PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING
TEKNIK
JIGSAW
PADA SISWA KELAS I SEMESTER GENAP SDN GIRIWARNO
KALIANGKRIK MAGELANG
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
ISDI PURWANTI NIM. 101132016
PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
1. Suamiku tercinta yang senantiasa menjadi motivsi bagiku untuk menjadi yang
terbaik dan buah hatiku yang selalu setia menanti mama di rumah
2. Anakku tersayang
MOTTO
- Bahwa keberhasilan dan kesuksesan tidak jatuh gratis dari langit tapi merupakan sebuah hasil dari perjuangan dan rahmat dari Tuhan Yang Maha
Esa.
- Selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan
- Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasulnya dan takut kepada Allah, dan bertaqwa kepadaNya, maka merekalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan (Q.S. An-Nuur : 562)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang
saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 September 2012
Penulis
Isdi Purwanti
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertnda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Isdi Purwanti
NIM : 101132016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBEAJARAN COOPERATIVE LEARNING
TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS I SEMESTER GENAP SDN GIRIWARNO KALIANGKRIK MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada)
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 September 2012
Yang menyatakan
Isdi Purwanti
ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBEAJARAN
COOPERATIVE LEARNING
TEKNIK
JIGSAW
PADA SISWA KELAS I SEMESTER GENAP SDN GIRIWARNO
KALIANGKRIK MAGELANG
Isdi Purwanti Universiats Sanata Dharma
2012
Penelitian ini didasari oleh prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri Giriwarno dalam mata pelajaran Matematika yang masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan Matematika yang hanya mencapai 58,75.
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model
cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri Giriwarno Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang dalam mata pelajaran Matematika tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Pada siklus I pembelajaran dilakukan dalam 1 kali pertemuan dengan menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw
dengan membagi siswa dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 orang. Pada siklus II pembelajaran dilakukan dalam 1 kali pertemuan dengan menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw dengan membagi siswa dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Data dikumpulkan menggunakan instrumen tes tertulis. Validitas instrumen diuji dengan ujicoba yang dilakukan di kelas II SD Negeri Giriwarno.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri Giriwarno Kaliangkrik Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012 mata pelajaran Matematika khususnya pada kompetensi dasar melakukan penjumlahan dan pengurangan dua angka. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata ulangan kelas pada kondisi awal 58,75 menjadi 69,38 pada siklus I dan 80,00 pada siklus II. Sedangkan pada kondisi awal jumlah siswa yang memenuhi KKM (65) adalah 31,25% pada siklus I menjadi 69,00% dan pada siklus II menjadi 87,5%
kata kunci : Model pembelajaran kooperatif, teknik jigsaw, prestasi belajar
ABSTRACT
STUDY ACHIEVEMENT IMPROVEMENT BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW TECHNIQUE FOR MATHEMATIC SUBJECT IN STUDENT CLASS I SDN GIRIWARNO MAGELANG
SECOND SEMESTER IN THE SCHOOL YEAR 2011/2012
Isdi Purwanti Sanata Dharma University
2012
This research is constituted by achievement learn class student of SDN Giriwarno for Mathematic subject which still lower. This matter seen from flattening value of Mathematic subject which only reaching 58,75.
This study aimed to determaine whether the using of model Coopertive Learning Technique Jigsaw can improve student achievement class I SDN Giriwarno Kaliangkrik, Magelang Regency for Mathematic subject in school year 2011/2012.
This research is a class act who carried on with two cycles. In the first cycle is done in once meetings by model Coopertive Learning Technique Jigsaw by dividing student in some groups. Each group consists of six students. In the second cycle is done in once meetings by using model Coopertive Learning Technique Jigsaw by dividing student in some groups. Each group consists of four students. Data collected to use instrument of tes written. Validity of instrument was examined by try out which was done in class II SD N Giriwarno.
Result of research indicated that the using of model Coopertive Learning Technique Jigsaw can improve student achievement class I SD N Giriwarno Kaliangkrik Magelang Regency school year 2011/2012 for Mathematic subject specially at basic competence doing addition and reduction numeral two numbers. Improved student achievement is marked with an average rating of grade reptition in the initial conditions 58,75 improve 69,38 in the first cycle and 80,00 in the second cycle. While the students reach KKM (65) in the initial condition are 31,25% in the first cycle improve 69,00% and 87,5% in the second cycle
Key word : Model cooperative learning, technique jigsaw, achievement study
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini
selesai pada waktunya.
Skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Adimassana, M.A., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang
penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak M. Jaelani, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Giriwarno yang
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas.
5. Siswa kelas I SD Negeri Giriwarno yang telah bersedia menjadi subjek dalam
penelitian ini.
6. Ibu Sri Yuniarti, S.Pd.SD selaku teman sejawat dalam melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima
sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya
Magelang, 20 September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang Masalah ……….... 1
B. Pembatasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ………... 3
D. Pemecahan Masalah ... 4
E. Batasan Pengertian ... 4
F. Tujuan Penelitian ...………... 5
G. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ……… 7
A. Kajian Pustaka ... 7
1. Prestasi Belajar Siswa ... 7
2. Cooperative Learning dengan teknik Jigsaw ... 8
3. Pembelajaran Matematika ... 13
4. Proses Belajar Matematika di SD di SD Menggunakan Model Kooperatif Teknik Jigsaw ... 16
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 17
C. Kerangka Pikir ………... 19
D. Hipotesis Tindakan ………...……… 20
BAB III METODE PENELITIAN ………... 21
A. Jenis Penelitian ...……… 21
B. Setting Penelitian ……….. 22
1. Tempat Penelitian ... 22
2. Subyek Penelitian ... 22
3. Obyek Penelitian ... 22
4. Waktu Penelitian ... 22
5. Sasaran Penelitian ... 23
C. Rencana Tindakan ……...……….. 23
1. Persiapan ... 23
2. Rencana Tindakan setiap Siklus ... 24
1) Siklus I ... 24
2) Siklus II ... 26
D Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 27
1. Teknik Pengumpulan Data ... 27
2. Instrumen Penelitian ... 28
3. Validitas dan Reliabilitas ... 30
E. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Hasil Penelitian ... 35
1. Siklus I ... 35
a. Perencanaan ... 35
b. Pelaksanaan Penelitian ... 35
c. Pengamatan ... 36
d. Hasil Pengamatan ... 36
e. Refleksi ... 37
2. Siklus II ... 38
a. Perencanaan ... 38
b. Pelaksanaan Penelitian ... 38
c. Pengamatan ... 38
d. Hasil Pengamatan ... 38
e. Refleksi ... 40
B. Pembahasan ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tabel Jadwal Penelitian ... 22
Tabel 2 : Peubah dan Instrumen Penelitian ... 29
Tabel 3 : Kualifikasi Reliabilitas ... 32
Tabel 4 : Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 33
Tabel 5 : Hasil Nilai Ulangan Siklus I ... 36
Tabel 6 : Hasil Nilai Ulangan Siklus II ... 39
Tabel 7 : Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Nilai Siswa ... 40
Tabel 8 : Hasil Peningkatan Prestasi Belajar ... 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 21
Gambar 2. Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas ... 43
Gambar 3. Capaian KKM ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ... 48
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 49
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 57
Lampiran 4. Kisi-kisi Soal Evaluasi ... 62
Lampiran 5. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus ... 64
Lampiran 6. Soal dan Validitas Soal Siklus ... 72
Lampiran 7. Reliabilitas Soal Siklus ... 83
Lampiran 8. Data Prestasi Belajar Siswa ... 87
Lampiran 9. Surat Ijin Melakukan Penelitian dari Dekan ... 89
Lampiran 10. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SD ... 90
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat
mendasar bagi pembangunan bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta
didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses
pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman
pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam
bentuk kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem
pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia
adalah lemahnya proses pembelajaran.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dinilai
dapat memberikan kontribusi positif dalam memicu ilmu pengetahuan dan
teknologi. Matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu
lain, utamanya sains dan teknologi, sehingga Matematika mempunyai
peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Oleh karena itu, para siswa dituntut untuk menguasai matematika.
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran
di SD N Giriwarno dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa,
terutama dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran yang dialami siswa
kurang menyenangkan, dan proses pembelajarannya masih terfokus pada
peningkatan aspek kognitif dibandingkan aspek psikomotor dan afektif.
Padahal, tujuan pembelajaran Matematika tidak hanya sebatas pada
diperolehnya hasil berbagai operasi bilangan, namun lebih dari itu,
mengembangkan rasa ingin tahu, perhatian, dan minat terhadap sesuatu, serta
mengembangkan nalar berpikir logis dalam kehidupan sehari-hari.
Pencapaian prestasi belajar Matematika yang rendah ini juga
dialami oleh para siswa kelas I SD Negeri Giriwarno Kecamatan Kaliangkrik
Kabupaten Magelang. Dari 16 siswa yang benar-benar memahami materi
hanya 30%. Padahal, guru sudah menjelaskan berulang-ulang. Namun tetap
saja, guru harus mengalokasikan waktu lebih lama. Berdasarkan hasil ulangan
hanya 5 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 6,50.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru
kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai
oleh peserta didik, apalagi mengajar siswa di kelas I yang masih senang
bermain dan menyukai hal-hal yang menarik. Suasana kelas perlu
direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi
belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan
kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di
dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.
Pembelajaran kooperatif dianggap cocok diterapkan dalam
pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai gotong royong.
Berdasarkan uraian tentang masih rendahnya keaktifan siswa
dalam pembelajaran matematika maka penulis tertarik untuk menyusun
penelitian dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika tentang
Bilangan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning
Teknik Jigsaw.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian pada hal-hal
sebagai berikut:
1. Bilangan pada siswa kelas I semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012
pada kompetensi dasar 4.4. melakukan penjumlahan dan pengurangan
dua angka
2. Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini adalah menggunakan model
pembelajaran Cooperative Teknik Jigsaw
C. Rumusan Masalah
Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana penggunaan model pembelajaran cooperative learning Teknik
tentang penjumlahan dan pengurangan dua angka pada siswa kelas I (satu)
semester genap SD Negeri Giriwarno Kaliangkrik Magelang Tahun pelajaran
2011/2012?
D. Pemecahan Masalah
Peneliti menggunakan model cooperative learning Teknik
Jigsaw untuk meningkatkan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan
dan pengurangan bilangan dua angka.
E. Batasan Pengertian
Supaya tidak menimbulkan persepsi yang berbeda mengenai masalah
yang sedang dibahas maka perlu adanya batasan pengertian dalam penelitian
ini.
1. Prestasi Belajar adalah hasil yang diraih/didapat setelah seseorang
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi Belajar juga
berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman belajar
2. Model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw adalah suatu
pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama
sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau
menyelesaikan suatu tujuan bersama (Artzt dan Newman dalam Asma
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan
penelitian adalah : untuk mengetahui apakah penggunaan model cooperative
learning Teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
khususnya pada kompetensi dasar melakukan penjumlahan dan pengurangan
bilangan dua angka pada siswa kelas I SD Negeri Giriwarno Kecamatan
Kaliangkrik Tahun Pelajaran 2011/2012
G. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah :
1. Bagi Peneliti
a. Membuka wawasan baru tentang model pembelajaran yang dapat
digunakan selain model ceramah yang biasa digunakan selama ini dan
efektifitasnya
b. Merupakan pengalaman baru yang dapat dikembangkan untuk
pembelajaran materi lain atau bidang studi lain bila memungkinkan
c. Memberikan inspirasi untuk menerapkan model pembelajaran ini pada
mata pelajaran yang lain
2. Bagi Siswa
a. Memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga
diharapkan dapat mengurangi kejenuhan dan tidak monoton
b. Bila model pembelajaran dilakukan secara berkesinambungan (tidak
hanya sekali waktu penelitian dilakukan) pada materi-materi lain, prestasi
c. Mengatasi anak yang kesulitan belajar dalam menyelesaikan soal-soal
yang berkaitan dengan operasi hitung campuran bilangan bulat
3. Bagi Guru
a. Merupakan model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif
metode pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan
b. Diharapkan dapat memotivasi guru untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan model yang sama atau model yang lain, pada bidang studi
lain, materi lain dan kelas yang lain
c. Memberi masukan kepada guru agar menyadari, dalam proses belajar
mengajar selalu berpegang pada 4 pilar pendidikan.
4. Bagi Sekolah
Menambah dokumen hasil penelitian yang dapat menambah
bahan bacaan di perpustakaan sekolah yang diharapkan dapat memberi
inspirasi dan memacu guru melakukan penelitian yang sama maupun
penelitian lain.
5. Bagi Perguruan Tinggi
Bagi perguruaan tinggi hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan bacaan dan referensi di perputakaan yang berguna bagi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar.
Masing-masing memiliki arti sendiri. Berikut ini berbagai definisi
mengenai prestasi dan belajar.
1) Pengertian Belajar
Kata belajar identik dengan kegiatan menghafalkan catatan,
membaca buku, bahkan mengingat-ingat materi pelajaran/pengetahuan.
Sehingga apa yang akan dipelajari mudah hilang setelah pengetahuan
itu dipergunakan. Pemahaman tentang belajar tersebut hanyalah makna
sempit saja.
Jika dicermati kata belajar tidak hanya berhenti pada kegiatan
mengingat ataupun menghafal. Belajar merupakan suatu proses atau
kegiatan yang ditandai dengan perubahan tingkah laku yang positif dari
orang yang belajar. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007:17), belajar berarti 1. Berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu; 2. Berlatih; 3. Berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.
3) Pengertian Prestasi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:895),
prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,
dikerjakan). Pengertian dari akademis adalah hasil pelajaran yang
diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang
bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan
penilaian belajar penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lainnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru; hasil kerja yang dicapai
oleh seseorang melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
1. Prestasi Belajar adalah hasil yang diraih/didapat setelah seseorang
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
2. Prestasi Belajar juga berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman belajar menurut pandangan Skinner.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia
tidak belajar maka responnya menurut Sukirin tidak baik. Menurut
Sukirin dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Psykologi
Pendidikan dikemukakan sebagai berikut : Belajar adalah suatu
kegiatan yang disengaja untuk mengubah tingkah laku, sehingga
diperoleh kecakapan baru (Sukirin, 1978:36)
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan belajar
adalah suatu proses kognitif yang terjadi secara aktif untuk
memperoleh pengetahuan sehingga menimbulkan perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Perilaku yang positif menuju kemajuan.
2. Cooperative Learning dengan Teknik Jigsaw
Cooperative Learning yaitu suatu pendekatan yang mencakup
kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk
memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau menyelesaikan suatu
tujuan bersama (Artzt dan Newman dalam Asma 2006: 11). Sementara
Slavin dalam Asma (2006: 11) mendefinisikan belajar kooperatif adalah
siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan
bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu
maupun kelompok. Cooperative Learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana
kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong
dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius yang
menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Lie, 2008: 28).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Cooperative
Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu sesama
dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
dari dua orang atau lebih. Cooperative Learning adalah salah satu
pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Dalam
pembelajaran ini siswa bekerja sama dengan siswa yang lain dalam
kelompok yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling membantu
dalam memahami materi pelajaran. Dalam Cooperative Learning,
belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Asma (2006: 12) tujuan
dari Cooperative Learning adalah untuk pencapaian hasil belajar,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial. Pada Cooperative Learning, terdapat beberapa unsur yang saling
terkait satu sama lainnya.
Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2006: 32)
menyatakan bahwa ada lima unsur dasar yang terdapat dalam struktur
Cooperative Learning agar mencapai hasil maksimal yaitu :
a. Saling ketergantungan positif, keberhasilan suatu karya sangat
bergantung pada usaha dan tanggung jawab setiap kelompok, oleh
karena itu sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling
tergantung positif
b. Tanggung jawab perseorangan, setiap anggota kelompok
bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran karena
keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar
sumbangan hasil belajar secara perseorangan.
c. Tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan
keuntungan bagi semua anggota kelompok karena memanfaatkan
kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota
kelompok. Inti dari interaksi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling
mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka
d. Komunikasi antar anggota, karena dalam setiap tatap muka terjadi
diskusi, maka keterampilan berkuminkasi antar anggota kelompok
sangatlah penting. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada
kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok ini merupakan proses panjang.
Namun proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan
perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa.
e. Evaluasi proses kelompok, keberhasilan belajar dalam kelompok
ditentukan oleh proses kerja kelompok. Dalam penerapan
pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari langkah-langkah yang
harus dilakukan supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
2) Teknik Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
rekan-rekannya sebagai model Cooperative Learning. Teknik
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan
berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan
skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu,
siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi kelompok dengan empat
atau lima anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu
bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota
kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan
harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat
topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut.
Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli
kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah
dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk
diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.
Menurut Trianto (2009: 73), langkah-langkah dalam
Cooperative Learning Teknik Jigsaw adalah :
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok beranggotakan
4 sampai 5 orang yang disebut kelompok asal).
b. Tiap orang dalam tim diberi bahan materi dan tugas yang berbeda
dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
c. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan penugasan yang sama
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang materi yang
mereka kuasai.
Penggunaan model Cooperative Learning dengan Jigsaw ini
dapat dijadikan salah satu pilihan dalam menjawab permasalahan tentang
kurangnya minat siswa dalam pembelajaran matematika. siswa diajak
untuk mempelajari konsep tertentu dengan suasana yang menyenangkan
sehingga prestasi dapat meningkat.
Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk
membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa
sebagai subyek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau
berorientasi pada aktivitas siswa. Beberapa unggulan jigsaw yaitu : (a)
setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan tugasnya, (b)
mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan
dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah, (c) dapat
meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan
hubungan interpersonal yang positif, (d) waktu pelajaran lebih efisien dan
efektif, dan (e) dapat berlatih berkomunikasi dengan baik.
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14)
Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993: 68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan
lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga
tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang
menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses
pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan,
kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain.
(Soetomo, 1993: 120)
Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bab 1
pasal 1 ayat 20 “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar suatu lingkungan belajar”. Melalui proses
tersebut diharapkan tercipta hubungan yang baik, sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna. Siswa juga dapat merasakan manfaat dari proses
tersebut untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Pembelajaran matematika di kelas dipandang sebagai suatu
proses aktif dan sangat di pengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin
dipelajari anak. Dari pandangan ini hasil belajar bukan semata-mata
bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh
interaksi antara berbagai informasi yang diminati kepada anak dan
bagaimana anak mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang telah
dimiliki sebelumnya. Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan
masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai
masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan
pengalaman yang mungkin dimiliki siswa.
Menurut pandangan konstruktivisme belajar adalah proses aktif
belajar mengonstruksi arti. Belajar juga merupakan proses
dipelajari dengan pengertian yang sudah dipumyai seseorang sehingga
pengertiannya dikembangkan (Suparno1997: 61). Ini berati bahawa
kegiatan belajar adalah kegiatan aktif, dimana siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari dan
bertanggungjawab atas hasil belajarnya.
Dalam hal belajar mengajar matematika, perlu diketahui
karakteristik matematika. Dengan mengetahui karakteristik matematika,
maka seharusnya dapat pula diketahui bagaimana belajar dan mengajar
matematika. Karakteristik matematika yang dimaksud adalah objek
matematika bersifat abstrak, materi matematika disusun secara hirarkis,
dan cara penalaran matematika adalah deduktif.
Objek matematika bersifat abstrak, maka belajar matematika
memerlukan daya nalar yang tinggi. Demikian pula dalam mengajar
matematika guru harus mampu mengabstraksikan objek-objek matematika
dengan baik sehingga siswa dapat memahami objek matematika yang
diajarkan.
Materi matematika disusun secara hirarkis artinya suatu topik
matematika akan merupakan prasyarat bagi topik berikutnya. Oleh karena
itu, untuk mempelajari suatu topik matematika yang baru, pengalaman
belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi proses belajar
mengajar matematika tersebut.
Ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar
bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinyu. Karena dalam belajar
berikutnya, maka dalam mengajar matematika guru harus
mengidentifikasikan materi-materi yang menjadi prasyarat suatu topik
mata pelajaran matematika.
4. Proses Belajar Matematika di SD Menggunakan Model Kooperatif Teknik Jigsaw
Siswa Sekolah Dasar umumnya berumur antara 6 atau 7 tahun
samapi 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (dalam Heruman, 2007: 1),
mereka berada dalam fase operasional kongkret. Kemampuan yang tampak
pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat terikat
dengan objek yang bersifat kongkret.
Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat
dengan objek kongkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam
pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu
berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan
disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh
siswa.
Pada proses penanaman konsep dasar, yang dalam hal ini pada
proses pengenalan, guru hendaknya menggunakan media atau alat peraga
dalam rangka membantu pola pikir siswa. Hal ini dimaksudkan agar
menjadi jembatan untuk menghubungkan kearah kemampuan kognitif
siswa dari yang kongkret kearah konsep ayang abstrak (Heruman, 2007:1).
pembelajaran dalam rangka pemahaman konsep dan pembinaan
keterampilan.
Jigsaw didesain selain meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
secara individu juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling
membantu) terhadap teman sekelompoknya. Pada akhir pembelajaran
diberkan tes pada siswa secara individual. Materi yang diteskan meliputi
materi yang telah dibahas.
Kunci pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah
interdependensi setiap siswa terhadap anggota kelompok yang
memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengerjakan tes dengan baik.
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian yang
relevan.
Ari Trisnawati
Dalam penelitian yang berjudul ”Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan
Model Cooperative Learning teknik Jigsaw Dalam Mata Pelajaran IPS siswa
kelas IV B SDN Denggung Sleman Tahun Pelajaran 2009/2010”
mendeskripsikan hasil sebagai berikut :
Pada siklus I penulis membagi siswa dalam kelompok setiap
kelompok terdiri dari 6 orang. Kemudian guru menerapkan model
pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw. Dari hasil ulangan
mencapai 58,62% dari 29 siswa. Sebanyak 12 siswa masih memperoleh nilai
ulangan di bawah KKM atau 41,37%. Hal ini disebabkan karena beberapa
siswa masih kurang antusias dan bersemangat mengikuti diskusi. Tetapi hasil
tes pada akhir siklus I nilai rata-rata ulangan siswa mencapai 67,93.
Pada siklus II telah dilaksanakan cooperative learning teknik
jigsaw dengan pembagian setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Pada akhir
siklus II siswa yang memperoleh nilai ulangan di atas KKM sebanyak 19
siswa atau mencapai 65,51% dari 29 siswa. Sebanyak 10 siswa masih
memperoleh nilai ulangan di bawah KKM atau 34,48%. Jadi peningkatan
untuk siswa yang tuntas dari akhir siklus I ke siklus II mencapai 6,89%.
Sedangkan nilai rata-rata ulangan yang diperoleh pada akhir siklus II telah
mencapai indikator keberhasilan keberhasilan akhir siklus kedua maka siklus
tidak dilanjutkan.
Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat terjadi peningkatan
prestasi siswa yang ditandai dengan naiknya nilai rata-rata ulangan siswa dari
kondisi awal 58,00 ke siklus I mecapai 67,93 dan dari siklus I ke siklus II
mencapai 75,86. Dengan demikian, hasil penelitian di atas membuktikan
hipotesis bahwa penggunaan cooperative learning teknik jigsaw dapat
meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran IPS.
Agung Priyono, St. Suwarsono, dan Th. Sugiarto dalam
penelitian yang berjudul “Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw I pada siswa kelas VI A SDN
Memaparkan hasil penelitian bahwa perbandingan kondisi awal
dengan siklus I ada peningkatan 52,4%. Perbandingan siklus I dengan siklus
II ada peningkatan 19,2%. Sedangkan perbandingan siklus awal dengan
siklus II ada peningkatan 76%. Peningkatan keaktifan siswa dari kondisi awal
siklus II mencapai 76% sedangkan target yang dipatok 75%, maka peneliti
tidak melanjutkan ke siklus selanjutnya karena peneliti menganggap bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Berdasarkan dua hasil penelitian terdahulu yang relevan di atas, model
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar.
Oleh karena itu peneliti ingin mencoba menerapkan model pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw dalam mata pelajaran Matematika mengenai
bilangan.
C. Kerangka Pikir
Masih banyak siswa yang kurang meningkatkan prestasi belajar,
khususnya mata pelajaran matematika yang disebabkan beberapa faktor
antara lain : siswa kurang aktif pada waktu mengikuti pelajaran sehingga
prestasi rendah, kreatifitasnya kurang, guru belum menggunakan model yang
tepat sehingga siswa pasif dan bosan.
Untuk meningkatkan prestasi siswa, guru dapat menciptakan
pembelajaran yang menarik dengan menggunakan model yang tepat dan
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka
berpikir, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Model
pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi
belajar pada siswa kelas I SD Negeri Giriwarno semester genap Tahun
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan (action research),
karena penelitian ini digunakan untuk memperbaiki keadaan yang kurang
memuaskan dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang ada di kelas.
Menurut Lewin (dalam Kasbolah 2001:10) penelitian tindakan adalah
penelitian yang merupakan suatu lingkaran atau langkah-langkah (a spiral of
steps) yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Langkah-langkah yang
ada dalam rangkaian ini adalah : perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
Gambar 1. Siklus Model Kurt Lewin
Rencana
Tindakan
Observasi Refleksi Siklus 1
Rencana
Tindakan
Observasi Refleksi Siklus 2
B. Seting Penelitian
1. Tempat penelitian : SD Negeri Giriwarno Kecamatan Kaliangkrik,
Kabupaten Magelang
2. Subjek penelitian : Siswa kelas I (satu) dengan jumlah siswa 16 orang,
L = 9 orang P = 7 orang
3. Obyek penelitian : Peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran
matematika tentang penjumlahan dan pengurangan
bilangan dua angka dengan model pembelajaran
cooperative learning teknik jigsaw
4. Waktu penelitian : Bulan Januari - Agustus Tahun Pelajaran 2011 /
2012
Jadwal Kegiatan dalam Penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus
1 Pengumpulan data kondisi awal √ √
2 Penyusunan proposal √ √ √ 3 Ijin pengambilan data √
4 Pengambilan data √ √
5 Analisa data √
6 Penyusunan laporan √ √
7 Ujian skripsi √
5. Sasaran Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti dapat mengetahui seberapa jauh
hasil belajar siswa SD N Giriwarno Kaliangkrik Magelang Tahun
pelajaran 2011/2012 dalam memahami dan dapat menyelesaikan soal
bilangan dengan benar melalui model pembelajaran cooperative learning
teknik jigsaw.
Berdasarkan indikator di atas peneliti mengumpulkan data
tentang kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal
bilangan pada siswa kelas I SD N Giriwarno. Diperoleh data pada pra
siklus bahwa untuk nilai rata-rata ulangan 58,0.
C. Rencana Tindakan
1. Persiapan
1) Permintaan ijin Kepala Sekolah Dasar Negeri Giriwarno
Permintaan ijin disini dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat
berjalan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan mendapatkan data
yang sesuai.
2) Melakukan observasi pada siswa kelas I untuk mengetahui kemampuan
siswa
3) Identifikasi masalah
4) Perumusan masalah
5) Penyusunan rencana penelitian dalam siklus-siklus
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus
1) Siklus I
a. Kegiatan Awal
- Berdoa, dilanjutkan mengabsen siswa
- Menyiapkan buku, bahan dan media pembelajaran
- Apersepsi, tanya jawab
- Memotivasi
b. Kegiatan Inti
- Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan cooperative
learning teknik jigsaw dan membagi siswa dalam kelompok yang
berjumlah 6 orang
- Guru membagi soal
- Siswa dengan materi atau soal sama tentang penjumlahan dan
pengurangan bilangan dua angka bergabung dalam kelompok ahli
dan berusaha menguasai materi sesuai dengan dengan materi dan
soal yang diterima
- Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya
- Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima
materi dari siswa lain
- Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal
- Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal
- Siswa mempresentasikan hasil diskusi yang mereka lakukan
- Guru memberikan penguatan dengan memberikan jawaban yang
- Guru memberikan penghargaan bagi siswa yang dapat
menyelesaikan tugas sebelum waktu selesai
- Guru membuat ringkasan materi dan melaksanakan tes hasil belajar
akhir siklus I
c. Kegiatan Akhir
- Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
- Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk layanan
konseling baik secara individu maupun kelompok
d. Observasi
a) Mencatat hasil tes anak
Selama pembelajaran berlangsung ada anak yang kurang
memperhatikan, ada anak yang berbicara dengan temannya
b) Memeriksa lembar kerja siswa
e. Refleksi
a) Dengan menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw
pada pembelajaran siklus I siswa sudah dapat memahami konsep
bilangan sehingga hasilnya meningkat
b) Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran siklus I dengan model
cooperative learning teknik jigsaw pada waktu mengerjakan soal
masih terdapat siswa dalam kelompok yang mengobrol dan
bermain hal ini dikarenakan jumlah siswa dalam kelompok yang
c) Hasil tes evaluasi pada siklus I belum memenuhi target 75,0 maka
akan diperbaiki pada siklus selanjutnya
2) Siklus II
a. Kegiatan Awal
- Berdoa, dilanjutkan mengabsen siswa
- Menyiapkan buku, bahan dan media pembelajaran
- Apersepsi, tanya jawab
- Memotivasi
b. Kegiatan Inti
- Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan cooperative
learning teknik jigsaw dan membagi siswa dalam kelompok yang
berjumlah 4 orang
- Guru membagi soal
- Siswa dengan materi atau soal sama tentang penjumlahan dan
pengurangan bilangan dua angka bergabung dalam kelompok ahli
dan berusaha menguasai materi sesuai dengan materi dan soal yang
diterima
- Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya
- Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima
materi dari siswa lain
- Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal
- Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal
- Guru memberikan penguatan dengan memberikan jawaban yang
benar
- Guru memberikan penghargaan bagi siswa yang dapat
menyelesaikan tugas sebelum waktu selesai
- Guru membuat ringkasan materi dan melaksanakan tes hasil belajar
akhir siklus I
c. Kegiatan Akhir
- Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
- Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk layanan
konseling baik secara individu maupun kelompok
d. Observasi
Mencatat hasil tes anak
e. Refleksi
1. Peneliti mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan kejadian
khusus yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung
2. Membandingkan analisis siklus I dan siklus II dan menarik
kesimpulan tentang peningkatan prestasi belajar penggunaan
cooperative learning teknik jigsaw
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah nilai-nilai variabel yang diperoleh dari hasil
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu data primer dan data skunder. Data primer
yaitu data yang diperoleh dari sumber aslinya, sedangakan data sekunder
yaitu data yang diperoleh melalui perantara. Data yang digunakan adalah
data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber aslinya yaitu dengan
melakukan tes akhir (post test)
1. Peubah
Dalam penelitian ini, peubahnya adalah prestasi belajar siswa dalam
suatu pelajaran matematika khususnya operasi bilangan campuran
2. Indikator
Peningkatan prestasi belajar siswa dalam operasi hitung campuran
3. Jenis data
Data yang diperoleh dari skor ulangan
4. Cara pengumpulan data
Data dikumpulkan dengan melakukan ulangan pada setiap akhir siklus
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian hasil seorang guru menggunakan alat
pengukur yang disebut tes. Berdasarkan masalah penelitian, jenis
penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif. Bentuk instrumen yang digunakan berupa bentuk tes yaitu
bentuk tes pilihan ganda.
Tes yaitu suatu alat pengukur untuk yang berupa serangkaian
pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu yang
distandarisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
mengukur kemampuan siswa adalah jenis tes prestasi belajar dan tes
kemampuan belajar (Ign. Masidjo,1995:38-39). Tes pilihan ganda adalah
bentuk penilaian yang terdiri atas suatu pernyataan atau pertanyaan dan
sejumlah pilihan atau alternatif jawaban. Sedangkan tes melengkapi
berupa suatu pernyataan yang belum lengkap, di mana siswa diminta untuk
melengkapi pernyataan tersebut dengan satu kata, satu formula kalimat
singkat atau satu angka (Ign. Marsidjo,1995:53).
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah soal-soal
ulangan tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
Jumlah soal adalah 10 soal yang berupa pilihan ganda/PG untuk
masing-masing siklus, dan dideskripsikan dalam kisi-kisi soal yang telah dibuat.
Tabel 2: Peubah dan Instrumen Penelitian
Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen
Prestasi
tes tertulis Lembar
evaluasi
Menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa diperoleh dengan
membagikan jumlah nilai seluruh siswa dengan jumlah siswa. Nilai
rata-rata dihitung dengan rumus :
∑n
Keterangan : ∑n = jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa N = jumlah seluruh siswa
3. Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu
mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat
tersebut. Alat-alat pengujian di bidang pendidikan dan ilmu jiwa
dirancang untuk menaksir bangunan pengertian (construct) seperti
prestasi belajar, kecerdasan, kreativitas, bakat, sikap, motivasi dan
sebagainya (Arief Urchan, 2007:293)
Sedangkan Masidjo (2010:242) menyatakan validitas suatu tes
adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suatu tes dikatakan valid dapat dilihat dari keadaan
dirinya dan setelah diperbandingkan dengan suatu tes lain yang telah
valid. Apabila setelah diperbandingkan menunjukkan kesesuaian
mengenai hal atau apa yang mau diukur, dikatakan tes tersebut
memiliki taraf validitas tertentu.
Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006:168). Azwar (2009:5)
suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
memberikan hasil ukur yang sesuai maksud dilakukannya pengukuran
tersebut.
Rumus korelasi yang dapat digunakan untuk menghitung
validitas instrumen adalah rumus Korelasi Product Moment yang
dikemukakan oleh Pearson, dengan rumus angka kasar yaitu :
= .∑ −(∑ ) (∑ ) ∑ −(∑ ) ( ∑ −(∑ )
Keterangan :
rxy : Koefisien validitas
x : Jumlah skor dalam sebaran x
y : Jumlah skor dalam sebaran y
xy : Jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan
x2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x
y2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
N : Banyaknya subyek
Uji coba validitas soal tes tiap siklus dilaksanakan di SD Negeri
Giriwarno kelas II yang berjumlah 20 siswa pada taraf signifikan
5%=0,444 (dilihat pada tabel harga kritis r product moment).
Sedangkan jumlah soal yang digunakan adalah 30 soal berbentuk
pilihan ganda untuk masing-masing siklus. Setelah diujikan guru
melakukan uji validitas terhadap soal-soal tersebut dan diperoleh 10
soal yang valid. Soal yang valid akan digunakan sebagai soal evaluasi
b. Reliabilitas
Menurut Masidjo (2010:310), reliabilitas suatu tes adalah taraf
dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya
yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil.
Reliabilitas pada dasarnya menunjukkan pada konsep sejauh mana
suatu pengukuran dapat dipercaya dan tetap.
Uji reliabilitas tes akan menggunakan teknik belah dua atau
gasal genap. Hasil suatu tes dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama
adalah gasal dan bagian kedua adalah genap.
= 2 × atau 1− atau
Keterangan :
rtt : Koefisien reliabilitas
rgg : Koefisien gasal – genap
rbb : Koefisien belahan I dan II
Tabel 3. Tabel Kualifikasi Reliabilitas
Koofisien Korelasi (x) Kualifikasi
0,91 – 1,00
Hasil perhitungan reliabilitas soal tes dapat dilihat pada
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian tindakan kelas ini adalah analisis
kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari hasil post tes pada siklus I dan siklus
II dari hasil siswa menyusun bilangan secara urut serta hasil tes evaluasi yang
diberikan peneliti.
Sebelum membuat soal evaluasi dibuat peneliti membuat
kisi-kisi soal terlebih dahulu dengan cakupan beberapa indikator yang ingin
dicapai oleh peneliti. Kisi-kisi dibuat sebagai panduan untuk mempermudah
dalam membuat soal evaluasi yang tepat dan sesuai dengan indikator dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Peneliti menggunakan 10 soal mencakup beberapa indikator
yang ingin dicapai dalam penelitian. untuk memastikan bahwa item-item soal
sahih dan andal, maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas
instrumen. Soal yang telah dibuat sebelum digunakan penelitian diujicobakan
terlebih dahulu di kelas yang tingkatnya di atas kelas yang akan menjadi
obyek dalam penelitian, yang dalam hal ini adalah kelas II
Tabel 4. Kriteria Keberhasilan
Cara menghitung peningkatan prestasi belajar
a. Penyekoran
Benar : 1
Salah : 0
b. Menghitung jumlah skor setiap siswa
c. Menghitung nilai setiap siswa dengan rumus:
d. Menghitung Nilai Rata-rata
Ket : ∑N = Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa n = Jumlah seluruh siswa
e. Menghitung persentase siswa yang telah mencapai KKM, dengan
rumus:
Uji normalitas K-S dengan SPSS 16.0 Nilai Akhir = jumlah skor setiap siswa x 10
Nilai rata-rata (N) =
n N
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan
Prestasi Belajar Matematika Tentang Bilangan Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Cooperative Learning teknik jigsaw pada Siswa Kelas I SDN
Giriwarno Kaliangkrik, Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012” dilaksanakan
selama dua minggu. Dimulai pada tanggal 28 Mei 2012 sampai dengan 1 Juni
2012.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Untuk menilai prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika, peneliti menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal tes ,
soal-soal tes. Peneliti juga menyiapkan metode, tempat duduk dan
pembagian kelompok yang digunakan pada pertemuan pertama.
b. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan tindakan kelas siklus yang pertama dilaksanakan
pada tanggal 28 Mei 2012 di kelas I dengan jumlah siswa 16 orang.
Pembelajaran berlangsung dengan model cooperative learning teknik
jigsaw dan berpedoman dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat. Dan pada siklus pertama diadakan tes kepada siswa
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima
pembelajaran.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan bantuan satu orang guru yang
telah ditunjuk. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan
berlangsungnya pembelajaran. Adapun tugas guru pengamat adalah
mengamati berlangsungnya pembelajaran dari kegiatan awal, kegiatan
inti, dan penutup yang menghasilkan data apakah guru telah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP). Hal yang
masih kurang dalam siklus ini adalah guru kurang memberikan
penjelasan yang lebih rinci tentang metode cooperative learning teknik
jigsaw sehingga masih ada siswa yang bingung. Guru telah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran namun perlu ditingkatkan dalam membimbing siswa.
Pada akhir pertemuan siklus I dilaksanakan tes untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran.
d. Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan selama dua minggu, hasil yang didapat dari
penelitian siklus pertama adalah nilai ulangan siswa sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil Nilai Ulangan Matematika Siswa Kelas I Siklus I
No Nama Siswa Nilai
Ketuntasan
Ya Tidak
1 IAZ 80 √
2 LI 60 √
3 MR 70 √
5 MIW 60 √
6 MS 80 √
7 NO 70 √
8 NH 40 √
9 NHD 70 √
10 NHL 70 √
11 PWA 80 √
12 RS 60 √
13 SAP 80 √
14 SKM 90 √
15 SM 80 √
16 TY 70 √
Jumlah 1110 11 5
Nilai Rata-rata 69,38 69% 31%
Prosentase Ketuntasan 69%
e. Refleksi
Dari hasil tes yang telah dikerjakan siswa pada tabel 5 di atas
diperoleh nilai rata kelas mencapai 69,38 meningkat dari nilai
rata-rata kondisi awal yaitu 58,75. Karena rata-rata-rata-rata nilai tes belum
memenuhi indikator keberhasilan siklus II yaitu 70,0 maka penelitian
2. Siklus II
a. Perencanaan
Untuk menilai prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika, peneliti menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal tes,
soal-soal tes, dan kunci jawaban. Dengan melihat proses pembelajaran
pada pertemuan pertama peneliti lebih menyiapkan model pembelajaran
yang akan dipakai, tempat duduk dan pembagian kelompok yang
digunakan pada pertemuan kedua.
Pelajaran diawali dengan salam dan doa bersama, dilanjutkan
presensi siswa. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar senang dan semangat
mengikuti pelajaran. Peneliti menyiapkan pembelajaran menggunakan
model cooperative learning teknik jigsaw.
b. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada 1 Juni
2012 di kelas I dengan jumlah siswa 16 orang. Pembelajaran
berlangsung dengan model cooperative learning teknik jigsaw dan
berpedoman dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
dibuat.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan bantuan satu orang guru yang
telah ditunjuk. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan
berlangsungnya pembelajaran. Guru telah melaksanakan pembelajaran
siswa lebih aktif dan bersemangat dalam menerapkan model
cooperative learning yang dilakukan bersama temannya karena mereka
telah memahami model bermain peran. Pada akhir pertemuan siklus II
dilaksanakan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah
menerima pelajaran.
d. Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan penelitian selama dua minggu, hasil yang
didapat dari penelitian siklus II adalah nilai tes siswa sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Nilai Ulangan Matematika Siswa Kelas I Siklus II
No Nama Siswa Nilai
Ketuntasan
Ya Tidak
1 IAZ 80 √
2 LI 70 √
3 MR 80 √
4 MF 70 √
5 MIW 80 √
6 MS 80 √
7 NO 80 √
8 NH 60 √
9 NHD 80 √
10 NHL 80 √
11 PWA 90 √
12 RS 50 √
14 SKM 100 √
15 SM 90 √
16 TY 90 √
Jumlah 1280 14 2
Nilai Rata-rata 80,00 87,5% 12,5%
Prosentase ketuntasan 87,5%
e. Refleksi
Dari hasil tes siswa siklus II pada tabel 6 di atas diperoleh nilai
rata-rata kelas mencapai 80,0 meningkat dari nilai rata – rata pada
siklus I yaitu 69,38. Karena rata-rata nilai tes telah memenuhi indikator
keberhasilan siklus II yaitu 80,0 maka penelitian sudah dikatakan
berhasil sehingga penelitian tidak dilanjutkan.
B. Pembahasan
Penelitian ini difokuskan pada peningkatan rata-rata nilai tes
siswa. Untuk memperjelas hasil penelitian yang telah dilakukan, maka akan
diperlihatkan ringkasan hasil penelitian sebagai berikut :
Tabel 7. Perbandingan Nilai Tes siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan
3 MR 65 70 √ 80 √
4 MF 65 50 √ 70 √
5 MIW 65 60 √ 80 √
6 MS 65 80 √ 80 √
7 NO 65 70 √ 80 √
8 NH 65 40 √ 60 √
9 NHD 65 70 √ 80 √
10 NHL 65 70 √ 80 √
11 PWA 65 80 √ 90 √
12 RS 65 60 √ 50 √
13 SAP 65 80 √ 100 √
14 SKM 65 90 √ 100 √
15 SM 65 80 √ 90 √
16 TY 65 70 √ 90 √
Jumlah 1110 11 5 1280 14 2
Nilai Rata-rata 58,75 69,38 80,0
Persentase Ketuntasan 31,25% 69% 31% 87,5% 12,5%
Berdasarkan analisa data pada tabel 7 di atas terdapat kenaikan
rata-rata nilai tes sampai dengan akhir siklus II. Data awal sebelum adanya
tindakan nilai rata-rata hasil tes siswa adalah 58,75 dan pada siklus I 69,38
pada akhir siklus II nilai rata-rata hasil tes adalah 80,0. Dengan adanya
peningkatan rata-rata nilai tes siswa yang melebihi indikator keberhasilan
sudah tercapai. Oleh karena itu penelitian dihentikan pada siklus II dan tidak
dilanjutkan.
Pada siklus I penelitian telah dilaksanakan dengan model
cooperative learning teknik jigsaw dalam menyelesaikan soal matematika
tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Dalam hal ini
guru memberikan contoh penerapan model cooperative learning teknik
jigsaw dan siswa memperhatikan. Hasil nilai yang diperoleh pada siklus I ada
5 siswa yang masih di bawah KKM atau tidak tuntas sedangkan 11 siswa
memperoleh nilai di atas KKM atau tuntas. Prosentase ketuntasan yang
diperoleh adalah 69% dari 16 siswa. Nilai terendah pada siklus I adalah 40
diraih oleh 1 orang siswa sedangkan nilai tertinggi adalah 90 diraih oleh satu
orang juga. Sedangkan nilai rata-rata kelas yang dicapai pada siklus I adalah
69,38.
Penelitian dilanjutkan pada siklus II karena indikator
keberhasilan nilai rata-rata kelas 70,0 belum tercapai. Pada siklus II ini
penelitian juga telah dilaksanakan dengan menggunakan model cooperative
learning teknik jigsaw. Guru dalam menerapkan model cooperative learning
teknik jigsaw lebih bervariatif dan media yang gunakan betul-betul telah
dipersiapkan sehingga hasilnya siswa lebih tertarik dan memperhatikan
penjelasan guru tentang penjumlahan dan pengurangan dua angka. Pada akhir
siklus II diadakan tes untuk mengukur pemahaman siswa setelah
mendapatkan penjelasan dari guru. Hasil nilai tes yang diperoleh siswa pada
siklus II meningkat. Jumlah siswa yang tidak tuntas hanya 2 orang dan siswa
58,75
tertinggi adalah 100 diraih oleh 2 orang. Sedangkan nilai rata-rata kelas yang
diperoleh adalah 80,0.
Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat terjadi peningkatan
prestasi belajar siswa yang ditandai dengan naiknya nilai rata-rata tes siswa
dari kondisi awal 58,75 ke siklus I mencapai 69,38 dan siklus II mencapai
80,0. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal
prestasi belajar adalah sebanyak 31,25%, selanjutnya mengalami kenaikan
pada siklus I menjadi 69%. Dari siklus I ke siklus II juga mengalami kenaikan
menjadi 87,5%. Dengan demikian, hasil penelitian di atas membuktikan
hipotesis bahwa penggunaan model cooperative learning teknik jigsaw dapat
meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran matematika. Selain itu
model cooperative learning dengan teknik jigsaw memberikan suasana
belajar baru dan dapat membantu memotivasi belajar siswa dalam belajar
matematika sehinga prestasi belajar mereka dapat meningkat.
Berikut adalah gambar diagram yang menunjukkan capaian nilai
rata-rata dan KKM.
Gambar 3 Peningkatan Capaian KKM
Hasil peningkatan prestasi belajar pada kondisi awal, siklus I,
dan siklus II dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Peningkatan Prestasi Belajar
No Peubah Indikator Kondisi
awal
Siklus I Siklus II
Target Capaian Target Capaian