• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PESERTA DIDIK KELAS VIII I SMP N 31 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PESERTA DIDIK KELAS VIII I SMP N 31 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh

RONI ANDRIS IRAWAN NPM : 1211010120

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM (PAI) PESERTA DIDIK KELAS VIII I SMP N 31 BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

RONI ANDRIS IRAWAN NPM : 1211010120

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

Pembimbing I : Hj. Siti Zulaikha S.Ag M.Ag

Pembimbing II : Nurul Hidayah M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM (PAI) PESERTA DIDIK KELAS VIII I SMP N 31 BANDAR LAMPUNG

Oleh:

Roni Andris Irawan

Permasalahan yang di hadapi peserta didik kelas VIII I di SMP N 31 Bandar Lampung dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah rendahnya hasil belajar peserta didik. Hal ini di sebabkan dalam proses belajar mengajar kemampuan peserta didik untuk bertanya atau meminta bantuan dari guru masih kurang. Dilihat dari keadaan di atas maka dapat di ketahui metode yang digunakan masih kurang baik sehingga peserta didik masih kurang berperan aktif dalam pembelajaran. Salah satu alternative yang dapat di gunakan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam perserta didik adalah model pembelajaran Cooperative Tipe TPS. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah model pembelajaran Cooperatipe Learning Tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran Cooperatipe Tipe TPS pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII I SMP N 31 Bandar lampung.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dengan menggunakan metode observasi, interview, dokumentasi dan tes hasil belajar. Analisis data menggunakan analisis kualitatif yang bersifat induktif. Dimana penulis menggambarkan gejala-gejala yang terjadi pada objek penelitian.

Pelaksanaan penelitian ini sudah berjalan dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Cooperatipe Tipe TPS, ini di buktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar, sebelum penerapan nilai tes hasil belajar peserta didik yang mencapai KKM adalah 17/53% siswa, tidak mencapai KKM adalah 15/47% siswa, kemudian setelah menggunakan pembelajaran Cooperatipe Tipe TPS dapat di ketahui nilai rata tes hasil belajar mengalami peningkatan. Pada siklus pertama nilai rata-rata tes hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan hanya 25/78% siswa, Dan tidak tuntas 7/22% siswa. Kemudian siklus kedua tes hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan mencapai 27/84% siswa, yang tidak tuntas sebanyak 5/16% siswa.

(6)
(7)

HALAMAN MOTTO

 







 



 



 



(8)

1

PERSEMBAHAN

Skripsi sederhana ini kupersembahkan sebagai tanda cinta, sayang, dan hormat tak terhingga kepada:

1. Ayahanda H. Darman dan Ibunda Hj. Rumayati tercinta atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya.

2. Ayunda ku tercinta Lisma Juwita, Maslia, Iriana, Tati Sumira dan Jumiana dan Gita Apriliani serta keluarga besarku yang selalu mendo‟akan dan memberi

semangat dalam penulisan skripsi ini

3. Untuk semua keluarga besarku yang ada di Sukananti Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat yang selalu menanti keberhasilanku.

4. Almamater tercinta Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung yang selalu aku banggakan dan telah memberiku banyak pengalaman yang selalu aku kenang.

1

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Roni Andris Irawan dilahirkan di Sukananti Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 13 april 1994. Anak terahir dari enam bersaudara, dengan kedua orang tua ayah bernama Darman dan ibu bernama Rumayati.

(10)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk,

sehingga skripsi ini dengan judul “Penerapan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Think Pair Share (TPS) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas VIII I Di SMP N 31 Bandar Lampung”. ini telah berhasil penulis selesaikan dengan tepat waktu.

Guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan (S.Pd) di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Raden Intan Lampung.

Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada suri tauladan kita yakni Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul, yang telah menerangi manusia dari alam jahiliah kedalam alam yang selalu diberkahi dengan ajarannya yaitu Agama Islam.

Terselesaikannya karya tulis skripsi ini, disamping berkat taufiq, rahmat serta hidayah-Nya, juga tidak terlepas karena adanya bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan rasa terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

(11)

2. Dr. Imam Syafe‟I, M.Ag, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang selalu memberi bimbingan arahan serta nasehatnya kepada mahasiswa/I, dan Dr. Rizal Firdaos sebagai sekertaris jurusan yang telah meluangkan waktunya untuk mahasiswa/I.

3. Hj. Siti Zulaikha S.Ag M.Ag. selaku Pembimbing I, dan selaku Pembimbing II Ibu Nurul Hidayah M.Pd yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, dan memotivasi hingga skripsi ini selesai.

4. Bapak dan Ibu Dosen para Staf Karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung.

5. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Institut yang telah memberikan informasi, data, referensi, dan lain-lain;

6. Drs. Mahmud Muin selaku kepala sekolah SMP N 31 Bandar Lampung, dan kepada Ibu Yuniar S.Ag selaku guru bidang Study PAI dan beserta seluruh pengurus di SMP N 31 Bandar Lampung yang telah banyak membantu, menyediakan waktu dan fasilitas dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Rekan-rekan PAI yang selalu memberikan motivasi dan dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Dan semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

(12)

perbaikan di masa mendatang. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Akhir kata penulis mohon maaf bila ada kesalahan.

Bandar lampung, mei 2017 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan judul ... 1

B. Alasan memilih judul ... 5

C. Latar Belakang Masalah ... 6

D. Identifikasi Masalah ... 22

E. Batasan Masalah ... 22

F. Rumusan Masalah ... 20

G. Tujuan Dan manfaat Penelitian ... 20

BAB II LANDASAN TEORI A. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe TPS ... 22

1. Pengertian Model Cooperative Learning tipe TPS ... 22

2. Karakteristik Cooperative Learning ... 23

3. Langkah-langkah dalam pembelajaran cooperative learning ... 25

(14)

B. Metode Think Pair Share ... 27

1. pengertian Think Pair Share ... 27

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair Share ... 29

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Think Pair Share ... 29

4. Metode yang digunakan dalam Model Pembelajaran TPS Pada mata pelajaran PAI... 31

C. Peningkatan Hasil Belajar ... 31

1. Pengertian peningkatan Hasil Belajar ... 32

2. Indikator keberhasilan belajar ... 33

3. Aspek –aspek Hasil Belajar ... 34

4. Penilaian Hasil Belajar ... 37

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 41

D. Pendidikan Agama Islam ... 43

1. Pengertian PAI ... 43

2. Dasar danTujuan PAI ... 46

3. Karakteristik PAI ... 58

4. Peranan PAI ... 59

5. Faktor yang mempengaruhi PAI ... 61

6. Ruang Lingkup Materi pembelajaran PAI ... 62

7. Proses Pembelajaran PAI ... 64

E. Materi Pelajaran PAI……… ... . 67

F. Kerangka Berfikir………... ... 76

G.Hipotesis Tindakan……… .... 78

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 79

B. Subjek dan Objek ... 81

C. Prosedur penelitian………. ... 81

D. Siklus Penelitian ... 83

E. AlatPengumpulan data………... .... 89

(15)

G. Indikator Keberhasilan Penelitian………. ... 94

BAB IV PENYAJIAN DATA LAPANGAN DAN ANALISIS DATA A. Profil SMK PGRI 4 Bandar Lampung ... 95

B. Biodata Data Kepala Sekolah………... ... 95

C. Sejarah SMP N 31 Bandar Lampung……… ... 96

D. Data guru SMP N 31 Bandar Lampung……… ... 97

E. Data Siswa ... 98

F. Sarana dan Prasarana ... 98

G. Potensi di Lingkungan Sekolah yang Mendukung Program Sekolah……….. .... 99

H. Data Penerapan Model Cooperatif Learning tipe TPS………….. ... 99

I. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PAI………103

BAB V KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan ... 114

B. Saran-saran ... 116

C. Penutup ... 117 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

TABEL I : Langkah-langkah Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 13

TABEL 2: Nilai hasil belajar mata pelajaran PAI di SMP N 31 Bandar Lampung tahun 2015/2016 ... 16

TABEL 3: Persentasi ketuntasan hasil belajar PAI peserta didik pada kom petensi dasar mata pelajaran PAI kelas VIII I di SMP N 31 Bandar Lampung tahun 2015/2016 ... 27

TABEL 4 : Langkah-langkah Model pembelajaran kooperatif ... 29

T ABEL 5: Data Guru SMP N 31 Bandar Lampung ... 97

TABEL 6: Data siswa SMP N 31 Bandar Lampung ... 97

TABEL 7 ... : Sarana Dan Prasarana……… ... 98

TABEL 8: Nilai hasil belajar peserta didik setiap akhir siklus……… ... 100

TABEL 9 : Nilai hasil belajar PAI siswa siklus I semester 2 kelas VIII I di SMP N 31 Bandar Lampung……… 106

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II Lampiran 3: Hasil Pengamatan terhadap peserta didik siklus I Lampiran 4: Hasil pengamatan terhadap guru siklus 1

Lampiran 5: Hasil pengamatan terhadap peserta didik siklus II Lampiran 6: Hasil pengamatan terhadap guru siklus II

Lampiran 7: Dokumentasi

Lampiran 8: Panduan Wawancara Lampiran 9 : Hasil Wawancara

Lampiran 10 : Kisi-kisi Interview Pasca Siklus Lampiran 11 : Kisi-kisi Interview Pra Siklus

Lampiran 12 : Kisi-kisi instrument penelitian tindakan kelas Lampiran 13: Soal-soal pre test dan post test siklus 1

Lampiran 14: Soal-soal pre test dan post test siklus II Lampiran 15 : Kunci Jawaban Soal Siklus I dan Siklus II Lampiran 16 : Foto-foto hasil observasi

Lampiran 17 : Foto-foto hasil observasi

Lampiran 18 : Surat izin penelitian dari fakultas tarbiyah

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Dalam hal ini kaitannya untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul skripsi ini maka penulis perlu memberi alasan berupa penegasan judul sebagai berikut:

1. Penerapan

Penerapan berasal dari kata terap yang artinya “berukir”. Sedangkan

menerapkan artinya mempraktekkan, jadi penerapan artinya mempraktekkan sesuatu hal yang berhubungan dengan suatu pekerjaan.2 Jadi, yang dimaksud dengan penerapan disini adalah kegiatan yang dilaksanakan guru bidang study dalam mencapai tujuan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share (TPS)

Pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih di pimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.3

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

2

Kementrian Pendidikan Nasional,KBBI,Edisi ke-4,(Jakarta, 2002),hlm.144

3

(19)

anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.4 Jadi, model pembelajaran Cooperative Learning disini merupakan suatu model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sehingga dengan bekerja secara bersama-sama sehingga akan meningkatkan motivasi dan perolehan belajar yang baik.

Tipe Think Pair Share (TPS) merupakan suatu jenis pembelajaran cooperative yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespons dan saling membantu.5

Jadi yang dimaksud dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) dalam penelitian ini adalah pembelajaran dimana siswa

belajar dalam kelompok kecil secara hetrogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. 3. Peningkatan Hasil Belajar

Peningkatan adalah menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya). Mempertinggi, mempertebal, meningkatkan diri, menegakkan diri.6

4

Etin Solihatin dan Raharjo,Cooperative Learning: Analisis model pembelajaran IPS,Ed.Cet.3,(Jakarta,Bumi Aksara,2008),h.4.

5

Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain model pembelajaran Inofatif-progresif dan kontekstual,(Jakarta,Kencana,2014),h 129-130.

6

(20)

Hasil belajar adalah suatu pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagme, hasil belajar tersebut berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif adalah kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

d. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.7

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi belajar peserta didik dan hasil yang dapat ditunjukan angka indeks yang dicapai peserta didik setelah melakukan proses dan kegiatan- kegiatan pembelajaran, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tinggi perkembangan

7

(21)

mental tersebut terwujud pada jenis - jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.8

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti ingin meneliti hasil belajar yang dilihat dari aspek kognitif, yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan kecerdasan otak anak.9

4. Peserta didik

Peserta didik adalah mahkluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan. Bantuan tersebut tidak hanya berasal dari guru. Tetapi bisa juga dari teman sebaya. Selain sabagai mahkluk sosial peserta didik juga berperan sebagai individu yang mempunyai kemampuan yang berbada-beda Ada peserta didik yang mudah dan ada peserta didik yang sulit untuk memahami materi pelajaran.

5. SMP N 31 Bandar Lampung

SMP N 31 Bandar Lampung adalah lembaga pendidikan formal sebagai wadah pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan tingkat menengah pertama yang statusnya negeri. Adapun SMP N 31 ini berlokasi di Bandar Lampung.

Berdasarkan penjabaran istilah judul skripsi diatas, maka judul skripsi diatas mengandung pengertian : Suatu penelitian atau telaah secara ilmiah terhadap kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan oleh guru pada saat kegiatan belajar

8

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,( Jakarta,Rineka Cipta, 2009),h.250-251

9

(22)

disekolah dalam usaha mengatasi atau memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa didalam belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 31 Bandar Lampung.

B. Alasan Memilih Judul

Penulis memilih judul skripsi tersebut diatas dengan mengemukakan alasan memilih judul sebagai berikut :

1. Setelah saya amati dari berbagai macam permasalahan di sekolah, salah satunya adalah hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan, maka dari itulah saya tertarik untuk mencari solusi bagai mana cara meningkatkan hasil belajar peseerta didik tersebut.

(23)

C. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Tidak dapat di sangkal lagi bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di dalam dunia pendidikan untuk dapat bekerja secara maksimal, penuh rasa tanggung jawab. Secara detail menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2013 bab 1 pasal 1 :

Tentang Sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan didefinisikan sebagai

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan Negara.10

Pendidikan dapat diartikan sebagai “suatu proses pembelajaran kepada peserta

didik (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan peserta didik”11. Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik itu melalui keluarga, sekolah maupun pergaulan dengan masyarakat. Sehubungan dengan itu pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia dan memiliki keterampilan sebagai bekal

10

Undang – Undang SISDIKNAS, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung , Fokusmedia, 2013), h,3.

11

(24)

untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Mujadillah Ayat 11 :

                                               

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.12

Dari ayat diatas jelas bahwa pendidikan Agama Islam sangat berperan penting, dan Allah SWT telah menjanjikan bahwa mereka yang berilmu dan yang tidak berilmu itu berbeda dalam pandangan Islam. Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.

12

(25)

Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedangkan pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran dikelas diarahkan kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.13

Keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan insan kamil tidak lepas dari proses pendidikan. Kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di nilai masih rendah, dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sering dikeluhkan oleh para guru adalah rendahnya hasil belajar peserta didik. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan – tujuan belajarnya melalui proses kegiatan

13

(26)

belajar mengajar, yang selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan – kegiatan peserta didik lebih lanjut untuk individu maupun kelompok belajar.

Secara teoritis, hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Menurut Munadi faktor internal mencakup dua hal yaitu faktor fisiologis dan psikologis, faktor fisiologis secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan rohani. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Faktor psikologis, setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda – beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi ( IQ ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.

(27)

tujuan belajar yang direncanakan. Faktor – faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru. 14

Menurut Uhar Suharsaputra yang dikutip oleh Qowaid “ menyimpulkan

banyak guru yang menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal ini terjadi menurut Uhar, karena kegiatan belajar mengajar tidak didasarkan pada suatu metode pembelajaran tertentu sehingga mengakibatkan hasil belajar peserta didik menjadi rendah. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

juga terkait erat dengan persoalan metode pembelajaran”. 15

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang harus di perbaiki salah satunya adalah pendekatan pembelajaran, yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif peserta didik saja, tetapi bagaimana dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terlaksananya pembelajaran dan penilaian yang komprehensif atau secara menyeluruh, yang mencakup aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (perbuatan) dan di tunjang dengan ilmu pengetahuan yang memadai.

Penggunaan model, metode, strategi mengajar dan pendekatan oleh guru sangat menentukan kegiatan belajar peserta didik, serta penggunaan alat bantu peraga pelajaran dan media pembelajaran yang ada. Tidak ada suatu metode mengajar yang baik untuk semua pengajaran, strategi, metode, ataupun pendekatan belajar mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu itu tergantung pada kondisi

14

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung, Remaja Rosdakarya , 2009), h.2

15

(28)

masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar secara faktual. Kemampuan peserta didik, kemampuan guru, sifat materi, sumber belajar, media pengajaran, tujuan yang ingin dicapai adalah unsur – unsur yang berbeda – beda disetiap tempat dan waktu. Allah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 125 :

                          

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.”16

Ayat diatas menerangkan supaya seorang pendidik harus memperhatikan metode pembelajaran dalam menyampaikan ajaran Tuhan, yaitu dengan cara bijaksana, yaitu sesuai antara bahan pelajaran dengan kemampuan orang yang akan menerimanya, dengan menggunakan faktor – faktor yang dapat membantu supaya pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Tujuan diadakannya metode

adalah “menjadikan proses dan hasil belajar mengajar Pendidikan Agama Islam lebih

16

(29)

berdaya guna dan berhasil serta menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam.

Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan Islam adalah

mengarahkan keberhasilan belajar”. 17

Hasil belajar adalah “kemampuan – kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman

belajarnya”. 18

Dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam maka hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah kemampuan – kemampuan peserta didik dalam ukuran kemampuan menguasai materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam setelah ia menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam

Indikator hasil belajar atau yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap peserta didik terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun secara kelompok, dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran / instruksional khusus ( TIK ) telah dicapai peserta didik baik secara individual maupun kelompok. 19

Disini penulis membahas tentang penerapan pembelajaran Strategi Think Pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.

17

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kencana Prenada Media Grouf 2008), h.167.

18

Nana Sudjana, Op Cit, h.22.

19

(30)

Pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman,dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. 20

Adapun Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu

think,pair,dan share. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada table berikut. Tabel 1

Langkah-langkah Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berpikir Berpasangan Berbagi

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahap 1 Pendahuluan

- Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah - Guru menjelaskan kompetensi yang harus

dicapai oleh siswa Tahap 2

Think

- Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstarasi

20

(31)

- Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa

- Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu

Tahap 3 Pair

- Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya

- Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan Tahap 4

Share

- Satu Pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.

Tahap 5 Penghargaan

- Siswa dinilai secara individu dan kelompok

Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut : a. Tahap pendahuluan

(32)

b. Tahap think (berpikir secara individual)

Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

c. Tahap Pair (berpasangan dengan teman sebangku)

Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya.Hal ini dimaksudkan agar sistem siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

(33)

e. Tahap penghargaan

Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok.Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap

seluruh kelas.21

Adapun hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII I di SMP N 31 Bandar Lampung, yaitu Yuniar S.Ag : Dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam, kami sebagai pendidik selalu berusaha sebaik mungkin untuk menyajikan materi pembelajaran agar materi yang disampaikan bisa di mengerti dan mudah dipahami oleh siswa. Selain itu sesuai kurikulum yang ada metode pembelajaran yang digunakan juga cukup bervariasi kadang memakai metode ceramah, penugasan dan terkadang siswa juga diajak berdiskusi, tetapi disini masih ada beberapa kendala yaitu terkadang ada siswa yang kurang cepat dan kurang memperhatikan dalam mengikuti pelajaran.22

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak peserta didik yang mendapat nilai hasil belajar di bawah KKM (75) untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII I SMP N 31 Bandar Lampung. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari pra survey pada tanggal 22 september 2016 di SMP N 31

21

http://fisikasma-online.blogspot.co.id/2010/12/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html.di download tanggal 19-9-2016 pukul 10.12

22

(34)

Bandar Lampung mengenai nilai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bahwa peserta didik yang belum memenuhi ketuntasan belajar Pendidikan Agama Islam mencapai 53%.

Berikut ini adalah data nilai hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII I di SMP N 31 Bandar Lampung.

Tabel 2

Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI semester 1 Kelas VIII I di SMP N 31 Bandar Lampung Tahun 2016/2017

No Nama Siswa

Kemampuan

L/ P Nilai KKM Tuntas

Tidak Tuntas

1 Ahnad A.alfandi L 85 75 

2 Ahmad royadi L 85 75 

3 Aldi setiadi L 44 75 

4 Akmal djaki L 44 75 

5 An nisa salsabila P 54 75 

6 Anggre jelita P 63 75 

7 Apriliani P 61 75 

(35)

9 Dela puspita sari P 62 75 

10 Desti dayanti P 60 75 

11 Diki yakuf L - 75 

12 Dina sisilia P 61 75 

13 Fitri yani napitupuluk P 85 75 

14 Indah mutiara P 65 75 

15 Intan sekar sari P 85 75 

16 Janfa bima sekha P 75 75 

17 Leonard jiro al-farid L 68 75 

18 M. ariansya syaputra L 59 75 

19 M. aries syapura L 85 75 

20 M. yusuf filardi L 85 75 

21 Mutia rosa gita putri P 85 75 

22 Nadila putri habifasya P 50 75 

23 Naufan ilham L 75 75 

24 Purwaldi hendrianto L 75 75 

25 Rizka windiya putri P 75 75 

26 Repaldi armando L 60 75 

27 Ria rizky rahayu P 75 75 

28 Rizal abdul L 75 75 

(36)

30 Sabilah imania griselda P 55 75 

31 Sahrul syaputra L 72 75 

32 Theresia manalu P 85 75 

Jumlah 2127 15 17

Presentase kelulusan 47 % 53%

Nilai Rata-Rata 66,46

Sumber : Buku Absensi penilaian siswa SMP N 31 Bandar Lampung 2016/2017

Tabel 3

Persentasi Ketuntasan Hasil Belajar PAI Peserta Didik Pada 1 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PAI Kelas VIII I di SMP N 31 Bandar Lampung

Tahun 2016/2017

No Uraian KKM Jumlah Siswa Presentase

1 Tuntas 75 15 47%

2 Tidak Tuntas 75 17 53 %

Jumlah 32

(37)

banyak yang belum mencapai ketuntasan adalah 17 orang dengan presentase 53% sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan yaitu berjumlah 15 orang dengan presentase 47%.

Dari hasil observasi yang penulis lakukan terhadap para peserta didik yang tidak tuntas hasil belajarnya, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran Di SMP N 31 Bandar Lampung belum efektif, yaitu terlihat suasana kelas yang kurang kondusif, masih banyak peserta didik yang berbicara sendiri dan tidak memperhatikan pada saat guru menjelaskan materi, sering kali diberi kesempatan bertanya peserta didik hanya diam. Beberapa peserta didik masih ada yang mengobrol atau bermain ketika pembelajaran berlangsung. 23 Dalam hal ini, yang menjadi faktor rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII I Observasi hari kamis 22 september 2016 di SMP N 31 Bandar Lampung adalah faktor metode. Metode yang dipakai selama ini adalah metode pembelajaran yang konvensional, seperti menggunakan metode ceramah sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses pembelajaran yang lebih banyak di dominasi oleh gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu, sehingga membuat peserta didik kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin lebih lanjut mengkaji tentang penerapan sebuah metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dan menuangkannya dalam bentuk penelitian ilmiah.

23

(38)

Dari latar belakang diatas, penulis mencoba melakukan penelitian tentang penerapan “ Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII I di SMP N 31 Bandar Lampung” ?

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan guru sehingga pada proses belajar mengajar dominasi guru sangat tinggi, sedangkan partisipasi peserta didik sangat rendah sehingga pembelajaran cenderung searah dan klasikal.

3. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran masih kurang.

E. Batasan Masalah

(39)

F. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas VIII I SMP N 31 Bandar Lampung?”.

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hasil belajar melalui penerapan model pembelejaran Tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas VIII I di SMP N 31 Bandar Lampung.

2. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, lembaga yang diteliti, peserta didik, dan bagi peneliti. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(40)

b. Mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

c. Bagi sekolah upaya ini dapat memberikan solusi alternatif dari masalah pembelajaran yang ada, guna meningkatkan hasil pembelajaran dan dapat meningkatkan sumber daya manusia.

(41)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS)

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995)

mengemukakan Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam satu kelompok – kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.24 Sedangkan Menurut Nurhadi dan

Senduk dalam Made Wena “Model Cooperative Learning adalah

pembelajaran secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi peserta didik bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga

sesama peserta didik.”25

Pakar –pakar yang memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan.26

24

Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung,Alfabeta,2009),h.15

25

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta,Bumi Aksara,Cetakan ke-6,2011),h.18

26

(42)

2. Karakteristik Cooperative Learning

Tidak semua kerja kelompok dapat dikatakan Cooperative Learning. Coopertaive Learning memiliki karakteristik tersendiri.Adapun karakteristik Cooperative Learning menurut Rusman adalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran tim.

Tim merupakan tempat untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu, semua anggota dalam tim harus saling membantu untuk mencapai keberhasilan tim.

2) Manajemen kooperatif

Pembelajaran kooperatif terdapat manajemen yang sangat berperan sebagai pedoman dalam bekerja sama, empat fungsi pokok dari

manajemen kooperatif ini yaitu: fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi control.

3) Kemauan untuk bekerja sama

(43)

4) Keterampilan bekerja sama

Keterampilan bekerja sama merupakan keanekaragaman kegiatan yang dilaksanakan dalam sebuah kelompok untuk memecahkan permasalahan secara bersama.27

Karakteristik tersebut merupakan hal yang membedakan antara Cooperative Learning dengan strategi pembelajaran yang lain. Coopertive

Learning juga memiliki beberapa prinsip yang harus diterapkan.

Adapun Prinsip tersebut dalam Yuberti dkk adalah sebagai berikut: a) Keterangan Positif

b) Tanggung Jawab Perseorangan c) Interaksi Tatap Muka

d) Partisipasi dan Komunikasi Antar anggota Ada tiga tujuan Cooperative Learning yaitu: 1) Hasil belajar akademik.

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik dan unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit.

27

(44)

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu.

Pembelajaraan kooperatif memberi peluang kepada peserta didik yang berbeda latar belakang dan kondisi sehingga bergantung satu sama lain atau tugas-tugas bersama, belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial. Tujuan cooperative learning adalah mengajarkan keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Perserta didik akan belajar berkerja sama menghargai pendapat orang lain dan menetapkan tujuan bersama.28

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model cooperative Learning dapat merangsang dan menggugah potensi perserta

didik secara optimal dalam suasana pada kelompok-kelompok kecil yang bervariasi.

3. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran cooperative. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada table 4.29

28

Yuberti,et.al.Op.Cit.h.98-99

29 Trianto Ibnu Badar al-Tabany,

(45)

Tabel 4

Langkah-langkah Model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1:

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2:

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3:

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4:

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5: Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6:

Memberikan penghargaan

(46)

4. Kelebihan dan kekurangan Cooperative Learning a. Kelebihan cooperative learning yaitu :

1) Saling ketergantungan yang positif,

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

5) Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan

b. Kelemahan cooperative learning yaitu :

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancer maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif..30

30

(47)

B. Metode Think Pair Share (TPS): 1. Pengertian Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share (TPS) ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Arends menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi

suasana diskusi kelas Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang di gunakan dalam Think Pair Share (TPS) memberi waktu lebih banyak kepada peserta didik untuk berfikir, merespons dan saling membantu waktu berdiskusi dengan pasangannya dan memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda Tanya.31 Dalam pembelajaran model ini memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk di kenali dan menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.

Model pembelajaran ini diterapkan dengan cara peserta didik di minta untuk mengerjakan tugasnya secara individu.Hal ini bertujuan untuk menggali

31

(48)

kemampuan individu peserta didik.Kemudian peserta didik berdiskusi

menyampaikan ide-ide atau pengetahuan kepada pasangannya. Sehingga akan menambah pemahaman terhadap materi yang disampaikan. Setelah berdiskusi dengan pasangannya maka perwakilan kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas.

2. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Think Pair Share (TPS) sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. b. Menjelaskan tujuan diskusi.

c. Mengajukan pertanyaan awal / permasalahan.

d. Membimbing / mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri (think).

e. Membimbing / mengarahkan siswa dalam berbagi (share). f. Menerapkan waktu tunggu.

g. Membimbing kegiatan siswa,menutup diskusi.32

Membantu siswa membuat rangkuman diskusi dengan Tanya jawab singkat.

32

(49)

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Setiap jenis pembelajaran mempunyai ciri tersendiri dan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian juga dengan model pembelajaran diskusi kelas, antara lain:

a. Kelebihan Think Pair Share

1. Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM.

2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran masing-masing.

3. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah

4. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapat dalam diskusi di harapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.

5. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha mengembangkan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.33

b. Kekurangan Think Pair Share

33

(50)

1. Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya

2. Suatu diskusi memerlukan keterampilan – keterampilan tertentu yang belum pernah di pelajari sebelumnya

3. Jalan diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol.

4. Tidak semua topic dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat di diskusikan.

5. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak

6. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pemikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah.

7. Jumlah siswa yang terlalu banyak di dalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.34

4. Metode yang digunakan dalam model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran PAI

Metode yang digunakan dalam pembelajaran TPS pada mata pelajaran PAI yaitu menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan metode pembelajaran ini siswa dilatih

34

(51)

bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi / tujuan

pembelajaran tersebut.

C. Peningkatan Hasil Belajar

1. Pengertian Peningkatan Hasil Belajar

a. Peningkatan berarti mempertinggi tingkatan sesuatu atau menaikkan sesuatu dari satu tingkat ketingkat yang lebih tinggi.35 Dengan demikian yang dimaksud peningkatan disini adalah usaha dalam rangka mempertinggi tingkatan sesuatu dari satu tingkat ketingkat yang lebih tinggi.

b. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan,dan bukan suatu hasil atau tujuan.Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.36 Belajar adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya,sikap dan tingkah lakunya.37

35

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia(,Jakarta,Balai Pustaka,1990),h.916.

36 Oemar Hamalik,

Proses Belajar Mengajar,(Jakarta,Bumi Aksara, 2007),h.27.

37

(52)

c. Apakah setiap perubahan prilaku itu hasil belajar ? Tentu tidak. Proses belajar menghasilkan perubahan tingkah laku, namun tidak setiap perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar.38 “Hasil belajar adalah

kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar.”39

Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.40

Hasil belajar yang di capai oleh peserta didik sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebagai perancang belajar mengajar. Tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan ke dalam kategori domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.41

Sedangkan hasil belajar yang peneliti teliti yaitu tentang hasil belajar peserta didik mengenai hukum islam tentang zakat, haji dan wakaf.Hasil belajar peserta didik tidak akan optimal, jika peserta didik tidak belajar

dengan sungguh-sungguh.Namun hal ini juga di pengaruhi oleh peran guru itu sendiri, selain beberapa faktor lainnya.

38

Wina Sanjaya,Kurikulum dan Pembelajarannya, (Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2009),h.230.

39

Agus Suprijono,Cooperative Learning,Teori & Aplikasi Paikem,(Yogyakarta,Pustaka Belajar, 2011),h.106.

40

Kunandar, Penilaian Autentik, Jakarta,PT Raja Grafindo persada,2013),h.62.

41

(53)

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa hasi belajar merupakan dari suatu pembelajaran yang di jadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran.Seorang peserta didik di kategorikan hasil belajar jika telah mengikuti pembelajaran maka tingkat pengetahuannya akan bertambah, kemudian sikap dan pelakunya akan menjadi lebih baik.

2. Indikator Keberhasilan Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan bahwa ada beberapa indikator-indikator yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan belajar peserta didik, yaitu :

a. Anak didik menguasai bahan pelajaran yang dipelajarinya.

b. Anak didik menguasai teknik dan cara mempelajari bahan pelajaran. c. Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pengajaran relative

lebih singkat.

d. Teknik dan cara belajar yang telah dikuasai dapat dipergunakan untuk mempelajari bahan pelajaran serupa.

e. Anak didik dapat mempelajari bahan pengajaran lain secara sendiri f. Timbul motivasi intinsic ( dorongan dari dalam diri anak didik) untuk

belajar lebih lanjut.

(54)

h. Anak didik terampil memecahkan masalah yang dihadapi.

i. Kesediaan anak didik untuk menerima pandangan orang lain dan memberikan pendapat atau komentar gagasan orang lain.42

3. Aspek-aspek Hasil Belajar

Pada umumnya hasil belajar dapat di kelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,ranah afektif, ranah psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat di pisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanan selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif.Namun kedua ranah tersebut

mengandung ranah afektif.43 a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan prilaku dalam aspek berpikir.

intelektual.44 ranah kognitif terdiri atas enam bagian, yaitu sebagai berikut :

1) Ingat/Recall, mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah di pelajari dari sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.

2) Pemahaman, mengacu kepada kemampuan memahami materi.

42

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta,1996) hlm. 120.

43 Mimin Haryati,

Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta, Gaung Persada Press,2007),h.22.

44

(55)

3) Penerapan, mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah di pelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan,prinsip.

4) Analis, mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih di mengerti.

5) Sintesis, mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

6) Evaluasi, mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.45

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah sikap perasaan, emosi, dan karakteristik

moral yang merupakan aspek-aspek penting perkembangan peserta didik.46 Kartwoohl,Bloom,dan Masia mengembangkan ranah ini terdiri dari :

1. Penerimaan (receiving),aspek ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu,

45

Uzer Usman,Op Cit,h.35.

46

(56)

seperti kesediaan menerima norma-norma disiplin yang berlaku di sekolah.

2. Sambutan (responding),aspek ini mengacu pada kecendrungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu.Menunjukkan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, misalnya mulai berbuat sesuai tata tertib disiplin yang telah di terimanya.

3. Menilai (value),aspek ini mengacu pada kecendrungan menerima suatu norma tertentu, menghargai suatu norma, memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu, dan mengikat diri pada suatu norma.Misalnya peserta didik telah memperlihatkan prilaku disiplin dari waktu ke waktu.

4. Organisasi (organization), aspek ini mengacu pada proses pembentukan konsep tentang suatu nilai-nilai dalam dirinya. Pada tahap ini seseorang mulai memilih nilai-nilai yang ia sukai, misalnya tentang norma-norma disiplin tersebut dan menolak disiplin-disiplin tersebut.

5. Karekterisasi yaitu pembentukan pola hidup, aspek ini mengacu pada proses mewujudkan nilai-nilai pribadi sehingga merupakan watak, di mana norma itu tercermin dalam pribadinya.47 Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan.

47

(57)

Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan prilakunya.Dengan demikian hasil belajar itu tinggi,dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil.

4. Penilaian Hasil Belajar

Hasil belajar seorang peserta didik sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran yang di nyatakan dalam bentuk nilai setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil belajar peserta didik dapat di ketahui setelah di lakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar peserta didik. “kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar peserta didik

adalah mengetahui garis-garis besar indikator atau petunjuk adanya hasil yang

akan di ukur”.48

Dalam penelitian ini penulis akan meranah pada kognitif peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan penerapan Cooperatipe Learning tipe Think Pair Share (TPS)

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu di lakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Proses belajar mengajar adalah proses yang bertujuan.Tujuan tersebut di

48

(58)

nyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan di miliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.49

a. Kualitas alat penilaian a) Validitas

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep

yang dinilai sehingga benar-benar menilai apa yang seharusnya dinilai. Sebagai contoh menilai kemampuan peserta didik dalam

Matematika.Misalnya diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan berbelit-belit sehingga sukar ditangkap maknanya.Akhirnya siswa tidak dapat menjawab karena tidak memahami pertanyaannya.Contoh lain adalah menilai kemampuan berbicara,tetapi ditanyakan mengenai tata bahasa seperti puisi atau sajak. Penilaian tersebut tidak tepat (valid).Validitas terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Validitas isi

Berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya.Artinya,tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.

2. Validitas bangun pengertian (Construct validity)

Berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang

49

(59)

diukurnya.Misalnya konsep kemampuan,minat,sikap dalam berbagai bidang kajian harus jelas apa yang hendak diukurnya. 3. Validitas ramalan (predictive validity)

Dalam validitas ini yang diutamakan bukan isi tes, melainkan kriterianya, apakah alat penilaian tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri, perilaku tertentu, atau criteria tertentu yang diinginkan.

b) Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut

digunakan akan memberikan hasil yang relative sama.

Tes hasil belajar dikatakan tetap apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya terhadap peserta didik yang sama.Misalnya siswa kelas X pada hari ini dites kemampuan Pendidikan Agama Islam.Minggu berikutnya

peserta didik dites kembali.Hasil kedua tes relative sama.Dengan demikian, masih mungkin terjadi ada perbedaan hasil untuk hal-hal tertentu akibat factor kebetulan, selang waktu, atau terjadinya perubahan pandangan siswa terhadap soal yang sama.

Reliabilitas terbagi menjadi 4 bagian yaitu :

(60)

3. Rebialitas belah dua 4. Kesamaan rasional.50 b. Fungsi Penilaian Hasil Belajar

Penilaian yang di lakukan terhadap proses belajar mengajar berfungsi sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dalam hal ini adalah tujuan instruksional khusus.

2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah di lakukan guru.

c. Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Tujuan penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut :

1) Memberikan informasi tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar. 2) Memberikan informasi yang dapat di gunakan untuk membina

kegiatan-kegiatan belajar peserta didik lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu.

3) Memberikan informasi yang dapat di gunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan perbaikan.

50

(61)

4) Memberikan informasi yang dapat di gunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar peserta didik dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.51

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Adapun hasil belajar yang dapat dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

1) Faktor dalam diri peserta didik

Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik sangat besar

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar peserta didik disekolah 70%

dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan 30% di pengaruhi oleh lingkungan.

2) Faktor lingkungan

Faktor diluar diri seseorang peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satunya lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar disekolah ialah kualitas pengajaran.

51

(62)

Kedua faktor diatas mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar peserta didik. Artinya makin tingggi kemampuan peserta didik dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar peserta didik.

Untuk mendorong kualitas dan prestasi belajar peserta didik, sebaiknya diperhatikan dan dibiasakan hal-hal dibawah ini, yakni :52

1) Hendaknya dibentuk kelompok belajar, karena dengan belajar bersama peserta didik yang kurang faham dapat diberitahu oleh reman peserta didik yang telah faham.

2) Biasakan agar peserta didik menghafalkan materi dikit demi sedikit merupakan cara terbaik untuk penugasan ilmu dan kecakapan.

3) Biasakan agar peserta didik rajin mencari sumber belajar karena akan menambah wawasan.

4) Biasakan agar peserta didik berusaha menghafalkan setiap hari sedikit demi sedikit.

5) Senantiasa menjaga kesehatan agar dapat belajar dengan baik.

6) Gunakan waktu rekreasi dengan sebaik-baiknya, terutama untuk menghilangkan kelelahan.

7) Untuk mempersiapkan dan mengikuti pelajaran yang harus melakukan persiapan sebelumnya.

52Nana Sudjana, Ahmad Rifa’i,

(63)

D. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan sarana pendidikan yang sangat penting, merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dengan jalan kehidupan, karena Pendidikan sangat menentukan anak dimasa depan. Pendidikan Agama Islam menurut pendapat para ahli:

a. Menurut Zuharini,dkk, Pendidikan Agama Islam adalah “usaha-usaha

secara sesuai dengan ajaran Islam .”53

b. Menurut M.Arifin, Pendidikan Agama Islam adalah “usaha-usaha sadar

untuk menanamkan cita-cita keagamaan yang mempunyai nilai-nilai lebih tinggi daripada lainnya karena hal tersebut menyangkut soal imam dan

keyakinan.”54

c. Menurut Tim Penyusun Kementrian Agama, pendidikan Agama Islam adalah “usaha berupa bimbingan, asuhan terhadap anak didik agar kelak

setelah selesai pendidikannya sebagai pandangan hidup.”55

Pendidikan Agama Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.Dengan kata lain, manusia yang mendapatkan Pendidikan

53

Zuharini,dkk.,Metode Khusus Pendidikan Agama Islam,(Surabaya,Usaha Nasional, Edisi VI, 2003), h.94.

54 M.Arifin,

Hubungan Timbal Balik Pendidikan,(Jakarta,Bulan Bintang,Cet.III,2001),h.214.

55

(64)

Agama Islam harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam.56

Hal ini sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:

                   

Artinya: Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah

(sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi

dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan

perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat

kamu tinggal.” (QS.Muhammad:19)

Dengan demikian Pengertian Agama Islam adalah suatu sistem

kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah,sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.

Para ahli Pendidikan Agama Islam telah mencoba menformulasi

pengertian Pendidikan Islam.Diantaranya batasan yang sangat variatif tersebut adalah:

56

(65)

Al-Syaianiy mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.57

Menurut Ahmad D.Marimba Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil ). Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Ahmad Tafsir adalah bimbingan yang diberikan seseorang agar dia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.58

Lebih lanjut Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa menurut perundang-undangan RI memberikan dasar yang kuat dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah Undang-undang Dasar 1945 Bab XI Pasal 29:

a. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa

b. Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya.59

Berdasarkan batasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat

57 Samsul Nizar,M.A.,

filsafat Pendidikan islam,(Jakarta,Ciputat, ,2002),h.31.

58

Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung,Al-Ma’arif, 1990),h.41.

59

(66)

mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideolo

Gambar

TABEL I : Langkah-langkah Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) .................  13
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan SPSS 16 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan proses sains

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu model terbaik untuk kasus DBD di Jawa Timur tahun 2014 adalah model

Jika Dua Unsur Dapat Membentuk Lebih Dari Dua Jenis Senyawa, Dan Jika Massa Salah Satu Unsur Dalam Senyawa –Senyawa Itu Sama.. Pernyataan Diatas Merupakan Definisi Dari

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LESSON STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMP TERBUKA KANDANG HAUR INDRAMAYU.. Universitas Pendidikan Indonesia

Pusat Pengembangan Minat dan Bakat pemuda Tanjung Morawa atau lebih sering kita kenal dengan nama Gelanggang Remaja, merupakan suatu wadah yang memungkinkan

Pada persamaan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, terlihat bahwa variabel neraca perdagangan Indonesia Amerika Serikat periode sebelumnya