• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 34 TAHUN 2002

TENTANG

RETRIBUSI TERMINAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

(2)

Menimbang Mengingat : : b a h w a u n t u k melaksanakan ketentuan pasal 3 ayat (2) huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi daerah, d i p a n d a n g p e r l u menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Terminal.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara R ep u b lik I n d o n es ia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran N e g a r a R e p u b l i k Indonesia Nomor 3486); Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana jo Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang P elaks anaan Undang-undang Hukum Acara Pidana; Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang L a l u L i n t a s d a n A n g k u t a n J a l a n ( L e m b a r a n N e g a r a R ep u b lik I n d o n es ia Tahun 1992 Nomor 49 Tambahan Lembaran N e g a r a R e p u b l i k Indonesia Nomor 3480); Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

(3)

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : Daerah, adalah Daerah Kabupaten Siak;

Pemerintahan Daerah, adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom lainnya yang selanjutnya disebut Badan Esekutif;

Bupati, adalah Bupati Siak;

Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Siak;

Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Siak;

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi masa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya; Angkutan adalah Pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ketempat lain dengan menggunakan kendaraan;

Angkutan Penumpang Umum adalah Pemindahan orang dari satu tempat ketempat lain dengan menggunakan kendaraan umum;

Angkutan Barang adalah Pemindahan Barang dari satu tempat ketempat lain dengan menggunakan mobil barang;

Terminal adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum dan atau barang;

(4)

Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan pemberangkatan kendaraan angkutan penumpang umum; Terminal Barang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra/atau moda transportasi angkutan barang; Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;

Retribusi terminal yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah Pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang, bis umum dan barang, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya dilingkungan terminal yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, termasuk pelayanan peron;

Wajib Retribusi adalah orang pribadi dan badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan pelayanan penyediaan fasilitas terminal; Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPDORD, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah; Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang;

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar , yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB, adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang;

Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya di sebut STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda; Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi;

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah; Penyidik tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat jelas tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangka.

(5)

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK, RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Terminal di pungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang umum dan barang serta tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya dilingkungan terminal yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, termasuk pelayanan peron.

Pasal 3

Obyek Retribusi adalah Pelayanan Penyediaan Fasilitas terminal yang meliputi : Penyediaan tempat parkir kendaraan penumpang umum dan barang;

Penyediaan tempat kegiatan usaha; Fasilitas lainnya dilingkungan terminal. Pelayanan peron.

Pasal 4

Subyek, Retribusi adalah orang pribadi dan atau badan yang menggunakan fasilitas terminal.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Terminal digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekwensi dan jangka waktu pemakaian fasilitas terminal.

(6)

BAB V

PERINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

Perinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk memeperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8

(1). Tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis fasilitas, jenis kendaraan, dan jangka waktu pemakaiaan;

(2). Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan tarif pasar yang berlaku;

(3). Dalam hal tarif pasar yang berlaku sulit ditemukan, maka tarif ditetapkan sebagai jumlah pembayaran persatuan unit pelayanan/jasa, yang merupakan jumlah unsur-unsur tarif yang meliputi :

a. Unsur biaya persatuan penyediaan jasa;

b. Unsur keuntungan yang dikehendaki persatuan jasa. (4). Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi :

Biaya Operasional Langsung, yang meliputi biaya belanja pegawai termasuk pegawai tidak tetap, belanja barang, belanja pemeliharaan, sewa tanah dan bangunan, biaya listrik, dan semua biaya rutin/periodic lainnya yang berkaitan langsung dengan penyediaan jasa;

Biaya tidak langsung, yang meliputi biaya adaministrasi umum, dan biaya lainnya yang mendukung penyediaan jasa;

Biaya Modal, yang berkaitan dengan tersedianya aktiva tetap dan aktiva lainnya yang berjangka menengah dan panjang, yang meliputi angsuran dan bunga pinjaman, nilai sewa tanah dan bangunan, dan penyusutan asset;

(7)

pinjaman jangka pendek.

(5). Keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan dalam persentase tertentu dari total biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan dari modal;

(6). Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) ditetapkan sebagai berikut :

BENTUK PELAYANAN JENIS KENDARAAN

DAN FASILITAS

T A R I F TERMINAL

ANGKUTAN PENUMPANG UMUM . Penyediaan Tempat Parkir K endaraan P enumpang Umum. Angkutan Kota : M i k r o l e t / A n g k u t a n Pedesaan Bis Kota Taksi

Kendaraan Trayek Antar K o ta D alam P r o p in s i (AKDP) : Bis Kecil Bis Sedang Bis Besar Rp. 1.000,-/Kend/1 x Masuk Rp. 1.500,-/ 1 x Masuk Rp. 1.500,-/ 1 x Masuk Rp. 1.000,-/ 1 x Masuk Rp. 1.500,-/ 1 x Masuk Rp. 2.500,-/ 1 x Masuk T E R M I N A L ANGKUTAN BARANG

Kendaraan Trayek Antar K o t a A n t a r P r o p i n s i (AKAP) : Bus Kecil Bus Sedang Bus Besar Rp. 1.500,-/Kend/1 x Masuk Rp. 2.500,-/Kend/1 x Masuk Rp. 3.000,-/Kend/1 x Masuk

(8)

Penyediaan Tempat Parkir K e n d a r a a n A n g k u t a n Barang

Mobil Barang dengan Daya Angkut : 0 s/d 2.750 Kg 2.751 s/d 5.000 Kg 5.001 s/d 7.000 Kg 7.0001 Keatas Rp. 1.500,-/1 x Masuk Rp. 2.500,-/1 x Masuk Rp. 5000,-/1 x Masuk Rp. 10.000,-/1 x Masuk Pemakaian Tempat Usaha Loket

Kios Rumah Makan Toko Rp. 15.000,-/M2 /Bulan Rp. 7.500,-/M2 /Bulan Rp. 15.000,-/M2 /Bulan Rp. 10.000,-/M2 /Bulan Toilet Peron

Buang Air Kecil Buang Air Besar Mandi Rp. 500,-/1 x Masuk Rp. 1.000,-/1 x Masuk Rp. 2.000,-/1 x Masuk Rp. 500,-/1 x Masuk Perorang BAB VII DAERAH PUNGUTAN Pasal 9

Retribusi yang terutang dipungut di Daerah tempat Pelayanan fasilitas terminal diberikan.

BAB VIII

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 10

Masa Retribusi Pelayanan fasilitas pertokoan dan sejenisnya adalah Jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan atau ditetapkan lain oleh Bupati.

(9)

Saat Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX

SURAT PENDAFTARAN Pasal 12

(1). Wajib Retribusi wajib menggisi SPDORD;

(2). SpdoRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib Retribusi atau kuasanya;

(3). Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPDORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

BAB X

PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 13

(1). Berdasarkan SPDORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan;

(2). Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKBT;

(3). Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati.

BAB XI

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 14

(1). Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan;

(2). Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, dan SKRDKBT.

(10)

BAB XII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 15

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XIII

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 16

(1). Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;

(2). Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD;

(3). Tata cara Pembayaran , penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB XIV

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 17

Retribusi terutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, STRD dan surat Keputusan keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib

(11)

Retribusi dapat ditagih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XV KEBERATAN

Pasal 18

(1). Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB;

(2). Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas;

(3). Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retribusi tersebut; (4). Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak

tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali pabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya; (5). Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan; (6). Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan

pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 19

(1). Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan; (2). Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya

atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang;

(3). Apbila jangka waktu sebagaiman dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberikan sesuatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

(12)

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 20

(1). Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah;

(2). Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan Keputusan;

(3). Apabila jangka waktu sebagaiaman dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu Keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan;

(4). Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut;

(5). Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB;

(6). Apabila pengembalian kelebihan-kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 21

(1). Permohonan Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Kepala Daerah dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

Nama dan Alamat Wajib Retribusi; Masa Retribusi;

Besarnya Kelebihan Pembayaran; Alasan yang singkat dan jelas.

(2). Permohonan Pengembalian kelebihan Pembayaran Retribusi disampaikan secara langsung atau melaksanakan pos tercatat;

(3). Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 22

(1). Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar kelebihan retribusi oleh Bupati;

(13)

lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pembayaran.

BAB XVII

TATA CARA PENGURANGAN, PERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 23

(1). Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan, dan pembebasan besarnya retribusi;

(2). Tata cara pemberian, pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana di maksud ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi, antara lain untuk mengangsur, karena bencana alam dan atau kerusuhan.

Pasal 24

(1). Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi;

(2). Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

Diterbitkan Surat Teguran; atau

Ada pengakuan utang retribusi dari wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XVIII P E N Y I DI K A N

Pasal 25

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di Bidang Perpajakan Daerah atau Retribusi Daerah;

(14)

Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah dan keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang di lakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut;

c. Meminta, keterangan dan bahan bukti dari orang peribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi daerah tersebu;

Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

Melakukan pengeledahan, untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruang atau tempat pada saat pemeriksaan berlangsung dan memerisa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagai mana di maksud pada huruf e;

Memotret seseorang atau yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah;

Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

Menghentikan penyidikan;

Melakukan tindakan lain yang perlu unuk kelancaran penyelidikan tindakan pidana retribusi Daerah menurut hukum yang dapat di pertanggung jawabkan;

(3). Menyidik sebagaimana di maksud pada ayat (1) pasal ini, memberitahukan di mulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik Polisi Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang di atur dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIX

KETENTUAN PIDANA Pasal 26

(15)

Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang;

Tindak Pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah Pelanggaran.

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 27

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 28

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahunya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Siak.

Disahkan di Siak Sri Indrapura

pada tanggal 1 Agustus 2002

BUPATI SIAK

ARWIN. AS Diundangkan di Siak Sri Indrapura

pada tanggal 2 Agustus 2002

(16)

Drs. H . KHAIRUL ZAINAL Pembina TK. I Nip. 010086330

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2002 NOMOR 35 SERI B

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan pengujian resisitivitas substrat silikon terhadap beberapa sampel air. Sampel air sungai memiliki nilai resitivitas paling rendah

Skor komponen dari 12 komponen utama yang terbentuk dijadikan sebagai input data dalam pengelompokan karakteristik curah hujan di wilayah Kalimantan Barat dengan

Upaya untuk mengatasi permasalahan ketika kepala sekolah harus menghadiri rapat kedinasan sehingga waktu pelaksanaan supervisi harus ditunda maka diadakan kerjasama dengan guru

Adapun maksud utama pengadaan Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara xxx adalah untuk meminimalkan korban jiwa maupun harta benda akibat kejadian

Orang fasik adalah orang mukmin atau orang muslim yang secara sadar melanggar ajaran Allah (Islam) atau dengan kata lain orang tersebut percaya akan adanya Allah, percaya

Menurut aturan nominalisme, setiap ilmu pengetahuan yang abstrak tidak lain adalah sebuah metode untuk meringkas (abridging) perekam pengalaman, ilmu tersebut tidaklah memberi

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya yang dipakai dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan

Pengamatan mengukur tinggi sarang dalam pengendalian hama rayap Macrotermes gilvus dengan cara penggunaan bahan oli (bekas), penggunaan insektisida dan kontrol