• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL STAD BERBANTUAN FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL STAD BERBANTUAN FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL STAD BERBANTUAN FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Widya Andari Putri, Eka Ariyati, Reni Marlina

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak

Email: widyaandariputri@gmail.com

Abstract

The aim of this research knew the influence of cooperative learning model type of STAD helped by flipbook on student learning outcomes in material biodiversity at 1st grade SMA Muhammadiyah 1 Ketapang. This research was a quasi experimental with on equivalent control group design. The study sample consisted of two classes namely grade XC as class experiment and grade XB as grade control, the samples took by intact group. The instrument had learned outcome experiment and control class were 15,32 and 13,78. According to t test, tcount> ttable (2,96 > 1,68), it mean there were differences between students taught by cooperative learning model type STAD helped by flipbook with students who taught by conventional model helped by power point. The value of effect size was 0,83 with high category and contribution in 29,67% toward learning outcome in material biodiversity on grade X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang.

Keywords: Flipbook, Learning Outcome, Material Biodiversity, Cooperatif Learning Model Type by STAD

Belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan perubahan perilaku dari hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan belajar diharapkan dapat mengubah perilaku manusia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan (Hamdani, 2011: 20). Setelah melalui proses belajar siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut sebagai hasil belajar (Jihad dan Haris, 2013: 15). Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, penting bagi siswa untuk memahami konsep-konsep pada materi pelajaran.

Salah satu materi biologi pada kelas X semester genap adalah keanekaragaman hayati. Materi keanekaragaman hayati mencakup konsep keanekaragaman hayati, keanekaragaman hayati di Indonesia, manfaat dan nilai keanekaragaman hayati, upaya pelestarian keanekaragaman hayati, dan

klasifikasi makhluk hidup. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang pada tanggal 18 November 2016 diperoleh informasi bahwa pembelajaran yang berlangsung selama ini guru masih menggunakan model konvensional yaitu ceramah dan diskusi. Dalam hal ini interaksi antara guru dan siswa cenderung menjadi satu arah, sehingga materi pembelajaran terus menerus hanya disampaikan oleh guru dan proses pembelajaran menjadi kurang bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa pada materi keanekaragaman hayati siswa masih belum

mampu membedakan tingkat

(2)

2

Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Harian Biologi Semester Genap Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang Tahun Pelajaran 2015/2016

Kelas

Materi Biologi Kelas X Semester Genap Keanekaragaman

Hayati

Ekosistem Pencemaran Lingkungan dan Upaya Mengatasinya

X A 64,46 70,89 70,78

X B 61,88 66,87 70,44

X C 62,68 70,29 71,61

Rata-rata Nilai 63,00 69,35 70,94

KKM 75

Sumber: Guru Mata Pelajaran Biologi SMA Muhammadiyah 1 Ketapang

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang bisa melatih kerja sama dalam kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi untuk berhasil bersama, menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri siswa, dan memacu siswa untuk bersaing secara sehat antar kelompok. Model pembelajaran yang bisa diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) berbantuan media flipbook. STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis (Huda, 2014: 201). Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran (Rusman, 2014: 214). Berdasarkan penelitian Harahap (2013:68) ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.Hal ini juga diperkuat oleh hasil uji t yang menunjukkan perbedaan signifikan rata-rata hasil belajar kognitif kedua kelas pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan penerapan

model STAD siswa didorong untuk saling membantu satu sama lain jika siswa ingin kelompok mereka memperoleh penghargaan. Sehingga melalui model STAD siswa sangat terbantu saat memahami materi karena mereka bisa berdiskusi dengan teman yang lain, siswa juga terlihat lebih aktif karena mereka bersaing antar kelompok.

(3)

3

Tabel 2. Penghitungan Perkembangan Skor Individu

No Nilai Tes Skor

Perkembangan 1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin

2 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin 4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin 5 Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar) 30 poin Sumber: Rusman, 2014: 216.

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu dengan menjumlahkan semua skor

perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Ada 3 tingkatan penghargaan diberikan, yaitu:

Tabel 3. Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Rata-rata Skor Kualifikasi

1 0 ≤ N ≤ 5 -

2 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)

3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great Team)

4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)

Sumber: Rusman, 2014: 216

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil belajar yang baik bagi siswa hal ini didukung oleh penelitian terdahulu, yaitu Harahap (2013: 67) yang menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Juga diperkuat oleh hasil uji t yang menunjukkan perbedaan signifikan rata-rata hasil belajar kognitif kedua kelas pada tingkat kepercayaan 95%.

Hal lain yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa SMA Muhammadiyah 1 Ketapang adalah keterbatasan sumber belajar dan media pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, guru menggunakan power point sebagai media. Media power point digunakan oleh guru pada saat menjelaskan materi dan hanya guru yang memilikinya. Sedangkan siswa hanya mencatat materi dari slide power point yang ditampilkan sambil mendengarkan guru menjelaskan materi. Akibatnya

(4)

4 tentang keanekaragaman hayati di Kalimantan Barat dan menumbuhkan rasa pada diri siswa untuk melestarikan flora dan fauna endemik Kalimantan Barat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2017: 12-13) model Word Square disertai media flipbook yang diterapkan peneliti berpengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada sub materi Lumut (Bryophyta) dengan rata-rata skor hasil belajar siswa sebesar 17,09.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media flipbook terhadap hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian semu (quasi experimental) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design, dengan rancangan oleh Sugiyono (2011: 73)

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook

O3 : Pre-test pada kelas kontrol O4 : Post-test pada kelas kontrol

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang tahun pelajaran 2016/2017 yang belum menerima pelajaran materi keanekaragaman hayati. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XC dan kelas XB. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara intact group. Kelas XC sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa tes

tertulis (pre-test dan post-test) berbentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal. Instrumen penelitian berupa Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal tes yang telah divalidasi oleh dua orang dosen Pendidikan Biologi FKIP Untan dan satu orang guru biologi SMA Muhammadiyah 1 Ketapang dengan hasil validasi bahwa instrumen layak digunakan. Berdasarkan hasil uji coba soal diperoleh keterangan bahwa tingkat reliabilitas soal yang disusun tergolong cukup dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,46.Hasil post-test dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut: pemberian skor sesuai dengan pedoman penskoran, uji normalitas menggunakan uji Liliefors, pada soal post-test diperoleh kedua data berdistribusi normal sehingga dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Fisher, kemudian diperoleh bahwa data homogenmaka dilakukan uji t dan dilanjutkan dengan menghitung Effect Size. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan, 3) Tahap penyusunan laporan akhir (skripsi).

Tahap persiapan

(5)

5 Tahap pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Memberikan tes awal (pre-test) di kelas XA, XB, dan XC untuk menentukan sampel yang akan dipilih berdasarkan rata-rata skor dan standar deviasi yang hampir sama antara 3 kelas yang diuji; (2) Menganalisis data hasil pre-test kelas eksperimen dan kontrol sehingga diperoleh hasil bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang sama; (3) Memberikan perlakuan dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model STAD berbantuan media flipbook pada kelas eksperimen dan memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran konvensional disertai power point pada kelas kontrol; (4) Memberikan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan akhir siswa; (5) Analisis data.

Tahap akhir

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (1) Mendeskripsikan hasil analisis data dan memberikan kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah; (2) Menyusun laporan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Sampel dalam penelitian ini terdiri atas 2 kelas yaitu kelas XC (kelas eksperimen) dan kelas XB (kelas kontrol) dengan teknik pengambilan sampel intact group. Hasil pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pre-test dan Post-test Siswa

Skor Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

𝒙̅ SD % Ketuntasan 𝒙̅ SD % Ketuntasan

Pre-test 7,96 1,96 0 7,69 2,95 0

Post-test 15,32 1,91 76,00 13,78 1,85 56,52

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan pre-test untuk kelas eksperimendan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan adalah sama. Namun setelah diberi perlakuan yang berbeda, kedua kelas menunjukkan hasil yang berbeda. Pada kelas eksperimen rata-rata hasil belajar siswa sebesar 15,32 sedangkan rata-rata hasil belajar kelas kontrol adalah sebesar 13,78. Hal ini terkait dengan berbedanya perlakuan yang diterapkan pada kedua kelas. Pada kelas eksperimen siswa diajarkan dengan menggunakan model STAD berbantuan media flipbook dan pada kelas kontrol siswa diajarkan dengan model pembelajaran konvensional berbantuan power point. Data hasil post-test digunakan untuk melihat hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan serta untuk melihat seberapa besar pengaruh yang

(6)

6 Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diterapkan pada kelas eksperimen maka dilakukan perhitungan menggunakan effect size (Sutrisno, 2010:1). Hasil perhitungan effect size diperoleh nilai sebesar 0,83 yang tergolong tinggi. Jika nilai tersebut dikonversikan ke dalam tabel kurva normal dari tabel O-Z, maka diperoleh luas daerah sebesar 0,2967 hal ini menunjukkan pembelajaran dengan model pembelajaran STAD berbantuan flipbook memberikan pengaruh sebesar 29,67% terhadap hasil belajar siswa pada materi Keanekaragaman Hayati kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang.

Pembahasan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 6 Februari 2017 sampai 7 Maret 2017 pada kelas XC dan XB di SMA Muhammadiyah 1 Ketapang. Kelas XC sebagai kelas eksperimen berjumlah 25 orang dan kelas XB sebagai kelas kontrol berjumlah 23 orang. Pada kelas eksperimen diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook sedangkan pada kelas kontrol diajar menggunakan model pembelajaran konvensional berbantuan power point. Penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit tiap pertemuan.

Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media flipbook yang terdiri dari 5 tahapan, yaitu (1) Presentasi kelas; (2) Kerja tim; (3) Kuis individu; (4) Skor kemajuan individu; (5) Rekognisi tim (Slavin, 2005: 143). Perbedaan presentasi kelas dalam model STAD dengan presentasi kelas pada pembelajaran konvensional adalah adanya penekanan bahwa siswa dituntut untuk fokus karena diakhir pembelajaran akan diberikan kuis individu dan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi. Selain itu tingginya hasil belajar pada kelas eksperimen karena adanya fase kerja tim. Dalam kerja tim siswa dibagi ke dalam 7 kelompok belajaryang beranggotakan sekitar 4-5 orang

secara heterogen. Dimana siswa yang memiliki kemampuan sedang dan rendah dapat belajar dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Isjoni dalam Andri (2011: 6) menyatakan bahwa dengan mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang berbeda, maka siswa yang kurang pandai akan termotivasi dan terbantu oleh siswa yang lebih pandai, sedangkan siswa yang lebih pandai akan terasah kemampuannya.

Selama kerja tim siswa berdiskusi mengerjakan LKS dengan bantuan media flipbook keanekaragaman hayati. Media ini terdiri atas 39 halaman, dengan masing-masing halaman berisi topik, gambar, dan keterangan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran keanekaragaman hayati. Topik, gambar, dan keterangan dalam flipbook ini menjelaskan konsep yang meliputi pengertian keanekaragaman hayati, tingkat keanekaragaman hayati, keanekaragaman hayati di Indonesia dimana juga dibahas flora dan fauna endemik di Kalimantan Barat dan keanekaragaman hayati di Kalimantan Barat, persebaran fauna di Indonesia, manfaat dan nilai keanekaragaman hayati, aktivitas

manusia yang mempengaruhi

(7)

7 membuat peserta didik tertarik pada informasi yang disampaikan guru. Dengan meningkatnya aktivitas siswa tentunya dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.Pada saat mengerjakan LKS selain berdiskusi siswa ditutut untuk membantu anggota kelompoknya memahami materi. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan diri mengikuti kuis individu yang akan diberikan diakhir pembelajaran. Dimana hasilnya nanti akan mempengaruhi predikat kelompokapakah termasuk kelompok good team, great team, atau super team.

Sedangkan pada kelas kontrol kegiatan pembelajaran terdiri atas 3 tahap, yaitu (1) Pendahuluan; (2) Kegiatan inti; (3) Penutup. Pada kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran konvensional guru yang lebih aktif, serta media power point yang mengoperasikannya adalah guru, siswa hanya mendengar penjelasan dan mencatat materi

yang disampaikan melalui power point sehingga siswa menjadi pasif dan sulit diketahui apakah seluruh siswa sudah mengerti atau belum dengan materi yang disampaikan. Meskipun pada kelas kontrol juga dilakukan diskusi kelompok untuk menumbuhkan kerja sama antar siswa, namun diskusi pada kelas kontrol berbeda dengan diskusi pada kelas eksperimen. Pada kelas kontrol siswa tidak ditekankan untuk saling membantu temannya untuk memahami pelajaran dan diakhir pembelajaran pun tidak diberikan penghargaan, serta pemilihan kelompok juga dilakukan secara acak (tidak berdasarkan nilai).

Untuk melihat lebih jelas peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka dilanjutkan dengan menghitung persentase ketuntasan hasil belajar per tujuan pembelajaran yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Perbedaan Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Per Tujuan Pembelajaran

No Tujuan Pembelajaran No Soal

Rata-rata Persentase Jawaban Benar Per Tujuan Pembelajaran Eksperimen

(%)

Kontrol (%) 1 Menjelaskan konsep keseragaman dan

keberagaman makhluk hidup 1 100 100

2 Membedakan keanekaragaman tingkat gen,

jenis, dan ekosistem 2,3 72 67,35

3 Menjelaskan faktor-faktor yang

menentukan keanekaragaman ekosistem 4 92 82,6

4 Menjelaskan keanekaragaman hayati

Indonesia. 5,6,7,8,9,10 78 68,06

5 Menjelaskan manfaat dan nilai

keanekaragaman hayati 11,12,13 70,6 62,3

6 Menjelaskan aktivitas manusia yang

memengaruhi keanekaragaman hayati 15,16 86 69,55

7 Menjelaskan upaya pelestarian

keanekaragaman hayati 14,17 68 63

8 Menjelaskan sistem klasifikasi

keanekaragaman hayati 18,19,20 69,3 66,6

Rata-rata 79,84 72,43

Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada

(8)

8 post-test per tujuan pembelajaran secara keseluruhan pada kelas eksperimen adalah 79,84% sedangkan kelas kontrol adalah 72,43%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding siswa kelas kontrol. Meskipun hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol jika dilihat dari rata-rata persentase jawaban benar per soal post-test ada beberapa tujuan pembelajaran yang masih belum tercapai atau di bawah nilai KKM (75) yaitu, tujuan pembelajaran kedua pada soal nomor 3, tujuan pembelajaran keempat pada soal nomor 5 dan 7, tujuan pembelajaran kelima pada soal nomor 11 dan 13, tujuan pembelajaran ketujuh pada soal nomor 17 dan tujuan pembelajaran kedelapan pada soal nomor 18 dan 19.

Pada tujuan pembelajaran kedua, soal nomor 3 tentang keanekaragaman tingkat gen siswa banyak terkecoh dengan pilihan jawaban antara pilihan jawaban D dan E. Hal ini dikarenakan pada flipbook contoh keanekaragaman tingkat gen tidak sama dengan pilihan jawaban pada soal sehingga siswa kesulitan untuk menjawab. Sawitri dkk (2014: 410) dalam penelitiannya menyatakan bahwa materi keanekaragaman hayati mempelajari mengenai keberagaman makhluk hidup pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem. Materi ini diajarkan pada semester gasal kelas X, padahal siswa belum memperoleh pengetahuan mengenai gen dan ekosistem. Materi mengenai genetika disampaikan pada semester genap kelas XII.

Pada tujuan pembelajaran keempat soal nomor 5 siswa diminta menentukan fauna daerah Australia. Dalam menjawab soal tersebut siswa keliru dalam menentukannya dimana pada soal dituliskan juga beberapa nama hewan dari daerah Oriental maupun Peralihan sehingga membuat siswa bingung menentukannya. Padahal jika siswa ingat ciri-ciri dan contoh fauna tipe Australia yang sudah dimuat dalam flipbook kemungkinan besar siswa tidak keliru menjawab soal tersebut. Saat diskusi pengerjaan LKS pun siswa juga masih ada yang keliru dalam menentukan letak daerah Australia, Oriental

dan Peralihan. Pada soal nomor 7 tentang garis khayal siswa juga banyak terkecoh dengan gambar soal dimana terdapat dua garis dan mereka keliru menentukan antara garis Wallace dan garis Weber. Saat presentasi kelas guru sudah menjelaskan dan menggambarkan pembagian wilayah fauna Indonesia dipapan tulis. Namun nyatanya masih ada siswa yang belum memahami. Menurut Imaniar (2014: 4) pada tahap presentasi kelas guru terlalu lama menyampaikan materi di depan kelas, sehingga menyebabkan peserta didik merasa bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru.

(9)

9 Pada tujuan pembelajaran kedelapan, soal nomor 18 cara penulisan nama berdasarkan sistem tata nama ganda (Binomial Nomenclature) siswa juga banyak yang keliru dalam hal ini. Pada saat presentasi kelas guru sudah mencontohkan dipapan tulis cara penulisan nama jenis yang benar sesuai sistem tata nama ganda. Pada flipbook juga sudah dijelaskan, namun nyatanya masih ada siswa yang kurang memahami dan kurang teliti. Pada soal nomor 19 seperti yang sudah dijelaskan diatas urutan takson sebenarnya juga sudah ditampilkan dalam flipbook namun nyatanya masih ada siswa yang kurang teliti dalam membaca sehingga mereka melewatkan konsep penting yang ada dalam flipbook. Selain itu guru juga kurang memberikan penekanan pada konsep tersebut saat presentasi kelas.Menurut Suroso (2016: 16) siswa juga melakukan kesalahan strategi dalam penentuan langkah penyelesaian soal karena kurang teliti, kurang latihan soal, kurang variasi dalam latihan penyelesaian soal, terburu-buru, dan kekurangan waktu.

Secara keseluruhan, persentase ketuntasan. Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran STAD berbantuan media flipbook yang membuat siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dengan kegiatan diskusi dimana tiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap kelompoknya untuk mencapai tujuan diakhir pembelajaran yaitu penghargaan atas usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok. Dengan adanya flipbook yang memuat materi secara ringkas dan dengan adanya gambar yang menarik membuat siswa lebih mudah memahami materi dan menarik perhatian siswa untuk membacanya.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran STAD berbantuan media flipbook pada materi keanekaragaman hayati dapat diketahui melalui perhitungan effect size. Berdasarkan hasil perhitungan effect size diperoleh nilai sebesar 0,83 yang termasuk dalam kategori

tinggi. Jika nilai effect size 0,83 dikonversikan ke dalam tabel kurva normal di tabel 0-Z, maka diperoleh luas daerah sebesar 0,2967. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD berbantuan media flipbook pada materi keanekaragaman hayati memberi pengaruh sebesar 29,67% terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang pada materi keanekaragaman hayati.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook memperoleh rata-rata skor post-test sebesar 15,32 sedangkan hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional berbantuan power point memperoleh rata-rata skor post-test sebesar 13,78. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas X yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional berbantuan power point yang dibuktikan dengan perhitungan statistik uji t dengan thitung> ttabel (2,96 > 1,68), sehingga pada perhitungan effect size diperoleh harga sebesar 0,83 yang tergolong tinggi dan diperoleh luas daerah pada tabel distribusi normal sebesar 0,2967. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook pada materi kenaekaragaman hayati memberikan pengaruh sebesar 29,67% terhadap hasil belajar.

Saran

(10)

10 jika ingin melakukan penelitian serupa disarankan untuk meneliti tentang motivasi dan aktivitas siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Andri, Y. (2011). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Media Flipbook Terhadap Hasil Belajar Siswa Sistem Gerak Manusia di SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.2 (6): 1-9.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Harahap, N. (2013). Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Motivasi, dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Konsep Ekosistem di MTsN Model Banda Aceh. Jurnal Pendidikan. 4 (2): 67-72.

Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Imaniar, N. (2014). Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw dan STAD Terhadap Tingkat Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal

Pendidikan dan Pembelajaran. 4 (2): 1-11.

Isjoni dalam Andri, Y. (2011). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Media Flipbook Terhadap Hasil Belajar Siswa Sistem Gerak Manusia di SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 2 (6): 1-9.

Jihad, A. dan Haris, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Rusman. (2014). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Sawitri D.N, dkk. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Bahan Ajar Brosur Pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Jurnal Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. 3 (3): 410.

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta.

Susilana, R., dan Cepi, R. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Suroso. (2016). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal-Soal Fisika Termodinamika Pada Siswa SMA Negeri 1 Magetan. Jurnal Edukasi Matematikan dan Sains. 4 (1): 14-16. Sutrisno, L. (2010). Effect Size.(online). (www.scribd.com/mobile/doc/2802552 3/Effect-Size,diakses 24 April 2016). Yunita, A.R. (2017). Pengaruh Model Word

(11)

Gambar

Tabel 2. Penghitungan Perkembangan Skor Individu
Tabel 5. Persentase Perbedaan Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

(2) Upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar antara lain adalah: (a) memperjelas tujuan yang ingin dicapai, (b)

Tabel 3 menunjukkan bahwa potensi tumbuh maksimum benih sengon pada perlakuan lama perendaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam meningkatkan potensi tumbuh

Hal ini sesuai dengan penelitian menurut Iswati dan Paula (2015) pada Perusahaan Perbankan Indonesia yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh Variabel Loan to Deposit Ratio

Cukup mudah untuk berjualan di Ekiosku.com Jual Beli Online Aman Menyenangkan tinggal klik menu "jadi penjual" saja dan isikan data diri anda, data kios yang akan

Bertitik tolak dari rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi yang efektif antara dosen pembimbing akademik dengan

Tidak selalu mekanisme pasar itu merupakan suatu sistem pasar persaingan sempurna dimana harga dan jumlah barang yang diperjual belikan ditentukan oleh3. permintaan pembeli

Dengan bekal kemampuan yang saya miliki di antaranya mampu mengoperasikan komputer, komunikasi, Microsoft Word, Excel dan lain-lain.. Saya dapat bekerja keras, rajin dan jujur,

Maka jelaslah jika dalam penelitian ini dimana pembelajaran pada mata kuliah Telaah Kurikulum dan Perangkat Pembelajaran yang menerapkan pendekatan terpadu dan