• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif seseorang baik yang berdasarkan atas apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya maupun tidak yang diciptakan ke dalam media bahasa. Sastra dipandang sebagai seni hasil kreativitas manusia yang dituangkan ke dalam media bahasa baik lisan maupun tulisan (Sugiantomas, 2001:8). Hingga saat ini sastra dianggap sebagai salah satu cabang seni karena di dalam sastra terdapat hasil dari pemikiran imajinatif pengarang dan keindahan dalam pengungkapannya sehingga dapat dikatakan bahwa sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sederetan karya seni (Wellek dan Warren, 1993:39). Selain itu, sastra juga diciptakan tidak hanya berdasarkan pemikiran imajinatif pengarang namun juga berdasarkan atas kehidupan sosial masyarakat yang terjadi di sekitarnya sehingga sastra digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan pendapat mengenai hal tersebut. Dapat dilihat bahwa dalam beberapa karya sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup antar masyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi di dalam batin seseorang (Damono, 2002:1). Oleh sebab itu sastra juga merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang

(2)

objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Sastra dibagi menjadi tiga genre, yaitu prosa, puisi, dan drama. Drama sendiri dikategorikan sebagai sastra karena dalam penciptaannya juga melibatkan perasaan. Namun yang membedakan drama dengan genre sastra yang lain adalah karyanya diungkapkan melalui dialog-dialog para tokohnya. Salah satu karya sastra yang mencakup drama adalah film. Menurut UU No.8 tahun 1992 film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya. Film menjadi salah satu karya sastra yang paling populer dan berkembang pesat dibanding dengan karya sastra yang lain.

Dalam kancah perfilman internasional, Korea menjadi salah satu negara di Asia yang memiliki industri perfilman terbaik. Film-film yang diciptakan memiliki kualitas dari segi tema cerita, gambar, sekaligus akting yang memukau dari para aktornya. Beberapa film yang berhasil memenangkan penghargaan tingkat internasional adalah Pieta (Best film at 69th Venesia Festival Film 2012), The Man from Nowhere (㙸㤴㙜 (Korean Film Awards 2010), The Front Line

Ḕ㫴㤸 (Best Film at 48th Grand Bell Awards 2011), 200 Pounds Beauty

(3)

banyak penghargaan yang diterima, Korea semakin memperkokoh posisinya sebagai salah satu negara di Asia khususnya yang memproduksi film-film dengan kualitas terbaik dan dapat disejajarkan dengan negara-negara yang dikenal dengan produksi filmnya seperti India, Tiongkok, dan Jepang. Dari segi cerita, Korea memiliki tema yang baru dan segar sehingga selalu menarik untuk ditonton. Kualitas akting yang baik dari para pemain filmnya juga menjadi pendukung keberhasilan film Korea. Sehingga tidak mengherankan apabila semakin banyak aktor maupun aktris Korea yang dipercaya membintangi film-film sekelas Hollywood. Di Indonesia sendiri penikmat film Korea dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kepopuleran film Korea beberapa tahun ini bahkan melebihi film-film India maupun Taiwan yang terlebih dahulu populer. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari fenomena K-pop wave yang tengah melanda dunia.

Salah satu film Korea yang sangat populer dan menjadi perbincangan baik di Korea sendiri maupun di negara lain adalah 200 Pounds Beauty

(⴬≴⏈Ṩ⦐㠀. Film ini mengisahkan tentang seorang gadis yang melakukan

operasi plastik dengan tujuan agar mendapatkan perlakuan lebih layak dari orang lain. Sebelumnya film mengenai operasi plastik pernah diciptakan oleh seorang sutradara terkenal yakni Kim Ki-duk berjudul Time di tahun yang sama. Akan tetapi, yang membuat film 200 Pounds Beauty ini berbeda adalah pro kontra terhadap operasi plastik tokoh utama yang terdapat dalam film ini. Melalui film ini penonton mendapat gambaran mengenai pro dan kontra operasi plastik di Korea serta alasan pro dan kontra itu sendiri. Selain alasan itu, film ini juga membuka pikiran masyarakat yang menonton khususnya penonton Indonesia

(4)

bahwa tidak selamanya operasi plastik itu negatif karena dalam film ini ada banyak alasan tokoh utama melakukan operasi plastik untuk mengubah keadaan hidupnya. Di Indonesia operasi plastik masih dianggap tabu dan menuai banyak kontra, dengan film ini masyarakat akan lebih terbuka pemikirannya atau memahami budaya operasi plastik di Korea. Dalam meneliti film ini akan digunakan metode penelitian sosiologi sastra karena obyek formal dalam film ini adalah pro dan kontra dalam masyarakat mengenai operasi plastik di Korea. Teori sosiologi sastra selalu berhubungan dengan masyarakat dan budaya. Oleh sebab itu teori ini dipilih karena karya sastra dalam hal ini film 200 Pounds Beauty

(⴬≴⏈Ṩ⦐㠀) menceritakan tentang kondisi sosial budaya yang terjadi di

Korea yakni fenomena operasi plastik beserta pro dan kontranya.

Bedah plastik adalah bedah yang berkenaan dengan pembentukan kembali bagian tubuh (terutama bagian kulit) yang cacat, rusak, atau berkerut agar dapat mendekati normal. Film 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈Ṩ⦐㠀) ini bercerita tentang seorang gadis yang menjalani operasi plastik karena hinaan, penolakan, diskriminasi dari orang-orang di sekitarnya mengenai bentuk tubuhnya. Setelah ia melakukan operasi plastik keadaan hidupnya pun berubah. Ia menjadi penyanyi terkenal dan masalah-masalah yang berkaitan dengan masa lalunya mulai bermunculan. Selain itu dalam film ini juga ditunjukkan beberapa tindakan pro dan kontra dari masyarakat maupun tokoh-tokoh pendukung di dalam film terhadap operasi plastik yang dilakukan oleh tokoh utama bernama Hanna. Film yang distrudarai oleh Kim Yong-hwa dan dibintangi oleh artis-artis kenamaan Korea yaitu Kim Ah-joong dan Joo Jin-mo yang ditayangkan pada bulan

(5)

Desember 2006 ini menjadi box office serta masuk dalam nominasi film dan sutradara terbaik di Grand Bell Awards tahun 2007. Kim Yong hwa sendiri adalah salah satu sutradara kondang yang diperhitungkan di Korea. Ia juga mensutradarai film-film seperti Oh! Brother (2003), Jump Broadly (2009), Take Off (2009) yang membuatnya terpilih menjadi Best Director dalam 29th Critics Choice Awards tahun 2009, dan terpilih kembali dengan kategori yang sama dan di tahun yang sama dalam 46th Daejong Film Awards.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di dalam latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dikemukakan suatu perumusan masalah sebagai berikut

1. Bagaimana bentuk dan alasan pro dan kontra masyarakat terhadap operasi plastik dalam film 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈Ṩ⦐㠀?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui reaksi, maupun pendapat beserta alasan pro dan kontra masyarakat Korea terhadap operasi plastik yang tercermin dalam film 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈Ṩ⦐㠀 .

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretisnya adalah untuk mengembangkan kajian sosiologi sastra khususnya dalam film 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈Ṩ⦐㠀), sedangkan manfaat

(6)

praktisnya adalah penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai bentuk-bentuk beserta alasan pro dan kontra mengenai operasi plastik di Korea melalui film 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈Ṩ⦐㠀). Selain itu, melalui film ini pembaca dapat mengetahui perbedaan-perbedaan dengan penelitian sebelumnya mengenai alasan-alasan di balik tindakan operasi plastik.

1.5 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian sebelumnya ada beberapa tulisan yang memiliki keterkaitan dan beberapa persamaan dengan penelitian mengenai fenomena operasi plastik di Korea yakni skripsi yang berjudul “Trend Operasi Plastik di kalangan wanita di Korea” yang ditulis oleh Marisa Latifa Dinar tahun 2009 dari jurusan Antropologi Budaya. Dalam skripsi ini membahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi fenomena operasi plastik di Korea dimana faktor-faktor tersebut berkaitan dengan Konfusianisme, dan kebangkitan Korea Selatan dari kolonialisme dan perang Korea.

Kedua, tugas akhir yang berjudul “Perbandingan Konsep Cantik antara Wanita Korea dan Wanita Jawa” yang ditulis oleh Dewi Rezy Antani tahun 2009 dari jurusan D3 Bahasa Korea. Dalam tugas akhir ini penulis tersebut membahas secara detail mengenai pandangan wanita Korea dan Jawa pada zaman dahulu dan masa sekarang tentang kecantikan. Di tugas akhir ini juga membahas sedikit tentang fenomena operasi plastik.

(7)

Ketiga, artikel dalam majalah Potret edisi 59 tahun 2012 yang berjudul “Wabah Bedah Plastik Korea” yang ditulis oleh Novi Indrastuti. Dalam artikel ini membahas secara singkat merebaknya trend operasi plastik di Korea.

Keempat, skripsi yang berjudul “Representasi Modernisasi di Korea : Kajian Sosiologi Sastra dalam film The Way Home” oleh Nyoman Mirah Trinipastika, tahun 2013. Skripsi ini menjelaskan tentang modernisasi di Korea yang tercermin dalam film The Way Home menggunakan teori sosiologi sastra.

Dari tinjauan pustaka yang telah dikumpulkan di atas, dapat dianalisis beberapa perbedaan dan pembaharuan yang dilakukan penulis dengan penulis terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan ketiga tinjauan pustaka adalah tinjauan pustaka yang pertama menjelaskan secara lengkap faktor penyebab berkembangnya operasi plastik di Korea sejak awal yang berkaitan dengan paham Konfusianisme dan sejarah masa lalu Korea. Kemudian pada tinjauan pustaka yang kedua, membahas tentang perbedaan pandangan wanita Korea dan Jawa mengenai konsep kecantikan zaman dahulu dan sekarang, serta membahas fenomena operasi plastik di Korea secara umum. Pada tinjauan pustaka yang ketiga, hanya membahas fenomena operasi plastik secara singkat di era modern sekarang ini, serta trend operasi plastik yang merebak di kalangan pelajar Korea. Tinjauan pustaka keempat memilki perbedaan baik dari obyek material maupun formal, namun menggunakan teori yang sama yakni sosiologi sastra. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian yang akan dibahas kali ini lebih menekankan tentang pro dan kontra di balik fenomena operasi plastik yang tercermin dalam film 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈

(8)

Ṩ⦐㠀), serta menjelaskan kondisi masyrakat Korea di sekitaran tahun film ini diciptakan khususnya yang berkaitan dengan operasi plastik.

1.6 Metode Penelitian

Metode tidak bisa lepas dalam proses penelitan. Dalam penelitian ini objek material yang digunakan adalah film berjudul 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈ Ṩ⦐㠀) dengan teori yang digunakan adalah teori sosiologi sastra.

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah mengenai fenomena atau masalah sosial yang terjadi di Korea yaitu tentang fenomena operasi plastik. Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca-baca artikel baik di internet maupun media cetak, dan media televisi atau film dokumenter yang membahas tentang masalah operasi plastik di Korea khususnya yang berhubungan dengan film 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈Ṩ⦐㠀).

1.6.2 Metode Analisis Data

Teori sosiologi sastra digunakan dalam proses analisis data. Sosiologi sastra merupakan kajian yang meneliti sastra tidak hanya dari teks asli melainkan juga menghubungkannya dengan konteks sosial-budaya di luar karya sastra. Film 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈Ṩ⦐㠀) dianlisis dengan teori sosiologi sastra untuk mengungkapkan konteks sosial-budaya yang berkaitan dengan karya sastra yaitu perkembangan dan faktor-faktor penyebab operasi plastik di Korea. Langkah awal yang dilakukan penulis adalah menganilisis fenomena operasi plastik di Korea serta pro dan kontra di dalam karya sastra

(9)

(film). Kemudian, penulis mencari konteks sosial budaya yang berkaitan dengan karya sastra. Konteks sosial budaya yang berkaitan tersebut adalah perkembangan operasi plastik di Korea serta faktor-faktor penyebab tindakan operasi plastik di Korea. Pencarian konteks sosial budaya ini bertujuan agar penonton film dapat memahami isi cerita dalam film tersbut.

Berikut ini adalah sebuah bagan yang menjelaskan skema analisis penulis. Bagan diurutkan dari langkah pertama kali penulis kerjakan.

Menonton film

Mencari terjemahan korea atau 㣄⫽[jamak] dengan media gom player

Menerjemahkan jamak dengan menggunakan kamus online naver.com

Mencari dan mengklasifikasikan pro dan kontra operasi plastik di Korea dengan adegan dan dialog yang telah

diterjemahkan

Menghubungkan pro dan kontra operasi plastik di Korea dalam karya sastra dengan kondisi sosial budaya yang

berkaitan dengan karya sastra

Memaparkan bentuk-bentuk dan alasan pro dan kontra operasi plastik di Korea dalam karya sastra

(10)

1.6.3 Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian dalam meneliti film ini adalah

1. Menentukan objek material melalui studi pustaka, objek material yang dipilih adalah film Korea yang berjudul 200 Pounds Beauty (⴬≴⏈

Ṩ⦐㠀).

2. Menentukan objek formal dengan cara melihat hal-hal atau aspek-aspek yang menarik dalam film ini untuk dijadikan penelitian.

3. Mencari sumber-sumber lain yang terkait dengan objek formal ataupun material. Misalnya artikel di dalam media cetak maupun internet, serta acara televisi yang berkaitan dengan film atau masalah yang sama dengan objek material dan formal yang dipilih.

4. Menentukan teori yang digunakan berdasarkan objek formal yang telah ditentukan. Karena objek formal yang dipilih adalah pro dan kontra (dalam masyarakat) operasi plastik di Korea maka teori yang digunakan adalah teori sosiologi sastra.

5. Menganalisis data yang telah dikumpulkan. Data-data tersebut berupa fakta-fakta yang berhubungan dengan karya sastra serta adegan dan dialog-dialog dalam film.

6. Menarik kesimpulan tentang masalah yang telah selesai dianalisis dan kemudian menyusun dan melaporkannya.

(11)

1.7 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penyajian. Bab II landasan teori. Dalam bab II ini juga akan dijelaskan pengertian sosiologi sastra, prosedur operasi plastik, perkembangan operasi plastik, serta faktor-faktor penyebab operasi plastik. Bab III berisi tentang bentuk-bentuk dan alasan pro dan kontra terhadap operasi plastik yang dilakukan tokoh utama. Selain itu dalam bab III ini juga dijelaskan tentang kehidupan tokoh utama sebelum dan sesudah melakukan operasi plastik serta faktor-faktor penyebab operasi plastik dalam bentuk gambar potongan adegan dan dialog tokoh. Untuk bab IV berisi kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Di satu sisi produk berbahan eceng gondok ini menghasilkan kertas dengan nilai seni yang relatif lebih indah dan di sisi lain adalah upaya pengendalian gulma eceng gondok di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui profil pelepasan in vitro ketoprofen dari sediaan tablet lepas lambat dengan menggunakan matriks kombinasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pelepasan teofilin secara in vitro dari matriks natrium alginat pada berbagai konsentrasi dalam sediaan

Penelitian terdahulu menggunakan etil selulosa pada konsentrasi 5%, 10 %, 20% sebagai matriks untuk membuat tablet lepas lambat yang mengandung aspirin,

pendidikan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang, 2) Pekerjaan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam

Penanganan orang didalam gedung (handling capacity) adalah langkah pertama dalam menganalisis kebutuhan jumlah elevator, handling capacity pada gedung Grha Widya Maranatha

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Dalam Temu Alumni yang dihelat di Hotel Padjajaran tersebut, beberapa kontingen UNAIR juga berkesempatan untuk mempresentasikan karyanya di hadapan para alumni.. Nasih menjelaskan