• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS I SEMESTER GENAP SDN GIRIWARNO KALIANGKRIK MAGELANG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS I SEMESTER GENAP SDN GIRIWARNO KALIANGKRIK MAGELANG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gel"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

TENTANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING

TEKNIK

JIGSAW

PADA SISWA KELAS I SEMESTER GENAP SDN GIRIWARNO

KALIANGKRIK MAGELANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

ISDI PURWANTI NIM. 101132016

PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

1. Suamiku tercinta yang senantiasa menjadi motivsi bagiku untuk menjadi yang

terbaik dan buah hatiku yang selalu setia menanti mama di rumah

2. Anakku tersayang

(5)

MOTTO

- Bahwa keberhasilan dan kesuksesan tidak jatuh gratis dari langit tapi merupakan sebuah hasil dari perjuangan dan rahmat dari Tuhan Yang Maha

Esa.

- Selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan

- Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasulnya dan takut kepada Allah, dan bertaqwa kepadaNya, maka merekalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan (Q.S. An-Nuur : 562)

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang

saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 September 2012

Penulis

Isdi Purwanti

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertnda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Isdi Purwanti

NIM : 101132016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBEAJARAN COOPERATIVE LEARNING

TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS I SEMESTER GENAP SDN GIRIWARNO KALIANGKRIK MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada)

Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 20 September 2012

Yang menyatakan

Isdi Purwanti

(8)

ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

TENTANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBEAJARAN

COOPERATIVE LEARNING

TEKNIK

JIGSAW

PADA SISWA KELAS I SEMESTER GENAP SDN GIRIWARNO

KALIANGKRIK MAGELANG

Isdi Purwanti Universiats Sanata Dharma

2012

Penelitian ini didasari oleh prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri Giriwarno dalam mata pelajaran Matematika yang masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan Matematika yang hanya mencapai 58,75.

Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model

cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri Giriwarno Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang dalam mata pelajaran Matematika tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Pada siklus I pembelajaran dilakukan dalam 1 kali pertemuan dengan menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw

dengan membagi siswa dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 orang. Pada siklus II pembelajaran dilakukan dalam 1 kali pertemuan dengan menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw dengan membagi siswa dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Data dikumpulkan menggunakan instrumen tes tertulis. Validitas instrumen diuji dengan ujicoba yang dilakukan di kelas II SD Negeri Giriwarno.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri Giriwarno Kaliangkrik Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012 mata pelajaran Matematika khususnya pada kompetensi dasar melakukan penjumlahan dan pengurangan dua angka. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata ulangan kelas pada kondisi awal 58,75 menjadi 69,38 pada siklus I dan 80,00 pada siklus II. Sedangkan pada kondisi awal jumlah siswa yang memenuhi KKM (65) adalah 31,25% pada siklus I menjadi 69,00% dan pada siklus II menjadi 87,5%

kata kunci : Model pembelajaran kooperatif, teknik jigsaw, prestasi belajar

(9)

ABSTRACT

STUDY ACHIEVEMENT IMPROVEMENT BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW TECHNIQUE FOR MATHEMATIC SUBJECT IN STUDENT CLASS I SDN GIRIWARNO MAGELANG

SECOND SEMESTER IN THE SCHOOL YEAR 2011/2012

Isdi Purwanti Sanata Dharma University

2012

This research is constituted by achievement learn class student of SDN Giriwarno for Mathematic subject which still lower. This matter seen from flattening value of Mathematic subject which only reaching 58,75.

This study aimed to determaine whether the using of model Coopertive Learning Technique Jigsaw can improve student achievement class I SDN Giriwarno Kaliangkrik, Magelang Regency for Mathematic subject in school year 2011/2012.

This research is a class act who carried on with two cycles. In the first cycle is done in once meetings by model Coopertive Learning Technique Jigsaw by dividing student in some groups. Each group consists of six students. In the second cycle is done in once meetings by using model Coopertive Learning Technique Jigsaw by dividing student in some groups. Each group consists of four students. Data collected to use instrument of tes written. Validity of instrument was examined by try out which was done in class II SD N Giriwarno.

Result of research indicated that the using of model Coopertive Learning Technique Jigsaw can improve student achievement class I SD N Giriwarno Kaliangkrik Magelang Regency school year 2011/2012 for Mathematic subject specially at basic competence doing addition and reduction numeral two numbers. Improved student achievement is marked with an average rating of grade reptition in the initial conditions 58,75 improve 69,38 in the first cycle and 80,00 in the second cycle. While the students reach KKM (65) in the initial condition are 31,25% in the first cycle improve 69,00% and 87,5% in the second cycle

Key word : Model cooperative learning, technique jigsaw, achievement study

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini

selesai pada waktunya.

Skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Adimassana, M.A., selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang

penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak M. Jaelani, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Giriwarno yang

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas.

5. Siswa kelas I SD Negeri Giriwarno yang telah bersedia menjadi subjek dalam

penelitian ini.

6. Ibu Sri Yuniarti, S.Pd.SD selaku teman sejawat dalam melaksanakan

Penelitian Tindakan Kelas

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.

(11)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima

sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya

Magelang, 20 September 2012

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ……….... 1

B. Pembatasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ………... 3

D. Pemecahan Masalah ... 4

E. Batasan Pengertian ... 4

F. Tujuan Penelitian ...………... 5

G. Manfaat Penelitian ... 5

(13)

BAB II LANDASAN TEORI ……… 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Prestasi Belajar Siswa ... 7

2. Cooperative Learning dengan teknik Jigsaw ... 8

3. Pembelajaran Matematika ... 13

4. Proses Belajar Matematika di SD di SD Menggunakan Model Kooperatif Teknik Jigsaw ... 16

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 17

C. Kerangka Pikir ………... 19

D. Hipotesis Tindakan ………...……… 20

BAB III METODE PENELITIAN ………... 21

A. Jenis Penelitian ...……… 21

B. Setting Penelitian ……….. 22

1. Tempat Penelitian ... 22

2. Subyek Penelitian ... 22

3. Obyek Penelitian ... 22

4. Waktu Penelitian ... 22

5. Sasaran Penelitian ... 23

C. Rencana Tindakan ……...……….. 23

1. Persiapan ... 23

2. Rencana Tindakan setiap Siklus ... 24

1) Siklus I ... 24

2) Siklus II ... 26

D Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 27

(14)

1. Teknik Pengumpulan Data ... 27

2. Instrumen Penelitian ... 28

3. Validitas dan Reliabilitas ... 30

E. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

1. Siklus I ... 35

a. Perencanaan ... 35

b. Pelaksanaan Penelitian ... 35

c. Pengamatan ... 36

d. Hasil Pengamatan ... 36

e. Refleksi ... 37

2. Siklus II ... 38

a. Perencanaan ... 38

b. Pelaksanaan Penelitian ... 38

c. Pengamatan ... 38

d. Hasil Pengamatan ... 38

e. Refleksi ... 40

B. Pembahasan ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel Jadwal Penelitian ... 22

Tabel 2 : Peubah dan Instrumen Penelitian ... 29

Tabel 3 : Kualifikasi Reliabilitas ... 32

Tabel 4 : Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 33

Tabel 5 : Hasil Nilai Ulangan Siklus I ... 36

Tabel 6 : Hasil Nilai Ulangan Siklus II ... 39

Tabel 7 : Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Nilai Siswa ... 40

Tabel 8 : Hasil Peningkatan Prestasi Belajar ... 44

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 21

Gambar 2. Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas ... 43

Gambar 3. Capaian KKM ... 44

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 48

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 49

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 57

Lampiran 4. Kisi-kisi Soal Evaluasi ... 62

Lampiran 5. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus ... 64

Lampiran 6. Soal dan Validitas Soal Siklus ... 72

Lampiran 7. Reliabilitas Soal Siklus ... 83

Lampiran 8. Data Prestasi Belajar Siswa ... 87

Lampiran 9. Surat Ijin Melakukan Penelitian dari Dekan ... 89

Lampiran 10. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SD ... 90

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat

mendasar bagi pembangunan bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan di

sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta

didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses

pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar

merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman

pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam

bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk

meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem

pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia

adalah lemahnya proses pembelajaran.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dinilai

dapat memberikan kontribusi positif dalam memicu ilmu pengetahuan dan

teknologi. Matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu

lain, utamanya sains dan teknologi, sehingga Matematika mempunyai

peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Oleh karena itu, para siswa dituntut untuk menguasai matematika.

Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran

di SD N Giriwarno dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa,

(19)

terutama dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran yang dialami siswa

kurang menyenangkan, dan proses pembelajarannya masih terfokus pada

peningkatan aspek kognitif dibandingkan aspek psikomotor dan afektif.

Padahal, tujuan pembelajaran Matematika tidak hanya sebatas pada

diperolehnya hasil berbagai operasi bilangan, namun lebih dari itu,

mengembangkan rasa ingin tahu, perhatian, dan minat terhadap sesuatu, serta

mengembangkan nalar berpikir logis dalam kehidupan sehari-hari.

Pencapaian prestasi belajar Matematika yang rendah ini juga

dialami oleh para siswa kelas I SD Negeri Giriwarno Kecamatan Kaliangkrik

Kabupaten Magelang. Dari 16 siswa yang benar-benar memahami materi

hanya 30%. Padahal, guru sudah menjelaskan berulang-ulang. Namun tetap

saja, guru harus mengalokasikan waktu lebih lama. Berdasarkan hasil ulangan

hanya 5 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 6,50.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari

berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru

kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai

oleh peserta didik, apalagi mengajar siswa di kelas I yang masih senang

bermain dan menyukai hal-hal yang menarik. Suasana kelas perlu

direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model

pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk

berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi

belajar yang optimal.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan

(20)

kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di

dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Pembelajaran kooperatif dianggap cocok diterapkan dalam

pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Berdasarkan uraian tentang masih rendahnya keaktifan siswa

dalam pembelajaran matematika maka penulis tertarik untuk menyusun

penelitian dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika tentang

Bilangan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning

Teknik Jigsaw.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian pada hal-hal

sebagai berikut:

1. Bilangan pada siswa kelas I semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012

pada kompetensi dasar 4.4. melakukan penjumlahan dan pengurangan

dua angka

2. Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini adalah menggunakan model

pembelajaran Cooperative Teknik Jigsaw

C. Rumusan Masalah

Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana penggunaan model pembelajaran cooperative learning Teknik

(21)

tentang penjumlahan dan pengurangan dua angka pada siswa kelas I (satu)

semester genap SD Negeri Giriwarno Kaliangkrik Magelang Tahun pelajaran

2011/2012?

D. Pemecahan Masalah

Peneliti menggunakan model cooperative learning Teknik

Jigsaw untuk meningkatkan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan

dan pengurangan bilangan dua angka.

E. Batasan Pengertian

Supaya tidak menimbulkan persepsi yang berbeda mengenai masalah

yang sedang dibahas maka perlu adanya batasan pengertian dalam penelitian

ini.

1. Prestasi Belajar adalah hasil yang diraih/didapat setelah seseorang

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi Belajar juga

berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman belajar

2. Model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw adalah suatu

pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama

sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau

menyelesaikan suatu tujuan bersama (Artzt dan Newman dalam Asma

(22)

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan

penelitian adalah : untuk mengetahui apakah penggunaan model cooperative

learning Teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar matematika

khususnya pada kompetensi dasar melakukan penjumlahan dan pengurangan

bilangan dua angka pada siswa kelas I SD Negeri Giriwarno Kecamatan

Kaliangkrik Tahun Pelajaran 2011/2012

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah :

1. Bagi Peneliti

a. Membuka wawasan baru tentang model pembelajaran yang dapat

digunakan selain model ceramah yang biasa digunakan selama ini dan

efektifitasnya

b. Merupakan pengalaman baru yang dapat dikembangkan untuk

pembelajaran materi lain atau bidang studi lain bila memungkinkan

c. Memberikan inspirasi untuk menerapkan model pembelajaran ini pada

mata pelajaran yang lain

2. Bagi Siswa

a. Memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga

diharapkan dapat mengurangi kejenuhan dan tidak monoton

b. Bila model pembelajaran dilakukan secara berkesinambungan (tidak

hanya sekali waktu penelitian dilakukan) pada materi-materi lain, prestasi

(23)

c. Mengatasi anak yang kesulitan belajar dalam menyelesaikan soal-soal

yang berkaitan dengan operasi hitung campuran bilangan bulat

3. Bagi Guru

a. Merupakan model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif

metode pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan

b. Diharapkan dapat memotivasi guru untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan model yang sama atau model yang lain, pada bidang studi

lain, materi lain dan kelas yang lain

c. Memberi masukan kepada guru agar menyadari, dalam proses belajar

mengajar selalu berpegang pada 4 pilar pendidikan.

4. Bagi Sekolah

Menambah dokumen hasil penelitian yang dapat menambah

bahan bacaan di perpustakaan sekolah yang diharapkan dapat memberi

inspirasi dan memacu guru melakukan penelitian yang sama maupun

penelitian lain.

5. Bagi Perguruan Tinggi

Bagi perguruaan tinggi hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan bacaan dan referensi di perputakaan yang berguna bagi

(24)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar.

Masing-masing memiliki arti sendiri. Berikut ini berbagai definisi

mengenai prestasi dan belajar.

1) Pengertian Belajar

Kata belajar identik dengan kegiatan menghafalkan catatan,

membaca buku, bahkan mengingat-ingat materi pelajaran/pengetahuan.

Sehingga apa yang akan dipelajari mudah hilang setelah pengetahuan

itu dipergunakan. Pemahaman tentang belajar tersebut hanyalah makna

sempit saja.

Jika dicermati kata belajar tidak hanya berhenti pada kegiatan

mengingat ataupun menghafal. Belajar merupakan suatu proses atau

kegiatan yang ditandai dengan perubahan tingkah laku yang positif dari

orang yang belajar. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007:17), belajar berarti 1. Berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu; 2. Berlatih; 3. Berubah tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman.

3) Pengertian Prestasi

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:895),

prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,

dikerjakan). Pengertian dari akademis adalah hasil pelajaran yang

(25)

diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang

bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan

penilaian belajar penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, lainnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru; hasil kerja yang dicapai

oleh seseorang melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

1. Prestasi Belajar adalah hasil yang diraih/didapat setelah seseorang

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

2. Prestasi Belajar juga berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman belajar menurut pandangan Skinner.

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada

saat orang belajar, maka responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia

tidak belajar maka responnya menurut Sukirin tidak baik. Menurut

Sukirin dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Psykologi

Pendidikan dikemukakan sebagai berikut : Belajar adalah suatu

kegiatan yang disengaja untuk mengubah tingkah laku, sehingga

diperoleh kecakapan baru (Sukirin, 1978:36)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan belajar

adalah suatu proses kognitif yang terjadi secara aktif untuk

memperoleh pengetahuan sehingga menimbulkan perubahan tingkah

laku yang diharapkan. Perilaku yang positif menuju kemajuan.

2. Cooperative Learning dengan Teknik Jigsaw

(26)

Cooperative Learning yaitu suatu pendekatan yang mencakup

kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk

memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau menyelesaikan suatu

tujuan bersama (Artzt dan Newman dalam Asma 2006: 11). Sementara

Slavin dalam Asma (2006: 11) mendefinisikan belajar kooperatif adalah

siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan

bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu

maupun kelompok. Cooperative Learning merupakan salah satu model

pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana

kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong

dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius yang

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Lie, 2008: 28).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Cooperative

Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada

sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu sesama

dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri

dari dua orang atau lebih. Cooperative Learning adalah salah satu

pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Dalam

pembelajaran ini siswa bekerja sama dengan siswa yang lain dalam

kelompok yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan

tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling membantu

dalam memahami materi pelajaran. Dalam Cooperative Learning,

(27)

belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Asma (2006: 12) tujuan

dari Cooperative Learning adalah untuk pencapaian hasil belajar,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan

sosial. Pada Cooperative Learning, terdapat beberapa unsur yang saling

terkait satu sama lainnya.

Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2006: 32)

menyatakan bahwa ada lima unsur dasar yang terdapat dalam struktur

Cooperative Learning agar mencapai hasil maksimal yaitu :

a. Saling ketergantungan positif, keberhasilan suatu karya sangat

bergantung pada usaha dan tanggung jawab setiap kelompok, oleh

karena itu sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling

tergantung positif

b. Tanggung jawab perseorangan, setiap anggota kelompok

bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran karena

keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar

sumbangan hasil belajar secara perseorangan.

c. Tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan

keuntungan bagi semua anggota kelompok karena memanfaatkan

kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota

kelompok. Inti dari interaksi ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling

mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka

(28)

d. Komunikasi antar anggota, karena dalam setiap tatap muka terjadi

diskusi, maka keterampilan berkuminkasi antar anggota kelompok

sangatlah penting. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada

kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan

mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan

berkomunikasi dalam kelompok ini merupakan proses panjang.

Namun proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan

perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan

pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa.

e. Evaluasi proses kelompok, keberhasilan belajar dalam kelompok

ditentukan oleh proses kerja kelompok. Dalam penerapan

pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari langkah-langkah yang

harus dilakukan supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2) Teknik Jigsaw

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan

rekan-rekannya sebagai model Cooperative Learning. Teknik

menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan

berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar

belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan

skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu,

siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

(29)

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi kelompok dengan empat

atau lima anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota

bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu

bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota

kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan

harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat

topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut.

Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli

kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah

dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk

diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.

Menurut Trianto (2009: 73), langkah-langkah dalam

Cooperative Learning Teknik Jigsaw adalah :

a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok beranggotakan

4 sampai 5 orang yang disebut kelompok asal).

b. Tiap orang dalam tim diberi bahan materi dan tugas yang berbeda

dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

c. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan penugasan yang sama

membentuk kelompok baru (kelompok ahli)

d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok

asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang materi yang

mereka kuasai.

(30)

Penggunaan model Cooperative Learning dengan Jigsaw ini

dapat dijadikan salah satu pilihan dalam menjawab permasalahan tentang

kurangnya minat siswa dalam pembelajaran matematika. siswa diajak

untuk mempelajari konsep tertentu dengan suasana yang menyenangkan

sehingga prestasi dapat meningkat.

Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk

membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa

sebagai subyek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau

berorientasi pada aktivitas siswa. Beberapa unggulan jigsaw yaitu : (a)

setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan tugasnya, (b)

mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan

dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah, (c) dapat

meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan

hubungan interpersonal yang positif, (d) waktu pelajaran lebih efisien dan

efektif, dan (e) dapat berlatih berkomunikasi dengan baik.

3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh

kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14)

Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993: 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan

lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga

(31)

tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang

menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses

pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan,

kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain.

(Soetomo, 1993: 120)

Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bab 1

pasal 1 ayat 20 “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar suatu lingkungan belajar”. Melalui proses

tersebut diharapkan tercipta hubungan yang baik, sehingga pembelajaran

menjadi lebih bermakna. Siswa juga dapat merasakan manfaat dari proses

tersebut untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Pembelajaran matematika di kelas dipandang sebagai suatu

proses aktif dan sangat di pengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin

dipelajari anak. Dari pandangan ini hasil belajar bukan semata-mata

bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh

interaksi antara berbagai informasi yang diminati kepada anak dan

bagaimana anak mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang telah

dimiliki sebelumnya. Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan

masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai

masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan

pengalaman yang mungkin dimiliki siswa.

Menurut pandangan konstruktivisme belajar adalah proses aktif

belajar mengonstruksi arti. Belajar juga merupakan proses

(32)

dipelajari dengan pengertian yang sudah dipumyai seseorang sehingga

pengertiannya dikembangkan (Suparno1997: 61). Ini berati bahawa

kegiatan belajar adalah kegiatan aktif, dimana siswa membangun sendiri

pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari dan

bertanggungjawab atas hasil belajarnya.

Dalam hal belajar mengajar matematika, perlu diketahui

karakteristik matematika. Dengan mengetahui karakteristik matematika,

maka seharusnya dapat pula diketahui bagaimana belajar dan mengajar

matematika. Karakteristik matematika yang dimaksud adalah objek

matematika bersifat abstrak, materi matematika disusun secara hirarkis,

dan cara penalaran matematika adalah deduktif.

Objek matematika bersifat abstrak, maka belajar matematika

memerlukan daya nalar yang tinggi. Demikian pula dalam mengajar

matematika guru harus mampu mengabstraksikan objek-objek matematika

dengan baik sehingga siswa dapat memahami objek matematika yang

diajarkan.

Materi matematika disusun secara hirarkis artinya suatu topik

matematika akan merupakan prasyarat bagi topik berikutnya. Oleh karena

itu, untuk mempelajari suatu topik matematika yang baru, pengalaman

belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi proses belajar

mengajar matematika tersebut.

Ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar

bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinyu. Karena dalam belajar

(33)

berikutnya, maka dalam mengajar matematika guru harus

mengidentifikasikan materi-materi yang menjadi prasyarat suatu topik

mata pelajaran matematika.

4. Proses Belajar Matematika di SD Menggunakan Model Kooperatif Teknik Jigsaw

Siswa Sekolah Dasar umumnya berumur antara 6 atau 7 tahun

samapi 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (dalam Heruman, 2007: 1),

mereka berada dalam fase operasional kongkret. Kemampuan yang tampak

pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk

mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat terikat

dengan objek yang bersifat kongkret.

Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat

dengan objek kongkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam

pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu

berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan

disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh

siswa.

Pada proses penanaman konsep dasar, yang dalam hal ini pada

proses pengenalan, guru hendaknya menggunakan media atau alat peraga

dalam rangka membantu pola pikir siswa. Hal ini dimaksudkan agar

menjadi jembatan untuk menghubungkan kearah kemampuan kognitif

siswa dari yang kongkret kearah konsep ayang abstrak (Heruman, 2007:1).

(34)

pembelajaran dalam rangka pemahaman konsep dan pembinaan

keterampilan.

Jigsaw didesain selain meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

secara individu juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling

membantu) terhadap teman sekelompoknya. Pada akhir pembelajaran

diberkan tes pada siswa secara individual. Materi yang diteskan meliputi

materi yang telah dibahas.

Kunci pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah

interdependensi setiap siswa terhadap anggota kelompok yang

memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat

mengerjakan tes dengan baik.

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian yang

relevan.

Ari Trisnawati

Dalam penelitian yang berjudul ”Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan

Model Cooperative Learning teknik Jigsaw Dalam Mata Pelajaran IPS siswa

kelas IV B SDN Denggung Sleman Tahun Pelajaran 2009/2010”

mendeskripsikan hasil sebagai berikut :

Pada siklus I penulis membagi siswa dalam kelompok setiap

kelompok terdiri dari 6 orang. Kemudian guru menerapkan model

pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw. Dari hasil ulangan

(35)

mencapai 58,62% dari 29 siswa. Sebanyak 12 siswa masih memperoleh nilai

ulangan di bawah KKM atau 41,37%. Hal ini disebabkan karena beberapa

siswa masih kurang antusias dan bersemangat mengikuti diskusi. Tetapi hasil

tes pada akhir siklus I nilai rata-rata ulangan siswa mencapai 67,93.

Pada siklus II telah dilaksanakan cooperative learning teknik

jigsaw dengan pembagian setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Pada akhir

siklus II siswa yang memperoleh nilai ulangan di atas KKM sebanyak 19

siswa atau mencapai 65,51% dari 29 siswa. Sebanyak 10 siswa masih

memperoleh nilai ulangan di bawah KKM atau 34,48%. Jadi peningkatan

untuk siswa yang tuntas dari akhir siklus I ke siklus II mencapai 6,89%.

Sedangkan nilai rata-rata ulangan yang diperoleh pada akhir siklus II telah

mencapai indikator keberhasilan keberhasilan akhir siklus kedua maka siklus

tidak dilanjutkan.

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat terjadi peningkatan

prestasi siswa yang ditandai dengan naiknya nilai rata-rata ulangan siswa dari

kondisi awal 58,00 ke siklus I mecapai 67,93 dan dari siklus I ke siklus II

mencapai 75,86. Dengan demikian, hasil penelitian di atas membuktikan

hipotesis bahwa penggunaan cooperative learning teknik jigsaw dapat

meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran IPS.

Agung Priyono, St. Suwarsono, dan Th. Sugiarto dalam

penelitian yang berjudul “Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw I pada siswa kelas VI A SDN

(36)

Memaparkan hasil penelitian bahwa perbandingan kondisi awal

dengan siklus I ada peningkatan 52,4%. Perbandingan siklus I dengan siklus

II ada peningkatan 19,2%. Sedangkan perbandingan siklus awal dengan

siklus II ada peningkatan 76%. Peningkatan keaktifan siswa dari kondisi awal

siklus II mencapai 76% sedangkan target yang dipatok 75%, maka peneliti

tidak melanjutkan ke siklus selanjutnya karena peneliti menganggap bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat

meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Berdasarkan dua hasil penelitian terdahulu yang relevan di atas, model

pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar.

Oleh karena itu peneliti ingin mencoba menerapkan model pembelajaran

kooperatif teknik jigsaw dalam mata pelajaran Matematika mengenai

bilangan.

C. Kerangka Pikir

Masih banyak siswa yang kurang meningkatkan prestasi belajar,

khususnya mata pelajaran matematika yang disebabkan beberapa faktor

antara lain : siswa kurang aktif pada waktu mengikuti pelajaran sehingga

prestasi rendah, kreatifitasnya kurang, guru belum menggunakan model yang

tepat sehingga siswa pasif dan bosan.

Untuk meningkatkan prestasi siswa, guru dapat menciptakan

pembelajaran yang menarik dengan menggunakan model yang tepat dan

(37)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka

berpikir, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Model

pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi

belajar pada siswa kelas I SD Negeri Giriwarno semester genap Tahun

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan (action research),

karena penelitian ini digunakan untuk memperbaiki keadaan yang kurang

memuaskan dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang ada di kelas.

Menurut Lewin (dalam Kasbolah 2001:10) penelitian tindakan adalah

penelitian yang merupakan suatu lingkaran atau langkah-langkah (a spiral of

steps) yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Langkah-langkah yang

ada dalam rangkaian ini adalah : perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi.

Gambar 1. Siklus Model Kurt Lewin

Rencana

Tindakan

Observasi Refleksi Siklus 1

Rencana

Tindakan

Observasi Refleksi Siklus 2

(39)

B. Seting Penelitian

1. Tempat penelitian : SD Negeri Giriwarno Kecamatan Kaliangkrik,

Kabupaten Magelang

2. Subjek penelitian : Siswa kelas I (satu) dengan jumlah siswa 16 orang,

L = 9 orang P = 7 orang

3. Obyek penelitian : Peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran

matematika tentang penjumlahan dan pengurangan

bilangan dua angka dengan model pembelajaran

cooperative learning teknik jigsaw

4. Waktu penelitian : Bulan Januari - Agustus Tahun Pelajaran 2011 /

2012

Jadwal Kegiatan dalam Penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus

1 Pengumpulan data kondisi awal √ √

2 Penyusunan proposal √ √ √ 3 Ijin pengambilan data √

4 Pengambilan data √ √

5 Analisa data √

6 Penyusunan laporan √ √

7 Ujian skripsi √

(40)

5. Sasaran Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti dapat mengetahui seberapa jauh

hasil belajar siswa SD N Giriwarno Kaliangkrik Magelang Tahun

pelajaran 2011/2012 dalam memahami dan dapat menyelesaikan soal

bilangan dengan benar melalui model pembelajaran cooperative learning

teknik jigsaw.

Berdasarkan indikator di atas peneliti mengumpulkan data

tentang kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal

bilangan pada siswa kelas I SD N Giriwarno. Diperoleh data pada pra

siklus bahwa untuk nilai rata-rata ulangan 58,0.

C. Rencana Tindakan

1. Persiapan

1) Permintaan ijin Kepala Sekolah Dasar Negeri Giriwarno

Permintaan ijin disini dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat

berjalan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan mendapatkan data

yang sesuai.

2) Melakukan observasi pada siswa kelas I untuk mengetahui kemampuan

siswa

3) Identifikasi masalah

4) Perumusan masalah

5) Penyusunan rencana penelitian dalam siklus-siklus

(41)

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus

1) Siklus I

a. Kegiatan Awal

- Berdoa, dilanjutkan mengabsen siswa

- Menyiapkan buku, bahan dan media pembelajaran

- Apersepsi, tanya jawab

- Memotivasi

b. Kegiatan Inti

- Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan cooperative

learning teknik jigsaw dan membagi siswa dalam kelompok yang

berjumlah 6 orang

- Guru membagi soal

- Siswa dengan materi atau soal sama tentang penjumlahan dan

pengurangan bilangan dua angka bergabung dalam kelompok ahli

dan berusaha menguasai materi sesuai dengan dengan materi dan

soal yang diterima

- Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya

- Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima

materi dari siswa lain

- Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal

- Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal

- Siswa mempresentasikan hasil diskusi yang mereka lakukan

- Guru memberikan penguatan dengan memberikan jawaban yang

(42)

- Guru memberikan penghargaan bagi siswa yang dapat

menyelesaikan tugas sebelum waktu selesai

- Guru membuat ringkasan materi dan melaksanakan tes hasil belajar

akhir siklus I

c. Kegiatan Akhir

- Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

- Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk layanan

konseling baik secara individu maupun kelompok

d. Observasi

a) Mencatat hasil tes anak

Selama pembelajaran berlangsung ada anak yang kurang

memperhatikan, ada anak yang berbicara dengan temannya

b) Memeriksa lembar kerja siswa

e. Refleksi

a) Dengan menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw

pada pembelajaran siklus I siswa sudah dapat memahami konsep

bilangan sehingga hasilnya meningkat

b) Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran siklus I dengan model

cooperative learning teknik jigsaw pada waktu mengerjakan soal

masih terdapat siswa dalam kelompok yang mengobrol dan

bermain hal ini dikarenakan jumlah siswa dalam kelompok yang

(43)

c) Hasil tes evaluasi pada siklus I belum memenuhi target 75,0 maka

akan diperbaiki pada siklus selanjutnya

2) Siklus II

a. Kegiatan Awal

- Berdoa, dilanjutkan mengabsen siswa

- Menyiapkan buku, bahan dan media pembelajaran

- Apersepsi, tanya jawab

- Memotivasi

b. Kegiatan Inti

- Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan cooperative

learning teknik jigsaw dan membagi siswa dalam kelompok yang

berjumlah 4 orang

- Guru membagi soal

- Siswa dengan materi atau soal sama tentang penjumlahan dan

pengurangan bilangan dua angka bergabung dalam kelompok ahli

dan berusaha menguasai materi sesuai dengan materi dan soal yang

diterima

- Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya

- Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima

materi dari siswa lain

- Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal

- Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal

(44)

- Guru memberikan penguatan dengan memberikan jawaban yang

benar

- Guru memberikan penghargaan bagi siswa yang dapat

menyelesaikan tugas sebelum waktu selesai

- Guru membuat ringkasan materi dan melaksanakan tes hasil belajar

akhir siklus I

c. Kegiatan Akhir

- Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

- Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk layanan

konseling baik secara individu maupun kelompok

d. Observasi

Mencatat hasil tes anak

e. Refleksi

1. Peneliti mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan kejadian

khusus yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung

2. Membandingkan analisis siklus I dan siklus II dan menarik

kesimpulan tentang peningkatan prestasi belajar penggunaan

cooperative learning teknik jigsaw

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah nilai-nilai variabel yang diperoleh dari hasil

(45)

dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu data primer dan data skunder. Data primer

yaitu data yang diperoleh dari sumber aslinya, sedangakan data sekunder

yaitu data yang diperoleh melalui perantara. Data yang digunakan adalah

data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber aslinya yaitu dengan

melakukan tes akhir (post test)

1. Peubah

Dalam penelitian ini, peubahnya adalah prestasi belajar siswa dalam

suatu pelajaran matematika khususnya operasi bilangan campuran

2. Indikator

Peningkatan prestasi belajar siswa dalam operasi hitung campuran

3. Jenis data

Data yang diperoleh dari skor ulangan

4. Cara pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan melakukan ulangan pada setiap akhir siklus

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian hasil seorang guru menggunakan alat

pengukur yang disebut tes. Berdasarkan masalah penelitian, jenis

penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian deskriptif

kuantitatif. Bentuk instrumen yang digunakan berupa bentuk tes yaitu

bentuk tes pilihan ganda.

Tes yaitu suatu alat pengukur untuk yang berupa serangkaian

pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu yang

distandarisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan

(46)

mengukur kemampuan siswa adalah jenis tes prestasi belajar dan tes

kemampuan belajar (Ign. Masidjo,1995:38-39). Tes pilihan ganda adalah

bentuk penilaian yang terdiri atas suatu pernyataan atau pertanyaan dan

sejumlah pilihan atau alternatif jawaban. Sedangkan tes melengkapi

berupa suatu pernyataan yang belum lengkap, di mana siswa diminta untuk

melengkapi pernyataan tersebut dengan satu kata, satu formula kalimat

singkat atau satu angka (Ign. Marsidjo,1995:53).

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah soal-soal

ulangan tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.

Jumlah soal adalah 10 soal yang berupa pilihan ganda/PG untuk

masing-masing siklus, dan dideskripsikan dalam kisi-kisi soal yang telah dibuat.

Tabel 2: Peubah dan Instrumen Penelitian

Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen

Prestasi

tes tertulis Lembar

evaluasi

Menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa diperoleh dengan

membagikan jumlah nilai seluruh siswa dengan jumlah siswa. Nilai

rata-rata dihitung dengan rumus :

∑n

(47)

Keterangan : ∑n = jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa N = jumlah seluruh siswa

3. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu

mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat

tersebut. Alat-alat pengujian di bidang pendidikan dan ilmu jiwa

dirancang untuk menaksir bangunan pengertian (construct) seperti

prestasi belajar, kecerdasan, kreativitas, bakat, sikap, motivasi dan

sebagainya (Arief Urchan, 2007:293)

Sedangkan Masidjo (2010:242) menyatakan validitas suatu tes

adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur. Suatu tes dikatakan valid dapat dilihat dari keadaan

dirinya dan setelah diperbandingkan dengan suatu tes lain yang telah

valid. Apabila setelah diperbandingkan menunjukkan kesesuaian

mengenai hal atau apa yang mau diukur, dikatakan tes tersebut

memiliki taraf validitas tertentu.

Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006:168). Azwar (2009:5)

suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas

(48)

memberikan hasil ukur yang sesuai maksud dilakukannya pengukuran

tersebut.

Rumus korelasi yang dapat digunakan untuk menghitung

validitas instrumen adalah rumus Korelasi Product Moment yang

dikemukakan oleh Pearson, dengan rumus angka kasar yaitu :

= .∑ −(∑ ) (∑ ) ∑ −(∑ ) ( ∑ −(∑ )

Keterangan :

rxy : Koefisien validitas

x : Jumlah skor dalam sebaran x

y : Jumlah skor dalam sebaran y

xy : Jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan

x2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x

y2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y

N : Banyaknya subyek

Uji coba validitas soal tes tiap siklus dilaksanakan di SD Negeri

Giriwarno kelas II yang berjumlah 20 siswa pada taraf signifikan

5%=0,444 (dilihat pada tabel harga kritis r product moment).

Sedangkan jumlah soal yang digunakan adalah 30 soal berbentuk

pilihan ganda untuk masing-masing siklus. Setelah diujikan guru

melakukan uji validitas terhadap soal-soal tersebut dan diperoleh 10

soal yang valid. Soal yang valid akan digunakan sebagai soal evaluasi

(49)

b. Reliabilitas

Menurut Masidjo (2010:310), reliabilitas suatu tes adalah taraf

dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya

yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil.

Reliabilitas pada dasarnya menunjukkan pada konsep sejauh mana

suatu pengukuran dapat dipercaya dan tetap.

Uji reliabilitas tes akan menggunakan teknik belah dua atau

gasal genap. Hasil suatu tes dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama

adalah gasal dan bagian kedua adalah genap.

= 2 × atau 1− atau

Keterangan :

rtt : Koefisien reliabilitas

rgg : Koefisien gasal – genap

rbb : Koefisien belahan I dan II

Tabel 3. Tabel Kualifikasi Reliabilitas

Koofisien Korelasi (x) Kualifikasi

0,91 – 1,00

Hasil perhitungan reliabilitas soal tes dapat dilihat pada

(50)

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian tindakan kelas ini adalah analisis

kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari hasil post tes pada siklus I dan siklus

II dari hasil siswa menyusun bilangan secara urut serta hasil tes evaluasi yang

diberikan peneliti.

Sebelum membuat soal evaluasi dibuat peneliti membuat

kisi-kisi soal terlebih dahulu dengan cakupan beberapa indikator yang ingin

dicapai oleh peneliti. Kisi-kisi dibuat sebagai panduan untuk mempermudah

dalam membuat soal evaluasi yang tepat dan sesuai dengan indikator dan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Peneliti menggunakan 10 soal mencakup beberapa indikator

yang ingin dicapai dalam penelitian. untuk memastikan bahwa item-item soal

sahih dan andal, maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas

instrumen. Soal yang telah dibuat sebelum digunakan penelitian diujicobakan

terlebih dahulu di kelas yang tingkatnya di atas kelas yang akan menjadi

obyek dalam penelitian, yang dalam hal ini adalah kelas II

Tabel 4. Kriteria Keberhasilan

(51)

 Cara menghitung peningkatan prestasi belajar

a. Penyekoran

Benar : 1

Salah : 0

b. Menghitung jumlah skor setiap siswa

c. Menghitung nilai setiap siswa dengan rumus:

d. Menghitung Nilai Rata-rata

Ket : ∑N = Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa n = Jumlah seluruh siswa

e. Menghitung persentase siswa yang telah mencapai KKM, dengan

rumus:

Uji normalitas K-S dengan SPSS 16.0 Nilai Akhir = jumlah skor setiap siswa x 10

Nilai rata-rata (N) =

n N

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan

Prestasi Belajar Matematika Tentang Bilangan Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Cooperative Learning teknik jigsaw pada Siswa Kelas I SDN

Giriwarno Kaliangkrik, Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012” dilaksanakan

selama dua minggu. Dimulai pada tanggal 28 Mei 2012 sampai dengan 1 Juni

2012.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Untuk menilai prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

matematika, peneliti menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal tes ,

soal-soal tes. Peneliti juga menyiapkan metode, tempat duduk dan

pembagian kelompok yang digunakan pada pertemuan pertama.

b. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan tindakan kelas siklus yang pertama dilaksanakan

pada tanggal 28 Mei 2012 di kelas I dengan jumlah siswa 16 orang.

Pembelajaran berlangsung dengan model cooperative learning teknik

jigsaw dan berpedoman dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah dibuat. Dan pada siklus pertama diadakan tes kepada siswa

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima

pembelajaran.

(53)

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan bantuan satu orang guru yang

telah ditunjuk. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan

berlangsungnya pembelajaran. Adapun tugas guru pengamat adalah

mengamati berlangsungnya pembelajaran dari kegiatan awal, kegiatan

inti, dan penutup yang menghasilkan data apakah guru telah

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP). Hal yang

masih kurang dalam siklus ini adalah guru kurang memberikan

penjelasan yang lebih rinci tentang metode cooperative learning teknik

jigsaw sehingga masih ada siswa yang bingung. Guru telah

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran namun perlu ditingkatkan dalam membimbing siswa.

Pada akhir pertemuan siklus I dilaksanakan tes untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran.

d. Hasil Pengamatan

Setelah dilakukan selama dua minggu, hasil yang didapat dari

penelitian siklus pertama adalah nilai ulangan siswa sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Nilai Ulangan Matematika Siswa Kelas I Siklus I

No Nama Siswa Nilai

Ketuntasan

Ya Tidak

1 IAZ 80

2 LI 60

3 MR 70

(54)

5 MIW 60

6 MS 80

7 NO 70

8 NH 40

9 NHD 70

10 NHL 70

11 PWA 80

12 RS 60

13 SAP 80

14 SKM 90

15 SM 80

16 TY 70

Jumlah 1110 11 5

Nilai Rata-rata 69,38 69% 31%

Prosentase Ketuntasan 69%

e. Refleksi

Dari hasil tes yang telah dikerjakan siswa pada tabel 5 di atas

diperoleh nilai rata kelas mencapai 69,38 meningkat dari nilai

rata-rata kondisi awal yaitu 58,75. Karena rata-rata-rata-rata nilai tes belum

memenuhi indikator keberhasilan siklus II yaitu 70,0 maka penelitian

(55)

2. Siklus II

a. Perencanaan

Untuk menilai prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

matematika, peneliti menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal tes,

soal-soal tes, dan kunci jawaban. Dengan melihat proses pembelajaran

pada pertemuan pertama peneliti lebih menyiapkan model pembelajaran

yang akan dipakai, tempat duduk dan pembagian kelompok yang

digunakan pada pertemuan kedua.

Pelajaran diawali dengan salam dan doa bersama, dilanjutkan

presensi siswa. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.

Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar senang dan semangat

mengikuti pelajaran. Peneliti menyiapkan pembelajaran menggunakan

model cooperative learning teknik jigsaw.

b. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada 1 Juni

2012 di kelas I dengan jumlah siswa 16 orang. Pembelajaran

berlangsung dengan model cooperative learning teknik jigsaw dan

berpedoman dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

dibuat.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan bantuan satu orang guru yang

telah ditunjuk. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan

berlangsungnya pembelajaran. Guru telah melaksanakan pembelajaran

(56)

siswa lebih aktif dan bersemangat dalam menerapkan model

cooperative learning yang dilakukan bersama temannya karena mereka

telah memahami model bermain peran. Pada akhir pertemuan siklus II

dilaksanakan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah

menerima pelajaran.

d. Hasil Pengamatan

Setelah dilakukan penelitian selama dua minggu, hasil yang

didapat dari penelitian siklus II adalah nilai tes siswa sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Nilai Ulangan Matematika Siswa Kelas I Siklus II

No Nama Siswa Nilai

Ketuntasan

Ya Tidak

1 IAZ 80

2 LI 70

3 MR 80

4 MF 70

5 MIW 80

6 MS 80

7 NO 80

8 NH 60

9 NHD 80

10 NHL 80

11 PWA 90

12 RS 50

(57)

14 SKM 100

15 SM 90

16 TY 90

Jumlah 1280 14 2

Nilai Rata-rata 80,00 87,5% 12,5%

Prosentase ketuntasan 87,5%

e. Refleksi

Dari hasil tes siswa siklus II pada tabel 6 di atas diperoleh nilai

rata-rata kelas mencapai 80,0 meningkat dari nilai rata – rata pada

siklus I yaitu 69,38. Karena rata-rata nilai tes telah memenuhi indikator

keberhasilan siklus II yaitu 80,0 maka penelitian sudah dikatakan

berhasil sehingga penelitian tidak dilanjutkan.

B. Pembahasan

Penelitian ini difokuskan pada peningkatan rata-rata nilai tes

siswa. Untuk memperjelas hasil penelitian yang telah dilakukan, maka akan

diperlihatkan ringkasan hasil penelitian sebagai berikut :

Tabel 7. Perbandingan Nilai Tes siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan

(58)

3 MR 65 70 80

4 MF 65 50 70

5 MIW 65 60 80

6 MS 65 80 80

7 NO 65 70 80

8 NH 65 40 60

9 NHD 65 70 80

10 NHL 65 70 80

11 PWA 65 80 90

12 RS 65 60 50

13 SAP 65 80 100

14 SKM 65 90 100

15 SM 65 80 90

16 TY 65 70 90

Jumlah 1110 11 5 1280 14 2

Nilai Rata-rata 58,75 69,38 80,0

Persentase Ketuntasan 31,25% 69% 31% 87,5% 12,5%

Berdasarkan analisa data pada tabel 7 di atas terdapat kenaikan

rata-rata nilai tes sampai dengan akhir siklus II. Data awal sebelum adanya

tindakan nilai rata-rata hasil tes siswa adalah 58,75 dan pada siklus I 69,38

pada akhir siklus II nilai rata-rata hasil tes adalah 80,0. Dengan adanya

peningkatan rata-rata nilai tes siswa yang melebihi indikator keberhasilan

(59)

sudah tercapai. Oleh karena itu penelitian dihentikan pada siklus II dan tidak

dilanjutkan.

Pada siklus I penelitian telah dilaksanakan dengan model

cooperative learning teknik jigsaw dalam menyelesaikan soal matematika

tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Dalam hal ini

guru memberikan contoh penerapan model cooperative learning teknik

jigsaw dan siswa memperhatikan. Hasil nilai yang diperoleh pada siklus I ada

5 siswa yang masih di bawah KKM atau tidak tuntas sedangkan 11 siswa

memperoleh nilai di atas KKM atau tuntas. Prosentase ketuntasan yang

diperoleh adalah 69% dari 16 siswa. Nilai terendah pada siklus I adalah 40

diraih oleh 1 orang siswa sedangkan nilai tertinggi adalah 90 diraih oleh satu

orang juga. Sedangkan nilai rata-rata kelas yang dicapai pada siklus I adalah

69,38.

Penelitian dilanjutkan pada siklus II karena indikator

keberhasilan nilai rata-rata kelas 70,0 belum tercapai. Pada siklus II ini

penelitian juga telah dilaksanakan dengan menggunakan model cooperative

learning teknik jigsaw. Guru dalam menerapkan model cooperative learning

teknik jigsaw lebih bervariatif dan media yang gunakan betul-betul telah

dipersiapkan sehingga hasilnya siswa lebih tertarik dan memperhatikan

penjelasan guru tentang penjumlahan dan pengurangan dua angka. Pada akhir

siklus II diadakan tes untuk mengukur pemahaman siswa setelah

mendapatkan penjelasan dari guru. Hasil nilai tes yang diperoleh siswa pada

siklus II meningkat. Jumlah siswa yang tidak tuntas hanya 2 orang dan siswa

(60)

58,75

tertinggi adalah 100 diraih oleh 2 orang. Sedangkan nilai rata-rata kelas yang

diperoleh adalah 80,0.

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat terjadi peningkatan

prestasi belajar siswa yang ditandai dengan naiknya nilai rata-rata tes siswa

dari kondisi awal 58,75 ke siklus I mencapai 69,38 dan siklus II mencapai

80,0. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal

prestasi belajar adalah sebanyak 31,25%, selanjutnya mengalami kenaikan

pada siklus I menjadi 69%. Dari siklus I ke siklus II juga mengalami kenaikan

menjadi 87,5%. Dengan demikian, hasil penelitian di atas membuktikan

hipotesis bahwa penggunaan model cooperative learning teknik jigsaw dapat

meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran matematika. Selain itu

model cooperative learning dengan teknik jigsaw memberikan suasana

belajar baru dan dapat membantu memotivasi belajar siswa dalam belajar

matematika sehinga prestasi belajar mereka dapat meningkat.

Berikut adalah gambar diagram yang menunjukkan capaian nilai

rata-rata dan KKM.

(61)

Gambar 3 Peningkatan Capaian KKM

Hasil peningkatan prestasi belajar pada kondisi awal, siklus I,

dan siklus II dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Peningkatan Prestasi Belajar

No Peubah Indikator Kondisi

awal

Siklus I Siklus II

Target Capaian Target Capaian

Gambar

Tabel 1 : Tabel Jadwal Penelitian .........................................................
Gambar 3. Capaian KKM ........................................................................
Gambar 1. Siklus Model Kurt Lewin
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara fungsi kognitif terhadap kepatuhan minum obat anti hipertensi pada pasien lanjut usia di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah

Nilik pameredih aubna opat aspek kamampuh kaparigelan basa (ngaregepkeun, nyarita, maca, nulis) dina materi pangajaran sastra, dina kanyataanana mah henteu bisa kacumponan

Jadi, dapat dikatakan bahwa Allah tak mau kita hanya mengampuni sesama orang percaya yang telah berdosa kepada kita dan yang tidak bertobat setelah bertemu.. Tentu, hal itu

Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2 Keberhasilan Koperasi (Y) Keberhasilan Koperasi Member

Pekeiia,r ns iikbabriLm eLur.. eetrF sih rilhrrour

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Bank Mandiri di Surabaya agar nantinya Bank Mandiri memberikan edukasi kepada nasabah dengan mem- berikan layanan yang berkelanjutan

Berdasarkan lampiran 15 menunjukkan bahwa sebagian besar sumber informasi yang didapatkan responden melalui tenaga kesehatan yang mempunyai sikap positif dalam

Uang harian perjalanan dinas tidak diberikan lagi kepada PNS yang telah diberi tugas untuk menyelenggarakan kegiatan sidang/konferensi yang dihadiri pejabat setingkat Menteri