• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2

No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014

P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

D

AERAH

I

STIMEWA

Y

OGYAKARTA

T

RIWULAN

II

T

AHUN

2014

S

EBESAR

-2,98

P

ERSEN

1.

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II TAHUN 2014

Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II tahun 2014 dibandingkan dengan triwulan I tahun 2014 (q-to-q) menurun sebesar 2,98 persen, setelah mengalami peningkatan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,57 persen (Gambar 1).

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

 Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan II tahun 2014 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 mengalami kontraksi sebesar 2,98 persen terhadap triwulan I 2014 (q-to-q). Pertumbuhan negatif ini terjadi karena produksi sektor pertanian menurun, sedangkan sektor lainnya mengalami peningkatan. Sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 37,10 persen karena produksi padi, jagung, dan ubi jalar menurun sangat signifikan akibat faktor musim masing-masing sebesar 57,33 persen, 87,58 persen, dan 14,22 persen.

Walaupun pertumbuhan q-to-q negatif, tetapi PDRB Provinsi DIY pada triwulan II 2014 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 5,00 persen. Pertumbuhan y-on-y triwulan II 2014 tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan yang mengesankan (di atas 7 persen) sektor keuangan, sektor jasa-jasa, dan sektor konstruksi.

 Pertumbuhan secara kumulatif sampai dengan triwulan II 2014 terhadap kumulatif triwulan yang sama tahun sebelumnya (c-to-c) mencapai 5,15 persen. Seluruh sektor pembentuk PDRB memberi andil positif terhadap perekonomian ekonomi DIY, dengan penggerak utama pertumbuhan adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor konstruksi, dan sektor jasa-jasa yang tumbuh di atas 6,9 persen.

 Nilai PDRB DIY (atas dasar harga berlaku) pada triwulan II 2014 mencapai Rp17,04 triliun dan nilai riil (atas

dasar harga konstan 2000) sebesar Rp6,27 triliun. Secara nominal pencapaian nilai tambah triwulan II 2014 ini memang meningkat dibanding triwulan II 2013. Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam struktur perekonomian DIY pada triwulan II 2014 adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 21,44 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 20,46 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 14,32 persen. Komposisi ini berbeda dibanding triwulan sebelumnya karena posisi sektor industri pengolahan telah menggeser sektor pertanian.

 Pada sisi penggunaan, pertumbuhan negatif komponen PMTB dan komponen perubahan inventori/stok telah

menyebabkan PDRB penggunaan tumbuh negatif pada triwulan II 2014 (q-to-q) dengan pengaruh terbesar karena menurunnya komponen perubahan inventori.

Jika dibandingkan dengan triwulan II 2013 (y-on-y), pertumbuhan terbesar terjadi pada konsumsi lembaga swasta nirlaba yaitu sebesar 17,57 persen; kemudian ekspor barang dan jasa sebesar 13,17 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,83 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat sebesar 5,23 persen, dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 1,56 persen. Sebagai faktor pengurang dalam ekspor neto, impor juga tumbuh sebesar 12,37. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja ekspor neto triwulan II 2014 tumbuh positif (48,36 persen) atau berarti mengalami surplus perdagangan.

(2)

Gambar 1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013 sampai Triwulan II 2014 (Persen)

Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 sebesar minus 2,98 persen tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan negatif sektor pertanian yang mencapai 37,10 persen, dan penurunan pertumbuhan triwulanan tersebut didominasi oleh tanaman bahan makanan. Pada triwulan II 2014, subsektor tanaman bahan makanan khususnya komoditas padi mengalami siklus pasca musim panen raya sehingga mengalami penurunan produksi mencapai 57,33 persen. Demikian pula dengan komoditas jagung juga turun sangat signifikan sebesar 87,58 persen terhadap produksi triwulan sebelumnya. Akibatnya, sektor pertanian memberi andil negatif sebesar 7,39 persen terhadap pertumbuhan q-to-q. (Tabel 1).

Selain sektor pertanian, semua sektor memberikan andil positif terhadap pertumbuhan ekonomi DIY di triwulan II 2014. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor jasa-jasa memberi andil positif terbesar dan laju pertumbuhan masing-masing sebesar 5,80 persen dan 6,49 persen. Momentum musim liburan sekolah memberikan dampak yang signifikan terhadap tumbuhnya kegiatan pariwisata DIY sehingga sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mencakup terbanyak kegiatan yang mendukung pariwisata tumbuh mengesankan. Memasuki akhir semester I, realisasi pencairan anggaran instansi pemerintah terasa mendominasi sumbangan pertumbuhan sektor jasa-jasa, yaitu terlihat dari subsektor pemerintahan umum yang tumbuh sebesar 8,68 persen. Sektor listrik, gas, dan air bersih dan sektor konstruksi meskipun masing-masing tumbuh di atas 7 persen namun karena kontribusi keduanya hanya di bawah 12 persen maka andil pertumbuhannya juga tidak mampu mengerem tarikan pertumbuhan negatif oleh sektor pertanian.

Kebijakan anggaran berbasis kinerja semakin menjiwai kinerja instansi-instansi pemerintah. Efisiensi dan efektivitas anggaran mampu mendorong pertumbuhan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan sebesar 3,69 persen, dengan pertumbuhan atau andil terbesarnya terjadi pada subsektor bank. Membaiknya kinerja sektor jasa-jasa dan sektor keuangan tersebut mampu mendorong kinerja sektor-sektor lainnya untuk tumbuh positif, kecuali sektor pertanian.

Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2014 juga mampu tumbuh sebesar 4,83 persen. Sumber pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh pertumbuhan yang mengesankan pada beberapa jenis industri seperti industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, kemudian juga industri barang olahan dari kayu, serta industri makanan, minuman, dan tembakau. Geliat pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi terutama dipengaruhi oleh kinerja subsektor

2,61 -2,69 4,47 0,02 3,57 -2,98 4,75 6,11 6,47 4,32 5,31 5,00 2,61 5,42 6,29 5,39 3,57 5,15 Tw 1-2013 Tw 2-2013 Tw 3-2013 Tw 4-2013 Tw 1-2014 Tw 2-2014 q to q y on y c to c

(3)

angkutan udara karena padatnya penerbangan selama musim liburan sekolah dan arus kedatangan calon mahasiswa baru yang berebut mencari bangku kuliah di perguruan tinggi yang berkualitas di Yogyakarta. Selain angkutan udara, andil pertumbuhan subsektor angkutan juga dipengaruhi oleh kinerja angkutan rel dan angkutan jalan raya. Sementara andil pertumbuhan subsektor komunikasi terhadap pertumbuhan sektor juga masih relatif tinggi meskipun hanya tumbuh sebesar 3,91 persen.

Tabel 1

Laju dan Andil Pertumbuhan PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha Triw II 2014 thd Triw I 2014 (q-to-q) Triw II 2014 thd Triw II 2013 (y-on-y) Triw I-II 2014 thd Triw I-II 2013 (c-to-c) Andil Pertumbuhan q-to-q y-on-y c-to-c

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian -37,10 -5,57 1,03 -7,39 -0,80 0,18

2. Pertambangan & Penggalian 0,10 3,56 3,55 0,00 0,02 0,02

3. Industri Pengolahan 4,83 4,69 3,75 0,59 0,62 0,48

4. Listrik, Gas & Air Bersih 7,08 5,59 3,66 0,06 0,05 0,03

5. Konstruksi 7,03 7,96 7,22 0,62 0,75 0,66

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,80 6,92 5,93 1,17 1,50 1,25 7. Pengangkutan & Komunikasi 4,84 4,59 4,21 0,51 0,52 0,46 8. Keuangan, Real Estat & Jasa Perush. 3,69 9,61 8,57 0,38 1,01 0,88

9. Jasa-jasa 6,49 7,38 6,99 1,07 1,30 1,18

PDRB -2,98 5,00 5,15 -2,98 5,00 5,15

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-on-y), PDRB triwulan II 2014 meningkat sebesar 5,0 persen. Kecuali sektor pertanian, semua sektor memberi andil positif pada pertumbuhan triwulan II 2014 ini. Pertumbuhan sebesar 5,0 persen tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan yang tumbuh mencapai 9,61 persen, sektor konstruksi tumbuh 7,96 persen, dan sektor jasa-jasa tumbuh 7,38 persen. Sementara bila dilihat andil pertumbuhannya, pertumbuhan 5,0 persen tersebut terutama andil dari pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan. Tampaknya iklim perbankan yang kondusif masih bisa diandalkan dalam mendukung roda perekonomian DIY terutama untuk mendorong laju pertumbuhan sektor-sektor yang melingkupi aktivitas kepariwisataan.

Sektor lapangan usaha yang memberikan andil terbesar pertumbuhan (y-on-y) adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan andil pertumbuhan sebesar 1,50 persen, diikuti sektor jasa-jasa sebesar 1,30 persen, dan urutan ketiga sektor keuangan, real estat, dan jasa-jasa perusahaan dengan andil pertumbuhan sebesar 1,01 persen. Sektor konstruksi dan sektor industri pengolahan berada pada urutan berikutnya dengan memberi andil masing-masing 0,75 persen dan 0,62 persen. Selanjutnya mengikuti sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor listrik, gas, dan air bersih dengan andil 0,52 persen dan 0,05 persen. Sektor pertambangan dan penggalian hanya memberikan andil 0,02 persen. Sementara sektor pertanian karena pengaruh musiman pasca panen raya di triwulan I 2014 memberikan andil negatif sebesar 0,80 persen.

Komposisi andil sektor terhadap pertumbuhan triwulan II 2014 (y-on-y) berbeda bila dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Pada triwulan II 2013 yang tumbuh sebesar 6,11

(4)

persen, sumber pertumbuhan utamanya sektor perdagangan, hotel, dan resotran, sektor industri pengolahan, dan sektor konstruksi. Sementara sektor jasa-jasa di triwulan II 2013 masih tumbuh negatif.

2.

NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN

TRIWULAN II TAHUN 2014

Nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2014 mencapai Rp17,04 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar Rp17,29 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan II 2014 sebesar Rp6,27 triliun atau menurun sekitar 2,89 persen dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp6,46 triliun (Tabel 2). Atas dasar harga berlaku, nominal nilai tambah terbesar dimiliki oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu Rp3,65 triliun, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan dengan nilai nominal masing-masing sebanyak Rp3,49 triliun dan Rp2,44 triliun. Sementara sektor pertanian berada pada urutan keempat dengan nilai nominal sebanyak Rp2,07 triliun, jauh lebih rendah dibanding nilai tambah triwulan I 2014 yang mencapai Rp3,22 triliun.

Tabel 2

PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan Triw. I 2014 Triw. II 2014 Triw. I 2014 Triw. II 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 3.222.943 2.069.028 1.285.434 808.509

2. Pertambangan dan Penggalian 108.627 109.545 42.197 42.238

3. Industri Pengolahan 2.301.707 2.439.288 791.504 829.755

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 215.921 232.278 57.794 61.885

5. Konstruksi 1.636.216 1.769.416 570.753 610.886

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.432.866 3.651.840 1.307.231 1.383.026 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.372.056 1.442.181 675.025 707.692 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1.754.245 1.836.176 665.502 690.082

9. Jasa-jasa 3.244.767 3.486.136 1.062.067 1.130.963

PDRB 17.289.348 17.035.887 6.457.505 6.265.035

3.

STRUKTUR PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN II

TAHUN 2014 DAN TRIWULAN II TAHUN 2013

Struktur PDRB DIY pada triwulan II tahun 2014 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013, menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian dan sektor penggalian cenderung menurun, sedangkan sektor lainnya meningkat. Peranan sektor pertanian turun dari 13,15 persen pada triwulan II 2013 menjadi 12,15 persen pada triwulan II 2014. Penurunan kontribusi sektor pertanian ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan nilai tambah sektor pertanian kalah cepat dibanding sektor-sektor lain. Pertumbuhan produksi sektor-sektor pertanian di triwulan I 2014 yang fantastis karena masa panen raya terutama komoditas padi dan jagung. Berakhirnya momentum masa panen raya telah menyebabkan terjadinya penurunan yang tajam laju pertumbuhan nilai tambah sektor pertanian di tiwulan II 2014. Pertumbuhan nilai tambah sektor pertanian di triwulan I 2013 tidak setinggi triwulan I 2014 sehingga penurunan pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II 2013 juga tidak setajam di triwulan II 2014.

(5)

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menunjukkan posisi yang semakin mantap dalam perekonomian DIY karena peningkatan kontribusinya paling besar selama setahun terakhir. Semua subsektor terus beranjak naik kontribusinya, terutama porsi subsektor restoran dan subsektor perdagangan. Peran yang semakin bagus juga ditunjukkan oleh sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa (Tabel 3). Di sektor keuangan, subsektor yang menunjukkan peningkatan kontribusi lebih besar adalah subsektor bank dan subsektor sewa bangunan (utamanya kost dan kontrakan). Sementara itu meningkatnya peran subsektor pemerintahan umum menjadikan sektor jasa-jasa ambil peran yang lebih besar pada struktur perekonomian DIY triwulan II 2014.

Tabel 3

Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Lapangan Usaha Triw. II 2013 Triw. II 2014 Perbedaan

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 13,15 12,15 -1,00

2. Pertambangan dan Penggalian 0,66 0,64 -0,02

3. Industri Pengolahan 14,31 14,32 0,01

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,32 1,36 0,04

5. Konstruksi 10,38 10,39 0,01

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,91 21,44 0,53

7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,46 8,47 0,01

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 10,51 10,78 0,27

9. Jasa-jasa 20,29 20,46 0,17

PDRB 100,00 100,00 0,00

4.

PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN II TAHUN 2014

Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor, impor, dan lainnya (gabungan dari perubahan inventori, dan diskrepansi statistik/residual).

Memasuki triwulan II tahun 2014, lima komponen menunjukkan pertumbuhan positif (q-to-q), yaitu komponen konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi lembaga swasta nirlaba, komponen konsumsi pemerintah, komponen ekspor, dan komponen impor. Sementara komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) masih tumbuh negatif meskipun relatif kecil dibanding pertumbuhan negatif yang terjadi di triwulan I 2014. Pertumbuhan q-to-q sebesar minus 2,98 persen terutama ditarik oleh menurunnya komponen perubahan inventori/stok, komponen PMTB, dan komponen ekspor neto (Tabel 4). Ekspor tumbuh 0,77 persen tetapi impor sebagai faktor/komponen pengurang tumbuh pesat sebesar 8,81 persen. Perdagangan luar negeri DIY, baik ekspor maupun impor, masih tumbuh minus. Ekspor antardaerah tumbuh positif tapi jauh di bawah pertumbuhan positif impor antardaerah. Pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh naiknya pertumbuhan konsumsi non makanan, yaitu 1,03 persen, meskipun konsumsi makanan juga tumbuh sebesar pertumbuhan triwulan sebelumnya (0,98 persen). Mulai lancarnya pencairan anggaran instansi pemerintah di triwulan II 2014 telah membawa komponen konsumsi pemerintah tumbuh positif setelah mengalami kontraksi di triwulan sebelumnya. Pertumbuhan yang cukup tajam konsumsi lembaga swasta nirlaba di triwulan I 2014 akibat dari kegiatan politik menjelang pemilu legislatif tampaknya sudah agak reda gempita aktivitas ekonominya yang ditandai dengan pertumbuhan komponen ini di triwulan II 2014 yang hanya tumbuh 3,46 persen, atau tidak lebih dari

(6)

separoh pertumbuhan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut juga masih dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi kampanye menjelang pemilu presiden-wakil presiden di awal Juli 2014.

Tabel 4

Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen)

Komponen Penggunaan Triw II 2014 thd Triw I 2014 (q-to-q) Triw II 2014 thd Triw II 2013 (y-on-y) Triw I-II 2014 thd Triw I-II 2013 (c-to-c) Andil Pertumbuhan q-to-q y-on-y c-to-c

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Konsumsi Rumah Tangga 1,01 5,83 5,81 0,48 2,88 2,81

2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 3,46 17,57 16,89 0,11 0,56 0,52

3. Konsumsi Pemerintah 1,05 5,23 6,61 0,19 1,00 1,22

4. Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) -1,07 1,56 4,18 -0,26 0,39 1,02

5. Ekspor 0,77 13,17 9,28 0,35 5,79 4,15

6. Impor 8,81 12,37 9,40 3,62 5,33 3,93

7. Lainnya*) -12,62 -31,28 -23,98 -0,25 -0,30 -0,64

PDRB -2,98 5,00 5,15 -2,98 5,00 5,15 Keterangan: *) Komponen perubahan inventori, dan diskrepansi statistik/residual

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013 (y-on-y), semua komponen penggunaan mengalami peningkatan. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,83 persen, konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh 17,57 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 5,23 persen, PMTB tumbuh 1,56 persen, ekspor tumbuh 13,17 persen, dan impor juga tumbuh 12,37 persen. Pertumbuhan komponen-komponen penggunaan sebesar 5,0 persen tersebut menunjukkan bahwa daya beli masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir semakin bergairah (Tabel 4).

Senada dengan pertumbuhan tahunan (y-on-y), pertumbuhan kumulatif (c-to-c) triwulan I-II 2014 terhadap tiwulan I-II 2013 juga relatif mantap, yaitu 5,15 persen. Konsumsi lembaga nirlaba tumbuh paling mengesankan yaitu 16,89 persen, kemudian diikuti oleh komponen impor, komponen ekspor, komponen konsumsi pemerintah, komponen konsumsi rumah tangga, dan komponen PMTB, yang masing-masing tumbuh pada kisaran angka 4,2-9,4 persen.

Tabel 5

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan II Tahun 2014

Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase (persen)

(1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 9.212.266 3.113.873 54,08 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 711.725 221.843 4,18 3. Konsumsi Pemerintah 4.333.629 1.200.663 25,44 4. Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) 5.087.288 1.531.268 29,86

5. Ekspor 8.011.071 2.971.985 47,02

6. Impor 10.501.081 2.886.295 61,64

7. Lainnya*) 180.990 111.698 1,06

PDRB 17.035.887 6.265.035 100,00

(7)

Nilai nominal PDRB pada triwulan II 2014 terbesar digunakan untuk membiayai impor, yaitu mencapai Rp10,50 triliun, atau 61,64 persen dari total PDRB DIY (Tabel 5). Nilai ini melebihi nilai ekspor yang sebesar Rp8,01 triliun sehingga ekspor neto pada triwulan II 2014 tercatat negatif. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu sebesar Rp9,21 triliun, atau 54,08 persen dari total PDRB DIY. Selanjutnya porsi penggunaan yang juga relatif besar adalah untuk kegiatan investasi fisik (PMTB) sebesar Rp5,09 triliun atau 29,86 persen dari total PDRB. Masih tingginya porsi PDRB yang digunakan untuk keperluan konsumsi perlu lebih diarahkan untuk mendorong upaya penggunaan yang lebih besar untuk pembentukan investasi sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

5.

PERBANDINGAN NILAI PDRB ANTAR PROVINSI

Pada tabel 6 terlihat kontribusi PDRB provinsi di wilayah Jabalnusra terhadap total 33 provinsi pada triwulan II 2014, yaitu sebesar 61,20 persen. Kontribusi terhadap total perekonomian regional, mayoritas berasal dari provinsi-provinsi di Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,70 persen. DKI Jakarta , Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah merupakan provinsi-provinsi penyumbang kue ekonomi terbesar, masing-masing 16,76 persen; 15,17 persen; 14,34 persen; serta 8,36 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kontribusi hanya 0,82 persen memiliki peringkat terendah di Pulau Jawa. Hal ini dapat dimaklumi karena luas wilayah DIY relatif kecil dan dalam perkembangannya merupakan daerah pusat pendidikan dan kebudayaan sehingga tidak banyak aktivitas ekonomi yang berskala besar berlokasi di wilayah ini. Laju pertumbuhan ekonomi pulau Jawa sebesar 2,37 persen (q-to-q); 5,76 persen (y-o-y); dan 5,79 persen (c-to-c), masing-masing di atas pertumbuhan nasional (jumlah 33 provinsi).

Tabel 6

Ringkasan PDRB Triwulan II 2014 Beberapa Provinsi di Indonesia

Provinsi PDRB Tw II 2014 (miliar Rp) Pertumbuhan Tw II 2014 (%) Kontribusi (%) ADHB ADHK Q to Q Y on Y C to C Thd Pulau Thd 33 Prov

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) SUMATERA 494.924.797,24 143.781.879,48 1,20 4,96 5,19 100,00 23,74 JAWA 1.223.922.043,95 431.495.093,88 2,37 5,76 5,79 100,00 58,70 11. DKI Jakarta 349.551.308,50 125.568.558,60 2,22 6,11 6,05 28,56 16,76 12. Jawa Barat 299.043.534,94 101.772.938,30 2,90 5,63 5,57 24,43 14,34 13. Banten 67.722.227,31 27.704.613,20 2,17 5,28 5,25 5,53 3,25 14. Jawa Tengah 174.338.034,17 59.114.010,73 1,78 5,21 5,24 14,24 8,36 15. DI Yogyakarta 17.035.887,00 6.265.035,27 -2,98 5,00 5,15 1,39 0,82 16. Jawa Timur 316.231.052,03 111.069.937,78 2,75 5,94 6,17 25,84 15,17 BALI NUSRA 52.209.469,31 18.087.122,02 2,80 4,94 5,13 100,00 2,50 17.Bali 25.955.796,27 9.135.959,84 2,80 6,06 5,75 49,71 1,24 18.Nusa Tenggara Barat 15.020.584,15 5.129.555,94 1,33 2,93 4,13 28,77 0,72 19.Nusa Tenggara Timur 11.233.088,88 3.821.606,24 4,85 5,03 5,02 21,52 0,54 KALIMANTAN 173.366.847,90 55.689.096,22 1,94 3,25 3,51 100,00 8,31 SULAWESI 100.914.186,05 35.479.010,14 4,44 6,39 6,51 100,00 4,84 MALUKU dan PAPUA 39.769.169,08 11.842.859,40 1,32 8,25 5,08 100,00 1,91 33 PROVINSI 2.085.106.513,53 696.375.061,15 2,19 5,44 5,49 100,00 100,00

(8)

PENJELASAN TEKNIS • Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;  dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).

• Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side

b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side

c. Pendapatan Income side

• Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku  harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan  harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi

2000.

• Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.

• Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan  untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.

• Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to

quarter economic growth).

• Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth). • Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan

dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya

(cumulative to cumulative economic growth).

• Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun).

(9)

• Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat.

• Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Anggun Cipta Sasmi mempunyai pengalaman yang memadai berkaitan dengan shampo pantene pro-v sehingga layak menjadi model iklan shampo pantene pro-v.. 1 2 3 4

a. Nominal yang disetorkan oleh nasabah calon jamaah haji masih kurang atau belum mencapai saldo minimum dan kalah besar nominalnya dengan nasabah yang memiliki nilai nominalnya

kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu II Januari  –  Desember Penanggung  jawab upaya KIA 7. Kunjungan ibu nifas

bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali

Kemasan kompetensi yang digunakan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk Kategori Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga

Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa program pendidikan bahasa arab semester 7 (tujuh) UPI mampu mengetahui, memahami hadits-hadits nabi tentang tujuan pendidikan3.

Pengendalian Internal terhadap Aset Tetap pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara saat ini sudah cukup baik, namun akan berjalan dengan efektif dan