• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan semangat pelayanan kemanusiaan pada kaum muda berinspirasikan semangat pelayanan Ibu Teresa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan semangat pelayanan kemanusiaan pada kaum muda berinspirasikan semangat pelayanan Ibu Teresa - USD Repository"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Disusun oleh:

Yasinta NIM: 031124015

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Ayah, Bunda dan Adikku Firmus tercinta. Semoga tulisan ini memberi arti dalam hidup kami sekeluarga, karena dari mereka saya belajar untuk hidup mandiri, saling

(5)

v MOTTO

Tetapi aku, kepadaMu aku percaya, Ya Tuhan, aku berkata: “Engkaulah Allahku”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 November 2009 Penulis,

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Yasinta

NIM : 031124015

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN SEMANGAT PELAYANAN KEMANUSIAAN PADA KAUM MUDA BERINSPIRASIKAN SEMANGAT PELAYANAN IBU TERESA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 16 Nonember 2009 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “PENGEMBANGAN SEMANGAT PELAYANAN KEMANUSIAAN PADA KAUM MUDA BERINSPIRASIKAN SEMANGAT PELAYANAN IBU TERESA”. Penulis memilih judul ini karena terkesan oleh semangat pelayanan dalam bidang kemanusiaan yang berinspirasikan semangat pelayanan Ibu Teresa seperti yang dihayati kelompok Kerabat Kerja Ibu Teresa. Penulis merasa bahwa baik bila kaum muda mengetahui keberadaan kelompok Kerabat kerja Ibu Teresa yang luar biasa dalam bidang pelayanan kemanusiaan. Alasan lain karena atas dasar skripsi ini nantinya penulis juga ingin mengembangkan kaum muda di daerah penulis di Kalimantan Barat, khususnya di paroki Gembala Baik Kuala Dua, Keuskupan Sanggau Kapuas untuk melaksanakan pelayanan kemanusiaan bagi kaum miskin seperti yang dilakukan oleh kelompok Kerabat Kerja Ibu Teresa (KKIT). Pengembangan semangat pelayanan yang akan dilaksanakan di Yogyakarta ini dimaksudkan agar para anggota Kerabat Kerja Ibu Teresa terutama kaum mudanya bisa lebih baik lagi dalam pelayanan dan berusaha melayani dengan segenap hati. Dengan demikian diharapkan mereka juga bisa mempengaruhi orang lain di luar Kerabat Kerja Ibu Teresa untuk ikut melakukan pelayanan bagi kaum miskin, lemah, cacat dan tersingkir.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana mengupayakan agar karya pelayanan Ibu Teresa dapat semakin memberi inspirasi terhadap karya pelayanan kelompok KKIT, dalam hal ini semangat yang perlu dihayati oleh kaum muda kelompok ini dalam pelayanan adalah semangat melayani yang berarti rela memberikan diri, tenaga, waktu dan pikiran untuk membantu orang miskin yang dilayani, dengan demikian berarti juga melayani Yesus Kristus melalui kaum miskin sesuai semangat Ibu Teresa. Dalam pengkajian ini penulis memanfaatkan studi pustaka dan penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner, kemudian mengolah hasil kuesioner tersebut.

Sebagai sebuah pelayanan bagi kaum miskin yang berispirasikan semangat pelayanan Ibu Teresa, karya pelayanan ini juga tidak lepas dari semangat pelayanan Yesus Kristus sebagai Gembala sejati. Yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini yaitu pengembangan karya pelayanan kelompok Kerabat Kerja Ibu Teresa agar lebih berispirasikan karya pelayanan Ibu Teresa. Pengembangan karya pelayanan kaum muda KKIT agar lebih berinspirasikan karya pelayanan Ibu Teresa penulis wujudkan lewat pertemuan-pertemuan katekese, dalam hal ini penulis menggunakan katekese model Shared Christian Praxis (SCP).

(9)

ix ABSTRACT

The title of this work is “THE DEVELOPMENT OF THE SPIRIT OF HUMAN SERVICE TO THE YOUTH BY THE INSPIRATION OF THE SERVING SPIRIT OF MOTHER TERESA”. The writer chooses this theme because of the impression to the spirit of service to the humanity which is insipred by the serving spirit of Mother Teresa such as performed by the group of Mother Teresa co-workers. The writer feels that the youth needs to know the extraordinary work of the co-workers of Mother Teresa in the service of humanity. Another reason is that the writer aims to promote human service to the poor, such as done by Mother Teresa's co-workers (KKIT/Kerabat Kerja Ibu Theresa), to the youth in West Kalimantan, especially in the parish of Gembala Baik Kuala Dua, which is part to the diocese of Sanggau Kapuas. The development of the spirit of service which is going to be realized in Yogyakarta is intended to motivate the members of the Mother Teresa co-workers, especially the young members, that they are able to perform a better service with sincerity. Hopefully they are able as well to influence the others which are not part of the Mother Teresa co-workers to do the same way, that is in involving themselves into the service of the poor, the weak, the difable dan the outcast.

The main focus of this work is to find the way of making the serving spirit of Mother Teresa inspires more the group of Mother Teresa co-workers. The spirit of service which must be adopted by the young members is performed by dedicating themselves fully, their energy, their time dan their attention to help the poor. By this way they are serving Jesus Christ Himself through the service to the the poor, following the serving spirit of Mother Teresa. In this study the writer uses the literatures research and the field research by distributing questionnaires and examining the results.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Dalam segala kelemahan dan keterbatasan penulis menghaturkan puji dan syukur kehadirat Tuhan, Sang Pemberi Hidup dan Sang Penyayang Sejati, karena berkat limpahan dan kasih sayang-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN SEMANGAT PELAYANAN KEMANUSIAAN PADA KAUM MUDA BERINSPIRASIKAN SEMANGAT PELAYANAN IBU TERESA.

Penulis menyadari banyak sekali kendala penulis, namun karena ketertarikan dan kekaguman penulis kepada sosok Ibu Teresa dan karya-karyanya serta bantuan dan dampingan dari dosen pembimbing, kendala tersebut dapat teratasi dan terselesaikan. Selain itu penulis juga menyadari bahwa pendidikan kateketik yang penulis jalani sungguh banyak mempengaruhi kehidupan penulis. Pendidikan kateketik ini menjadi dasar yang kokoh bagi penulis untuk mengembangkan pelayanan dengan semangat persaudaraan sejati di tengah masyarakat kelak.

(11)

xi

pelayanan kemanusiaan bagi kaum miskin dan melibatkan kaum muda sebagai pelayan orang miskin yang tentunya bersemangatkan pelayanan Ibu teresa.

Selama penulis berjuang dan bergulat di kampus IPPAK, penulis merasa ditantang untuk menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah meskipun dengan banyak kekecewaan dan rasa sakit yang kadang-kadang masih terasa, namun semua pengalaman yang menyenangkan dan kurang menyenangkan penulis jalani demi orang-orang yang sudah banyak membantu dan mengeluarkan tenaga dan biaya yang tak terbilang jumlahnya bagi penulis. Dari segi pengetahuan, tak terbilang pula banyaknya yang penulis peroleh. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, maka dengan rasa cinta pula penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah menaburi penulis dengan begitu banyak cinta dan kasih sayang.

1. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa memberikan perhatian, semangat, menyediakan waktu khusus, mengusulkan ide-ide dan saran-saran serta membimbing penulis selama proses pengerjaan skripsi ini dan selaku Kaprodi IPPAK yang selalu memberi dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Namun lebih daripada itu, terima kasih karena telah menjadi sosok yang begitu berarti, layaknya orang tua bagi penulis. Terima kasih untuk semua kesempatan, bimbingan, perhatian, serta kepercayaan yang Romo berikan sehingga penulis dapat menjadi seperti sekarang ini.

(12)

xii

penulis alami. Terima kasih untuk segala waktu dan pikiran yang telah Romo berikan dan terlebih lagi mampu menjadi sosok orang tua yang baik bagi penulis. 3. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji yang telah

memberikan banyak perhatian dan pendampingan bagi penulis selama proses studi yang penulis jalani di kampus ini dan terima kasih untuk kesediaannya mendampingi proses skripsi bagian Bab III dan kesediaannya membaca skripsi ini. 4. Kepada Br. Stefanus, MTB, seluruh keluarga besar MTB Kuala Dua, Pontianak,

komunitas MTB Kota baru Yogyakarta dan Novisiat MTB Bangun Tapan yang telah memberikan semangat dan cintanya yang begitu besar kepada penulis dan selalu menjadi pelabuhan terakhir pada saat penulis kekurangan dana. Terima kasih yang sebesar-besarnya.

5. Romo Antonius Hari Kustono, Pr yang telah begitu banyak melimpahi penulis dengan cinta dan kasih sayang, terima kasih telah menjadi sosok orang tua yang mengayomi dan penuh kesabaran dalam membimbing penulis. Tidak ada kata yang mampu penulis ucapkan selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

6. Segenap staf dosen, sekretariat dan perpustakaan, karyawan piket dan parkir Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah begitu melimpahi penulis dengan ilmu, perhatian, dukungan, bimbingan serta senyuman yang selalu menguatkan penulis menjalani proses studi di kampus ini.

(13)

xiii

yang telah terjalin akan menjadi kenangan terindah dalam hidup penulis dan penulis tidak akan pernah lupa bahwa mereka semua pernah ada dalam perjalanan hidup penulis.

8. Kelompok Kerabat Kerja Ibu Teresa, terkhusus kepada Mbak Ratna dan Eka yang selalu bersedia membantu penulis dalam memperoleh data-data serta bantuan yang penulis butuhkan. Terima kasih banyak untuk semua pengorbanan kalian semua. 9. Teman-teman kos Bu Yayuk hususnya Mbak Titin, Sri Rahayu, Mbak Sri Wonosari,

Sofhi, Wiwik, Mbak Oik, Mbak Silvi, Eka Gloria, Sr. Silvina PRR, Sr. Xaverin PRR dan Iin yang pernah penulis kenal. Terima kasih untuk kebersamaan dan cinta yang telah diberikan, penulis tidak akan mampu menjalani semuanya tanpa bantuan dan dukungan kalian. Semoga hidup mempertemukan kita lagi dalam satu kesempatan lain.

10.John Ariyo yang selalu memberi dorongan serta cinta dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini secepatnya dan tanpa dukungan semangatnya, penulis akan bermalas-malasan. Penulis mengakui peranannya sangat besar dalam proses penulisan skripsi ini, dorongan dan teladannya membuat penulis bisa lebih berkembang.

11.Bapak Rakiman dan Ibu Adriana Iyu, Eriya Putri, Wiro dan Ade Yuro yang penulis sayangi, terima kasih atas cinta dan perhatian yang kalian semua berikan kepada penulis sehingga penulis mampu melewati semua cobaan ini dengan tegar dan semangat.

(14)

xiv

dalam hidup penulis, karena dari mereka semuanya berawal dan kepada mereka penulis akan kembali.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini telah menjadi bagian berarti dalam hidup penulis serta memampukan penulis menyelesaikan studi ini.

Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini, yang menyebabkan penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 16 November 2009

Penulis

(15)

xv DAFTAR ISI

JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv

MOTTO ………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……… vii

ABSTRAK ……….. viii

ABSTRACT ……… ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI ………... xv

DAFTAR SINGKATAN ……… xix

BAB I. PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan Penulisan ……….. 5

D. Manfaat Penulisan………... 6

E. Metode Penulisan ………... 6

F. Sistematika Penulisan ………... 7

BAB II. TANGGAPAN UMAT KRISTIANI TERHADAP ORANG MISKIN YANG TERLANTAR ... 8

A. Tanggapan Ibu Teresa Terhadap Orang Miskin yang Terlantar ………... 8

1.

2. 3. Awal karya Ibu Teresa ……….. Ordo Misionaris Cinta Kasih ………. Karya Ordo Misionaris Cinta Kasih di luar India ………….. 8 11 15 B. Ajaran Kristiani Menanggapi Manusia Terlantar ……… 19

(16)

xvi

a. Relevansi Mat 25:31-46 terhadap pelayanan KKIT …… 20

b. Interpretasi Mat 25: 31-46 dan hubungannya dengan pelayanan KKIT ………... 23

2. Gaudium et Spes ………. 25

BAB III. KELOMPOK KERABAT KERJA IBU TERESA DI YOGYAKARTA ………. 29

A. Apa dan Siapa Kerabat Kerja Ibu Teresa ……… 29

B. Keprihatinan di Yogyakarta Berkaitan Dengan Orang Miskin yang Terlantar ……….. 33

C. Keterlibatan Kerabat Kerja Ibu Teresa dalam Melayani Orang Miskin yang Terlantar, Termasuk Kaum Mudanya ………. 35

D. Kaum Muda Warga Kerabat Kerja Ibu Teresa sebagai Orang Kristiani Membangun Semangat Kaum Muda dalam Melayani Kaum Miskin yang Terlantar ... 37

1. Tujuan penelitian ………... 37

2. Tempat dan waktu penelitian ………. 38

3. Instrumen pengumpulan data ………... 38

4. Responden penelitian ………. 39

5. Variabel Penelitian dan pengolahan Hasil Penelitian ... 39

6. Kisi-kisi kuesioner ... 40

E. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 42

1. Analisis deskriptif ……….. 42

a. Frekuensi tantangan yang dihadapi dalam pelayanan …... 44

b. Frekuensi keterlibatan kaum muda dalam bidang pelayanan ……….. 44 c. Frekuensi semangat pelayanan Ibu Teresa menjadi inspirasi bagi kelompok KKIT 45 d. Frekuensi tanggapan dan harapan umat kristiani terhadap kaum miskin yang terlantar 45 e. Frekuensi pendampingan yang dibutuhkan 46 2. Pembahasan Hasil Penelitian …………..………... 46

a. Tantangan yang dihadapi dalam pelayanan ……….. 46

(17)

xvii

c. Semangat pelayanan Ibu Teresa menjadi inspirasi bagi

kelompok KKIT ……… 48

d. Tantangan dan harapan umat kristiani terhadap orang miskin yang terlantar ………. 49

e. Pendampingan yang dibutuhkan ………... 50

3. Kesimpulan ……… 50

BAB IV. PENGEMBANGAN SEMANGAT KEMANUSIAAN KAUM MUDA BERDASARKAN SEMANGAT PELAYANAN IBU TERESA MELALUI KATEKESE ……….. 53

A. Kaum Muda, Ciri-ciri, Aspirasi dan Keprihatinannya ………… 54

1. Kaum Muda ……… 54

2. Ciri-ciri Kaum Muda ……….. 55

3. Aspirasi ……….. 57

B. Arti, Tujuan dan Model-model Katekese ... 59

1. Arti Katekese ……….. 59

2. Tujuan Katekese ………. 60

3. Model-model Katekese Umat ……… 61

C. Program Katekese untuk Mengembangkan Semangat Kemanusiaan Berdasarkan Semangat Pelayanan Ibu Teresa …... 65

1. Pengertian Program ……… 66

2. Tujuan Program ……….. 66

3. Pemikiran Dasar Penyusunan Program ……….. 67

4. Usulan Tema ……….. 68

5. Penjabaran Program ………... 70

D. Contoh Katekese I ……… 79

E. Contoh Katekese II ………... 91

F. Contoh Katekese III ………. 104

BAB V. PENUTUP ……… 118

A. Kesimpulan ……….. 118

B. Saran ………. 120

1. Catatan ………... 121

(18)

xviii

3. Bagi Para Pembina/ Pendamping Kaum Muda Pada

Umumnya ………... 124

DAFTAR PUSTAKA ………... 126

LAMPIRAN

(19)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan kepada

Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/ 1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral tentang Gereja Dalam Dunia Modern, 7 Desember 1965.

RN : Rerum Novarum, Ensiklik Paus Leo XIII mengenai kondisi kelas kerja, Mei 1891.

C. Singkatan Lain

ASG : Ajaran Sosial Gereja Baksos : Bakti sosial

Bdk : Bandingkan

Br : Bruder

(20)

xx Com : Commercial

DokPen : Dokumentasi dan Penerangan

Dr : Doktor

Drs : Doktorandus

Kab : Kabupaten

Komkat : Komisi Kateketik Komkep : Komisi Kepemudaan Komsos : Komunikasi Sosial KKIT : Kerabat Kerja Ibu Teresa KLMT : Kecil Lemah Miskin Tersingkir KWI : Konferensi Waligereja Indonesia MAWI : Majelis Wali Gereja Indonesia

MC : Missionary Of Charity (Misionaris Cinta Kasih) MM : Master of Management

PB : Perjanjian Baru

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa PHK : Pemutusan Hubungan Kerja

PKPKM : Pedoman Karya Patoral Kaum Muda

RS : Rumah Sakit

SCP : Shared Christian Praxis

SD : Sekolah Dasar

(21)

xxi SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

St : Santo/ Santa

USA : United States of America WIB : Waktu Indonesia bagian Barat WSB : Wisma Sahabat Baru

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan jaman yang cepat dalam berbagai bidang banyak menimbulkan dampak positif dan negatif bagi penduduk atau masyarakat dalam suatu negara. Yang paling jelas sekarang adalah kesenjangan sosial dalam masyarakat yaitu antara si kaya dan si miskin. Yang paling merasakan akibat negatif arus globalisasi yang begitu cepat adalah golongan menengah ke bawah, sebut saja orang miskin. Mereka bukan hanya kekurangan materi tetapi juga tertinggal dalam bidang pendidikan. Karena keduanya ini memang memerlukan banyak biaya yang besar, sedangkan mereka tidak mempunyai biaya cukup untuk itu.

Pelayanan terhadap kaum miskin antara lain telah dilakukan oleh Ibu Teresa dari Calcutta dengan gemilang. Perubahan zaman ini membuat kebutuhan juga semakin banyak, dengan akibat makin banyak juga orang-orang yang semula hidupnya pas-pasan menjadi semakin tertekan oleh kebutuhan ekonomi yang semakin sulit dipenuhi.

(23)

Kerabat Kerja Ibu Teresa yang dimaksudkan adalah orang dewasa yang sebagian besar belum menikah, namun memiliki pekerjaan masing-masing menurut latar belakang pendidikan mereka. Setiap harinya mereka disibukkan dengan pekerjaan pribadi tersebut, namun karena panggilan untuk melayani kaum miskin yang terlantar mereka rela menyediakan waktu untuk memberikan pelayanan kemanusiaan. Komisi Kepemudaan KWI (1999) menyebutkan bahwa setiap yang orang telah menerima baptisan menerima juga tiga fungsi Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja; serta tanggungjawab Gereja dalam Koinonia, Diakonia, Liturgia, Kerygma, Martyria (bdk. Komkep KWI, 1999: 31-33). Kerabat Kerja Ibu Teresa (KKIT) beranggotakan orang dewasa, namun sebagian besar dari mereka adalah kaum muda, meskipun tiga orang diantara mereka ada yang cacat, namun kekurangan itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berbuat sesuatu bagi orang miskin yang terlantar. Disebutkan sebagai semangat muda karena kaum muda mau menggambarkan seorang pribadi yang memiliki semangat hidup, ciri khas dan keunikan, kualitas, bakat dan minat. Mereka mempunyai perasaan dan pola pikir serta masalah yang perlu dipahami (Komkep KWI, 1999: 4).

(24)

Ibu Teresa adalah salah seorang yang sangat terkenal karena kesedehanaannya dan kepeduliannya terhadap kaum miskin. Pribadinya begitu mulia dan berhati besar untuk melayani orang-orang yang kurang mampu atau kurang beruntung. Kerendahan hati yang dimiliki bukan hanya terbatas di bibir saja tetapi diwujudkan dengan tindakan yang konkrit. Seperti dikatakan dalam buku Ibu Teresa, Karya dan Orang-orangnya (Bosko Beding, 1989: 15), “Ibu Teresa adalah seorang

yang paling memikat hati. Salah seorang yang kata-katanya dengan suka didengar orang”. Karena kerendahan hatinya itulah makanya dia dikenal banyak orang. Bukan hanya di negaranya saja tetapi juga di seluruh dunia.

Kerabat Kerja Ibu Teresa (KKIT) memang sudah memiliki semangat melayani dengan rela berkorban, dengan semangat itu komunitas KKIT dengan berbagai macam latar belakang pekerjaan dan status tidak menghalangi mereka untuk melayani secara lebih nyata kepada orang-orang miskin. Kerabat Kerja Ibu Teresa ini perlu lebih banyak belajar dari ibu Teresa bagaimana menjadi pelayan yang handal. Pelayanan ibu Teresa dapat menjadi semangat yang menguatkan dan memampukan Kerabat Kerja Ibu Teresa dalam meningkatkan pelayanannya. Antara lain bagaimana kepedulian seorang pelayan peduli terhadap kaum yang lemah, terutama kaum miskin yang sangat membutuhkan perhatian dan uluran tangan kasih ini. Pelayanan kepada kaum miskin pada jaman sekarang perlu dilakukan dengan lebih bersungguh-sungguh seperti yang dilakukan oleh Ibu Teresa dengan semangat pelayanan dan pengorbanannya.

(25)

mereka mau tidak mau menjadi gelandangan dan pengemis dan mereka hanya bisa tinggal di emper-emperan, di pinggir jalan.

Situasi seperti ini memancing kepedulian dari orang-orang di sekitarnya antara lain Kerabat Kerja Ibu Teresa yang merelakan diri menjadi pelayan orang-orang miskin ini, mereka perlu siap menjadi tempat curhat dan tempat berlindung orang-orang yang kurang beruntung ini, terutama kaum miskin yang notabene sangat membutuhkan bantuan. Semangat pelayanan dari ibu Teresa ternyata membuka mata banyak orang terhadap penderitaan sesamanya, sehingga mereka tidak lagi mementingkan kepentingan pribadinya saja, tetapi mulai berpikir bagaimana dari kelebihan yang dia miliki bisa berbagi dengan orang lain yang lebih membutuhkan.

(26)

B. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diungkapkan dalam skripsi ini sebagai berikut: 1. Siapa Kerabat Kerja Ibu Teresa dan apa saja kegiatan mereka?

2. Apa yang memotivasi Kaum Muda warga KKIT dalam pelayanan kemanusiaannya bagi kaum miskin yang terlantar di Yogyakarta?

3. Siapa ibu Teresa dan apa yang memotivasi Ibu Teresa sehingga pelayanannya bagi kaum miskin luar biasa?

4. Apa yang kiranya dibutuhkan oleh kaum muda warga Kerabat Kerja Ibu Teresa untuk meningkatkan pelayanan mereka terhadap kaum miskin?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan siapa Kerabat Kerja Ibu Teresa dan kegiatan-kegiatan mereka. 2. Menjelaskan motivasi kaum muda warga KKIT dalam pelayanan kemanusiaan

melayani kaum miskin yang terlantar.

3. Menjelaskan tentang ibu Teresa, kegiatan karya yang ia lakukan, menjelaskan hal-hal yang memotivasi ibu Teresa sehingga pelayanannya bagi kaum miskin luar biasa.

(27)

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis, agar semakin peduli terhadap penderitaan kaum miskin dan sebagai pelayan umat agar semakin sadar akan tugas pelayanan dimasa kini dan masa yang datang.

2. Bagi Kerabat Kerja Ibu Teresa: sebagai refleksi atas pelayanan mereka dalam melayani kaum miskin berdasarkan semangat pelayanan ibu Teresa, sehingga mereka:

a. Semakin mampu meningkatkan mutu pelayanannya bagi kaum miskin sesuai semangat pelayanan Ibu Teresa.

b. Semakin mampu memaknai pengalaman hidup bersama orang miskin demi perkembangan diri dan semangat cinta kasih dalam diri mereka.

E. Metode Penulisan

(28)

F. Sistematika Penulisan

Bab I adalah bagian pendahuluan yang menguraikan latar belakang penulisan, rumusan masalah, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II memaparkan karya Ibu Teresa yaitu awal karya Ibu Teresa, Ordo Misionaris Cinta Kasih, Ordo Misionaris berkarya di luar India dan tanggapan umat Kristiani terhadap orang miskin yang terlantar yaitu: Gaudium Et Spes dan Alkitab (Mat 25: 31-46).

Bab III berisikan tentang apa dan siapa Kerabat Kerja Ibu Teresa, keprihatinan di Yogyakarta berkaitan dengan orang miskin yang terlantar, dan keterlibatan Kerabat Kerja Ibu Teresa dalam melayani orang miskin yang terlantar di Yogyakarta.

Bab IV memaparkan banyak hal diantaranya adalah pertama: kaum muda, ciri-ciri, aspirasi dan keprihatinannya; kedua: arti, tujuan dan model-model katekese (arti katekese, tujuan katekese dan model-model katekese); ketiga: program katekese demi pengembangan semangat kemanusiaan berdasarkan semangat pelayanan Ibu Teresa; dan keempat: contoh katekese demi pengembangan semangat kemanusiaan kaum muda berdasarkan semangat pelayanan Ibu Teresa.

(29)

BAB II

TANGGAPAN UMAT KRISTIANI

TERHADAP ORANG MISKIN YANG TERLANTAR

A. Tanggapan Ibu Teresa Terhadap Orang Miskin yang Terlantar 1. Awal Karya Ibu Teresa

Karya Ibu Teresa di tengah orang-orang melarat sudah bukan sesuatu yang asing lagi di telinga masyarakat dunia, karena hidupnya yang diabdikannya untuk melayani orang-orang kecil terutama kaum miskin bukan hanya untuk mencari nama besar atau agar menjadi tenar tetapi sungguh-sungguh karena ia memiliki jiwa rela berkorban dan rendah hati yang tidak dimiliki kebanyakan orang. Bukan hanya sampai pada kata-kata belaka tetapi ditampakkan melalui perbuatannya, seperti dikatakan dalam buku Ibu Teresa, Karya dan Orang-orangnya (Bosko Beding, 1989: 7) “Ia mau meninggalkan biara untuk mengabdikan dirinya kepada orang-orang melarat. Pelayanan memang membutuhkan pengorbanan, bukan hanya waktu, tetapi tenaga, pikiran, diri bahkan uang sekalipun dikorbankan. Itulah ibu Teresa yang selalu ingin membantu orang-orang susah yang ditemuinya. Meskipum pribadi yang dimiliki ibu Teresa banyak yang mengagumi namun banyak pula yang mengkritiknya. Seperti dikatakan dalam buku Jalan Kemiskinan Ibu Teresa sebagai berikut:

(30)

Ketika ia masih hidup orang sudah menyebutnya sebagai seorang suci, seorang santa. Namun demikian, tidak sedikit orang yang bertanya apakah jalan kesucian harus berarti penyangkalan diri atas barang-barang duniawi dan kesempatan menikmati hidup dan harus menjalani mati raga berat? (Cahyadi, 1989: 2-3).

Semua pertanyaan itu mengiringi langkah hidup Ibu Teresa, namun ia tetap tegas dengan pendiriannya dan prinsip hidup yang jelas. Tidak mudah menjadi seorang pelayan yang sungguh-sungguh melayani dengan hati, harus memiliki jiwa besar dan semangat hidup yang tinggi, tidak mudah menyerah dan putus asa. Sikap yang lembut dan penuh cinta kasih itulah yang membuat ibu Teresa dengan mudah masuk dalam kehidupan orang-orang yang kurang beruntung. Hidup yang singkat tidak disia-siakan untuk hal yang tidak bermanfaat.

Pelayanan menjadi pekerjaan yang menarik ketika seluruh tenaga, pikiran, waktu dan uang diberikan untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung. Bagi manusia modern dewasa ini kehidupan Ibu Teresa kiranya merupakan hal yang tidak masuk akal karena meskipun kehidupan sehari-harinya erat dengan penderitaan manusia masih begitu yakin dan percaya akan penyelenggaraan Allah, percaya akan cinta kasih Tuhan terhadap semua manusia. Kepercayaan itulah yang merupakan kekuatan luar biasa yang ada dalam diri Ibu Teresa dan membuat ia mampu untuk melayani setiap orang miskin yang ia jumpai. Dalam buku Ibu Teresa Karya dan Orang-orangnya dikatakan sebagai berikut:

(31)

Sikap Ibu Teresa ini bukan hanya merambat dengan suburnya di antara para suster sekomunitasnya saja tetapi di antara para pasien yang ia rawat. Dengan kata lain bukannya senang melihat penderitaan orang lain, tetapi bahwa penderitaan mereka memberi kita kesempatan untuk berbuat baik. Pengalaman Ibu Teresa dalam melayani banyak kaum miskin, bisa menjadi pelajaran yang sangat berarti bagaimana melihat penderitaan bukan sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja, namun menjadi kekuatan yang menggerakan hati nurani untuk berbuat sesuatu yang bisa meringankan penderitaan dan membantu mereka dalam kesulitan yang mereka hadapi. Manusia harus berani mengambil tindakan yang tepat sebagai wujud kepedulian terhadap penderitaan sesama. Pelayanan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh Ibu Teresa menjadi pelajaran juga bagi manusia dalam melayani Allah melalui pelayanan terhadap sesama. Dalam penderitaan itulah tangan Tuhan berkarya dan menyemangati karya manusia di dunia.

Tangan kasih Allah yang menuntun dan membimbing manusia untuk melayani sesama terlihat dari apa yang dilakukan oleh Ibu Teresa bagi kaum miskin yang ia layani. Situasi masyarakat di Kalkuta dipakai juga oleh Allah untuk membentuk pribadi Ibu Teresa menjadi orang yang penuh cinta kasih dan rela berkorban. Konflik sosial, perang, perpecahan, benturan-benturan kepentingan politik dan kerusuhan sosial menyebabkan penderitaan, kemiskinan dan kematian. Namun dalam situasi seperti ini Tuhan mampu bekerja di tengah situasi terjelek sekalipun. Bagi Ibu Teresa dalam buku Jalan Kemiskinan Ibu Teresa dikatakan sebagai berikut:

(32)

Situasi kemiskinan dan penderitaan membuka mata umat manusia seluruhnya untuk lebih giat lagi dalam mewartakan kabar kasih Kerajaan Allah. Demikian juga ketika Ibu Teresa hidup di Kalkuta, situasi sosial masyarakat yang sangat memprihatinkan menjadi sapaan dan undangan dari Tuhan kepadanya. Di tengah situasi sosial masyarakat yang memprihatinkan itulah suara Tuhan bergema, yaitu panggilan Tuhan untuk melayani mereka yang termiskin. Dalam perjalanan waktu Ibu Teresa melihat dengan jelas rencana Allah dalam dirinya, yaitu melayani mereka yang termiskin.

2. Ordo Misionaris Cinta Kasih

Ordo Misionaris Cinta Kasih adalah tarekat yang didirikan oleh Ibu Teresa. Berdirinya tarekat ini tidak lepas dari orang-orang yang mendukung kegiatan Ibu Teresa. Tarekat misionaris bukan hanya terdiri dari para suster saja tetapi juga para bruder, bahkan ada juga Imam. Sejumlah orang-orang katolik juga bergabung untuk bekerjasama dengan Ordo Misionaris Cinta Kasih, bahkan orang-orang non-katolikpun juga ada yang ikut bergabung. Tarekat ini merupakan satu-satunya komunitas yang disahkan dan didirikan dengan berkat Bapa Suci, Paus Paulus VI. Namun tidak boleh juga dilupakan kehadiran para relawan yang ikut ambil bagian dalam pelayanan Misionaris Cinta Kasih. Orang pertama dan yang paling banyak membantu Ibu Teresa adalah Keluarga Gomes. Mereka membantu menyediakan rumah tumpangan, membantu mencarikan bahan makanan, dan membantu mencarikan ruang untuk ruang kelas sementara, bahkan dalam pelayanan kepada orang-orang miskin juga keluarga Gomes ikut membantu.

(33)

berdiri. Ibu Theresa lahir pada tanggal 27 Agustus 1910 di kota Skopje (Yugoslavia) dengan nama Agnes Gonxha Bojaxhiu. Orang tuanya berasal dari Albania. Pada usia 18 tahun Agnes masuk Ordo Suster van Loreta di kota Dublin, Irlandia, yang aktif dengan pengiriman misi ke India. Setahun kemudian Agnes dikirim oleh ordonya ke Calcutta di India dan sejak itu Agnes menggunakan nama Suster Teresa. Sejak tahun 1946 pada usia ke-36, Suster Teresa menjadi guru di Sekolah Menengah St. Mary’s di Calcutta. Suster Teresa banyak menolong orang sakit, orang miskin dan terlantar, terutama anak-anak. Oleh sebab itu anak-anak di Calcutta sangat menyayangi Suster Teresa dan memanggil beliau dengan sebutan akrab, Mother Theresa.

Tahun 1948 pada usianya yang ke-38, Ibu Teresa menjadi warga negara India. Tahun itu juga Ibu Teresa meninggalkan biaranya untuk hidup di tengah-tengah orang miskin dan memilih memakai pakaian khas India, gaun sari putih sederhana dengan kerudung kepala bergaris biru di sekitar kepalanya. Beliau sudah menguasai bahasa Bengal secara fasih. Gadis-gadis Calcutta muda usia yang terkesan kepada karya sosial Mother Theresa menawarkan tenaganya secara sukarela untuk membantu. Para sukarelawati India itu berkembang pesat, sehingga pada tahun 1950 sebuah ordo baru pun lahir dengan nama “Missionarissen van Naastenliefde” (Misionaris Kasih Sayang Sesama) atau Ordo Misionaris Cinta Kasih. “Kasih sayang terhadap sesama” memang inti dari ajaran agama Katolik. Ordo baru ini yaitu “Ordo Misionaris Cinta Kasih” di India itu telah diakui resmi oleh Vatikan, dan disahkan

(34)

Karenanya kini tarekat ini berada dalam struktur organisasi Gereja Katolik Roma dan pada tanggal 7 Oktober dinyatakan sebagai hari berdirinya tarekat Misionaris Cinta Kasih, dengan Ibu Teresa sebagai pimpinan pertama tarekat. Tidak lama setelah itu, kelompok Misionaris Cinta Kasih pertama yang berjumlah 11 orang mengucapkan kaulnya pada 11 April 1951 sehingga jumlah suster tarekat ini menjadi 12 orang, termasuk Ibu Teresa.

Pada tahun 1950-1997, Ordo baru asuhan Mother Theresa itu bisa digambarkan sebagai tarekat yang mengikrarkan tiga kaul Injili dan kaul untuk sepenuhnya memberikan pelayanan tanpa pamrih kepada kaum miskin yang paling miskin di Kalkuta / India. Kasih sayang yang dinyatakan kepada setiap orang adalah kasih Allah yang sempurna dan tanpa batas kepada manusia. Dalam buku Jalan Pelayanan Ibu Teresa dikatakan sebagai berikut:

Gambaran yang dipakai Misionaris Cinta Kasih adalah gambaran dalam Injil Yohanes yang melukiskan, “Aku haus” (Yoh 19:1-28). Bagi Ibu Teresa, tidak hanya menggambarkan ketidak berdayaan Tuhan, tetapi juga merupakan undangan untuk terlibat dan peduli . Tuhan Yesus mengangkat penderitaan umat manusia, dan memperlihatkan bagaimana mereka yang menderitan selalu merasa haus, mengalami dahaga. Maka undangan tersebut lebih merupakan panggilan untuk melepaskan dahaga para penderita. Mereka haus akan apa? Baginya mereka haus akan kasih. Karena itu, Ibu Teresa menuliskan dalam konstitusinya bahwa tujuan terekat didirikan adalah untuk memberikan minum kepada Yesus Kristus yang haus saat bergantung di kayu salib dengan mempersembahkan diri secara bebas untuk melayani mereka yang termiskin dari yang miskin, sesuai dengan karya dan ajaran Tuhan. (Cahyadi, 2003: 177)

(35)

serta penyucian dengan melayani mereka yang termiskin dari yang miskin” (Cahyadi, 2003: 179).

Pelayanan kepada kaum miskin, bukan hanya kepada mereka yang berada di perkampungan kumuh saja, tetapi dimanapun mereka berada. Banyak yang bisa dilakukan, seperti merawat mereka yang sakit, mereka yang menjelang ajal, mengumpulkan serta mengajar anak-anak jalanan, melawat dan memperhatikan para pengemis, penderita kusta, dan anak-anak mereka, memberikan tumpangan kepada para tuna wisma dan mereka yang ditolak dan disingkirkan, dan merawat mereka yang dibuang, tidak dicintai dan kesepian. Orang-orang seperti inilah sasaran pelayanan Ibu Teresa, sehingga dia sangat dekat dengan penderitaan dan kemiskinan. Ibu Teresa merasakan secara langsung bagaimana penderitaan orang-orang yang ia layani.

(36)

Kemudian misinya berkembang sampai ke luar India, di beberapa negara didirikan klinik, barak penampungan orang miskin, dapur umum, panti asuhan dan lain-lain. Di tahun 1979 Ibu Teresa menerima Nobel Perdamaian. Almarhum Sri Paus Yohannes Paulus II yang sangat terkesan dengan karya Ibu Teresa, telah menyediakan waktunya beberapa kali untuk menerima audiensi/ keluh kesah/ kisah Ibu Teresa di Vatikan. Tahun 1997 Ibu Teresa wafat dalam usia 87 tahun di Kalkuta, kota di mana beliau menghabiskan sebagian besar dari hidupnya untuk berkarya, menjalankan kasih sayang Tuhan. Karya Ibu Teresa kini dilanjutkan oleh Suster Nirmala, orang asli India (Agnes, 2008: http://wordpress.com/tag/missionaris).

3. Karya Ordo Misionaris Cinta Kasih di luar India

(37)

Akhirnya pada Februari 1965 oleh Paus Paulus VI, Misionaris Cinta Kasih dikukuhkan sebagai tarekat religius Kepausan.

Selain di India, Ordo Misionaris Cinta Kasih juga berkarya di luar India. Seperti di Amerika Latin, Tarekat Cinta Kasih diminta membantu dalam bidang kerohanian karena disana sangat kekurangan Imam dan suster. Para suster Tarekat Misionaris Cinta kasih di sana membuat kelompok yang terdiri dari empat puluh atau lima puluh keluarga. Mereka menertibkan perkawinan yang belum beres atau menyiapkan anak-anak untuk komuni pertama. Maka di Amerika latin Ibu Teresa membutuhkan lebih banyak lagi tenaga-tenaga pelayan umat. Tentunya tenaga tersebut adalah para suster yang mau membantu dengan sukarela. Namun luar bisa, pada saat tarekat Misionaris Cinta Kasih membutuhkan banyak tenaga, ada berita bahwa Ibu Teresa sudah menerima sejumlah besar lamaran dari gadis-gadis yang ingin menggambungkan diri dalam kongregasi Misionaris Cinta Kasih yaitu dari Amerika, Australia, Inggris, Afrika dan Jepang, padahal di Jepang tarekat Misionaris Cinta Kasih belum memiliki rumah. Di wilayah ini Ibu Teresa mengutus empat orang suster. Kemudian pada tahun 1960 para suster Misionaris Cinta Kasih memperlebar wilayah pelayanannya di Inggris, di sana mereka mencari dana untuk karyanya merawat orang-orang kusta. Beberapa tahun kemudian Ibu Teresa melihat bahwa di London masih banyak orang yang perlu dibantu. Di London para suster Misionaris Cinta Kasih bekerja di rumah sakit, membantu orang yang sakit ingatan, orang-orang tua dan orang-orang-orang-orang yang tidak memiliki sanak saudara atau keluarga.

(38)

agar dengan adanya kerjasama antar biara, akan lebih mempermudah karya mereka dan tentunya akan mendapat banyak dukungan.

Setelah itu Misionaris Cinta Kasih berkarya di Australia, Jordanis, Amerika, dan negara-negara lain, hingga akhirnya di Albania, negara asalanya. Maka tidak dapat disangkal bahwa Misionaris Cinta Kasih Identik dengan Ibu Teresa, karena bukan hanya pemimpin umum tetapi dia juga pendiri tarekat Misionaris Cinta Kasih. Kemudian pada tahun 1973 Ibu Teresa menyatakan untuk mengundurkan diri sebagai pemimpin umum, mengingat usianya yang sudah 63 tahun. Setelah melalui beberapa proses, maka pada tanggal 13 Maret 1997 Ordo Misionaris Cinta Kasih memiliki pemimpin umum yang baru, yaitu Suster Nirmala. Dia menggantikan Ibu Teresa yang kondisi kesehatannya semakin memburuk. Pada awal tahun 1996 seorang imam Autralia Ian Travers-Ball (38 tahun) diijinkan bergabung dengan Ibu Teresa dan beliau menggunakan nama Br. Andrew. Dia ditetapkan sebagai pemimpin umum para bruder Misionaris Cinta kasih. Melalui karya para bruder ini akhirnya pertama kali rumah tarekat Misionaris Cinta Kasih ini didirikan di luar India yaitu di Vietnam, kemudian di Amerika. Di Amerika mereka menangani para pecandu alkohol dan obat-obatan. Lalu karya para bruder ini juga menyebar keseluruh belahan dunia lain.

(39)

untuk terakhir kalinya, ia kembali ke Calcutta dan melewatkan minggu-minggu terakhir hidupnya dengan menerima kunjungan para tamu dan memberikan nasehat-nasehat terakhir kepada para biarawatinya.

Pada tanggal 5 September 1997 jam 9:30 malam, hidup Ibu Teresa di dunia ini berakhir. Jenazahnya dipindahkan dari Rumah Induk ke Gereja St. Thomas, gereja dekat Biara Loreto di mana ia menjejakkan kaki pertama kalinya di India hampir 69 tahun yang lalu. Ratusan ribu pelayat dari berbagai kalangan dan agama, dari India maupun luar negeri, berdatangan untuk menyampaikan penghormatan terakhir mereka. Ibu Teresa mendapat kehormatan dimakamkan secara kenegaraan oleh Pemerintah India pada tanggal 13 September. Jenazahnya diarak dalam kereta yang sama yang dulu digunakan mengusung jenazah Mohandas K. Gandhi and Jawaharlal Nehru, melewati jalan-jalan di Calcutta sebelum akhirnya dimakamkan di Rumah Induk Misionaris Cinta kasih. Segera saja makamnya menjadi tempat ziarah dan tempat doa bagi banyak orang dari berbagai kalangan agama, kaya maupun miskin. Ibu Teresa mewariskan teladan iman yang kokoh, harapan yang tak kunjung padam, dan cinta kasih yang luar biasa. Jawaban atas panggilan Yesus, “Mari, jadilah cahaya bagi-Ku,” menjadikannya seorang Misionaris Cinta Kasih, seorang “ibu bagi kaum miskin”, sebagai simbol belas kasih terhadap dunia, dan sebagai saksi hidup bagi Tuhan yang dahaga.

(40)

doanya. 19 Oktober 2003 Paus Yohanes Paulus II memaklumkan Ibu Teresa sebagai “BEATA TERESA dari CALCUTTA” (Yesaya: www.inocell.net/yesaya).

B. Ajaran Kristiani Menanggapi Manusia Terlantar 1. Alkitab (Mat 25:31-46)

Penghakiman Terakhir (Mat 25:31-46)

31 Apabila anak manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.

32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan dihadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang daripada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,

33 Dan Ia menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing disebelah kiri-Nya.

34 Dan raja itu akan berkata kepada mereka yang disebelah kanan-Nya: mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.

35 Sebab ketika aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;

36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.

37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan; bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?

38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?

39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?

40 Dan raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini, kamu telah melaukannya untuk Aku.

41 Dan Ia akan berkata kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah di dalam api yang kekal yang telah sedia untuk iblis dan malaikat-malaikatnya.

42 Sebab ketika aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;

43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan di dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.

(41)

45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya untuk Aku.

46 Dan mereka ini akan masuk ketempat siksaan kekal, tapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.

a. Relevansi Mat 25:31-46 terhadap pelayanan KKIT

Pada perikop ini tergambarkan situasi manusia yang setia kepada Allah akan bersemayam di dalam takhta kemuliaan-Nya. Dikatakan semua bangsa akan dikumpulkan dihadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari seorang sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing (ay. 32). Anak manusia yang diberkati oleh Bapa diberikan Kerajaan yang telah disediakan, karena manusia yang memberi makan kepada-Nya ketika Ia lapar, memberi minum saat Ia haus, melawat-Nya ketika Ia sakit, memberinya tumpangan ketika Ia sebagai orang asing, menjenguknya ketika Ia dalam penjara dan ketika Ia telanjang diberikan pakaian layak memperoleh kebahagiaan bersama Allah Bapa di surga.

Sebab dengan melakukan apa yang dikatakan dalam kutipan di atas yaitu memberikan makan, minum, tumpangan, pakaian, melawat dan mengunjungi-Nya dilakukan terhadap saudaranya itu berarti dilakukannya untuk Ia juga. Pernyataan seperti itu kurang dipahami umat pada saat itu, sehingga mereka bertanya bilamanakah kami tahu? Karena Ia menggunakan perumpamaan untuk menunjukan bahwa solidaritas dan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan sangat penting.

Perikop ini juga dipakai oleh Kerabat Kerja Ibu Teresa dalam pelayanan kemanusiaanya,yaitu sebagai berikut:

(42)

Aku. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan kepada salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:35-36,40,). Saudara-Ku yang paling hina (yang termiskin di antara kaum miskin) ialah mereka yang lapar dan kesepian tidak hanya lapar akan makanan, tetapi juga akan Sabda Allah. Yang haus dan disingkirkan tidak hanya untuk segelas air tetapi juga untuk pengetahuan, perdamaian dan kebenaran serta keadilan dan cinta. Yang telanjang dan tak dicintai tidak hanya untuk pakaian, melainkan juga untuk harga diri. Yang tak dikehendaki, bayi-bayi yang digugurkan, korban diskriminasi, tuna wisma bukan hanya membutuhkan sebuah rumah dari bata, tetapi juga sebuah hati yang penuh pengertian, melindungi dan mencintai. Orang miskin yang sakit, sekarat dan para tahanan, juga yang sakit jiwanya, tak bersemangat hidup. Semua yang telah kehilangan harapan dan iman. Pecandu obat bius dan minuman keras, dan mereka semua yang telah kehilangan Tuhannya (bagi mereka Tuhan adalah masa lampau, padahal Tuhan selalu ada) dan mereka yang telah kehilangan harapan akan kekuatan Roh Kudus (Mutiara Cinta, pondokrenungan.com).

(43)

yang seperti itu. Hal yang paling menarik ketika masih ada kaum muda yang bersedia menyediakan waktunya untuk melayani manusia yang terlantar. Dengan bersemangatkan pelayanan Ibu Teresa mereka mampu melayani kaum terlantar dengan sepenuh hati dan cinta, dan dengan keyakinan akan penyertaan Allah maka mereka mampu menghadapi setiap cobaan dan rintangan. Perikop dari Mat 25:31-46 juga memberi dorongan dan kekuatan bagi kelompok ini dalam pelayanan kemanusiaannya bagi orang miskin yang terlantar yang mereka layani.

Dalam bab 25: 31-46 ini, sebenarnya berisikan tentang akhir zaman, Yesus menegaskan kepada manusia bahwa pada saat itu Dia sendiri yang akan datang untuk menghakimi semua orang. Menurut Yesus orang-orang yang akan diselamatkan Allah adalah mereka yang telah terbukti berbuat baik kepada sesama manusia, terutama yang menderita dan terlantar. Pengadilan atas orang jahat dan orang baik mengandaikan kebangkitan umum. Yesus sebagai anak Allah telah menyamakan dirinya dengan kaum miskin dan menderita. Cinta kasih persaudaraan merupakan patokan yang digunakan dalam pengadilan terakhir. Pada ayat 31-33, dikatakan Ia akan membagikan semua bangsa ke dalam dua kelompok, mereka yang melakukan pekerjaan baik bagi salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini (ay. 40), tetapi mereka yang tidak melakukan hal itu bagi saudaraKu yang paling hina ini (ay. 45) akan dihukum. Pekerjaan baik yang dimaksudkan adalah memberi makan kepada mereka yang lapar, memberikan tumpangan kepada mereka yang tidak memiliki rumah, memberi pakaian kepada yang telanjang, menghibur yang sakit dan mengunjungi yang dipenjara. Pekerjaan ini layak mendapat hadiah pada pengadilan terakhir. (Hadiwardoyo, 2007: 65).

(44)

pelayanan sekarang sudah cukup berkembang, namun mereka harus tetap dibimbing dan diberi dorongan. KKIT banyak melibatkan kaum muda dalam pelayanan kepada kaum miskin yang terlantar tujuannya agar kaum muda ini lebih peduli terhadap sesamanya yang menderita. Pesan-pesan Yesus agar manusia berbuat baik kepada kaum miskin juga menjadi peringatan kepada umat manusia seluruhnya, bukan hanya Kerabat Kerja Ibu Teresa saja yang melakukan karya pelayanan kepada kaum miskin yang terlantar, tetapi harapannya semua manusia mau ikut ambil bagian dalam karya pelayanan kepada mereka yang menderita.

Dengan memberikan sedikit dari anugerah yang Tuhan berikan kepada kaum miskin yang terlantar, bisa menyelamatkan mereka dari kelaparan dan mengurangi beban penderitaan mereka. Tidak cukup hanya memberikan saja, tetapi dengan penghiburan dan pelayanan tanpa pamrih juga sangat mereka butuhkan. Maka tidak mudah menjadi seorang pelayan bagi kaum miskin yang terlantar, karena hanya orang yang memiliki cinta kasih dan berjiwa sosial yang tinggilah yang mampu melakukannya secara total. Maka penafsiran yang sesuai untuk manusia yang paling hina adalah kaum miskin yang terlantar. Seperti dikatakan dalam perikop Mat 25:31-46 saudara-Ku yang paling hina ini, lebih sesuai dikenakan pada kaum miskin yang terlantar.

b. Interpretasi Mat 25: 31-46 dan hubungannya dengan pelayanan KKIT

(45)

terhadap orang miskin yang terlantar. Pelayanan kemanusia seperti ini bisa dilakukan oleh semua orang yang merasa peduli dengan penderitaan sesamanya, namun tidak semua orang melayani dengan sepenuh hati dan dengan cinta yang tulus kepada Allah dan sesama.

Kelompok Kerabat Kerja Ibu Teresa yang merasa terpanggil untuk terlibat dalam karya pelayanan kemanusiaan seperti yang dilakukan oleh Ibu Teresa mampu menarik minat kaum muda dan orang dewasa untuk ambil bagian dalam pelayanan bagi orang miskin yang terlantar. Kesadaran akan cinta kasih dan rejeki yang diberikan Allah kepada mereka membawa mereka sampai kepada pemahaman bahwa anugerah yang dimiliki baik kalau dibagikan kepada sesama yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan. Kasih yang dialami oleh Kerabat Kerja Ibu Teresa ini membuat mereka bersedia menyediakan waktu untuk memperhatikan orang miskin yang terlantar.

(46)

Gambaran itu sangat jelas dan sekarang perintah itu dilakukan oleh Kerabat Kerja Ibu Teresa dalam pelayanan kemanusiaannya bagi orang miskin yang terlantar. Pelayanan mereka terhadap orang-orang yang kurang mendapat tempat di masyarakat menjadi perwujudan dari isi perikop Kitab Suci dari Mat 25: 31-46 dan perikop ini juga menjadi dasar biblis bagi kelompok ini dalam pelayanannya. Kelompok Kerabat Kerja Ibu Teresa di Yogyakarta khususnya dalam karya pelayanannya kepada kaum miskin yang terlantar, memiliki 25 anggota: 10 orang terdiri dari orang dewasa yang belum menikah dan janda, 15 orang adalah kaum muda. Meskipun kaum mudanya 3 orang ada yang cacat, namun tidak menyurutkan niatnya untuk melakukan sesuatu bagi kaum miskin yang mereka layani. Pelayanan menjadi sangat menyenangkan ketika orang yang dilayani merasa terbantu dan mereka memang membutuhkan bantuan dari kita.

2. Gaudium Et Spes

(47)

dengan manusia lainnya dan pada akhirnya manusia saling membutuhkan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. “Dalam hal ini mau tidak mau sebagai manusia modern ia harus saling menolong dan saling melengkapi (KWI, 1996: 446).

Oleh karena pegangan utama kita ialah iman, maka dalam melayani sesama hendaknya seturut kehendak Tuhan dan dengan kerendahan hati, rela berkorban dan pelayanan yang tulus. Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan orang-orang lain yang juga menderita karena kemiskinan merupakan kecemasan dan duka semua orang yang memiliki kepedulian terhadap penderitaan sesama yang kurang beruntung. Meskipun sekarang manusia terpukau oleh penemuan-penemuan yang dibuat oleh manusia, tetapi sering kali manusia merasa gelisah karena semakin pesat perkembangan jaman dan tekhnologi maka kebutuhan hidup yang harus dipenuhi juga semakin meningkat. Perubahan dan perkembangan yang sangat pesat terkadang kurang teratur, akibatnya muncullah berbagai perbedaan antara lapisan masyarakat yaitu antara yang kaya dengan yang miskin. Masyarakat jaman sekarang makin jelas menyadari perbedaan-perbedaan itu, karena manusia menyadari semua perbedaan-perbedaan yang ada maka perlu adanya perombakan atau perbaikan dalam segi ekonomi, sehingga antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya akan saling membutuhkan.

(48)

kaya dan si miskin sangat jelas terlihat dalam dunia kerja seperti di perusahaan-perusahaan yang banyak menggunakan tenaga buruh untuk mengelola perusahaan-perusahaan. Biasanya kaum buruh sering memperoleh perlakuan yang tidak adil dari majikan. Kaum buruh ini otomatis adalah orang-orang yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah yaitu kaum miskin yang menggantungkan hidupnya pada orang-orang kaya. Banyaknya PHK yang dilakukan oleh perusahaan membuat pengangguran semakin banyak dan otomatis tingkat kemiskinan semakin meningkat. Tidak dapat dipungkiri di Indonesia misalnya, angka kemiskinan semakin hari semakin meningkat, banyak faktor yang menyebabkan contohnya: di PHK, tidak memiliki pendidikan yang layak, tidak memiliki keahlian atau keterampilan dan banyak lagi faktor lain. Yang perlu disoroti adalah rendahnya tingkat pendidikan, mahalnya biaya pendidikan menyebabkan banyak anak-anak tidak bisa mengeyam pendidikan di bangku sekolah. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga atau orang tua. Kemiskinan membuat mereka tidak berdaya dan akhirnya hanya bisa menjadi pemulung, gelandangan, pengamen dan menjadi pembantu rumah tangga atau menjadi buruh cuci dan penghasilan yang mereka peroleh tidak akan bisa memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka.

(49)
(50)

BAB III

KELOMPOK KERABAT KERJA IBU TERESA DI YOGYAKARTA

A. Apa dan Siapa Kerabat Kerja Ibu Teresa

Kalau aku menjadi Orang Suci pastilah aku salah satu orang suci untuk dunia gelap. Aku akan terus-terusan absen dari Surga untuk menerangi mereka yang kegelapan di bumi, kata Ibu Teresa. Wisma Sahabat Baru (WSB) adalah wujud impian ibu Teresa guna melayani orang-orang (jompo) yang perlu dirawat oleh orang lain. Mereka tinggal sendirian karena keluarganya semua sibuk mencari nafkah atau bermacam-macam alasan lain. Rumah transit ini (rumah singgah) terletak di Jln. Sahabat Baru No 39 Kepa Duri Jakarta Barat. Masuk dalam paroki Tomang. Sebelumnya didirikan oleh beberapa orang pengikut Ibu Teresa dari Kalkuta India yang dikenal di Indonesia dengan nama Kerabat Kerja Ibu Teresa (KKIT). Disebut sebagai rumah transit karena hanya untuk perawatan sementara, untuk pemulihan setelah perawatan dari rumah sakit; dan diutamakan bagi mereka yang terlantar dalam artian tidak mempunyai keluarga yang mau mengurus mereka dan dalam keadaan sungguh-sungguh tidak berdaya.

(51)

Hanya dengan berkenalan secara pribadi kami dapat mengerti dan mencintai mereka. Kami mengerjakan perbuatan-perbuatan kecil, dimana orang lain tidak mempunyai waktu untuk melakukannya. KKIT bukanlah sebuah organisasi, melainkan perkumpulan awam dengan tujuan melayani orang yang termiskin diantara orang yang miskin, ini adalah motto dari Ibu Teresa.

Co-Worker adalah kerabat kerja bagi para suster dan bruder MC yang tergabung dalam Missionaries of Charity yang didirikan oleh Ibu Teresa. KKIT Indonesia sudah ada dibeberapa kota seperti: Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya. Sedangkan di Jakarta berlokasi di beberapa wilayah seperti di daerah Selatan (Kebayoran, Pondok Indah, Bintaro dan sekitarnya), di daerah Timur antara lain Pulo Mas, Rawamangun dst, di daerah Barat: Tomang, Kedoya, Petamburan; tiap daerah mempunyai kegiatan sosial masing-masing.

(52)

dan adorasi pada Jumat ketiga tiap bulan (Erwin Iskak-Greg 1: Warta Minggu, 23 November 2008).

“Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan, Ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum, Ketika Aku seorang asing, kamu menyambut Aku, Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian, Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku,

Ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku...

Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kau lakukan kepada salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (Matius 25:35-36, 40) SaudaraKu yang paling hina. SaudaraKu yang paling hina (yang termiskin di antara kaum miskin) ialah mereka yang lapar dan kesepian tidak hanya lapar akan makanan, tetapi juga akan Sabda Allah, yang haus dan disingkirkan tidak hanya untuk segelas air tetapi juga untuk pengetahuan, perdamaian dan kebenaran serta keadilan dan cinta. Yang telanjang dan tak dicintai tidak hanya untuk pakaian, melainkan juga untuk harga diri, yang tak dikehendaki, bayi-bayi yang digugurkan, korban diskriminasi, tuna wisma bukan hanya membutuhkan sebuah rumah dari bata, tetapi juga hati yang penuh pengertian, melindungi dan mencintai. Orang miskin yang sakit, sekarat dan para tahanan, juga yang sakit jiwanya, tak bersemangat hidup, semua yang telah kehilangan harapan dan iman, pecandu obat bius dan minuman keras, dan mereka semua yang telah kehilangan Tuhannya (bagi mereka Tuhan adalah masa lampau, padahal Tuhan selalu ada) dan mereka juga telah kehilangan harapan akan kekuatan Roh.

Ya Tuhan, jadikanlah kami berguna untuk melayani sesama manusia di seluruh dunia, yang hidup dan mati dalam kemiskinan dan kelaparan. berikanlah kepada mereka melalui tangan-tangan kami rejeki pada hari ini dan melalui cinta kasih kami yang penuh pengertian, berikanlah kepada mereka rasa damai dan gembira di hati. Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. Bila terjadi kebencian,.jadikanlah aku pembawa Cinta Kasih. Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan. Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan. Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran. Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian. Bila terjadi keputusasaan, jadikanlah aku pembawa harapan.

(53)

berhubungan, Semoga mereka tidak melihat diriku lagi, melainkan menengadah memandang Engkau sendiri oh Tuhanku! Tinggallah selalu dalam jiwaku sehingga Engkau sendiri yang memancarkan sinarMu melalui diriku, sedemikian rupa sehingga memancarkan sinarMu menerangi sesamaku. Sinar itu, oh Tuhan akan datang seluruhnya daripadamu, tak satupun milikku, hanya Dikaulah saja yang memancarkan sinarMu menembusiku menerangi sekelilingku. Biarkan aku memujiMu dengan cara yang paling berkenan di hatiMu, dengan membawa sinarMu

menerangi orang-orang di lingkunganku. Biarkan aku mewartakanMu tanpa mengkhotbahi, bukan dengan kata-kata melainkan dengan suri teladanku, dengan daya tarik dan pengaruh yang lembut dari apa yang kulakukan, yang menjadi bukti nyata kebulatan cinta kasihku kepadaMu. Amin.” (Mutiara Cinta, pondokrenungan.com).

Kegiatan yang dilakukan KKIT adalah mendampingi para narapidana yang berada dalam penjara yang jarang dikunjungi kaum kerabatnya, pergi keperkampungan tempat mereka biasa mengobati orang-orang sakit yaitu di Gampingan dan adorasi yang dilakukan setiap hari jumat minggu ke tiga. Anggota KKIT memang orang-orang dewasa yang belum menikah, namun sebagian besar dari mereka adalah kaum muda dan cukup banyak memberikan sumbangan tenaga, waktu dan pikiran untuk kerabat kerja ini. Yang dewasa mendampingi mereka yang masih muda agar lebih total dalam pelayanannya.

(54)

hati dan dengan cinta kasih. Adorasi dan doa pribadi dilakukan agar dalam pelayanan mereka lebih total lagi dan pelayanana yang mereka lakukan bermanfaat bagi orang miskin yang terlantar. Meskipun kegiatan mereka kurang nampak, namun bukan berarti tanpa karya. Kelompok ini berkarya bukan agar mereka dikenal dan dikagumi orang, tetapi murni pelayanan yang tulus penuh cinta kepada orang miskin yang terlantar. Seperti halnya Ibu Teresa yang melayani dengan cinta kasih kepada Allah dan sesama. Kerabat Kerja Ibu Teresa ini rupanya berkembang cukup pesat juga, meskipun tidak banyak orang yang tahu keberadaan mereka dan apa yang mereka lakukan sangat membantu dan sangat berguna bagi orang miskin yang terlantar.

Mereka memberikan pelayanan bukan hanya dalam hal materi saja tetapi juga dalam hal rohani juga, contohnya; saat mengunjungi para narapidana, selain memberi penghiburan dan baju ganti untuk mereka, kelompok ini juga meyegarkan dan meneguhkan iman para narapidana ini dengan mengajak mereka berdoa dan untuk yang beragama katolik terkadang para suster setiap kali berkunjung membawa hosti yang sudah dikonsekrasi untuk mereka.

B. Keprihatinan di Yogyakarta Berkaitan Dengan Orang Miskin yang Terlantar

Kemajuan zaman yang sangat cepat tidak bisa diikuti semua orang. Akibatnya orang miskin yang hidupnya pas-pasan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tersingkir dari komunitas atau lingkungannya. Pemandangan seperti ini sangat jelas terlihat dikota-kota besar, khususnya di Yogyakarta. Pertumbuhan desa menjadi kota membuat kaum miskin menjadi semakin miskin dan terjepit.

(55)

digantikan oleh tenaga mesin yang canggih dan lebih kuat menghasilkan barang lebih banyak dan cepat. Kehidupan manusia menjadi instan atau serba cepat, hasil karya dari tangan manusia kurang dihargai lagi. Semua itu dapat membuat masyarakat yang tidak memiliki modal untuk usaha terpaksa menjadi gelandangan, pengemis, pengamen dan pemulung. Canggihnya alat komunikasi juga mempengaruhi hubungan antar manusia. Orang menjadi egois dan kurang peduli dengan sesamanya, sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial yang mencolok antara si kaya dan si miskin. Karena situasi ini banyak orang miskin yang kurang beruntung menjadi terlantar, sudah miskin terlantar pula. Tidak ada sanak saudara yang peduli lagi dengan nasibnya. Semua fenomena itu terjadi karena manusia kurang memiliki rasa solidaritas dan kepedulian terhadap orang-orang yang menderita di lingkungannya.

Di jalan-jalan dan di emper-emperan sering dijumpai orang-orang miskin yang terlantar. Pemandangan seperti itu sangat memprihatinkan, melihat situasi yang demikian tidak banyak orang yang prihatin, namun ada juga yang mencibir. Banyaknya penculikan, perampokan, penipuan, dan pembunuhan merupakan akibat dari arus perkembangan jaman juga. Mereka yang terlibat kasus-kasus narkoba, dipenjara karena mencuri, membunuh, merampok dan pemerkosa akan tersingkir dari kehidupan masyarakat karena dianggap tidak layak dicintai dan diperhatikan.

(56)

yang sedang hangat dibicarakan. Bukan hanya disiarkan ditelevisi dan surat-surat kabar saja, tetapi keprihatinan ini dirasakan sendiri oleh kaum miskin. Mereka terpaksa membiarkan penyakit yang mereka derita karena tidak ada biaya untuk berobat.

Dari keprihatinan di atas, maka kelompok Kerabat Kerja Ibu Teresa berusaha meringankan beban dan menghibur orang miskin yang terlantar, yaitu para narapidana, dan orang sakit seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam kenyataannya sudah banyak kelompok yang bergerak dalam bidang pelayanan kemanusiaan seperti yang dilakukan oleh KKIT ini, namun Kerabat Kerja Ibu Teresa memiliki cirikhas tersendiri yaitu pelayanan mereka yang berinspirasikan semangat pelayanan Ibu Teresa, yang melayani kaum miskin dengan tulus dan penuh cinta kasih. Dengan berinspirasikan semangat pelayanan Ibu Teresa ini, mereka berharap karya pelayanan mereka lebih total lagi dan kehadiran mereka dapat benar-benar menjadi berkat bagi orang lain dan sesama.

C. Keterlibatan Kerabat Kerja Ibu Teresa dalam Melayani Orang Miskin yang Terlantar, Termasuk Kaum Mudanya

(57)

mereka kepada penghayatan akan pentingnya sebuah kepedulian dan akhirnya mereka bersedia melayani orang miskin yang terlantar dengan sukarela dan penuh cinta kasih tanpa imbalan apapun.

Sekarang sulit sekali mencari orang yang membantu dengan tulus, namun mereka yang terlibat di dalam kelompok KKIT ini rupanya memiliki semangat yang pelayanan yang begitu besar, memberikan penghiburan dan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan ini bukan hanya kegiatan yang sifatnya insindetal, namun kegiatan pelayanan ini berkelanjutan dan rutin dilaksanakan meskipun mereka harus rela megorbankan waktu, pikiran dan tenaga untuk terlibat dalam kegiatan kelompok ini. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kegiatan KKIT ini adalah mengunjungi penjara-penjara, panti jompo, panti asuhan dan mengadakan pengobatan gratis di Gampingan, selain itu mereka juga mengadakan adorasi dan doa pribadi sebagai pengendapan dari pelayanan mereka.

(58)

Dalam skripsi ini, penulis mau memberikan perhatian secara khusus kepada kaum muda yang terlibat dalam Kerabat Kerja Ibu Teresa.

D. Kaum Muda Warga Kerabat Kerja Ibu Teresa sebagai Orang Kristiani Membangun Semangat Kaum Muda dalam Melayani Kaum Miskin yang Terlantar

Kerabat Kerja Ibu Teresa yang anggotanya sebagian besar kaum muda, melayani orang miskin yang terlantar sebagai wujud dari kepedulian mereka terhadap sesama yang menderita dan sebagai ungkapan cinta nyata bagi sesama umat manusia. Untuk melihat sejauh mana kaum muda warga KKIT dalam karya pelayanannya kepada kaum miskin yang terlantar, maka dilakukan penelitian sedehana. Adapun metode penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui sejauh mana kaum muda warga Kerabat Kerja Ibu Teresa sudah melaksanakan karya pelayanannya kepada kaum miskin yang terlantar.

b. Mengetahui sejauh mana tanggung jawab kaum muda warga KKIT dalam melayani orang miskin yang terlantar.

c. Menggali sejauh mana semangat pelayanan kaum muda warga KKIT dalam karya pelayanan kepada kaum miskin dipengaruhi oleh semangat pelayanan Ibu Teresa kepada kaum miskin.

d. Tantangan apa yang dihadapi kaum muda dalam melayani orang miskin yang terlantar.

(59)

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gampingan. Penulis memilih tempat ini karena tempat tersebut merupakan tempat pelayanan kelompok Kerabat Kerja Ibu Teresa. Hal ini berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kaum miskin yang terlantar dan kurangnya keterlibatan kaum muda dalam karya pelayanan kepada kaum miskin yang terlantar jaman sekarang. Adapun penelitian ini akan dilakuka selama bulan Februari - Maret 2009.

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan bantuan koordinator Kelompok KKIT yaitu Mbak Ratna dan penulis sendiri. Selain itu penulis juga ikut terlibat secara langsung dalam karya pelayanan dan adorasi yang sudah terjadual, agar bisa melaksanakan observasi langsung.

3. Instrumen Pengumplan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner, mengingat para responden tersebar secara geografis (Warsito, 1992: 74) dan tidak mungkin dilakukan pada saat melakukan pelayanan dilapangan. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah tertutup, sedangkan penyebaran kuesioner ini dilakukan pada awal Februari 2009.

Jenis kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah tertutup. Kategori untuk pilihan jawaban diberi bobot skor sebagai berikut:

(60)

Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang positif dan mendukung karya pelayanan mereka (KKIT).

4. Responden Penelitian

Responden pada penelitian ini dipilih dengan kriteria tertentu (Purposve Sampling) hanya sekitar 15 orang kaum muda dari populasi dua puluh lima (25) anggota. Kriteria ini dipilih berdasarkan golongan yaitu kaum muda saja. Selain itu responden dipilih berdasarkan sasaran dalam tulisan skripsi ini.

5. Variabel Penelitian dan pengolahan Hasil Penelitian

Variabel yang akan diteliti melalui instrumen kuesioner dalam penelitian skripsi ini adalah:

Variabel Item Jumlah 1. Identitas kaum muda A, b, c, d 4

2. Tantangan yang dihadapi

dalam pelayanan.

1, 2, 3 3

3. Keterlibatan kaum muda dalam pelayanan

4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 7

4. Semangat Pelayanan Ibu Teresa menjadi inspirasi bagi pelayanan

kelompok KKIT.

11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18

8

(61)

umat Kristiani terhadap orang miskin yang terlantar.

26, 27

6. Pendampingan yang dibutuhkan

28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35

8

Jumlah 35

6. Kisi-kisi Kuesioner

No Variabel Definisi Operasional Indikator Jumlah Item 1 Identitas kaum

muda

A, b,

c, d

2 Tantangan yang dihadapi dalam pelayanan

Waktu dan tenaga masih minim

a. Pengelolaan waktu. b.Waktu yang

bersamaan dengan jadual pribadi. 1 2, 3 3 Keterlibatan kaum muda dalam bidang pelayanan

Terlibat dalam kegiatan sosial

a. Bakti sosial

b.Mengunjungi orang sakit

c. Membantu korban bencana alam

4, 5 6, 7

8, 9, 10

(62)

Pelayanan Ibu Teresa menjadi inspirasi bagi pelayanan kelompok KKIT.

kepada kaum miskin di Kalkuta

b.Karya pelayanan

Kerabat Kerja Ibu Teresa

b. Memberi makan para gelandangan dan pengemis

c. Pengobatan gratis bagi orang miskin d. Mengunjungi panti

jompo dan penjara

13, 14

15, 16

17, 18

5 Tanggapan dan harapan umat Kristiani terhadap orang miskin yang terlantar.

a.Orang miskin yang terlantar mendapat perhatian dari umat kristiani.

b.Orang miskin jangan cepat putus asa.

a. Menyediakan tempat tinggal untuk orang miskin.

b.Memberi beasiswa kepada pelajar keluarga miskin.

c. Memberi pelatihan bagi tuna wisma

d.Mau melakukan

pekerjaan apa saja demi keluarga 19, 20 21, 22 23, 24 25, 26, 27 6 Pendampingan yang dibutuhkan Bentuk pendampingan yang sesuai dengan kaum muda

(63)

E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif

Dari sejumlah kuesioner yang disebarkan kepada kaum muda warga KKIT, semua berhasil terkumpul 15 kuesioner. Data tersebut diperoleh dari kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri.

Berikut ini adalah 15 responden berdasarkan usia mereka.

Tabel 3. Usia Responden (N=15)

Usia Jumlah responden Persentase %

21 3 20 23 5 33 25 5 33 28 2 13 Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kaum muda yang paling banyak mengisi lembar kuesioner adalah usia 23 dan dan 25 masing-masing 33%, sedangkan yang paling sedikit mengisi lembar kuesioner usia 28 tahun 13%.

Responden yang mengisi lembar kuesioner juga dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan. Adapun data berdasarkan pendidikan terakhir sebagai berikut:

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden (N=15)

Pendidikan Jumlah Persentase %

Mahasiswa 7 46

(64)

SMP 3 20

SD 1 7

Jumlah 15 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah sebagai mahasiswa 46%. Maka dapat dikatakan bahwa kaum muda warga KKIT ini cukup berpendidikan, karena sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa, meskipun ada yang tamatan SD namun hanya satu orang.

Seperti halnya tingkat pendidikan, untuk jenis pekerjaan juga dilihat perbedaannya. Karena dari 15 orang kaum muda tersebut tidak semua masih duduk dibangku kuliah, tetapi ada yan

Gambar

Tabel 3. Usia Responden (N=15)
Tabel 5 Jenis pekerjaan Responden (N-15)
Tabel 7. Keterlibatan Kaum Muda Dalam Bidang Pelayanan (N=15)
Tabel 9. frekuensi tanggapan dan harapan umat kristiani terhadap
+2

Referensi

Dokumen terkait