menggabungkan antara faktor

psikologis, b iologis, dan lingkungan (ketiga faktor tersebut saling

berpengaruh secara dinamis) yang mempengaruhi seseorang sehingga

dapat menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia (Kaplan et al.,

2010).

c. Gambaran Klinis

Perjalanan klinis skizofrenia dibagi dalam 3 fase yakni:

1) Fase prodromal : timbul gejala non spesifik yang lamanya bervariasi

sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi

hendaya/ gangguan/ penurunan fungsi pekerjaan, sosial, penggunaan

waktu luang dan perawatan diri.

2) Fase aktif : gejala psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku

katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek.

Biasanya penderita datang berobat pada fase ini.

3) Fase residual : gejala yang terjadi pada fase ini sama dengan gejala

fase prodromal dengan gejala psikotik yang jelas berkurang

(16)

d. Gejala

Menurut Bleuler dalam Maramis (2010), berikut ialah gejala pada

pasien skizofrenia:

1) Gejala Primer

a) Gangguan proses pikir

Gangguan proses pikir dapat berupa gangguan bentuk,

arus, atau isi pikir. Gangguan bentuk pikir seperti terjadinya

asosiasi longgar di mana ide berpindah dari satu subjek ke subjek

lain yang tidak memiliki kaitan. Gangguan arus pikir seperti

terjadinya blocking thought atau macet pikir. Sedangkan

gangguan isi pikir berupa waham pada penderita (Maramis,

2010).

b) Gangguan afek dan emosi

Gangguan ini berupa kedangkalan pada afek dan emosi,

hilangnya kemampuan untuk mengekspresikan emosi dengan

baik (Maram is, 2010).

c) Gangguan kemauan

Pasien mempunyai kelemahan kemauan, tidak dapat

mengambil keputusan, atau otomatisme yaitu pasien merasa

dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar dalam

memutuskan kemauannya sehingga pasien melakukan sesuatu

(17)

d) Gejala psikomotor

Gangguan psikomotor ini dapat berupa gejala katatonik,

stupor (tidak menunjukkan pergerakan sama sekali), atau

hiperkinesis dimana penderita terus bergerak saja dan sangat

gelisah (Kaplan et al., 2010).

2) Gejala Sekunder

a) Waham

Kriteria waham:

(1) Penderita percaya 100% bahwa isi pikirannya benar.

(2) Bersifat egosentris.

(3) Tidak sesuai dengan logika.

(4) Tidak dapat dikoreksi.

(5) Penderita hidup atau berperilaku menurut wahamnya.

(Nuhriawangsa, 2006; Fannon et al., 2009)

b) Halusinasi

Halusinasi timbul tanpa adanya penurunan kesadaran.

Halusinasi yang sering muncul pada skizofrenia adalah halusinasi

pendengaran, penciuman, cita rasa, dan taktil (Kaplan et al.,

2010).

Gejala skizofren ia dapat pula dibedakan menjadi gejala

positif dan gejala negatif. Gejala positif disebut positif karena

perilaku dan pikir yang seharusnya tidak ada menjadi ada dalam

(18)

halusinasi, kekacauan alam pikiran, gaduh gelisah, tidak dapat

diam, mondar-mandir, semangat dan gembira berlebihan

(Fletcher et al., 2009). Gejala negatif ialah kebalikan gejala

positif, dimana perilaku dan pikir yang seharusnya ada menjadi

hilang. Gejalanya berupa afek tumpul dan datar, menarik diri,

tidak mau bergaul dengan orang lain, kontak emosional sangat

sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam, pasif, apatis, sulit

berpikir nyata, tidak mampu untuk berinisiatif dan mengikuti

jalannya kegiatan, dan tidak punya ketertarikan dalam hidup

(Blanchard et al., 2006).

e. Diagnosis

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

III (Maslim, 2003), diagnosis skizofrenia ditegakkan apabila terdapat

sedikitnya satu gejala jelas atau lebih dari gangguan pengendalian

pikiran, delusi/waham, halusinasi auditorik, atau waham menetap. Atau

paling sedikit dua gejala berikut yang harus selalu ada secara jelas yaitu

halusinasi, gangguan arus pikir, perilaku katatonik, atau gejala-gejala

negatif. Gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih dan harus ada suatu perubahan yang konsisten dan

(19)

f. Jenis Skizofrenia

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III

(Maslim, 2003), skizofrenia terbagi atas beberapa jenis, yaitu:

1) Skizofrenia Paranoid

Jenis skizofrenia dengan halusinasi dan waham menonjol.

Halusinasi auditorik berupa ancaman atau perintah atau tanpa kata

verbal. Waham dapat berupa waham dikendalikan, dipengaruhi,

passivity, atau waham kejar (Mawson et al., 2010; Waters et al.,

2010).

2) Skizofrenia Katatonik

Skizofrenia dengan klinis dominan stupor (amat berkurangnya

reaktivitas dan aktivitas spontan serta mutisme/tidak berbicara),

gaduh-gelisah (aktivitas motorik tanpa tujuan dan tanpa stimulant

eksternal), mempertahankan diri pada posisi aneh tertentu,

negativisme (perlawanan terhadap semua perintah), rigiditas

(mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

menggerakkan dirinya), fleksibilitas cerea (mempertahankan posisi

tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar), atau command

(20)

3) Skizofrenia Residual

Jenis skizofrenia dengan gejala negatif skizofrenia, dengan

sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik di masa lampau yang

memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofren ia, dan onset psikotik

sangat berkurang paling sedikit selama satu tahun.

4) Skizofrenia Tak Terinci

Skizofrenia ini memenuhi kriteria umum untuk diagnosis

skizofrenia namun tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia

paranoid, hebefrenik, katatonik, atau skizofrenia residual.

5) Skizofrenia Simpleks

Skizofrenia yang berjalan berlahan dan progresif dari gejala

negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat

halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik d isertai

dengan perubahan perilaku bermakna. Gejala psikotik kurang jelas

dibanding tipe skizofrenia lainnya.

6) Skizofrenia Hebefrenik

Skizofrenia dengan gambaran khas perilaku yang tidak

bertanggung jawab. Afek penderita dangkal, tidak wajar, dan sering

disertai giggling (cekikikan). Gangguan afektif dan dorongan

kehendak, serta gangguan proses pikir yang biasanya menonjol

(21)

g. Prognosis

Penderita skizofrenia kebanyakan memiliki gejala sisa dengan

keparahan bervariasi walaupun remisi penuh atau sembuh pada

skizofrenia itu ada. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40%

mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan

(Nantingkaseh, 2007).

2.Kekambuhan Skizofrenia

a. Definisi

Kekambuhan merupakan keadaan muncul tanda dan gejala yang

pernah dialami dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali

(Andri, 2008; Yosep, 2007).

b. Gejala

Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi pasien dan

keluarga yaitu menjadi ragu-ragu, tidak ada nafsu makan, sukar

konsentrasi, depresi, menarik d iri, sulit tidur, dan tidak ada minat

(Yosep, 2007).

Penilaian pasien psikiatrik dapat menggunakan Brief Psychiatric

Rating Scale (Kaplan et al., 2010) yang meliputi:

1) Permasalahan somatik (preokupasi dengan kesehatan fisik, rasa

takut akan penyakit fisik, hipokondriasis).

2) Kecemasan (rasa takut, cemas, rasa prihatin berlebih terhadap masa

(22)

3) Penarikan emosional (hilangnya interaksi yang spontan, isolasi,

kekurangan dalam hal hubungan orang lain).

4) Disorganisasi konseptual (proses pikir kacau, tidak berhubungan,

terdisorganisasi, terputus).

5) Rasa bersalah (menyalahkan diri sendiri, malu, penyesalan yang

dalam terhadap perilaku masa lalu).

6) Ketegangan (manifestasi disik dan motorik atau kegelisahan,

overaktivitas, ketegangan).

7) Manerisme dan posturing (perilaku motorik yang aneh, kacau, dan

tidak alam i).

8) Kebesaran (pendapat diri sendiri yang dilebih-lebihkan,

kesombongan, keyakinan memiliki kekuatan atau kemampuan yang

tidak lazim).

9) Mood depresi (penderitaan, kesedihan, kemurungan, pesimisme).

10)Permusuhan (kebencian, menghina, berkelahi, menghina orang

lain).

11)Kecurigaan (tidak percaya, yakin bahwa orang lain memiliki

maksud yang jahat atau diskriminasi).

12)Perilaku halusinatorik (persepsi tanpa kesesuaian stimulus normal).

13)Retardasi psikomotor (gerakan atau bicara yang melambat dan

lemah, penurunan tonus tubuh).

(23)

16)Afek tumpul (penurunan tonus emosional, penurunan intensitas

perasan normal, datar).

17)Luapan (peninggian tonus emosional, agitasi, peningkatan

reaktivitas).

18)Disorientasi (konfusi atau hilangnya asosiasi terhadap orang,

tempat, atau waktu yang benar).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Skizofrenia

Menurut Widodo (2003) beberapa hal yang bisa memicu pasien

skizofrenia kambuh, antara lain tidak m inum obat dan tidak kontrol ke

dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari

dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya

masalah kehidupan yang berat yang membuat stres.

Sullinger dalam Yosep (2007) mengidentifikasi faktor penyebab

kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, yaitu :

1) Klien

Pasien yang minum obat tidak teratur mempunyai

kecenderungan untuk kambuh. Pasien kronis sukar mengikuti aturan

minum obat karena adanya gangguan penilaian realitas. Perawat di

rumah sakit bertugas untuk memantau pasien minum obat

sedangkan di rumah digantikan oleh keluarga.

2) Dokter (pemberi resep)

Pemakaian obat neuroleptik lama dapat menimbulkan efek

(24)

saat melakukan hubungan sosial seperti gerakan tidak terkontrol

sehingga perlu dosis terapeutik yang dapat mencegah kambuh serta

efek sampingnya.

3) Penanggung jawab klien

Setelah pasien pulang ke rumah, perawat puskesmas

bertanggung jawab atas program adaptasi pasien di rumah.

Penanggung jawab pasien mempunyai kesempatan lebih banyak

untuk bertemu dengan klien seh ingga penanggung jawab klien dapat

mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil tindakan.

4) Keluarga

Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk menghindarkan

pasien dari kekambuhan. Keluarga mempunyai tanggung jawab

yang penting dalam proses perawatan agar adaptasi klien berjalan

dengan baik. Dukungan keluarga akan membantu proses pemulihan

kesehatan klien sehingga status kesehatan klien meningkat.

3.Keluarga dan Dukungan Keluarga

a. Definisi Keluarga

Newnan dan Grauerholz (2002) mendefinisikan keluarga sebagai

seseorang atau lebih dengan hubungan ikatan darah, perkawinan, atau

adopsi atau sekelompok orang yang tidak perlu terkait darah,

(25)

Duval dalam Setiadi (2008) membuat definisi keluarga yaitu

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya

yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan

sosial dari tiap anggota keluarga.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang

terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan

anaknya, atau ibu dengan anaknya.

Defin isi lain keluarga dapat ditinjau pula dari dimensi hubungan

sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan

suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau

interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya,

walaupun di antara keluarga tidak terdapat hubungan darah (Shochib,

1998).

b. Fungsi Pokok Keluarga

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif terkait dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

memenuhi kebutuhan psikososial terutama bagi pasien gangguan

jiwa. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada

kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap

(26)

Komponen yang perlu dipenuhi keluarga dalam melaksanakan

fungsi afektif adalah:

a) Saling asuh dan saling dukung antara keluarga dengan anggota

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa sehingga tercipta

hubungan yang hangat dan harmonis.

b) Saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak

masing-masing anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim

yang positif.

c) Ikatan kekeluargaan yang kuat dikembangkan melalui proses

identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan

anggota keluarga terutama pada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa yang sangat membutuhkan perhatian

dan dukungan. Keluarga harus mengembangkan proses

identifikasi yang positif sehingga anggota keluarga dapat meniru

tingkah laku positif tersebut.

2) Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalu i setiap anggota keluarga, yang menghasilkan interaksi sosial.

Keluarga merupakan tempat setiap anggota keluarga untuk belajar

bersosialisasi. Anggota keluarga yang mengalam i gangguan jiwa

keluarga dibimbing untuk mau bersosialisasi dengan anggota

(27)

3) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga. Bagi anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa, fungsi ini penting untuk dapat

tersedianya dana untuk pengobatan dan perawatan selama dirawat d i

rumah sakit jiwa dan perlengkapan yang dibutuhkan.

4) Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa/

kekambuhan atau merawat anggota keluarga yang mengalam i

gangguan jiwa. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan

keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari

tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

(Friedman (1998) dalam Setyowati dan Murwani (2008)).

c. Definisi Dukungan Keluarga

Kane dalam Friedman (2010) mendefinisikan dukungan keluarga

sebagai proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan yang

terjadi dalam semua tahap kehidupan. Dukungan keluarga membuat

keluarga mampu berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi

(Friedman, 2010). Pasien skizofrenia harus diterima dengan baik oleh

pihak keluarga. Karena pasien skizoferia sebenarnya tidak dapat

(28)

Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004)

merupakan bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota

keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan

fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga.

Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perhatian, dorongan

yang didapatkan individu dari orang lain melalui hubungan

interpersonal yang meliputi perhatian, emosional dan penilaian (Stolte

KM, 2004).

d. Komponen Dukungan Keluarga

Menurut Kaplan dalam Friedman (2010) dan House dalam

Setiadi (2008), komponen-komponen dukungan keluarga terdiri dari:

1) Dukungan Informasi

Dukungan informasi meliputi pemberian pengetahuan

penyakitnya, solusi masalah (bagaimana cara m inum obat), dan saran

terapi dan tindakan spesifik bagi pasien dalam melawan stressor

(penyebab stres) atau meningkatkan strategi koping pasien

(bagaimana cara mengurangi ketegangan dan cara komunikasi yang

benar). Keluarga bertindak sebagai penghimpun informasi dan

pemberi informasi.

2) Dukungan Emosional/Afeksional

Dukungan afeksional yang diberikan membuat pasien merasa

(29)

membantu memecahkan masalah. Keluarga memberikan peluang

pasien untuk berinteraksi sosial antara pasien dengan keluarga,

tetangga, dan teman sebaya serta memberikan kegiatan sesuai

kemampuan.

Dukungan afeksional dapat berupa dukungan simpati, empati,

cinta, dukungan, kepercayaan, perhatian dan penghargaan. Keluarga

berfungsi pula sebagai tempat aman dan damai untuk pemulihan dan

penguasaan terhadap emosi.

3) Dukungan Fasilitas

Dukungan fasilitas meliputi waktu, tenaga, dan akomodasi.

Keluarga meluangkan waktu untuk pasien di rumah, menyediakan

waktu dan tenaga untuk mendampingi pasien kontrol ke fasilitas

kesehatan, serta menyediakan akomodasi bagi pasien berupa

kendaraan untuk berobat.

4) Dukungan Finansial

Keluarga menyediakan dana untuk kesehatan jiwa dan raga

bagi anggota keluarga, dana tersebut dapat dalam bentuk tabungan

maupun simpanan dalam bentuk lain yang sewaktu-waktu dapat

(30)

e. Instrumen untuk Mengukur Dukungan Keluarga

Untuk mengukur dukungan keluarga pada pasien skizofrenia

digunakan Kuesioner Dukungan Keluarga. Kuesioner ini telah

dilakukan validasi oleh Mujiyono dari Magister Kedokteran Keluarga

UNS. Kuesioner ini telah d ilakukan:

1) Face validity yaitu mengkonsulkan tiap-tiap butir pernyataan kepada

pakar psikiatri, dengan hasil: dari sejumlah 30 item pernyataan

kuesioner dinyatakan valid 12 butir, direvisi 14 butir, didrop 1 butir,

dan ditambah 4 butir.

2) Uji validitas dengan diujicobakan kepada responden dan dianalisis

menggunakan product moment, dengan hasil perhitungan tiap-tiap

item pernyataan dinyatakan valid dengan nilai signifikansi terendah

0,039 (dinyatakan valid bila harga signifikansi < 0,05).

3) Uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien korelasi Alpha

Cronbach, dengan hasil: 30 item yang telah dinyatakan valid terbukti

reliabel dengan nilai a = 0,920 (dinyatakan reliabel bila a > 0,6).

Kuesioner terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan

unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang bersifat

mendukung, memihak, dan menunjukkan ciri atribut yang diukur,

sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang bersifat

(31)

Tabel 2.1 Sebaran Item Skala Dukungan Keluarga

Item Jumlah

Favourable 18

Unfavorable 12

Total 30

Skala ini menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban

yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KD), Jarang (JR), dan

Tidak Pernah (TP). Bobot penilaian pernyataan favorable yaitu:

Selalu : 4

Sering : 3

Kadang-Kadang : 2

Jarang : 1

Tidak Pernah : 0

Sedangkan bobot penilaian pernyataan unfavorable yaitu:

Selalu : 0

Sering : 1

Kadang-Kadang : 2

Jarang : 3

Tidak Pernah : 4

Nilai dukungan keluarga diperoleh dari skor subjek pada skala

dukungan keluarga. Makin tinggi jumlah skor yang dipero leh subjek,

(32)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

C. Hip otesis

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan analitik dengan

pendekatan case control studies yaitu pendekatan dengan membandingkan

kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk melihat apakah terdapat

perbedaan jumlah paparan faktor yang berpengaruh pada kedua kelompok

(Petrie dan Sabin, 2005).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi sumber

Keluarga pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

2. Kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Anggota keluarga dari pasien skizofrenia yang mengantar atau

menunggu pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

b. Keluarga tinggal satu rumah dengan pasien.

(34)

d. Bersedia menjadi responden dan telah menyetujui lembar informed

consent

3. Kriteria eksklusi sebagai berikut:

Anggota keluarga atau pasien skizofrenia pernah mengalam i

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dalam satu tahun terakhir baik

sebagai pelaku atau korban.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling

yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atas sifat tertentu yang

berkaitan dengan karakteristik populasi (Arief, 2009). Penelitian ini

melibatkan satu variabel dependen dan satu variabel independen. Jumlah

sampel dapat menggunakan rumus patokan umum yakni “rule of thumb

(Murti, 2010).

Dari 60 sampel diurutkan sesuai ranking berdasarkan skor dukungan

keluarga kemudian diambil 30% peringkat teratas dan 30% peringkat

terbawah untuk dilakukan analisis data sedangkan 40% sisanya tidak

dianalisis karena merupakan borderline. Metode ini dilakukan untuk

mendapatkan perbedaan antara dukungan keluarga tinggi dan rendah, sehingga

didapatkan jumlah sampel yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 36

(35)

E. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Purposive sampling

Populasi : Keluarga Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta

Tidak Kambuh Lembar Persetujuan + Pengisian Identitas

Kuesioner Penelitian

Uji Chi Square

dan Uji Spearman Kambuh

Dukungan Keluarga Rendah

Sampel yang Akan Diteliti

Dukungan Keluarga Tinggi

Dukungan Keluarga Rendah

(36)

F. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi:

1. Variabel bebas : dukungan keluarga

2. Variabel terikat : kekambuhan skizofrenia

3. Variabel terkendali : usia

tidak terkendali : sensitivitas individu

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh caregiver

kepada pasien yang didiagnosis skizofrenia oleh dokter spesialis jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

a. Alat ukur : kuesioner dukungan keluarga

b. Hasil ukur :

1) dukungan keluarga tinggi: 30% peringkat teratas dari skor

dukungan keluarga.

2) dukungan keluarga rendah: 30% peringkat teratas dari skor

dukungan keluarga.

(37)

2. Variabel terikat

Kekambuhan pasien skizofrenia yaitu munculnya gejala yang sama

dengan saat pasien didiagnosis skizofrenia oleh dokter spesialis jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (dapat saat akut, eksaserbasi, atau

fase aktif).

a. Alat ukur : kuesioner atau rekam medik

b. Hasil ukur : 1) kambuh : pasien menunjukkan gejala

yang sama seperti sebelumnya.

2) tidak kambuh : pasien tidak

menunjukkan gejala yang sama seperti

sebelumnya.

c. Skala variabel : kategorikal

H. Alat dan Bahan

1. Identitas responden

2. Kuesioner dukungan keluarga

3. Rekam medik untuk mengkonfirmasi diagnosis

I. Instrumen Penelitian

Instrumen pengukuran penelitian ini adalah kuesioner dukungan

keluarga yang sudah dilakukan uji coba (kuesioner terlampir). Kuesioner

adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia

(38)

menggunakan kuesioner dapat memperoleh data yang banyak dalam waktu

singkat, menghemat waktu dan biaya, secara psikologis responden tidak

merasa terpaksa dan dapat menjawab lebih terbuka (Notoatmojo, 2002).

Kuesioner dukungan keluarga disusun berdasarkan komponen

dukungan keluarga meliputi dukungan informasi, dukungan afeksional,

dukungan fasilitas, dan dukungan finansial. Kuesioner telah divalidasi oleh

pakar psikiatri dengan hasil sebagai berikut: dari sejumlah 30 item pernyataan

kuesioner dinyatakan valid 12 butir, direvisi 14 butir, didrop 1 butir, dan

ditambah 4 butir. Kuesioner terdiri dari 18 pernyataan favorable dan 12

pernyataan unfavorable. Kuesioner menggunakan skala Likert dengan 5

pilihan jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KD), Jarang

(JR), dan Tidak Pernah (TP). Bobot penilaian pernyataan favorable yaitu

selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), jarang (1), dan tidak pernah (0) dan

nilai sebaliknya untuk pernyataan unfavorable. Dikategorikan dalam

dukungan keluarga tinggi jika jumlah nilai di atas rata-rata dan dukungan

keluarga rendah jika jumlah nilai di bawah rata-rata. Kuesioner dilakukan uji

coba oleh Mujiyono (2008). Hasil uji validitas 30 item pernyataan dinyatakan

semua item valid dengan nilai signifikansi terendah 0,039. Hasil uji reliabilitas

30 item pernyataan yang telah dinyatakan valid terbukti reliabel dengan nilai

(39)

J. Cara Kerja Penelitian

Cara kerja dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti membagi lembar inform consent dan kuesioner kepada subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Subjek diminta menandatanganilembar persetujuan keikutsertaan (inform

consent) dalam penelitian.

3. Subjek diminta mengisi identitas dan menjawab semua pertanyaan dalam

kuesioner.

4. Dilakukan analisis dari data yang diperoleh.

K. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Chi Square. Menurut

Sarwono (2009), uji Chi Square dapat dilakukan jika frekuensi yang

diharapkan untuk masing-masing kategori harus setidak-tidaknya 1 dan tidak

diperbolehkan lebih dari 20% dari kategori mempunyai frekuensi yang

diharapkan kurang dari 5.

Data dimasukkan ke dalam tabel kontingensi kemudian dianalisis

untuk mendapatkan nilai Odds Ratio.

Tabel 3.1 Tabel Kontingensi 2x2

Dukungan Keluarga

Rendah Tinggi

Kambuh Ya a b

(40)

Odds Ratio (OR) digunakan untuk mengukur asosiasi paparan (faktor

risiko) dengan kejadian penyakit.

Gambar 3.2Odds Ratio

Data kemudian diurutkan berdasarkan ranking skor dukungan keluarga

tertinggi hingga terendah. Selanjutnya analisis data menggunakan Uji

Spearman untuk mengetahui korelasi peringkat dukungan keluarga dengan

peringkat frekuensi kekambuhan. Data pada penelitian ini diolah dengan

bantuan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution 17.0 for

Windows.

ad

Odds Ratio=

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Data penelitian didapatkan dari 60 responden yang dipilih sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengisian kuesioner memberikan

informasi berupa identitas, dukungan keluarga, dan kekambuhan pasien

sebagai data pada penelitian ini. Rekam medik digunakan untuk

mengkonfirmasi bahwa diagnosis pasien tersebut adalah skizofrenia. Jumlah

60 kuesioner yang dibagikan kepada responden telah kembali 100% dan

semuanya terisi dengan lengkap. Data isian kuesioner kemudian direkapitulasi

dan dilakukan penghitungan. Dari total 60 sampel tersebut diurutkan sesuai

ranking berdasarkan skor dukungan keluarga yang kemudian akan diambil

30% peringkat teratas dan 30% peringkat terbawah untuk dilakukan analisis

sedangkan 40% sisanya tidak dianalis is karena merupakan borderline. Metode

ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan antara dukungan keluarga tinggi

dan rendah, sehingga didapatkan jumlah sampel yang dianalisis dalam

(42)

Distribusi karakteristik responden penelitian ini sebagai berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Usia Frekuensi Persentase Kumulatif

21-30 tahun 7 19,44 % 19,44 %

31-40 tahun 7 19,44 % 38,89 %

41-50 tahun 10 27,78 % 66,67 %

51-60 tahun 5 13,89 % 80,56 %

>60 tahun 7 19,44 % 100 %

Jumlah 36 100 %

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.1 menunjukkan, usia terbanyak responden ialah umur 41-50

tahun sebanyak 10 orang (27,78 %), dan paling sedikit pada usia 51-60 tahun

sebanyak 5 orang (13,89 %), sedangkan responden usia 21-30 tahun, usia

31-40 tahun, usia >60 tahun masing-masing sebanyak 7 orang (19,44 %).

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelam in Frekuensi Persentase Kumulatif

Laki-laki 23 63,89 % 63,89 %

Perempuan 13 36,11 % 100 %

Jumlah 36 100 %

(43)

Tabel 4.2 menunjukkan, jenis kelamin responden terbanyak adalah

laki-laki sebanyak 23 orang (63,89 %), dan sisanya perempuan sebanyak 13

orang (36,11%).

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir

Pendidikan Terakh ir Frekuensi Persentase Kumulatif

Tidak 2 5,56 % 5,56 %

SD 9 25 % 30,56 %

SMP 4 11,11 % 41,67 %

SMA 10 27,78 % 69,45 %

D3/ D4 5 13,89 % 83,34 %

S1/S2 6 16,66 % 100 %

Jumlah 36 100 %

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.3 menunjukkan, pendidikan terakh ir responden terbanyak

adalah SMA sebanyak 10 orang (27,78 %), dan paling sedikit yaitu tidak

berpendidikan sebanyak 2 orang (5,56 %), sedangkan responden

berpendidikan terakhir SD sebanyak 9 orang (25 %), berpendidikan SMP

sebanyak 4 orang (11,11 %), berpendidikan D3/D4 sebanyak 5 orang (13,89

(44)

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase Kumulatif

Swasta 13 36,11 % 36,11 %

Petani 5 13,89 % 50 %

Buruh 4 11,11 % 61,11 %

Mahasiswa 3 8,33 % 69,44 %

Guru 2 5,55 % 74,99 %

Rumah Tangga 2 5,55 % 80,54 %

Pensiun 1 2,78 % 83,32 %

PNS 1 2,78 % 86,1 %

Dosen 1 2,78 % 88,88 %

Tata Usaha 1 2,78 % 91,66 %

Sopir 1 2,78 % 94,44 %

Pedagang 1 2,78 % 97,22 %

Tidak Bekerja 1 2,78 % 100 %

Jumlah 36 100 %

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.4 menunjukkan, pekerjaan responden adalah bekerja swasta

sebanyak 13 orang (36,11 %), petani sebanyak 5 orang (13,89 %), buruh

sebanyak 4 orang (11,11 %), guru sebanyak 2 orang (5,55 %), rumah tangga

sebanyak 2 orang (5,55%), dan sisanya bekerja sebagai PNS, pensiun, dosen,

(45)

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan dengan Pasien

Hubungan Frekuensi Persentase Kumulatif

Orang Tua 18 50 % 50 %

Pasangan 2 5,56 % 55,56 %

Anak 1 2,78 % 58,34 %

Saudara

Kandung

12 33,33 % 91,67 %

Lain-lain 3 8,33 % 100 %

Jumlah 36 100 %

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.5 menunjukkan, hubungan responden terbanyak dengan pasien

skizofrenia adalah orang tua pasien sebanyak 18 orang (50 %), dan paling

sedikit adalah anak sebanyak 1 orang (2,78 %), sedangkan responden lain

adalah saudara kandung pasien sebanyak 12 orang (33,33 %), pasangan pasien

(46)

Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Pasien Skizofrenia Berdasarkan Umur

Umur Pasien Frekuensi Persentase Kumulatif

21-30 tahun 21 58,33 % 58,33 %

31-40 tahun 11 30,55 % 88,88 %

41-50 tahun 2 5,56 % 94,44 %

51-60 tahun 2 5,56% 100 %

Jumlah 36 100 %

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.6 menunjukkan, usia terbanyak pasien skizofrenia terbanyak

adalah umur 21-30 tahun sebanyak 21 orang (58,33 %), sedangkan pada usia

31-40 tahun sebanyak 11 orang (30,55 %), usia 41-50 tahun sebanyak 2 orang

(5,56 %), dan sisanya usia 51-60 tahun sebanyak 2 orang (5,56 %).

Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Pasien Skizofrenia Berdasarkan Jenis

Kelam in

Jenis Kelam in Frekuensi Persentase Kumulatif

Laki-laki 22 61,11 % 61,11 %

Perempuan 14 38,89 % 100 %

Jumlah 36 100 %

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.7 menunjukkan, jenis kelamin terbanyak pasien skizofrenia

(47)
(48)

Tabel 4.8 menunjukkan, distribusi karakteristik responden berdasarkan

dukungan keluarga. Tabel ini untuk membantu melengkapi analisis yang

digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dukungan keluarga

berdasarkan distribusi karakteristik responden.

Tabel 4.9 Distribusi Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase Kumulatif

Tinggi 18 50 % 50 %

Rendah 18 50 % 100 %

Jumlah 36 100 %

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.9 menunjukkan, dukungan keluarga tinggi dan rendah sama

besar yakni masing-masing sebanyak 18 orang (50 %). Deskriptif data skor

dukungan keluarga pada responden memiliki nilai terendah 49, nilai tertinggi

110, nilai rata-rata 80,47, dan standar deviasi 19,581 (data terlampir).

Tabel 4.10 Distribusi Kekambuhan Pasien Skizofrenia

Kekambuhan Frekuensi Persentase Kumulatif

Tidak Kambuh

14 38,89 % 38,89 %

Kambuh 22 61,11 % 100 %

(49)

Tabel 4.10 menunjukkan, sebanyak 22 pasien (61,11 %) mengalami

kambuh, dan sisanya 14 pasien (38,89 %) tidak mengalami kambuh.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia

Frekuensi Kekambuhan Frekuensi Persentase Kumulatif

0

14 38,89 % 38,89 %

1 8 22,22 % 61,11 %

2 4 11,11 % 72,22 %

3 5 13,89 % 86,11 %

4 4 11,11 % 97,22 %

5 0 0 % 97,22 %

6 1 2,78 % 100%

Jumlah 36 100%

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.11 menunjukkan, sebanyak 14 pasien tidak mengalami

kambuh, sedangkan sisanya kambuh dengan frekuensi kekambuhan

berbeda-beda. Dalam satu tahun, 8 pasien (22,22 %) mengalami kambuh sebanyak 1

kali, 4 pasien (11,11 %) mengalami kambuh sebanyak 2 kali, 5 pasien (13,89

%) mengalami kambuh sebanyak 3 kali, 4 pasien (11,11 %) mengalam i

kambuh sebanyak 4 kali, dan sisanya sebanyak 1 pasien (2,78 %) mengalam i

(50)

Tabel 4.12 Distribusi Kekambuhan Berdasarkan Dukungan Keluarga

Kambuh Tidak Kambuh Jumlah

Dukungan Keluarga Rendah 14 4 18

Dukungan Keluarga Tinggi 8 10 18

Jumlah 22 14 36

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.12 menunjukkan, sebanyak 18 pasien yang memiliki dukungan

keluarga rendah : 14 pasien di antaranya mengalami kambuh dan 4 orang tidak

mengalami kambuh, sedangkan 18 pasien yang memiliki dukungan keluarga

tinggi : 8 pasien yang mengalami kambuh dan 10 orang tidak mengalami

kambuh.

B. Analisis Data

Hipotesis kerja (Ha) yang diajukan ialah terdapat pengaruh dukungan

keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta. Analisis yang digunakan untuk dua variabel dengan skala

kategorikal (nominal) untuk menguji hipotesis tersebut ialah Uji Chi Square.

Berdasarkan output data Uji Chi Square menggunakan SPSS 17.0 for

(51)

signifikansi p < 0,05, maka hipotesis nol (Ho) dito lak dan Ha diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dukungan keluarga

terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir).

Untuk melengkapi hasil perhitungan uji tersebut diperlukan analisis

pada tabel 4.8 untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah dukungan

keluarga berdasarkan karakteristik responden menggunakan uji Two-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test untuk distribusi usia, pendidikan terakhir,

pekerjaan, dan hubungan responden dengan pasien, sedangkan Uji Chi Square

untuk distribusi jenis kelamin (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows

terlampir).

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diketahui bahwa tidak

terdapat perbedaan dukungan keluarga pada kelompok masing-masing

distribusi karakteristik menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Chi

Square tersebut, karena didapatkan hasil bahwa nilai p masing-masing > 0,05,

sehingga disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan dukungan

keluarga pada tiap kelompok, dijelaskan sebagai berikut.

1. p = 0,491 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat

perbedaan dukungan keluarga pada masing-masing kelompok umur.

2. p = 0,298 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat

perbedaan dukungan keluarga antara jenis kelamin laki-laki dan

(52)

3. p = 0,491 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat

perbedaan dukungan keluarga pada masing-masing kelompok tingkat

pendidikan.

4. p = 0,057 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat

perbedaan dukungan keluarga antara masing-masing pekerjaan.

5. p = 0,766 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat

perbedaan dukungan keluarga berdasarkan hubungan keluarga.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa distribusi

karakteristik responden pada penelitian ini terdistribusi normal/setara artinya

tidak terdapat perbedaan antara kelompok karakteristik responden dengan

dukungan keluarga sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga

pada penelitian ini secara statistik tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelam in,

pendidikan terakhir, pekerjaan, dan hubungan responden dengan pasien.

Analisis data selanjutnya menggunakan tabel 2x2 seperti pada tabel

4.13 dan diperoleh nilai Odds Ratio sebesar 4,375 (hasil penghitungan SPSS

17.0 for Windows terlampir).

Nilai Odds Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)

dengan kejadian penyakit; dihitung dengan membandingkan yang

terpajan/sakit (a) dan yang tidak terpajan/tidak sakit (d) dengan yang tidak

terpajan/sakit (c) dan yang terpajan/tidak sakit (b) (Timmreck TC, 2004).

(53)

keluarga rendah memiliki risiko 4,375 kali lebih besar untuk kambuh

dibandingkan dengan pasien dengan dukungan keluarga tinggi.

Analisis data selanjutnya menggunakan uji korelasi Rank Spearman

untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan dua variabel atau lebih berskala

kategorikan (ordinal) (non-parametrik). Skor dukungan keluarga diranking

berdasarkan skor tertinggi hingga terendah, begitu pula kekambuhan diranking

berdasarkan frekuensi tertinggi hingga terendah (data primer terlampir). Uji

Spearman pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui adakah hubungan

peringkat skor dukungan keluarga dengan peringkat frekuensi kekambuhan

pasien skizofrenia (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir).

Berdasarkan hasil analisis didapatkan angka probabilitas ialah sebesar

0,002 (p < 0,01) sehingga hubungan kedua variabel ini signifikan dan Ho

ditolak. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara

variabel dukungan keluarga dengan kekambuhan.

Hasil Uji Spearman menunjukkan angka sebesar -0,506. Angka ini

menunjukkan korelasi yang kuat (angka korelasi >0,5 – 0,75) dan tidak searah.

Ini berarti, jika variabel dukungan keluarga rendah, maka variabel

kekambuhan tinggi, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka

(54)

BAB V

PEMBAHASAN

Hasil analisis data yang diperoleh pada penelitian ini diketahui bahwa

hasil penelitian sesuai dengan hipotesis kerja penulis yakni terdapat pengaruh

dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta (p = 0,040).

Berdasarkan kaidah statistika, nilai p hasil Uji Chi Square tersebut

dinyatakan signifikan (bermakna) sebab nilai p < 0,05 pada tingkat kepercayaan

95%. Tingkat kepercayaan 95% berarti jika 95 dari 100 sampel akan mempunyai

nilai populasi yang sebenarnya dalam jangkauan ketepatan sebagaimana yang

sudah ditentukan sebelumnya (Sarwono, 2009). Hal ini sesuai dengan teori bahwa

keluarga memiliki peran yang terkait dengan aspek kehidupan masing-masing

anggota keluarga di dalamnya. Dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien

dapat membantunya untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi (Friedman,

2010). Hasil ini didukung pula oleh hasil penelitian yang d ilakukan oleh Ambari P

(2010) bahwa terdapat hubungan sangat signifikan antara dukungan keluarga

dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di rumah

sakit dengan nilai p = 0,00.

(55)

masing-masing nilai p > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa pada

penelitian in i, dukungan keluarga secara statistik tidak dipengaruhi oleh

karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,

perkerjaan, dan hubungan dengan pasien, sehingga tidak terdapat karakteristik

responden yang dapat menjadi perancu dalam pemberian dukungan keluarga.

Pada umumnya, jika seseorang mempunyai sistem dukungan mental yang

kuat, maka kerentanan untuk mengalami gangguan jiwa lebih kecil, dan

kemungkinan untuk pemulihan lebih tinggi (Kaplan, 2010). Sistem dukungan

mental dibentuk oleh keluarga di mana keluarga mempunyai tanggung jawab

dapat perawatan pasien dan membantu proses pemulihan kesehatan pasien. Dalam

hal in i, dukungan keluarga dapat membantu pasien untuk mencegah/

meminimalkan terjadinya kambuh dengan mengingatkan keteraturan minum obat,

kontrol ke dokter, menerima keadaan pasien, dan membimbingnya (Sullinger

dalam Yosep, 2007).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilaku kan

Nurdiana (2007) mengenai hubungan peran serta keluarga terhadap tingkat

kekambuhan klien skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh

Banjarmasin. Hasil Chi Square Test menunjukkan signifikan dengan p = 0,006.

Diketahui berdasarkan teori bahwa pasien dengan dukungan keluarga

rendah memiliki risiko untuk kambuh lebih besar daripada pasien dengan

dukungan keluarga tinggi. Dalam penelitian ini dibuktikan dengan nilai Odds

(56)

rendah memiliki risiko 4,375 kali lebih besar untuk kambuh dibandingkan dengan

pasien dengan dukungan keluarga tinggi (OR = 4,375). Dukungan keluarga

rendah memberikan dampak yang kurang baik dalam perkembangan pasien

(Pharoah et al., 2010). Jika keluarga yang diharapkan dapat menjadi tumpuan

harapan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka besar

kemungkinan justru akan menjadikan masalah/beban bagi pasien, sehingga risiko

mengalami kekambuhan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika keluarga dapat

memberikan dukungan meliputi dukungan emosional/afeksional sehingga pasien

tidak merasa sendiri dalam menghadapi permasalahannya, dukungan fasilitas dan

finansial dalam kelancaran dan rutinnya pasien menjalani pengobatan, serta

dukungan informasi di mana keluarga berfungsi sebagai penghimpun dan pemberi

informasi bagi pasien (mengenai penyakitnya, solusi permasalahannya, cara

berkomunikasi, mengurangi ketegangan, dan meningkatkan strategi koping

pasien), maka kekambuhan dapat dicegah/diminimalkan.

Keluarga sangat diperlukan dalam pemulihan pasien skizofrenia karena

keluarga merupakan perawat utama (main caretakers) pasien (Varghese et. al.,

2002). Keluarga yang mengawasi pasien untuk minum obat dan kontrol,

memberikan ekspresi emosi, dukungan sosial dan finansial bagi pasien. Keluarga

dapat meningkatkan adaptasi individu namun dapat pula menambah masalah bagi

kesehatan individu apabila fungsi keluarga tidak berjalan dengan semestinya

(Prasetyawati, 2010). Dengan adanya dukungan keluarga, diharapkan

(57)

Hal tersebut didukung oleh hasil korelasi peringkat dukungan keluarga

dengan peringkat frekuensi kekambuhan sebesar -0,506 dengan p = 0,002 yang

dilakukan dengan Uji Rank Spearman pada penelitian ini. Data skor dukungan

keluarga dan frekuensi kekambuhan sebelumnya diurutkan berdasarkan peringkat,

sehingga peringkat itu lah yang dikorelasikan dan dilihat bagaimana korelasi

peringkat kedua variabel tersebut. Nilai p pada korelasi ini dianggap signifikan

bila < 0,01 (tingkat kepercayaan 99%), sehingga korelasi peringkat kedua variabel

tersebut signifikan. Interpretasi nilai uji tersebut menurut kaidah ialah jika 0 =

tidak ada korelasi antara dua variabel; >0 – 0,25 = korelasi sangat lemah; >0,25 –

0,5 = korelasi cukup; >0,5 – 0,75 = korelasi kuat; >0,75 – 0,99 = korelasi sangat

kuat; dan 1 = korelasi sempurna (Sarwono, 2009). Korelasi peringkat pada

penelitian ini tergolong memiliki korelasi kuat. Tanda negatif di depan nilai

menunjukkan arah korelasi negatif, artinya jika dukungan keluarga tinggi, maka

frekuensi kekambuhan rendah, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga rendah,

maka frekuensi kekambuhan tinggi.

Secara keseluruhan, berdasarkan teori dan uraian yang telah dikemukan,

dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi kekambuhan pasien

skizofrenia. Dukungan keluarga rendah meningkatkan risiko pasien untuk

kambuh, dan jika dukungan keluarga rendah, maka kekambuhan tinggi, dan

sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka kekambuhan rendah.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu jumlah sampel yang

(58)

seluruh populasi pasien skizofrenia d i rumah sakit tersebut. Keterbatasan lain pada

penelitian ini juga terdapat dalam pengambilan data yang dikarenakan karena

terbatasnya waktu sehingga penulis hanya dapat menggali data melalui 1 sumber

saja yakni anggota keluarga yang mengantar pasien untuk kontrol. Mengingat

bahwa interaksi pasien melibatkan seluruh anggota keluarga sehingga akan lebih

baik apabila data didapatkan dari seluruh anggota keluarga pasien sehingga data

dukungan keluarga dapat didapatkan secara lengkap dari seluruh anggota.

Dari segi teknik sampling penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling di mana pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

hingga jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Kelemahan dari teknik in i ialah

sampel yang didapatkan kurang acak. Semakin acak pemilihan sampel, maka akan

semakin baik karena mengurangi unsur subjektivitas dalam memilih sampel.

Keterbatasan penelitian ini juga disebabkan karena tidak dapat

dikendalikan variabel-variabel lain yang memungkinkan kekambuhan pada pasien

(59)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan uji hipotesis melalui Uji Chi Square

didapatkan nilai p = 0,040 pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai p tersebut <

0,05 sehingga keputusannya ialah hipotesis kerja diterima dan Ho ditolak.

Artinya terdapat pengaruh signifikan antara dukungan keluarga dengan

kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Nilai Odds Ratio pada penelitian ini didapatkan sebesar 4,375. Ini

berarti dukungan keluarga rendah akan meningkatkan risiko kambuh pada

pasien skizofrenia sebesar 4,375 kali jika dibandingkan dengan pasien yang

memiliki dukungan keluarga tinggi.

Nilai Spearman’s rho didapatkan sebesar -0,506 pada p = 0,002. Nilai

p tersebut < 0,01 sehingga keputusannya hubungan kedua variabel in i

signifikan pada tingkat kepercayaan 99 %. Hasil Uji Spearman menunjukkan

angka sebesar -0,506. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

kuat (angka korelasi >0,5 – 0,75) namun tidak searah. Ini berarti terdapat

korelasi negatif antara dukungan keluarga dengan frekuensi kekambuhan, jika

variabel dukungan keluarga rendah, maka variabel kekambuhan tinggi, dan

(60)

B. Saran

1. Saran teoritis

a. Sebaiknya informasi ilmiah tentang perlunya dukungan keluarga

ditambahkan agar jumlah lebih banyak sehingga memperkuat

keyakinan keluarga mengenai pentingnya dukungan keluarga.

b. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan kendali pada

variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi kekambuhan

seperti kepatuhan minum obat, keteraturan kontrol, pengetahuan

keluarga, penerimaan keluarga terhadap pasien, dan lain-lain

sehingga dapat memperkuat simpulan dan memperkecil bias.

c. Penelitian selanjutnya diharapkan melibatkan sampel yang lebih

banyak dan melibatkan seluruh anggota keluarga sehingga hasil

penelitian akan lebih mendekati jumlah populasi. Hal ini dilakukan

untuk memperkecil tingkat kesalahan.

2. Saran praktis

a. Bagi keluarga pasien

1) Diharapkan keluarga pasien meningkatkan pengetahuan

dengan aktif mengikuti penyuluhan tentang penyuluhan

gangguan kesehatan jiwa atau mencari informasi melalui

Gambar

Tabel 2.1 Sebaran Item Skala Dukungan Keluarga
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 3.1 Tabel Kontingensi 2x2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirobbil ’alamin, segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat

Alhamdulillahirobbil’aalaamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT , yang telah memberikan kenikmatan dan kemudahan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun

Segala puji, hormat dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan nikmatNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan