• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU WALI KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SMK KI HAJAR DEWANTORO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU WALI KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SMK KI HAJAR DEWANTORO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA

TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN

GURU WALI KELAS DENGAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA KELAS SATU SMK KI

HAJAR DEWANTORO

Atissa Kania Putri

Psikologi, Parkit IV Bintaro, 087888304978,

atissakania@yahoo.com

Atissa Kania Putri, Astrini

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi

kepribadian wali kelas dengan motivasi belajar siswa kelas satu SMK Ki Hajar Dewantoro.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik sampling simple random sampling.

Untuk menguji korelasi terkait kedua variabel, peneliti menggunakan pearson correlation dan

mengolah data dengan SPSS 21,0. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang positif

dan signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru dengan motivasi

belajar siswa kelas satu SMK Ki Hajar Dewantoro. Kesimpulannya adalah dari 140 responden,

sebagian besar siswa memiliki persepsi yang positif terhadap kompetensi kepribadian wali

kelasnya dengan jumlah 83 siswa (59%) lalu sebagian besar siswa memiliki motivasi belajar

tingkat sedang sebanyak 67 siswa (48%). (AKP)

Kata kunci: Persepsi Siswa SMK, Kompetensi Kepribadian, Guru Wali Kelas, Motivasi Belajar

Abstract

The purpose of this research is to see whether there is a correlation between the perception of

student towards the teachers personality competency with the learning motivation of SMK Ki Hajar

Dewantoro first grade students. This research is conducted in quantitative method using simple

random sampling technique. To test the correlation between both variables, researcher is using

pearson correlation and SPSS 21,0 to process the data. The result of the research shows that there

is a positive and significant correlation between students perception towards teachers personality

competency with the learning motivation of SMK Ki Hajar Dewantoro first grade students. The

conclusion is from 140 respondent, the majority of student has positive perception towards the

personality competency of their class teacher represented by total 83 students (59%), the rest of

students are representing the intermediate level of learning motivation with the total of 67 students

(48%). (AKP)

(2)

2

PENDAHULUAN

Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget,

remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional. Dalam tahap ini remaja dapat berpikir secara abstrak, remaja mengembangkan citra tentang hal-hal yang ideal. Mereka mungkin memikirkan tentang seperti apa orang tua, guru, dan teman-teman yang mereka anggap ideal untuk menjadi contoh di kehidupannya (Santrock, 2003).

Remaja yang mengalami permasalahan-permasalahan seperti di atas salah satunya adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan atau biasa disingkat dengan SMK yang berada dalam rentang usia 15-17 tahun. SMK adalah lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk menciptakan lulusan-lulusan yang siap bekerja dalam berbagai bidang usaha atau industri di masyarakat. (Sodikin & Noersasongko, 2009) Proses belajar pada SMK ditujukan untuk mencetak lulusan yang mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang memadai pada bidangnya supaya siap bekerja atau melanjutkan ke jenjang ketrampilan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu proses pembelajaran bagi para siswa SMK tidak terbatas pada teoretika semata namun diimplementasikan dalam bentuk praktek nyata di lapangan. Maka siswa harus lebih serius untuk mengikuti kegiatan sekolah dan diharapkan agar mereka mengerti mengenai materi yang diberikan di kelas sehingga siswa kompeten dalam bidang masing-masing pada saat bekerja nanti. (Sodikin & Noersasongko, 2009)

Kelas satu SMK adalah tingkat atau kelas pertama dimana para siswa harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru, baik dengan teman sekolah, para guru yang mengajar, peraturan sekolah yang baru, dan senior mereka yang berada di tingkatan atau kelas yang lebih tinggi yaitu kelas dua dan tiga. Dengan demikian siswa SMK kelas satu memiliki tugas dan tuntutan yang cukup berat, karena mereka harus beradaptasi mengenai banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas satu tersebut sesuai dengan penelitian dari Eccles & Midgely (1990) yang mengemukakan bahwa proses transisi dari SMP menuju SMA di tahun pertama dapat menjadi tahun yang sulit bagi banyak siswa, sehingga siswa kurang puas dengan sekolah, kurang melibatkan diri dengan sekolah, dan kurang menyukai gurunya. Di lain pihak siswa mengalami fenomena top-dog yaitu keadaan-keadaan dimana siswa bergerak dari posisi yang paling atas ketika di SMP yaitu menjadi yang tertua, terbesar, dan berkuasa menuju posisi yang paling rendah saat memasuki SMA yaitu menjadi paling muda, kecil dan tidak berkuasa di sekolah. (Santrock, 2003)

Di SMK Ki Hajar Dewantoro tersebut diperoleh data bahwa ada peningkatan daftar ketidak hadiran siswa sebanyak 5% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 2011-2012. Tahun 2012-2013 ini daftar kehadiran siswa sebanyak 85% sedangkan tahun 2011 dan 2012 sebanyak 90%. Berdasarkan wawancara kepada wali kelas, permasalahannya adalah beberapa siswa yang absen dalam pelajaran karena bermain warnet, karena ajakan teman sebaya, pergi ke mall dibandingkan pergi ke sekolah dan sebagainya. Ada juga siswa yang alpha sebanyak dua minggu dan ketika orangtuanya dimintai keterangan, pihak orang tua mengatakan bahwa siswa tersebut selalu pamit untuk berangkat ke sekolah namun ternyata siswa membolos dan berbohong kepada orang tuanya. Permasalahan lain siswa yang tidak hadir untuk belajar adalah karena ia malu untuk masuk kelas setelah rambutnya dipotong secara paksa oleh gurunya karena rambutnya panjang lalu tidak rapih, dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh orang siswa mewakili berbagai kelas satu yang peneliti lakukan di SMK tersebut mengenai peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar mereka, diperoleh jawaban yang beragam. sebagian besar siswa yang berpendapat bahwa wali kelasnya jauh dari harapan ideal yang diinginkan. Seperti wali kelasnya saat ini terlalu kaku dan keras dalam menerapkan disiplin sekolah, jika siswa melanggar tata tertib di kelas atau mendapat teguran dari guru lain karena tidak mengikuti pelajarannya. Pendapat lainnya bahwa mereka kurang dapat berinteraksi dengan wali kelasnya jika ada permasalahan dengan guru pengajar atau teman mereka di kelas, setiap keluhan yang mereka ajukan tidak mendapat jawaban yang memuaskan dan cenderung menyalahkan mereka. Ada dua siswa yang berpendapat bahwa wali kelasnya saat ini sudah cukup baik dan memahami permasalahan mereka yang bersifat akademis maupun non akademis, jika ada siswa yang mendapat nilai jelek dalam ulangan mereka dipanggil untuk dikonsultasikan kesulitannya secara persuasif.

(3)

3

Mereka mengharapkan sosok wali kelas yang dapat melakukan pendekatan kepada siswanya secara tepat, antara lain mengerti siswa seperti apa adanya, memiliki sifat yang ramah, humoris, tidak memojokkan ketika hasil yang siswa dapat tidak sesuai harapan, pengertian, perhatian mengenai permasalahan siswa. Wali kelas yang perhatian atau empati terhadap permasalahannya di sekolah apakah itu berkaitan dengan guru yang mengajar atau dengan teman sebaya siswa, bisa memberi solusi terhadap kesulitan dalam suatu mata pelajaran tanpa harus langsung memarahi atau memberikan hukuman karena nilai yang kurang, adil dan bijaksana kepada siswanya tanpa terkecuali dan tidak di beda-bedakan, maka permasalahan siswa dapat terselesaikan dan siswa termotivasi untuk belajar.

Dengan berbagai macam tuntutan dan permasalahan tersebut, sosok guru menjadi penting karena guru adalah sosok yang diperlukan untuk memacu keberhasilan anak didiknya. Menurut penelitian dari Sardiman (2003) perwujudan interaksi antara guru dan siswa harus lebih banyak berwujud pemberian motivasi agar siswa merasa bergairah, memiliki semangat, potensi dan kemampuan yang dapat meningkatkan harga dirinya. Dengan demikian siswa diharapkan aktif dalam kegiatan belajar. Lebih lanjut lagi, untuk dapat belajar dengan baik, diperlukan juga proses dan motivasi yang baik. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi (Rangkuti & Anggraeni, 2005). Di dalam proses belajar mengajar, semua siswa memiliki keinginan dan tujuan agar berhasil dan meraih hasil yang optimal dibidang akademisnya, dan guru adalah salah satu faktor yang bisa menjadi jalan bagi siswa-siswanya untuk mengantarkan mereka menuju kesuksesan dalam bidang akademis, terutama guru yang bertugas sebagai wali kelas.

Pengertian dari wali kelas adalah guru yang mempunyai tugas untuk mendampingi kelas tertentu. Wali kelas harus mengenal detail mengenai berbagai karakter siswa dan permasalahan siswa di kelas tersebut. Wali kelas harus menjadi panutan bagi para siswanya dengan menjaga hubungan komunikasi dan kedekatan emosional yang harus dibangun agar dapat memotivasi siswa untuk belajar dan memberikan solusi dari setiap permasalahannya, apalagi dalam tahapan formal operasional menurut Piaget yang mengatakan bahwa remaja mengembangkan citra tentang hal-hal yang ideal.

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada anak yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Uno, 2012). Menurut penelitian dari Mc. Combs (2001) siswa yang merasa didukung dan diperhatikan oleh guru lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa yang tidak didukung oleh gurunya (Rangkuti & Anggraeni, 2005).

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak (Lahey, 2009). Persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian wali kelasnya merupakan hal yang penting karena untuk membangun suatu persepsi ada tahapan seleksi atau proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar. Selanjutnya tahap interpretasi atau proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang, dari proses interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Reaksinya adalah ketika siswa memiliki persepsi yang positif terhadap kompetensi kepribadian wali kelasnya sehingga termotivasi dalam belajar begitu juga sebaliknya.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012)

Kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas tersebut yang menjadi fokus peneliti dalam melakukan penelitian ini, karena siswa membutuhkan wali kelas yang dapat memberikan tindakan kongkrit antara lain wali kelas yang memiliki kepribadian mantap atau stabil (konsisten dalam bertindak), dewasa (objektif), arif (adil dan bijaksana), berwibawa (disegani), dan berakhlak mulia (empati dan suka menolong siswanya) semua itu terangkum dalam aspek-aspek kompetensi kepribadian guru. Dengan dimiliknya kompetensi kepribadian maka wali kelas akan mampu melakukan pendekatan yang tepat kepada para siswa,

(4)

4

mampu menyelesaikan permasalahan dan menjadi contoh teladan bagi para siswanya. Disinilah letak kompetensi kepribadian wali kelas sebagai pembimbing diperlihatkan

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti ingin meneliti mengenai “Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Satu SMK Ki Hajar Dewantoro”

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka, data tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapat suatu informasi ilmiah (Martono, 2010).

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data dalam penelitian yang dilakukan berdistribusi normal atau tidak (Sarwono, 2012). Untuk mengetahui normalitas data dapat dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode analisa Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan jika nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal (Sarwono, 2012).

Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan metode Pearson. Metode Pearson biasa digunakan untuk mengetahui hubungan pada dua variabel, korelasi dengan Pearson ini mensyaratkan data berdistribusi normal, memiliki skala ordinal, interval atau rasio dan hubungan variabel yang dikondisikan adalah linear (Sarwono, 2012).

Teknik sampling adalah metode atau cara menentukan sampel dan besar sampel (Martono, 2010). Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak sehingga setiap kasus atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian. (Martono, 2010) Jadi, setiap siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan subjek.

HASIL DAN BAHASAN

1.1.Gambaran Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali

Kelas

Tabel 1 Gambaran Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali Kelas

Persepsi Siswa Terhadap

Kompetensi Kepribadian

Wali Kelas

Frekuensi

Persentase (%)

Positif

83

59%

Negatif

57

41%

Mean 113,5

Total

140

100%

Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0

Dalam penelitian ini, persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas yang positif dan persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas yang negatif ditentukan berdasarkan hasil perolehan mean dari mean yang diperoleh dari total skor subjek. Hasil mean dari kompetensi kepribadian adalah 113,5 jadi apabila nilai yang diperoleh dari masing-masing total skor berada di atas 113,5 maka dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas tersebut positif. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai yang diperoleh masing-masing total skor

(5)

5

berada di bawah 113,5 maka dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas tersebut negatif.

Dari hasil analisa data diatas bahwa persepsi siswa kelas satu SMK terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelasnya, dari jumlah total sebanyak 140 siswa, sebagian besar siswa memiliki persepsi yang positif terhadap kompetensi kepribadian wali kelasnya berjumlah 83 siswa dengan total persentase 59%, sedangkan sebagian kecil siswa memiliki persepsi yang negatif terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelasnya berjumlah 57 siswa dengan total persentase 41%. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari mereka menganggap bahwa wali kelasnya memiliki indikator dari kepribadian mantap dan stabil, dewasa, disiplin, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

1.2. Gambaran Motivasi Belajar

Tabel 2 Gambaran Motivasi Belajar

Motivasi Belajar

Frekuensi

Persentase (%)

Tinggi

39

28%

Sedang

67

48%

Rendah

34

24%

Minimum

2,4

Maximum

4,9

Mean

3,85

Std. Deviation

0,364

Total

140

100%

Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa motivasi belajar siswa sebagian besar berada pada tingkat sedang dengan jumlah 67 siswa dan total persentase sebanyak 48%, disusul dengan motivasi belajar pada tingkat tinggi dengan jumlah 39 siswa dan total persentase sebanyak 28%, dan yang terakhir bahwa motivasi belajar tingkat rendah dengan jumlah 34 siswa dan total persentasi 24%. Dari data tersebut diketahui bahwa nilai motivasi belajar yang paling rendah adalah 2,4 dan yang paling tinggi 4,9 dengan rata-rata 3,85 dan standar deviasi sebesar 0,364.

Dari data analisa di atas dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa kelas satu SMK Ki Hajar Dewantoro dari total 140 siswa, sebagian besar berada pada motivasi belajar tingkat sedang dengan jumlah 67 siswa dan total persentase sebanyak 48%, disusul dengan motivasi belajar pada tingkat tinggi dengan jumlah 39 siswa dan total persentase sebanyak 28%, dan yang terakhir bahwa motivasi belajar tingkat rendah dengan jumlah 34 siswa dan total persentasi 24%. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki motivasi belajar tingkat sedang dan memenuhi indikator dari motivasi belajar tersebut yang antara lain adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia, kreatif, keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang, keinginan untuk memperbaiki kegagalan, keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, pemberian hadiah atau hukuman dari proses belajar.

(6)

6

1.3.Korelasi Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali

Kelas dan Motivasi Belajar

Tabel 3 Korelasi Pearson

Persepsi Siswa

Terhadap

Kompetensi

Kepribadian Wali

Kelas

Motivasi Belajar

Persepsi Siswa

Terhadap

Kompetensi

Kepribadian Wali

Kelas

Pearson Correlation

1

,390**

Sig. (2-tailed)

,000

N

140

140

Motivasi Belajar

Pearson Correlation

,390**

1

Sig. (2-tailed)

,000

N

140

140

Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0

Berdasarkan hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat nilai korelasi antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar pada siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro sebesar 0,390 dengan .sig 0,00 > 0,05. Hasil r tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut.

Antara kedua variabel tersebut saling memiliki hubungan sebesar 0,390. Kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif atau searah, yang artinya apabila angka variabel kompetensi kepribadian tinggi maka motivasi belajar siswa akan semakin tinggi. Signifikansi adalah gambaran mengenai bagaimana hasil riset itu mempunyai kesempatan untuk benar. Angka signifikansi sebesar 0,01 mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan atau keinginan peneliti untuk memperoleh kebenaran dalam riset adalah sebesar 99%. (Sarwono, 2012). Kemudian, kedua variabel dikatakan memiliki hubungan signifikan jika p < 0,05 dan berdasarkan pengujian statistik yang telah dilakukan, didapat nilai p sebesar 0,00. < 0,05 maka korelasinya memiliki hubungan yang signifikan. Dengan demikian, hipotesis null (Ho) yang menyatakan tidak adanya hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro ditolak.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat nilai korelasi antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar pada siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro sebesar 0,390 dengan .sig 0,00 > 0,05. Dengan demikian, hipotesis null (Ho) yang menyatakan tidak adanya hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro ditolak.

Persepsi siswa kelas satu SMK terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas, dari jumlah total sebanyak 140 siswa, sebagian besar siswa memiliki persepsi yang positif terhadap kompetensi

(7)

7

kepribadian guru yang menjadi wali kelasnya berjumlah 83 siswa dengan total persentase 59%, sedangkan sebagian kecil siswa memiliki persepsi yang negatif terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelasnya berjumlah 57 siswa dengan total persentase 41%.

Motivasi belajar siswa kelas satu SMK Ki Hajar Dewantoro dari total 140 siswa, sebagian besar berada pada motivasi belajar tingkat sedang dengan jumlah 67 siswa dan total persentase sebanyak 48%, disusul dengan motivasi belajar pada tingkat tinggi dengan jumlah 39 siswa dan total persentase sebanyak 28%, dan yang terakhir bahwa motivasi belajar tingkat rendah dengan jumlah 34 siswa dan total persentasi 24%.

Sarannya adalah perhatikan kalender akademis dari sekolah yang akan diteliti sehingga manajemen waktunya dapat lebih baik. Jadi apabila waktunya lebih banyak maka akan sempat untuk melakukan pilot study sebelum melaksanakan field. Agar subjek penelitian diperluas, seperti mengambil responden di area yang berbeda. Contohnya SMA atau SMK di Jakarta Selatan, dan area lainnya.

Pada penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai pengaruh dari empat kompetensi dasar guru seperti kompetensi profesional, pedagogik, sosial dan kepribadian, mana yang paling berepengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Untuk sekolah peneliti memberikan saran praktis yang dapat diterapkan langsung, antara lain mengadakan seminar atau workshop yang ditujukan kepada guru dan siswa agar memiliki ilmu dan informasi yang berhubungan dengan kompetensi kepribadian sepeti apa yang dapat membangun kedekatan dengan siswa sehingga motivasi dalam belajar meningkat.

Memberikan konsultasi rutin yang dilakukan oleh pihak sekolah atau guru BK (Bimbingan Konseling) pada setiap jangka waktu tertentu dengan siswanya untuk mengetahui bagaimana peran dari wali kelas tersebut apakah sudah sesuai atau masih kurang.

REFERENSI

Lahey, B.B. (2009). Psychology: An Introduction. 10th Edition. Chicago: McGraw Hill. Martono, N. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. (2012). Standart Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Empat. Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rangkuti, A.F., Anggraeni, F.D. (2005). Hubungan Persepi Tentang Kompetensi Profesional Guru Matematika dengan Motivasi Belajar Matematika pada Siswa SMA. Jurnal Psikologia. 2(1): 76-85. Reid, G. (2007). Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi. London: P.C.P.

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Santrock, J.W. (2003). Adolescene. 6th Edition. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. 3th Edition. Jakarta: Salemba Humanika.

Sarwono, J. (2009). Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan

(8)

8

Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi: Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS. Jakarta: Elxmedia Komputindo.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alphabeta.

Sukadji, S. (2003). Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Suryabrata, S. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Uno, H.B. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo, T. (2007). Deskripsi Operasional Kompetensi Guru dengan Pengembangan Kualitas Guru Sosiologi SMA. Jurnal Paedagogia. 10(1): 25-46.

RIWAYAT PENULIS

Atissa Kania Putri lahir di Jakarta 16 Mei 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2013.

Gambar

Tabel 1 Gambaran Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali Kelas  Persepsi Siswa Terhadap
Tabel 3 Korelasi Pearson

Referensi

Dokumen terkait

Inspektorat Jenderal adalah Unit Eselon I dari Kementerian Perhubungan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

psn@psn.co.id B 2.05.08 email Kualifikasi SAMPAI DENGAN DESEMBER 2011. ASOSIASI SATELIT INDONESIA ( ASSI ) DAFTAR

Dalam Penulisan Ilmiah ini hasil peramalan penjualan produk Haneda Electric Ovenpada PT Batin Eka Perkasa dengan menggunakan metode Moving Average ( MA ) untuk semester dua tahun

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sepakbola Melalui Penerapan Aktivitas Soccer Like Games Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Langkah-Iangkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : mengidentifikasikan artikel tentang penyakit avian influenza di Asia, analisis.. jurnal

Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya

Cadangan kerugian piutang à tidak semua piutang dagang dapat ditagih 100%, maka dari itu perusahaan harus membuat perkiraan berapa banyak kira-kira piutang itu tidak dapat

[r]