• Tidak ada hasil yang ditemukan

FIQIH BERWAWASAN SPIRITUALISASI EKOLOGI (Kajian Materi Fiqih Ekologi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FIQIH BERWAWASAN SPIRITUALISASI EKOLOGI (Kajian Materi Fiqih Ekologi)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Vol.1 No.1 2017 190

FIQIH BERWAWASAN SPIRITUALISASI EKOLOGI

(Kajian Materi Fiqih Ekologi)

Abd Kalim

STAIN Kudus Jawa Tengah Abdkalim72@gmail.com

Abstrak

Spiritualitas Ekologi merupakan manifestasi sikap hubungan spiritual antara manusia dan lingkungan yang menggabungkan kesadaran intuitif seseorang akan seluruh aspek kehidupan dengan pandangan-pandangan relasional terhadap apa yang ada di bumi. Pendidikan merupakan sarana untuk menumbuh kembangkan kesadaran akan kepedulian terhadap kondisi lingkungan, Kesadaran tersebut di tanamkan seiring dengan terjadinya krisis lingkungan dan degradasi alam akibat dominasi ekonomi dan teknologi dalam wujud pembelajaran. Dari hasil data, terungkap bahwa materi pembelajaran Fiqih berwawasan spiritualitas ekologi meliputi pembelajaran Fiqih lingkungan, adapaun fokus dalam tulisan ini adalah 1) Mengkaji materi Fiqih dalam kontek menanamkan pemahan dan kesadaran lingkungan. 2) Hubungan pembelajaran Fiqih dengan spiritualisasi ekologi. Hanya melalui pembelajaran Fiqih ekologi yang dapat menanamkan sikap spiritualitas ekologi sehingga dapat melakukan transfer nilai-nilai kesadaran lingkungan yang terdapat dalam Fiqih ekologi dalam wujud sikap kesadaran lingkungan yang ditopang dengan spiritualitas agama sehingga memkanai kesadaran lingkungan dalam wujud ibadah.

Kata Kunci: Fiqih Ekologi, Spritulittas Ekologi, Kesadaran Lingkungan Abstarct

Ecological spirituality is the manifestation of an attitude of spiritual relationship between man and the environment that combines the intuitive awareness of one's will all aspects of life with the relational views of what is in the Earth. Education is a means to develop awareness of the menumbuh awareness of the environmental conditions, the Realization in instill along with the occurrence of natural degradation and environmental crisis due to economic and technological dominance in the form of learning. From the results of the data, it is revealed that the learning material Principles of ecological spirituality includes insightful learning Fiqh, adapaun environmental focus in this paper is 1) Examines the material principles in the context of understanding and instilling environmental awareness. 2) Relationship of learning principles with spiritualization of ecology. Only through learning Fiqh ecology that can instill ecological spirituality attitude so that it can transfer the values contained in the environmental awareness of ecological Principles in the form of environmental

(2)

awareness that attitude is supported by religion spirituality so memknai environmental awareness in the form of worship.

Keywords: Fiqh Of Ecology, Ecology Spirituality, Environmental Awareness

PENDAHULUAN

Selama empat abad terakhir, lahimya sains modern dengan kesuksesannya dalam mengungkap, memahami, meramaikan, dan mengendalikan dunia alamiah (terutama lewat teknologi yang dikembangkan dengannya), telah memunculkan berbagai tantangan serius terhadap keyakinan agama dan tatanan budaya tradisional di seluruh dunia. Namun tidak selamanya kemajuan di bidang sains dan teknologi membawa dampak positif bagi kehidupan manusia dan lingkungannya, terkadang juga menyiksakan berbagai persoalan yang menyangkut lingkungan hidup. Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada sekup lokal, nasional, dan global, sebagian besar disebabkan oleh ulah tangan manusia. Pencemaran dan kerusakan lingkungan yang terjadi di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, atau lainnya pada dasamya bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki kepedulian, yang hanya mementingkan diri sendiri.Allah dengan tegas memperingatkan umat manusia mengenai kerusakan yang terjadi di muka bumi ini sebagai hasil dari pnlaku merekaSendiri (Ghufron, 2007)

Pesatnya perkembangan teknologi pada abad 20 berdampak dengan adanya krisi multideminsional, dimana krisis diatas merupakan krisis dalam dimensi moral dan spiritual, yaitu dengan terabaiakanya sistem nilai yang telah diakui kebenaranya.Fenomena dunia modern yang didukung oleh kecanggihan teknologi tinggi dalam penggunaannya telah mengabaikan etika, estetika, dan keseimbangan alam, telah menimbulkan kerusakan ekosistem global dan evolusi kehidupan., yang dapat mengancam keseimbangan ekologi dan kehidupan manusia

(3)

Vol.1 No.1 2017 190 pencemaran air, polusi udara, dan masih banyak yang lainnya, mungkin merupakan fenomena yang umum terjadi di Indonesia (Rusli, 2008)

Bencana alam yang terjadi dewasa ini berkaitan erat dengan adanya penurunan kualitas Lingkungan yang disebabkan oleh ulah tangan manusia, terjadinya bencana, membawa kita pada konsekuensi lebih lanjut; manusia harus mengubah perilaku dan carapandangnya terhadap alam. Agama, yang merupakan keyakinan yang diharapkan selalu menjadi landasan dalam setiap langkah penganutnya, ternyata seringkali dituding tidak peduli lingkungan. Ketika agama melalui berbagai ajarannya berusaha mengatur bagaimana manusia sebaiknya bersikap, isu lingkungan tampaknya jarang sekali disentuh, bila tidak bisa ikatakan tidak pernah.

Namun ironisnya, manusia seakan tidak pernah merenung dan mengambil pelajaran (`tibar), apalagi merasa jera dibalik bencana yang terjadi. Bencana alam datang menimpasilih berganti. Bencana alam telah benarbenar mengancam hidup manusia. Berbagai tanda-tanda keengganan alam untuk dieksploitir manusia kini akrab menimpa manusia (Harfin, 2015)

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi adanya krisis ekologi yang terjadi pada dasawarsa sekarang ini. Pertama, permasalahan fundamental filosofis. Permasalahan ini berakar pada kesalahan cara pandang manusia terhadap dirinya, alam, dan posisi manusia dalam kese luruhan ekosistem. Cara pandang manusia yang mengganggap dirinya superior telah mendorong manusia untuk bersikap hegemonik terhadap inferioritas alam. Akibatnya, pola perilaku manusia cenderung bersifat konsumtif dan eksploitatif terhadap sumber daya alam. Paham ini ditunjang dengan paham materialisme, Kedua, permasalahan politik ekonomi global. Sebagai imbas paham materialisme, kapitalisme, dan pragmatisme, negara-negara maju (Barat) telah mendirikan pabrik-pabrik industri yang telah menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Ketiga, permasalahan pemahaman keagamaan. Di kalangan umat Islam, masih terdapat golongan yang menganut paham teologi yang bercorak teosentrik. Orang yang berpaham demikian memahami bencana alam seperti tsunami, banjir dan sebagainya sebagai takdir Tuhan, dan tidak memandang krisis ekologis ini sebagai imbas dari krisis kemanusiaan dan krisis moralitas sosial serta kegagalan manusia dalam memahami hukum alam (harfin, 2015)

(4)

Islam keturunan Persia, menyatakan ketidaksetujuannya. Menurutnya, di dalam al-Quran telah dijelaskan adanya hubungan tak terpisahkan antara manusia dan alam. Krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini bukanlah karena kesalahan agama, melainkan kesalahan manusia yang telah meninggalkan tradisi spiritual (Islam) (harfin, 2015)

Spiritualitas (spirituality) merupakan kajian yang menggambarkan essensi akan pencarian makna transcendental, yang sejak abad 19 tidak banyak digunakan pada makna yang berhubungan dengan ruh (spirits) atau fenomena psikis (psychic phenomena), namun lebih cenderung pada makna kontemporer yang memiliki sejumlah makna. Essensi tersebut menjadikan keragaman refleksi akan realitas spiritualitas menjadi luas, sehingga perlu dipertegas makna tersebut pada konteks ekologis, khususnya yang menyangkut imaginasi ekologi (ecological imaginations), yang pada kajian agama dan lingkungan dalam perspektif agama-agama dunia, telah muncul dan berkembang sebagai sebuah gerakan spiritualitas berbasis pemahaman nilai-nilai agama dan lingkungan. kajian yang disebut ‘ecotopias’, yang menggambarkan imajinasi agama terhadap alam dan manusia dengan imajinasi keharmonisan, kearifan, kebersamaan, interpendensi, kesakralan, bahkan hubungan denganalam dalam perspektif teologi agama-agama dunia. (Nelson, 2009). Spriritualisai ekologi merupaka perwujudan imagenasi ekologi yang berupa penggalian dan konsepsi kesadaran ekologi berdasarkan prinsip-prinsip islam (Islamic ecotopias)

Spiritualisasi ekologi menjadi solusi dalam mengatasi krisis lingkungan yang semakin marak pada dasawarsa sekarang ini. Spiritualitas lingkungan merupakan manifestasi hubungan spiritual antara manusia dan lingkungan yang menggabungkan kesadaran intuitif seseorang akan seluruh aspek kehidupan dengan pandangan-pandangan relasional terhadap apa yang ada di bumi. Kesadaran tersebut muncul seiring dengan terjadinya krisis lingkungan dan degradasi alam akibat dominasi ekonomi dan teknologi, Sebagai sebuah istilah baru, spiritualitas ekologi lebih mengacu pada Spiritualitas dan lingkungan. Praktisi spiritual ekologi menghubungkan problematika lingkungan dalam tiga kategori: peran pemerhati lingkungan secara saintifik maupun akademik, nilai-nilai lingkungan yang berhubungan dengan spiritual maupun religius, peran individu secara religius maupun spiritual dalam hubungannya terhadap lingkungan (Baker, 2008)

(5)

Vol.1 No.1 2017 190 in the ecology). Kesadaran dan pengalaman yang membentuk dimensi diri, untuk berperilaku ramah pada alam, berfikir mempertahankan sumber keberlangsungan ekologi bagi komunitas masyarakat dan individu yang ada di dalamnya, baik melalui kesadaran mencari rangkaian faktor pendukung keberlangsungan hidup sebuah ekosistem di alam, maupun dengan menegaskan bentuk etika, moral bahkan kecenderungan nilai-nilai tradisi agama yang berhubungan dengan isu-isu seputar lingkungan. Oleh sebab itu pemahaman dan kesdaran akan sebuah pentingnya keberalangsungan lingkungan dapat tercapai dengan baik manakala pemahaman tersebut ditanamakan dalam sebuah pembelajaran khususnya adalah pembelajaran Fiqih maka dengan adanya realitas tersebutt perlu adanya pembelajaran Fiqih khususnya dalah Fiqih lingkungan dalam kontek menumbuhkan pemahaman dan kesadaran dalam upaya penyelamatan lingkungan yang berkelanjutan

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaituserangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka.penelitian kepustakaan (library research) ialahpenelitian yang mengunakan cara untuk mendapatkan data informasi denganmenempatkan fasilitas yang ada di perpus, seperti buku, majalah, dokumen, catatan sejarah. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek.

Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyekpenelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini disebut juga dengan datatangan pertama Atau data yang langsung yang berkaitan dengan obyek riset. Sumber data primer dalam kajian ini adalah materi pembelajaran Fiqih dimana dialamnya terdapat Fiqih ekologi, yang mana membahas hukum-hukum Islam mengenai hubungan manusia dengan lingkungan.

Fiqih Ekologi

Dalam al-Quran (al-Baqarah: 143), manusia terus diingatkan tentang perlunya keseimbangan dalam setiap segi kehidupan. Lebih lanjut lagi dalam al-Nisa: 126, disebutkan juga konsep keseimbangan yang ada di alam semesta dalam kerangka sifat Tuhan yang setelah menyebut bahwa kepunyaan Allah-lah seluruh isi bumi dan langit. Dalam hal pandangan dunia yang secara umum masih meyakini superioritas manusia atas alam, sehingga kepedulian manusia terhadap alam cenderung terabaikan karena tertanam bahwa manusia merasa

(6)

superior terhadap yang lain. Dan menjadi hal yang menarik untuk ditelaah lebih luas.

Ekologi sendiri berasal dari kata Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos berarti rumah tangga, dan logos berarti ilmu. Istilah ini digunakan pertama kali pada pertengahan tahun 1860-an oleh Haeckel, seorang ahli Biologi. Capra dalam bukunya Jaring-Jaring Kehidupan mengartikan ekologi sebagai studi mengenai hubungan yang memperhubungkan segenap anggota rumah-tangga-bumi. Suma atmadja (1989) menyatakan ekologi sebagai “ilmu atau studi tentang hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya sebagai suatu rumah tangga”. Definisi-definisi ekologi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa ekologi adalah hubunngan timbal balik antara semua mahluk hidup dengan habitat tempat tinggalnya (Nursaid, 1989)

Fiqh ekologi, fiqh lingkungan atau dalam nuansa arab disebut dengan fiqhulbi’ah, Dalam bahasa arab fiqh lingkungan hidup atau ekologis dipopulerkan dengan istilah fiqhul bi`ah, yang terdiri dari dua kata (kalimat majemuk; mudhaf dan mudhaf ilaih), yaitu kata fiqh dan al-bi`ah. Secara bahasa “fiqh” berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan yang berarti al-‘ilmu bis-syai`i (pengetahuan terhadap sesuatu) al-fahmu (pemahaman) Sedangkan secara istilah, fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil tafshili (terperinci) Adapun kata “al-bi`ah” dapat diartikan dengan lingkungan hidup, yaitu: Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainin

(7)

Vol.1 No.1 2017 190 membangun konsep teologis yang pro terhadap lingkungan hidup dan ini juga merupakan ranah kajian baru secara umum mengangkat rumusan etika.

Kajian teologi lingkungan muncul sebagai penyikapan positif masyarakat teologi terhadap persoalan lingkungan. Hal ini tentunya harus dapat di padukan dalam kontek pembelajaran agar mampu menamkan kesadaran dan etika prilaku peduli lingkungan yang berdasarkan prinsip spiritual islam dalam kontek pelestarian lingkungan Seperti halnya ulama fiqh klasik tidak mengkaji fiqh ekologis yaitu fiqh yang berbasis lingkungan hidup, dikarenakan pada masa tersebut permasalahan-permasalahan lingkungan belum banyak menimbulkan masalaha yang memiliki dampak yang kurang baik terhadap kehidupan manusia. Kondisi daya dukung lingkungan ketika itu masih sangat baik sehingga belum banyak didapati masalah-masalah yang menyangkut pelestarian lingkungan.maka ulama teologi klasik dan masyarakat teologi pertengahan pun tidak mengembangkan kajian teologi lingkungan. Sebab pada masa itu lingkungan belum menimbulkan masalah dan belum bermasalah. Lingkungan masih bersahabat dan memiliki daya dukung optimum bagi kehidupan manusia dan makhluk lain. Pada masa modern seperti sekarang ini justru lingkungan sudah menjadi masalah besar dan menjadi isu global dan menunutut keprihatian semua orang. Oleh karena Fiqih ekologi menjadi materi yang tepat dalam menaamkan etika dan pemahaman manusia terhadap wujud kesadaran lingkungan (Ridwan, 2005)

HUBUNGAN SPIRITUALITAS EKOLOGI DENGAN MATERI FIQIH EKOLOGI

Krisis yang dialami manusia, salah satunya yaitu krisis lingkungan, itu terjadi karena manusia modern cenderung untuk meninggalkan dimensi spiritualitasnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi ciri modernitas yang berkembang di Barat membuat manusia memperlakukan alam secara mekanis, dan melupakan unsur spiritualitasnya.Dimensi spiritualitas dalam pandangan Nasr (1968) memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, secara umum demi keberlangsungan bumi dan kehidupan di dalamnya. Melalui berbagai tulisannya, khususnya kedua bukunya yang banyak menyoroti permasalahan lingkungan, dijelasakan sebab-sebab utama dan mendasar sehubungan dengan makin meluasnya krisis lingkungan yang dihadapi peradaban modern. Pentingnya perumusan kembali hubungan Manusia, Alam, dan Tuhan demi mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih seimbang.

Kerusakan lingkungan merupakan akibat dari upaya manusia untuk memandang lingkungan alam sebagai tatanan realitas yang berdiri sendiri,

(8)

terpisah dari Lingkungan Ilahiah. Padahal, dengan begitu alam menjadi terkurangi daya hidupnya. Pentingnya membangun kosmologi baru yang berbasis kepada tradisi spiritualitas agama yang sarat makna dan kaya kearifan. Hilangnya pengetahuan metafisik bertanggung jawab atas hilangnya keharmonisan antara manusia dan alam. Padahal dengan hilangnya harmonisasi antara manusia dengan alam menyebabkan timbulnya krisis diantara keduanya.

Spiritual dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa lain “spiritus”, yang berarti roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup. Dalam pengertian yang lebih luas spirit dapat bermakna sebagai, 1) Kekuatan yang memberi energi pada cosmos, 2) Kesadaran yang berkaitan keinginan dan kemampuan, 3) Suatu yang immaterial, 4) Wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).

Perspektif psikologis spirit berarti soul (ruh), suatu yang immateri, sesuatu yang adikodrati. Dalam konteks ini, spirit berhubungan dengan berbagai realitas alam pikiran dan perasaan yang bersifat adikodrati, immateri, dan cenderung tidak terkat dalam waktu dan ruang. Spiritualitas agama (religious spirituality) berhubungan dengan kualitas mental (kesadaran), perasaan, moralitas, dan nilai-nilai luhur yang bersumber dari ajaran agama. Spiritualitas agama bersifat Ilahiah, karena berasal dari Tuhan (Fios, 2013).

Menurut Marry (2003) Spiritual juga dapat bermakna suatu yang memiliki kebenaran yang abadi yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia, sering dikonfrontasikan dengan yang bersifat duniawi, dan sementara. Spiritual dapat berupa eksperesi dari kehidupan yang lebih agung, yang dapat menjadi pandangan hidup seseorang. Salah satu karakteristik dari spiritualitas adalah kemampuan seorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang dapat meningkatkan kekuatan seorang untuk mendekat dan berhubungan dengan Tuhan, yang dengannya dapat menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal dari alat indera, perasaan, dan pikiran.

(9)

Vol.1 No.1 2017 190 sendiri adalah lingkungan paling agung yang mengelilingi dan meliputi manusia. Dalam Alquran, Tuhan disebut sebagai Yang Maha Meliputi, kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi,

Ruang lingkung spiritualitas adalah sebagai berikut: 1) Dimensi transenden, yaitu individu spiritual percaya akan adanya dimensi transenden dari kehidupan, berupa kepercayaan terhadap Tuhan. 2) Makna, tujuan dan misi hidup yang dengannnya seorang merasakan adanya panggilan yang harus dipenuhi, rasa tanggung jawab dalam menjalani hidup dan kehidupan. 3) Kesakralan hidup, mempunyai kemampuan untuk melihat kesakralan dalam semua halhidup. 4) Sumber nilai dan makna tertinggi. 5) Altruisme, yang menyadari akan adanya tanggung jawab bersama dari masing-masing orang untuk saling menjaga sesamanya (our brother’s keepers). 6) Idealisme, memiliki keyakinan pada hal baik yang dimungkinkan (Clark, 1999)

Spritualitas ekologi berkembang pada abad 20 dimana menghubunngkan antara nilai-nilai spiritual dengan lingkungan sebagi respon atas krisi lingkungan. Dalam konteks ini muncul kesadaran atas pentingnya etika baru, dengan mentransformasi perilaku menyimpang yang dilakukan manusia menjadi perilaku positif yang menampilkan manusia ramah pada alam. Upaya di atas dapat dilakukan dengan menumbuhkan kembali makna spiritual pada kesadaran langsung (direct consciousness), dengan memperkuat pengalaman hidup berdasarkan sakralitas dan kesucian lingkungan (sacred in the ecology).

Spiritualitas ekologi hadir dengan membawa seperangkat bentuk kecerdasan sikap, perilaku dan budaya sebagai bentuk dari keperdulian manusia terhadap problematika krisis lingkungan ecological crisis). Dengan kecerdasan spiritual, seseorang dapat menemukan makna dan nilai yang menghasilkan kesadaran akan sakralitas segala ciptaan Tuhan. Kesadaran spiritualitas ekologi, menekankan peran keseimbangan (balancing) antara dimensi spiritualitas lingkungan (ecological spirituality) dengan dimensi aktivitas lingkungan (ecological activism) dengan menjaga keseimbangan ekosistem dan mengutamakan keberlanjutan alam (Muchlis, 2017)

Spiritualitas ekologi (ecospirituality) menjadi sangat penting tak kala pada hari ini kita dihadapkan pada masalah lingkungan yang sering terjadi pada akhir-akhir ini. Istilah seperti krisis lingkungan, krisis ekologi, pemanasan global perlu ditangani dengan sesegera mungkin kalau tidak kedepanya kita akan berhadapan dengan lingkungan yang tentu saja akan memabwa dampak buruk terhadap kehidupan (Muchlis, 2017)

(10)

Jadi dapat dismpulkan bahwa spiritualitas ekologi merupakan sebuah kesadaran terhadap kepedulian lingkungan yang terhubung dan bersumber dari unsur spritualitas agama, khususnya agam islam, sehingga ketika memaknai sebuah kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dapat diartikan adalah sebuah kegiatan yang memiliki nilai ibadah dihdapan allah.

Spiritualitas ekologi adalah wujud sebuah kesadara jadi tidak mungkin akan berjalan mana kala hanya ada sebuah aturan dalam wujud Fiqih ekologi tanpa adanya proses penanaman kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Oleh sebab itu perlu adannya penanaman spiritualitas ekologi melalu proses pembelajaran agama yaitu dalam wujud Fiqih ekologi. Fiqih sendiri merupakan pemahaman hukum syariat yang dianajurkan allah dan nabi. Sedangankan Fiqih lingkungan (Fiqih Biah) yaitu sekumpulan aturan atau norma-norma hubungan manusia dengan lingkungan secara islami.

(11)

Vol.1 No.1 2017 190 Fiqih ekologi membahas kontek pelestarian lingkungan diperuntukkan untuk manusia. Karena manusia adalah khalifah dimuka bumi maka pelestarian lingkungan adalah murni kewajiban manusia. Pengelolaan pelestarian lingkungan yang harus dilakukan antara lain: 1) menjaga siklus hidrogen, 2) menjaga kestabilan atmosfir, Berulang kali Al - Qur’an mengingatkan akan pentingnya langit. kata langit sering kali diulang dalam Al – Qur’an dalam berbagai surat dan ayat. Langit merupakan komponen penting sebagai pelindung bumi untuk menjaga kelangsungan hidup mahluk dibumi, 3) Menanam Pohon dan Menjaga Kesuburan Alam, 4) Melindungi Kawasan Perlindungan Lingkungan Kehidupan.

Seperangkat aturan yang sudah ada pada Fiqih lingkungan tidak akan terwujud mana kala manusia tidak memiliki spiritualisasi ekologi. Manusia tidak akan memiliki kesadaran dan kepedualian terhadap lingkungan. Prinsip-prinsip pelestarian lingkungan yang ada pada Fiqih ekologi tidak mungkin akan bisa di jalankan ketika seseorang tidak memiliki spiritulitas ekologi. Spiritualitas ekologi hanya mampu di tanamkan ketika Fiqih ekologi di aplikasikan dalam sebuah pembelejaran, dimana ketika terdapat sebuah pembelajaran ada sebuah transfer dari pendidik ke peserta didik, tarnsfer yang dilakukan dapat berupa tranfer pengetahuan (knowladge) ataupaun transfer nilai (value). Dalam hal ini yang menjadi sasaran adalah penanaman dan kesadaran spiritualias ekologi maka pembelajaran menjadi sarana yang tepat dalam membentuk sikap dan kpribadian yang peduli terhadap lingkungan. Tidak hanya terbatas pada faktor pengetahuan saja namun pengetahuan tersebut dapat direalisasikan dalam wujud prilaku peduli dan sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan demi hari keberlangsungan hidup ke depan. Disamping itu pula tidak hanya sekedar mencakup kesadaran atas lingkungan, dalam wujud spiritualiasai ekologi kita akan ditanamkan dan di tumbuhkembangkan kesadaran akan lingkungan namun tanpan menghilangkan nilai-nilai spiritualitas dalam ranah keyakinan sebuah agama, namun ketika kita sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan setiap perbuatan yang kita lakukan dalam rangka pelestarian lingkungan adalah bernilai ibadah dan semaik mendekatkan kita pada sang pencipta.

Jadi hanya melalu pembelajaran Fiqih (Fiqih ekologi) kita dapat menanamkan wujd kesadran spiritualitas ekologi dalam wujud kesadaran akan pentingnya keberlangsungan lingkungan yang ada, dalam wujud tanggung jawab manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Tanpa penanaman dan penumbuh kembangkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Maka tidak akan ada istilah kesadaran spirtualitas ekologi. Karena spritulitas

(12)

ekologi merupakan wujud kesadaran rohani artinya kesadran akan kedekatan dengan tuhan dalam kontek kepedulian manusia terhadap lingkungan. Dapat dismpulkan secara sederhana spiritualias ekologi adalah kesadaran akan manusi terhadap lingkungan dan ketika kesadaran tersebut diaplikasikan dalam ranah kehidupan dapat dimaknai sebuah ibadah sehingga kepedulian akan lingkungan tidak meninggalakn esensi hubungan manusia dengan tuhanya.

KESIMPULAN

(13)

Vol.1 No.1 2017 190 DAFTAR PUSTAKA

Baker, S., & R. 2008. Morrison. Environmental Spirituality: Grounding Our Response To Climate Change. (European Journal Of Science And Theology. Vol. (4),

Clark, W, R. 1999. Spiritual Marketplace: Baby Boomers And The Remaking Of American Religion.Princeton, Nj: Princeton University Press

Fios, F & “Eko.2013 Spritualisme: Sebuah Keniscayaan Pada Era Kontemporer,” Humaniora 4, No. 2

Ghufron Dan Saharudin. 2007. Islam Dan Konservasilingkungan (Telaah Pemikiran Fikih Lingkungan Yusuf Al-Qaradh&Wt), Millah Vol. Vi, No. 2,

Harfin, M, Z. 2015. Fiqh Al-Bî’ah: Tawaran Hukum Islam Dalam Mengatasi Krisis Ekologi. Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam Iain Mataram. Al-‘Adalah Vol. Xii, No. 4

Masrokhin. 2014. Konsep Ekologi Islam Seyyed Hossein Nasr (Studi Kitab Al-Taharah Dalam Kajian Fiqh).Irtifaq, Volume 1 Nomor 1

Mary Evelyn Tucker And John A. Grim. 2003. Agama, Filsafat Dan Lingkungan Hidup .Yogyakarta. Kanisius

Muchlis, M, S. 2017. Pendidikan Agama Islam Bewawasan Spiritualitas Ekologi: Al-Tahrir, Vol. 17, No. 2

Nelson, James M.2 009 Psychology, Religion, And Spirituality. Springer Science & Business Media,

Nasr, Seyyed Hossein. 1968. Man And Nature: The Spiritual Crisis Of Modern Man, London: Allen And Unwin.

Nursid Sumaatmadja. 1989.Studi Lingkungan Hidup, Bandung: Penerbit Alumni

Ridwan, M. 2005. Fiqh Ekologi Membangun Fiqh Ekologis Untuk Pelestarian Kosmos Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur

Rusli, 2008. Fikih Ekologi Dan Kearifantradisional: Tinjauan Terhadap Konsep Ihyâ Al-Mawât Dan Hiimâ. Stain Datokarama Palu Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 3

(14)

Valerie Lincoln, “Ecospirituality,” Journal Of Holistic Nursing 18, No. 3

Referensi

Dokumen terkait

Hardo Soloplast Karanganyar adalah hambatan penempatan terjadi karena ketidakcocokan dan tingkat perputaran karyawan yang tinggi selain itu kebijaksanaan perusahaan

Mahmud Yunus (selanjutnya disebut Mahmud Yunus) sebagai seorang ulama yang berasal dari Minangkabau telah mengabdi dan melakukan pelbagai peranan dan aktiviti beliau

Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan

Untuk mengatasi masalah – masalah itu maka ditemukanlah jembatan rangka batang yang terbuat dari besi atau baja sebagai bahan yang paling sesuai untuk jembatan rangka

itu berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan. c) Pembangunan mengarah kepada modernisasi artinya sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari pada sebelumnya serta

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No.. dengan ini diumumkan Hasil

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi melalui penelitian lapangan dan mengetahui mengenai arti

Kadar lignin yang tinggi pada substrat akan menghambat proses hidrolisis untuk menghasil- kan xilosa dikarenakan komponen serat seperti hemiselulosa sebagai komponen