• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PERNIKAHAN USIA DINI; FAKTOR DAN

IMPLIKASINYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi kasus di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Muhamad Masngudi

21113036

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNIKAHAN USIA DINI; FAKTOR DAN

IMPLIKASINYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi kasus di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Muhamad Masngudi

21113036

(5)
(6)
(7)

MOTTO

Inna khusna alaqotika billahi akbaru min ‘awamili najahika:

Sesungguhnya hubungan baikmu dengan Allah lebih utama dari pada

(8)

PERSEMBAHAN

SkripsiinipenulispeSembahkanuntuk:

Kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa dan

dukungan.

Keluargaku yang selalu mendukung, mendo'akan dan

memberikan segalanya, baik moral maupun spiritual

bagi

kelancaran

studi,

semoga

Allah

senantiasa

meridhoinya.

Dosenku,

pembimbingku

yang

setia

dan

penuh

kesabaran

membimbingku,

serta

rekan-rekan

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil „Aalamiin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, Robbi yang Maha Rahman dan Maha Rahim yang telah

menciptakan manusia dengan sebaik-baiknyabentuk.

Denganpetunjukdantuntunan-Nya, penulismempunyaikemampuanuntukmenyelesaikanskripsi ini.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung

Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jaman kebodohan menuju

zaman yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat

menjadikan kita bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan, penulis menyadari

bahwa tugas penulisan ini bukanlah tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang

berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan, kemauan dan bantuan semua pihak, maka

penyusunan skripsi dengan judul:“PERNIKAHAN USIA DINI; FAKTOR DAN

IMLIKASINYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM(Studi kasus di Dusun Ngronggo

Kelurahan Argomulyo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga)ini bisa terselesaikan.

Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis haturkan banyak terima kasih yang

tiada taranya kepada:

1. BapakDr. H. RahmatHaryadi, M. Pd,selakuRektorInstitutAgama Islam

NegriSalatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN

(10)

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan

juga telah memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi.

3. BapakSukron Ma‟mun, S.H.I.,M.Si.,selaku Kajur Hukum Keluarga Islam.

4. KetuakelurahankumpulrejoSalatiga.

5. BapakIbuDosenSyariah IAIN Salatiga.

6. Orang tuatercintadansemuasaudara-saudaraku.

7. Dan kepada semua teman-temanku yang sangat membantuku dalam

penyelesaian skripsi ini, khususnya Nida Zahra Hana dan Fendy Tri

Bachtiar.

Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain hanya

memanjatkan doa, semoga Allah SWT mencatat sebagai amal sholeh yang akan

mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin yaa robbal „aalamiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat

bermanfaat, khususnya bagi Almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.

Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

(11)

ABSTRAK

Masngudi, Muhamad. 2017. Pernikahan Usia Dini;Faktor Dan Implikasinya Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga).Skripsi. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Fakultas Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Siti Zumrotun. M.Ag.

Kata Kunci:Pernikahan Usia Dini;Faktor Dan Implikasinya Perspektif Hukum Islam

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hukum Islam terhadap pernikahan usia dini ditinjau dari faktor dan Implikasinya. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Apa faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo Salatiga?,(2) Bagaimana implikasi pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo, Salatiga?, (3) Bagaimana hukum pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo menurut perspektif hukum Islam?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologis Yuridis, serta menggunakan jenis penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan di masyarakat itu sendiri atau masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistic atau cara kuantifikasi lainnya.

(12)

DAFTAR ISI

JUDUL... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 5

C. TujuanPenelitian... 5

D. ManfaatPenelitian... 5

E. TinjauanPustaka ... 6

F. PenegasanIstilah ... 7

G. MetodePenelitian ... 9

H. SistematikaPenulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KonsepPernikahan ... 15

(13)

e. TujuanPernikahan... 23

f. HikmahPernikahanMenurut Islam ... 24

g. Batas UmurPernikahanMenurutKonsepFikih ... 30

BAB III HASIL PENELITIAN A. GambaranUmumPermasalahanPernikahanUsiaDini Di DusunNgronggo ... 35

B. FaktorPenyebabTerjadinyaPernikahanUsiaDini Di DusunNgronggo ... 43

a. FaktorPendidikan ... 44

b. FaktorKemauanAnak ... 44

c. Faktor Agama ... 46

C. ImplikasiPernikahanUsiaDini di DusunNgronggo... 47

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERMASALAHAN PERNIKAHAN USIA DINI DI DUSUN NGRONGGO KELURAHAN KUMPULREJO KOTA SALATIGA MENURUT PRESPEKTIF HUKUM ISLAM A. AnalisisTentangFaktor-FaktorPenyebabTerjadinyaPernikahanUsiaDini di DusunNronggo, KelurahanKumpulrejo, Kota Salatiga... 54

a. FaktorPendidikan ... 54

b. FaktorKemauanAnak ... 56

c. Faktor Agama ... 56

(14)

C. AnalisiTentangHukumPernikahanUsiaDini di

DusunNgronggoKelurahanKumpulrejo Kota

SalatigaMenurutPrespektifHukum Islam ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 69

B. Saran ... 70

C. Kata Penutup ... 70

(15)

BIODATA PENULIS BiodataPribadi

1. Nama : MuhamadMasngudi

2. JenisKelamin : Laki-Laki

3. TempatTanggalLahir : Kab. Semarang 20 Oktober 1992

4. Kebangsaan : Indonesia

5. Status : Lajang

6. Tinggi, BeratBadan : 167cm. 58kg

7. Agama : Islam

8. Alamat : DsnNgronggort 05/04 Kec. Argomulyo

salatiga

9. No. Hp : 085726635874

RiwayatPendidikan

1.TK :Kumpulrejo 02

2.SD :Kumpulrejo 02

3.KMI :Pondok Modern Darussalam Gontor

PengalamanOrganisasi

1. OrganisasiPelajarPondok Modern (OPPM) Gontorsebagaipengurusdapur .

2. SenatMahasiswaFakultasSyari‟ah IAIN Salatiga 2014-2015

sieKemahasiswaan

3. UKM Bahasa Arab IAIN Salatiga (ITTAQO) 2015-2016

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata „‟kawin‟‟ yang

menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan

hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga „‟pernikahan‟‟,

berasal dari kata nikah (حبكَ) yang menurut bahasa artinya mengumpulkan saling

memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). Kata nikah sendiri

sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah

(Ghazaly, 2006:7).

Ghazaly mengutip komentar Sayyid Sabbiq yaitu; perkawinan merupakan

salah satu Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada

manusia hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sebagai jalan bagi manusia untuk

beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya setelah

masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan

tujuan perkawinan. Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang

hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarkhi tanpa aturan.

Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan

hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan

(17)

dihadiri para saksi yang menyaksikka bahwa pasangan laki-laki dan perempuan

itu telah saling terikat (Ghazaly, 2006:10-11).

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai pasanga suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Didalam

penjelasan ditegaskan lebih rinci bahwa sebagai Negara yang berdasarkan

Pancasila, dimana sila yang pertama ialah ketuhanan Yang Maha Esa, maka

perkawinan mempunyai hubungan erat sekali dengan agama/kerohanian, sehingga

perkawinan bukan saja mempunyai unsure lahir/jasmani, tetapi unsur

bathin/rohani juga mempunyai peranan yang penting. Membentuk keluarga yang

bahagia rapat hubungan dengan keturunan, yang pula merupakan tujuan

perkawinan, pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan keajiban orang tua

(Sudarsono, 1994:9).

Adapun Sudarsono berpendapat bahwa, tujuan dari pernikahan adalah untuk

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami isteri perlu saling

membantu dan melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan

kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil

(Sudarsono, 1994:7).

Sedangkan tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi

petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan

bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga,

(18)

keprluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih

sayang antar anggota keluarga. Manusia diciptakan Allah SWT mempunyai naluri

manusiawi yang perlu mendapat pemenuhan. Pemenuhan naluri manusiawi

manusia yang antara lain kebutuhan biologisnya termasuk aktivitas hidup.

Jadi aturan perkawinan menurut Islam merupakan tuntunan agama yang

perlu mendapatkan perhatian, sehingga tujuan melangsungkan perkawinan pun

hendaknya ditujukan untuk memenuhi petunjuk agama. Sehingga kalau diringkas

ada dua tujuan orang melangsungkan perkawinan ialah memenuhi nalurinya dan

memenuhi petunjuk agama (Ghazaly, 2006: 22-23).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas, dapatlah penulis simpulkan,

bahwasanya beberapa tujuan dari pernikahan adalah untuk membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa,

menyempurnakan sunnatulah dan memperoleh keturunan.

Pada dasarnya, hukum islam tidak mengatur secara mutlak tentang batasan

usia pernikahan, hanya saja Al-Qur‟an mengisyaratkan bahwa orang yang akan

melangsungkan pernikahan haruslah orang yang siap dan mampu, sebagaimana

yang disebutkan dalam Qur‟an Surat An-Nuur Ayat 32 yang artinya: Dan

kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang

layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka

(19)

Kata layak (kawin) dipahami oleh ulama dengan makna mampu secara

mental dan spiritual untuk membina rumah tangga. Begitu pula dengan hadist

Rosulullah SAW, yang menganjurkan bagi para pemuda untuk melangsungkan

perkawinan dengan syarat adanya kemampuan.

As-Sayis mengutip pendapat Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa

anak dianggap baligh jika sudah berumur 18 tahun bagi laki-laki dan 17 tahu bagi

perempuan. Sedangkan menurut Imam Syafi‟I dan para pengikut Syafi‟I

(Syafi‟iyah) berpendapat bahwa anak laki-laki ataupun perempuan sama-sama

telah baligh sewaktu berumur 15 tahun (as-Sayis, 1963: 185).

Dusun Ngronggo adalah sebuah Dusun di kota Salatiga yang letaknya tidak

jauh dari pusat informasi dan pendidikan, akan tetapi kesadaran terhadap hukum

masih sangat rendah, hal ini dapat di lihat dengan tingginya kasus pernikahan di

usia dini. Apa factor pendorong pernikahan dini terjadi? Bagaimana hukum

pernikahan usia dini ditinjau dari hokum islam?

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

menganai Faktor dan Implikasi penikahan dini di Dusun Ngronggo, yang mana

jika diamati, kondisi latar belakang pasangan nikah dini di Dusun tersebut jauh

dari tujuan ideal perkawinan. Untuk analisis lebih dalam maka penulis akan

melakukan kajian lebih lanjut mengenai persoalan tersebut, yang akan dituangkan

dalam sebuah karya ilmiah, dengan judul “Pernikahan usia dini; Faktor dan Implikasinya Prespektif Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun Ngronggo,

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapatla penulis

rumuskan pokok masalah yang akan dibahas dan dianalisis diantaranya:

1. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini di Dusun

Ngronggo, Salatiga?

2. Bagaimana implikasi pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo, Kelurahan

Kumpulrejo kecamatan Argomulyo Kota Salatiga ?

3. Bagaimana hukum pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo menurut

prespektif hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitan yang dilakukan ini adalah sbagai berikut:

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini,

khususnya di Dusun Ngronggo, Salatiga.

2. Mengetahui bagaimana implikasi pernikahan usia dini dalam

kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Dusun Ngronggo, Salatiga.

3. Mengetahui akibat dari pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo,

(21)

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat penelitian dalam penelitian ini yaitu adalah

secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut ini:

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis tersebut diharapkan berguna sebagai sumbangan

pemikiran untuk masyarakat dusun Ngronggo agar lebih berhati-hati dalam

melaksanakan pernikahan, dan dapat menambah wawasan terhahadap

Mahasiswa Hukum Keluarga Islam dalam memahami tujuan menikah dan

aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan terutama dalam hal usia dan

kesiapan para calon mempelai baik dari segi materi ataupun nonmateri.

2. Kegunaan Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambahkan

kontribusi dan dapat berguna dalam penerapan suatu ilmu pengetahuan.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka pada dasarnya adalah untuk menentukan apa yang telah

diteliti oleh peneliti lain yang berhubungan dengan topic penelitian yang akan

dilakukan. Hal tersebut diharapkan di dalam penelitian sejenis ini tidak

memperoleh duplikasi atau kemiripan yang mutlak dengan penelitian orang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Uswatun Hasanah pada tahun 2005 yang

(22)

Klaten 2000-2004)‟‟. Dalam skripsi tersebut lebih menekankan pada pengertian

pernikahan dini dan batas usia menurut hukum positif dan hukum islam.

Terdapat juga penelitian yang berjudul „‟Pengaruh Perkawinan Dini

Terhadap Perilaku Pasangan Suami Istri Di Desa Pepe Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan‟‟. Yang diteliti oleh Nika Supriyanti tahun 2003. Pada

skripsi oleh Nika Supriyanti tersebut lebih membahas tentang perubahan perilaku

pasangan perkawinan dini dalam hal tanggung jawab setelah melangsungkan

perkawinan.

Sedangkan pada penelitian yang peneliti tulis lebih mengfokuskan

terhadap faktor dan implikasi dari pernikahan usia dini, dan bagaimana hukum

pernikahan usia dini tersebut prespektif hukum islam.

F. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah proses pemahaman dan kejelasan judul diatas untuk itu

peneliti perlu dalam memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah

dalam judul penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Pernikahan

Menurut Junaedi, kata nikah atau ziwaj adalah bahasa Arab yang

dalam bahasa Indonesia diartikan “kawin”. Sedangkan menurut istilah

(23)

bersenang-senang dengan kehormatan/kemaluan seorang istri dan seluruh

tubuhnya (Dedi Junaedi, 2001 :3).

Sedangkan menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

disebutkan bahwa : “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang

pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan

Yang Maha Esa. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya.

2. Usia dini

Dini adalah kata yang berkaitan dengan waktu diartikan awal waktu,

sedangkan yang dimaksud dengan pernikahan usia dini adalah

pernikahan yang dilakukan dibawah usia yang seharusnya serta belum

siap dan matang untuk melaksankan pernikahan dan menjalani

kehidupan rumah tangga (Nukman, 2009).

3. Faktor

Hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi)

terjadinya sesuatu.

4. Implikasi

Keterlibatan atau keadaan terlibat.

5. Hukum islam

Menurut Amir Syarifudin yang di kutip oleh Atang Abd Hakim,

(24)

laku yang diakui oleh suatu negara atau masyarakat serta mengikat dan

diberlakukan bagi masyarakat. Makna ini selanjutnya disandarkan kepada

kata Islam, sehingga hukum Islam berarti, seperangkat peraturan

berdasarkan wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasulullah saw tentang

tingkah laku manusia mukallaf yang di akui dan diyakini berlaku serta

mengikat untuk semua umat yang beragama Islam (Hakim, 2011:29).

G. Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi tentang pernikahan diusia dini pada Masyarakat

Dusun Ngronggo, Kota Salatiga, penysun menggunakan beberapa metode

penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif, di sini

memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari

perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau

pola-pola yang dianalisis gejala-gejala social budaya dengan menggunakan

kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran

menganai pola-pola yang berlaku.

Penelitian ini adalah Studi kasus, seperti yang telah diterangkan di atas

(25)

Ngronngo Kec. Argomulyo Kota. Salatiga. Peneliti akan mempelajari

fakto-faktor dan implikasi pernikahan di usia dini yang ada di Dusun Ngronggo,

Salatiga.

Studi kasus adalah suatu gambaran hasil penelitian yang mendalam, dan

lengkap, sehingga dalam informasi yang disampaikannya tampak hidup

sebagaimana adanya dan pelaku-pelaku mendapat tempat untuk memainkan

peranannya (Ashshofa, 1996: 21)

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yakni memberikan atau

uraian (Ronny, 2003: 53) tentang faktor dan implikasi pernikahan usia

dini. Data-data yang ada kemudian dianalisis sehingga menemukan sebuah

kesimpulan.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik

yakni :

a. Wawancara

Wawancara (interview), yaitu cara memperoleh data dengan

menelusuri data, dengan menggunakan wawancara bebas terpimpin yang

mana peneliti bebas mengadakan wawancara dengan tetap berpijak pada

catatan mengenai pokok-pokok yang akan ditanya, sehingga masih

memungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan

(26)

penelitian ini penulis melakukan tanya jawab langsung kepada pihak yang

bersangkutan dalam hal ini; pihak ketua Rt, ketua Rw dan suami atau istri

yang melakukan praktik pernikahan pada usia dini, sebagai pelaku sosial

yang mengetahui kondisi sosial dari gejala tersebut untuk mendapatkan

informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan rumusan masalah.

b. Observasi

Observasi adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua

bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian,

menghitungnya, mengukurnya, dan mencatatnya. Observasi adalah suatu

usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis

dengan prosedur yang berstandar

(Arikunto, 2008: 223).

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda da sebagainya (Nastangin, 2012:15).

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dimaksud adalah

pengambilan beberapa fenomena keluarga dan prosesi penelitian baik itu

wawancara maupun observasi.

(27)

Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang dasar tujuannya

adalah permasalahan-permasalah yang ada dalam masyarakat. Dalam

kaitannya dengan masalah, faktor, dan implikasi pernikahan usia dini,

maka pendekatan ini digunakan untuk mengetahui realitas yang ada di

masyarakat yang mana masih banyak masyarakat yang melakukan

pernikahan usia dini, seperti yang terjadi di Dusun Ngronggo kota

Salatiga.

b. Pendekatan Yuridis

Pendekatan yuridis yaitu cara pendekatan yang berorientasi pada

gejala-gejala hukum yang bersifat normatif untuk lebih banyak bersumber

pada pengumpulan data kepustakaan. Melalui pendekatan ini diharapkan

sebagai usaha untuk mempelajari ketentuan perundang-undangan,

peraturan-peraturan lain, maupun pemikiran yang berkaitan dengan

pelaksanaan pernikahan usia dini (Soekamto, 1992: 263)

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber, data yang

diperoleh langsung dari penelitian, termasuk apa yang di dengar dan

disaksikan sendiri oleh penulis.

(28)

Adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasinya tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi

seorang informan harus memeiiki banyak pengalaman tentang latar

belakang penelitian. Seorang informan berkewajiban secara suka rela

menjadi tim anggota penelitian walaupun hanya bersifat informal,

sebagai anggota tim dengan kebaikanya dan kesukarelaanya ia dapat

memberikan pandangan dari segi orang dalam, tentang nilai-nilai,

sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian

setempat (Moleong, 2002: 90). Dalam penelitian ini adalah Ketua RT

dan RW yang faham dengan realita warganya.

2) Dokumen

Adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Nastangin, 2012:13).

Sumber tertulis dapat terbagi atas sumber buku dan majalah ilmiah,

sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Nastangin,

2012:13). Dalam penelitian ini setiap bahan tertulis berupa data-data

maupun surat-surat keterangan baik itu berupa KTP, KK, akta

kelahiran, Surat Kematian suamidan lain sebagainya yang ada di

dalam keluarga dari seorang perempuan yang membina keluarganya

yang berkaitan dengan penelitian.

(29)

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain, hasil

kajian buku-buku karya Ilmiah serta peraturan perundang-undangan yang

erat kaitannya dengan penelitia ini adalah sebagai berikut :

1) Undang-undang yang mengatur tentang pernikahan

2) Buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini

3) Arsip-arsip yang mendukung.

6. Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya

agar diperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisaan data

tersebut penulis menggunakan analisa kualitatif yaitu: analisis untuk

meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk uraian

(Moeloeng, 2011: 288).

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan rencana outline penulisan skripsi yang

akan dikerjakan. Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang

lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka penulis menyusun

sistematika penelitian dengan garis besar sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan. Adapun didalamnya berisi tentang: latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Tinjauan

(30)

BAB II: Tinjauan umum yang menjadi landasan teori tentang pernikahan

diusia dini, yaitu: tinjauan umum tentang Pernikahan menurut Hukum Islam.

BAB III: Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang pernikahan dini;

faktor dan implikasi pernikahan dini.

BAB IV: Analisis penulis menganai kasus pernikahan usia dini di Dusun

Ngronggo, Salatiga ditinjau menurut prespektif Hukum Islam.

BAB V : Penutup. Bab ini berisi terkait kesimpulan tentang jawaban atas

(31)

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Konsep Pernikahan Menurut Hukum Islam

a. Pengertian Pernikahan Menurut Hukum Islam

Istilah nikah diambil dari bahasa Arab, yaitu Nakaha-yankihu-nikaahan

yang mengandung arti nikah atau kawin. (Yunus. 190:467) dalam Kitab

I‟anatu Atthalibin, Muhammad Syata Addimyati menjelaskan bahwa Nikah

menurut bahasa ialah: عًجنا ٔ ىضنا خغن حبكُنا yang artinya: nikah menurut

bahasa adalah berhimpun atau berkumpul.( Addimyati.t.t:254) Sementara itu

Abdurrohman Al-Jaziri di dalam kitabnya al-Fiqh „alaa Madzahibi al

-„Arba‟ah mengemukakan bahwa, nikah secara bahasa ialah: ىضنا ءطٕنا خغن حبكُنا

yang artinya nikah menurut bahasa ialah wath‟I (hubungan seksual) daan

berhimpun (Al-Jaziri.t.t:1)

Kemudian secara istilah Nikah dapat didefinisikan sebagaimana yang

dijelaskan oleh Imam Syafi‟i, Pengertian Nikah secara syara‟ ialah:

(32)

Artinya: “Ada kalanya suatu akad yang mencakup kepemilikan terhadap wath‟I dengan lafadz inkah atau tazwij atau dengan menggunakan lafadz yang semakna dengan keduanya‟‟(Al-Mahalli.t.t:3)

Kemudian menurut Imam Hanbali pengertian Nikah secara syara‟ ialah:

عبتًتسلإا خعفُي يهعجئزت ٔا حبكَا ظفهث دقع

Artinya: “Suatau akad yang dilakukan dengan menggunakan lafadz inkah atau tazwij untuk mengambil manfaat kenikmatan (kesengan)‟‟. (Al -Mahalli.t.t:4)

Pernikahan adalah suatu akad syar‟i (ikatan keagamaan) yang dianjurkan

syara‟ (Ash-Shiddieqy. 1978:264 )

Dalam KHI pasal 2 menyatakan bahwa perkawinan menurut hukum islam

adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat ata miitsaaqan gholiidhan

untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah

(Abdurrohman.1992:114)

Dari pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa pernikahan adalah

akat yang sangat kuat yang mengandung ketentuan hukum kebolehan

hubungan seksual dengan lafadz nikah dan kata-kata yang seksama dengannya

untuk membina rumah tangga yang sakinah dan menaati perintah Allah SWT

yang mana melakukannya merupakan ibadah.

Berdasarkan uraian diatas, jelaslah terlihat bahwa pengertian Nikah

menurut istilah (syara‟) yang dikemukakan oleh para ulama yang bermuara

(33)

Dalam KHI, Pernikahan itu didefinisikan sebagai salah satu akad yang

sangat kuat mitsaaqon Gholiidhon untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah. (Depag RI. t.t:19)

b. Dasar Hukum Pernikahan Menurut Hukum Islam

Salah satu ayat al-Qur‟an yang dijadikan dasar hokum anjuran untuk

melaksanakan pernikahan adalah sebagai berikut:

اًجا َو ْزَأ ْمُكِسُفنَأ ْنِّم مُكَل َقَلَخ ْنَأ ِهِتاَياَء ْنِم َو

َّنِإ ًةَمْحَر َو ًةَّد َوَّم مُكَنْيَب َلَعَج َو اَهْيَلِإ اوُنُكْسَتِّل

َنوُرَّكَفَتَي ٍم ْوَقِّل ٍتاَيَلأ َكِلَذ يِف

Artinya: Dan diantara tanda kekuaasaanya Dia telah menjadikan dari dirimu sendiri pasangan kamu, agar kamu hidup tenang bersamanya dan Dia jadikan rasa kasih sayang sesama kamu. Sesungguhnya dalam hal itu menjadi pelajaran bagi kaum yang berfikir ( Ar-Ruum:21).

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan pasangan

manusia dari jenisnya sesama manusia, supaya manusia bisa berkembang biak

mendapatkan keturunan serta memiliki keluarga tempat mencurahkan kasih

sayang bersama pasangan dan keturunannya.

c. Syarat dan Rukun Pernikahan Menurut Hukum Islam

Menurut syara‟, Fuqoha‟ telah banayak memberikan definisi.Secara umum

diartikan akad zawaj adalah pemilikan sesuatu melalui jalan yang disyariatkan

dalam agama.Tujuannya menurut tradisi manusia dan menurut syara‟ adalah

(34)

yang tertinggi dalam syariat islam. Tujuan yang tertinggi adalah memelihara

regenerasi, memelihara gen manusia, dan masing-masing suami istri

mendapatkan ketenangan jiwa karena kecintaan dan kasih sayangnya dapat

disalurkan. Demikian juga pasangan suami istri sebagai tempat peristirahatan

di saat-saat lelah dan tegang, keduanya dapat melapiaskan kecintaan dan kasih

sayangnya selayaknya sebagai suami istri.(azzam 2003:36)

Pernikahan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh didalamnya terdapat

hak-hak dan kewajiban yang sacral dan religius, seseoramg akan merasa

adanya tali ikatan suci yang membuat tinggi sifat kemanusiaannya, yaitu

ikatan rukhani dan jiwa yang membuat ketinggian derajat manusi dan menjadi

mulia dari pada tingkat kebinatangan yang menjalin cinta syahwat antara

jantan dan betina. Bahkan hubungan pasangan suami istri sesungguhnya

adalah ketenangan jiwa, kasih sayang dan memandang.

Dalam bukunya Fiqih Ala al-Madzahibi Al-Arba‟ah Abdurrohman al

Jaziri menyebutkan syarat dan rukun untuk melaksanakan perkawinan harus

ada (2003:17)

a. Shighot (ijab qobul)

b. Wali nikah

c. Calon suami

(35)

Al-Quran menjelaskan batas seseorang dibebani hukum adalah ketika sudah

baligh, seperti yang nditerangkan ayat dibawah ini:

ُنِّيَبُي َكِلَذَك ْمِهِلْبَق نِم َنيِذَّلا َنَذْئَتْسا اَمَك اوُنِذْؤَتْسَيْلَف َمُلُحْلا ُمُكنِم ُلاَفْطَلأْا َغَلَب اَذِإ َو

ْمُكَل ُلله

ٌميِكَح ٌميِلَع ُلله َو ِهِتاَياَء

Artinya:Apabila anak-anak kecil itu sudah cukup umur, maka hendaklah meminta izin sebagaimana orang dewasa meminta izin, demikianlah Allah menjelaskan hukum-hukum-Nya kepadamu, dan Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Hakim. (QS. An-Nuur:59)

Wa idza balaghal ath-faalu minkumul huluma fal yasta’dzinuu ka

masta’dzanaaal la-dziiina min qoblihim: apabila anak-anak kecil itu sudah

cukup umur, maka hendaklah meminta izin sebagaimana orang dewasa

meminta izin.

Apabila anak kecil itu, baik anak-anakmu sendiri ataupun anak-anak

kerabatmu, telah cukup umur, yaitu telah berumur 15 tahun atautelah

bermimpi, hendaklah mereka meminta izin kepadamu untuk masuk

ketempatmu disegala waktu, tidak hanya waktu yang tiga sebagaimana

orang-orang dewasa yang lain harus berbuat demikian, baik anak-anak sendiri atau

kerabat.

Allah menjelaskan hukum anak-anak yang telah sampai umur, dan

tidak menjelaskan hukum budak.Padahal dalam ayat sebelumnya Allah

(36)

ataupun besar adalah sama. Yaitu harus meminta izin untuk memasuki

kamarmu pada tiga waktu dan tidak meminta izin untuk waktu yang lain.

Firman Allah ini member peringatan bahwa membebani seseorang

dengan hukum-hukum syariat adalah apabila orang tersebut telah sampai

umur, dan sampai umur itu adalah dengan mimpi (lelaki bermimpi

mengeluarkan sperma) atau dengan tahun (umur 15 tahun), anak-anak yang

telah sampai umur tidak boleh memasuki kamar orang tuanya tanpa izin

terlebih dahulu, sama dengan oraang lain.

Semua ulama menetapkan bahwa bermimpi itu disertai izal (keluar

sperma) yang menjadi tanda telah mencapai umur bagi anak lelaki. Yang

dimaksud dengan „‟bermimpi‟‟ disini sebenarnya adalah hasil izal, baik waktu

terjaga maupun waktu tidur, dengan bermimpi atau bukan. Oleh karena

menurut kebiasaan hal itu menjadi sewaktu tidur, maka dipakai kata

„‟mimpi‟‟(Ash-Shiddieqy. 2000:2847).

Sedangkan yang dimaksud tiga waktu adalah setelah solat isya,

sebelum fajar dan waktu dzuhur karena menurut kebiasaan pada waktu itu

adalah waktu dimana perempuan atau isteri-isteri tidak menutup aurot secara

keselurahan baik dikarenakan untukn memenuhi tugas melayani suaminya

ataupun hal diluar yang demikian.

(37)

نِم ُلله ُمِهِنْغُي َءآَرَقُف اوُنوُكَي نِإ ْمُكِئآَمِإ َو ْمُكِداَبِع ْنِم َنيِحِلاَّصلا َو ْمُكنِم ىَماَيَلأْا اوُحِكنَأ َو

ٌميِلَع ٌعِسا َو ُلله َو ِهِلْضَف

Artinya: dan nikahkanlah orang-orang yang tidak mempunyai isteri dan atau tidak mempunyai suami diantara kamu serta orang-orang yang mampu mendirikan rumah tangga diantara budak-budakmu yang lelaki dan budak-budakmu yang perempuan. Jika mereka dalam keadaan miskin. Allah akan memberikan kecukupan dengan keutamaan-Nya. Allah itu Maha luas rahmat-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. An-Nuur:32)

Wash shaalihiina min ‘ibaadikum wa imaa-ikum: serta orang-orang

yang mampu mendirikan rumah tangga diantara budak-budakmu yang lelaki

dan budak-budakmu yang perempuan.

Nikahkanlah budak-budakmu, baik lelaki ataupun perempuan, yang

sanggup berumah tangga, sanggup memenuhi hak suami, sehat badan (fisik),

berkecukupan, serta dapat melaksanakan hak-hak agama yang wajib bagi

mereka (Ash-Shiddieqy, 2000:2821).

Namun alquran juga menjelaskan tentang syarat melakukan

pernikahan bukanlah sekedar sampai batas usia minimal melainkan juga

mempertimbangkan faktor diluar usia seperti kesanggupan berumah tangga,

kesanggupan memenuhi hak suami maupun istri, sehat badan (fisik),

berkecukupan, serta dapat melaksanakan hak-hak agama yang wajib bagi

mereka.

d. Hukum Menikah dalam Islam

(38)

Bagi yang sudah mampu kawin, nafsunya telah menDusunk dan takut

terjerumus dalam perzinaan wajiblah kawin karena menjauhkan diri dari yang

haram adalah wajib, sedang untuk itu tidak dapat dilakukan dngan baik

kecuali dengan jalan kkawin. Kata Qurtuby: orang bujangan yang sudah

mampu kawin dan takut dirinya dan agamnya jadi rusak, sedang tak ada jalan

untuk menyelamatkan diri kecuali dengan kawin, maka tak ada perselisihan

pendapat tentang wajibnya ia kawin.

Jika nafsunya telah menDusunknya, sedangkan ia tidak mampu

membelanjai isterinya, maka Allah nanti akan melapangkan rizkinya.

Sebagaimana Firman Allah dalam surat An-Nuur ayat 33 yang artinya :

“hendaklah orang-orang yang tidak mampu kawin menjaga dirinya sehingga

nnati Allah mencukupkan mereka dengan karuniaNya”.

Sunnah

Adapun bagi orang yang nafsunya telah menDusunk lagi mampu

kawin, tetapi masih mampu menahan dirinya dari berbuat zina, maka

sunnahlah dia kawin. Kawin baginya lebih utama dari bertekun diri dalam

ibadah, karena menjalani hidup sebagai pendeta sedikitpun tidak dibenarkan

islam. Baihaqy meriwayatkan Hadist dari Abu Umamah bahwa Nabi SAW

bersabda: “kawinlah kalian, karena aku akan membanggakan banyaknya

(39)

pendeta-Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan

lahirnya kepada isterinya serta nafsunyapun tidak menDusunk, haramlah ia

kawin. Al-Qurthuby berkata:

”Bila seorang laki-laki sadar tidak mampu membelanjai isterinya atau

membayar maharnya atau memenuhi hak-hak isterinya, maka tidaklah boleh

ia kawin, sebelum ia dengan terus terang menjelaskan keadaanya kepadanya.

Atau sampai datang saatnya ia mampu memenuhi hak-hak isterinya. Begitu

pula kalau ia karena suatu hal menjadi lemah, tak mampu menggauli isterinya,

maka wajiblah ia menerangkan dengan terus terang agar perempuanya tidak

tertipu olehnya”.

Sebaliknya bagi perempuan bila ia sadar tidak mampu untuk

memenuhi hak-hak suaminya, atau ada hal-hal yang menyebabkan dia tidak

bisa melayani kebutuhan batinnya, karena sakit jiwa atau kusta atau mukanya

bopeng atau penyakit lain, wajiblah ia menerangkan semua itu kepada

laki-lakinya, ibarat seperti seorang pedagang yang wajib menerangkan keadaan

barang-barangnya bila ada aibnya.

Makruh

Makruh kawin bagi seorang yang lemah syahwat dan tidak mampu

member belanja isterinya, walapun tidak merugikan isteri, karena ia kaya dan

tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat. Juga bertambah makruh

hukumnya jika karena lemah syahwat itu dia berhenti dari malakukan suatu

(40)

Mubah

Dan bagi laki-laki yang tidak terDusunk oleh alsan-alasan yang

mewajibkan segera kawin atau karena alasan-alasan yang mengharamkan

untuk kawin, maka hukumnya mubah (sabiq, 1990:25).

e. Tujuan Pernikahan Menurut Hukum Islam

Dalam Qur‟an Surat Ar-Ruum ayat 21 disebutkan dan diantara

tanda-tanda kekuasaann-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari

jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan

dijadikannya untukmu rasa kasih dan sayang. Pernikahan tidak hanya sekedar

bertujuan untuk menghalalkan hubungan seksual yang bersifat biologis

semata, tetapi juga untuk untuk memenuhi keburuhan kehidupan berumah

tangga baik secara lahiriyah maupun batiniyah.

Menurut Utsman dalam bukunya dasar-dasar pernikahan dalam islam

(2006:17-19): Syariat islam telah memilih pernikahan untuk mencapai tujuan

dan memberikan ikatan suci yang lebih agung dan kehormatan yang lebih

besar:

1. Menggapai ridho Allah swt. Dan surga-Nya, menyelamatkan diri dari

kemurkaan dan adzab-Nya. Dalam mengikuti jejak Rosul saw. terdapat

(41)

3. Mencapai ketengangan dan ketentraman serta kehidupan yang sejuk.

4. Menambah jumlah umat islam, membentuk kekuatan, sekaligus

kemulaiaan.

5. Melanjutkan amal sholih sesudah mati.

6. Menimbulkan kecukupan(tidak meminta-minta) kepada manusia dan

beroleh kemudahan dalam penghidupan.

f. Hikmah Pernikahan Menurut Hukum Islam

Islam menganjurkan dan menggembirakan sebagai mana hal tersebut

karena ia mempunyai pengaruh yang baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat

dan seluruh umat manusia (Sabiq, 1990:19).

1. Sesungguhnya naluri sex merupakan naluri yang paling kuat dan keras

yang selamanya menuntut adanya jalan keluar. Bila mana jalan keluar

tidak dapat memuaskannya, maka banyaklah manusia yang mengalami

goncang dan kacau serta menerobos jalan yang jahat. Dan kawinlah jalan

alami dan biologis yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan

memuaskan naluriah sex ini. Dengan kawin badan jadi segar, jiwa jadi

tenang, mata terpelihara dari melihat yang haram dan perasaan tenang

menikmati barang yang halal.

2. Kawin jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia,

memperbanyak ketururnan, melestarikan hidup manusia serta memelihara

(42)

3. Naluri kebapak dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam

suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan

ramah, cinta dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang

menyempurnakan kemanusiaan seseorang.

4. Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak

menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat

dan pembawaan seseorang. Ia akan cekatan bekerja, karena dorongan

tanggung jawab dan memikul kewajibannya, sehingga ia akan banyak

bekerja dan mencari pernghasilan yang dapat memeperbesar jumlah

kekayaan dan memperbanyak produksi.

5. Pembagian tugas, dimana yang satu mengurusi dan mengatur rumah

tangga, sedangkan yang lainnya bekerja diluar, sesuai dengan batas-batas

tanggung jawab antara suami istri dalam menangani tugas-tugasnya.

6. Dengan perkawinan dapat membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh

kelanggengan rasa cinta antar keluarga dan memperkuat hubungan

kemsyarakatan yang memang oleh islam direstui, ditopang dan ditunjang.

7. Memelihara pandangan dan kemaluan sebagaimana sabda Rosulullah yang

dikutip oleh Muslim dalam kitab himpunan hadis shahih Muslim, yang

(43)

ٍُْثِرْكَثُٕثَأبََُثَّدَد

Artinya: Telah bercerita kepada kita Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Quraib berkata telah bercerita kepada kita Abu Mu‟awiyah dari A‟masy dari „Umarah dari „Umairin dari „Abdu ar-Rahman dari Yazid dari „Abdillah berkata Rosulullah SAW bersabda kepada kita “Wahai para pemuda barang siapa diantaara kalian yang mampu biaya menikah, menikahlah. Sesungguhnya ia lebih memejamkan pandangan dan memelihara faraj (alat kelamin). Barang siapa yang tidak mampu, hendakah ia berpuasa. Sesungguhnya ia sebagai perisai baginya”.

Istilah pernikahan dini adalah kontenporer. Dini dikaitkan dengan waktu,

yakni di awal waktu tertentu. Lawannya adalah pernikahan kadaluarsa.

Pernikahan Dini adalah Agar tidak melebar dari tujuan utama penulisan ini,

mengingat banyaknya definisi „usia dini‟ dalam ungkapan „pernikahan dini‟

maka penulis membatasi definisi „pernikahan dini‟ sebagai sebuah pernikahan

yang dilakukan oleh mereka yang berusia muda atau seseorang yang pada

masa pertumbuhan baru mengalami tanda-tanda baligh secara fisik namun

belum pada tahapan dewasa secara mental.

Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif

baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau

(44)

ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir

yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang

mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya

mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk

wanita.

Hukum Islam secara umum meliputi lima prinsip yaitu perlindungan terhadap

agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal. Dari kelima nilai universal Islam ini,

satu diantaranya adalah agama menjaga jalur keturunan (hifdzu al nasl). Oleh

sebab itu, Syekh Ibrahim dalam bukunya al Bajuri menuturkan bahwa agar

jalur nasab tetap terjaga, hubungan seks yang mendapatkan legalitas agama

harus melalui pernikahan. Seandainya agama tidak mensyari‟atkan

pernikahan, niscaya geneologi (jalur keturunan) akan semakin kabur.

Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini.

Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal Undang-undang

Perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini

menurut negara dibatasi dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama,

pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum

baligh.

Terlepas dari semua itu, masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang

(45)

benturan ide yang terjadi antara para sarjana Islam klasik dalam merespon

kasus tersebut.

Pendapat yang digawangi Ibnu Syubromah menyatakan bahwa agama

melarang pernikahan dini (pernikahan sebelum usia baligh). Menurutnya, nilai

esensial pernikahan adalah memenuhi kebutuhan biologis, dan

melanggengkan keturunan. Sementara dua hal ini tidak terdapat pada anak

yang belum baligh. Ia lebih menekankan pada tujuan pokok pernikahan.

Ibnu Syubromah mencoba melepaskan diri dari kungkungan teks. Memahami

masalah ini dari aspek historis, sosiologis, dan kultural yang ada. Sehingga

dalam menyikapi pernikahan Nabi Saw dengan Aisyah (yang saat itu berusia

usia 6 tahun), Ibnu Syubromah menganggap sebagai ketentuan khusus bagi

Nabi Saw yang tidak bisa ditiru umatnya.

Sebaliknya, mayoritas pakar hukum Islam melegalkan pernikahan dini.

Pemahaman ini merupakan hasil interpretasi dari QS. al Thalaq: 4. Disamping

itu, sejarah telah mencatat bahwa Aisyah dinikahi Baginda Nabi dalam usia

sangat muda. Begitu pula pernikahan dini merupakan hal yang lumrah di

kalangan sahabat.

Bahkan sebagian ulama menyatakan pembolehan nikah dibawah umur sudah

menjadi konsensus pakar hukum Islam. Wacana yang diluncurkan Ibnu

Syubromah dinilai lemah dari sisi kualitas dan kuantitas, sehingga gagasan ini

tidak dianggap. Konstruksi hukum yang di bangun Ibnu Syubromah sangat

(46)

Imam Jalaludin Suyuthi pernah menulis dua hadis yang cukup menarik dalam

kamus hadisnya. Hadis pertama adalah ”Ada tiga perkara yang tidak boleh

diakhirkan yaitu shalat ketika datang waktunya, ketika ada jenazah, dan wanita

tak bersuami ketika (diajak menikah) orang yang setara/kafaah”.

Hadis Nabi kedua berbunyi, ”Dalam kitab taurat tertulis bahwa orang yang

mempunyai anak perempuan berusia 12 tahun dan tidak segera dinikahkan,

maka anak itu berdosa dan dosa tersebut dibebankan atas orang tuanya”.

Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita tahu, saat

ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali tidak

mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampui batas,

dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai tindakan-tindakan asusila di

masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral bangsa ini sudah sampai

pada taraf yang memprihatinkan. Hemat penulis, pernikahan dini merupakan

upaya untuk meminimalisir tindakan-tindakan negatif tersebut. Daripada

terjerumus dalam pergaulan yang kian mengkhawatirkan, jika sudah ada yang

siap untuk bertanggungjawab dan hal itu legal dalam pandangan syara‟ kenapa

tidak ?

(47)

sesama manusia, sementara dimensi ibadah merupakan bentuk konsekwensi

logis bahwa keimanan seseorang kepada Allah harus diimplementasikan

dalam seluruh aktifitas kehidupannya di dunia.

Masalah pengaturan batasan umur dalam hukum islam merupakan

masalah ijtihadiyyah,artinya tidak ada nash yang secara eksplisit mengatur

persoalan tersebut. Islam hanya menegaskan agar kita perlu mengantisipasi

agar keluarga yang dibentuk tidak menghasilkan anak keturunan yang lemah,

sebagai akibat dari ketidaksiapan orang tua pada saat menikah.Alqur‟an

menyatakan dalam Surat An-Nisa‟ ayat 9 yang artinya: „‟dan hendaklah takut

kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka

anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan)

mereka. Karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

mengucapkan perkataan yang benar (Budiman, 2008:34).

Adapun aturan Negara-negara muslim yang berkaitan dengan umur

minimal boleh melakukan perkawinan adalah bervariasi, dan dapat dilihat

dalam table berikut: (Nasution, 2013: 378).

No Negara Laki-Laki Perempuan

1. Algeria 21 18

2. Bangladesh 21 18

(48)

Ketentuan batasan minimal usia kawin dari tabel diatas disesuaikan

berdasarkan kebijakan dan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku di masing-masing Negara.

Adapun faktor-faktor penyebab terjadi pernikhan usia dini menurut

Khoiruddin nasution dalam bukunya hukum perdata (keluarga) islam

Indonesia dan perbandingan hukum perkawinan didunia muslim adalah adanya

4. Irak 18 18

5. Yordania 16 15

6. Libanon 18 17

7. Libiya 18 16

8. Malaysia 18 16

9. Maroko 18 15

10. Yaman Utara 15 15

11. Pakistan 18 16

12. Somalia 18 18

13. Yaman Selatan 18 16

14. Syiria 18 17

15. Tunisia 19 17

(49)

sekolah, melakukan hubungan biologis, dan hamil sebelum menikah.

Sedangkan faktor penyebab dari luar anak adalah kekhawatiran orang tua

terhadap anak melanggar ajaran agama, faktor ekonomi, faktor adat dan

budaya (2013:387).

Dalam fikih kecakapan seseorang melakukan perbuatan hukum adalah

ketika seseorang itu telah baligh. Untuk mengukur seseorang sudah baligh atau

belum biasanya ditandai dengan mimpi basah (ihtilam) bagi laki-laki dan

mansturbasi (haidh) bagi perempuan. Selain itu pertumbukan secara fisik juga

mendukung untuk mengetahui seseorang sudah baligh seperti tumbuhnya

kumis bagi laki-laki, dan mulai Nampak bagian payudara seorang perempuan.

abu hanifah berpendapat bahwa batasan kedawasaan (baligh) anak

laki-laki apabila dia sudah berusia 18 tahun, sedangkan anak perempuan apabila

dia sudah mmasuki usia 17 tahun. Dalam hal ini tampaknya T.M Hasbi

Ash-Shiddieqy condong dengan pendapat abu hanifah yang menetapkan usia

dewasa seorang lelaki jika ia telah memasuki usia 18 tahun, dan 17 tahun bagi

anak perempuan. Pendapatnya dipertimbangkan dengan dinamika

perkembangan masyarakat saat ini yang bisa saja mengaburkan kriteria

kedewasaaan hanya ditentukan oleh ukuran fisik semata (Budiman, 2008:36).

Secara umum dapat disimpulkan bahwasanya para imam madzhab

membolehkan nikah dini. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Imam Malik yang

(50)

“Perkawinan seorang janda belum dewasa yang belum dicampuri oleh bekas

suaminya, baik berpisah karena talak atau ditinggal mati suaminya,

mempunyai status yang sama dengan gadis, bahwa bapak mempunyai hak

ijbar terhadapnya. Sebaliknya jika sudah dicampuri maka mempunyai status

dengan janda, bahwa dia sendiri lebih berhak atas dirinya dari pada walinya”

(At-Tanukhi, 1323: 155).

Pandangan yang sama dikemukakan oleh Kasani, yaitu ulama‟

bermadzhab Hanafi. Adapun pendapat tersebut berlandaskan akan tindakan

Rosul yang menikahi Aisyah pada usia enam tahun dan Abu Bakar menjadi

walinikahnya, Rosul juga menikahkan anaknya Ummu Kultsum dengan Ali

pada waktu masih kecil, Abdullah bin Umar juga menikahkan Anaknya ketika

masih kecil, begitupula dengan sahabat-sahabat lainnya (Nasution, 2013:372).

Sedangkan Imam Syafi‟I dalam kitabnya al-Umm membagi tiga

macam perkawinan ditinjau dari sudut umur calon mempelai wanita, yakni: 1)

Perkawinan janda, 2) Perkawinan gadis dewasa, 3) perkawinan anak-anak.

Yang mana Imam Syafi‟I berpendapat bahwa untuk gadis yang belum dewasa,

batasan umur belum 15 tahun atau belum keluar darah haid, seorang bapak

boleh menikahkan tanpa seizinnya terlebih dahulu, dengan syarat

menguntungkan dan tidak merugikan sang anak. Dasar penetapan hak ijbar

(51)

Adapun Ibnu Qudamah dari madzhab hanabilah berpendapat bahwa

kebolehan menikahkan gadis yang belum dewasa atau baligh adalah

berlandaskan ayat al-Qur‟an surat at-Talaq (65) ayat 3.

Pada prinsipnya ayat tersebut di atas, berbicara tentang masa iddah

seorang wanita yang belum haid atau yang sudah putus haid. Logika

sederhananya adalah iddah muncul karena talak, dan talak muncul karena

nikah. Karena itu, secara tersirat ayat ini menunjukkan bahwa seorang wanita

yang belum haid boleh menikah. Sedangkan landasan hukum hadis yang

digunakan adalah sama dengan hadis yang digunakan oleh pendapat ulama‟

(52)

BAB III

PERNIKAHAN USIA DINI DI DUSUN NGRONGGO, KOTA SALATIGA

A. Gambaran Umum Permasalahan Pernikahan Usia Dini di Dusun Ngronggo

Dusun Ngronggo adalah salah satu dusun di kelurahan Kumpulrejo,

kecamatan Argomulyo, yang merupakan sebuah kecamatan di kota salatiga

bagian selatan. Argomulyo dikenal oleh masyarakat luas sebagai wilayah sejuk

dikaki gunung merbabu dengan suhu cuaca berkisar antara 15-26 . Argomulyo

memiliki banyak kesenian daerah, makanan khas, dan wisata alam. Menurut

keterangan yang diambil dari surat lembaga pemberdayaan masyarakat kota

salatiga. Kecamatan Argomulyo memiliki batas dengan kecamatan sidomukti di

sebelah utara, kecamatan tingkir dan tengaran disebelah timur, kecamatan

tengaran disebelah selatan serta kecamatan Getasan di sebelah barat. Argomulyo

terdiri dari 6 (enam) RW, (Cebongan, Ledok, Noborejo, Randuacir, Tegalrejo,

dan salah satunya Kumpulrejo). Dusun Ngronggo kelurahan Kumpulrejo sendiri

terbagi menjadi 6 (enam) RT.

(53)

suatu tempat yang memudahkan orang untuk mengenal Dusun Ngronggo yaitu

TPA (Tempat pembuangan akhir) Kota Salatiga, dimana setiap sampah yang

dihasilkan dari setiap sudut kota Salatiga setiap harinya dilabuhkan ke TPA

Salatiga yang terletak persis di sebelah timur Dusun Ngronggo. Tidak sedikit

masyarakat Dusun Ngronggo yang menggantungkan hidup mereka dengan

mengumpulkan barang-barang bekas dari TPA Salatiga yang kemudian diambil

oleh pengepul untuk di daur ulang, bahkan ada juga masyarakat dari luar Dusun

Ngronggo yang juga menggantungkan hidup mereka di TPA Salatiga untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat Dusun Ngronggo adalah masyarakat yang memiliki pergaulan

sosial sangat dominan. Hal itu bisa dilihat dari semua kegiatan kampung yang

masih sering dilakukan secara bergotong royong. Pada saat peristiwa-peristiwa

tertentu misalnya, khajatan, kematian, kelahiran, bersih lingkungan atau peristiwa

lain yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat umum seperti ronda malam

(siskampling), penarikan uang jimpitan bergilir, pengambilan sampah setiap

rumah bergilir dan semua kegiatan kampung yang berjalan di Dusun ngronggo

dilakukan secara gotong royong.

Gotong royong masih terjaga eksistensinya karena mayoritas pekerjaan yang

dimiliki oleh masyarakat Dusun Ngronggo diantaranya sebagai sopir truk, kuli

bangunan, petani, peternak sapi, peternak kambing, pemulung, dan buruh, hal

tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah.

(54)

hanya sampai jenjang SD dan SMP, sedangkan untuk jenjang pendidikan SMA

hanya mampu dikecam oleh mereka yang memiliki tingkat ekonomi baik dan

kemauan mengecam bangku pendidikan. Sehingga mindset mereka masih

terkontaminasi dengan adat dan pemikiran zaman dahulu yang tidak terlalu

mengedepankan pendidikan dan mementingkan kebersamaan, kekerabatan,

penghidupan dan meneruskan keturunan. Hal tersebut terbukti dari masih

banyaknya kasus pernikahan usia dini di kalangan masyarakat Dusun Ngronggo.

Adapun data penduduk Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga sebagai nerikut:

Jumlah penduduk berdasarkan umur

No Umur Jumlah

1 0-4 890 Orang

2 5-9 627 Orang

3 10-14 576 Orang

4 15-19 597 Orang

5 20-24 592 Orang

6 24-29 644 Orang

7 30-34 831 Orang

(55)

11 50-54 421 Orang

12 55-59 397 Orang

13 60-64 286 Orang

14 65-69 156 Orang

15 70-74 148 Orang

16 >74 194 Orang

TOTAL 8.213 Orang

Sumber: Data monografi kelurahan kumpulrejo kecamatan Argomuly Kota

Salatiga, Januari 2017

Tingkat pendidikan Penduduk Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga didominasi oleh tamatan SD dan Sederajat,

hal tersebut dapat terlihat dari tabel berikut:

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak/belum Sekolah 1.107 Orang

2 Tidak tamat SD 1.163 orang

3 Tamat SD dan sederajat 2.270 orang

4 Tamat SMP dan sederajat 1.504 orang

5 Tamat SMA dan sederajat 1.768 orang

6 Diploma I/II 49 0rang

(56)

8 Perguruan Tinggi 270 orang

9 Pasca Sarjana 21 orang

10 Strata 3 0 orang

TOTAL 8.157 Orang

Sumber: Data monografi kelurahan kumpulrejo kecamatan Argomulyo Kota

Salatiga, Januari 2017

Dari data di atas dapat diketahui tingkat pendidikan SD dan sederajat yang di

enyam oleh penduduk Dusun Ngronggo masih lebih tinggi jika dibandingkan

dengan penduduk Dusun ngronggo yang tingkat pendidikannya sampai jenjang

Sarjana dan Pasca Sarjana, mayoritas penduduk Dusun Ngronggo tinggakat

pendidikannya hanya sampai jenjang SMP, SMA, dan SD, Bahkan tidak sedikit

dari penduduk Dusun Ngronggo yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah.

Dari segi Agama penduduk Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga mayorotas beragama Islam, dan lainnya

Katolik, Protestan, dan Hindu dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 5.967 Orang

(57)

5 Budha 3 Orang

TOTAL 8.323 Orang

Sumber: Data monografi kelurahan kumpulrejo kecamatan Argomulyo Kota

Salatiga, Januari 2017

Dari tabel di atas dapat diketahuin bahwasannya mayoritas warga Dusun

Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga beragama

islam walaupun demikian interaksi dan toleransi beragama masyarakat Dusun

Ngronggo tergolong baik.

Gambaran umum pasangan pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo sebagai

berikut:

Sumber: Data didapatkan langsung dari sumber yang bersangkutan

Dari data di atas menunjukkah bahwa tingkat praktik pernikahan usia dini

di Dusun Ngronggo kelurahan kumpulrejo pada tahun 2013-2016 masih banyak.

Tetapi, tidak semua dari keluarga pernikahan usia dini bersedia diwawancarai dan No

Nama Umur Pendidikan Tanggal

(58)

didata, pelaksanaan pernikahan usia dini tersebut dilakukan melalui dispensasi

pernikahan di Pengadilan Agama Salatiga.

Pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo Kelurahan kumpulrejo

merupakan suatu tradisi turun temurun yang masih terjadi sampai sekarang, hal

ini karena kurangnya pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia terutama peraturan tentang perkawinan, selain itu akibat

pergaulan bebas masa remaja jauh melebihi batas yang pada akhirnya

mengakibatkan kehamilan diluar nikah memaksa kedua belah pihak orang tua

menikahkan anaknya tanpa memandang usia, kesiapan materi maupun

nonmaterial. Melihat dampak tersebut tidak sedikit dari orang tua yang memilih

menikahkan anaknya yang masih berusia dini sebagai jalan terbaik untuk

menghindari pergaulan bebas semasa remaja.

Praktik pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo

adalah tradisi peninggalan masa lalu yang masih terjadi sampai sekarang ini,

namun dari tradisi tersebut ada perbedaan permasalahan yang melatar belakangi

terjadinya pernikahan usia dini. Zaman dahulu sebelum era modern seperti

sekarang ini praktik pernikahan dini menjadi tradisi karena maraknya perjodohan

antara kedua belah pihak keluarga terhadap anaknya, namun pada saat ini tradisi

pernikahan dini lebih cenderung untuk menghindari pergaulan bebas, hal ini

(59)

Adapun cara yang ditempuh dalam pelaksanaan praktik pernikahan usia

dini adalah dengan cara menuakan usia calon mempelai, dengan menuakan usia

di KTP dengan kata lain antara akte kelahiran calon pengantin dengan usia KTP

jika dicermati tidak sesuai, namun itu adalah cara lama yang dipraktikan

masyarakat Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo dalam melaksankan

pernikahan usia dini. Dengan berkembangnya zaman dan teknologi cara tersebut

sudah tidak bisa lagi dipraktikkan, karena pada saat ini KTP sudah berbentuk

E-KTP dan berlaku seumur hidup. Oleh karena itu masyarakat Dusun Ngronggo

Kelurahan Kumpulrejo pada akhirnya dalam melaksankan praktik pernikahan

usia dini menempuh jalan dispensasi nikah dengan cara meminta izin di

Pengadilan Agama setempat.

Kenyataanya para keluarga praktik pernikahan usia dini mengetahui

batasan minimal usia pernikahan adalah disaat kali pertama mereka melakukan

siding dispensasi nikah di Pengadilan Agama setempat. Dari hal ini dapat dianulir

pelaksanaan praktik pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo Kelurahan

Kumpulrejo adalah karena minimnya pengetahuan masyarakat umum tentang

aturan-aturan usia nikah yang tercantum dalam undang-undang perkawinan No.1

Tahun 1974. Sehingga masyarakat menganggap pernikahan usia dini adalah

pernikahan yang pada umumnya terjadi namun harus melalui perizinan dari

pengadilan agama. Masyarakat lebih cenderung mengetahui syarat dan rukun

nikah menurut agama Islam dimana islam tidak menyebutkan secara pasti

(60)

sudah terpenuhi dan dianggap sudah cukup maka masyarakat menganggap

pernikahan tersebut adalah normal dan bukan suatu pernikahan yang

menyimpang, walaupun apabila ditinjau dari undang-undang No.1 Tahun 1974

pernikahan tersebut adalah pernikahan yang menyimpang karena dilakukan

dibawah batasan usia minimal yang ditentukan.

Praktik pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo

terdahulu tarnyata sangat berpengaruh pada pola pikir generasi pernikahan usia

dini pada saat ini, hal itu bisa dilihat dari asumsi masyarakat yang memandang

umur bukanlah suatu tolak ukur yang dijadikan patokan seseorang untuk

menikah, pada umunya masayrakat memandang kedewaasaan seseoranglah yang

menjadi tolak ukur usia siap menikah. Dewasa menurut masyarakat pada umunya

adalah ketika seseorang sudah mampu bekerja maka dianggap sudah mandiri dan

siap bertanggung jawab untuk membangun keluarga.

Berdasarkan pernyataan narasumber Ibu Giarti selaku wali dari praktik

pernikahan usia dini saudara Susilo pada umunya masyarakat memandang

pendidikan tinggi bukanlah suatu hal yang sangat penting, pendidikan jenjang SD

dan SMP sudah dirasa cukup untuk menunjang kehidupan berumah tangga. hal

itu disebabkan karena mayoritas pekerjaan yang ditekuni masyarkat pada

umumnya adalah petani, pekerja bangunan serta sopir. Dimana dalam profesi

(61)

B. Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Dusun Ngronggo

Pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo kelurahan Kumpulrejo tidak

terjadi dengan sendirinya, melainkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

dan mendorong terjadinya pernikahan usia dini, baik faktor yang terdapat di diri

atau diluar diri masing-masing pelaku praktik pernikahan usia dini.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan maka menurut hemat penulis,

yang menjadi salah satu faktor terjadinya pernikahan di usia dini pada masyarakat

dusun Ngronggo adalah sebagai berikut:

1. Faktor Pendidikan

Rendahnya pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat

berpengaruh terhadap praktik pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo

Kelurahan Kumpulrejo. Pendidikan adalah jendela kehidupan, dengan

pendidikan wawasan akan semakin luas, dengan pendidikan akan

mempengaruhi cara pikir dan cara pandang seseorang.

Dari penelitian yang didapat mayoritas pernikahan usia dini yang

terjadi di Dusun ngronggo kelurahan kumpul rejo adalah minimnya

pendidikan. Yang sangat disayangkan adalah ketika masyarakat mengganggap

pendidikan bukanlah hal yang terlalu penting, karena tujuan hidup adalah

bekerja dan berumah tangga, mereka menilai setinggi apapun pendidikan tidak

akan merubah rizki karena setiap orang sudah memiliki jatah rizki

(62)

menghasilkan ekonomi untuk keluarga dan tidak begitu menganggap

pentingnya pendidikan untuk generasi penerus.

2. Faktor Kemauan Anak

Di masyarakat Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo, pernikahan

usia dini masih sangat marak terjadi dan menjadi hal yang lumrah. Tidak

sedikit pemuda pemudi yang melakukan pernikahan usia dini atas

keinginannya sendiri tanpa ada dorongan dan campur tangan orang tua. pada

umumnya mereka memandang suatu pernikahan adalah wujud dari sebuah

kemandiriaan seseorang. seseorang dikatakan mandiri apabila sudah bisa

bekerja dan berumah tangga walaupun terkadang hasil pendapatan dari

bekerja masih jauh dari kata mencukupi untuk menafkahi keluarga.

Berdasarkan pendapat saudara Zaini Mahmud selaku praktik

pernikahan usia dini, Jika seseorang sudah tidak sekolah atau melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka langkah sekanjutnya adalah

mencari pekerjaan sebisa mungkin baik dari pekerjaan serabutan maupun

pekerjaan tetap. Setelah mereka mendapatkan gaji dari hasil pekerjaan yang

mereka miliki maka tidak ada hal lain selain menikah yang menjadi tujuan

mereka. Kenyataan itu disebabkan karena tujuan menikah adalah agar bisa

hidup mandiri, tentram dan ada teman hidup yang menjadi sandaran dikala

(63)

Adapun agil baligh menurut mereka adalah ketika seorang perempuan

sudah haidh, seorang lelaki sudah mimpi basah atau junub dan sudah mapan

atau dewasa cara berfikirnya, umur tidak menjadi sebab seseorang dikatakan

berusia matang untuk menikah karena yang usianya lebih tua belum tentu cara

berfikirnya lebih dewasa.

3. Faktor Agama

Selain minimnya pengetahuan dalam hal pendidikan faktor agama juga

merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini di

Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo, karena mereka hanya tau agama

secara garis-garis besar saja tanpa mengkaji kandungan ilmu agama lebih

dalam.

Pada umumnya pendidikan agama yang mereka dapatkan hanyalah

semasa SD/MI, selama mereka masih duduk di bangku sekolah dasar dan

sederajat, setiap sore mereka juga mendapatkan pendidikan agama dari

surau-surau terdekat, namun hal ini tidak berlanjut ketika mereka menginjak usia

SMP atau sederajat. Selain itu disurau hanyalah diajarkan bagaimana tata cara

membaca Al-Qur‟an dengan tepat yang diawali dengan tahap belajar

membaca buku Iqro‟ tanpa adanya pembelajaran tentang Fikih ataupun

hukum-hukum islam, itu dikarenakan konteks mengaji di kalangan

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga akan memungkinkan terjadinya kesalahan dalam hasil akhir dari penentuan tersebut yang nantinya akan menghambat kinerja perusahaan.Penelitian ini bertujuan

Kendala yang dihadapi oleh Kompolnas dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsinya bahwa, Kendala-kedala yang dihadapi oleh Kompolnas khususnya yang berada di Padang adalah

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Kooperatif

Dalam penelitian, peneliti mencari jawaban dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan yaitu: pertama, mengapa pasangan pernikahan dini lebih cenderung melakukan

Dengan alasan yang mereka katakan bahwa kenapa mereka mau menikahkan pasangan calon dimana seorang wanita jelas masih dalam masa iddah, mereka memberikan alasan pertama

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada para pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. Pada

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Lianna Nathania Putri Dewayani Program Studi : Hukum

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertandatangan di bawah ini saya, Satria Duta Agazi, Mahasiswa Fakultas Hukum dan Komunikasi Program Studi Ilmu Hukum, NIM 18.C1.0030, skripsi saya yang