i
PROFIL, KARAKTERISTIK DAN FAKTOR PENENTU
PENDAPATAN PEDAGANG DI
NIGHTMARKET
NGARSOPURO KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unversitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Anindita Yovitasari
(F0108034)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
ii
iii
iv
v
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
orang tua, adik dan keluarga tercinta
seseorang teristimewa; sahabatku, kekasihku
sahabat-sahabatku tercinta
teman-teman Modern da Kost tersayang
teman-teman tersayang yang membantu dan memberi support
Ekonomi Pembangunan 2008
vi
MOTTO
Tidak ada masalah yang tidak punya jalan keluar.
(Angkie Yudistia)
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari
satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
(Winston Churchill)
Bagaimana kamu menilai dirimu, maka itulah kamu.
(Penulis)
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Profil, Karakteristik dan Faktor Penentu Pendapatan
Pedagang di Nightmarket Ngarsopuro Kota Surakarta”, yang merupakan salah
satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana ekonomi di
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Secara khusus dalam kesempatan ini,
dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, penulis mengucapkan rasa terima
kasih dan hormat kepada:
1. DR. Wisnu Untoro M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dwi Prasetyani, S.E, M.Si, selaku pembimbing yang selalu memberikan saran
dan bimbingan selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
4. Terima kasih kepada kedua orang tua saya Yuliastuti Ariningsih dan Alie
Budiarto yang tiada hentinya mendukung dan memberikan semangat serta
doa bagi penulis untuk menyelesaikan studi.
5. Adikku tersayang Aganindra Bayu Yudiastata, serta seluruh keluarga yang
selalu memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan studi.
6. Adi Baskoro yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan semangat bagi
penulis.
viii
7. Sahabat-sahabatku (Prima, Desy, Didhut, Bria, Lidya, Arin, Marsilia) terima
kasih atas motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman Modern da Kost (Kak Ruth, Mba Febri, Lidya, Ami, Sinta,
Tiwi, Tiara, Chime, Annu, Asti).
9. Terik Tempe Community (Bria, Friza, Andi, Ahong, Imam, Haidar, Wahyu,
Shomad). Terima kasih atas persahabatan selama 4 tahun ini.
10.Teman-teman terbaik yang telah membantu dalam perolehan data pedagang.
11.Pak Koesmanto, dan semua pegawai Dinas Koperasi & UMKM Surakarta.
12.Pedagang-pedagang nightmarket Ngarsopuro yang dengan senang hati
bersedia disurvei.
13.Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 (Hesti, Dini, Sari, Aci,
Nurul, Lista, Rusminah, Ulfa, Malida, Wilis, Ajeng, Jaka, Noval, Ridwan,
Ali, Yayan, Yudhi, Ardhan, Bangkit, dan semua teman yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.) Terima kasih untuk dukungannya kepada
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini
masih belum lengkap dan sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun bagi kemajuan penulis. Semoga skripsi ini berguna
bagi semua pihak yang membutuhkan dan memberikan masukan yang berharga
bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Surakarta, November 2012
Penulis
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN...xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
x
BAB II. TELAAH PUSTAKA ... 8
A. Pasar ... 8
1. Pengertian Pasar ... 8
2. Jenis-jenis Pasar ... 10
B. Usaha Mikro, Kecil, Menengah ... 13
1. Pengertian UMKM ... 13
2. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 15
C. Produk Unggulan Daerah ... 18
1. Pengertian Produk Unggulan Daerah ... 18
D. Kawasan Unggulan Daerah ... 19
1. Pengertian Kawasan Unggulan Daerah ... 19
E. Pendapatan ... 22
1. Teori Pendapatan ... 22
2. Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di Nightmarket Ngarsopuro ... 23
F. Penelitian Terdahulu ... 27
G. Kerangka Pemikiran ... 29
H. Hipotesis ... 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 33
xi
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 33
1. Ukuran Populasi ... 33
2. Ukuran Sampel ... 34
3. Teknik Pengambilan sampel ... 34
C. Jenis dan Sumber Data ... 35
D. Metode Pengumpulan Data ... 35
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36
1. Variabel yang digunakan dalam menjelaskan profil pedagang ... 36
2. Variabel Dependen ... 37
3. Variabel Independen ... 37
F. Metode Analisis Data ... 38
1. Analisis Deskriptif ... 38
2. Analisis Kuantitatif ... 39
a. Uji Statistik ... 39
b. Uji Asumsi Klasik ... 43
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Gambaran Umum Jawa Tengah ... 45
1. Kondisi Geografis ... 45
2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia ... 48
3. Aspek Sosial Ekonomi ... 50
4. Produk Domestik Regional Bruto ... 51
B. Pasar yang Dibangun Pada Periode Tahun 2005-2012 ... 52
1. Gladag Langen Bogan ... 52
2. Nightmarket Ngarsopuro ... 54
xii
3. Pasar Klithikan Surakarta ... 55
C. Profil Nightmarket Ngarsopuro Sebagai Suatu Kawasan Ekonomi Barbasis Budaya yang Mendukung Sektor Informal ... 56
1. Kawasan Ngarsopuro ... 56
2. Arti Penting Kawasan Ngarsopuro ... 57
3. Pembangunan Nightmarket Ngarsopuro ... 58
4. Peran Nightmarket Ngarsopuro Terhadap Sektor Informal di Surakarta ... 59
5. Jumlah Pedagang dan Variasi Barang yang Dijual ... 60
6. Anggaran dan Pembiayaan Nightmarket Ngarsopuro ... 61
D. Karakteristik Pedagang ... 62
1. Jenis Kelamin ... 62
2. Usia ... 63
3. Status Perkawinan ... 64
4. Daerah Asal ... 65
5. Jumlah Anggota Keluaga yang Menjadi Tanggungan ... 66
6. Pendidikan ... 68
E. Pembahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Nightmarket Ngarsopuro ... 70
1. Pemilihan Model ... 70
2. Uji Statistik ... 71
a. Uji t (t-test) ... 71
b. Uji F(F-test) ... 72
c. Koefisien Determinasi ... 73
xiii
3. Uji Asumsi Klasik ... 74
a. Multikolinearitas ... 74
b. Uji Heteroskedastisitas ... 75
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
2.1 Pengertian UMKM menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008 ... 15
4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2000-2008………..48
4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta tahun 1980-2007 ... 49
4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, dan Tingkat
Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 50
4.4 Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut
Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 51
1.3 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor
Atas Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2004 - 2008
(Jutaan Rupiah) ... 52
4.6 Jumlah Pedagang Nightmarket Ngarsopuro Pada
Bulan Juni Tahun 2012 ... 61
4.7 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro
Menurut Jenis Kelamin ... 63
4.8 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro
Menurut Usia ... 64
xv
4.9 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro
Menurut Status Perkawinan ... 65
4.10 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro Menurut Daerah Asal ... 66
4.11 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro Menurut Jumlah Anggota keluarga Tanggungan Pedagang ... 68
4.12 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro Menurut Pendidikan ... 69
4.13 Hasil Uji t (t-test) pada ...72
4.14 Hasil Uji klein untuk menditeksi multikolinearitas...74
4.15 Hasil Uji White untuk mendeteksi heteroskedastik ...75
xvi DAFTAR GAMBAR
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 30
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Olah Data
Lampiran 2 Data Primer Pedagang Nightmarket Ngarsopuro
Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Memperoleh Data
Lampiran 4 Daftar Kuesioner
ABSTRAK
PROFIL, KARAKTERISTIK DAN FAKTOR PENENTU PEDAGANG DI
NIGHTMARKET NGARSOPURO KOTA SURAKARTA
Anindita Yovitasari NIM. F0108034
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan karakteristik pedagang serta pengaruh variabel modal, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, dan lokasi terhadap pendapatan yang diterima pedagang di nightmarket Ngarsopuro. Untuk menjelaskan karakteristik pedagang, digunakan variabel jenis kelamin, usia, status perkawinan, daerah asal, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, maka digunakan uji t, uji F, uji R2, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.
Hasil analisis kuisioner menunjukkan bahwa pedagang di nightmarket Ngarsopuro sebagian besar adalah kelompok usia produktif (20-40 tahun) (batik/garment= 62,5%, handycraft/souvenir= 70,83%, kuliner= 36,36%), pada subsektor kuliner sebagian besar pedagang berjenis kelamin perempuan (72,72%), sebagian besar pedagang telah menikah dan berkeluarga (batik/garment= 83,33%, handycraft/souvenir= 79,16%, kuliner= 90,90%), dan menanggung sebanyak 2-3 orang anggota keluarga (batik/garment= 29,16%, handycraft/souvenir= 33,33%, kuliner= 31,82%). Sebagian besar pedagang berasal dari kotamadya Surakarta (batik/garment= 91,67%, handycraft/souvenir= 100%, kuliner= 95,45%), serta sebagian besar adalah berpendidikan SMA (batik/garment= 79,16%, handycraft/souvenir= 58,33%, kuliner= 72,72%). Hasil uji t dan uji F dengan a= 5%, variabel
yang berpengaruh adalah variabel pengalaman usaha dan jumlah tenaga kerja, sedangkan uji F menunjukkan bahwa variabel modal, pengalaman usaha, tenaga kerja, dan lokasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap pendapatan pedagang di nightmarket
Ngarsopuro. Uji R2 menunjukkan bahwa variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan variabel independen sebesar 23,17%, sedangkan sisanya sebesar 76,83% dijelaskan oleh variabel diluar model. Dari uji asumsi klasik menunjukkan bahwa tidak ditemukan masalah multikolinear maupun masalah heteroskedastis.
Dalam rangka meningkatkan potensi nightmarket Ngarsopuro sebagai aset pariwisata kota Surakarta, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan keadaan fisik pasar maupun pedagang di nightmarket Ngarsopuro. Disarankan kepada Dinas Koperasi & UMKM untuk mengadakan pertemuan berkala dengan para pedagang untuk membahas masalah/keluhan yang dirasakan para pedagang dan mencari solusinya secara bersama. Sebaiknya padagang menyediakan tenaga kerja sebanyak minimal dua orang dan untuk pedagang sudah mampu mengembangkan usahanya dan memiliki nama sendiri, sebaiknya mereka dilepas dari
nightmarket dan digantikan oleh pedagang baru.
Kata kunci : nightmarket Ngarsopuro, pendapatan pedagang, regresi linear berganda
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar adalah tempat bertemunya pedagang dengan pembeli. Di masyarakat,
istilah pasar lebih identik untuk menyebutkan pasar tradisional. Ciri-ciri pasar
tradisional yang paling menonjol adalah adanya sistem tawar menawar dalam
kegiatan perdagangannya. Pasar tradisional biasanya selalu terdapat di setiap desa
di suatu wilayah, karena itu pasar tradisional mampu mencakup seluruh lapisan
masyarakat.
Pasar tradisional umumnya dipandang sebagai daerah yang kotor dan kumuh,
namun ternyata pasar tradisional mempunyai kapasitas yang kuat untuk bertahan
pada situasti ekonomi makro yang tidak menentu, dan tidak terpuruk seperti
aktivitas ekonomi formal atau aktivitas ekonomi yang berskala besar. Pasar telah
berfungsi sebagai jaring penyelamat dan penyedia lapangan kerja bagi sebagian
masyarakat. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan mencatat bahwa pada
tahun 2007 terdapat 13.450 pasar tradisional dengan 12,6 juta pedagang.
(Puslitbang Kementerian PU, 2011).
Pelaku-pelaku usaha di dalam pasar merupakan kelompok usaha mikro,
kecil, dan menengah. Jumlah pelaku UMKM memang sangat besar di Indonesia
dan setiap tahunnya selalu meningkat. Menurut data dari Departemen Koperasi
dan UMKM, jumlah UMKM dari 49.021.803 unit pada tahun 2006 menjadi
53.823.732 unit pada tahun 2010. Sementara itu total volume usaha, usaha mikro
2
dengan modal di bawah Rp 1 miliar mampu menyerap tenaga kerja sebesar
82.071.144 orang pada tahun 2006 dengan perkembangan sebesar 13,33% sampai
tahun 2010. Usaha kecil dengan modal antara 50 juta sampai 500 juta mampu
menyerap tenaga kerja sebesar 3.139.711 orang pada tahun 2006 dengan
perkembangan sebesar 15,53% sampai tahun 2010. Demikian juga usaha skala
menengah dengan nilai modal antara Rp 500 juta sampai Rp 10 miliar juga
mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2.698.743 orang pada tahun 2006 dengan
perkembangan sebesar 2,26% sampai tahun 2010. Demikian juga sumbangannya
pada Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi kita
didukung oleh produksi dari UMKM (94,36%). Karena itu peranan UMKM bagi
Indonesia memang sangat besar untuk menunjang perekonomian dengan cara
menciptakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan output.
Surakarta merupakan sebuah kota di Jawa Tengah yang mewarisi tradisi
budaya dari nenek moyangnya. Karena itu predikat kota budaya telah lama
menempel pada kota Surakarta, namun saat ini Surakarta telah berkembang
menjadi kota pariwisata untuk tujuan rekreasi dan wisata kuliner, kota industri
khususnya batik, dan kota perdagangan. Perkembangan ekonomi kota Surakarta
tidak lepas dari adanya pengembangan industri kreatif dari pelaku-pelaku Usaha
Mikro Kecil dan Menengah yang difasilitasi pemerintah kota. Surakarta sendiri
telah tumbuh menjadi kota modern namun tetap menonjolkan identitasnya sebagai
kota budaya, hal itu tidak terlepas dari adanya pengaruh Keraton yang masih
sangat kental bagi para penduduknya. Di Surakarta terdapat dua Keraton besar,
yaitu Pura Mangkunegaran dan Pura Kasunanan. Adanya Keraton tersebut
menyebabkan penduduk Surakarta hidup harmonis dengan kultur tradisional di
3
tengah arus modernisasi. Perilaku hidup tradisional tercermin dari berbagai pasar
tradisional yang masih lestari di Surakarta. Tercatat ada 41 pasar tradisional yang
ada di kota Surakarta. Pasar tradisional di kota Surakarta dibagi menjadi 3 kelas
berdasarkan luasnya. Pasar kelas I atau pasar yang luasnya paling besar, terdiri
dari Pasar Gede, Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Harjodaksino, Pasar Singosaren,
Pasar Nusukan, dan Pasar Jongke. Pasar kelas II atau pasar yang luasnya sedang,
antara lain Pasar Kadipolo, Pasar Jebres, Pasar Nongko, dan Pasar Kleco.
Sedangkan pasar yang berada dalam kategori pasar kelas III atau pasar yang
ukurannya paling kecil, antara lain Pasar Sibela, Pasar Tanggul, Pasar Sangkrah,
Pasar Ngemplak, dan Pasar Gading (Dinas Pasar, 2001 dalam Hanggoro, 2010).
Ngarsopuro selama ini dikenal sebagai sebuah kawasan di dalam Kota
Surakarta yang menyimpan potensi besar sebagai Kawasan Cagar Budaya, dan
merupakan salah satu wilayah yang mempunyai kekhasan kota Surakarta. Alasan
didirikannya nightmarket sebagai pasar yaitu untuk menguatkan koneksi antara
Pura Mangkunegaran dengan arahan serta kecenderungan pertumbuhan Kota
Surakarta dalam tiga aspek, yaitu : Pura Mangkunegaran sebagai referensi kultur
Jawa, Pasar Triwindu sebagai kegiatan ekonomi dan kultural, serta Jalan Slamet
Riyadi sebagai nadi ekonomi Surakarta.
Latar belakang Pasar nightmarket berawal dari konteks budaya Kota
Surakarta. Berdasarkan sejarahnya, kota Surakarta dengan cikal bakal Kerajaan
Mataram Islam (abad 16) dengan ibukota yang beberapa kali berpindah.
Kemudian pecah menjadi dua karena Perjanjian Giyanti menjadi Kasultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Dengan mengangkat “semangat Jawa”
dalam membangun dirinya, Kota Surakarta tumbuh menjadi kota modern, kota
4
perdagangan serta industri seperti batik, namun tetap memelihara semangat yang
telah dibangun seiring dengan sejarah pembentukannya. Maksud dan tujuan dari
nightmarket ada tiga yaitu: pertama, Kota Surakarta tampil modern namun tetap
menampilkan ciri khas budayanya. Kedua, future heritage, memelihara
kontinuitas budaya yang dimiliki dengan memperkuat pusaka budaya (heritage)
yang dimiliki dan membuat bangunan baru dengan nuansa pusaka budaya yang
sekarang untuk masa mendatang. Ketiga, membuat kawasan-kawasan yang khas,
baik dari segi fisik dengan tampilan yang menunjukkan nilai budaya dan dari segi
ekonomi serta sosial dengan menjadi tempat untuk menampilkan kerajinan serta
kesenian yang khas dari Kota Surakarta.
Jumlah pelaku UMKM yang besar di Surakarta memungkinkan untuk
dikumpulkannya mereka ke dalam suatu pasar yang diberi nama nightmarket
Ngarsopuro. Pemilihan nama ini dimaksudkan agar pasar tersebut bisa
mengglobal atau go international karena menggunakan Bahasa Inggris. Apalagi
sasaran konsumen nightmarket Ngarsopuro adalah wisatawan domestik maupun
wisatawan asing, karena barang-barang yang diperjualbelikan di pasar ini
merupakan barang-barang tradisional khas Kota Surakarta. Pedagang yang ada di
nightmarket Ngarsopuro merupakan kumpulan pelaku Usaha Kecil dan
Menengah. Keberadaan pedagang ini dikoordinir oleh Dinas Koperasi dan
UMKM Kota Surakarta. Kemunculan nightmarket ini melengkapi Gladag Langen
Bogan, pusat jajan malam yang telah lebih dulu diresmikan. Perbedaan
nightmarket Ngarsopuro dengan Gladag Langen Bogan terletak pada
barang-barang yang diperjualbelikan dan waktu bukanya, jika Galabo menyediakan
makanan dan minuman yang buka setiap malam, nightmarket Ngarsopuro
5
menyediakan berbagai barang kesenian khas Surakarta, seperti pakaian batik,
sandal, lukisan, dan sebagainya hanya setiap Sabtu malam.
Pentingnya peran UMKM seperti yang sudah disebutkan di atas,
menyebabkan keberadaan nightmarket perlu benar-benar dibina agar dapat
membantu meningkatkan PDB Kota Surakarta dan pendapatan pelaku usaha itu
sendiri khususnya. Dengan diketahuinya faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi pendapatan pedagang di nightmarket Ngarsopuro, maka
diharapkan mereka dapat mengembangkan usahanya dengan mengambil
kebijakan yang tepat. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan,
diantaranya modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, lokasi,
dsb.
Dengan bertitik tolak pada masalah yang dihadapi masyarakat yang
berkeinginan untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya di sektor informal
karena kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal khususnya Kota Surakarta
dan uraian yang telah disimpulkan diatas, studi ini mengkaji profil nighmarket itu
sendiri beserta karakteristik pedagangnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan pedagang di nightmarket Ngarsopuro, maka penelitian ini membahas
suatu topik, yaitu “Profil, Karakteristik dan Faktor Penentu Pendapatan
Pedagang di Nightmarket Ngarsopuro Kota Surakarta”.
6 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana profil nightmarket Ngarsopuro sebagai suatu kawasan ekonomi
berbasis budaya yang mendukung sektor informal di kota Surakarta?
2. Bagaimana karakteristik pedagang yang ada di nightmarket Ngarsopuro?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pedagang di
nightmarket Ngarsopuro?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
bertujuan :
1. Untuk mengetahui profil nightmarket Ngarsopuro sebagai suatu kawasan
ekonomi berbasis budaya yang mendukung sektor informal di kota Surakarta.
2. Untuk mengetahui karakteristik pedagang yang ada di nightmarket
Ngarsopuro.
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang
di nightmarket Ngarsopuro.
7 D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis sangat berharap agar hasil penelitian yang
dilakukan dapat bermanfaat bagi pihak sebagai berikut:
1. Bagi Ilmu Pengatahuan dan Teknologi.
Memberikan informasi yang mendukung teori-teori tentang kesempatan kerja
di sektor informal, khususnya pedagang kecil dan menengah.
2. Bagi Pemerintah Daerah.
Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi yang berwenang untuk
pengembangan dan pembinaan sektor informal khususnya pedagang di
nightmarket Ngarsopuro Kota Surakarta.
3. Bagi Masyarakat.
Sebagai sumbangan pemikiran bagi peningkatan taraf hidup masyarakat
golongan ekonomi lemah yang belum memiliki kesempatan kerja.
4. Bagi Pedagang nightmarket Ngarsopuro Kota Surakarta.
Memberikan motivasi khususnya pedagang mikro kecil dan menengah untuk
lebih meningkatkan usahanya dalam rangka peningkatan pendapatan yang
diperoleh serta perkembangan usaha.
8 BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Pasar
1. Pengertian Pasar
Pasar adalah pusat tukar-menukar, perdagangan sebagai kegiatan
tukar-menukar yang sebenarnya, dan uang sebagai alat penukar. Pasar
adalah pranata pembangkit sedangkan perdagangan dan uang adalah
fungsi-fungsinya. Tukar-menukar, perdagangan, uang dan pasar
sebagai suatui sistem yang membentuk suatu keseluruhan yang tidak
terpisahkan. Kerangka konsepnya adalah pasar. (Mahendra Wijaya,
2007 dalam Hanggoro, 2010)
Menurut Clifford Geertz, pasar adalah suatu pranata ekonomi dan
sekaligus cara hidup, maka perdagangan bagi seorang pedagang
merupakan latar belakang yang permanen, dimana hampir segala
kegiatan dilakukannya (Geertz, 1973 dalam Hanggoro, 2010).
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual
lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar
tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan
lainnya. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik
Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan
swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat
9
atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar (Pepres RI No. 112,
2007).
Dalam penelitian Hanggoro (2010) yang berjudul “Partisipasi
Pedagang Ngarsapura Night Market Terhadap Pengembangan Pasar
Tradisional Sebagai Warisan Budaya (Heritage)” diuraikan sebagai
berikut:
“Pasar mengatur kehidupan sosial, termasuk ekonomi, secara otomatis. Karena pencapaian kepentingan pribadi, kesejahteraan pribadi dan kesejahteraan individu akan membawa hasil yang terbaik, tidak hanya mereka sebagai pribadi tetapi juga kepada masyarakat secara keseluruhan. Mekanisme ini dipandang oleh Adam Smith sebagai “tangan-tangan tersembunyi” (Invisible Hand). Dengan kata lain, seperti kata Levacic (1991), karakteristik yang penting dari pasar, dipandang sebagai salah satu mekanisme yang bekerja dalam kehidupan sosial, adalah pertukaran bebas terhadap barang dan jasa antara dua partai pada suatu harga yang disepakati. Dalam kenyataannya, kehidupan sosial, termasuk ekonomi, tidak hanya diatur oleh mekanisme pasar, tetapi juga oleh pengaturan negara dan mekanisme sosial budaya. Pasar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu tempat usaha bagi pedagang untuk menjajakan dagangannya yang ditandai dengan adanya jual-beli secara langsung yang melibatkan lebih banyak pedagang yang saling bersaing, masih menggunakan manajemen sederhana, terdapat proses tawar-menawar, dan menjual barang kebutuhan sehari-hari.”
10
2. Jenis-Jenis Pasar
Menurut Putri Annisa (2012) jenis pasar dapat dibagi menjadi 6
(enam), yaitu:
a. Menurut Bentuk Kegiatannya
Menurut bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi dua, yaitu
pasar nyata (konkret) dan pasar tidak nyata (abstrak).
1) Pasar Nyata adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan
kasat mata. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan, ada
los-los, toko-toko, dll. Di pasar konkret, produk yang dijual dan
dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan
produsen juga dapat dibedakan dengan mudah.
2) Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat
dengan kasat mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu
secara langsung. Biasanya transaksi dapat melalui internet,
pemesanan telepon, dll. Barang yang diperjualbelikan tidak
dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui
brosur, rekomendasi, dll. Contoh pasar abstrak adalah pasar
online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
b. Menurut Cara Transaksinya
Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi
pasar tradisional dan pasar modern.
1) Pasar Tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional
dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar
menawar secara langsung. Barang-barang yang
11
diperjualbelikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan
pokok.
2) Pasar Modern adalah pasar yang bersifat modern dimana
barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan
layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di
mall, plaza, supermarket, dan tempat-tempat modern lainnya.
c. Menurut Jenis Barangnya
Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu,
misalnya pasar hewan, pasar sayur, pasar buah, pasar ikan dan
daging serta pasar loak.
d. Menurut Keleluasaan Distribusi
Menurut keleluasaan distribusi barang yang dijual, pasar dapat
dibedakan menjadi:
1) Pasar Lokal merupakan pasar yang mempertemukan penjual
dan pembeli dari berbagai daerah atau wilayah tertentu saja.
2) Pasar Daerah merupakan pasar yang membeli dan menjual
produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga
dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran
dalam satu daerah.
3) Pasar Nasional merupakan pasar yang mempertemukan
penjual dan pembeli dari berbagai daerah atau wilayah dalam
suatu negara. Misalnya, pasar kayu putih di Ambon dan pasar
tembakau di Deli.
12
4) Pasar Internasional merupakan pasar yang mempertemukan
penjual dan pembeli dari berbagai negara. Misalnya pasar
tembakau di Bremen Jerman.
e. Berdasarkan Waktu Terjadinya
Menurut waktu terjadinya pasar dibedakan menjadi pasar
harian, pasar mingguan, pasar bulanan, pasar tahunan dan pasar
temporer.
1) Pasar Harian merupakan pasar yang melakukan aktivitas
setiap hari. Misalnya pasar pagi, toserba, dan warung-warung.
2) Pasar mingguan merupakan pasar yang melakukan aktivitas
setiap satu minggu sekali. Misalnya pasar senin atau pasar
minggu yang ada di daerah pedesaan.
3) Pasar bulanan merupakan pasar yang melakukan aktivitas
setiap satu bulan sekali. Dalam aktivitasnya bisa satu hari atau
lebih. Misalnya, pasar yang biasa terjadi di depan kantor-kantor
tempat pensiunan atau purnawirawan yang mengambil uang
tunjangan pensiunannya tiap awal bulan.
4) Pasar tahunan merupakan pasar yang melakukan aktivitas
setiap satu tahun sekali. Kejadian pasar ini biasanya lebih dari
satu hari, bahkan bisa mencapai lebih dari satu bulan. Misalnya
Pekan Raya Jakarta, pasar malam, dan pameran pembangunan.
5) Pasar temporer merupakan pasar yang dapat terjadi
sewaktu-waktu dalam sewaktu-waktu yang tidak tentu (tidak rutin) pasar ini
13
biasanya terjadi pada peristiwa tertentu. Misalnya pasar murah,
bazar dan pasar karena ada perayaan kemerdekaan RI.
f. Berdasarkan Hubungannya Dengan Proses Produksi
Menurut hubungannya dengan proses produksi pasar
dibedakan menjadi pasar output dan pasar input.
1) Pasar output (pasar produk) merupakan pasar yang
memperjualbelikan barang-barang hasil produksi (biasanya
dalam bentuk jadi).
2) Pasar input (pasar faktor produksi) merupakan interaksi
antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa
sebagai masukan pada suatu proses produksi (sumber daya
alam, berupa bahan tambang, hasil pertanian, tanah, tenaga
kerja dan barang modal).
B. Usaha Mikro, Kecil, Menengah
1. Pengertian UMKM
Pengertian tentang UMKM di Indonesia sangat bervariasi.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian UMKM dengan
kriteria yang berbeda (Arief, 2008), antara lain:
a. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM
berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19
orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang
memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.
14
b. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
316/KMK.016/1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan
Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan
Usaha Milik Negara tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan
sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan
kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun
tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva
setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang
ditempati) terdiri dari : (1) badang usaha (Fa, CV, PT, dan
koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga,
petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang
barang dan jasa)
c. Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah dibedakan berdasarkan jumlah aset
dan omsetnya. Usaha mikro adalah usaha milik keluarga atau
perorangan, yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp 300.000.000,00. Usaha kecil ialah usaha rakyat yang berskala
kecil yang dilindungi undang-undang untuk mencegah persaingan
usaha dengan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah. Sedangkan
usaha menengah adalah usaha rakyat yang berskala menengah
dengan hasil penjualan paling banyak Rp 50.000.000.000,00.
Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
15 Tabel 2.1
Pengertian UMKM menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008
Mikro sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha tidak termasuk tanah dan (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
Sumber: Diolah dari UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah
2. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) dibandingkan dengan usaha besar (Partomo dan Rachman, 2002
dalam Dhinar, 2010) antara lain:
a. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk.
16
b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
c. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi
pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan
berskala besar yang pada umumnya birokratis.
d. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) (Tambunan, 2002 dalam Dhinar, 2010) adalah:
a. Kesulitan pemasaran dan distribusi
Hasil dari studi lintas negara yang dilakukan oleh James dan
Akarasanee (1988) di sejumlah negara ASEAN menyimpulkan
salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang
umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan
persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk yang serupa
buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun dipasar
ekspor.
b. Keterbatasan modal kerja maupun investasi
UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam
aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal
kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang.
c. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu
kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam
aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan
17
produk, kontrol kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi,
pemrosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua
keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan
produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan
menembus pasar baru.
d. Masalah bahan baku dan input lainnya
Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering
menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau
kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama
masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah
seperti sepatu dan produk-produk tekstil mengalami kesulitan
mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam
rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap
dolar AS.
e. Keterbatasan teknologi
Berbeda dengan negara-negara maju, UKM di Indonesia
umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk
mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual.
Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya
jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga
rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi
UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global.
Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti
18
keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru,
keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan
keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan
mesin-mesin baru.
C. Produk Unggulan Daerah
1. Pengertian Produk Unggulan Daerah
Produk unggulan merupakan produk yang potensial untuk
dikembangkan dalam suatu wilayah dengan memanfaatkan
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia setempat, serta
mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah.
Produk unggulan juga merupakan produk yang memiliki daya saing,
berorientasi pasar dan ramah lingkungan, sehingga tercipta keunggulan
kompetitif yang siap menghadapi persaingan global. (Indra Idris, 2007:
115)
Sektor-sektor ekonomi lokal yang mempunyai potensi diharapkan
menjadi kekuatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan bahkan
menjadi sektor unggulan. Sejalan dengan paradigma pembangunan
yang partisipatif dan sensitif terhadap nilai-nilai lokal, sistem ekonomi
yang dijalankan diharapkan dapat memberikan peran kepada usaha di
tingkat komunitas dengan skala mikro, kecil dan menengah. Dalam hal
ini, peran UMKM sebagai pelaku usaha lokal dituntut untuk
meningkatkan kemampuannya dalam mengelola usahanya secara lebih
efisien, dengan memanfaatkan potensi ekonomi lokal secara optimal
19
dan menggunakan teknologi yang sesuai agar produk yang dihasilkan
dapat lebih bersaing baik di pasar nasional maupun internasional.
(Indra Idris, 2009: 2).
Upaya pemberdayaan UMKM dan ekonomi kawasan perbatasan
secara keseluruhan difokuskan pada pengoptimalan pengusahaan
produk unggulan terutama yang banyak melibatkan UMKM. Untuk
itu, perlu dilakukan inventarisasi dan deskripsi produk-produk
unggulan, khususnya di kabupaten perbatasan. (Indra Idris, 2007: 116).
D. Kawasan Unggulan Daerah
1. Pengertian Kawasan Unggulan Daerah
Choliq Sabana, 2007 menjelaskan kawasan andalan adalah
kawasan budidaya yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi
kawasan sendiri dan kawasan sekitarnya, serta dapat mewujudkan
pemanfaaatan ruang wilayah nasional. (RTRW Provinsi Jateng, 2003
dalam Choliq Sabana, 2007: 20).
Konsep Kawasan Andalan menurut Royat (Choliq Sabana, 2007:
20) merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak
perekonomian wilayah (primemover), yang memiliki kriteria sebagai
kawasan yang cepat tumbuh dibanding lokasi lainnya dalam suatu
provinsi, memiliki sektor unggulan dan memiliki keterkaitan ekonomi
dengan daerah sekitar (hinterland). Pertumbuhan kawasan andalan
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
pertumbuhan daerah sekitar (hinterland), melalui pemberdayaan
20
sektor/ subsektor unggulan sebagai penggerak perekonomian daerah
dan keterkaitan ekonomi antardaerah.
Indikasi perkembangan ekonomi daerah dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi dan distribusinya serta dampaknya kepada
sektor-sektor pendukung yaitu jaring produksi dan pemasaran dalam
kelembagaan ekonomi serta lingkungan kondusif untuk keseimbangan
dan keberlanjutannya pada masa mendatang. Kebijakan perubahan
struktur perekonomian harus dikembangkan selaras dengan
perekembangan global yang menantang dari segi keunggulan produk
dan kemampuan bersaing (Fashbir N. Sidin, 2001 dalam Choliq
Sabana, 2007: 21). Perkembangan ekonomi juga tercermin dari adanya
transformasi struktural ekonomi yang tinggi, misalnya adanya
pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor non
pertanian, maupun transformasi sosial dan ideologi yang tinggi yaitu
adanya perubahan sikap, kelembagaan dan ideologi (Todaro, MP, 1987
dalam Choliq Sabana, 2007: 21).
Masalah pokok dalam pengembangan ekonomi lokal adalah pada
titik beratnya pada kebijakan “endogenous development”
menggunakan potensi sumber daya manusia, institutional dan fisik
setempat. Orientasi ini mengarahkan kepada fokus dalam proses
pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang
pertumbuhan kegiatan ekonomi. (Arsyad, 1999 dalam Choliq Sabana,
2007: 21 ).
21
Menurut Sri Adiningsih bahwa pembangunan ekonomi juga
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang pesat, membawa
tingkat kemakmuran masyarakat lebih tinggi dan menurunkan
kemiskinan (Gatot, 2003 dalam Choliq Sabana, 2007: 21).
Sementara itu Yoseph Schumpeter ahli ekonom Neo Klasik dalam
bukunya”The Theory of Economics Development” (Arsyad, 1999
dalam Choliq Sabana, 2007: 28) menekankan pengusaha dalam
pembangunan. Menurutnya pembangunan ekonomi bukan merupakan
proses yang harmoni atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang
spontan dan terputus-putus (discontinuous). Pembangunan ekonomi
disebabkan oleh adanya perubahan terutama dalam lapangan industri
dan perdagangan. Menurut teori pertumbuhan neo klasik ini kuncinya
berada pada enterpreuner atau wirausaha, yaitu orang-orang yang
memiliki inisiatif untuk perkembangan produk nasional. Schumpeter
berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi diciptakan oleh inisiatif
golongan pengusaha yang inovatif, yaitu golongan masyarakat yang
mengorganisasi barang-barang yang diperlukan masyarakat secara
keseluruhan. Merekalah yang menciptakan inovasi pembaharuan
dalam perekonomian. Pembaharuan yang diciptakan dalam bentuk,
memperluas barang baru, menggunakan cara-cara baru dalam
berproduksi, memperluas pasar barang ke daerah-daerah baru,
mengembangkan sumber-sumber bahan mentah yang baru,
mengadakan reorganisasi dalam perusahaan atau industri.
22
E. Pendapatan
1. Teori Pendapatan
Menurut Winardi dalam Kamus Ekonomi (1981), bahwa
pendapatan atau penghasilan itu sama artinya dengan hasil berupa uang
atau material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau
jasa-jasa manusia bebas. Suparmoko (1981) berpendapat bahwa
pendapatan seseorang adalah pendapatan yang telah diperoleh dari
suatu kegiatan jenis usaha yang menghasilkan suatu keuntungan.
Definisi lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang
dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan demikian pendapatan
merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah keseluruhan
pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga
dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu: pendapatan rendah,
pendapatan menengah dan pendapatan tinggi. (Endang H. dan Rintar
A. Simatupang, 2008)
Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari usaha seseorang
sebagai ganti jerih payah atas usaha yang dikerjakan, sedangkan
pendapatan industri adalah pendapatan yang diperoleh karena telah
mengorganisasikan seluruh faktor produksi yang dikelolanya.
Pendapatan yaitu pendapatan yang diperoleh dari jumlah produk fisik
yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya, atau dalam matematik
dapat dinyatakan (McEachern, 2000: 98) :
23
TR = Q x P...(2.1)
Dimana : TR : Penerimaan Total atau Pendapatan
Q : Jumlah Produksi
P : Harga Jual Produk
Pendapatan bersih merupakan pendapatan bruto setelah dikurangi
biaya-biaya dalam proses produksi. Biaya yang dimaksud disini adalah
pengorbanan nilai yang memberikan sumbangan yang bermanfaat
untuk produksi barang-barang. Biaya ini merupakan pengorbanan yang
secara ekonomi tidak dapat dihindarkan dalam proses produksi barang.
Tingkat pendapatan adalah alat ukur untuk tinggi rendahnya
tingkat kemakmuran suatu masyarakat. Demikian pula tingkat
kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari pendapatan perkapita dari
penduduk negara tersebut, disamping perlu dilihat pula distribusi
pendapatan itu sendiri.
2. Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di
Nightmarket Ngarsopuro
Dalam kegiatan usaha pedagang ada faktor-faktor yang bisa
memberikan pengaruh pendapatannya, antara lain:
a. Modal
Modal merupakan barang-barang hasil produksi tahan lama yang
pada gilirannya digunakan sebagai input produktif untuk produksi
24
lebih lanjut (Samuelson, 1996:317). Modal adalah proses produksi
tidak langsung, investasi barang modal adalah proses produksi tidak
langsung, investasi barang modal dari penundaan konsumsi sekarang
untuk meningkatkan konsumsi di masa depan.
Sebagai suatu konsep ekonomi, modal dipergunakan dalam
konteks yang berbeda-beda. Dalam rumusan yang sederhana, modal
adalah barang atau uang, yang bersama-sama faktor produksi tanah
dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. (Mubyarto; 1973
dalam Sofa; 2011) Dalam artian yang lebih luas dan dalam tradisi
pandangan ekonomi non-Marxian pada umumnya, modal mengacu
kepada asset yang dimiliki seseorang sebagai kekayaan (wealth) yang
tidak segera dikonsumsi melainkan, atau disimpan (saving adalah
potential capital), atau dipakai untuk menghasilkan barang/jasa baru
(investasi). Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang.
Tetapi tidak setiap jumlah uang dapat disebut modal. Sejumlah uang
itu menjadi modal kalau ia ditanam atau diinvestasikan untuk
menjamin adanya suatu kembalian (rate of return). Dalam arti ini
modal juga mengacu kepada investasi itu sendiri yang dapat berupa
alat-alat finansial seperti deposito, stok barang, ataupun surat saham
yang mencerminkan hak atas sarana produksi, atau dapat pula berupa
sarana produksi fisik. Kembalian itu dapat berupa pembayaran bunga,
ataupun klaim atas suatu keuntungan. Modal yang berupa barang
(capital goods), mencakup durable (fixed) capital dalam bentuk
bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan
25
distribusi, dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk
memproduksi barang/jasa baru; dan no-durable (circulating) capital,
dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam
proses untuk diolah menjadi barang jadi. Terdapat pula adanya
penggunaan istilah capital untuk mengacu kepada arti yang lebih
khusus, misalnya social capital dan human capital. Istilah yang
pertama mengacu kepada jenis modal yang tersedia bagi kepentingan
umum, seperti rumah sakit, gedung sekolahan, jalan raya dan
sebagainya; sedangkan istilah yang kedua mengacu kepada faktor
manusia produtif yang secara inherent tercakup faktor kecakapan dan
keterampilan manusia. Menyelenggarakan pendidikan misalnya,
disebut sebagai suatu investasi dalam human capital (Mubyarto; 1973
dalam Sofa; 2011).
Jadi modal terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang
dikeluarkan perusahaan dalam menjalankan proses produksi, maka
biaya itu termasuk ke dalam modal. Modal adalah segala bentuk
kekayaan berupa barang dan uang yang bisa didapatkan sendiri
maupun pihak lain berupa pinjaman (M. Suparmoko, 1991: 96).
Modal terdiri dari:
1)Modal usaha adalah kapital semua bentuk kekayaan yang dapat
digunakan langsung maupun tidak langsung, untuk menambah
output. Modal usaha pedagang kaki lima ini sendiri terdiri dari
modal tetap seperti bangunan, peralatan dan modal lancar seperti
uang kas dan barang dagangan.
26
2)Modal kerja adalah kapital yang diperlukan untuk membelanjai
operasi sehari-hari atau disebut biaya tetap suatu usaha. Contoh:
uang muka, gaji pegawai. Dimana uang tersebut akan kembali
lagi masuk ke perusahaan melalui hasil penjualan.
b. Pengalaman Usaha
Jangka waktu pengusaha dalam melakukan usahanya
memberikan pengaruh penting bagi pemilihan strategi dan cara
melakukan usahanya, dan sangat bervariasi antara pengusaha satu
dengan pengusaha lainnya. Pengusaha yang lebih lama dalam
melakukan usahanya akan memilik strategi yang lebih matang dan
tepat dalam mengelola, memproduksi dan memasarkan produknya.
Selain itu, pengusaha dengan pengalaman dan lama usaha yang lebih
banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau
koneksi yang luas yang berguna dalam memasarkan produknya
(Bambang, 2009: 24).
c. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah jumlah pekerja dalam menjalankan usaha
penjualan barang maupun jasa, dinyatakan dalam satuan orang. Dalam
penelitian ini, jumlah tenaga kerja adalah orang yang bekerja di stand
nightmarket Ngarsopuro, baik itu pemilik sendiri atau ditambah
pegawai yang membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan
menerima upah atas tenaga yang digunakannya, jadi dalam variabel
tenaga kerja ini yang masuk dalam pengolahan data, yakni semua
orang (pedagang atau pemilik sendiri jika ikut di nightmarket
27
Ngarsopuro dan pegawai) yang ada dalam stand nightmarket
Ngarsopuro dalam jumlah orang.
d. Lokasi
Di dalam nightmarket Ngarsopuro, lokasi merupakan suatu yang
penting, karena di tempat ini pedagang ditempatkan pada sebuah tenda
yang berisi empat orang pedagang. Lokasi pedagang dipisah menjadi
dua, yaitu lokasi depan dan lokasi belakang. Lokasi akan
mempengaruhi jumlah konsumen yang membeli. Oleh karena itu,
penempatan lokasi pedagang akan berpengaruh terhadap pendapatan
yang diperoleh pedagang itu sendiri.
Untuk lokasi di nightmarket Ngarsopuro ini dummy akan
dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi depan dan lokasi tidak depan,
dilihat menurut letaknya dari jalan utama.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya menegenai karakteristik dan pola kerja
pedagang kaki lima di kawasan Malioboro Yogyakarta telah dilakukan
oleh Atyanto Daroko (1994). Dalam penelitiannya berjudul “Studi
Karakteristik dan Pola Kerja Pedagang Kaki Lima di Kawasan Malioboro
Yogyakarta” mempunyai tujuan untuk mengetahui karakteristik demografi
pedagang di kawasan Malioboro serta karakteristik pola kerja pedagang.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang membahas dua
pokok bahasan, yaitu aspek karakteristik demografi pedagang yang
meliputi jenis kelamin, usia, status perkawinan, daerah asal, jumlah
28
anggota keluarga dan pendidikan. Pokok bahasan yang kedua adalah aspek
pola kerja yang meliputi status pekerjaan, jumlah hari kerja, jam kerja,
masa kerja dan penghasilan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa profesi
pedagang kaki lima bukan lagi diperuntukkan kepada kelompok yang tidak
produktif (di atas 60 tahun dan di bawah 15 tahun), tetapi justru telah
menjadi pilihan pekerjaan kelompok usia produktif. Profesi pedagang kaki
lima justru didominasi oleh kaum pria dan sebagian menjadi profesi
keluarga karena juga mempekerjakan istri dan anak. Pedagang kaki lima
sebagian besar berpendidikan SD karena profesi ini tidak mensyaratkan
tingkat pengetahuan yang tinggi. Profesi sebagai pedagang kaki lima
merupakan pekerjaan yang mobil. Sebagian pedagang di kawasan
Malioboro sudah tergolong kelompok pedagang menengah dan besar.
Jaka Sriyana (2010) melakukan kajian strategi pengembangan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) di daerah Bantul. Survei dilakukan terhadap
82 pengusaha/pengrajin industri kecil dan berbagai pihak yang merupakan
pelaku dari berbagai jenis UKM produktif. Hasil kajian tersebut
menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi oleh pengusaha adalah
kendala/hambatan berkaitan dengan modal/pendanaan, tenaga kerja,
pemanfaatan teknologi informasi, bahan baku, dan peralatan produksi.
Hasil kajian merumuskan regulasi dari pemerintah yang diperlukan untuk
memberikan peluang berkembangnya UKM meliputi perbaikan sarana dan
prasarana, akses perbankan dan perbaikan iklim ekonomi yang lebih baik
untuk mendukung dan meningkatkan daya saing mereka serta untuk
meningkatkan pangsa pasar.
29
Penelitian oleh Dany Esaningrat Artianto (2010) dalam penelitiannya
berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Gladag Langan Bogan Surakarta mempunyai tujuan untuk
mengetahui pengaruh modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat
pendidikan dan lokasi terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen
Bogan Surakarta. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel
modal, lama usaha dan tenaga kerja memberikan pengaruh signifikan
terhadap tingkat pendapatan pedagang di Galabo Surakarta. Sedangkan
variabel tingkat pendidikan dan lokasi mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap pendapatan pedagang di Galabo.
G. Kerangka Pemikiran
Suatu kerangka pemikiran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan
hingga tahap akhir, merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Kerangka pemikiran merupakan inti dari suatu penelitian yang
menuju pada suatu tujuan, yaitu memecahkan masalah yang diteliti. Di
bawah ini digambarkan kerangka pemikiran yang melandasi penelitian
yang dilakukan.
30 Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dalam penelitian ini
meneliti tentang profil nightmarket Ngarsopuro sebagai suatu kawasan
ekonomi berbasis budaya yang mendukung sektor informal di Surakarta,
yang dijelaskan oleh beberapa faktor, yaitu: penjelasan mengenai kawasan
Ngarsopuro, arti penting kawasan Ngarsopuro, pembangunan nightmarket
31
kota Surakarta, jumlah pedagang dan variasi barang yang dijual, dan
anggaran dan pembiayaan nightmarket Ngarsopuro.
Penelitian ini juga meneliti tentang karakteristik pedagang di
nightmarket Ngarsopuro, yang dijelaskan oleh faktor-faktor, antara lain:
jenis kelamin, usia, status perkawinan, daerah asal, jumlah anggota
keluarga, dan pendidikan.
Selain itu dalam penelitian ini juga disertakan penelitian kuantitatif
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang di
nightmarket Ngarsopuro. Pendapatan pedagang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yakni: modal, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja dan lokasi.
Modal dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin
banyak modal yang dimiliki, maka seorang pedagang akan dapat
memperbesar volume usahanya dan menambah pendapatan usaha.
Pengalaman usaha menentukan strategi dalam hal produksi,
berjualan, maupun promosi. Pedagang yang memiliki pengalaman usaha
yang lebih, dapat mengetahui seluk beluk dalam berjualan. Dan hal ini
akan berdampak dalam meningkatnya pendapatan yang akan diterima
pedagang.
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam melaksanakan proses produksi, dimana semakin banyak tenaga
kerja yang dibutuhkan yang terlibat dalam proses produksi. Dalam hal ini
tenaga kerja berperan dalam melayani pembeli sehingga semakin cepat
pelayanan maka menambah pendapatan pedagang.
32
Lokasi mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang, karena
jika pemilihan lokasi sesuai dengan yang sering dikunjungi konsumen
maka semakin banyak konsumen yang datang sehingga menambah
pendapatan yang diterima pedagang.
H. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan yang
diujikan kebenarannya. Dalam penelitian ini ditemukan hipotesis berikut
ini:
Faktor modal, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, dan lokasi
diduga berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang di nightmarket
Ngarsopuro Kota Surakarta.
33 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
kuantitatif menggunakan metode survei, yaitu penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi,
1995:03) dengan pedagang di nightmarket Ngarsopuro sebagai unit
analisisnya. Penelitian dilakukan di lokasi nightmarket yang berada di
kawasan Ngarsopuro, sepanjang Jalan Diponegoro yang terletak di depan
Pura Mangkunegaran. Pedagang yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pedagang yang secara resmi dan ada bukti tertulis telah terdaftar
sebagai pedagang di nightmarket Ngarsopuro pada Dinas Koperasi dan
UMKM Kota Surakarta.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Ukuran Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan
atau individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga
(Djarwanto, 2005: 107). Dalam penelitian ini populasinya adalah
seluruh pedagang di nightmarket Ngarsopuro yang berjumlah 228
orang, meliputi pedagang handycraft/souvenir, pedagang batik/garment
dan pedagang makanan dalam kemasan.
34
2. Ukuran Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi.
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sampel dari
populasi digunakan rumus Slovin, karena anggota populasi sudah jelas
diketahui jumlahnya. (Tatang, 2011).
N
n = ...(3.1)
1 + N (e . e)
Dimana : n : jumlah sampel
N : jumlah seluruh anggota populasi
e . e : taraf signifikansi, ditentukan oleh peneliti
sebesar 10% (e = 0,1)
Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah
228
n =...(3.2)
1 + 228 (0,1 x 0,1)
= 69,5 dibulatkan menjadi 70
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling.
35
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder.
1. Data primer: data tentang pedagang yang diperoleh langsung dari
sumbernya melalui wawancara dari responden dengan menggunakan
kuisioner.
2. Data sekunder: data tentang pedagang yang diperoleh dari lembaga
atau instansi terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Surakarta dan dari literatur-literatur atau sumber-sumber lain yang
terkait dengan data yang digunakan.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Kartini Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi
batasan sebagai studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.
2. Interview
Menurut Kartini Kartono (1980: 171), interview dapat dipandang
sebagai metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang
dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan research.
36
3. Kuisioner
Menurut Arikunto (2006: 151), kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan. (Moh. Nazir,1988: 111).
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel yang digunakan dalam menjelaskan profil pedagang
Untuk menganalisis karakteristik demografi pedagang, penulis
harus memilih variabel-variabel lain yang mewakili kehidupan sosial
ekonomi pedagang, antara lain:
a.Jenis kelamin, yaitu dibedakan apakah pedagang adalah pria atau
wanita.
b.Usia, yaitu jangka waktu hidup pedagang yang memiliki stand di
nightmarket Ngarsopuro.
c.Status perkawinan, yaitu status pedagang belum menikah atau
sudah menikah.
37
d.Daerah asal, yaitu apakah pedagang berasal dari kotamadya
Surakarta, pendatang dari Solo Raya, atau pendatang dari luar
Solo Raya.
e.Jumlah anggota keluarga, yaitu jumlah orang yang menjadi
tanggungan pedagang yang secara nyata tinggal dan makan
bersama dalam satu dapur dengan pedagang.
f. Pendidikan, yaitu tingkat pendidikan yang ditempuh oleh pedagang
di nightmarket Ngarsopuro.
2. Variabel dependen adalah pendapatan, yaitu penghasilan yang
diterima oleh pedagang per malam, dalam satuan rupiah.
3. Variabel independen antara lain:
a. Modal, yaitu sejumlah uang yang digunakan untuk memulai usaha,
dinyatakan dalam rupiah.
b. Pengalaman usaha, yaitu jangka waktu yang ditempuh oleh
pedagang selama berdagang di nightmarket Ngarsopuro, dalam
satuan bulan.
c. Tenaga kerja, yaitu sejumlah orang yang menjalankan usaha
penjualan barang atau jasa, dalam satuan orang.
d. Lokasi, yaitu pemilihan tempat untuk melakukan kegiatan
perdagangan. Lokasi di nightmarket Ngarsopuro dibagi menjadi
dua lokasi, yaitu bagian depan dan bagian tidak depan.
Dummy lokasi adalah D1 = 1 = depan
D2 = 0 = tidak depan
38
F. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Menurut Moh. Nazir (1988: 63) metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk melakukan
representatif obyektif mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam
masalah-masalah penelitian. Representatif itu dilakukan dengan
mendeskripsikan gejala-gejala sebagai data / fakta sebagaimana
adanya. Data atau fakta bersumber dari gejala-gejala yang terdapat di
dalam masalah yang terjadi. Representasi data itu harus diiringi dengan
pengolahan, agar dapat diberikan penafsiran yang kuat dan obyektif
(Nawawi dan Martini, dalam Dinar, 2009: 45).
Secara harfiah menurut Moh. Nazir (1988: 64) metode deskriptif
adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi
atau kejadian sehingga metode ini tidak hanya mengadakan akumulasi
dari data yang tersedia di lapangan. Namun juga menerangkan
hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan
makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.
Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan mengenai profil
nightmarket Ngarsopuro sebagai kawasan ekonomi yang berbasis
budaya yang mendukung sektor informal di kota Surakarta dan
karakteristik pedagang yang ada di nightmarket Ngarsopuro.
39
2. Analisis Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan
rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistik atau dengan cara
lain dari kuantifikasi untuk mengukur variabel penelitiannya.
Dalam penelitian ini akan digunakan analisis regresi berganda
untuk mengetahui pengaruh variabel independen (modal, pengalaman
usaha, tenaga kerja, lokasi) terhadap variabel dependen (pendapatan
pedagang). Hal ini dikarenakan penggunaan variabel yang lebih dari
satu (multivariabel).
Y = f {X1, X2, X3, X4} ...(3.3)
Dimana:
Y : pendapatan pedagang (satuan rupiah)
X1 : modal (satuan rupiah)
X2 : pengalaman usaha (satuan bulan)
X3 : jumlah tenaga kerja (satuan orang)
X4 : lokasi, dinyatakan dalam Dummy
D1 = 1 = depan
D2 = 0 = tidak depan
Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik dan uji
asumsi klasik.
a. Uji Statistik
Analisis statistik ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran
atau kepalsuan dari hipotesis nol.