• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA, PERINGKAT OBLIGASI DAN DER TERHADAP YIELD TO MATURITY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA, PERINGKAT OBLIGASI DAN DER TERHADAP YIELD TO MATURITY"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT

SUKU BUNGA, PERINGKAT OBLIGASI DAN

DER TERHADAP YIELD TO MATURITY

MERI ANGGRAINI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA, JAKARTA

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. FACHRUZZAMAN, SE., MDM., Ak, CA

ABSTRACT

The purpose of this research is to ensure there is have effect or not of inflation rate,interest rate, bond rating and debt to equity ratio to yield to maturity. Object of this research is corporate bonds are actively traded in Indonesian Stock Exchange the year of 2008 until 2010. Research methods of this research are simple linier regression analysis method, multiple linier regression analysis, and path analysis. The result of this research showed that there is have effect of bond rating to yield to maturity and there is no effect of inflation rate, interest rate and debt to equity ratio to yield to maturity. Thus, bondholder who are interested to invest their money in bond have to pay attention on bond rating.

Keywords :inflation rate, interest rate, bond rating, debt to equity ratio, yield to maturity

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk memastikan ada atau tidaknya pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga, peringkat obligasi dan debt to equity ratio terhadap yield to maturity. Objek penelitian yang diteliti adalah obligasi perusahaan yang aktif diperdagangkan di bursa efek indonesia pada tahun 2008 hingga 2010. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis regresi linier sederhana, regresi linier berganda dan analisis path. Hasil pengujian menunjukkan bahwa peringkat obligasi berpengaruh terhadap yield to maturity sedangkan tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Dengan demikian, bondholder dalam melakukan investasi obligasi perlu memperhatikan peringkat obligasi.

Kata kunci:

tingkat inflasi, tingkat suku bunga, peringkat obligasi, debt to equity ratio,

yield to maturity

(2)

PENDAHULUAN

Pasar modal merupakan tempat yang mempertemukan orang yang memiliki kelebihan dana yang berkehendak untuk menginvestasikan dananya guna mendapatkan imbalan atau return (investor) dengan pihak yang memerlukan dana untuk menyokong bisnisnya (issuer). Pasar modal indonesia memperdagangkan beberapa macam sekuritas berupa saham, obligasi dan reksadana untuk memberikan kesempatan investor untuk memilih sekuritas yang dikehendaki untuk berinvestasi di dalamnya. Salah satu sekuritas yang diangkat peneliti sebagai objek penelitian yaitu obligasi. “Obligasi merupakan suatu instrumen uang jangka panjang atau kontrak jangka panjang yang peminjam dananya setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi tersebut (Brigham & Houston: 2010)”. Seiring dengan perkembangan perekonomian di indonesia dan stabilitas makroekonomi yang cukup baik serta suku bunga acuan BI yang tergolong cukup rendah, korporasi semakin terdorong untuk mencari pendanaan melalui penerbitan obligasi. Pada umumnya obligasi digunakan korporasi sebagai sumber pembiayaan (financing) eksternal untuk mengembangkan bisnis maupun untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo.

Dalam kesempatan ini, peneliti lebih memilih untuk meneliti mengenai obligasi korporasi dari pada lainnya karena obligasi korporasi ini merupakan obligasi yang terus meningkat dari periode ke periode dan paling banyak diminati oleh investor. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan obligasi korporasi terus meningkat dari tahun 2008 hingga tahun2010. Pada 2008, total penerbitan obligasi korporasi hanya sekitar Rp 14,1 triliun, lalu meningkat menjadi Rp 27,2 triliun pada 2009 kemudian pada 2010 naik lagi menjadi Rp 34,5 triliun (Setyo Wijayanto, 2012). Obligasi korporasi ini diminati investor karena dinilai memberikan keuntungan yang menarik dan kompetitif. Akan tetapi, di samping daya tarik akan imbal hasil (yield) yang bagus, seringkali instrumen ini bersifat sangat kompleks dan variatif sehingga akan timbul risiko kerugian.

Inflasi adalah suatu peristiwa ekonomi terjadinya kenaikan harga secara terus menerus terhadap sejumlah barang pada periode tertentu

.

Secara teori, tingkat inflasi berpengaruh terhadap tingkat suku bunga dan suku bunga berpengaruh terhadap yield. Yield obligasi terdiri dari yield to

call (YTC) dan yield to maturity (YTM). Dalam penelitian ini, penulis membahas yield to maturity. Yield to maturity adalah imbal hasil atau tingkat pengembalian yang akan diterima para investor atas

investasi obligasinya apabila investor tersebut memegang obligasi hingga saat jatuh tempo. Penelitian terdahlu yang dilakukan oleh Asih Widajati (2009) yang melakukan penelitian terhadap pengaruh tingkat suku bunga terhadap yield obligasi menemukan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. Berbeda dengan hasil penelitian Hadiasman Ibrahim (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara bunga terhadap yield obligasi.

Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara hutang dengan modal. Semakin besar debt equity ratio maka semakin besar pula laba usaha yang disalurkan untuk melunasi kewajiiban

suatu perusahaan. Debt to equity ratio digunakan untuk menilai default risk, risiko yang terjadi akibat kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran bunga/bagi hasil/bonus pada saat jatuh tempo. Peneliti terdahulu, Hadiasman Ibrahim (2008) dan Riska Ayu Hapsari (2013) menyatakan bahwa

debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi.Akan tetapi

Setyapurnama menemukan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi.

Peringkat obligasi mencerminkan kinerja perusahaan. Semakin tinggi peringkat obligasi menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin bagus. Kinerja yang semakin bagus akan memperkecil kemungkinan risiko gagal bayar. Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan Nanik Indarsih (2013) dan Lidya Kristina (2010) yang menyatakan bahwa rating tidak berpengaruh terhadap yield to maturity obligasi. Namun, Hadiasman (2008) menyatakan bahwa peringkat obligasi berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. Pada kesempatan ini, peneliti ingin melakukan penelitian berdasarkan data saat ini yang bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor seperti inflasi, tingkat suku bunga, peringkat obligasi dan debt to equity ratio akan berpengaruh terhadap yield to maturity. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap investor dalam membuat keputusan berinvestasi.

(3)

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data kuantitatif antara lain data laju inflasi di indonesia dari awal tahun 2008 hingga akhir tahun 2010, tingkat suku bunga SBI, peringkat obligasi, harga obligasi, jangka waktu jatuh tempo dan laporan keuangan terutama balance sheet dan

income statement. Sumber data untuk mendukung penelitian ini berasal dari website BEI

(www.idx.co.id), website BI (www.bi.go.id), website PT PEFINDO (www.pefindo.com). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini merupakan seluruh obligasi korporasi yang aktif diperdagangkan di BEI pada tahun 2008 hingga tahun 2010. Penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif yang berarti bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara dua atau lebih variabel. Jadi analisa statistik yang paling cocok untuk penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode analisa statistik regresi linier sederhana, regresi linear beganda dan analisis path. Metode analisa regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan antar satu variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, regresi linear sederhana digunakan untuk meneliti pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat suku bunga. Regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peringkat obligasi dan debt to equity ratio terhadap

yield to maturity. Analisis path digunakan untuk menguji hubungan tidak langsung suatu variabel. Dalam

penelitian ini, analisis path digunakan untuk menguji pengaruh tidak langsung variabel tingkat inflasi terhadap yield to maturity melalui variabel tingkat suku bunga. Perumusan regresi berganda adalah sebagai berikut:

Pengujian pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat suku bunga dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear sederhana dan diuji dengan t-test. Dengan demikian persamaan regresinya yaitu:

Y1 = α + PX1 + ε ... persamaan 1

Keterangan:

Y1 = tingkat suku bunga

α = konstanta P = koefisien regresi X1 = tingkat inflasi

ε = error

Pengujian pengaruh tidak langsung tingkat inflasi terhadap yield to maturity melalui tingkat suku bunga dengan menggunakan analisis path. Persamaan regresinya yaitu:

Y2= α + PX1 + PY1 + ε2 ... persamaan 2

Keterangan:

Y2 = Yield to maturity

α = konstanta P = koefisien regresi X1 = Tingkat inflasi

(4)

ε = error

Pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga, peringkat obligasi dan debt to equity

ratio terhadap yield to maturity diuji dengan analisis regresi linear berganda. Sehingga,

perumusan regresinya adalah sebagai berikut:

Z= α + PY1 + PX1 + PX2 + PX3 + ε ... persamaan 3

Keterangan:

Z = Yield to maturity

α = konstanta Y1 = Tingkat inflasi X1 = Tingkat suku bunga X2 = Peringkat obligasi X3 = Debt to Equity Ratio

ε = error

HASIL DAN BAHASAN

Pembahasan Persamaan Regresi 1

Persamaan regresi 1 dalam penelitian ini adalah mendeteksi pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat suku bunga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi linier sederhana. Persamaan regresinya yaitu: Y1 = PX1 + ε1 ... (persamaan

regresi 1)

Keterangan:

Y = tingkat suku bunga X1 = tingkat inflasi

ε = error

Tabel 4.4 Pearson Correlation Correlations Irate Inflation Pearson Correlation Irate 1 0,842 Inflation 0,842 1 Sig. (1-tailed) Irate . 0 Inflation 0 . N Irate 123 123 Inflation 123 123

(5)

Tabel di atas menunjukkan:

a)Terdapat hubungan (korelasi) yang sangat kuat antara tingkat inflasi dengan IRATE, yaitu r =

0,842. Hal ini berarti kenaikan dan penurunan tingkat inflasi akan mempengaruhi atau menyebabkan perubahan yang signifikan pada tingkat suku bunga SBI.

b)Kontribusi yang disalurkan tingkat inflasi (X) terhadap tingkat suku bunga SBI (Y) yaitu Kp

= (r)2 x 100% = (0,842)2 x 100% = 70,89%

Jadi sumbangan pengaruh variabel tingkat inflasi sebesar 70,89% terhadap tingkat suku bunga, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.2.3.1 Uji T

Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh parsial variabel bebas terhadap variabel terikat dalam model regresi. Hasil pengujiannya:

SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,842 R Square 0,708 Adjusted R Square 0,706 Standard Error 0,0118 Observations 123 ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 0,041 1 0,041 293,778 ,000b Residual 0,017 121 0,000 Total 0,058 122

a. Dependent Variable: irate

b. Predictors: (Constant), Irate, Inflation

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1(Constant) 4.267 .243 17.548 .000 Tingkat inflasi (Z) .540 .031 .842 17.140 .000 Variables Entered/Removeda Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Inflationb . Enter

a. Dependent Variable: irate b. All requested variables entered.

(6)

Kesimpulan hasil penelitian: Ttabel = TINV (0,025;121) = 2,27

Berdasarkan uji T di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat inflasi dengan tingkat suku bunga. Hal ini dapat dilihat dari tabel coefficient, thitung = 17,140.

Ho ditolak karena thitung>ttabel (17,140 > 2,27). Berdasarkan teknik probabilitas, sig = 0,000 < 0,025 maka

Ho ditolak dan Ha diterima.

Pembahasan Persamaan Regresi 2

Salah satu tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memastikan ada atau tidaknya pengaruh tidak langsung tingkat inflasi terhadap yield to maturity melalui tingkat suku bunga. Oleh karena itu,

dirumuskan suatu persamaan regresi sebagai berikut: Y2= PX1 + PY1 + ε2 ... (persamaan regresi 2)

Keterangan:

Y2 = Yield to maturity X1 = Tingkat inflasi

Y1 =IRATE (tingkat suku bunga)

ε = error

4.3.5 Analisis Path

Analisis Path (analisis jalur) merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Melalui analisis path ini kita dapat mempelajari hubungan yang terjadi karena pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari variabel independen terhadap variabel dependen. Salah satu tujuan penelitian ini adalah meneliti ada atau tidaknya pengaruh tidak langsung variabel tingkat inflasi terhadap yield to maturity melalui variabel tingkat suku bunga. Hal tersebut dapat diteliti dengan menggunakan analisis path. Hasil pengujian analisis path yaitu:

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 irate, Inflationb . Enter

a. Dependent Variable: yield b. All requested variables entered.

SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,057 R Square 0,003 Adjusted R Square -0,013 Standard Error 0,0154

(7)

Observations 123

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) 9.570 .596 16.069 0 Inflation -.035 .076 -.026 -.154 .878 Irate -.018 .118 -.077 .458 .648

a. Dependent Variable: yield

Kesimpulanya adalah:

Nilai signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05 karena menggunakan pengujian dua sisi (2 tailed) maka α

= ½(0,05) = 0,025 dengan derajat kebebasan (df) = n-k-1 = 153-2-1 = 150. Dengan pengujian 2 tailed, hasil yang diperoleh untuk ttabel = TINV(0,025;150) = ±2,27

Berdasarkan uji T di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat inflasi terhadap yield to maturity melalui tingkat suku bunga. Hal ini dapat dilihat dari tabel

coefficient, thitung = 0,458. Ho diterima karena thitung<ttabel (0,458 < 2,27). Berdasarkan teknik probabilitas,

sig = 0,878 > 0,025 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Analisis Persamaan Regresi 3

Salah satu tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memastikan ada atau tidaknya pengaruh antara tingkat inflasi, tingkat suku bunga, peringkat obligasi dan debt to equity ratio terhadap yield to

maturity. Dari tujuan penelitian tersebut maka dirumuskan suatu persamaan regresi sebagai berikut:

Y= PX1 + PX2 + PX3 + PX4 + ε... (persamaan regresi 3) Keterangan:

Y = Yield to maturity X1 = Tingkat inflasi X2 = Tingkat suku bunga X3 = Peringkat obligasi X4 = Debt to Equity Ratio

ε = error

(8)

Metode regresi linier berganda digunakan apabila di dalam penelitian terdapat satu variabel terikat yang dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas secara parsial dengan menggunakan uji T maupun secara bersama dengan menggunakan uji F. Untuk menguji pengaruh tingkat suku bunga, inflasi, rating dan DER terhadap yield to maturity maka digunakanlah metode regresi linier berganda.

4.4.5.1 Uji F

Tujuan dilakukannya uji F adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Hasil uji F yaitu:

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 irate, Rating, DER,

Inflationb . Enter

a. Dependent Variable: yield b. All requested variables entered.

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,003 4 ,001 3,723 ,007b

Residual ,025 118 ,000

Total ,028 122

a. Dependent Variable: yield

b. Predictors: (Constant), irate, Rating, DER, Inflation

1) Kesimpulan

Berdasarkan data anova di atas diperoleh Fhitung sebesar 3,723. Dengan menggunakan tingkat

keyakinan sebesar 95% berarti α = 0,05 dengan derajat kebebasan 118 maka diperoleh Ftabel =

FINV(0,05;4;118) = 2,449. Fhitung > Ftabel (3,723 > 2,449) maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Berdasarkan tenik probabilitas, Sig ≤α (0,007 < 0,05) maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peringkat obligasi dan debt to equity ratio secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap yield to maturity.

2) Analisis koefisien determinasi (R2)

Analisis determinasi adalah ukuran yang menunjukkan besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y). Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Hasil Adjusted R2 dapat dilihat pada output regression :

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,335

(9)

Adjusted R Square 0,082

Standard Error 0,0146

Observations 123

Dari hasil di atas dapat diketahui nilai R sebesar 0,335 maka nilai R2 = (0,335)2 = 0,1122 atau 11,22%. Jadi, sumbangan pengaruh yang diberikan secara simultan oleh variabel tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peringkat obligasi dan debt to equity ratio sebesar 11,22% terhadap yield to maturity, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.4.5.3 Uji T

Tujuan dilakukannya uji t adalah untuk mengetahui pengaruh signifikan secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil pengujiannya:

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) 0,134 0,012 11,475 0,000 Rating -0,007 0,002 -0,322 -3,69 0,000 DER 0 0 -0,082 -0,938 0,35 Inflation 0,054 0,073 0,12 0,746 0,457 Irate -0,052 0,114 -0,074 -0,456 0,649

a. Dependent Variable: yield

Analisis uji T :

1) Variabel peringkat obligasi terhadap yield to maturity

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh Thitung sebesar -3,69. Dengan menggunakan

taraf signifikan α = 0,05 karena yang digunakan adalah pengujian 2 sisi, maka α = ½(0,05) = 0,025 dengan derajat kebebasan 118. Dengan pengujian 2 sisi hasil yang diperoleh untuk nilai Ttabel = TINV(0,05;118) = ± 2,270. -Thitung < -Ttabel (-3,69 < -2,270) maka Ho ditolak dan

Ha diterima. Berdasarkan tenik probabilitas, Sig ≤α (0,000 < 0,025) maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa peringkat obligasi secara parsial berpengaruh terhadap yield to maturity.

2) Variabel debt to equity ratio terhadap yield to maturity.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh Thitung sebesar -0,938. Dengan menggunakan

taraf signifikan α = 0,05 karena yang digunakan adalah pengujian 2 sisi, maka α = ½(0,05) = 0,025 dengan derajat kebebasan 118. Dengan pengujian 2 sisi hasil yang diperoleh untuk nilai Ttabel = TINV(0,05;118) = ± 2,270. -Thitung > -Ttabel (-0,938 > -2,270) maka Ho diterima

dan Ha ditolak. Berdasarkan tenik probabilitas, Sig > α (0,35 > 0,025) maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap yield to

(10)

3) Variabel tingkat inflasi terhadap yield to maturity. Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh Thitung sebesar 0,746. Dengan menggunakan

taraf signifikan α = 0,05 karena yang digunakan adalah pengujian 2 sisi, maka α = ½(0,05) = 0,025 dengan derajat kebebasan 118. Dengan pengujian 2 sisi hasil yang diperoleh untuk nilai Ttabel = TINV(0,05;118) = ± 2,270. Thitung < Ttabel (0,746 < 2,270) maka Ho diterima dan

Ha ditolak. Berdasarkan tenik probabilitas, Sig ≤α (0,457 > 0,025) maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap yield to maturity.

4) Variabel tingkat suku bunga terhadap yield to maturity.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh Thitung sebesar -0,456. Dengan menggunakan

taraf signifikan α = 0,05 karena yang digunakan adalah pengujian 2 sisi, maka α = ½(0,05) = 0,025 dengan derajat kebebasan 118. Dengan pengujian 2 sisi hasil yang diperoleh untuk nilai Ttabel = TINV(0,05;118) = ± 2,270. -Thitung > -Ttabel (-0,456 > -2,270) maka Ho diterima

dan Ha ditolak. Berdasarkan teknik probabilitas, Sig > α (0,649 > 0,025) maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap

yield to maturity.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan pembahasan di bab 4 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Dari hasil uji T di atas menunjukkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga. Hal ini berarti jika tingkat inflasi mengalami peningkatan maka tingkat suku bunga akan meningkat. Apabila tingkat inflasi menurun maka tingkat suku bunga juga akan mengalami penurunan. Persentase kontribusi yang disalurkan tingkat inflasi terhadap tingkat suku bunga sebesar 70,89%. Hal ini berarti sebagian besar kenaikan maupun penurunan tingkat suku bunga berkaitan dengan tingkat inflasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Keynes yang menyatakan bahwa inflasi mempunyai hubungan positif dengan tingkat suku bunga tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu Asih Widajati yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan dan pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi dengan tingkat suku bunga SBI.

2) Berdasarkan hasil pengujian analisis Path disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh tidak langsung antara tingkat inflasi terhadap yield to maturity melalui tingkat suku bunga. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap yield to maturity, sehingga tingkat inflasi juga tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Dapat dilihat dari tabel coefficient, thitung = 0,458. Ho diterima karena thitung<ttabel (0,458< 2,27). Berdasarkan teknik probabilitas, sig

= 0,878 > 0,025 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu Lidya Kristina yang menyatakan tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap yield to

maturity.

3) Hasil analisis uji F yang menguji seluruh variabel (4 variabel) secara simultan (bersama-sama) menunjukkan hasil yang signifikan Sig ≤α (0,007 < 0,05). Hal ini berarti bahwa empat variabel tersebut (tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peringkat obligasi dan debt to equity ratio) secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap yield to maturity. Akan tetapi pada pengujian secara parsial ternyata hanya peringkat obligasi saja yang berpengaruh terhadap yield

to maturity sedangkan tiga variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Dari

pengujian secara parsial diperoleh hasil sebagai berikut:

- Secara parsial peringkat obligasi berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity. Hasil penelitian ini mendukung teori Brigham dan Houston yang menyatakan bahwa peringkat obligasi berbanding terbalik dengan yield to maturity. Hal tersebut berarti obligasi dengan rating yang tinggi cenderung menawarkan yield yang lebih rendah sedangkan obligasi dengan rating rendah cenderung menawarkan yield yang lebih besar. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu Hadiasman Ibrahim, Francis A Longstaff, Jun Pan, Lasse H

(11)

Pedersen dan Kenneth J Singleton, dan Teguh Gunawan Nasher yang menyatakan terdapat pengaruh signifikan negatif peringkat obligasi terhadap yield to maturity obligasi tetapi bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu yang diteliti oleh Nanik Indarsih dan Lidya Kristina yang menyatakan bahwa rating tidak berpengaruh terhadap yield to maturity obligasi.

- Secara parsial debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Koefisien korelasi parsial debt to equity ratio terhadap yield to maturity sebesar -0,0758 menandakan bahwa hubungan yang sangat lemah. Hal ini berarti penurunan maupun kenaikan debt to

equity ratio tidak mempengaruhi yield to maturity. Hal ini dikarenakan perusahaan yang

mempunyai ukuran lebih besar atau kegiatan bisnis yang membutuhkan capital expenditure yang lebih besar cenderung membutuhkan pembiayaan utang yang lebih tinggi. Perusahaan yang memiliki ukuran besar cenderung memiliki total aktiva yang besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasanaan (mature) dimana dalam tahap ini perusahaan memiliki arus kas positif serta memiliki stabilitas dan prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Pada saat kegiatan bisnis perusahaan berada pada tahap kedewasaan (mature), debt to equity ratio akan mencapai puncaknya. Pada tahap ini, keuntungan perusahaan sudah cukup tinggi dan beban pajak juga relatif tinggi sehingga perusahaan memilih alternatif pendanaan melalui utang untuk menekan besarnya pajak. Jadi, meskipun debt to equity-nya tinggi tidak berarti perusahaan tersebut terancam risiko gagal bayar sehingga debt to equity ratio dalam kasus ini tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Hadiasman Ibrahim dan Riska Ayu Hapsari yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi.

- Secara parsial tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. -Thitung >

-Ttabel (-0,4559 > -2,270) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan teknik probabilitas,

Sig > α (0,649 > 0,025) maka Ho diterima. Koefisien korelasi parsialnya yaitu 0,0390 menunjukkan hubungan yang sangat lemah. Hal ini berarti kenaikan maupun penurunan pada suku bunga SBI tidak mempengaruhi besarnya yield to maturity. Hal ini disebabkan oleh terdapat faktor lain yang berpengaruh lebih kuat seperti jangka waktu jatuh tempo (maturitas). Obligasi pada tahun yang sama dalam tingkat suku bunga yang sama akan menghasilkan yield to maturity yang berbeda jika jangka waktu jatuh temponya berbeda. Obligasi dengan jangka waktu jatuh tempo yang lebih panjang cenderung menawarkan yield yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semakin panjang maturitasnya, para investor dihadapkan dengan ketidakpastian yang semakin besar pula sehingga perusahaan akan menawarkan yield yang lebih tinggi sebagai imbalan atas investasi berisiko tinggi tersebut. Hasil penelitian ini sama dengan penelitan Lidya Kristina sedangkan bertentangan dengan penelitian Edward. SS, Hadiasman Ibrahim, Nanik Indarsih, dan Teguh Gunawan Nasher yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat suku bunga SBI terhadap

yield to maturity obligasi.

4) Secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Berdasarkan teknik

probabilitas, sig = 0,878 > 0,025 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Koefisien parsialnya sebesar 0,055 menunjukkan hubungan yang sangat lemah. Dengan demikian, kenaikan maupun penurunan pada tingkat inflasi tidak mempengaruhi yield to maturity. Hal ini dikarenakan tidak terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity. Variabel tingkat suku bunga bertindak sebagai variabel intervening yang menghantarkan pengaruh tidak langsung tingkat inflasi terhadap yield to maturity. Dalam penelitian ini, tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap yield to maturity oleh karena itu tidak terdapat pengaruh tidak langsung antara variabel tingkat inflasi terhadap variabel yield to maturity melalui variabel tingkat suku bunga. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu Lidya Kristina yang menyatakan tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap yield to maturity.

5.2 Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai perbaikan bagi peneliti selanjutnya. Berdasarkan keterbatasan tersebut maka diberikan beberapa masukan positif agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik antara lain yaitu:

(12)

1) Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini hanya empat variabel yaitu tingkat inflasi, tingkat suku bunga, debt to equity ratio, dan peringkat obligasi. Berdasarkan hasil penelitian, keempat variabel tersebut memberikan nilai koefisien determinasi (R2) hanya sebesar 11,22%. Ini berarti masih terdapat 88,78% variabel yang mempengaruhi yield to maturity tetapi tidak dibahas dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambahkan variabel bebas seperti jangka waktu jatuh tempo(maturitas), kupon bunga obligasi, ukuran perusahaan, harga obligasi dan lain-lain.

2) Berbagai macam emiten yang bergerak dalam bidang yang berbeda, ada kemungkinan faktor

yang mempengaruhi yield to maturity -nya juga berbeda. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh penelitian selanjutnya. Hal tersebut perlu dicermati lebih dalam lagi agar investor yang akan berinvestasi dalam bentuk obligasi mempunyai pengetahuan dan informasi yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang berpengaruh pada obligasi yang akan diinvestasikan.

(13)

DAFTAR REFERENSI

Bank Indonesia Official Website,

http://www.bi.go.id/web/id

Bapepam, 2010, Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta

BI Rate Rendah, Emisis Obligasi Korporasi Naik 12,97%, 17 desember 2012 dari

http://financeroll.co.id/news/60384/bi-rate-rendah-emisi-obligasi-korporasi-naik-1297

BNI,

http://www.bni.co.id

Brigham,Houston.(2010). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. (Buku 2). (Edisi 11).

Jakarta:Salemba Empat

Bursa Efek Indonesia,

http://www.idx.co.id/

Edward.SS,Ir.Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perubahan Harga

Obligasi. Tesis S2. Universitas Diponegoro, Semarang diperoleh dari

http://eprints.undip.ac.id/17255/1/Edward.SS.pdf

Gannon, John. Basics of Bonds – Maturity, Coupon and Yield,

http://www.incharge.org/military-money/story/basics-of-bonds-maturity

Hapsari, Riska Ayu. (2013). Kajian Yield to Maturity Obligasi pada Perusahaan

Korporasi. Accounting Analysis Journal, Vol 1, No. 3.

Harmono.(2009). Manajemen Keuangan Berbasis Balance Scorecard Pendekatan

Teori, Kasus dan Riset Bisnis. Jakarta:Bumi Aksara

Hery.(2011). Akuntansi : Aktiva, Utang dan Modal. Yogyakarta : Gava Media

Ibrahim,Hadiasman.(2008).Pengaruh Tingkat Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran

Perusahaan dan Debt to Equity Ratio terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi

di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006. Skripsi S2. Universitas

(14)

Diponegoro, Semarang diambil dari

http://eprints.undip.ac.id/17480/1/Hadiasman_Ibrahim.pdf

Indarsih, Nanik. (2013). Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Rating, Likuiditas dan

Maturitas terhadap Yield to Maturity Obligasi. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume 1

Nomor 1

Kristina, Lidya. (2010). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi,

Growth, Maturitas, dan Peringkat Obligasi terhadap Yield to Maturity Obligasi pada

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008, Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Surabaya.

Longstaf, Francis A. (2011).How Sovereign is Sovereign Credit Risk. American

Economic Journal Vol 3 diambil dari

http://pages.stern.nyu.edu/~lpederse/papers/SovereignLPPS.pdf

Nasher, Teguh Gunawan. (2011). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI,

Exchange Rate, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio dan Bond Rating terhadap

Yield Obligasi Korporasi di Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi, Volume 10,

Nomor 2.

Nayak,Subhankar. (2010). Investor Sentiment and Corporate Bond Liquidity. The

Journal of International Management Studies, Vol 5 diambil dari

http://www.jimsjournal.org/28%20Subhankar%20Nayak.pdf

Pemeringkat Efek Indonesia,

http://new.pefindo.com/index.php

Stickney,Clyde P., Weil, Roman L., Schipper, Katherine., Francis,

Jennifer.(2010).Financial Accounting: An Introduction to Concepts, Methods and

Uses. Cengage Learning

Sumbayak, Bernhard. Mengintip Resiko pada Investasi Obligasi Anda. 23

November 2012 dari

http://vibiznews.com/2012-11-23/mengintip-resiko-pada-investasi-obligasi-anda

Trihendradi,C.(2012).Step by Step SPSS 20 Analisis Data Statistik. Yogyakarta:C.V

Andi Offset

(15)

Widajati, Asih. (2009). Inflasi dan Tingkat Bunga terhadap Harga Obligasi Negara

Ritel yang Diterbitkan Pemerintah. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No.1

Wijayanto,Setyo.(2012).Peluang Menggiurkan Investasi Obligasi Pemerintah dan

Gambar

Tabel 4.4 Pearson Correlation  Correlations     Irate  Inflation  Pearson  Correlation  Irate  1  0,842 Inflation 0,842  1  Sig
Tabel di atas menunjukkan:

Referensi

Dokumen terkait

Jakarta, 5 Februari 2021 – Menteri Keuangan (Menkeu) melantik Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara, Staf Ahli Bidang Hukum dan Hubungan Kelembagaan, Tenaga Ahli Menteri

SURAT PERINTAH PERAKTEK KERJA INDUSTRI.

Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi budaya, elemen-elemen budaya, dan struktur budaya pada berbagai negara (S6, P1)2. Mahasiswa memahami hubungan antara budaya, komunikasi, dan

[24], green procurement, green manufacturing, green distribution and green logistics are important dimensions of GSCM practices needed by manufacturing sectors to achieve

Selanjutnya, respond Mak Juki yang tampak kesal terhadap Juki menunjukkan bahwa dengan adanya implikatur dalam percakapan di atas, mitra tutur tetap memahami maksud penutur

Field dan Scafidi tahun 1986 dan 1990, menunjukkan bahwa pada 20 bayi premature berat badan 1280 dan 1176 gram yang dipijat 3x15 menit selama 10 hari mengalami berat badan per hari

Penyebab kesalahan-kesalahan berdasarkan prosedur Newman ditinjau dari gaya kognitif adalah tidak dapat memahami soal dengan baik, kurangnya penguasaan materi, masih bingung

Berdasarkan dari penjelasan tersebut diatas, aktivitas belajar yang digunakan peneliti adalah : (a) Aktivitas fisik, meliputi siswa memperhatikan guru pada saat diberikan