BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Ipilo adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yang memiliki luas wilayah 59,00 ha/m2 dengan jumlah kepala keluarga 1293 jiwa dan jumlah penduduk 5364 jiwa.
Ada pun batas-batas wilayah Kelurahan Ipilo adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kelurahan Heleludaa Selatan Kecamatan Kota Timur Sebelah Selatan : Kelurahan Bugis Kecamatan Dumbo Raya
Sebelah Timur : Kelurahan Padebuolo Kecamatan Kota Timur Sebelah Barat : Kelurahan Biawao Kecamatan Kota Selatan
Kondisi lingkungan di Kelurahan Ipilo proporsi terbesar penggunaan tanahnya adalah sebagai lahan Persawahan, Pemukiman, Pekarangan, perkebunan, kuburan, taman, perkantoran, dan prasarana umum lainnya. Pekerjaan masyarakat yang dominan di Kelurahan Ipilo adalah PNS, POLRI, TNI, petani, peternak, pengrajin industri rumah tangga, buruh bangunan, pedagang keliling, mayoritas penduduk memeluk agama islam. Kelurahan Ipilo memiliki 985 rumah yang terbesar di 5 lingkungan dalam penelitian ini rumah yang dijadikan sebagai sampel hanya rumah jenis permanen. Ditemukan tempat perindukan nyamuk yaitu dibelakang kulkas, dispenser, pot-pot bunga, kaleng-kaleng bekas, banbekas, tempayan, bak mandi tempat minum ternak, dan juga sumur dari hasil survei.
1.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat
4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Pembuatan Ekstrak Serai Setelah Evaporator dan Diuapkan dalam Inkubator dengan Suhu 400c dalam Beberapa Hari.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengadaan Ekstrak Serai dengan Suhu 400c.
No Hari Jumlah Ekstrak Serai Setelah di
Uapkan dalam Ikubator Sampai Murni 1 I 232 gram 2 II 223 gram 3 III 167 gram 4 IV 155 gram 5 V 144 gram 6 VI 144 gram
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel terlihat bahwa, untuk mendapatkan estrak cair murni diingkubator dalam beberapa hari dengan suhu 40oc dan sampai menghasilkan ekstrak cair murni apabila sudah tidak mengandung alkohol lagi dan hasil timbangan sama ukuran ekstrak tidak pernah menurun lagi maka dinamakan ekstrak cair murni. Dan ekstrak cair murni inilah yang nantinya dijadikan untuk anti nyamuk.
4.2.2.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Masing-Masing Nyamuk yang Mati dalam Konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dengan 5 Kali Pengulangan. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kematian Nyamuk dalam Konsentrasi
50%, 60%, 70%, 80%, 90%. N0 Konsentrasi (%) Pengulangan Jumlah Nyamuk yang Diuji Jumlah Nyamuk yang mati Rata-rata nyamuk yang mati dengan 5 kali pengulangan Kematian Nyamuk (%) 1 50 1 20 11 50 2 20 10 50 3 20 11 50 4 20 12 50 5 20 10 JUMLAH 100 54 10,8 54% 2 60 1 20 12 60 2 20 12 60 3 20 12 60 4 20 13 60 5 20 13 JUMLAH 100 62 12,4 62% 3 70 1 20 14 70 2 20 14 70 3 20 15 70 4 20 14 70 5 20 15 JUMLAH 100 72 14,4 72% 4 80 1 20 15 80 2 20 16 80 3 20 16 80 4 20 17 80 5 20 18 JUMLAH 100 82 16,4 82% 5 90 1 20 20 90 2 20 19 90 3 20 18 90 5 20 20 JUMLAH 100 97 19,4 97%
Dari tabel terlihat bahwa, jumlah nyamuk yang mati dalam konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dengan 5 kali pengulangan pada jumlah nyamuk yang diuji masing-masing 20 ekor. Konsentrasi 50% dengan jumlah rata-rata 10,8, konsentrasi 60% dengan jumlah rata-rata 12,4, konsentrasi 70% dengan jumlah rata-rata14,4, konsentrasi 80% dengan jumlah rata-rata 16,4, konsentrasi 90% dengan jumlah rata-rata 19,4.
4.2.2.3 Distribusi Frekuensi Hasil Kematian Nyamuk dengan Konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90%.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90% . N O Konsentrasi (%) Jumlah Nyamuk yang diuji (JND) Jumlah Nyamuk yang mati (JNM) Total Rata-rata (TR) Kematian nyamuk (KN) 1 50 100 54 10,8 54% 2 60 100 62 12,4 62% 3 70 100 72 14,4 72% 4 80 100 82 16,4 82% 5 90 100 97 19,4 97%
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel terlihat bahwa, semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi tingkat kematian rata nyamuk. Konsentrasi yang paling tinggi tingkat kematian rata-rata nyamuk adalah konsentrasi 90% dengan jumlah rata-rata-rata-rata 19,4 dengan 97%.
1.3 PEMBAHASAN
4.3.1 Pembuatan Ekstrak Serai
Berdasarkan tabel 4.1 dari hasil pembuatan ekstrak dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat untuk mendapatkan ekstrak cair murni diingkubator dalam beberapa hari dengan suhu 40oc dan sampai menghasilkan ekstrak cair murni apabila sudah tidak mengandung alkohol lagi dan hasil timbangan sama ukuran ekstrak tidak pernah menurun lagi maka dinamakan ekstrak cair murni. Dan ekstrak inilah yang nantinya dijadikan untuk anti nyamuk.
Menurut (Kardina, 2003) Ekstrak yang diperoleh masih bercampur etanol sebanyak 1 liter kemudian diuapkan dalam inkubator berfungsi untuk menurunkan kadar alkohol pada ekstrak dalam beberapa hari agar diperoleh ekstrak cair murni apabila ukuran timbangan sama. Dinyatakan ekstrak tersebut belum murni apabila pada saat melakukan hasil timbangan ekstrak tersebut masih berkurang, ekstrak tesebut belum bisa dinyatakan ekstrak cair murni karena di dalam ekstrak masih mengadung etanol.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata serai dapat digunakan sebagai insektisida alamiah. Tanaman serai mengandung minyak atsiri (esteris). Minyak atsiri serai terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol
methil heptenol dan dipentena. Kandungan sitronela yaitu sebesar 35%. Senyawa
sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiscant). Senyawa sitronela
mempunyai sifat racun dehidrasi (desiscant). Racun tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus
menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan (Abdillah, 2004).
Kandungan kimia tanaman serai lebih banyak terdapat pada batang dan daun. Batang dan daun serai yang dihaluskan, lalu dicampur dengan etanaol akan menghasilkan minyak atsiri yang mengandung senyawa sitral, sitronela, geraniol,
mirsena, nerol, farsenol methil heptenon, dan dipentena (Imansyah, 2003).
Prosedur kerja pengadaan ekstrak serai : Daun dan batang serai sebanyak 1 kg, dicuci lalu ditiriskan sampai kering dan dihaluskan dengan blender, Hasil blenderan di larutkan dengan alkohol sebanyak dalam 100 ml dan di rendam selam 1 x 24 malam, rendaman tersebut disaring, hasilnya disimpan dalam gelas ukur yang ukuran 500 ml kamudian di evaporator, hasil dari evaporator ditimbang hasil ekstraknya kemudian dipanaskan dalam inkubator sampai mendapatkan ekstrak murni, Air perasan serai diencerkan dengan aquades sesuai konsentrasi yang dilakukan, bahan inilah yang nanti digunakan dalam penyemprotan nyamuk dengan konsentrasi senyawa kimia yang cukup tinggi dan alamiah. Di samping tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar, bahan ini bisa dibuat dengan cara yang sederhana dan banyaknya cairan ini disesuaikan dengan kebutuhan yang kita inginkan.
Sehubungan dengan dampak insektisida sintetis yang telah dikemukakan diatas, maka diperlukan suatu usaha mendapatkan insektisida alternatif untuk membasmi serangga namun cepat dan mudah terurai serta sekecil mungkin atau sama sekali tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Bertujuan ekstrak cair murni untuk menggunakan alternatif dalam pengendalian secara
alami, yaitu insektisida yang dihasilkan oleh tanaman beracun terhadap serangga tetapi tidak mempunyai efek samping terhadap lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan pada manusia.
4.3.3 Hasil Kematian Nyamuk dalam Kosentasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90%
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat hasil kematian terhadap nyamuk pada konsentrasi 50%. Jumlah nyamuk yang diuji adalah 100 ekor dengan 5 kali perlakuan dan 5 kali pengulangan, dan jumlah nyamuk yang mati sebanyak 54 ekor dengan rata-rata 10,8 atau sebesar 54%. Pada konsentrasi ini jumlah nyamuk yang mati sedikit, hal ini disebabkan karena perbandingan ekstrak yang digunakan adalah 50:50 dalam 100 ml. Sehingga hasil pengujian dapat diketahui bahwa ekstrak serai mempunyai daya basmi yang rendah.
Pada konsentrasi 60% jumlah nyamuk yang diuji sebanyak 100 ekor dengan 5 kali perlakuan dan 5 kali pengulangan, dan jumlah nyamuk yang mati sebanyak 62 ekor dengan rata-rata 12,4 atau sebesar 62%. Pada kosentrasi ini perbandingan ekstrak yang digunakan adalah 60:40 dalam 100 ml, sehingga hasil pengujian dapat diketahui bahwa ekstrak serai mempunyai daya basmi baik dibandingkan dengan konsentrasi 50%.
Pada konsentrasi 70% jumlah nyamuk yang diuji sebanyak 100 ekor dengan 5 kali perlakuan dan 5 kali pengulangan, dan jumlah nyamuk yang mati sebanyak 72 ekor dengan rata-rata 14,4 atau sebesar 72%. Pada kosentrasi ini perbandingan ekstrak yang digunakan adalah 70:30 dalam 100 ml, sehingga hasil
pengujian dapat diketahui bahwa ekstrak serai mempunyai daya basmi lebih baik dibandingkan pada kosentrsi 50% dan 60%.
Pada konsentrasi 80% jumlah nyamuk yang diuji sebanyak 100 ekor dengan 5 kali perlakuan dan 5 kali pengulangan, dan jumlah nyamuk yang mati sebesar 82 ekor dengan rata-rata 16,4 atau sebesar 82%. Pada kosentrasi ini perbandingan ekstrak yang digunakan adalah 80:20 dalam 100 ml, sehingga hasil pengujian dapat diketahui bahwa ekstrak serai mempunyai daya basmi baik dibandingkan pada kosentrsi 50%, 60%, 70%.
Pada konsentrasi 90% jumlah nyamuk yang diuji sebanyak 100 ekor dengan 5 kali perlakuan dan 5 kali pengulangan, dan jumlah nyamuk yang mati sebesar 97 ekor dengan rata-rata 19,4 atau sebesar 97%. Pada kosentrasi ini perbandingan ekstrak yang digunakan adalah 90:10 dalam 100 ml, sehingga hasil pengujian dapat diketahui bahwa ekstrak serai mempunyai daya basmi baik dibandingkan pada kosentrsi 50%, 60%, 70%, 80%.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, bahwa ekstrak yang terbaik untuk dijadikan sebagai anti nyamuk adalah pada konsentrasi 90%. Sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa semakin meningkat perbandingan konsentrasi ekstrak serai maka kematian nyamuk semakin meningkat pula.
Hal ini ditunjukan konsentrasi yang berbeda-beda dari ekstrak serai memberikan tingkat kematian nyamuk yang berbeda-beda pula untuk tiap konsentrasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, rata-rata kematian nyamuk dihitung dalam waktu 10 menit. Hasil Pengujian dianggap baik apabila
kosentrasinya tinggi sebaliknya, jika hasil pengujian dianggap kurang baik apabila kosentrsinya rendah (Hasan, 2003).
Maka saya simpulkan bahwa ekstrak serai dapat dilihat dari masing-masing konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dosis yang baik untuk dijadikan anti nyamuk ditunjukan pada konsentrasi 90%.
4.3.3 Uji anova.
Hasil uji anova untuk kematian nyamuk setelah perlakuan menunjukkan bahwa F hitung. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan jika nilai probabilitas ≤ 0,005 maka H0 ditolak. Dari hasil perhitungan 216.077, dan probabilitas adalah > 0,05. Hal ini menunujukkan perbedaan konsentrasi ekstrak serai, 90%, 80%, 70%, 60%, 50% memberikan pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kematian nyamuk.
Apabila F hitung ≤ 0,05 Maka Ho ditolak. Sebaliknya F hitung > 0,05 Maka H0 diterima.