• Tidak ada hasil yang ditemukan

OTORITAS JASA KEUANGAN: SISTEM BARU DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN SEKTOR JASA KEUANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "OTORITAS JASA KEUANGAN: SISTEM BARU DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN SEKTOR JASA KEUANGAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

OTORITAS JASA KEUANGAN: SISTEM BARU DALAM

PENGATURAN DAN PENGAWASAN SEKTOR JASA KEUANGAN

Hest y D. Lest ari

Magist er Ilmu Hukum, Uiversit as Muhammadiyah Jakart a E-mail: hest y. lest ari@gmail. com

Abst r act

A new i nst i t ut i on has been cr eat ed by Act Number 21 of 2011 r egar di ng t he Financi al Ser vi ces Aut hor it y (Ot orit as Jasa Keuangan/ OJK). The new i nst i t ut ion, al so named OJK, has t he f unct i on of conduct i ng an i nt egr at ed r egul at or y and super vi sor y si st em f or t he whol e act i vi t ies i n t he f i nanci al ser vi ces indust r y. It t akes over t he f unct ion of t he Bank of Indonesi a i n banki ng super vision and t he f unct ion of t he Capi t al Mar ket and Fi nanci al Inst i t ut i on Super vi sor y Agency i n super vi si ng capi t al mar ket , insur ance, pensi on f und, and ot her f i nanci al ser vi ces. OJK i s r esponsi bl e f or mai nt ai ni ng t he st abi l i t y of t he Indonesi an f inanci al syst em.

Key wor ds: FSA, f i nanci al syst em, banki ng super visi on

Abst rak

Sebuah lembaga baru t elah dilahirkan oleh UU Nomor 21 Tahun 2011 t ent ang Ot orit as Jasa Keuangan (OJK). Lembaga baru t ersebut , yang j uga dinamai OJK, memiliki f ungsi unt uk menyelenggarakan sist em pengat uran dan pengawasan yang t erint egrasi t erhadap keseluruhan kegiat an di dalam sekt or j asa keuangan. OJK mengambil alih f ungsi dari Bank Indonesia dalam pengawasan perbankan dan f ungsi Bapepam-LK dalam pengawasan pasar modal, asuransi, dana pensiun, sert a j asa keuangan lainnya. OJK bert anggung j awab unt uk menj aga st abilit as sist em keuangan Indonesia.

Kat a kunci: OJK, sist em keuangan, pengawasan perbankan

Pendahuluan

Disahkannya UU No. 21 Tahun 2011 t en-t ang Oen-t orien-t as Jasa Keuangan, maka sisen-t em baru dalam pengat uran dan pengawasan sekt or j asa keuangan di Indonesia t elah dimulai. UU t erse-but melahirkan lembaga baru yait u Ot orit as Jasa Keuangan (selanj ut nya disebut OJK), yang harus sudah t erbent uk paling lambat t anggal 22 Juli 2012. OJK adalah lembaga yang indepen-den dan bebas dari campur t angan pihak lain, yang memiliki f ungsi unt uk menyelenggarakan sist em pengat uran dan pengawasan yang t erin-t egrasi erin-t erhadap keseluruhan kegiaerin-t an pada sekt or j asa keuangan.

Selama ini, pengat uran dan pengawasan sekt or j asa keuangan di Indonesia dilakukan o-leh dua lembaga, yait u Bank Indonesia (BI) dan Badan Pengawas Pasar Modal–Lembaga Keuang-an (Bapepam-LK). BI mengat ur dKeuang-an mengawasi sekt or Perbankan, sedangkan Bapepam-LK me-ngat ur dan mengawasi sekt or Pasar Modal dan

sekt or Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan lain-nya. Pembent ukan OJK ini mengakibat kan ke-wenangan-kewenangan t ersebut beralih dari BI dan Bapepam-LK ke OJK, sehingga BI hanya me-miliki kewenangan di bidang kebij akan monet er saj a, sedangkan Bapepam-LK lebur menj adi OJK dan t idak lagi di bawah Kement erian Ke-uangan.

Ide melepaskan f ungsi pengawasan per-bankan dari BI sudah muncul pada masa peme-rint ahan Presiden B. J. Habibie, ket ika Pemerin-t ah menyusun RUU Pemerin-t enPemerin-t ang BI (yang kemudian menj adi UU No. 23 Tahun 1999).1 Krisis keuang-an ykeuang-ang melkeuang-anda Indonesia pada masa it u menunj ukkan adanya kelemahan dalam sist em pengawasan perbankan oleh bank sent ral. Pe-merint ah dan DPR kemudian menyepakat i unt uk

1 Zul karnain Sit ompul , “ Menyambut Kehadir an Ot ori t as

(2)

memisahkan kewenangan kebij akan perbankan makro dan mikro, di mana bank sent ral mena-ngani perbankan makro, sedangkan perbankan mikro diserahkan pada suat u lembaga pengawas j asa keuangan (LPJK).2 Ket ent uan Pasal 34 UU No. 23 Tahun 1999 t ent ang BI mengat ur bahwa t ugas menga-wasi bank akan dilakukan oleh LP-JK yang independen dan dibent uk dengan UU, di mana pembent ukan LPJK t ersebut dilaksana-kan selambat -lambat nya akhir Desember 2002.

Belum lagi LPJK t erbent uk, Pemerint ah mengaj ukan RUU Perubahan UU t ent ang BI, yang set elah diset uj ui oleh DPR menj adi UU No. 3 Tahun 2004. Berdasarkan UU t ersebut , LPJK (yang kemudian disebut OJK) dibent uk paling lambat t ahun 2010. Namun t arget wakt u ini pun t idak dapat dipenuhi karena alot nya pembahas-an RUU t ent pembahas-ang OJK pembahas-ant ara Pemerint ah (diwa-kili Kement erian Keuangan), BI dan DPR. RUU OJK akhirnya diset uj ui oleh DPR pada t anggal 27 Okt ober 2011 dan kemudian menj adi UU No. 21 Tahun 2011.

Sej umlah harapan digant ungkan kepada lembaga yang baru t erbent uk ini. OJK diha-rapkan dapat menj aga st abilit as sist em keu-angan unt uk pencegahan dan penkeu-anganan kri-sis keuangan, sehingga krikri-sis keuangan sepert i yang t erj adi pada akhir t ahun 1990an t idak akan t erj adi lagi. OJK j uga diharapkan dapat meminimalisir t indak kej ahat an di sist em dan lembaga keuangan yang diprediksi akan t erus t erj adi dengan mekanisme yang semakin cang-gih dan mut akhir, sehingga kasus-kasus sepert i Bank Cent ury dan sekurit as Ant aboga sert a penggelapan dana nasabah Cit ibank t idak akan t erj adi lagi. OJK, sebagai lembaga indepen-den, diharapkan t idak akan menj adi kepan-j angan t angan pemerint ah, part ai polit ik yang t engah berkuasa, at au pun pihak-pihak lain yang berkepent ingan.

Permasalahan yang akan dibahas dalam art ikel ini mencakup 3 hal. Per t ama, bagaima-nakah pengat uran lembaga OJK berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011? Kedua, bagaimanakah pelaksanaan lembaga sej enis OJK di Inggris dan

2 Andika Hendra Must aqi m, “ Ot orit as Jasa Keuangan

Sebagai Sol usi Si st em Ekonomi Nasional ” , Per spekt i f , Vol . 8, No. 1 Tahun 2010, hl m. 6.

di Jepang? Ket i ga, apakah OJK akan ber-f ungsi lebih baik dibandingkan dengan BI dan Bape-pam-LK dalam hal pencegahan dan penanganan krisis keuangan, independensinya, dan pembe-rian perlindungan konsumen di sekt or j asa keuangan?

Pembahasan

OJK Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011

Pembent ukan OJK bert uj uan agar kese-luruhan kegiat an dalam sekt or j asa keuangan t erselenggara secara t erat ur, adil, t ransparan dan akunt abel, sert a mampu mewuj udkan sis-t em keuangan yang sis-t umbuh secara berkelan-j ut an dan st abil. Hal yang t idak kalah pent ing adalah agar seluruh kegiat an di sekt or j asa ke-uangan mampu melindungi kepent ingan Kon-sumen dan masyarakat .

Tugas OJK adalah mengat ur dan menga-wasi 3 sekt or j asa keuangan, yait u sekt or bankan, sekt or Pasar Modal, sert a sekt or Per-asuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiaya-an dPembiaya-an Lembaga Jasa KeuPembiaya-angPembiaya-an lainnya. Khusus di sekt or Perbankan, OJK memiliki kewenang-an unt uk mengat ur dkewenang-an mengawasi kelembaga-an bkelembaga-ank, kesehat kelembaga-an bkelembaga-ank dkelembaga-an aspek kehat hat i-an bi-ank, sert a unt uk melakuki-an pemeriksai-an bank. Dengan demikian, masalah perizinan un-t uk pendirian bank, serun-t a pencabuun-t an izin usaha bank menj adi kewenangan OJK.

(3)

se-bagaimana dimaksud dalam perat uran perun-dang-undangan di sekt or j asa keuangan.

Berdasarkan ket ent uan Pasal 10 ayat (4) UU OJK, OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner yang t erdiri dari 9 orang anggot a yang bersif at kolekt if dan kolegial. Susunan Dewan Komisio-ner adalah sebagai berikut : seorang Ket ua me-rangkap anggot a; seorang Wakil Ket ua sebagai Ket ua Komit e Et ik merangkap anggot a; seorang Kepala Eksekut if Pengawas Perbankan merang-kap anggot a; seorang Kepala Eksekut if Penga-was Pasar Modal merangkap anggot a; seorang Kepala Eksekut if Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggot a; se-orang Ket ua Dewan Audit merangkap anggot a; seorang anggot a yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen; seorang anggot a ex-of f i cio dari Bank Indonesia yang merupakan anggot a Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan seorang anggot a ex-of f i cio dari Kement erian Keuangan yang merupakan pej abat set ingkat eselon I Kement erian Keuangan. Kesembilan anggot a Dewan Komisioner memiliki hak suara yang sama. Anggot a Dewan Komisioner nomor 1 sampai nomor 7 dipilih oleh DPR berdasarkan calon anggot a yang diusulkan oleh Presiden. Ket uj uh anggot a Dewan Komisioner ini memiliki masa j abat an 5 t ahun dan dapat diangkat kem-bali unt uk sat u kali masa j abat an, sedangkan anggot a Dewan Komisioner nomor 8 diangkat dan dit et apkan Presiden berdasarkan usulan Gubernur Bank Indonesia dan anggot a Dewan Komisioner nomor 9 diangkat dan dit et apkan Presiden berdasarkan usulan Ment eri Keuangan. Kedua anggot a Dewan Komisioner ini akan mengakhiri masa j abat annya apabila mereka t idak lagi menj adi anggot a Dewan Gubernur BI dan pej abat eselon I di Kement erian Keuangan.

Berbagai larangan dikenakan kepada ang-got a Dewan Komisioner, yait u memiliki bent ur-an kepent ingur-an di Lembaga Jasa Keuur-angur-an yur-ang diawasi oleh OJK; menj adi pengurus dari orga-nisasi pelaku at au prof esi di Lembaga Jasa Ke-uangan; menj adi pengurus part ai polit ik; dan menduduki j abat an pada lembaga lain, kecuali dalam rangka pelaksanaan f ungsi, t ugas, dan wewenang OJK dan/ at au penugasan

berdasar-kan ket ent uan perat uran perundang-undangan. Selain it u, ant ar anggot a Dewan Komisioner dilarang mempunyai hubungan keluarga sampai deraj at kedua dan semenda. Beralihnya f ungsi, t ugas dan wewenang Bapepam–LK dan BI ke OJK, maka para pej abat dan/ at au pegawai Ba-pepam–LK, sert a pej abat dan/ at au pegawai BI yang melaksanakan f ungsi, t ugas, dan wewe-nang pengat uran dan pengawasan di sekt or Per-bankan, dialihkan unt uk dipekerj akan pada OJK.

OJK berwenang melakukan t indakan pen-cegahan kerugian konsumen dan masyarakat , yang meliput i: memberikan inf ormasi dan edu-kasi kepada masyarakat at as karakt erist ik sek-t or j asa keuangan, layanan, dan produknya; memint a Lembaga Jasa Keuangan unt uk meng-hent ikan kegiat annya apabila kegiat an t ersebut berpot ensi merugikan masyarakat ; dan t indak-an lain yindak-ang diindak-anggap perlu sesuai dengindak-an ke-t enke-t uan perake-t uran perundang-undangan di sek-t or j asa keuangan. Selain melakukan sek-t indakan pencegahan, OJK j uga melakukan pelayanan pengaduan konsumen dan berwenang pula me-lakukan pembelaan hukum, sepert i memerin-t ahkan amemerin-t au melakukan memerin-t indakan memerin-t ermemerin-t enmemerin-t u ke-pada Lembaga Jasa Keuangan unt uk menye-lesaikan pengaduan Konsumen yang dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud dan menga-j ukan gugat an unt uk memperoleh kembali har-t a kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, dan/ at au unt uk memperoleh gant i kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada Konsumen dan/ at au lembaga j asa keuangan sebagai aki-bat dari pelanggaran at as perat uran per-un-dang-undangan di sekt or j asa keuangan.

(4)

pengambilan keput usan di-lakukan berdasarkan suara t erbanyak.

Tugas FKSSK dalam kondisi normal ada-lah melakukan pemant auan dan evaluasi st abi-lit as sist em keuangan, melakukan rapat paling sedikit sat u kali dalam 3 bulan, membuat reko-mendasi kepada set iap anggot a unt uk melaku-kan t indamelaku-kan dan/ at au membuat kebij amelaku-kan da-lam rangka memelihara st abilit as sist em ke-uangan, dan melakukan pert ukaran inf ormasi.

FKSSK, dalam kondisi t idak normal mene-t apkan dan melaksanakan kebij akan yang di-perlukan dalam rangka pencegahan dan pena-nganan krisis pada sist em keuangan sesuai de-ngan kewenade-ngan masing-masing. Keput usan FKSSK yang t erkait dengan penyelesaian dan penanganan suat u bank gagal yang dit engarai berdampak sist emik mengikat Lembaga Penj a-min Simpanan. Dalam hal kebij akan FKSSK ber-kait an dengan keuangan negara, maka kebij ak-an t ersebut harus diaj ukak-an ke DPR unt uk men-dapat perset uj uan. DPR waj ib menet apkan ke-put usan mengenai diset uj ui at au t idaknya kebi-j akan t ersebut dalam wakt u paling lama 24 kebi-j am sej ak pengaj uan perset uj uan t ersebut dit erima oleh DPR.

Perbandingan dengan Negara Lain

Terdapat beberapa negara yang memiliki lem-baga semacam OJK yang berf ungsi menga-t ur dan mengawasi seluruh sekmenga-t or j asa keuang-an di negara t ersebut . Sebagikeuang-an besar lembaga t ersebut berhasil dalam menj alankan t ugasnya dan hanya sebagian kecil yang gagal. Tulisan ini akan memaparkan sat u cont oh OJK yang gagal dan sat u cont oh OJK yang berhasil. The Fi nan-ci al Ser vi ces Aut hor i t y di Inggris adalah salah sat u OJK yang gagal dan t he Financi al Ser vi ces Agency di Jepang adalah salah sat u OJK yang berhasil.

The Fi nanci al Ser vi ces Aut hor i t y (FSA) adalah ot orit as t unggal di Inggris yang bert ang-gung j awab langsung dalam pengat uran indust ri j asa keuangan yang mencakup perbankan, asu-ransi, invest asi dan pasar modal.3 FSA dibent uk

3 Heidi Mandanis Schooner, “ Cent ral Banks' Rol e i n Bank

Supervision in t he Unit ed St at es and Unit ed Kingdom” , Br ookl yn Int er nat i onal Law Jour nal, Year 2003 hl m. 1.

pada t anggal 28 Okt ober 1997, lembaga ini me-ngambil alih kewenangan dan t anggung j awab dari 10 badan pendahulunya, t ermasuk t he Per -sonal Invest ment Aut hor i t y, Secur it ies and Fu-t ur es AuFu-t hor i Fu-t y, dan Invest ment Management Regul at or y Or gani sat ion.4

FSA merupakan lembaga independen di luar pemerint ah yang dibiayai oleh pungut an dan denda dari sekt or indust ri j asa keuangan.5 FSA dipimpin oleh suat u Dewan (Boar d) yang dit unj uk oleh Ment eri Keuangan. Dewan t erse-but t erdiri dari seorang Ket ua, seorang Deput i, seorang Kepala Pegawai Eksekut if , seorang Ke-pala Pegawai Operasional, 2 Direkt ur Pelakna, dan 9 Direkt ur Non-Eksekut if yang salah sa-t unya adalah Depusa-t i Gubernur Bank of Engl and (bank sent ral) bidang St abilit as Keuangan seba-gai anggot a Dewan ex-of f i cio.6 FSA memiliki 4 t uj uan sebagaimana yang dit ent ukan oleh t he Fi nanci al Ser vi ces Act 2010, yait u: per t ama, menj aga kepercayaan di sist em keuangan; ke-dua, berperan dalam perlindungan dan pening-kat an st abilit as sist em keuangan di Inggris; ke-t i ga, menj amin t ingkat perlindungan konsumen yang t epat ; dan keempat, mengurangi t ingkat kemung-kinan digunakannya suat u bisnis yang dij alankan oleh pihak yang diat ur undang-un-dang unt uk t uj uan yang berkait an dengan kej a-hat an keuangan.7

Pada saat krisis keuangan melanda Ing-gris t ahun 2007-2009 yang dit andai dengan am-bruknya bank Nort hern Rock, para pengamat menilai FSA t erlalu lemah dan kurang t anggap dengan mengizinkan bank-bank yang t idak ber-t anggung j awab mempercepaber-t ber-t erj adinya cr edi t bubl e at au menggelembungnya kredit di sekt or propert i. Sej ak abad ke-19 bank-bank di Inggris t elah memberikan subpr i me mor t gage, yait u hipot ik yang diserahkan debit ur kepada kredi-t ur sebagai j aminan akredi-t as ukredi-t angnya yang kemu-dian diagunkan kembali oleh kredit ur ke bank

4 Financial Servi ces Aut horit y, “ About Us” , t er sedi a di

websit e ht t p: / / www. f sa. gov. uk/ about / who, di akses t anggal 12 Desember 2011.

5 Niamh Mol oney, “ Regul at ion of t he Market and

Int ermediar ies: Gl obal Compari son and Cont r ast – What Is Best Pract ice?” , Maquar i e Jour nal Busi ness Law, Vol 5, year 2008, hl m. 4.

6

Financial Servi ces Aut horit y, l oc. ci t.

7

(5)

unt uk mendapat kan pinj aman.8 Eksist ensi sub-pr i me mor t gage, mengakibat kan banyak orang dengan mudahnya mendapat kan kredit peru-mahan dari bank. Pada t ahun 2000an, subpr i me

(6)

yang bert anggung j awab t erhadap pengat uran dan pengawasan sekt or j asa keuangan, sepert i bank, asuransi, surat berharga dan pasar modal. FSA didirikan pada Juli 2000 dan me-rupakan hasil reorganisasi dari t he Fi nanci al Super vi sor y Agency yang didirikan pada Juni 1998. The Fi nanci al Super vi sor y Agency adalah suat u badan administ rat if yang berf ungsi

me-meriksa dan mengawasi lembaga-lembaga

keuangan privat dan mengawasi pasar modal. Set elah reorganisasi, FSA mengambil alih t ang-gung j awab Ment eri Keuangan dalam peren-canaan sist em keuangan.20

FSA pada awal berdirinya berada di bawah t he Fi nanci al Reconst r uct ion Commi s-si on (FRC) yang merupakan salah sat u organ ekst ernal dari Kant or Perdana Ment eri. Sej ak Januari 2001, FSA menj adi organ ekst ernal dari Kant or Kabinet dan dengan dibubarkannya FRC, maka FSA mengambil alih urusan yang berkait -an deng-an pen-ang-an-an lembaga keu-ang-an y-ang gagal. FSA dipimpin oleh para Komisioner yang membawahi Hakim Hukum Administ rasi, Biro Perencanaan dan Koordinasi, Biro Pemeriksaan, dan Biro Pengawas-an.21 Peran dari FSA adalah unt uk memast ikan st abilit as sist em keuangan Jepang; melindungi nasabah, pemegang polis asuransi, dan invest or pasar modal; memeriksa dan mengawasi lembaga-lembaga keuangan dari sekt or privat ; dan mengawasi t ransaksi-t ransaksi di pasar modal.22

Pada akhir t ahun 1990-an dan awal t ahun 2000-an, Jepang dilanda krisis ekonomi. Pada masa it u, aset -aset perbankan menga-lami pe-nurunan nilai, padahal rumah t angga di Jepang pada umumnya menempat kan separuh dari aset mereka di sekt or perbankan. Penurunan nilai aset -aset perbankan t ent u saj a menj adi beban perekonomian Jepang.23

Keadaan t ersebut diperburuk dengan adanya def lasi yang menyebabkan adanya

20 Financial Services Agency, “ Pamphl et ” , hl m. 2, t

erse-di a erse-di websi t e ht t p: / / www. f sa. go. j p/ en/ about / pam-phl et . pdf , di akses t anggal 12 Januari 2012.

21 Ibi d. 22 Ibi d.

23 Nobusuke Tamaki , Maret 2008, “ Bank Regul at ion i n

Japan” , CESi f o DICE Repor t, hl m. 1, t ersedi a di websi t e ht t p: / / www. cesif o-group. de/ port al / pl s/ port al / docs/ 1/ 1193072. PDF, di akses t anggal 15 Januari 2012.

kulasi yang agresif di bursa ef ek dan indust ri propert i. Pada masa it u hargharga ef ek, t a-nah dan propert i meningkat pesat , sehingga memberikan keunt ungan yang t inggi pada in-vest or dan spekulat or. Nilai propert i sebagai agunan at as kredit perbankan j uga menguat , dan bank menempat kan propert i sebagai agun-an yagun-ang t ak diragukagun-an lagi t ingkat keamagun-anagun-an- keamanan-nya,24 sehingga t erj adi asset pr i ce bubbl e at au menggelembungnya harga-harga aset melebihi nilai riilnya. Pada saat harga propert i sudah sangat t inggi, maka orang t ak sanggup lagi membelinya. Gelembung harga aset pun pecah. Harga ekuit as dan propert i menurun t aj am. Nilai propert i sebagai agunan yang semula t ing-gi menj adi rendah. Akibat nya, nilai agunan t i-dak lagi sebanding dengan j umlah kredit nya. Bert ambahnya kredit macet menj adi t idak t er-hindarkan lagi. Perbankan dan bursa ef ek me-ngalami krisis, dan krisis ini menyebar dengan cepat ke perekonomian secara keseluruhan.25

Berbagai langkah penanganan krisis dila-kukan oleh Pemerint ah Jepang, sepert i pembe-rian bl anket guar ant ee selama 5 t ahun t erha-dap semua simpanan dan kewaj iban-kewaj iban lain dari lembaga-lembaga keuangan. FSA yang bert anggung j awab menj aga st abilit as sist em keuangan, j uga t urut berperan dalam penanga-nan krisis t ersebut . Misalnya, FSA melakukan

serangkaian pemeriksaan khusus t erhadap

bank-bank besar unt uk memper-cepat proses ident if ikasi aset -aset yang bernilai rendah dan penghapusan aset -aset t ersebut . Hasilnya, nilai aset -aset perbankan mengalami peningkat an. Jumlah kredit macet yang mencapai puncaknya pada Maret 2000 sebesar 8, 4% dari t ot al kredit di semua bank, t urun menj adi 2, 5% pada Sep-t ember 2007. Langkah-langkah penangan krisis yang dilakukan oleh Pemerint ah dan FSA dinilai berhasil, sehingga sist em keuangan Jepang re-lat if st abil hingga kini.26

24 Dick K. Nant o, 4 Mei 2009, “ The Gl obal Financi al Crisis:

Lessons f rom Japan’ s Lost Decade of t he 1990s” , Congr essi onal Resear ch Ser vi ce, hl m. 3, t er sedia di websit e

ht t p: / / f pc. st at e. gov/ document s/ organizat ion/ 125542. pdf , diakses t anggal 20 Januar i 2012.

25

Ibi d.

26

(7)

Pada saat krisis keuangan melanda AS pada t ahun 2007-2010 yang berdampak global, FSA mampu t et ap menj aga st abilit as sist em keuangan Jepang. Hal ini j uga karena lembaga keuangan di Jepang t idak t erlalu banyak t erli-bat dalam subpr i me mor t gage dan gelembung kredit lainnya. FSA, meskipun mengakui bahwa kerugian pada subpr i me mor t gage dari produk-produk lembaga-lembaga keuangan di Jepang t idaklah sedikit , akan t et api FSA menj amin bahwa kehancuran sist emik pada sist em keu-angan Jepang t idak akan t erj adi.27

FSA j uga melakukan beberapa t indakan st rat egis unt uk menj aga st abilit as sist em keu-angan Jepang. Resolusi unt uk bank-bank gagal dan pemeriksaan khusus unt uk mengident if ika-si aset -aset yang bernilai rendah menj adi per-hat ian ut ama FSA. Di samping it u, komunikasi ant ara FSA dengan lembaga-lembaga keuangan yang diat urnya dilakukan t erus menerus, se-hingga FSA selalu wel l inf or med t erhadap per-kembangan t erakhir lembaga-lembaga t erse-but .28

Sebelum t erbent uknya FSA, kebij akan sekt or j asa keuangan yang dilakukan oleh Men-t eri Keuangan dinilai Men-t idak Men-t ransparan, Men-t idak dapat diprediksi dan t erlalu dekat dengan in-dust ri. Oleh karena it u, sej ak awal FSA beru-paya unt uk t ransparan, menj aga j arak yang cu-kup dengan indust ri, bekerj a sesuai dengan at uran yang t ert ulis dari pada kebiasaan t ak t ert ulis dan menj elaskan krit eria yang diguna-kan dalam t indadiguna-kan-t indadiguna-kannya sehingga hasil dari t indakan-t indakan t ersebut lebih dapat di-prediksi.29

Perbandingan OJK dengan BI dan Bapepam-LK

Fungsi yang diemban OJK bukanlah f ung-si yang ringan at au mudah. Berkaca dari pe-ngalaman negara lain, lembaga semacam OJK t idak selalu berhasil dalam menj alankan f ung-sinya. Saat ini OJK belum bekerj a dan sej arah nant i yang akan mencat at berhasil t idaknya OJK dalam menj alankan f ungsinya dan apakah OJK mampu berf ungsi lebih baik dari BI dan

27 Ibi d. , hl m. 2. 28

Ibi d.

29

Ibi d. , hl m. 3.

Bapepam-LK. Tolok ukur yang dapat digunakan unt uk menilai keberhasilan OJK adalah ke-mampuannya dalam mencegah dan menangani krisis, independensinya dan kemampuannya da-lam memberikan perlindungan kepada konsu-men di sekt or j asa keuangan.

Pembent ukan OJK dilat arbelakangi ada-nya krisis monet er yang melanda Indonesia di akhir t ahun 1990an. Krisis t ersebut mengaki-bat kan dilikuidasinya 16 bank dan dikucurkan-nya Bant uan Likuidit as Bank Indonesia (BLBI) pada sej umlah bank. Lemahnya pengawasan perbankan oleh BI menyebabkan j at uhnya in-dust ri perbankan dan t erpuruknya perekono-mian Indonesia yang berkepanj angan.

Selain pengawasan yang lemah, BI didu-ga t erlibat prakt ek kolusi dendidu-gan bank-bank yang diawasinya.30 Pengucuran BLBI yang me-rugikan negara diduga karena adanya prakt ek kolusi ant ara pej abat BI dengan pemilik bank yang menerima BLBI. Begit u pula dalam kasus bai l out Bank Cent ury t ahun 2008 diduga kare-na ada prakt ek kolusi ant ara pej abat BI dengan pemilik bank dan pemerint ah yang berkuasa pa-da masa it u, sehingga dialihkannya f ungsi peng-awasan perbankan dari BI ke OJK diharapkan dapat mencegah t erj adinya prakt ik serupa di masa dat ang

Beralihnya f ungsi pengawasan perbankan dari BI ke OJK j uga diikut i dengan perpindahan pej abat dan pegawai BI yang melaksanakan f ungsi, t ugas dan wewenang pengat uran dan pengawasan sekt or perbankan ke OJK. Pej abat dan pegawai OJK akan melaksanakan f ungsi, t u-gas dan wewenang yang sama sepert i ket ika mereka bekerj a di BI. Berangkat dari hal ini, maka sulit unt uk mengharapkan bahwa OJK akan lebih baik dari BI dalam menj alankan f ungsi pengawasan perbankan, karena yang t er-j adi di sini bukanlah perubahan sist em, namun perpindahan kant or aparat pengawas perbank-an dari BI ke OJK. Art inya, t et ap t erbuka ke-mungkinan adanya prakt ek kolusi di dalam OJK

30 Agus Budiant o, “ Mengkaj i Kej ahat an Kor porasi di

(8)

ant ara aparat yang mengawasi perbankan de-ngan bank yang diawasinya.

Sebelum pembent ukan OJK, dalam rang-ka pencegahan dan penangan krisis keuangan dibent uk Komit e St abilit as Sist em Keuangan (KSSK) yang t erdiri dari Ment eri Keuangan seba-gai ket ua merangkap anggot a dan Gubernur BI sebagai anggot a. Dengan dibent uknya OJK, da-lam rangka pencegahan dan penangan krisis di-bent uk pula Forum Koordinasi St abilit as Sist em Keuangan (FKSSK) dengan anggot a t erdiri at as: Ment eri Keuangan selaku anggot a merangkap koordinat or, Gubernur Bank Indonesia selaku anggot a, Ket ua Dewan Komisioner OJK selaku anggot a, dan Ket ua Dewan Komisioner Lembaga Penj amin Simpanan selaku anggot a.

Tidak t erdapat perubahan yang menda-sar dari KSSK menj adi FKSSK, kecuali j ika ke-bij akan FKSSK menyangkut keuangan negara, maka kebij akan t ersebut harus dilaporkan ke DPR unt uk mendapat perset uj uan. Perubahan ini lebih bersif at polit is karena DPR adalah lembaga polit ik dan karena perubahan ini ber-t uj uan agar kasus seperber-t i bai l out Bank Cent ury yang kent al dengan nuansa polit is t idak akan t erj adi lagi. Tidak t erdapat perubahan subst an-sial dalam mekanisme pencegahan dan penang-an krisis, sehingga sulit unt uk mengharapkpenang-an OJK akan lebih baik dari BI dalam melakukan pencegahan dan penanganan krisis.

Independensi OJK dari pihak pemerint ah maupun non-pemerint ah mut lak diperlukan. Namun, dalam susunan Dewan Komisioner OJK t erdapat 2 orang anggot a yang berasal dari BI dan Kement erian Keuangan. Hal ini t ent u saj a menimbulkan keraguan dapat t idaknya OJK be-bas dari campur t angan Pemerint ah. Pada sisi lain, Pemerint ah berpendapat , keberadaan 2 pej abat t ersebut dalam OJK diperlukan unt uk menj amin koordinasi, kerj asama, dan harmoni-sasi kebij akan monet er, f iskal, dan sekt or j asa keuangan.

Berkaca dari kegagalan FSA di Inggris di mana salah sat u penyebabnya adalah kurang-nya komunikasi ant ara FSA dengan bank sen-t ral dan Mensen-t eri Keuangan, maka koordinasi ant ara OJK dengan BI dan Ment eri Keuangan memang diperlukan. Namun, bukankah hal ini

t elah diakomodasi dengan dibent uknya FKSSK yang waj ib mengadakan rapat minimal sekali dalam 3 bulan. Dengan demikian, keberadaan 2 pej abat dari BI dan Kement erian Keuangan di dalam Dewan Komisioner OJK sebenarnya t idak-lah mendesak.

Keraguan j uga muncul t erhadap indepen-densi 7 anggot a Dewan Komisioner OJK lainnya, t erut ama apabila mereka adalah orang-orang yang lama berkarir di suat u lembaga keuangan swast a. Dikhawat irkan Komisioner t ersebut me-miliki ikat an emosional dengan lembaga t empat mereka berkarir sebelumnya, sehingga akan mempengaruhi keput usan yang diambilnya. Hal semacam ini pernah t erj adi di AS saat t er-j adinya krisis keuangan t ahun 2008. Pada masa it u, beberapa anggot a lembaga pengawas per-bankan AS yang pernah berkarir di Gol dman Sach mendorong Pemerint ah unt uk

menyela-mat kan Gol dman Sach dengan memberinya

sun-t ikan modal kesun-t ika bank sun-t ersebusun-t col l apse. Ber-kaca dari pengalaman di AS t ersebut , maka t i-dak t ert ut up kemungkinan akan adanya conf l i ct of i nt er est s pada Dewan Komisioner OJK nan-t inya.

(9)

Komisio-ner t ersebut dipilih oleh DPR dengan mekanis-me yang sama dengan pemilihan Gubernur BI dan para Deput inya, yait u diusulkan oleh Peme-rint ah, diaj ukan ke DPR unt uk menj alani f it and pr oper t est dan kemudian dipilih oleh DPR. Dilihat dari mekanisme ini, maka cukup sulit unt uk memast ikan bahwa OJK akan lebih inde-penden dibandingkan dengan BI dan Bapepam-LK.

Berkait an dengan perlindungan konsu-men, selama ini konsumen di sekt or j asa ke-uangan kurang mendapat perlindungan dari BI dan Bapepam-LK, padahal dewasa ini banyak bermunculan produk-produk dan layanan j asa keuangan yang canggih dan mut akhir, yang ber-pot ensi merugikan konsumen. Selain, t elah ba-nyak pula konsumen yang menj adi korban pe-nipuan dari invest asi berisiko t inggi yang di-t awarkan oleh lembaga-lembaga keuangan.31

Lemahnya pengawasan BI t erhadap per-bankan menj adi penyebab munculnya kasus-ka-sus kej ahat an perbankan, sepert i penggelapan dana nasabah priorit as Cit ibank oleh senior r e-l at i onshi p managernya, konspirasi kecurangan deposit o milik PT Elnusa ant ara Direkt ur Ke-uangan PT Elnusa dengan Kepala Cabang Bank Mega Jababeka32 dan t ewasnya nasabah kart u kredit Cit ibank oleh debt col l ect or yang disewa Cit ibank.33 Dalam kasus-kasus t ersebut BI ku-rang memberikan perlindungan kepada para konsumen yang menj adi korban. Lemahnya pe-ngawasan Bapepam-LK t erhadap perusahaan sekurit as dan perusahaan asuransi j uga menye-babkan munculnya kasus penggelapan dana na-sabah Sekurit as Ant aboga dan kasus asuransi Bakrie Lif e yang gagal membayar nasabahnya. Sej auh ini Bapepam-LK j uga t idak dapat mem-berikan perlindungan yang memadai kepada para konsumen yang menj adi korban dalam ka-sus-kasus t ersebut .

Berkait an dengan perlindungan t erhadap konsumen, dengan t erbent uknya OJK,

31 Zul karnain Sit ompul , “ Memberant as Kej ahat an

Perbankan: Tant angan Pengawasan Bank” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol . 24 No. 1, Tahun 2005, hl m. 3-6.

32 Agus Budi ant o, op. ci t . , hl m. 263-264.

33 Jonker Sihombing, “ Aspek Hukum Kart u Kredi t dan

Dil ema Penagihannya” , UPH Law Revi ew, Vol . XI, No. 2, November 2011, hl m. 209.

kan dapat lebih baik. Dalam Dewan Komisioner OJK t erdapat salah sat u Komisioner yang ber-t anggung j awab ber-t erhadap edukasi dan perlin-dungan konsumen. OJK j uga mendapat kewe-nangan unt uk melakukan t indakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat , melaku-kan pelayanan pengaduan konsumen, dan me-lakukan pembelaan hukum t erhadap konsumen. Dengan demikian diharapkan OJK akan dapat memberikan perlindungan konsumen le-bih baik dibandingkan dengan BI dan Bapepam-LK.

Penut up Simpulan

UU No. 21 Tahun 2011 memberikan kewe-nangan yang sangat besar kepada OJK dalam pengat uran dan pengawasan sekt or j asa ke-uangan, di mana kewenangan t ersebut selama ini dij alankan oleh dua lembaga berbeda, yait u BI dan Bapepam-LK. OJK yang dipimpin oleh Dewan Komisioner yang t erdiri dari 9 orang anggot a berwenang unt uk melakukan penga-wasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan t indakan lain di sekt or Perbank-an, sekt or Pasar Modal, sert a sekt or Perasuran-sian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

The Fi nanci al Ser vi ces Aut hor it y (FSA) di Inggris adalah salah sat u OJK yang gagal laksanakan t ugasnya dalam mencegah dan me-nangani krisis keuangan di Inggris, sehingga ak-hirnya dibubarkan pada t ahun 2010. Sement a-ra it u, t he Fi nanci al Ser vi ces Agency (FSA) di Jepang adalah salah sat u OJK yang berhasil da-lam menj aga st abilit as sist em keuangan di pang. Pada saat krisis keuangan melanda Je-pang, FSA menerapkan berbagai langkah st ra-t egis, sehingga perekonomian Jepang dapara-t di-selamat kan.

(10)

BI ke OJK. Independensi OJK j uga pat ut diragu-kan karena OJK memiliki pot ensi t idak bebas dari campur t angan pihak pemerint ah maupun pihak di luar pemerint ah. Namun, OJK diharap-kan mampu memberidiharap-kan perlindungan yang le-bih baik kepada konsumen sekt or j asa keuangan dibandingkan dengan BI dan Bape-pam-LK.

Saran

Pembent ukan OJK membut uhkan biaya yang sangat besar, oleh karena it u, sangat lah t idak diinginkan j ika OJK t idak dapat menj a-lankan f ungsinya dengan baik. Kegagalan FSA di Inggris seyogyanya t idak t erj adi pada OJK. Ke-berhasilan FSA di Jepang dan lembaga sej enis OJK di negara-negara lain dapat dij adikan con-t oh oleh OJK, agar OJK berhasil dalam melak-sanakan f ungsinya. Oleh karena it u, kualit as dan int egrit as yang t inggi dari anggot a Dewan Komisioner OJK dan para pegawai OJK mut lak diperlukan.

Daft ar Pust aka

Budiant o, Agus. “ Mengkaj i Kej ahat an Korpora-si di Bidang Perbankan dalam Sist em Perbankan Indonesia” . UPH Law Review, Vol. XI. No. 2, November 2011. Jakart a: Fakult as Hukum Universit as Pelit a Ha-rapan

Financial Services Aut horit y. “ About Us” , t er-sedia di websit e ht t p: / / www. f sa. gov. uk/ about / who. diakses t anggal 12 De-sember 2011;

Financial Services Agency, “ Pamphlet ” , t erse-dia di websit e ht t p: / / www. f sa. go. j p/ en/ about / pamphlet . pdf , diakses t anggal 12 Januari 2012;

Gerding, Erik F. “ Code, Crash, and Open Sour-ce: The Out sourcing of Financial Regulat ion Regulat o Risk Models and Regulat he Global Fi -nancial Crisis” . Washi ngt on Law Review. Vol. 84. No. 2, Year 2009. Washingt on DC: Universit y of Washingt on-School of Law;

Moloney, Niamh. “ Regulat ion of t he Market and Int ermediaries: Global Comparison and Cont rast –What Is Best Pract ice?” . Maquar ie Jour nal Busi ness Law. Vol 5. Year 2008. Sydney: Facult y of Business and Economics;

Must aqim, Andika Hendra. “ Ot orit as Jasa Ke-uangan Sebagai Solusi Sist em Ekonomi

Nasional” . Per spekt i f . Vol. 8. No. 1 Ta-hun 2010. Medan: Fakult as Ilmu Sosial dan Ilmu Polit ik Universit as Medan Area; Nant o, Dick K. 4 Mei 2009, “ The Global Finan-cial Crisis: Lessons f rom Japan’ s Lost Decade of t he 1990s” , Congr essi onal Re-sear ch Ser vi ce, t ersedia di websit e ht t p: / / f pc. st at e. gov/ document s/ organi-zat ion/ 125542. pdf , diakses t anggal 20 Januari 2012;

Pet erson, Christ opher Lewis. “ Predat ory St ruc-t ured Finance” . Car dozo Law Review. Vol. 28. No. 5, Year 2007. New York: Cor-dozo School of Law;

---. “ Foreclosure, Subprime Mort gage Len-ding, and t he Mort gage Elect ronic Regis-t raRegis-t ion SysRegis-t em” . Univer sit y of Ci nci n-nat i Law Review. Vol. 78. No. 4. Year 2010. Cincinnat i: College of Law;

Reiss, David J. “ Subprime St andardizat ion: How Rat ing Agencies Allow Predat ory Lending t o Flourish in t he Secondary Mort gage Market ” . Fl or i da St at e Univer si t y Law Review. Vol. 33. Year 2006. Florida: Flo-rida St at e Universit y;

Schooner, Heidi Mandanis. “ Cent ral Banks' Role in Bank Supervision in t he Unit ed St at es and Unit ed Kingdom” . Br ookl yn Int er -nat ional Law Jour nal. Year 2003. New York: Brooklyn Law School;

Schwarcz, St even L. “ Market s, Syst emic Risk, and t he Subprime Mort gage Crisis” . Sout her n Met hodi st Univer sit y Law Re-vi ew. Vol. 61. No. 2. Year 2008. New York: Sout hern Met hodist Universit y-School of Law;

---. “ Disclosure's Failure in t he Subprime Mort gage Crisis” . Ut ah Law Review. Year 2008. Ut ah: The Universit y of Ut ah;

---. “ Keynot e Address: Underst anding t he Subprime Financial Crisis” , Sout h Car o-l i na Law Revi ew. Vol. 60, No. 3. Year 2009. Columbia: Law School;

Shadab, Houman B. “ The Law and Economics of Hedge Funds: Financial Innovat ion and Invest or Prot ect ion” . Ber kel ey Busi -ness Law Jour nal. Vol. 6. Year 2009. Calif or-nia: Universit y of Calif ornia, Berkeley School of Law;

Sihombing, Jonker. “ Aspek Hukum Kart u Kredit

dan Dilema Penagihannya” , UPH Law

(11)

Sit ompul, Zulkarnain. “ Menyambut Kehadiran Ot orit as Jasa Keuangan” . Pi l ar s. 12-18 Januari 2004. No. 2 Tahun VII. Jakart a: Univ. Mpu Tant ular;

---. “ Memberant as Kej ahat an Perbankan: Tant angan Pengawasan Bank” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol. 24 No. 1. Tahun 2005. Jakart a: YAYASAN Pengembangan Hukum Bisnis;

Tamaki, Nobusuke. Maret 2008, “ Bank Regu-lat ion in Japan” , CESi f o DICE Repor t. t ersedia di websit e ht t p: / / www. cesif o-group. de/ port al/ pls/ port al/ docs/ 1/ 119 3072. PDF, diakses t anggal 15 Januari 2012;

Whit e, Brent T. “ Underwat er and Not Walking Away: Shame, Fear and t he Social

Mana-gement of t he Housing Crisis” . Wake Fo-r est Law Review. Vol. 45. Year 2010. Winst on: Wake Forest Universit y School of Law;

Wilmart h, Art hur E. “ The Dark Side of Universal Banking: Financial Conglome-rat es and t he Origins of t he Subprime Financial Crisis” . Connect i cut Law Re-view. Vol. 41. No. 4. Year 2009. Hart -f ord: Universit y of Connect icut School of Law;

Referensi

Dokumen terkait

Cantik dan Awet Muda dengan Buah, Sayur, dan Herbal. Jakarta: Penerbit

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup perlu ditetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Menimbang : bahwa sehubungan dengan adanya kekeliruan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Pedoman Mengenai Syarat Dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman

IMPLEMENTING MIND MAPPING TECHNIQUE IN THE PROCESS-BASED APPROACH TO TEACH WRITING HORTATORY EXPOSITION TEXT.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan kedalam mata uang fungsional menggunakan kurs pada tanggal transaksi. Laba atau rugi selisih kurs yang timbul dari

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

 The tourism students were chosen in which from them the information regarding Present Situational Analysis (PSA) for fulfilling the needs analysis was

[r]