1
IMPLEMENTASI IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK DALAM LKS
Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah:Fiqih Muamalah
Dosen pengampu:Imam Mustofa,S.H.I.,M.SI.
Disusun oleh:
Devy Lutviana (1502100028)
Kelas A
PROGRAM STUDI FIQIH MUAMALAH
JURUSAN SYARIAHDAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN)
JURAI SIWO METRO
2
A.PENDAHULUAN
Makalah ini membahas tantang Implementasi Ijarah Muntahiyah Bittamlik dalam
LKS.Makalah ini dibuat guna untuk memberi wawasan mahasiswa untuk mengetahui apa
itu pengertian ijarah muntahiyah bittamlik,daras hukumnya,dan perannya.Makalah ini di
buat bertujuan agar yang menggarap materi ini ataupun yang membacanya dapat
mengetahui tebih jelas tentang materi ini.Untuk menambah wawasan mengenai ijarah
muntahiyah bittamlik(IMBT) dalam skala makro untuk untuk mendukung perkembangan
pembiayaan pada perbankan syariah.Serta sebagai study awal dan menambah wawasan
dalam konsep dan mekanisme pembiayaan ijarah muntahiyan bittamlik (IMBT).Makalah ini
3
B. IMPLEMENTASI IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK DALAM LKS
Ijarah wa Iqtina (Ijarah Muntahiyah Bittamlik) adalah akad sewa-menyewa atas barang tertentu antara bank sebagai pemilik barang (mu’jir) dan nasabah selaku penyewa
(musta’jir) untuk suatu jangka waktu dan dengan harapan yang disepakati.Pada akhir masa sewa,bank memberikan opsi kepada nasabah untuk membeli barang tersebut dengan
harga yang disepakati pula.1
Aplikasi IMBT dalam perbankan syariah berupa:
1.Pembiayaan investasi;seperti untuk pembiayaan barang-barang modal,seperti mesin-
mesin.
2.pembiayaan konsumer;seperti untuk pembelian mobil,rumah,dan sebagainya.2
Bank-Bank islam yang mengoperasikan produk al-ijarah dapat melakukan
leasing,baik dalam bentuk operating lease maupun financial leas.Akan tetapi,pada umumnya,bank-bank tersebut lebih banyak menggunakan al-ijarah al-muntahiyan bittamlik
karena lebih sederhana dari sisi pembukuan.Selain itu,Bank pun tidak direpotkan untuk
mengurus pemeliharaan aset,baik pada aset leasing maupun sesudahnya.3
Pembiayaan ijarah dan IMBT di perbankan syariah memiliki persamaan perlakuan
dengan pembiayaan murabahah.Sampai saat ini,produk pembiayaan bank syariah masih terfokus dengan produk-produk murabahah(prinsip jual beli).Kesamaan keduanya bahwa pembiayaan tersebut termasuk dalam kategori natural certainty contract,dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli.Perbedaan dua jenis pembiayaan (ijarah/IMBT dengan
murabahah)hanyalah objek transaksi yang diperjual belikan tersebut.Dalam pembiayaan murabahah,objek transaksi adalah barang seperti rumah dan mobil,sedangkan dalam
pembiayaan ijarah,objek transaksinya adalah jasa,baik manfaat atas barang maupun
manfaat atas tenaga kerja.Dengan pembiayaan murabahah,bank syariah hanya dapat
melayani kebutuhan nasabah untuk memiliki barang,sedangkan nasabah yang
membutuhkan jasa tidak dapat dilayani.Dengan skim ijrah bank syariah dapat pula
melayani nasabah yang hanya membutuhkan jasa.4
Pada prinsipnya, bank syariah adalah sama dengan perbankan konvensional,yaitu
sebagai instrumediasi yang menerima dana dari orang-orang yang surplus dana (dalam
4
bentuk penghimpunan dana) dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan
(dalam bentuk produk pelemparan dana).Sehingga produk-produk yang disediakan oleh
bank-bank konvensional, baik itu produk penghimpunan dana (funding) maupun produk pembiayaan,pada dasarnya dapat pula desediakan oleh bank-bank syariah.5
Misalkan pada produk pembiayaan kepemilikan rumah atau KPR di pebankan
syariah dengan KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) perbankan konvensional yang memiliki
berbagai macam perbrdaan di antaranya adalah; pemberlakuan sistem kredit dan sistem
mark up,kebolehan dan ketidakbolehan tawar menawar (bergaining position) antara nasabah dengan bank, prosedur pembiayaan dan lain sebagainya.6
Objek dalam IMBT harus dapat di nilai dan diidentifiksi secara spesifik dan
dinyatakan dengan jelas apakah objek tersebut statusnya milik orang lain atau
bukan dan termasuk jangka sewa dan nilai sewa. Pada pembiayaan
ijarah
muntahiyah bittamlik
, calon nasabah harus memenuhi prosedur pelaksanaan
pembiayaan yang di tetapkan oleh bank syariah. Persyaratan dan proses
pembiayaan yang merupakan prosedur pelaksanaan pembiayaana dilakukan untuk
mengetahui calon nasabah layak untuk menerima pembiayaan.
7Dalam Peraturan Bank Indonesia tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam
kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah
dijelaskan bahwa obyek ijarah Muntahiah Bit Tamlik adalah berupa barang modal yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik merupakan milik Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir);
2) manfaatnya harus dapat dinilai dengan uang;
3) manfaatnya dapat diserahkan kepada penyewa (musta’jir);
4) manfaatnya tidak diharamkan oleh syariah Islam;
5) manfaatnya harus ditentukan dengan jelas; dan
5
Helmi Haris sebagaimana dikutip oleh Ali Syukron,”Pe iayaa Kepe ilika Ru ah Se uah i o asi pe iayaa pe a ka sya iah ”,la riba,Jurnal Ekonomi Islam,Vol.1,No1,Juli 2007,h.84.
6
Ali Syukron,”Implementasi Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi Al-Ta lik IMBT Pe a ka Sya i’ah”,Jurnal Ekonimi dan Hukum Islam,Vol.2,No.2(2012).
5
6) spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas, antara lain melalui identifikasi fisik,
kelaikan, dan jangka waktu pemanfataannya.
Objek al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik sebagai berikut: 1. Alat-alat berat (Heavy Equipment);
2. Alat-alat kantor (Office Equipment); 3. Alat-alat foto (Photo Equipment);
4. Alat-alat medis (Medical Equipment);
Dalam menjalankan produk KPR,bank syari‟ah memadukan dan menggali skim -skim transaksi yang dibolehkan dalam islam dengan operasional KPR perbankan
konvensional.Adapun salah satu skim yang digunakan oleh perbankan syari‟ah di indonesia dalam menjalankan produk pembiayaan KPR adalah skim ijarah muntahiyah bittamlik(IMBT).9
Berdasarkan skim ijarah ini, bank syari‟ah menyewakan rumah,sebagai objek
akad, kepada nasabah. Meskipun pada prinsipnya tidak terjadi pemindahan kepemilikan
(hanya pemanfaatan rumah), tetapi pada akhir masa sewa bank dapat menjual atau
menghibahkan rumah yang disewakannya kepada nasabah.
Berikut aplikasi skema pembiayaan IMBT:10
1. Bank syariah dan Developer mengadakan perjanjian kerjasama(MOU) pemilikan
rumah. Bank syariah akan menyediakan fasilitas pembiayaan pemilikan rumah bagi
calon pembeli rumah Devoloper.
2. Pembeli atau calon nasabah bermaksud membeli rumah di lokasi milik Developer
dan mengajukan pembiayaan pemilikan rumah kepada bank syariah. Calon
Fthurrahman Djamil sebagaimana dikutip oleh Ali Syukron,”Satua A a a Pe gaja a Mata Kuliah Fi h Mua alah Dala Keua ga Da Pe a ka Sya i’ah”,Jurnal Ekonomi dan Hukum
6
nasabah melengkapi persyaratan permohonan pembiayaan sesuai kriteria yang
dipersyaratan . Jika persyaratan lengkap, bank syariah selanjutnya melakukan
analisa kelayakan pembiayaan terhadap calon nasabah.
3. Jika calon nasabah layak dibiayai, maka bank syariah akan mengeluarkan surat
persetujuan kepada calon nasabah (surat penawaran). Calon nasabah melakukan
negoisasi dengan bank. Jika terjadi kesepakatan, calon nasabah menandatangani
surat penawaran dan berjanji (wa‟ad) untuk melakukan transaksi IMBT dengan
bank syariah.
4. Bank syariah melakukan transaksi rumah (berdasarkan perjanjian kerjasama)
dengan Developer sesuai spefisikasi rumah yang diminta oleh calon nasabah,
secara prinsip(fiqih)rumah menjadi milik bank syariah(dokumentasi rumah dibuat
atas nama nasabah)
5. Nasabah dan bank syariah melakukan perjanjian pembiayaan pemilikan rumah
berdasarkan prinsip IMBT dengan janji (wa‟ad) dari bank syariah untuk melepaskan
kepentingannya atas rumah (akad fiqik hibah) setelah seluruh kewajiban nasabah
lunas.
6. Developer sebagai wakil bank (berdasaran perjanjian kerjasama) menyerahkan
rumah kepada nasabah (Nasabah mendapatkan manfaat rumah selama masa
IMBT.
7. Nasabah membayar kewajiban ke bank syariah sesuai jadwal yang disepakati.
8. Sesuai kesepakatan di awal akad, Bank syariah dan nasabah sepakat untuk
melakukan revew terhadap jumlah kewajiban nasabah pada setiap periode yang
ditentukan.
9. Di akhir masa IMBT, bank syariah merealisasikan janjinya (wa‟ad) dengan
melepaskan kepentingan atas rumah dan menyerahkan rumah kepada nasabah
(akad fiqih hibah) setelah seluruh kewajiban nasabah dilunasi.11
Al-Ijārah al-Muntahiya bit al-Tamlik (IMBT) merupakan salah satu alternatif skim syariah untuk memfasilitasi pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang yang
sesuai dengan jenis usaha nasabah sekaligus mengamankan kepentingan bank.
Dibandingkan dengan akad mudharabah, akad IMBT ini lebih fleksibel dan kompetitif bagi
nasabah dalam penetapan harga sewa, walaupun ada beberapa risiko yang mungkin
terjadi yang harus diantisipasi seperti risiko default yaitu nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja, aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan bertambah,
terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh si
pemberi sewa (muajjir), dan nasabah berhenti di tengah kontrak dan tidak mau membeli
11
7
aset tersebut. Akibatnya bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan
sebagian kepada nasabah.12
Ijarah muntahiyah bittamlik dalam bank syariah umumnya melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Nasabah menjelaskan kepada bank bahwa suatu saat di tengah atau di akhir
periode ijarah ia ingin memiliki;
2. Setelah melakukan penelitian,bank setuju akan menyewakan aset itu untuk
nasabah.
3.Apabila bank setuju,bank terlebih dahulu memiliki aset tersebut;
4.Bank membeli atau menyewa aset yang dibutuhkan nasabah;
5.Bank membuat perjanjian ijarah dengan nasabah untuk jangka waktu tertentu
dan
menyerahkan aset itu untuk dimanfaatan;
6. Nasabah membayar sewa setiap bulan yang jumlahnya sesuai dengan
kesepakatan;
7.Bank melakukan penyusutan terhadap aset; biaya penyusutan dibebankan
kepada laporan laba rugi;
8. Di tengah atau diakhir masa sewa,bank dan nasabah dapat melakukan
pemindahan kepemilikan aset tersebut secara jual beli cicilan;
9.Jika pemindahan kepemilikan di akhir masa sewa,akadnya dilakukan secara
hibah.13
Transaksi yang disebut dengan al- ijaranah muntahiyah bittamlik adalah sejenis
perpaduan antara kontrak jual-beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri
dengan kepemilihan barang di tangan si penyewa.Sifat pemindahan kepemiikan ini pula
yang membedakan denganal-ijarah biasa.14
C.DASAR HUKUM IMPLEMENTASI IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK DALAM
LKS
Adapun hukum yang menjadi landasan ijarah muntahiyah bittamlik adalah:
1. Hadis Nabi riwayat Abd. Razzaq dan Abu Hurairah dan Abi Sa‟id Al- khudri,Nabi
8
Maksud dari hadis ini jika memperjakan seorang untuk bekerja dengan kita
maka berikan haknya(upah)dan beritahukanlah berapa upah yang harus kita bayar
kepada mereka yang telah membantu kita.Karena kita telah mendapatkan suatu
manfaat yang telah dipekerjakan oleh orang tersebutuntuk kita.15
2. Hadis Nabi riwayat Ahmad,Abu Daud dan Nasa‟i dari Sa‟ad Ibn Waqqash,dengan teks Abu Daud,ia berkata:
Artinya:”Dari sa’id bin Abi Waqqash ra berkata”Kami pernah menyawakan tanah dengan (bayaran) hasil tanaman yang tumbuh pada parit dan tempat yang teraliri air,maka Rosulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakan tanah itu dengan emas atau perak(uang)”.16
3.Hadis Nabi riwayat Ahmad dari Ibnu Mas‟ud:
Artinya: Dari Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud ra dari bapanys
berkata:”Rasulullah melarang dua bentuk akad dalam satu transaksi.17
4.Diriwayatkan Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw.”Bersabda;Berbekamlah kamu,
kemudian berikanlah upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR.Bukhari dan Muslim).18
.
5. QS. al-Zukhruf [43] : 32
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar seba-gian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari
apa yang mereka kumpulkan.”
6.QS. al-Qashash [28]: 26:
Artinya:“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, „Hai ayahku! Ambillah ia
sebagaiorang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat
15
Anijanuartin,i”Penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk ijarah muntahiyah bittamlik pada PT.Bank muamalat indonesia”,Skripsi,(Jakarta,Universitas islam negeri syarif hidayatullah,1432/2011),h.17-18.
16
Al- Hafiz Abi Sulaiman bin Al-Asy’af Al-Sijistani,Sunan Abi Daud,kita ul uyu’ sebagaimana dikutip oleh Ani Januartini,”Penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk ijarah muntahiyah bittamlik pada PT.Bank muamalat indonesia”, Kairo,Darul Fikr,1990),h.18.
17I a Ah ad i Ha al,Ba us ad A dullah i Mas’ud,Sa ah,Sa ah Muss ad Muhtsi i a
Minassabahi sebagaimana dikutip oleh Ani Januartini.Penanganan pembiayaan...(Jakarta,Universitas islam negeri syarif hidayatullah,24 maret,2011),h.19.
18
9 dipercaya.”19
Penerapan IMBT dalam LKS:
1. Al- Ba‟i wal IMBT dengan janji untuk menjual barang tersebut di akhir masa sewa.
Dalam IMBT ini bank syariah menawarkan skim ijarah with promise to sell (dengan janji untuk menjual barang). Pada skim ini, bank membeli terlebih dahulu objek
pembiayaan kepada pemasok (suplier) secara tunai. Bank kemudian menyewakan objek tersebut kepada nssabah untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan akad ijarah.
Pada akhir masa sewa, nasabah akan diberikan opsi (pilihan) untuk membeli atau
mengakhiri sewa begitu saja.
Apabila nasabah memilih untuk membeli objek dimaksud,bank dapat menjualnya
senilai harga buku ataupun nilai tertentu sesuai perhitungan bank.Dengan demikian, harga
objek dimaksud dengan harga penjual menjadi jauh lebih rendah di bandingkan dengan
harga pasar.Penentuan harga bank sesuai dengan kebijakan bank.20
Pada akhir masa periode sewa, bank akan merealisasikan promise to sell dimana
bank bertindak selaku penjual.Sebagai bagian dari pelayanan,bank dapat menawarkan
sistem pembayaran tangguh atau cicilan maupun tunai.
2. Al-Hibah‟ Wal IMBT dengan janji untuk memberi barang secara hibah di akhir masa
sewa.
Selain menggunakan prinsip ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) with promise to sell
(janji untuk menjual barang),bank juga menawaran skim Ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT)
dengan hibah.Pada skim ini bank membeli terlebih dahulu objek yang diinginkan oleh
nasabah dari suplier.Objek trsebut kemudian di ijarahkan kepada nasabah dengan
menggunakanIMBT.21
Pada akhir masa sewa, bank akan menghibahkan barang dimaksud kepada
nasabah sehingga terjadi proses perpindahan kepemilikan dari bank kepada
19
http://irham-anas.blogspot.co.id/2011/11/analisa-praktek-ijarah-muntahiya-bit.html.
20
Sunarto Zulkifli sebagaimana dikutip oleh Evi tamala,” Ko sep Da Aplikasi Peralihan Kepemilikan Pada Ijarah Muntahiyah Bittamlik IMBT ”,sk ipsi, Jaka ta, 7 agustus ,h. .
21
10
nasabah.Pada skim ini, angsuran dipastikan telah meliputi seluruh harga pokok barang
dimaksud.22
Skema Implementasi Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Keterangan:
1. Konsumen hendak menyewa rumah
2. Bank membeli rumah
3. Bank menyewakan jasa
4. Konsumen mencicil sewa rumah, dan hingga pada akhir masa sewa
konsumen membeli rumah tersebut.
Pelaksanaan IMBT dengan Wakalah :
Fatwa DSN nomor : 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 01 April 2000 tentang Murabahah
pada ketetapan Pertama ayat 9 dinyatakan:
“Jika bank (baca : LKS) hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.”
22
11
Kalimat ”secara prinsip” yang ada di Fatwa DSN tersebut diterjemahkan dalam tataran
praktis oleh Petugas BPS dalam konteks penerapan IMBT pada saat Bank membeli rumah
yang akan dijadikan objek sewa dengan pernyataan sebagai berikut :
”Pada saat, Bank menyetujui permohonan nasabah untuk KPR iB secara IMBT, maka jika
bank telah melakukan konfirmasi pembelian kepada developer, maka secara prinsip bank
telah membeli rumah. Walaupun secara akuntansi belum terdapat aliran dana kepada
Developer/penjual, bank berkomitmen untuk melakukan pembayaran uang pembelian
rumah kepada developer yang diwakilkan kepada nasabah dengan menggunakan akad
wakalah. Setelah rumah tersebut dibeli oleh bank maka kemudian baru dapat dilakukan
akad IMBT”
Fakta unik yang terjadi di lapangan, bahwa meskipun BPS melakukan akad wakalah
dengan nasabah. Namun pada prakteknya nasabah tetap tidak menerima uang, dana
pembiayaan yang telah dimasukkan ke rekening nasabah langsung ditransfer ke rekening
developer yang ada di BPS maupun bank lain. Penggunaan akad wakalah dimaksudkan
hanya sebatas untuk membutikan secara hukum positif bahwa nasabah telah menerima
pembiayaan dari bank serta nasabah telah mengetahui telah terjadi transaksi jual-beli
antara bank dengan developer/penjual/suplier. Jika terjadi wanprestasi di kemudian hari
akan tertutup peluang nasabah akan mengingkari bahwa ia telah menerima sejumlah
pembiayaan dari bank.23
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.7/DSN-MUI/111/2002 al-ijarah al
muntahiyah bittamlik adalah perjanjian sewa beli yang disertai degan opsi pemindahan hak
milik atas benda yang di sewa,kepada penyewa,setelah selesai masa sewa.
Selkain fatwa DSN.BI juga mengatur hal tentang akad produk bank syariah di
indonesia. PBI. 7/46/PBI/2005 telah menetapkan syarat untuk berbagai produk perbankan
syariah ,baik berupa penghimpunan maupun penyaluran dana. Di bidang penghimpunan
dana,telah diatur simpanan yang bersifat titipan,yakni:Giro Wadi‟ah dan Tabungan Wadi‟ah.Juga simpanan yang bersifat investasi, yakni: Giro Mudharabah,Tabungan Mudharabah,dan Deposito Mudharabah.
Di bidang penyaluran dana,PBI dimaksud telah ,mengatur di bagian
kedua-penyaluran dana (Pasal6-18PBI
23
12
7/46/PBI/2005):Mudharabah,Musyarakah,Murabahah,Salam,Istishna‟,Ijarah,Ijarah
muntahiyah bittamlik,dan Qardh.24
Contoh Kasus Ijarah Muntahiyah Bittamlik Dalam Lembaga Keuangan
Syari’ah
:
Seorang nasabah yang bernama bapak Santosa yang sedang melakukan proyek
pembangunan gedung, membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu
memohon kepada Bank syariah untuk menyewa alat-alat berat itu. Bapak Santosa mencicil
sewa alat-alat tersebut. Dan pada akhir masa sewa bapak Santosa membeli alat- alat
tersebut.
24
13
D.KESIMPULAN
Implementasi ijarah muntahiyah bittamlik di dalam lembaga keuangan syari‟ah
adalah Bank-Bank islam yang mengoperasikan produk al-ijarah dapat melakukan
leasing,baik dalam bentuk operating lease maupun financial leas.Akan tetapi,pada umumnya,bank-bank tersebut lebih banyak menggunakan al-ijarah al-muntahiyan bittamlik
karena lebih sederhana dari sisi pembukuan.Selain itu,Bank pun tidak direpotkan untuk
mengurus pemeliharaan aset,baik pada aset leasing maupun sesudahnya. Pada
prinsipnya, bank syariah adalah sama dengan perbankan konvensional,yaitu sebagai
instrumediasi yangmenerima dana dari orang-orang yangsurplus dana (dalam bentuk
penghimpunan dana) dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan (dalam
bentuk produk pelemparan dana).Sehingga produk-produk yang disediakan oleh
bank-bank konvensional, baik itu produk penghimpunan dana(funding) maupun produk pembiayaan,pada dasarnya dapat pula desediakan oleh bank-bank syariah.
Misalkan pada produk pembiayaan kepemilikan rumah atau KPR di pebankan
syariah dengan KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) perbankan konvensional yang memiliki
berbagai macam perbrdaan di antaranya adalah; pemberlakuan sistem kredit dan sistem
mark up,kebolehan dan ketidakbolehan tawar menawar (bergaining position) antara nasabah dengan bank, prosedur pembiayaan dan lain sebagainya.
E.SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Imam mustofa,”Fi ih ua alah ko te po e ”,(Jakarta,PT RajaGrafindo Persada,2016). .
Ali Syukron,”Implementasi Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi Al-Tamlik(IMBT) Perbankan Sya i’ah”,Jurnal Ekonimi dan Hukum Islam,Vol.2,No.2(2012).
D i Ka tika ati,Liliek Isti o ah,Dyah O hto i a Susa ti,”Pe iayaa Modal Ke ja De ga Akad Ija ah Muntahiyah Bit-ta lik Pada Ba k Sya iah”, U i e sitas Je e , .
E i ta ala,”Ko sep da aplikasi pe aliha kepe ilika pada ija ah u tahiyah itta lik IMBT ”, Jaka ta, 7 agustus 2010)
.
Anijanuartini,Penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk ijarah muntahiyah bittamlik pada PT.Bank muamalat indonesia,Skripsi,(Jakarta,Universitas islam negeri syarif hidayatullah,1432/2011).
Al- Hafiz Abi Sulaiman bin Al-Asy’af Al-Sijista i,Su a A i Daud,kita ul uyu’ se agai a a dikutip oleh A i Ja ua ti i,”Pe a ga a pe iayaa e asalah dala p oduk ija ah u tahiyah itta lik pada PT.Ba k muamalat indonesia”, Kairo,Darul Fikr,1990).
I a Ah ad i Ha al,Ba us ad A dullah i Mas’ud,Sa ah,Sa ah Muss ad Muhtsi i a Minassabahi sebagaimana dikutip oleh Ani Januartini.Penanganan pembiayaan...(Jakarta,Universitas islam negeri syarif hidayatullah,24 maret,2011).
Didik Hij ia to,”Pelaksa aa akad pe iayaa ija ah u tahiyah itta lik pada a k ua alat i do esia a a g ata a ”,Tesis,(Semarang,Februari,2010).
http://irham-anas.blogspot.co.id/2011/11/analisa-praktek-ijarah-muntahiya-bit.html.