KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun O leh:
DWI FAIK ASTUTIK
NIM : 111 06 070
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dwi Faik Astutik
NIM : 11106070
Jurusan : Tarbiyah
Program studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 29 Juli 2010
Yangnrenyat
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Dwi Faik Astutik
NIM : 11106 070
Jurusan : Tarbiyah
Judul : PENGARUH KEDISIPLINAN ORANG TUA
TERHADAP KEPRIBADIAN ANAK DI DESA
TENDAS KECAMATAN TAYU KABUPATEN
PATITAHUN 2010
Telah kami setujui untuk di munaqosahkan.
Salatiga, 29 Juli 2010
Pembimbing
Dra. Hi. Lilik Srivanti. M.Si
NIP. 19660814 199103 3 003
KEMENTRIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721
Website : wAvw.stainsalatiea.ac.id 6-mail: administrasi(d>stainsalalma.ac.id
P E N G E S A H A N KELULUSAN
Skripsi Saudari : Dwi Faik Astutik dengan Nomor Induk Mahasiswa : 11106070
yang berjudul : "Pengaruh Kedisiplinan Orang Tua terhadap Kepribadian
Anak di Desa Tendas Kecamatan Tayu Kabupaten Pati", Telah
dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga (STAIN) pada Selasa, 31 Agustus 2010 M dan
bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H, telah diterima sebagai bagian
dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Salatiga,
21 Ramadhan 1431 H
31 Agustus 2010 M
Panitia Ujian
Sekretaris Sidang c
S f lP . 19720531
Dra. Hi. Lilik Srivanti, M.Si NIP. 19660814 199103 3 003
Jangan putus asa
Jangan 6ersedih dan jangan khawatir
A d a matahari yang akan menyi6akmendung kehidupanmu... A d a usapan (em6utyang menyeka air mata kehidupanmu A d a kekuatan yang akan mengangkatmu ketempat yang muRa A d L A J f sungguh sangat mencintai kita
PERSEMBAHAN
Untuk orang tua (ayahanda masyhudi dan ibunda siti asiyah)
tercinta yang dengan seluruh pengorbanan telah mengukir segala
asa, cita dan harapan.
Kakak dan Adikku tersayang (Didik dan Fidaus) yang selalu
memberiku kekuatan untuk selalu bertahan.
Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh
perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat selesai.
Mbak Iluz yang begitu sangat aku sayangi dan begitu telatennya
memberikan pengarahan dan semangat pada penulis.
Bapak Rozi selaku Kepala Desa Tendas, Kecamatan Tayu
Kabupaten Pati yang telah memberikan ijin dan membantu
menyelesaikan skripsi ini.
Calon pendamping hidupku yang kelak menjadi pemimpin yang
bijaksana.
Teman-teman kost Fatimah, Dayah, Watik, Tini, Mbak Evi yang
selalu memberikan inspirasi yang besar bagi penulis.
Mas A. Rohadi yang selalu memberikan semangat pada penulis.
Hida yang selama ini banyak membantu penulis untuk beijuang
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan
junjungan nabi agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan
kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “Pengaruh Kedisiplinan Orang Tua Terhadap Kepribadian Anak Di
Desa Tendas Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Tahun 2010".
Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan
hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN
2. Fatchurrahman, M.Pd selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN
Salatiga.
3. Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si, selaku pembimbing yang telah dengan ikhlas dan
sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam
membimbing penyelesaian penilisan skripsi ini.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah
memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.
6. Bapak dan ibuku (siti aisiyah dan masyhudi) tercinta yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun spiritual, serta yang senantiasa berkorban dan
berdoa demi tercapainya cita-cita.
7. Seluruh sahabat-sahabat yang selalu memberikan dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan
bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam.
Amin - aminyarobbal 'alamin
Salatiga, 29 Juli 2010
Penulis
Dwi Faik Astutik
ABSTRAK
Astutik, Dwi Faik. 111 06 070. Pengaruh Kedisiplinan Orang Tua terhadap Kepribadian Anak di Desa Tendas Kecamatan Tayu Kabupaten Pati tahun 2010. Skripsi Jurusan Tarbiyah Progdi Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi PAI STAIN Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si.
Kata kunci: kedisiplinan orang tua dan kepribadian anak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh kedisiplinan orang tua terhadap kepribadian anak di desa Tendas Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Pengalian data mengunakan metode angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian sebanyak 45 responden, menggunakan teknik
random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data kedisiplinan orang tua dan data kepribadian anak.
Disimpulkan hasil angket bahwa kedisiplinan orang tua dalam kategori tinggi memperoleh nilai 80% dari 45 responden. Sedangkan untuk kepribadian anak memperoleh kategori tinggi mencapai nilai 66,67%, berada pada interval 27-30. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan ada pengaruh positif antara kedisiplinan orang tua terhadap kepribadian anak.
Setelah data berhasil, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabei- Dengan jumlah subyek 45 responden dengan taraf signifikansi 1%, diperoleh pada tabel N taraf signifikansi 1% = 0,380, dan apabila ditunjukkan dengan hasil hitung koefisien korelasi r0 = 0,414 > 0,380. Maka hipotesis keija (Ha) yang berbunyi "ada pengaruh yang sangat signifikan antara kedisiplinan orang tua terhadap keparibadian anak" hipotesis yang penulis ajukan diterima.
HALAMANJUDUL... i
HALAMAN DEKLARASI... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Hipotesa Penelitian... 4
E. Kegunaan Penelitian ... 5
F. Definisi Operasional... 5
G. Metodologi Penelitan... 8
1. Variabel Penelitian... 8
2. Populasi ... 9
3. Sampel... 9
4. Metode Pengumpulan Data... 10
5. Analisis Data 11
H. Sistematika Penulisan... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kedisiplinan... 14
1. Pengertian Kedisiplinan... 14
2. Jenis-jenis Kedisiplinan... 18
3. Fungsi Kedisiplinan... 22
4. Tujuan Kediplinan... 23
5. Unsur-unsur Kedisiplinan... 24
B. Kepribadian... 24
1. Pengertian Kepribadian... 24
2. Konsep Diri dan Bentuk Kepribadian... 26
3. Perkembangan Kepribadian... 29
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepribadian... 33
C. Pengaruh Kedisiplinan Orang Tua terhadap Kepribadian Anak... 42
BAB III HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Subjek Penelitian... 44
1. Situasi dan Kondisi Biografis... ... 44
2. Keadaan Umum Desa... 44
3. Keadaan dan Jumlah Penduduk... 45
4. Struktur Pemerintahan... 47
5. Keadaan Sosial Keagamaan... 48
B. Penyajian D ata... 51
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Data... 56
B. Analisis Lanjutan... 70
C. Interpretasi Data... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 74
B. Saran... 75
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Umur Warga Tendas Periode
2010... 45
Tabel 2 Pengurus Rukun Tetangga Masa Bhakti Tahun 2008-2013... 48
Tabel 3 Penduduk Berdasarkan Agama Periode 2010... 48
Tabel 4 Sarana Peribadatan Periode 2010... 49
Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Periode 2010... 49
Tabel 6 Jumlah Sarana Pendidikan Periode 2010... 50
T abel 7 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Periode 2010.. 50
Tabel 8 Daftar Responden... 51
Tabel 9 Jawaban Angket Variabel Kedisiplinan Orang T ua... 52
Tabel 10 Jawaban Angket Variabel Kepribadian A nak... 54
Tabel 11 Skor Angket Kedisiplinan Orang Tua... 57
T abel 12 Data Nilai Kedisiplinan Orang Tua... 58
Tabel 13 Interval Skor Kedisiplinan Orang Tua... 60
Tabel 14 Skor Nominasi Kedisiplinan Orang T ua... 61
Tabel 15 Frekuensi Kedisiplinan Orang Tua Desa Tendas Kecamatan T ayu Kabupaten Pati... 63
Tabel 16 Skor Angket Kepribadian Anak... 63
Tabel 17 Data Nilai Kepribadian Anak... 65
Tabel 18 Interval Skor Kepribadian Anak... 67
Tabel 19 Skor Nominasi Kepribadian Anak... 67
Tabel 20 Frekuensi Kepribadian Anak Desa Tendas Kecamatan T ayu Kabupaten Pati... 69
Tabel 21 Persiapan untuk Mencari Korelasi antara Kedisilpinan Orang Tua terhadap Kepribadian Anak... 70
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu faktor sosial yang ikut menentukan kepribadian anak
adalah faktor keluarga. Dalam keluarga teijadi interaksi yang sangat erat
antara anak dan orang tua. Melalui sikap dan perilaku orang tua dalam
berinteraksi dengan anaknya dapat dilihat dengan cara orang tua memberikan
kasih sayang, penghargaan, penerimaan, dan cara orang tua dalam
memberikan kedisiplinan yang telah yang telah diberlakukan.
Orang tua merupakan pusat kehidupan rohani dan sebagai penyebab
perkenalan anak dengan alam luar dan pemikiran dikemudian hari sangat
terpengaruh oleh sikap orang tua dipermulaan hidupnya (Daradjad, 1984:38).
Dalam hal ini orang tua menempatkan peranan yang sangat penting demi
kelancaran dan kesuksesan anak yang berjalan sesuai dengan
perkembangannya karena orang tua merupakan tokoh utama dalam kehidupan
anak seperti dalam hadist sohih muslim bukhori dikatakan :
N N
aAJI (_)y * # j (JlS <dl 4SS- Ail! ^
. . . j olJjli ,iJ& JlJl wUjJJ Sj\JJ»
Artinya .Hadist riwayat Abu Hurairah ra. Rosulullah SAW bersabda, “setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah kedua orang tuanya lah yang membuatnya menjadi seorang yahudi, seorang nasrani, ataupun seorang majusi”. (Al-Mundziri, 2002:1068).
2
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat
ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial (Kartono, 1985:9). Dari
interakasi dengan lingkungan pertama itu individu memperoleh unsur-unsur
dan ciri-ciri dasar dari pada kepribadiannya. Dari situ akhlak, nilai-nilai,
kebiasaan, dan emosi, kedisiplinannya menjadi kenyataan yang hidup dan
tingkah laku yang tampak.
Kedisiplinan harus ditanamkan pada anak mulai dari kecil. Anak harus
di didik mengenal hak-hak orang lain dalam sosial. Anak harus dilatih dapat
mengenal diri. Hal semacam itu termasuk pembentukan kebiasaan tingkah
laku seseorang yang membantu anak menempatkan diri di tengah-tengah
masyarakat. Disiplin dianggap perlu untuk perkembangan anak, tetapi
pandangan tentang disiplin yang baik telah mengalami banyak perubahan,
selanjutnya banyak orang tua tidak mau cukup berusaha untuk menanamkan
disiplin, karena dikhawatirkan akan menyebabkan rasa benci yang akan
membuat hubungan orang tua dengan anak menjadi tidak menyenangkan.
Orang cenderung mengacu ke dalam konsep disiplin yang bertentangan
dengan memakai istilah negatif dan positif. Konsep negatif, disiplin berarti
pengendalian dengan kekuasaan luar yang biasanya diterapkan secara
sembarangan. Itu merupakan bentuk pengekangan melalui cara yang tidak di
sukai dan menyakitkan. Konsep positif dari disiplin ialah sama dengan
pendidikan dan bimbingan karena menerapkan penekanan di dalam disiplin
diri dan pengendalian diri. Hal ini kemudian akan melahirkan motivasi
individu sedangkan disiplin positif menumbuhkan kematangan (Hurlock,
1993:82).
Seorang anak akan berperilaku kurang baik ketika orang tua salah
dalam mendidiknya, mengasuhnya, dan dalam menerapkan kedisiplianan
yang ada. Namun akan kelihatan berbeda ketika orang tua membesarakan
anak-anaknya dengan didikan demokrasi, memberikan kebebasan kepada
anak tetapi tetap menggunakan pantauan orang tua. Sikap orang tua yang
demikian akan mempengaruhi psikologi anak terutama pada perkembangan,
tingkah laku dan kepribadian.
Seorang anak akan mempunyai kepribadian yang baik jika orang tua
menerapkan sikap disiplin pada diri anak sesuai dengan batasan-batasan yang
di sesuaikan dengan pribadi anak. Mengajarkan tanggung jawab dan arti
sebuah amanat yang diberikan. Dengan permasalahan-permasalahan maka
sebagai perwujudan yaitu penulis mengambil ju d u l: Pengaruh Kedisiplinan
Orang Tua Terhadap Kepribadian Anak Pada Masyarakat Desa Tendas
Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Tahun 2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas perlu dibuat
suatu rumusan permasalahan yang akan menuntun langkah-langkah penelitian
berikutnya. Adapun rumusan permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kedisiplinan orang tua desa Tendas Kecamatan Tayu
4
2. Bagaimana kepribadian anak desa Tendas Kecamatan Tayu Kabupaten
Pati?
3. Adakah pengaruh antara kedisiplinan orang tua terhadap kepribadian anak
di desa Tendas Kecamatan Tayu Kabupaten Pati?
C. Tujuan Penelitian
Beberapa hal yang ingin penyusun capai dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kedisiplinan orang tua desa Tendas Kecamatan Tayu
Kabupaten Pati.
2. Untuk mengetahui kepribadian anak desa Tendas Kecamatan Tayu
Kabupaten Pati.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara kedisiplinan orang tua terhadap
kepribadian anak di desa Tendas Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti
bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban
tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji
kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan
kedudukannya itu maka hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, akan
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
- Untuk hipotesa nol (ho): “tidak ada pengaruh positif antara kedisiplinan
orang tua terhadap kepribadaian anak”.
- Untuk hipotesa keija (ha): “Ada pengaruh positif antara kedisiplinan orang
tua terhadap kepribadian anak”.
£ . Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritik
a. Memberikan sumbangan pengetahuan bagaimana cara mendidik anak
yang sesuai dengan pribadi dan ketentuan-ketentuan dalam syariat
islam.
b. Memberikan wawasan atas pemahaman mengenai cara kedisiplinan
orang tua yang disesuaikan dengan psikologi anak.
2. Manfaat Praktis
a. Tulisan ini menjadi sebuah wacana atau motivasi bagi orang tua yang
menerapkan sikap disiplin demi mendapatkan pribadi yang baik pada
diri anak.
b. Tulisan ini menjadi sumbangan pemikiran alternatif bagi orang tua
untuk memperoleh pribadi anak dengan memberikan contoh disiplin
yang b a ik .
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesimpang siuran arti istilah di dalam judul di atas
6
harapan agar dapat memperlancar pembaca dalam memahami judul skripsi ini,
adapun istilah-istilah yang penulis jelaskan adalah:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah suatu daya yang timbul dari sesuatu (manusia
binatang atau benda lain dan sebagainya), yang bisa menguasai individu
atau berkekuatan terhadap sesuatunya sehingga teijadi tujuan timbal balik
(Poerwadarminta, 2006:261).
2. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin, arti yang meluas yaitu
disiplin mendidik, menuntut, mengarahakan anak dalam hidupnya dan
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan (Schaefer, 1989 : 11).
Jadi kedisiplinan adalah cara orang tua menerapkan tata tertib
dalam keluarga sehingga menimbulkan proses peniruan pada anak. Cara
ini dilakukan dengan memberikan bantuan kepada anak bagaimana harus
bertingkah laku dilingkungan masyarakat, memberikan petunjuk dan
batasan tingkah laku, membatasi dan melarang hal-hal tertentu, bukan
semata-mata karena larangan, tetapi untuk mencapai tujuan yang di
inginkan.
3. Kepribadian Anak
Kepribadian adalah keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-
sifat, kebiasaan, kecakapan, bentuk tubuh serta unsur-unsur psiko-fisik
lainnya yang selalu menampakkan dirinya dalam kehidupan seseorang
Orang tua yang bersifat kaku dan yang memberikan kebebasan
penuh akan mendorong anak untuk berperilaku agresif. Sedangkan orang
tua yang bersikap demokratis akan menjadi pendorong terhadap
perkembangan anak ke arah yang lebih positif. Jadi keluarga mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap anak untuk berperilaku agresif atau
tidak.
Cara menumbuhkan kepribadian anak harus dilakukan secara
intensif untuk membentuk suatu tingkah laku, sifat-sifat, ataupun
kebiasaan sehingga melahirkan pribadi yang luhur. Kepribadian akan
tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia sejak lahir sampai anak
menjadi dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani
manusia berlangsung dari bayi hingga ia remaja, terutama kanak-kanak.
Sehingga orang tua dapat menanamkan tentang arti perintah dan larangan
pada masa tersebut.
Sedangkan yang penulis maksud dengan kepribadian anak adalah
suatu bagian yang menjadi ciri khas pada diri anak yang mencakup
tentang keseluruhan aktifitasnya yang nampak dalam kehidupan yang di
tempuh melalui proses pendidikan dalam keluarga.
Dari batasan-batasan tersebut diatas, maka penulis menegaskan
bahwa yang dimaksud pengaruh kedisiplinan orang tua terhadap
kepribadian anak adalah sikap disiplin orang tua dalam menanamkan
segala kebiasaan yang dilakukan oleh anak dengan melakukan
g
larangan yang akan membawa pengaruh pada diri anak sehingga
melahirkan pribadi yang nampak dalam kehidupan.
G. Metodologi Penelitan
Untuk membantu dalam penulisan skripsi
beberapa metode untuk dijadikan landasan dalam
dibutuhkan yakni:
1. Variabel Penelitian
a. Kedisiplinan orang tua
1) Kedisiplinan yang otoriter
Dengan indikator:
a) Menerapkan jadwal sehari-hari secara ketat
b) Memaksa anak untuk mematuhi peraturan
c) Pengekangan terhadap anak
d) Memberi sangsi yang tegas terhadap kesalahan anak
e) Tidak ada penghargaan atau pujian
2) Kedisiplinan yang lemah
Dengan indikator:
a) Tidak ada jadwal di dalam rumah
b) Orang tua tidak memberlakukan tata tertib
c) Memberikan kebebasan penuh terhadap anak
d) Orang tua tidak pernah memberi peringatan
e) Tidak pernah ada hukuman maupun penghargaan
ini, penulis mengambil
3) Kedisiplinan yang demokratis
Dengan indikator:
a) Membicarakan jadwal harian
b) Aturan dibuat berdasarkan persetujuan bersama
c) Pengarahan terhadap anak
d) Melatih anak memiliki rasa tanggung jawab
e) Lebih banyak memberikan penghargaan atau pujian
b. Kepribadian anak
1) Kemampuan bersosialisasi
2) Rasa percaya diri
3) Tanggung jawab
4) Inisiatif
5) Tingkah laku
2. Populasi
Populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan
yang diperoleh dari sampel yang hendak di generalisasikan (Hadi,
2002:70). Adapun populasi dalam penelitian ini di ambil dari anak di desa
Tendas Kecamatan Tayu Kabupaten Pati dari umur 8-12 tahun beijumlah
182 anak.
3. Sampel
Sampel adalah sebagian individu yang di selidiki (Hadi, 2002:70).
Jadi, sampel merupakan bagian individu yang di selidiki yang akan
dijadikan sebagian atau semua pada sampel yang telah ditentukan oleh
10
Untuk menjamin validitas hasil penelitian yang dicapai maka
penelitian ini penulis mengambil sebagian kecil dari anak-anak di desa
Tendas kecamatan Tayu kabupaten Pati. Jadi disini peneliti mengambil
sampel sebanyak 45 anak. Maka untuk menjamin hasil penelitian, maka
penulis mengambil sampel sejumlah kurang lebih 25 % atau 45 anak dari
besarnya populasi 182 siswa. Teknik mengambil sampel menggunakan
random sampling.
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari
100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar dapat di ambil
antara 10 - 15% atau 20 - 25 % (Arikuntho, 2006:134).
Dari uraian di atas, maka peneliti mengambil sampel dari jumlah
populasi seluruh anak desa Tendas dari umur 8-12 tahun yang berjumlah
182 anak dengan ketentuan sampel 25%, maka diperoleh sampel sebanyak
45 anak.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
penulis menempuh dengan beberapa tehnik pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Metode angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang di berikan kepada
orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia
2005:102-103). Metode ini penulis gunakan untuk mencari data
tentang kedisiplinan orang tua dan kepribadian anak.
b. Metode Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena
yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya
terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung (Hadi, 1981:136). Dengan metode ini dapat
secara langsung mengetahui objek yang sedang diteliti yaitu situasi
umum didesa Tendas. Dalam penelitian ini metode observasi
digunakan untuk:
1) Melengkapi data yang diperoleh
2) Menguatkan data yang telah terkumpul
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, notulen rapat, agenda, dan
sebagainya (Arikuntho, 1997:139). Disini penulis menggunakan
catatan dan arsip guna untuk memenuhi pengumpulan data-data yang
digunakan dalam penulisan skripsi.
5. Analisa data
Dari hasil pengumpulan data yang telah terkumpul selama dalam
penelitian, penulis menggunakan analisis dan statistik dengan rumus :
P=— x 100%
12
Keterangan:
P : Angka prosentase
F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N : Jumlah siswa
100% : Bilangan konstanta
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh sikap orang tua terhadap
kepribadian anak. Digunakan analisa statistik dengan menggunakan
rumus:
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara x dan y
X :Variabel pengaruh
y : Variabel terpengaruh
x2 : Product dari x
y2 : Product dari y
N : Jumlah responden
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memperjelas gambaran dalam memahami
skripsi maka perlu ada sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
Bab satu Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, penegasan
istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, hipotesis,
metode penelitian dan metode penelitian.
Bab dua landasan teori, berisi uraian berbagai teori yang menjadi
landasan teoritik penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu
teori mengenai kedisiplinan orang tua, kepribadian anak.
Bab tiga Laporan Hasil Penelitian, berisi di laporkan hasil
pengumpulan data mengenai eksistensi desa Tendas Kecamatan Tayu
kabupaten Pati yang memuat tinjauan historis, tinjauan geografis, keadaan
disekitar serta aktifitas keseharian disamping itu memuat data kedisiplinan
terhadap kepribadian anak.
Bab empat Analisa Data, berisi analisis data yang di kumpulkan
dengan pertahapan, klasifikasi data, tabulasi data, penghitungan frekuensi dan
prosentase, untuk mengetahui pokok masalah yaitu ada tidaknya pengaruh
kedisiplinan orang tua terhadap kepribadian anak, dengan menggunakan
rumus korelasi product moment.
Bab lima Penutup, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian, saran-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kedisiplinan
1. Pengertian kedisiplinan
Menurut Syaiful Bahri, kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang
berarti tata tertib, yaitu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (Djaramah,
2002:12). Peraturan ini diberlakukan pada setiap kegiatan, mengajarkan
tentang tanggung jawab dan konsekuensi yang di terima jika melanggar
peraturan. Dalam hal ini orang tua menempati peranan yang utama yaitu
sebagai pengawas dan pengontrol dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat.
Menurut Elizabeth B. Hurlock bahwa disiplin berasal dari kata
yang sama dengan ‘disciple’ yaitu seorang yang belajar atau secara
sukarela mengikuti seorang pemimpin (Hurlock, 1993:82). Orang tua
menjadi pemegang kekuasaan penuh, anak menjadi pelaksana yang siap
menjalankan setiap tata tertib dan peraturan yang telah diberlakukan.
Masa kanak-kanak merupakan masa peralihan yang mudah
terpengaruh jika tidak adanya kontrol dari orang tua. Kedisiplinan
merupakan sarana yang paling tepat untuk mengarahkan anak, membekali
diri untuk menyambut kehidupan yang akan datang.
Bagi banyak orang, berbicara kedisiplinan akan membawa pikiran
kita membayangkan seorang keluarga victorian yang memegang tongkat,
kedisiplinan seolah tidak bisa dipisahkan dari hukuman, dan hukuman
sangat terkait dengan kekuasaan, kepatuhan dan aturan yang di tegakkan
dengan menebar rasa takut. Ini merupakan gambaran kedisiplinan yang
ada di benak kebanyakan orang, dan ini pula alasan yang menyebabkan
banyak orang yang mengambil arah berlawanan dengan cara menolaknya.
Anak yang sulit untuk dikendalikan sangat membutuhkan disiplin
yang tepat, memberikan sebuah pemahaman atas kesalahan yang
dilakukan secara halus, tegas, dalam setiap peraturan yang diterapkan.
Memberikan hadiah kepada anak dengan ucapan selamat atas keberhasilan
yang diperolehnya dengan berlaku disiplin dan menaati peraturan, namun
jika anak gagal sangsi dijalankan secara tegas. Sangsi ini harus sungguh-
sungguh menjadi prioritas dalam rumah tangga. Orang tua diharapkan
tegas tetapi tenang dan mendukung, menunjukkan kepada anak bahwa
orang tua mengerti perasaan. Menggunakan nada netral dan tidak mencela
dalam setiap hal yang di lakukan anak. Orang tua menerapkan peraturan
dan memberikan pemahaman jika peraturan itu dilanggar.
Sehubungan dengan disiplin Allah menerangkan dalam Al-Qur’an:
a. Qs. Al-Insyiroh ayat 7
y
Artinya: Maka apabila kamu telah selesai (urusan dunia), maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah)
Qs. Al-Jumu’ah ayat 12
u
js
lis iijjr, O)
Q ji r,\w ijr, isr,
y y y y y y y
16
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari ju m ’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Dari kedua ayat tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
Allah menganjurkan kepada hamba-hambanya untuk tidak menunda-
nunda pekerjaan. Apabila suatu pekerjaan itu harus dapat di kerjakan pada
hari ini, maka kerjakanlah pada hari itu jugajangan menunda sampai
besok karena orang yang suka menunda-nunda pekerjaan merupakan
orang-orang yang merugi.
Orang tua harus menerapkan kedisiplinan secara tepat dan
mengena, menggunakan kecakapan dan ketangkasan. Menjalankan disiplin
dengan suasana tenang. Penyampaian atau penjelasan arti disiplin
dilakukan dengan lemah lembut dan akrab. Hal tersebut akan menolong
anak untuk menyadari kesalahan dan mendorong anak untuk
memperbaikinya. Karena disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar
anak, dalam pembentukan dan pengembangan watak secara sehat. Selain
pentingnya menemukan arah dan tujuan hidup yang jelas, disiplin
merupakan syarat mutlak untuk mencapai atau melaksanakan misi hidup.
Oleh karena itu orang tua memperlihatkan kuasa tehadap anaknya,
berlaku tegas dalam setiap tingkah laku anak. Adapun faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam usaha menanamkan disiplin pada anak adalah
sebagai berikut:
a. Menyadari adanya perbedaan tingkatan kemampuan kognitif anak
b. Menanamkan disiplin pada anak harus dimulai seawal mungkin.
c. Dalam usaha menanamkan disiplin perlu dipertimbangkan agar mampu
menggunakan tehnik yang paling tepat sesuai dengan kondisi anak.
d. Penggunaan hukuman harus diartikan sebagai sikap tegas, konsekuen
dan konsisten dengan dasar bahwa yang dihukum bukan si anak, atau
perasaan anak melainkan perbuatan yang melanggar aturan.
e. Menanamkan disiplin bukan kegiatan ‘sekali jadi’ melainkan harus
berkali-kali. Dalam penanaman disiplin yang diterapkan pada anak dan
bukan merupakan tujuan orang tua untuk menyiksa, mengekang
ataupun membelenggu tetapi itu semua merupakan bukti kasih sayang
orang tua kepada anaknya. Maka dari itu anak harus menghargai serta
mentaati segala perintah yang diterapkan dan diberlakukan orang tua
(Ginanjar, 2008:86).
Di dalam QS. Al-Isra’ 24 dikatakan bahwa:
/ / / /
Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
Sebagai seorang anak yang berkepribadian baik seharusnya mau
serta mampu menerapkan peraturan yang diberlakukan oleh orang tua
kepadanya. Dan ketika orang tua sudah lanjut usia, anak pasti akan
18
Karena semua itu demi kelangsungan hidup yang lebih baik demi
mencetak anak yang berkepribadian luhur.
2. Jenis-jenis kedisiplinan
Jenis-jenis kedisiplinan di bedakan menjadi tiga macam:
a. Disiplin tradisional
Disiplin tradisional merupakan disiplin yang bersifat menekan,
menghukum, mengawasi, memaksa, dan akibatnya merusak penilaian
yang terdidik.
b. Disiplin modem
Disiplin merupakan pendidikan yang hanya menciptakan suatu
yang memungkinkan agar anak dapat mengatur dirinya. Jadi situasi
yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga anak
mengembangkan kemampuan dirinya.
c. Disiplin liberal
Disiplin liberal merupakan disiplin yang di berikan kepada
anak sehingga merasa memiliki kebebasan tanpa batas
(www. suaranyawaxo. cc/2009/07/pengar).
Berdasarkan pandang lama, orang tua hanya mencegah perbuatan
yang tidak di inginkan. Orang tua tidak mengingat dorongan jiwa yang
menyebabkan anak ingin berbuat demikian, disiplin sering kali diajarkan
pada saat yang salah yaitu disaat anak tidak dapat mendengarkan nasihat
yang orang tua lakukan kurang tepat sehingga menimbulkan suatu
perlawanan.
Berdasarkan pandangan baru, bahwa disiplin yang sekarang
digunakan banyak membantu anak dalam hal perasaan maupun perbuatan.
Orang tua membolehkan anak mengeluarkan isi hati dan perasaannya.
Orang tua juga mencegah dan membatasi segala perbuatan yang tidak
diinginkan atau mengarahkan mereka dengan baik, cara ini dilakukan
sedemikian rupa sehingga diri anak ataupun harga diri orang tua tidak
terluka. Hubungan orang tua yang akrab dan wajar bisa di pertahankan
selama orang tua tetap bersikap hangat meskipun sebenarnya orang tua
sedang berusaha menegakkan disiplin dengan perilaku tegas.
Menurut Elizabeth B. Hurlock jenis-jenis disiplin yang digunakan
pada masa kanak-kanak ada tiga macam:
a. Disiplin otoriter
Disiplin otoriter merupakan bentuk disiplin tradisional yang
berdasarkan pada ungkapan kuno yang mengatakan bahwa
“menghemat cambukan berarti memanjakan anak”. Anak tidak di
berikan kesempatan untuk mengemukakan tentang adil tidaknya
peraturan tersebut. Disiplin otoriter akan sangat mempengaruhi
kepribadian anak karena semakin banyak hukuman fisik digunakan,
semakin anak cenderung menjadi cemberut, sehingga mengakibatkan
20
b. Disiplin demokratis
Dalam peraturan demokratis diberikan kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri, bila anak menganggap bahwa
peraturan itu tidak adil. Dalam disiplin yang demokratis hukuman di
sesuaikan dengan kejahatan dalam arti diusahakan agar hukuman yang
diberikan berhubungan dengan kesalahan dan perbuatannya.
Penghargaan terhadap usaha-usaha untuk menyesuaikan dengan
harapan sosial yang tercakup dalam peraturan-peraturan di perlihatkan
melalui pemberian hadiah terutama dalam bentuk pujian dan
pengakuan sosial. Anak yang di besarkan dibawah disiplin yang
demokratis akan mempunyai penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial yang baik.
c. Disiplin yang lemah
Filsafat yang mendasari tehnik disiplin yang lemah dengan
melalui akibat dari perbuatannya sendiri. Dari situ anak belajar
bagaimana berperilaku secara sosial. Dengan demikian anak tidak di
ajarkan peraturan. Anak tidak di hukum karena sengaja melanggar
peraturan, juga tidak ada hadiah bagi anak yang berperilaku sosial
yang baik, mengakibatkan anak cenderung tidak menghiraukan hak-
hak orang lain, agresif dan kurang bersosialisasi (Hurlock, 1996:125).
Banyak keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka
melakukan beragam kegiatan mulai dari olah raga, musik, kesenian, dan
Kalau segala kegiatan ‘tambahan’ tadi di gabung dengan tekanan karena
pekerjaan rumah yang juga harus dikerjakan, kebanyakan anak hanya akan
punya sedikit sekali sisa waktu untuk menjadi anak secara wajar. Orang
tua yang keterlaluan dalam menerapkan jadwal yang sedemikian ketat.
Pemecahan masalah itu bisa dilakukan dengan menerapkan satu aturan
sederhana, satu anak satu kegiatan (Bilddulph, 2006:36).
Orang tua yang terlalu dini dengan sikap kaku, menjadikan anak
penakut dan tidak berani berekspresi. Jika orang tua bersikap negatif dan
banyak menghukum membuat anak menjadi pemarah dan agresif. Tetapi
jika orang tua terlalu banyak memberikan kebebasan, akan mengarahkan
anak menajadi impulsif dan terlibat pergaulan bebas pada saat remaja
(Rimm, 2003:49). Orang tua menjadi faktor penentu dalam setiap kegiatan
yang akan menjadi bekal anak untuk menghadapi kehidupan di masa
datang. Disiplin harus di sesuaikan dengan watak dan kepribadian anak
supaya orang tua tidak salah dalam langkah yang di ambil, konsekuensi
tetap menjadi prioritas untuk mengambil suatu tindakan.
Menurut Steve Biddulph, menumbuhkan keluarga bagaikan
menumbuhkan pohon. Yang menjadi akarnya tidak lain adalah masa
kanak-kanak anda dan bagaimana anda memelihara diri sendiri. Batangnya
adalah perkawinan anda dan komitmen anda kepada anak-anak anda.
Cabang-cabang adalah segala tindakan anda berdasarkan berbagai pilihan
yang anda ambil setiap harinya. Anak-anak adalah bunga dan buahnya
22
Hanya melalui disiplin orang tua dapat mengajarkan anak-anak
untuk mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi berbagai
macam hasratnya, membatasi dan melalui batasan, menerapkan berbagai
sasaran aktifitasnya.
Fungsi disiplin adalah untuk menjamin ditaaatinya batas tertentu,
jika batas yang sangat di perlukan tadi tidak ada. Jika kekuatan moral yang
mengelilingi kita tidak dapat lagi menampung atau mengendalikan nafsu-
nafsu kita, maka karena tidak lagi dibatasi, tindakan manusia hilang dalam
kekosongan, hilang dalam kehampaan yang terselubung dan terhiasi
dengan nama muluk kebebasan sepenuhnya (Durkheim, 1990 : 36).
Disiplin tentu banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari,
apalagi bagi kanak-kanak yang membutuhkan banyak pengarahan.
Sehingga anak tidak bersikap semaunya sendiri dalam bertingkah laku dan
juga dalam bertindak.
Apalagi masa kanak-kanak yang pada usia tersebut anak akan
menghadapi masa puber yang bercirikan anak suka mencoba hal-hal yang
baru karena pada usia itu anak mempunyai rasa penasaran yang sangat
besar terhadap sesuatu yang belum diketahui. Pada saat inilah dibutuhkan
sesuatu yang bisa membatasi anak untuk tidak bersikap yang melampui
batasan yaitu dengan penerapkan disiplin yang disesuaikan dengan
karakter anak sehingga anak bisa membatasi perbuatan mana yang boleh
Tujuan disiplin adalah mengarahakan anak agar mereka belajar
mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat
mereka sangat bergantung kepada disipin diri. Diharapkan, kelak disiplin
diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh
kasih sayang (Rimm, 2003:47). Karena dengan disiplin akan membentuk
kebiasaan yang baik bagi anak, dan dengan kebiasaan yang baik tersebut
akan terbawa sampai anak itu dewasa bahkan sampai tua.
Semua disiplin mempunyai tujuan ganda, mengembangkan suatu
keteraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan memberinya suatu
sasaran tertentu yang sekaligus juga membatasi cakrawalanya. Disiplin
mengembangkan sikap yang lebih mengutamakan hal-hal yang merupakan
kebiasaan juga membatasinya. Disiplin mengatur dan memaksa. Disiplin
menjawab segala sesuatu yang selalu terulang dan bertahan lama dalam
hubungan antara manusia (Durkheim, 1990:35). Dengan berawal dari
keterpaksaan ini diharapakan anak bisa tahu batasan-batasan dari
perbuatannya sehingga anak membiasakan diri dalam tingkah laku, dan
bisa membedakan perbuatannya yang baik dan perbuatan yang jelek,
antara perbuatan yang dianjurkan dengan perbuatan yang dilarang.
Dengan disiplin diharapkan bisa memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan-kegiatan seseorang. Dengan penerapan disiplin yang
tegas akan membentuk kepribadian yang baik yang dapat dipercaya dan
24
Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku
sesuai dengan standar yang di tetapakan kelompok sosial mereka harus
memenuhi empat unsur:
a. Peraturan sebagai pedoman perilaku
b. Konsisten dalam peraturan tersebut dan cara yang digunakan untuk
mengajarkan dan memaksakannya
c. Hukuman untuk pelanggaran peraturan
d. Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan
yang berlaku (Hurlock,1993 : 84). 5. Unsur-unsur kedisiplinan
B. Kepribadian
1. Pengertian kepribadian
Membahas tentang kepribadian banyak pendapat para ahli
psikologi mengenai isi batasan atau definisi tentang kepribadian itu
sendiri. Pembahasan kepribadian harus dilakukan secara intensif, karena
menyangkut masalah-masalah yang abstrak sebagaimana pendapat
Zakiyah Daradjat:
“Kepribadian yang sesunggunya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala kegiatan aspek kehidupan, misalnya dalam tindakannya, cara bergaulnya dan berpakaiannya, ucapannya dan dalam mengatasi setiap persoalan atau permasalahan baik yang ringan maupun yang berat” (Daradjah, 1985:16).
Karena sangat abstraknya perkembangan kepribadian dan
panjang, dari mulai penerapan dan tolak ukur yang diterapkan dalam
lingkungan setempat.
Menurut Ahmad Fauzi yang dimaksud dengan kepribadian adalah
keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan,
bentuk tubuh serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu
menampakkan diri dalam kehidupan seseorang (Fauzi, 2008 :121). Dengan
kata lain dapat dikatakan kepribadian merupakan segala tingkah laku yang
nampak dalam diri seseorang, yang menjadikan ciri khas dari orang
tersebut.
Sedangkan menurut simandjuntak kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis dalam individu yang
menentukan keunikan penyesuaian terhadap lingkungan (Pasaribu,
Simandjuntak, 1984:95).
Jadi kepribadian adalah penampilan atau bekas yang nampak
dalam tingkah laku yang nampak dalam kehidupan sehingga menjadi ciri
khas atau keunikan dari pribadi tersebut.
Kepribadian tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia,
terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di lingkungan
keluarga, di asuh oleh orang tua dan bergaul dengan anggota keluarga
lainnya, sehingga cukup besar pengaruh dan peranan orang tua dalam
membentuk pribadi seorang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani manusia,
26
yang paling baik dalam pembentukan kepribadian (Ahmadi,
Sholeh:2005:167). Karena masa kanak-kanak adalah masa di mana anak
diperkenalkan pada sebuah kehidupan, dan tidak jarang ketika orang tua
melakukan sebuah pembiasaan-pembiasaan melalui komunikasi dan
interaksi yang baik dan terarah, sehingga anak dapat memahami sebuah
perintah dan larangan.
Islam meminta agar orang tua benar-benar memperhatikan
pendidikan terhadap anak-anaknya. Sebagaimana nasehat luqman pada
putranya. Ayat yang mulia pesan luqman bahwa ia tealah di karuniai
hikmah. QS. Luqman: 13
0} y
'j J J S &
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Dari ayat Al-qur’an yang penulis kemukakan, betapa pentingnya
pendidikan orang tua terhadap anaknya karena pendidikan yang utama dan
pertama yang diberikan kepada anak untuk menanamkan nilai-nilai tauhid.
Sebelum anak menginjak usia remaja di anjurkan tentang etika, sopan
santun dalam bergaul di masyarakat.
2. Konsep diri dan bentuk kepribadian
Manusia merupakan sosok yang sangat unik, mempunyai
dengan orang lain, tetapi mempunyai khas tersendiri dalam dirinya.
Misalnya ada orang yang memiliki sifat pemarah tetapi jujur, tekun
bekerja, suka menolong, rajin bekerja, senang beolahraga, suka berpakaian
yang sederhana dan sebagainya. Dipihak lain ada orang yang memiliki
sifat penyabar, tenang, tekun bekerja, tetapi tidak suka bergaul, pendiam,
pelit, suka berpakaian rapi, tidak suka berolah raga, dan sebagainya, pola-
pola sifat, kebiasaan, kegemaran dan sebagainya yang di kemukakan diatas
adalah contoh pola/bentuk kepribadian seseorang (Fauzi, 2008:122).
Dalam buku belajar pede kepribadian pada konsep diri anak dapat
diklasifikasikan dalam dua bagian:
a. Konsep diri positif
Anak dengan konsep positif dapat mengembangkan sifat-sifat
kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan untuk menilai dirinya
secara realitas sekaligus dapat menilai hubungan dengan orang lain
secara tepat dengan penyesuaian lingkungan sosial yang baik.
b. Konsep diri negatif
Konsep diri negatif menyebabkan anak pada pengembangan
perasaan tidak mampu dan rendah diri, sikap ragu, dan kurang percaya
diri serta memiliki cara adaptasi sosial yang buruk. Ketidakmampuan
untuk melihat diri secara realistik sekaligus menilai orang lain dalam
peran dan hubungan sehingga akan membuatnya anak menjadi
penakut, sikap rendah diri ini dapat menghambat aktualisasi diri dan
1
28
Sigmund frued mengemukakan teori kepribadian terdiri atas tiga
macam sistem yaitu:
a. Id
Merupakan bagian kepribadian yang berhubungan erat dengan prinsip
kesenangan atau pemuas dorongan biologis yang segera tidak
memperhitungkan realitas.
b. Ego
Merupakan bagian keribadian yang timbul setelah manusia
berhubungan dengan lingkungan, sehingga dasarnya adalah kenyataan.
Ego berhubungan dengan proses dan kebutuhan psikologis.
c. Superego
Bagi kepribadian sebagian hasil perkenalan dengan norma sosial
budaya, sehingga erat hubungannya dengan moral dan kebutuhan
rohaniah (Fauzi, 2008:132).
Untuk menegaskan pada diri manusia sebenarnya terdapat
sejumlah sifat yang rumit, Frued menyederhanakan menjadi tiga bagian
seperti yang sudah dijelaskan diatas. Ego menurut Frued merupakan
bagian kepribadian manusia yang sadar, yang di maksud Frued ini bukan
sadar ilmiah tetapi hanya sadar dalam dalam arti hidup sebagai makhluk
yang biologis. Sedangkan id adalah wujud kasar manusia yakni badan
yang bekerja seperti halnya mesin. Justru karena badan bermekanisme,
maka timbul berbagai rangsangan, kebutuhan, dan dorongan naluriah,
Dari ketiga struktur kepribadian (id, ego, super ego) akan
menimbulkan kecenderungan yang berdampak pada tingkah laku yang
tampak dalam kehidupannya, apabila kecenderungan individu dan tingkah
laku di dominasi oleh id menyebabkan kepribadian individu tidak matang
dan bercorak lust principle sehingga individu cenderung beringkah tanpa
pertimbangan dan di tujukan melulu pada pencapaian kesenangan.
Sedangkan yang di dominasi superego yang tampil akan sebaliknya yakni
kepribadian individu yang moralistis, kaku, dan tidak realistis dengan
tingkah laku yang selalu di pertimbangkan dan bahkan di hambat oleh
kode-kode moral, disini ego selaku eksekutif kepribadian dan berada pada
posisi yang sulit, baik id maupun superego selalu berusaha agar ego
berada dipihaknya. Apabila ego dengan antikoteksisnya cukup kuat, maka
kedua sistem yang bertolak belakang dan sama-sama ingin tampil dominan
itu bisa di damaikan sehingga kepribadian akan terintegrasi dengan baik
(Koswara, 1991:44).
3. Perkembangan kepribadian
Perkembangan dapat di definisikan sebagai perubahan bentuk fisik,
struktur saraf, perilaku dan sifat yang terbentuk secara teratur dan
berlangsung terus (Mussen, Conger, Kagan, Huston, 1988:7). Perubahan
ini dipengaruhi oleh umur yang semakin bertambah dan juga lingkungan
yang ada disekitarnya.
Tujuan perkembangan menurut Jung adalah mencapai aktualisasi
30
yang selaras dalam hubungan aspek kepribadian manusia (Farozin,
Fathiyah, 2003:64). Hubungan ini dipengaruhi oleh faktor dari luar dan
faktor dari dalam yang menjadi penentu dari perkembangan kepribadian
seseorang.
Ditinjau dari perkembangannya, kepribadian seseorang terbagi
menjadi beberapa fase:
a. Fase oral (0-1 tahun)
Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun
pertama dari kehidupan individu. Pada fase oral ini daerah erogen yang
paling penting dan peka adalah mulut, yakni berkaitan dengan pemuas
kebutuhan dasar akan makanan dan minuman. Stimulisasi atau
perangsang atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah
laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
b. Fase anal (1-3 tahun)
Pada fase ini fokus dari energi libido yang di alihkan dari mulut ke
daerah dubur, serta kesenangan atau kepuasan di peroleh dalam
kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces
(kotoran). Sehingga pada fase ini anak di perkenalkan kepada aturan-
aturan kebersihan oleh orang tuanya yang dikenal dengan nama toilet
training. Frued membedakan dua cara orang tua dalam menerapkan
toilet training beserta akibatnya, yang pertama penerapan yang keras
dan menekan yang berakibat anak dimasa dewasanya akan memiliki
teliti dan ektrem dalam soal kebersihan. Yang kedua adalah orang tua
yang membiarkan anaknya membuang kotoran kehendak anak,
akibatnya akan mengembangkan kepribadian anal-agressive, yang
akan menunjukkan sifat-sifat kejam, destruktif, pembenci, serta
memiliki kecenderungan memandang orang lain sebagai objek untuk
dimiliki atau dikuasai.
c. Fase fa lik (3-5 tahun)
Pada fase ini energi libido sasarannya di alihkan dari daerah dubur ke
daerah alat kelamin. Pada fase falik ini dijumpai apa yang oleh Frued
sebut dengan oedipus complex (untuk anak laki-laki), electra complex
(untuk anak perempuan).
d. Fase genital (5-12 tahun)
Pada fase ini individu mengalami kebangkitan atau peningkatan dalam
dorongan seksual, dan mulai menaruh perhatian terhadap lawan jenis
(Koswara, 1991:49-53).
Timbulnya perubahan struktur kepribadian dan perbedaan-
perbedaan individu terjadi diantara masa anak sampai dewasa. Pada anak
(2-3 tahun) belum begitu tertarik pada nilai-nilai. Alport menganggap bayi
yang baru lahir memiliki dorongan-dorongan naif dan refleks-refleks yang
belum mempunyai suatu kepribadian. Anak diwarnai oleh potensi-potensi
fisik dan temperamen. Beberapa tingkah laku bayi merupakan
32
anak-anak mulai memperlihatkan perbedaan kualias kepribadian (Pasaribu,
Simandjuntak, 1984:123-124).
Menurut Alport perkembangan kepribadian yang sehat adalah
perkembangan di mana apabila bayi menerima keamanan dan kasih sayang
yang cukup, pertumbuhan psikologi yang positif akan terjadi sepanjang
tingkat munculnya diri. Anak akan membentuk suatu identitas dan
gambaran diri dan anak akan mulai meluas melampui orang itu. Maka
peranan ibu sangat penting, jika anak tidak diberikan keamanan dan rasa
kasih sayang yang cukup maka anak akan besar dalam kondisi tidak
aman, agresif, suka menuntut, iri hati, ego sentris dan pertumbuhan
psikologisnya berkurang (Schultz, 1991:29).
Pada penelitian di awal abad ke 20 pada dasarnya bahwa anak usia
2, 5, dan 10 tahun menunjukkan titik berat di mana perilaku berada dalam
suatu kesinambungan yang baik. Anak-anak itu mempunyai kesulitan yang
relatif minim dalam dirinya sendiri atau dengan dunia sekitarnya. Setiap
usia di atas yang dapat dikatakan berjalan lancar dan tidak terganggu
selalu di ikuti oleh periode singkat dimana perilaku kelihatan terpecah,
terganggu, dalam keadaan sulit saat anak menunjukkan dirinya berada
dalam ketidakseimbangan. Jadi kelancaran perilaku seorang anak berusia 2
tahun terpecah pada usia 2 'A tahun, usia 5'A tahun sampai 6 tahun dan 11
tahun. Anak usia 11 tahun biasanya menunjukkan bahwa ia tidak cocok
dengan lingkungan dan dirinya sendiri. Sedangkan usia 4, 8, dan tahun
dalam berbagai hal. Bahkan ia mungkin berada dalam bahaya karena
berkembang terlalu pesat. Ia keluar dari rumah dan hilang pada usia 4
tahun. Pada usia 8 tahun ia menuntut bersepeda dijalan umum dan
kemungkinan tertabrak, usia 14 tahun ia terjerat dalam berbagai rencana
sosial yang bertentangan (Mussen, dkk, 1988:14).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
Hipocrates (460-375SM) berpendapat bahwa kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh proses-proses faali dalam tubuh, terutama oleh
bekerjanya cairan-cairan dalam tubuh:
a. Jenis sanguinin: sangat periang dipengaruhi sebagian terbesar oleh
darah.
b. Jenis ffegmatik: lamban, tak semangat, yang paling berpengaruh
adalah kelenjar ludah.
c. Jenis kholerik: pemarah, cepat bereaksi, banyak dipengaruhi oleh
empedu kuning (Fauzi, 2008:167).
Selain dipengaruhi oleh kelenjar dalam tubuh, kepribadian juga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang ada di sekitarnya, baik dalam
lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Cara orang tua
mendidik dan menerapkan disiplin pada anak sangat mempengaruhi
pribadi dan tingkah laku keseharian anak, hal ini juga dipengaruhi oleh
faktor dari luar dan faktor dari dalam yang menjadi penentu dari
34
Selain itu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepribadiaan
anak adalah pendidikan, yang salah satu di antaranya adalah sikap orang
tua yang terlalu memanjakan anaknya. Adapun faktor yang menyebabkan
orang tua terlalu memanjakan anak yaitu:
a. Orang tua anak tersebut di manjakan oleh orang tuanya sehingga
pengalaman itu di wariskan kepada anaknya
b. Orang tua mempunyai konsep kebahagiaan yang kurang tepat.
Misalnya kebahagiaan di identikkan dengan menyenangkan hati anak-
anaknya dengan menuruti semua permintaan mereka memberi barang-
barang, lux, uang.
c. Sikap memanjakan dapat di sebabakan juga karena orang tua dahulu
mempunyai pengalaman hidup yang pahit dan miskin sehingga mereka
ingin menghindari anak mereka dari situasi yang serba sulit
d. Orang tua yang banyak kegiatan dan bisnis sehingga tidak mempunyai
waktu senggan yang cukup bagi anak-anaknya.kegiatan overaktif ini
dapt menimbulkan rasa bersalah bagi orang tua sehingga mereka
menuruti semua peramintaan atau memberikan barang-barang berharga
sebagai substitusi kasih sayang mereka
e. Kecenderungan orang tua yang kadang-kadang membedakn anak-anak
mereka. Sikap membedakan biasanya di latar belaknagi oleh factor
pandangan/kebudayaan yang tertentu misalnya rasa bangga terhadap
anak laki-laki. Keadilan orang tua yang tidak merata terhadap anak
maupun perbedaan kasih sayang. Bagi anak yang merasa di perlakukan
tidak addil dapat menyebabkan kekecewaan terhadap orang tuanya dan
akan merasa iri hati dengan saudara kandungnya. Dalam hubungan ini
biasanya anak melakukan protes terhadap orang tuanya yang di
wujudkan dalam berbagai bentuk kenakalan
(www.pdqueen.com/html/ahr).
Dari kelima faktor di atas yang mempunyai kekuatan besar
mempengaruhi pribadi anak. Penyimpangan/kenakalan akan tampak pada
diri anak yang mendapat perlakuan tersebut.
Dengan perawatan jiwa, semua perasaan yang terpendam dapat di
ungkapkan melalui permainan dan secara langsung situasi perawatan
memungkinkannya mengenal perasaannya dan dapat menerima kenyataan
dengan obyektif. Dengan itu pribadi anak akan berubah menjadi supel,
menyenangkan dan dapat bergaul baik dengan adik dan orang tua di
rumah, maupun dengan teman-temanya di sekolah (Daradjat, 1972:476).
Menurut pendapat Tarde, kejahatan bukanlah masalah antropologis
melainkan masalah sosiologis. Sebagai lain-lain kejadian sosiologis
kejahatan itu di kuasai oleh hasrat meniru, karena peniruanlah mak tingkah
laku jahat terbentuk, jadi bukan karena dasar yang di bawa sejak lahir
(Suryobroto, 1990:88). Proses yang diberikan oleh orang tua akan
memberikan respon yang kuat kepada anak. Tingkah laku, tutur kata, gaya
bahasa yang orang tua pakai dalam keseharian akan sangat mempengaruhi
36
oleh anak. Misalnya anak kembar identik yang di lahirkan dalam satu
ovum tetapi di besarkan dengan tempat yang berbeda dan mendapat
asuhan serta pendidikan yang berlainan. Kepribadian dan tingkah laku
akan Nampak jelas sesuai dengan keadaan sosial yanga di terimanya
sehari-hari
Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat, unsur-unsur
yang ada dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan
jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakua dan pemikiran
anak khususnya ayah dan ibu. pengaruh keluarga dalam pendidikan anak
sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluarga yang menyiapkan
potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya,
kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang
tua serta lingkungannya.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi kepribadian anak adalah
sebagai berikut:
a. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil dalam
lingkungan masyarakat yang terdiri ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga
berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota
keluarga dimana ketentraman dan ketertiban di peroleh dalam keluarga
tersebut.
Selain itu dikatakan juga bahwa keluarga merupakan unit sosial
A. Deskripsi Subjek Penelitian
1. Situasi dan kondisi biografis
Untuk mengetahui keadaan desa Tendas Kecamatan Tayu
Kabupaten Pati, dimana desa Tendas kecamatan Tayu secara geografis
terletak di pesisir laut Jawa dengan sebagian besar mata pencaharian
penduduknya adalah bercocok tanam. Dan secara geografis desa Tendas
bebatasan dengan:
a. Sebelah selatan : Desa sendangrejo
b. Sebelah barat : Desa sumberejo dan kedungbang
c. Sebelah utara : Desa keboromo dan sambiroto
d. Sebelah timur : Desajepat lor
2. Keadaan umum desa
Luas desa Tendas adalah 170.100 ha, yang terdiri dari:
a. Tanah sawah : 67.160 ha
b. Tanah tegai : 28.790 ha
c. Tanah perumahan : 70.720ha
d. Tanah lain-lain : 3.420 ha
Jumlah total : 170.100 ha
Terbagi atas:
a. 4 dusun
45
b. 2 RW
c. 16 RT
3. Keadaan dan jumlah penduduk
Keadaan dan jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 2.493
19 18 tahun 39 orang
47
4. Struktur Pemerintahan
Kelurahan Tendas secara administrasi berada di wilayah Kecamatan
Tayu Kabupaten Pati. Dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, baik
tugas rutin maupun tugas pembangunan, seorang kepala kelurahan dibantu
oleh perangkat kelurahan yang terdiri atas:
a. Satu kepala desa
b. Satu orang sekretaris
c. 11 orang perangkat desa lainnya
Terdiri atas:
a. 5 orang kepala saksi
b. 2 orang kepala dusun
c. 4 orang staf pembantu
Untuk lebih lengkap lihat keterangan di bawah ini:
a. Kepala desa : M. Rozi
b. Sekretaris desa : H.M Rahim
c. Kadus RW 01 :
-d. Kadus RW 02 :
-e. Ka-sie pemerintahan :
-f. Ka-sie pembanguna : H. Kusairi
g- Ka-sie kesra :
-h. Kaur administrasi/umum :
-i. Kaur keuangan : Kardo Suwandi
j- Staf ka-sei pemerintahan : Ashari
1. Adapun pengurus rukun tetangga masa bhakti tahun 2008-2013 berdasarkan
surat keputusan kepala desa Tendas nomor: 141/01/2010 tanggal 9 januari
2010, adalah:
1 01/01 Winoto Selamet Samito Suroto Purwanto
2 02/01 Usodo Suroso Heri SR Sutomo Suhud
3 03/01 Y. Marwoto Ngatimin Joyo urip Suyanto Sutowo
4 04/01 Sutopo Mulyono Ali ahmadi Sutrisno Sukardi
5 05/01 Sulkan Triyono Suratno Kasbi Pardi
6 06/01 Sukarmin Yasir Arafat Suyadi Suyono Jamin
7 07/01 A. Kumaidi SH Kupurwantono Sulistiyono Selamet Kasian Rusmijan
8 08/01 Sukamto S.Pd Syaifudin S. Ag Pardi Suroto Mat Ghofar
9 01/02 Suparman Supriyanto Sarman Laswi Sukarsan
10 02/02 Sukibi Sadi Sarmin Surantoi Karlin
11 03/02 Kusmono Kunardi Triyono Kunarto Ramijan
12 04/02 Jaenuri Siswanto Sukoyo Kastur Sutamo
13 05/02 M. Samidi Fauzan S.pd Waluyo Sutaryo Agus
suwignyo
14 06/02 Hardi Kasturi Ahmad rondi Rusdi Parwi
15 07/02 Kasmuri Sutikno Suharto Supar M. Sugiyanto
16 08/02 Subandi Hurito Suroso Siswoyo Hadi
5. Keadaan sosial keagamaan
Masyarakat Tendas yang berjumlah 2.493 jiwa, Mayoritas
beragama Islam dan Kristen Protestan. Lebih jelasnya lihat dalam table
49
No Jenis Agama Jumlah
3 Katolik
-4 Hindu
-5 Budha
-Jumlah 2.493
Tabel 4
Sarana Peribadatan Periode 2010
No Jenis Sarana Ibadah Jumlah
1 Masjid 1
2. Mushola 10
3 TPQ 2
4 Gereja 1
6. Keadaan Sosial Pendidikan
Masyarakat Tendas bisa dikatakan baik dan peduli terhadap
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari data statistik tingkat pendidikan
masyarakat kelurahan Tendas pada tabel berikut:
Tabel 5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Periode 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tingkat Perguruan Tinggi 26 orang
2 Tamat SLTA 264 orang
3 Tamat SLTP 384 orang
4 Tamat SD 626 orang
5 Belum Tamat SD 680 orang
Adapun laporan sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan
Keadaan penduduk Tendas berdasarkan mata pencaharian:
51
B. Penyajian Data
Setelah melalui penyebaran angket, pengumpulan data melalui data
observasi interviuw dan dokumentasi di lapangan, Terlebih dahulu di sajikan
bentuk data guna memperlancar langkah suatu penelitian.
Untuk memperoleh data tentang kedisiplinan orang tua dan kepribadian
anak desa Tendas menggunakan angket yang berisi indikator tentang
kedisiplinan orang tua sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban a, b, c
kepada orang tua desa Tendas yang mempunyai anak berumur 8-12 tahun.
Mengisi jawaban angket yang berisi indikator tentang kepribadian anak
sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban yang telah di sediakan yaitu
a, b, c kepada orang tua desa Tendas sebanyak 45 orang.
Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di
desa Tendas kecamatan Tayu kabupaten Pati tahun 2010/2011
No Nama Umur
Jawaban Angket Variabel Kedisiplinan Orang Tua
55
No Responden
'
Nomor Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
40 B B C B B B B B C A
41 B B C B B B B C B A
42 A A A A A A A A A A
43 C B B B B B B C B A
44 B B A B B C B B C B