• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL, KARAKTERISTIK DAN FAKTOR PENENTU PENDAPATAN PEDAGANG DI NIGHTMARKET NGARSOPURO KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROFIL, KARAKTERISTIK DAN FAKTOR PENENTU PENDAPATAN PEDAGANG DI NIGHTMARKET NGARSOPURO KOTA SURAKARTA"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROFIL, KARAKTERISTIK DAN FAKTOR PENENTU

PENDAPATAN PEDAGANG DI

NIGHTMARKET

NGARSOPURO KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unversitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Anindita Yovitasari

(F0108034)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

orang tua, adik dan keluarga tercinta

seseorang teristimewa; sahabatku, kekasihku

sahabat-sahabatku tercinta

teman-teman Modern da Kost tersayang

teman-teman tersayang yang membantu dan memberi support

Ekonomi Pembangunan 2008

(6)

vi

MOTTO

Tidak ada masalah yang tidak punya jalan keluar.

(Angkie Yudistia)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari

satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.

(Winston Churchill)

Bagaimana kamu menilai dirimu, maka itulah kamu.

(Penulis)

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Profil, Karakteristik dan Faktor Penentu Pendapatan

Pedagang di Nightmarket Ngarsopuro Kota Surakarta”, yang merupakan salah

satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana ekonomi di

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Secara khusus dalam kesempatan ini,

dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, penulis mengucapkan rasa terima

kasih dan hormat kepada:

1. DR. Wisnu Untoro M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dwi Prasetyani, S.E, M.Si, selaku pembimbing yang selalu memberikan saran

dan bimbingan selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Terima kasih kepada kedua orang tua saya Yuliastuti Ariningsih dan Alie

Budiarto yang tiada hentinya mendukung dan memberikan semangat serta

doa bagi penulis untuk menyelesaikan studi.

5. Adikku tersayang Aganindra Bayu Yudiastata, serta seluruh keluarga yang

selalu memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan studi.

6. Adi Baskoro yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan semangat bagi

penulis.

(8)

viii

7. Sahabat-sahabatku (Prima, Desy, Didhut, Bria, Lidya, Arin, Marsilia) terima

kasih atas motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman Modern da Kost (Kak Ruth, Mba Febri, Lidya, Ami, Sinta,

Tiwi, Tiara, Chime, Annu, Asti).

9. Terik Tempe Community (Bria, Friza, Andi, Ahong, Imam, Haidar, Wahyu,

Shomad). Terima kasih atas persahabatan selama 4 tahun ini.

10.Teman-teman terbaik yang telah membantu dalam perolehan data pedagang.

11.Pak Koesmanto, dan semua pegawai Dinas Koperasi & UMKM Surakarta.

12.Pedagang-pedagang nightmarket Ngarsopuro yang dengan senang hati

bersedia disurvei.

13.Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 (Hesti, Dini, Sari, Aci,

Nurul, Lista, Rusminah, Ulfa, Malida, Wilis, Ajeng, Jaka, Noval, Ridwan,

Ali, Yayan, Yudhi, Ardhan, Bangkit, dan semua teman yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.) Terima kasih untuk dukungannya kepada

penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini

masih belum lengkap dan sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun bagi kemajuan penulis. Semoga skripsi ini berguna

bagi semua pihak yang membutuhkan dan memberikan masukan yang berharga

bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Surakarta, November 2012

Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

(10)

x

BAB II. TELAAH PUSTAKA ... 8

A. Pasar ... 8

1. Pengertian Pasar ... 8

2. Jenis-jenis Pasar ... 10

B. Usaha Mikro, Kecil, Menengah ... 13

1. Pengertian UMKM ... 13

2. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 15

C. Produk Unggulan Daerah ... 18

1. Pengertian Produk Unggulan Daerah ... 18

D. Kawasan Unggulan Daerah ... 19

1. Pengertian Kawasan Unggulan Daerah ... 19

E. Pendapatan ... 22

1. Teori Pendapatan ... 22

2. Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di Nightmarket Ngarsopuro ... 23

F. Penelitian Terdahulu ... 27

G. Kerangka Pemikiran ... 29

H. Hipotesis ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 33

(11)

xi

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 33

1. Ukuran Populasi ... 33

2. Ukuran Sampel ... 34

3. Teknik Pengambilan sampel ... 34

C. Jenis dan Sumber Data ... 35

D. Metode Pengumpulan Data ... 35

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36

1. Variabel yang digunakan dalam menjelaskan profil pedagang ... 36

2. Variabel Dependen ... 37

3. Variabel Independen ... 37

F. Metode Analisis Data ... 38

1. Analisis Deskriptif ... 38

2. Analisis Kuantitatif ... 39

a. Uji Statistik ... 39

b. Uji Asumsi Klasik ... 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Gambaran Umum Jawa Tengah ... 45

1. Kondisi Geografis ... 45

2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia ... 48

3. Aspek Sosial Ekonomi ... 50

4. Produk Domestik Regional Bruto ... 51

B. Pasar yang Dibangun Pada Periode Tahun 2005-2012 ... 52

1. Gladag Langen Bogan ... 52

2. Nightmarket Ngarsopuro ... 54

(12)

xii

3. Pasar Klithikan Surakarta ... 55

C. Profil Nightmarket Ngarsopuro Sebagai Suatu Kawasan Ekonomi Barbasis Budaya yang Mendukung Sektor Informal ... 56

1. Kawasan Ngarsopuro ... 56

2. Arti Penting Kawasan Ngarsopuro ... 57

3. Pembangunan Nightmarket Ngarsopuro ... 58

4. Peran Nightmarket Ngarsopuro Terhadap Sektor Informal di Surakarta ... 59

5. Jumlah Pedagang dan Variasi Barang yang Dijual ... 60

6. Anggaran dan Pembiayaan Nightmarket Ngarsopuro ... 61

D. Karakteristik Pedagang ... 62

1. Jenis Kelamin ... 62

2. Usia ... 63

3. Status Perkawinan ... 64

4. Daerah Asal ... 65

5. Jumlah Anggota Keluaga yang Menjadi Tanggungan ... 66

6. Pendidikan ... 68

E. Pembahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Nightmarket Ngarsopuro ... 70

1. Pemilihan Model ... 70

2. Uji Statistik ... 71

a. Uji t (t-test) ... 71

b. Uji F(F-test) ... 72

c. Koefisien Determinasi ... 73

(13)

xiii

3. Uji Asumsi Klasik ... 74

a. Multikolinearitas ... 74

b. Uji Heteroskedastisitas ... 75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Pengertian UMKM menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008 ... 15

4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut

Jenis Kelamin Tahun 2000-2008………..48

4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta tahun 1980-2007 ... 49

4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, dan Tingkat

Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 50

4.4 Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut

Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 51

1.3 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor

Atas Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2004 - 2008

(Jutaan Rupiah) ... 52

4.6 Jumlah Pedagang Nightmarket Ngarsopuro Pada

Bulan Juni Tahun 2012 ... 61

4.7 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro

Menurut Jenis Kelamin ... 63

4.8 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro

Menurut Usia ... 64

(15)

xv

4.9 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro

Menurut Status Perkawinan ... 65

4.10 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro Menurut Daerah Asal ... 66

4.11 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro Menurut Jumlah Anggota keluarga Tanggungan Pedagang ... 68

4.12 Jumlah dan Prosentase Pedagang Nightmarket Ngarsopuro Menurut Pendidikan ... 69

4.13 Hasil Uji t (t-test) pada ...72

4.14 Hasil Uji klein untuk menditeksi multikolinearitas...74

4.15 Hasil Uji White untuk mendeteksi heteroskedastik ...75

(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 30

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Olah Data

Lampiran 2 Data Primer Pedagang Nightmarket Ngarsopuro

Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Memperoleh Data

Lampiran 4 Daftar Kuesioner

(18)

ABSTRAK

PROFIL, KARAKTERISTIK DAN FAKTOR PENENTU PEDAGANG DI

NIGHTMARKET NGARSOPURO KOTA SURAKARTA

Anindita Yovitasari NIM. F0108034

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan karakteristik pedagang serta pengaruh variabel modal, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, dan lokasi terhadap pendapatan yang diterima pedagang di nightmarket Ngarsopuro. Untuk menjelaskan karakteristik pedagang, digunakan variabel jenis kelamin, usia, status perkawinan, daerah asal, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, maka digunakan uji t, uji F, uji R2, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

Hasil analisis kuisioner menunjukkan bahwa pedagang di nightmarket Ngarsopuro sebagian besar adalah kelompok usia produktif (20-40 tahun) (batik/garment= 62,5%, handycraft/souvenir= 70,83%, kuliner= 36,36%), pada subsektor kuliner sebagian besar pedagang berjenis kelamin perempuan (72,72%), sebagian besar pedagang telah menikah dan berkeluarga (batik/garment= 83,33%, handycraft/souvenir= 79,16%, kuliner= 90,90%), dan menanggung sebanyak 2-3 orang anggota keluarga (batik/garment= 29,16%, handycraft/souvenir= 33,33%, kuliner= 31,82%). Sebagian besar pedagang berasal dari kotamadya Surakarta (batik/garment= 91,67%, handycraft/souvenir= 100%, kuliner= 95,45%), serta sebagian besar adalah berpendidikan SMA (batik/garment= 79,16%, handycraft/souvenir= 58,33%, kuliner= 72,72%). Hasil uji t dan uji F dengan a= 5%, variabel

yang berpengaruh adalah variabel pengalaman usaha dan jumlah tenaga kerja, sedangkan uji F menunjukkan bahwa variabel modal, pengalaman usaha, tenaga kerja, dan lokasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap pendapatan pedagang di nightmarket

Ngarsopuro. Uji R2 menunjukkan bahwa variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan variabel independen sebesar 23,17%, sedangkan sisanya sebesar 76,83% dijelaskan oleh variabel diluar model. Dari uji asumsi klasik menunjukkan bahwa tidak ditemukan masalah multikolinear maupun masalah heteroskedastis.

Dalam rangka meningkatkan potensi nightmarket Ngarsopuro sebagai aset pariwisata kota Surakarta, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan keadaan fisik pasar maupun pedagang di nightmarket Ngarsopuro. Disarankan kepada Dinas Koperasi & UMKM untuk mengadakan pertemuan berkala dengan para pedagang untuk membahas masalah/keluhan yang dirasakan para pedagang dan mencari solusinya secara bersama. Sebaiknya padagang menyediakan tenaga kerja sebanyak minimal dua orang dan untuk pedagang sudah mampu mengembangkan usahanya dan memiliki nama sendiri, sebaiknya mereka dilepas dari

nightmarket dan digantikan oleh pedagang baru.

Kata kunci : nightmarket Ngarsopuro, pendapatan pedagang, regresi linear berganda

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar adalah tempat bertemunya pedagang dengan pembeli. Di masyarakat,

istilah pasar lebih identik untuk menyebutkan pasar tradisional. Ciri-ciri pasar

tradisional yang paling menonjol adalah adanya sistem tawar menawar dalam

kegiatan perdagangannya. Pasar tradisional biasanya selalu terdapat di setiap desa

di suatu wilayah, karena itu pasar tradisional mampu mencakup seluruh lapisan

masyarakat.

Pasar tradisional umumnya dipandang sebagai daerah yang kotor dan kumuh,

namun ternyata pasar tradisional mempunyai kapasitas yang kuat untuk bertahan

pada situasti ekonomi makro yang tidak menentu, dan tidak terpuruk seperti

aktivitas ekonomi formal atau aktivitas ekonomi yang berskala besar. Pasar telah

berfungsi sebagai jaring penyelamat dan penyedia lapangan kerja bagi sebagian

masyarakat. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan mencatat bahwa pada

tahun 2007 terdapat 13.450 pasar tradisional dengan 12,6 juta pedagang.

(Puslitbang Kementerian PU, 2011).

Pelaku-pelaku usaha di dalam pasar merupakan kelompok usaha mikro,

kecil, dan menengah. Jumlah pelaku UMKM memang sangat besar di Indonesia

dan setiap tahunnya selalu meningkat. Menurut data dari Departemen Koperasi

dan UMKM, jumlah UMKM dari 49.021.803 unit pada tahun 2006 menjadi

53.823.732 unit pada tahun 2010. Sementara itu total volume usaha, usaha mikro

(20)

2

dengan modal di bawah Rp 1 miliar mampu menyerap tenaga kerja sebesar

82.071.144 orang pada tahun 2006 dengan perkembangan sebesar 13,33% sampai

tahun 2010. Usaha kecil dengan modal antara 50 juta sampai 500 juta mampu

menyerap tenaga kerja sebesar 3.139.711 orang pada tahun 2006 dengan

perkembangan sebesar 15,53% sampai tahun 2010. Demikian juga usaha skala

menengah dengan nilai modal antara Rp 500 juta sampai Rp 10 miliar juga

mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2.698.743 orang pada tahun 2006 dengan

perkembangan sebesar 2,26% sampai tahun 2010. Demikian juga sumbangannya

pada Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi kita

didukung oleh produksi dari UMKM (94,36%). Karena itu peranan UMKM bagi

Indonesia memang sangat besar untuk menunjang perekonomian dengan cara

menciptakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan output.

Surakarta merupakan sebuah kota di Jawa Tengah yang mewarisi tradisi

budaya dari nenek moyangnya. Karena itu predikat kota budaya telah lama

menempel pada kota Surakarta, namun saat ini Surakarta telah berkembang

menjadi kota pariwisata untuk tujuan rekreasi dan wisata kuliner, kota industri

khususnya batik, dan kota perdagangan. Perkembangan ekonomi kota Surakarta

tidak lepas dari adanya pengembangan industri kreatif dari pelaku-pelaku Usaha

Mikro Kecil dan Menengah yang difasilitasi pemerintah kota. Surakarta sendiri

telah tumbuh menjadi kota modern namun tetap menonjolkan identitasnya sebagai

kota budaya, hal itu tidak terlepas dari adanya pengaruh Keraton yang masih

sangat kental bagi para penduduknya. Di Surakarta terdapat dua Keraton besar,

yaitu Pura Mangkunegaran dan Pura Kasunanan. Adanya Keraton tersebut

menyebabkan penduduk Surakarta hidup harmonis dengan kultur tradisional di

(21)

3

tengah arus modernisasi. Perilaku hidup tradisional tercermin dari berbagai pasar

tradisional yang masih lestari di Surakarta. Tercatat ada 41 pasar tradisional yang

ada di kota Surakarta. Pasar tradisional di kota Surakarta dibagi menjadi 3 kelas

berdasarkan luasnya. Pasar kelas I atau pasar yang luasnya paling besar, terdiri

dari Pasar Gede, Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Harjodaksino, Pasar Singosaren,

Pasar Nusukan, dan Pasar Jongke. Pasar kelas II atau pasar yang luasnya sedang,

antara lain Pasar Kadipolo, Pasar Jebres, Pasar Nongko, dan Pasar Kleco.

Sedangkan pasar yang berada dalam kategori pasar kelas III atau pasar yang

ukurannya paling kecil, antara lain Pasar Sibela, Pasar Tanggul, Pasar Sangkrah,

Pasar Ngemplak, dan Pasar Gading (Dinas Pasar, 2001 dalam Hanggoro, 2010).

Ngarsopuro selama ini dikenal sebagai sebuah kawasan di dalam Kota

Surakarta yang menyimpan potensi besar sebagai Kawasan Cagar Budaya, dan

merupakan salah satu wilayah yang mempunyai kekhasan kota Surakarta. Alasan

didirikannya nightmarket sebagai pasar yaitu untuk menguatkan koneksi antara

Pura Mangkunegaran dengan arahan serta kecenderungan pertumbuhan Kota

Surakarta dalam tiga aspek, yaitu : Pura Mangkunegaran sebagai referensi kultur

Jawa, Pasar Triwindu sebagai kegiatan ekonomi dan kultural, serta Jalan Slamet

Riyadi sebagai nadi ekonomi Surakarta.

Latar belakang Pasar nightmarket berawal dari konteks budaya Kota

Surakarta. Berdasarkan sejarahnya, kota Surakarta dengan cikal bakal Kerajaan

Mataram Islam (abad 16) dengan ibukota yang beberapa kali berpindah.

Kemudian pecah menjadi dua karena Perjanjian Giyanti menjadi Kasultanan

Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Dengan mengangkat “semangat Jawa”

dalam membangun dirinya, Kota Surakarta tumbuh menjadi kota modern, kota

(22)

4

perdagangan serta industri seperti batik, namun tetap memelihara semangat yang

telah dibangun seiring dengan sejarah pembentukannya. Maksud dan tujuan dari

nightmarket ada tiga yaitu: pertama, Kota Surakarta tampil modern namun tetap

menampilkan ciri khas budayanya. Kedua, future heritage, memelihara

kontinuitas budaya yang dimiliki dengan memperkuat pusaka budaya (heritage)

yang dimiliki dan membuat bangunan baru dengan nuansa pusaka budaya yang

sekarang untuk masa mendatang. Ketiga, membuat kawasan-kawasan yang khas,

baik dari segi fisik dengan tampilan yang menunjukkan nilai budaya dan dari segi

ekonomi serta sosial dengan menjadi tempat untuk menampilkan kerajinan serta

kesenian yang khas dari Kota Surakarta.

Jumlah pelaku UMKM yang besar di Surakarta memungkinkan untuk

dikumpulkannya mereka ke dalam suatu pasar yang diberi nama nightmarket

Ngarsopuro. Pemilihan nama ini dimaksudkan agar pasar tersebut bisa

mengglobal atau go international karena menggunakan Bahasa Inggris. Apalagi

sasaran konsumen nightmarket Ngarsopuro adalah wisatawan domestik maupun

wisatawan asing, karena barang-barang yang diperjualbelikan di pasar ini

merupakan barang-barang tradisional khas Kota Surakarta. Pedagang yang ada di

nightmarket Ngarsopuro merupakan kumpulan pelaku Usaha Kecil dan

Menengah. Keberadaan pedagang ini dikoordinir oleh Dinas Koperasi dan

UMKM Kota Surakarta. Kemunculan nightmarket ini melengkapi Gladag Langen

Bogan, pusat jajan malam yang telah lebih dulu diresmikan. Perbedaan

nightmarket Ngarsopuro dengan Gladag Langen Bogan terletak pada

barang-barang yang diperjualbelikan dan waktu bukanya, jika Galabo menyediakan

makanan dan minuman yang buka setiap malam, nightmarket Ngarsopuro

(23)

5

menyediakan berbagai barang kesenian khas Surakarta, seperti pakaian batik,

sandal, lukisan, dan sebagainya hanya setiap Sabtu malam.

Pentingnya peran UMKM seperti yang sudah disebutkan di atas,

menyebabkan keberadaan nightmarket perlu benar-benar dibina agar dapat

membantu meningkatkan PDB Kota Surakarta dan pendapatan pelaku usaha itu

sendiri khususnya. Dengan diketahuinya faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi pendapatan pedagang di nightmarket Ngarsopuro, maka

diharapkan mereka dapat mengembangkan usahanya dengan mengambil

kebijakan yang tepat. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan,

diantaranya modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, lokasi,

dsb.

Dengan bertitik tolak pada masalah yang dihadapi masyarakat yang

berkeinginan untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya di sektor informal

karena kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal khususnya Kota Surakarta

dan uraian yang telah disimpulkan diatas, studi ini mengkaji profil nighmarket itu

sendiri beserta karakteristik pedagangnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan pedagang di nightmarket Ngarsopuro, maka penelitian ini membahas

suatu topik, yaitu “Profil, Karakteristik dan Faktor Penentu Pendapatan

Pedagang di Nightmarket Ngarsopuro Kota Surakarta”.

(24)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana profil nightmarket Ngarsopuro sebagai suatu kawasan ekonomi

berbasis budaya yang mendukung sektor informal di kota Surakarta?

2. Bagaimana karakteristik pedagang yang ada di nightmarket Ngarsopuro?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pedagang di

nightmarket Ngarsopuro?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

bertujuan :

1. Untuk mengetahui profil nightmarket Ngarsopuro sebagai suatu kawasan

ekonomi berbasis budaya yang mendukung sektor informal di kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui karakteristik pedagang yang ada di nightmarket

Ngarsopuro.

3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang

di nightmarket Ngarsopuro.

(25)

7 D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis sangat berharap agar hasil penelitian yang

dilakukan dapat bermanfaat bagi pihak sebagai berikut:

1. Bagi Ilmu Pengatahuan dan Teknologi.

Memberikan informasi yang mendukung teori-teori tentang kesempatan kerja

di sektor informal, khususnya pedagang kecil dan menengah.

2. Bagi Pemerintah Daerah.

Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi yang berwenang untuk

pengembangan dan pembinaan sektor informal khususnya pedagang di

nightmarket Ngarsopuro Kota Surakarta.

3. Bagi Masyarakat.

Sebagai sumbangan pemikiran bagi peningkatan taraf hidup masyarakat

golongan ekonomi lemah yang belum memiliki kesempatan kerja.

4. Bagi Pedagang nightmarket Ngarsopuro Kota Surakarta.

Memberikan motivasi khususnya pedagang mikro kecil dan menengah untuk

lebih meningkatkan usahanya dalam rangka peningkatan pendapatan yang

diperoleh serta perkembangan usaha.

(26)

8 BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Pasar

1. Pengertian Pasar

Pasar adalah pusat tukar-menukar, perdagangan sebagai kegiatan

tukar-menukar yang sebenarnya, dan uang sebagai alat penukar. Pasar

adalah pranata pembangkit sedangkan perdagangan dan uang adalah

fungsi-fungsinya. Tukar-menukar, perdagangan, uang dan pasar

sebagai suatui sistem yang membentuk suatu keseluruhan yang tidak

terpisahkan. Kerangka konsepnya adalah pasar. (Mahendra Wijaya,

2007 dalam Hanggoro, 2010)

Menurut Clifford Geertz, pasar adalah suatu pranata ekonomi dan

sekaligus cara hidup, maka perdagangan bagi seorang pedagang

merupakan latar belakang yang permanen, dimana hampir segala

kegiatan dilakukannya (Geertz, 1973 dalam Hanggoro, 2010).

Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual

lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar

tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan

lainnya. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik

Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan

swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang

dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat

(27)

9

atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses

jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar (Pepres RI No. 112,

2007).

Dalam penelitian Hanggoro (2010) yang berjudul “Partisipasi

Pedagang Ngarsapura Night Market Terhadap Pengembangan Pasar

Tradisional Sebagai Warisan Budaya (Heritage)” diuraikan sebagai

berikut:

“Pasar mengatur kehidupan sosial, termasuk ekonomi, secara otomatis. Karena pencapaian kepentingan pribadi, kesejahteraan pribadi dan kesejahteraan individu akan membawa hasil yang terbaik, tidak hanya mereka sebagai pribadi tetapi juga kepada masyarakat secara keseluruhan. Mekanisme ini dipandang oleh Adam Smith sebagai “tangan-tangan tersembunyi” (Invisible Hand). Dengan kata lain, seperti kata Levacic (1991), karakteristik yang penting dari pasar, dipandang sebagai salah satu mekanisme yang bekerja dalam kehidupan sosial, adalah pertukaran bebas terhadap barang dan jasa antara dua partai pada suatu harga yang disepakati. Dalam kenyataannya, kehidupan sosial, termasuk ekonomi, tidak hanya diatur oleh mekanisme pasar, tetapi juga oleh pengaturan negara dan mekanisme sosial budaya. Pasar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu tempat usaha bagi pedagang untuk menjajakan dagangannya yang ditandai dengan adanya jual-beli secara langsung yang melibatkan lebih banyak pedagang yang saling bersaing, masih menggunakan manajemen sederhana, terdapat proses tawar-menawar, dan menjual barang kebutuhan sehari-hari.”

(28)

10

2. Jenis-Jenis Pasar

Menurut Putri Annisa (2012) jenis pasar dapat dibagi menjadi 6

(enam), yaitu:

a. Menurut Bentuk Kegiatannya

Menurut bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi dua, yaitu

pasar nyata (konkret) dan pasar tidak nyata (abstrak).

1) Pasar Nyata adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan

kasat mata. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan, ada

los-los, toko-toko, dll. Di pasar konkret, produk yang dijual dan

dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan

produsen juga dapat dibedakan dengan mudah.

2) Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat

dengan kasat mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu

secara langsung. Biasanya transaksi dapat melalui internet,

pemesanan telepon, dll. Barang yang diperjualbelikan tidak

dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui

brosur, rekomendasi, dll. Contoh pasar abstrak adalah pasar

online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.

b. Menurut Cara Transaksinya

Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi

pasar tradisional dan pasar modern.

1) Pasar Tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional

dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar

menawar secara langsung. Barang-barang yang

(29)

11

diperjualbelikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan

pokok.

2) Pasar Modern adalah pasar yang bersifat modern dimana

barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan

layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di

mall, plaza, supermarket, dan tempat-tempat modern lainnya.

c. Menurut Jenis Barangnya

Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu,

misalnya pasar hewan, pasar sayur, pasar buah, pasar ikan dan

daging serta pasar loak.

d. Menurut Keleluasaan Distribusi

Menurut keleluasaan distribusi barang yang dijual, pasar dapat

dibedakan menjadi:

1) Pasar Lokal merupakan pasar yang mempertemukan penjual

dan pembeli dari berbagai daerah atau wilayah tertentu saja.

2) Pasar Daerah merupakan pasar yang membeli dan menjual

produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga

dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran

dalam satu daerah.

3) Pasar Nasional merupakan pasar yang mempertemukan

penjual dan pembeli dari berbagai daerah atau wilayah dalam

suatu negara. Misalnya, pasar kayu putih di Ambon dan pasar

tembakau di Deli.

(30)

12

4) Pasar Internasional merupakan pasar yang mempertemukan

penjual dan pembeli dari berbagai negara. Misalnya pasar

tembakau di Bremen Jerman.

e. Berdasarkan Waktu Terjadinya

Menurut waktu terjadinya pasar dibedakan menjadi pasar

harian, pasar mingguan, pasar bulanan, pasar tahunan dan pasar

temporer.

1) Pasar Harian merupakan pasar yang melakukan aktivitas

setiap hari. Misalnya pasar pagi, toserba, dan warung-warung.

2) Pasar mingguan merupakan pasar yang melakukan aktivitas

setiap satu minggu sekali. Misalnya pasar senin atau pasar

minggu yang ada di daerah pedesaan.

3) Pasar bulanan merupakan pasar yang melakukan aktivitas

setiap satu bulan sekali. Dalam aktivitasnya bisa satu hari atau

lebih. Misalnya, pasar yang biasa terjadi di depan kantor-kantor

tempat pensiunan atau purnawirawan yang mengambil uang

tunjangan pensiunannya tiap awal bulan.

4) Pasar tahunan merupakan pasar yang melakukan aktivitas

setiap satu tahun sekali. Kejadian pasar ini biasanya lebih dari

satu hari, bahkan bisa mencapai lebih dari satu bulan. Misalnya

Pekan Raya Jakarta, pasar malam, dan pameran pembangunan.

5) Pasar temporer merupakan pasar yang dapat terjadi

sewaktu-waktu dalam sewaktu-waktu yang tidak tentu (tidak rutin) pasar ini

(31)

13

biasanya terjadi pada peristiwa tertentu. Misalnya pasar murah,

bazar dan pasar karena ada perayaan kemerdekaan RI.

f. Berdasarkan Hubungannya Dengan Proses Produksi

Menurut hubungannya dengan proses produksi pasar

dibedakan menjadi pasar output dan pasar input.

1) Pasar output (pasar produk) merupakan pasar yang

memperjualbelikan barang-barang hasil produksi (biasanya

dalam bentuk jadi).

2) Pasar input (pasar faktor produksi) merupakan interaksi

antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa

sebagai masukan pada suatu proses produksi (sumber daya

alam, berupa bahan tambang, hasil pertanian, tanah, tenaga

kerja dan barang modal).

B. Usaha Mikro, Kecil, Menengah

1. Pengertian UMKM

Pengertian tentang UMKM di Indonesia sangat bervariasi.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian UMKM dengan

kriteria yang berbeda (Arief, 2008), antara lain:

a. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM

berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas

usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19

orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang

memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.

(32)

14

b. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

316/KMK.016/1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan

Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan

Usaha Milik Negara tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan

sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan

kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun

tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva

setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang

ditempati) terdiri dari : (1) badang usaha (Fa, CV, PT, dan

koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga,

petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang

barang dan jasa)

c. Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah dibedakan berdasarkan jumlah aset

dan omsetnya. Usaha mikro adalah usaha milik keluarga atau

perorangan, yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp 300.000.000,00. Usaha kecil ialah usaha rakyat yang berskala

kecil yang dilindungi undang-undang untuk mencegah persaingan

usaha dengan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah. Sedangkan

usaha menengah adalah usaha rakyat yang berskala menengah

dengan hasil penjualan paling banyak Rp 50.000.000.000,00.

Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(33)

15 Tabel 2.1

Pengertian UMKM menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008

Mikro sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha tidak termasuk tanah dan (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

Sumber: Diolah dari UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah

2. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) dibandingkan dengan usaha besar (Partomo dan Rachman, 2002

dalam Dhinar, 2010) antara lain:

a. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam

pengembangan produk.

(34)

16

b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.

c. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi

pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan

berskala besar yang pada umumnya birokratis.

d. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) (Tambunan, 2002 dalam Dhinar, 2010) adalah:

a. Kesulitan pemasaran dan distribusi

Hasil dari studi lintas negara yang dilakukan oleh James dan

Akarasanee (1988) di sejumlah negara ASEAN menyimpulkan

salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang

umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan

persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk yang serupa

buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun dipasar

ekspor.

b. Keterbatasan modal kerja maupun investasi

UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam

aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal

kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat

diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang.

c. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu

kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam

aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan

(35)

17

produk, kontrol kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi,

pemrosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua

keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau

memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan

produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan

menembus pasar baru.

d. Masalah bahan baku dan input lainnya

Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering

menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau

kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama

masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah

seperti sepatu dan produk-produk tekstil mengalami kesulitan

mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam

rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap

dolar AS.

e. Keterbatasan teknologi

Berbeda dengan negara-negara maju, UKM di Indonesia

umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk

mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual.

Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya

jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga

rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi

UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global.

Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti

(36)

18

keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru,

keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan

keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan

mesin-mesin baru.

C. Produk Unggulan Daerah

1. Pengertian Produk Unggulan Daerah

Produk unggulan merupakan produk yang potensial untuk

dikembangkan dalam suatu wilayah dengan memanfaatkan

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia setempat, serta

mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah.

Produk unggulan juga merupakan produk yang memiliki daya saing,

berorientasi pasar dan ramah lingkungan, sehingga tercipta keunggulan

kompetitif yang siap menghadapi persaingan global. (Indra Idris, 2007:

115)

Sektor-sektor ekonomi lokal yang mempunyai potensi diharapkan

menjadi kekuatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan bahkan

menjadi sektor unggulan. Sejalan dengan paradigma pembangunan

yang partisipatif dan sensitif terhadap nilai-nilai lokal, sistem ekonomi

yang dijalankan diharapkan dapat memberikan peran kepada usaha di

tingkat komunitas dengan skala mikro, kecil dan menengah. Dalam hal

ini, peran UMKM sebagai pelaku usaha lokal dituntut untuk

meningkatkan kemampuannya dalam mengelola usahanya secara lebih

efisien, dengan memanfaatkan potensi ekonomi lokal secara optimal

(37)

19

dan menggunakan teknologi yang sesuai agar produk yang dihasilkan

dapat lebih bersaing baik di pasar nasional maupun internasional.

(Indra Idris, 2009: 2).

Upaya pemberdayaan UMKM dan ekonomi kawasan perbatasan

secara keseluruhan difokuskan pada pengoptimalan pengusahaan

produk unggulan terutama yang banyak melibatkan UMKM. Untuk

itu, perlu dilakukan inventarisasi dan deskripsi produk-produk

unggulan, khususnya di kabupaten perbatasan. (Indra Idris, 2007: 116).

D. Kawasan Unggulan Daerah

1. Pengertian Kawasan Unggulan Daerah

Choliq Sabana, 2007 menjelaskan kawasan andalan adalah

kawasan budidaya yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi

kawasan sendiri dan kawasan sekitarnya, serta dapat mewujudkan

pemanfaaatan ruang wilayah nasional. (RTRW Provinsi Jateng, 2003

dalam Choliq Sabana, 2007: 20).

Konsep Kawasan Andalan menurut Royat (Choliq Sabana, 2007:

20) merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak

perekonomian wilayah (primemover), yang memiliki kriteria sebagai

kawasan yang cepat tumbuh dibanding lokasi lainnya dalam suatu

provinsi, memiliki sektor unggulan dan memiliki keterkaitan ekonomi

dengan daerah sekitar (hinterland). Pertumbuhan kawasan andalan

diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi

pertumbuhan daerah sekitar (hinterland), melalui pemberdayaan

(38)

20

sektor/ subsektor unggulan sebagai penggerak perekonomian daerah

dan keterkaitan ekonomi antardaerah.

Indikasi perkembangan ekonomi daerah dapat dilihat dari

pertumbuhan ekonomi dan distribusinya serta dampaknya kepada

sektor-sektor pendukung yaitu jaring produksi dan pemasaran dalam

kelembagaan ekonomi serta lingkungan kondusif untuk keseimbangan

dan keberlanjutannya pada masa mendatang. Kebijakan perubahan

struktur perekonomian harus dikembangkan selaras dengan

perekembangan global yang menantang dari segi keunggulan produk

dan kemampuan bersaing (Fashbir N. Sidin, 2001 dalam Choliq

Sabana, 2007: 21). Perkembangan ekonomi juga tercermin dari adanya

transformasi struktural ekonomi yang tinggi, misalnya adanya

pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor non

pertanian, maupun transformasi sosial dan ideologi yang tinggi yaitu

adanya perubahan sikap, kelembagaan dan ideologi (Todaro, MP, 1987

dalam Choliq Sabana, 2007: 21).

Masalah pokok dalam pengembangan ekonomi lokal adalah pada

titik beratnya pada kebijakan “endogenous development

menggunakan potensi sumber daya manusia, institutional dan fisik

setempat. Orientasi ini mengarahkan kepada fokus dalam proses

pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang

pertumbuhan kegiatan ekonomi. (Arsyad, 1999 dalam Choliq Sabana,

2007: 21 ).

(39)

21

Menurut Sri Adiningsih bahwa pembangunan ekonomi juga

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang pesat, membawa

tingkat kemakmuran masyarakat lebih tinggi dan menurunkan

kemiskinan (Gatot, 2003 dalam Choliq Sabana, 2007: 21).

Sementara itu Yoseph Schumpeter ahli ekonom Neo Klasik dalam

bukunya”The Theory of Economics Development” (Arsyad, 1999

dalam Choliq Sabana, 2007: 28) menekankan pengusaha dalam

pembangunan. Menurutnya pembangunan ekonomi bukan merupakan

proses yang harmoni atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang

spontan dan terputus-putus (discontinuous). Pembangunan ekonomi

disebabkan oleh adanya perubahan terutama dalam lapangan industri

dan perdagangan. Menurut teori pertumbuhan neo klasik ini kuncinya

berada pada enterpreuner atau wirausaha, yaitu orang-orang yang

memiliki inisiatif untuk perkembangan produk nasional. Schumpeter

berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi diciptakan oleh inisiatif

golongan pengusaha yang inovatif, yaitu golongan masyarakat yang

mengorganisasi barang-barang yang diperlukan masyarakat secara

keseluruhan. Merekalah yang menciptakan inovasi pembaharuan

dalam perekonomian. Pembaharuan yang diciptakan dalam bentuk,

memperluas barang baru, menggunakan cara-cara baru dalam

berproduksi, memperluas pasar barang ke daerah-daerah baru,

mengembangkan sumber-sumber bahan mentah yang baru,

mengadakan reorganisasi dalam perusahaan atau industri.

(40)

22

E. Pendapatan

1. Teori Pendapatan

Menurut Winardi dalam Kamus Ekonomi (1981), bahwa

pendapatan atau penghasilan itu sama artinya dengan hasil berupa uang

atau material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau

jasa-jasa manusia bebas. Suparmoko (1981) berpendapat bahwa

pendapatan seseorang adalah pendapatan yang telah diperoleh dari

suatu kegiatan jenis usaha yang menghasilkan suatu keuntungan.

Definisi lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang

diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang

dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan demikian pendapatan

merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam

masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah keseluruhan

pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga

dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu: pendapatan rendah,

pendapatan menengah dan pendapatan tinggi. (Endang H. dan Rintar

A. Simatupang, 2008)

Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari usaha seseorang

sebagai ganti jerih payah atas usaha yang dikerjakan, sedangkan

pendapatan industri adalah pendapatan yang diperoleh karena telah

mengorganisasikan seluruh faktor produksi yang dikelolanya.

Pendapatan yaitu pendapatan yang diperoleh dari jumlah produk fisik

yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya, atau dalam matematik

dapat dinyatakan (McEachern, 2000: 98) :

(41)

23

TR = Q x P...(2.1)

Dimana : TR : Penerimaan Total atau Pendapatan

Q : Jumlah Produksi

P : Harga Jual Produk

Pendapatan bersih merupakan pendapatan bruto setelah dikurangi

biaya-biaya dalam proses produksi. Biaya yang dimaksud disini adalah

pengorbanan nilai yang memberikan sumbangan yang bermanfaat

untuk produksi barang-barang. Biaya ini merupakan pengorbanan yang

secara ekonomi tidak dapat dihindarkan dalam proses produksi barang.

Tingkat pendapatan adalah alat ukur untuk tinggi rendahnya

tingkat kemakmuran suatu masyarakat. Demikian pula tingkat

kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari pendapatan perkapita dari

penduduk negara tersebut, disamping perlu dilihat pula distribusi

pendapatan itu sendiri.

2. Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di

Nightmarket Ngarsopuro

Dalam kegiatan usaha pedagang ada faktor-faktor yang bisa

memberikan pengaruh pendapatannya, antara lain:

a. Modal

Modal merupakan barang-barang hasil produksi tahan lama yang

pada gilirannya digunakan sebagai input produktif untuk produksi

(42)

24

lebih lanjut (Samuelson, 1996:317). Modal adalah proses produksi

tidak langsung, investasi barang modal adalah proses produksi tidak

langsung, investasi barang modal dari penundaan konsumsi sekarang

untuk meningkatkan konsumsi di masa depan.

Sebagai suatu konsep ekonomi, modal dipergunakan dalam

konteks yang berbeda-beda. Dalam rumusan yang sederhana, modal

adalah barang atau uang, yang bersama-sama faktor produksi tanah

dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. (Mubyarto; 1973

dalam Sofa; 2011) Dalam artian yang lebih luas dan dalam tradisi

pandangan ekonomi non-Marxian pada umumnya, modal mengacu

kepada asset yang dimiliki seseorang sebagai kekayaan (wealth) yang

tidak segera dikonsumsi melainkan, atau disimpan (saving adalah

potential capital), atau dipakai untuk menghasilkan barang/jasa baru

(investasi). Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang.

Tetapi tidak setiap jumlah uang dapat disebut modal. Sejumlah uang

itu menjadi modal kalau ia ditanam atau diinvestasikan untuk

menjamin adanya suatu kembalian (rate of return). Dalam arti ini

modal juga mengacu kepada investasi itu sendiri yang dapat berupa

alat-alat finansial seperti deposito, stok barang, ataupun surat saham

yang mencerminkan hak atas sarana produksi, atau dapat pula berupa

sarana produksi fisik. Kembalian itu dapat berupa pembayaran bunga,

ataupun klaim atas suatu keuntungan. Modal yang berupa barang

(capital goods), mencakup durable (fixed) capital dalam bentuk

bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan

(43)

25

distribusi, dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk

memproduksi barang/jasa baru; dan no-durable (circulating) capital,

dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam

proses untuk diolah menjadi barang jadi. Terdapat pula adanya

penggunaan istilah capital untuk mengacu kepada arti yang lebih

khusus, misalnya social capital dan human capital. Istilah yang

pertama mengacu kepada jenis modal yang tersedia bagi kepentingan

umum, seperti rumah sakit, gedung sekolahan, jalan raya dan

sebagainya; sedangkan istilah yang kedua mengacu kepada faktor

manusia produtif yang secara inherent tercakup faktor kecakapan dan

keterampilan manusia. Menyelenggarakan pendidikan misalnya,

disebut sebagai suatu investasi dalam human capital (Mubyarto; 1973

dalam Sofa; 2011).

Jadi modal terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang

dikeluarkan perusahaan dalam menjalankan proses produksi, maka

biaya itu termasuk ke dalam modal. Modal adalah segala bentuk

kekayaan berupa barang dan uang yang bisa didapatkan sendiri

maupun pihak lain berupa pinjaman (M. Suparmoko, 1991: 96).

Modal terdiri dari:

1)Modal usaha adalah kapital semua bentuk kekayaan yang dapat

digunakan langsung maupun tidak langsung, untuk menambah

output. Modal usaha pedagang kaki lima ini sendiri terdiri dari

modal tetap seperti bangunan, peralatan dan modal lancar seperti

uang kas dan barang dagangan.

(44)

26

2)Modal kerja adalah kapital yang diperlukan untuk membelanjai

operasi sehari-hari atau disebut biaya tetap suatu usaha. Contoh:

uang muka, gaji pegawai. Dimana uang tersebut akan kembali

lagi masuk ke perusahaan melalui hasil penjualan.

b. Pengalaman Usaha

Jangka waktu pengusaha dalam melakukan usahanya

memberikan pengaruh penting bagi pemilihan strategi dan cara

melakukan usahanya, dan sangat bervariasi antara pengusaha satu

dengan pengusaha lainnya. Pengusaha yang lebih lama dalam

melakukan usahanya akan memilik strategi yang lebih matang dan

tepat dalam mengelola, memproduksi dan memasarkan produknya.

Selain itu, pengusaha dengan pengalaman dan lama usaha yang lebih

banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau

koneksi yang luas yang berguna dalam memasarkan produknya

(Bambang, 2009: 24).

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah jumlah pekerja dalam menjalankan usaha

penjualan barang maupun jasa, dinyatakan dalam satuan orang. Dalam

penelitian ini, jumlah tenaga kerja adalah orang yang bekerja di stand

nightmarket Ngarsopuro, baik itu pemilik sendiri atau ditambah

pegawai yang membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan

menerima upah atas tenaga yang digunakannya, jadi dalam variabel

tenaga kerja ini yang masuk dalam pengolahan data, yakni semua

orang (pedagang atau pemilik sendiri jika ikut di nightmarket

(45)

27

Ngarsopuro dan pegawai) yang ada dalam stand nightmarket

Ngarsopuro dalam jumlah orang.

d. Lokasi

Di dalam nightmarket Ngarsopuro, lokasi merupakan suatu yang

penting, karena di tempat ini pedagang ditempatkan pada sebuah tenda

yang berisi empat orang pedagang. Lokasi pedagang dipisah menjadi

dua, yaitu lokasi depan dan lokasi belakang. Lokasi akan

mempengaruhi jumlah konsumen yang membeli. Oleh karena itu,

penempatan lokasi pedagang akan berpengaruh terhadap pendapatan

yang diperoleh pedagang itu sendiri.

Untuk lokasi di nightmarket Ngarsopuro ini dummy akan

dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi depan dan lokasi tidak depan,

dilihat menurut letaknya dari jalan utama.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya menegenai karakteristik dan pola kerja

pedagang kaki lima di kawasan Malioboro Yogyakarta telah dilakukan

oleh Atyanto Daroko (1994). Dalam penelitiannya berjudul “Studi

Karakteristik dan Pola Kerja Pedagang Kaki Lima di Kawasan Malioboro

Yogyakarta” mempunyai tujuan untuk mengetahui karakteristik demografi

pedagang di kawasan Malioboro serta karakteristik pola kerja pedagang.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang membahas dua

pokok bahasan, yaitu aspek karakteristik demografi pedagang yang

meliputi jenis kelamin, usia, status perkawinan, daerah asal, jumlah

(46)

28

anggota keluarga dan pendidikan. Pokok bahasan yang kedua adalah aspek

pola kerja yang meliputi status pekerjaan, jumlah hari kerja, jam kerja,

masa kerja dan penghasilan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa profesi

pedagang kaki lima bukan lagi diperuntukkan kepada kelompok yang tidak

produktif (di atas 60 tahun dan di bawah 15 tahun), tetapi justru telah

menjadi pilihan pekerjaan kelompok usia produktif. Profesi pedagang kaki

lima justru didominasi oleh kaum pria dan sebagian menjadi profesi

keluarga karena juga mempekerjakan istri dan anak. Pedagang kaki lima

sebagian besar berpendidikan SD karena profesi ini tidak mensyaratkan

tingkat pengetahuan yang tinggi. Profesi sebagai pedagang kaki lima

merupakan pekerjaan yang mobil. Sebagian pedagang di kawasan

Malioboro sudah tergolong kelompok pedagang menengah dan besar.

Jaka Sriyana (2010) melakukan kajian strategi pengembangan Usaha

Kecil dan Menengah (UKM) di daerah Bantul. Survei dilakukan terhadap

82 pengusaha/pengrajin industri kecil dan berbagai pihak yang merupakan

pelaku dari berbagai jenis UKM produktif. Hasil kajian tersebut

menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi oleh pengusaha adalah

kendala/hambatan berkaitan dengan modal/pendanaan, tenaga kerja,

pemanfaatan teknologi informasi, bahan baku, dan peralatan produksi.

Hasil kajian merumuskan regulasi dari pemerintah yang diperlukan untuk

memberikan peluang berkembangnya UKM meliputi perbaikan sarana dan

prasarana, akses perbankan dan perbaikan iklim ekonomi yang lebih baik

untuk mendukung dan meningkatkan daya saing mereka serta untuk

meningkatkan pangsa pasar.

(47)

29

Penelitian oleh Dany Esaningrat Artianto (2010) dalam penelitiannya

berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Pedagang Gladag Langan Bogan Surakarta mempunyai tujuan untuk

mengetahui pengaruh modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat

pendidikan dan lokasi terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen

Bogan Surakarta. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel

modal, lama usaha dan tenaga kerja memberikan pengaruh signifikan

terhadap tingkat pendapatan pedagang di Galabo Surakarta. Sedangkan

variabel tingkat pendidikan dan lokasi mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan terhadap pendapatan pedagang di Galabo.

G. Kerangka Pemikiran

Suatu kerangka pemikiran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan

hingga tahap akhir, merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Kerangka pemikiran merupakan inti dari suatu penelitian yang

menuju pada suatu tujuan, yaitu memecahkan masalah yang diteliti. Di

bawah ini digambarkan kerangka pemikiran yang melandasi penelitian

yang dilakukan.

(48)

30 Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dalam penelitian ini

meneliti tentang profil nightmarket Ngarsopuro sebagai suatu kawasan

ekonomi berbasis budaya yang mendukung sektor informal di Surakarta,

yang dijelaskan oleh beberapa faktor, yaitu: penjelasan mengenai kawasan

Ngarsopuro, arti penting kawasan Ngarsopuro, pembangunan nightmarket

(49)

31

kota Surakarta, jumlah pedagang dan variasi barang yang dijual, dan

anggaran dan pembiayaan nightmarket Ngarsopuro.

Penelitian ini juga meneliti tentang karakteristik pedagang di

nightmarket Ngarsopuro, yang dijelaskan oleh faktor-faktor, antara lain:

jenis kelamin, usia, status perkawinan, daerah asal, jumlah anggota

keluarga, dan pendidikan.

Selain itu dalam penelitian ini juga disertakan penelitian kuantitatif

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang di

nightmarket Ngarsopuro. Pendapatan pedagang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yakni: modal, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja dan lokasi.

Modal dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin

banyak modal yang dimiliki, maka seorang pedagang akan dapat

memperbesar volume usahanya dan menambah pendapatan usaha.

Pengalaman usaha menentukan strategi dalam hal produksi,

berjualan, maupun promosi. Pedagang yang memiliki pengalaman usaha

yang lebih, dapat mengetahui seluk beluk dalam berjualan. Dan hal ini

akan berdampak dalam meningkatnya pendapatan yang akan diterima

pedagang.

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan

dalam melaksanakan proses produksi, dimana semakin banyak tenaga

kerja yang dibutuhkan yang terlibat dalam proses produksi. Dalam hal ini

tenaga kerja berperan dalam melayani pembeli sehingga semakin cepat

pelayanan maka menambah pendapatan pedagang.

(50)

32

Lokasi mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang, karena

jika pemilihan lokasi sesuai dengan yang sering dikunjungi konsumen

maka semakin banyak konsumen yang datang sehingga menambah

pendapatan yang diterima pedagang.

H. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan yang

diujikan kebenarannya. Dalam penelitian ini ditemukan hipotesis berikut

ini:

Faktor modal, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, dan lokasi

diduga berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang di nightmarket

Ngarsopuro Kota Surakarta.

(51)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian

kuantitatif menggunakan metode survei, yaitu penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi,

1995:03) dengan pedagang di nightmarket Ngarsopuro sebagai unit

analisisnya. Penelitian dilakukan di lokasi nightmarket yang berada di

kawasan Ngarsopuro, sepanjang Jalan Diponegoro yang terletak di depan

Pura Mangkunegaran. Pedagang yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pedagang yang secara resmi dan ada bukti tertulis telah terdaftar

sebagai pedagang di nightmarket Ngarsopuro pada Dinas Koperasi dan

UMKM Kota Surakarta.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Ukuran Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan

atau individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga

(Djarwanto, 2005: 107). Dalam penelitian ini populasinya adalah

seluruh pedagang di nightmarket Ngarsopuro yang berjumlah 228

orang, meliputi pedagang handycraft/souvenir, pedagang batik/garment

dan pedagang makanan dalam kemasan.

(52)

34

2. Ukuran Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya

hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi.

Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sampel dari

populasi digunakan rumus Slovin, karena anggota populasi sudah jelas

diketahui jumlahnya. (Tatang, 2011).

N

n = ...(3.1)

1 + N (e . e)

Dimana : n : jumlah sampel

N : jumlah seluruh anggota populasi

e . e : taraf signifikansi, ditentukan oleh peneliti

sebesar 10% (e = 0,1)

Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah

228

n =...(3.2)

1 + 228 (0,1 x 0,1)

= 69,5 dibulatkan menjadi 70

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling.

(53)

35

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder.

1. Data primer: data tentang pedagang yang diperoleh langsung dari

sumbernya melalui wawancara dari responden dengan menggunakan

kuisioner.

2. Data sekunder: data tentang pedagang yang diperoleh dari lembaga

atau instansi terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM Kota

Surakarta dan dari literatur-literatur atau sumber-sumber lain yang

terkait dengan data yang digunakan.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Menurut Kartini Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi

batasan sebagai studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena

sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan

pencatatan.

2. Interview

Menurut Kartini Kartono (1980: 171), interview dapat dipandang

sebagai metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang

dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan research.

(54)

36

3. Kuisioner

Menurut Arikunto (2006: 151), kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia

ketahui.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,

catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan

masalah yang dipecahkan. (Moh. Nazir,1988: 111).

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel yang digunakan dalam menjelaskan profil pedagang

Untuk menganalisis karakteristik demografi pedagang, penulis

harus memilih variabel-variabel lain yang mewakili kehidupan sosial

ekonomi pedagang, antara lain:

a.Jenis kelamin, yaitu dibedakan apakah pedagang adalah pria atau

wanita.

b.Usia, yaitu jangka waktu hidup pedagang yang memiliki stand di

nightmarket Ngarsopuro.

c.Status perkawinan, yaitu status pedagang belum menikah atau

sudah menikah.

(55)

37

d.Daerah asal, yaitu apakah pedagang berasal dari kotamadya

Surakarta, pendatang dari Solo Raya, atau pendatang dari luar

Solo Raya.

e.Jumlah anggota keluarga, yaitu jumlah orang yang menjadi

tanggungan pedagang yang secara nyata tinggal dan makan

bersama dalam satu dapur dengan pedagang.

f. Pendidikan, yaitu tingkat pendidikan yang ditempuh oleh pedagang

di nightmarket Ngarsopuro.

2. Variabel dependen adalah pendapatan, yaitu penghasilan yang

diterima oleh pedagang per malam, dalam satuan rupiah.

3. Variabel independen antara lain:

a. Modal, yaitu sejumlah uang yang digunakan untuk memulai usaha,

dinyatakan dalam rupiah.

b. Pengalaman usaha, yaitu jangka waktu yang ditempuh oleh

pedagang selama berdagang di nightmarket Ngarsopuro, dalam

satuan bulan.

c. Tenaga kerja, yaitu sejumlah orang yang menjalankan usaha

penjualan barang atau jasa, dalam satuan orang.

d. Lokasi, yaitu pemilihan tempat untuk melakukan kegiatan

perdagangan. Lokasi di nightmarket Ngarsopuro dibagi menjadi

dua lokasi, yaitu bagian depan dan bagian tidak depan.

Dummy lokasi adalah D1 = 1 = depan

D2 = 0 = tidak depan

(56)

38

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Menurut Moh. Nazir (1988: 63) metode deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk melakukan

representatif obyektif mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam

masalah-masalah penelitian. Representatif itu dilakukan dengan

mendeskripsikan gejala-gejala sebagai data / fakta sebagaimana

adanya. Data atau fakta bersumber dari gejala-gejala yang terdapat di

dalam masalah yang terjadi. Representasi data itu harus diiringi dengan

pengolahan, agar dapat diberikan penafsiran yang kuat dan obyektif

(Nawawi dan Martini, dalam Dinar, 2009: 45).

Secara harfiah menurut Moh. Nazir (1988: 64) metode deskriptif

adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi

atau kejadian sehingga metode ini tidak hanya mengadakan akumulasi

dari data yang tersedia di lapangan. Namun juga menerangkan

hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan

makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan mengenai profil

nightmarket Ngarsopuro sebagai kawasan ekonomi yang berbasis

budaya yang mendukung sektor informal di kota Surakarta dan

karakteristik pedagang yang ada di nightmarket Ngarsopuro.

(57)

39

2. Analisis Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan

rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistik atau dengan cara

lain dari kuantifikasi untuk mengukur variabel penelitiannya.

Dalam penelitian ini akan digunakan analisis regresi berganda

untuk mengetahui pengaruh variabel independen (modal, pengalaman

usaha, tenaga kerja, lokasi) terhadap variabel dependen (pendapatan

pedagang). Hal ini dikarenakan penggunaan variabel yang lebih dari

satu (multivariabel).

Y = f {X1, X2, X3, X4} ...(3.3)

Dimana:

Y : pendapatan pedagang (satuan rupiah)

X1 : modal (satuan rupiah)

X2 : pengalaman usaha (satuan bulan)

X3 : jumlah tenaga kerja (satuan orang)

X4 : lokasi, dinyatakan dalam Dummy

D1 = 1 = depan

D2 = 0 = tidak depan

Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik dan uji

asumsi klasik.

a. Uji Statistik

Analisis statistik ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran

atau kepalsuan dari hipotesis nol.

Gambar

 Tabel 2.1  Pengertian UMKM menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
tabel. Kesimpulan: Jika Ho diterima, maka
Jumlah penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin  Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komunitas Penggiat Sejarah (KPS) is a local community in Semarang which cares about the history and heritage, made a move and urged to the local city government to ban the

pengalaman di satuan pendidikan rintisan). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Ratna, Nyoman Kuntha. Stilistika: kajian puitika bahasa, sastra,

Penelitian ini penting dilakukan di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara dengan pola kepemilikan terkonsentrasi pada pihak keluarga sebagai pengendali

Dengan ini menyatakan Bersedia mengikuti Program BEASISWA PERINTIS 7 Jawa Barat yang diselenggarakan oleh RUMAH AMAL Salman & LPP Salman ITB.. Program beasiswa perintis

Changes in the frequency, intensity, spatial extent and duration of weather and climate events, alongside increases in population growth and density in many areas, mean

Segala puji syukur kupanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan rangkaian pengerjaan skripsi yang merupakan

Menteri Sekretaris Negara Nomor 1 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara, Sekretariat Wakil Presiden adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang mutu hedonik daging burung puyuh dengan pemberian tepung limbah kulit kopi daram ransum bahwa dengan pemberian