• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak dan Geografis Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon

Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang terletak pada lintang 06°30’ LS-07°00’ LS dan 108°40’ BT. Wilayah tersebut mempunyai ketinggian 0-130 m di atas permukaan laut. Kedalaman perairan berkisar antara 0-20 m dengan dasar perairan lumpur dan lumpur berpasir. Secara keseluruhan wilayah ini mempunyai luas 981 029 km2 dengan pantai sepanjang ±54 km (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, 2011).

Gebang Mekar merupakan salah satu desa pantai yang berada di Kecamatan Gebang dan merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Cirebon yang berada di wilayah timur dengan luas wilayah 242 615 m2. Secara geografis Desa Gebang Mekar berada pada posisi 108°43’5” BT dan 6°49’ LS. Desa Gebang mekar secara administrasi terdiri dari empat dusun, 06 rukun warga (RW) dan 18 rukun tetangga (RT) yang dipisahkan oleh sungai tempat berlabuhnya kapal-kapal nelayan. Desa Gebang Mekar terletak di wilayah paling utara Kecamatan Gebang, dengan batas administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : Desa Gebang Ilir Sebelah Selatan : Desa Gebang Ilir Sebelah Barat : Desa Gebang Kulon 5.2 Topografis

Secara topografi Kabupaten Cirebon mempunyai ketinggian antara 0-130 meter di atas permukaan laut dan dibedakan menjadi dua bagian yaitu daerah dataran rendah yang terletak di sepanjang Pantai Utara Jawa antara lain: Kecamatan Gegesik, Kapetakan, Arjawinangun, Klangenan, Cirebon Utara,

(2)

Tengah Tani, Weru, Mundu, Astanajapura, Lemahabang, Pangenan, Karangsembung, Waled, Babakan, Ciledug dan Losari, sedangkan lainnya termasuk pada daerah dataran sedang dan tinggi. Iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai, terutama bagian Utara, Timur dan Barat, sedangkan di sebelah Selatan adalah daerah perbukitan. Desa Gebang Mekar terletak di daerah dataran rendah yaitu di pesisir.

5.3 Demografi

Jumlah penduduk Desa Gebang Mekar berdasarkan data statistik pada tahun 2010 tercatat sebanyak 6 341 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3 339 atau 52,66 persen dan perempuan sebanyak 3 002 jiwa atau 47,34 persen (Desa Gebang Mekar, 2010). Mata pencaharian penduduk Desa Gebang Mekar yaitu sebagai nelayan, petani, wiraswasta/pengusaha, buruh, Pegawai Negri Sipil dan TNI POLRI. Mayoritas mata pencaharian penduduk di Desa Gebang Mekar adalah sebagai nelayan dengan presentase sebesar 91,80 persen, kemudian diikuti oleh wiraswasta/pengusaha dengan presentase sebesar 5,77 persen. Daftar mata pencaharian penduduk Desa Gebang Mekar disajikan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk Desa Gebang Mekar Tahun 2010 Mata Pencaharian Jumlah (orang) Presentase (%)

Petani 15 0,49 Nelayan 2 800 91,80 Wiraswasta/pengusaha 176 5,77 Buruh 46 1,51 PNS 6 0,20 TNI POLRI 7 0,23 Jumlah 3050 100

(3)

Jumlah penduduk di Desa Gebang Mekar dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-17 tahun), kelompok usia kerja 18-56 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua (56 tahun ke atas). Kelompok umur di Desa Gebang Mekar dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Kelompok Umur Penduduk Desa Gebang Mekar Tahun 2008

Kelompok Umur Jumlah Penduduk (Orang)

0-17 1 807

18-56 3 749

56+ 746

Sumber : Desa Gebang Mekar, 2008 (diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Gebang Mekar yang usia produktif lebih besar dari kelompok umur muda yaitu sebesar 3 749 orang sedangkan usia tua dari data sekunder sebesar 746 orang. Dengan demikian sebagian besar penduduk Gebang Mekar dalam usia kerja (umur produktif).

5.4 Potensi Sumberdaya Perikanan

Potensi sumberdaya ikan yang tertangkap terdiri dari berbagai jenis ikan ekonomis penting. Jenis-jenis ikan yang tertangkap di Kabupaten Cirebon diantaranya ikan manyung (Arius thalassinus), kakap (Lates calcalifer), bambangan (Lutjanus sanguineus), lidah (Cynoglossus bilineatus), pepetek (Leiognathus splenden), ekor kuning (Caesio erythrogaster), kurisi (Nemipterus

hekodon), cucut (Hemigaleus argentata), pari (Dasyatis sp), bawal putih (Pampus argentus), bawal hitam (Formio niger), alu-alu (Sphyraena sp), talang-talang

(Chorinemus tala), belanak (Mugil cepalus), kuro (Elentheronema tetradacty), julung-julung (Hemirhampus sp), teri (Stolephorus sp), japuh (Dussumiera acuta), tembang (Sardinella sp), kembung (Rastrelliger sp), tenggiri (Scomberomorus

(4)

putih (Penaeus merguiensis), cumi-cumi (Loligo sp) dan kepiting (Scylla serrata) (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, 2011).

5.5 Kondisi Perikanan

Kondisi perikanan yang dimaksudkan adalah suatu gambaran tentang keadaan perikanan yang meliputi produksi perikanan, sarana prasarana dan musim dan daerah penangkapan ikan.

5.5.1 Produksi dan Nilai Produksi

Produksi perikanan merupakan salah satu andalan sebagai pemasukan APBD bagi pemerintah Kabupaten Cirebon. Industri perikanan merupakan sektor yang cukup penting dalam menunjang perekonomian masyarakat Kabupaten Cirebon. Sektor ini dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut selama periode 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Tahun 2006 – 2010 di Kabupaten Cirebon

Tahun Produksi Ikan (ton) Nilai Produksi dalam Rp 1 000 Perubahan Persentase Produksi (%) 2006 39 429,10 249 817 100 - 2007 39 657,90 260 494 230 0,58 2008 32 111,90 588 422 144 -23,50 2009 35 393,30 426 066 900 9,27 2010 27 424,00 430 270 524 -29,06

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, 2011 (diolah)

Pada Tabel 6 di atas, pada tahun 2008 produksi perikanan laut mengalami penurunan sebesar 23,50 persen dari produksi tahun sebelumnya yaitu 39 657,90 (ton) pada tahun 2007 menjadi 32 111,90 (ton). Namun penurunan terbesar terjadi pada tahun 2010 produksi perikanan laut mengalami penurunan sebesar 29,06 persen dari produksi tahun 2009 yaitu dari 35 393,30 (ton) menjadi 27 424,00 (ton) pada tahun 2010.

(5)

Tabel 7. Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Rajungan Tahun 2006-2010 di Kabupaten Cirebon Tahun Produksi Rajungan (ton) Nilai Produksi Dalam Rp 1 000 Perubahan Persentase Produksi (%) 2006 3 257,70 52 104 000,00 - 2007 2 886,40 44 187 500,00 -12,86 2008 7 434,40 179 519 000,00 61,18 2009 2 969,30 74 232 500,00 -150,38 2010 2 786,00 82 026 500,00 -6,58

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, 2011 (diolah)

Produksi komoditi rajungan mengalami fluktuasi namun cenderung mengalami penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2009, produksi rajungan pada tahun 2008 sebesar 7 434,40 (ton) mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 2 969,30 (ton) penurunan tersebut sebesar 150,38 persen. Produksi rajungan tertinggi selama lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 7 434,40 (ton) dengan nilai produksi sebesar Rp 179 519 000,- (Tabel 7).

5.5.2 Prasarana dan Sarana

Prasarana dan Sarana penunjang sangat penting untuk mendukung kegiatan perikanan. Sarana prasarana dapat berupa dermaga yaitu tempat bersandar dan merapat kapal ikan, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), SPDN yang berada di dekat dermaga kapal yang memudahkan nelayan untuk mengisi BBM, KUD Mina Bahari sebagai lembaga keuangan bagi para nelayan, Kantor Syahbandar dan Kepolisan Sektor Gebang, Pelabuhan Perikanan guna menunjang kelancaran usaha perikanan, industri perikanan dan kegiatan usaha atau usaha lain yang berkaitan dengan perikanan. Pelabuhan perikanan dapat dilihat pada Gambar 3.

(6)

Gambar 3. Pelabuhan Pendaratan Ikan Gebang Mekar 5.5.3 Musim dan Daerah Penangkapan

Nelayan di Kabupaten Cirebon biasanya membagi musim menjadi empat berdasarkan kondisi wilayah dan keadaan angin, yaitu musim timur, musim selatan (musim peralihan yang didahului oleh angin kumbang), musim barat dan musim utara (peneduh/peralihan). Musim timur terjadi antara bulan Juni-Agustus. Musim Barat terjadi antara bulan Desember-Maret (Nontji, 1993).

Kondisi musim mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan, karena tiap jenis ikan memiliki musim penangkapan yang berbeda-beda. Musim penangkapan ikan di perairan Cirebon dibagi tiga musim yaitu musim barat, musim timur dan musim kumbang. Selama musim barat, kondisi gelombang dan angin sangat kuat. Musim barat menguntungkan nelayan jaring kejer dan bubu lipat yang umumnya menangkap rajungan.

Nelayan Desa Gebang Mekar dalam menentukan daerah penangkapan (fishing ground) jaring kejer dan bubu lipat umumnya berdasarkan pengalaman nelayan yang melakukan trip sebelumnya. Apabila hasil tangkapan yang diperoleh pada operasi penangkapan sebelumnya cukup banyak, maka nelayan akan

(7)

melakukan kegiatan penangkapan di daerah yang sama. Sebaliknya, jika diperoleh hasilnya sedikit maka nelayan akan mencari daerah penangkapan yang baru.

Daerah penangkapan rajungan oleh nelayan Desa Gebang Mekar umumnya terdapat di perairan Cirebon, Indramayu, Brebes dan Tegal. Musim panen dan sedang biasanya nelayan menangkap rajungan di sekitar perairan Cirebon, yaitu di perairan Kalibungko, Dadap, Mundu, Celangcang, Gebang Mekar dan Losari. Kedalaman perairan untuk pemasangan jaring kejer berkisar antara 7-12 meter sedangkan untuk bubu lipat berkisar 15-20 meter tergantung jarak yang ditempuh dari fishing base dengan substrat perairan lumpur berpasir dan lumpur.

5.6 Karakteristik Nelayan Responden

Karakteristik nelayan rajungan yang diperoleh dalam penelitian di Desa Gebang Mekar dianalisis dalam beberapa kriteria yaitu meliputi umur, pengalaman, tingkat pendidikan dan kepemilikan pekerjaan sampingan keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.6.1 Umur Nelayan

Umur dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok umur yang menggambarkan tingkat produktif dan non produktif dalam suatu pekerjaan. Usia produktif adalah usia dimana mampu menghasilkan suatu produk dan masih dapat meningkatkannya. Berdasarkan tingkatan umur nelayan rajungan di Desa Gebang Mekar, responden yang memiliki usia paling muda adalah berumur 25 tahun dan usia paling tua adalah berumur 72 tahun. Sebaran nelayan responden berdasarkan umur dapat dilihat dalam Tabel 8.

(8)

Tabel 8. Jumlah Nelayan Responden Berdasarkan Sebaran Umur di Desa Gebang Mekar Tahun 2011

No Umur (Tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1 25-34 10 28,57 2 35-44 18 51,43 3 45-54 5 14,29 4 55-64 1 2,86 5 ≥ 65 1 2,86 Jumlah 35 100

Sumber : Data primer, 2011 (diolah)

Tabel 8 menunjukkan sebagian usia nelayan responden berada pada umur 35-44 tahun yaitu sebanyak 51,43 persen. Sedangkan jumlah responden terendah yaitu pada kelompok umur 55-64 tahun dan lebih dari 65 tahun kelompok umur usia lanjut atau non produktif namun masih aktif bekerja sebagai nelayan umur nelayan tersebut adalah 72 tahun. Keadaan yang menyebabkan usia tidak produktif untuk tetap bekerja adalah kondisi perekonomian nelayan yang rendah dan keahlian yang dimiliki hanya mencari ikan sehingga memperkecil kesempatan untuk bekerja di sektor lain selain mencari ikan.

5.6.2 Pengalaman Nelayan

Pengalaman nelayan sangat menentukan tingkat keahlian dalam usaha untuk menangkap ikan, karena operasi penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam yang tidak menentu. Kondisi alam yang sering berubah sehingga akan menyulitkan penangkapan ikan jika seorang nelayan tidak mempunyai pengalaman dalam membaca perubahan kondisi alam. Pengalaman juga berperan terhadap pemilihan lokasi untuk menangkap rajungan karena, seluruh nelayan yang berada di Desa Gebang Mekar masih tergolong kedalam nelayan tradisional yang tidak menggunakan Global Positioning System (GPS) dalam menentukan

(9)

daerah penangkapan ikan. Sehingga pengalaman sebagai nelayan sangat diperlukan dalam menangkap rajungan.

Nelayan responden Desa Gebang Mekar yang memiliki pengalaman paling rendah adalah 7 tahun sedangkan yang paling tinggi adalah 55 tahun. Sebaran tingkat pengalaman nelayan rajungan dikelompokkan dalam beberapa bagian yaitu nelayan denga kisaran pengalaman kurang dari 10 tahun, 10 sampai 20 tahun, 21 sampai 30 tahun, 31 sampai 40 tahun dan lebih dari 41 tahun. Sebaran jumlah responden berdasarkan pengalaman menjadi nelayan dapat dilihat dalam Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Nelayan Responden Berdasarkan Pengalaman Menjadi Nelayan di Desa Gebang Mekar Tahun 2011

No Pengalaman (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1 <10 2 5,71 2 10 – 20 13 37,14 3 21 -30 15 42,86 4 31 – 40 2 5,71 5 >41 3 8,57 Jumlah 35 100

Sumber : Data primer, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa nelayan yang memiliki pengalaman dengan kisaran 21-30 tahun yaitu sebanyak 15 responden atau sebanyak 42,86 persen adalah jumlah terbesar. Berdasarkan banyaknya nelayan yang memiliki pengalaman 21-30 tahun, hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan nelayan memiliki pengalaman yang cukup untuk menunjang operasi penangkapan ikan.

5.6.3 Tingkat Pendidikan

Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh nelayan akan membantu membuka wawasan dan pola fikir manusia dan tingkat penerimaan akan teknologi

(10)

baru dalam usaha penangkapan. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap kemampuan di bidang lain selain menjadi nelayan. Pengelompokkan tingkat pendidikan ini berdasarkan jenjang pendidikan yang ada di Indonesia. Pengelompokkan tingkat pendidikan maksimal hanya sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), hal ini berdasarkan program pendidikan wajib dari pemerintah hanya sampai 12 tahun.

Tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP dan Tamat SMA. Sebaran jumlah nelayan responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Nelayan Responden di Desa Gebang Mekar Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1 Tidak Tamat SD 6 17,14 2 Tamat SD 27 77,14 3 Tamat SMP 1 2,86 4 Tamat SMA 1 2,86 Jumlah 35 100

Sumber : Data primer, 2011 (diolah)

Dapat dilihat pada Tabel 10 diatas jumlah nelayan yang tamat SD sebanyak 27 orang atau sekitar 77,14 persen dari total responden sebanyak 35 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan nelayan di Desa Gebang Mekar masih relatif rendah. Hal ini disebabkan keadaan rumah tangga nelayan yang miskin mendorong para nelayan untuk menjadi nelayan agar bisa membantu perekonomian keluarga mereka. Mayoritas nelayan telah bekerja menjadi nelayan sejak umur 13-14 tahun, mereka membantu orang tua mereka dengan menjadi ABK.

(11)

5.6.4 Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan sampingan di luar sebagai nelayan (off-fishing) merupakan sebuah pekerjaan yang dilakukan di luar pekerjaan menjadi nelayan. Pendapatan sebagai nelayan yang tidak menentu mengharuskan mereka mencari tambahan pemasukan bagi keluarga agar kebutuhan sehari-hari mereka dapat terpenuhi. Pekerjaan sampingan dilakukan oleh nelayan rajungan dilakukan ketika bulan-bulan paceklik atau nelayan tersebut memang hanya memiliki satu macam jaring atau alat tangkap sehingga ketika tidak sedang panen rajungan mereka tidak bisa pergi kelaut.

Pekerjaan sampingan yang dimiliki oleh nelayan rajungan di Desa Gebang Mekar adalah sebagai buruh petani bawang di Brebes, tukang becak, budidaya udang dan membuka warung di rumah mereka. Pekerjaan sampingan tersebut dapat menambah penghasilan dari usaha penangkapan ikan yang tidak menentu. Usaha penangkapan ikan yang tidak menentu dapat juga dikarenakan oleh isu pemanasan global dan semakin banyaknya jaring atau alat tangkap yang tidak ramah lingkungan sehingga berpengaruh terhadap ekosistem laut. Sebaran jumlah responden berdasarkan kepemilikan pekerjaan sampingan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Pekerjaan Sampingan Nelayan di Desa Gebang Mekar Tahun 2011

No Pekerjaan Sampingan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1 Punya 5 14,29 2 Tidak Punya 30 85,71 Jumlah 35 100

Sumber : Data primer, 2011 (diolah)

Dapat dilihat pada Tabel 11 menunjukkan dari 31 orang total responden sebanyak 30 orang atau 85,71 persen responden tidak mempunyai pekerjaan

(12)

sampingan, sedangkan 5 orang atau sekitar 14,29 persen responden mempunyai pekerjaan sampingan. Pada Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan sebagai nelayan merupakan pekerjaan satu-satunya yang dapat dilakukan oleh nelayan di Desa Gebang Mekar. Hal ini juga akibat dari rendahnya tingkat pendidikan nelayan serta skill, hal tersebut mengakibatkan nelayan memiliki sedikit kesempatan untuk bekerja di bidang lain selain menjadi nelayan. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah telah membuat masyarakat nelayan sulit mengembangkan diri dalam aktivitas ekonomi.

5.7 Unit Penangkapan

Dalam perikanan tangkap, operasi penangkapan membutuhkan unit-unit penangkapan. Unit penangkapan dalam operasi penangkapan antara lain adalah alat tangkap, perahu, nelayan dan bahan bakar.

5.7.1 Alat Tangkap

Alat tangkap merupakan salah satu unit yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan. Alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan di Kabupaten Cirebon bervariasi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Banyaknya Alat Tangkap Ikan Laut Tahun 2006 – 2010 di Kabupaten Cirebon

No Alat Tangkap Jumlah (Unit)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Payang 788 796 1 522 793 793

2 Dogol 25 25 138 138 138

3 Pukat Pantai/Jaring Arad 1 215 1 648 206 206 206 4 Jaring Insang Hanyut 979 934 197 472 472

5 Jaring Lingkar 16 16 165 592 592

6 Jaring Insang Tetap 1 415 1 415 1 256 1 475 1 475 7 Trammel Net 534 1 168 1 786 2 014 2 014 8 Bagan Tancap 52 52 53 192 192 9 Rawai Tetap 28 243 233 233 233 10 Perangkap Kerang 473 473 536 277 277 11 Perangkap Lainnya 0 746 507 667 680 Jumlah 5 525 7 516 6 599 7 059 7 072 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, 2011

(13)

Berdasarkan data pada Tabel 12 nelayan di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 alat tangkap rajungan yaitu jaring kejer termasuk dalam jaring insang tetap dan bubu lipat termasuk dalam perangkap lainnya.

1. Alat Tangkap Bubu Lipat

Bubu lipat yang dioperasikan di Desa Gebang Mekar memiliki bagian-bagian, yaitu pelampung tanda, tali pelampung tanda, tali utama, tali cabang dan bubu lipat. Dioperasikan oleh 4-5 orang nelayan tergantung dari banyaknya bubu yang dibawa dan jarak daerah penangkapan yang ditempuh. Operasi penangkapan tiap tripnya dilakukan selama empat hari.

Umumnya nelayan membeli bubu dengan cara memesan sesuai dengan ukuran berdasarkan keinginan nelayan. Bubu lipat dengan ukuran besar memiliki harga jual Rp 18 000 per buah mempunyai ukuran panjang 52 cm, lebar 33 cm dan tinggi 20 cm, sedangkan yang berukuran kecil dengan harga Rp 13 000 mempunyai ukuran panjang 44 cm, lebar 28 cm dan tinggi 15 cm. Jumlah bubu yang dibawa berkisar 150-400 buah. Hasil tangkapan utama bubu lipat ini adalah rajungan.

2. Alat Tangkap Jaring Kejer

Jaring kejer memiliki bagian-bagian, yaitu tali ris atas (Head rope), tali pelampung (float line), pelampung (float), badan jaring (webbing), tali ris bawah (ground rope), pemberat (sinker), tali selambar dan perlengkapan tambahan berupa pelampung tanda dan pemberat tambahan. Jaring kejer dioperasikan oleh 3-4 orang, kadang ada beberapa nelayan yang ikut membawa jaring kejer sendiri dengan tujuan menghemat biaya operasional. Biasanya tiap nelayan membawa 30-90 tingting.

(14)

5.7.2 Perahu

Perahu adalah kapal yang digunakan nelayan untuk menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pekerjaan-pekerjaan riset, guidance,

training dan kontrol. Perahu juga merupakan salah satu unit penangkapan yang

digunakan di atas air sebagai alat transportasi untuk membawa faktor produksi dari daratan sampai daerah tujuan tangkapan ikan (fishing ground). Jenis perahu yang digunakan oleh nelayan responden tergolong masih tradisional yaitu perahu yang terbuat dari kayu dan jenis kayu yang digunakan untuk membuat perahu adalah kayu jati (Tectona grandis) yang memiliki sifat kuat terhadap air laut. Teknologi perikanan tangkap dari segi metode penangkapan terus mengalami perkembangan, perkembangan ini dimulai dari penggunaan mesin untuk menggerakkan perahu.

Ukuran perahu dikelompokkan berdasarkan berat kotor perahu yaitu GT (Gross ton) dengan ukuran kapal 2-5 GT. Mesin merupakan salah satu unit penangkapan dalam perikanan tangkap dan kekuatan mesin 10-25 PK.

5.7.3 Nelayan

Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memegang peranan penting dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan. Peranan tersebut didasarkan pada kemampuan nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan alat tangkap serta pengalaman dalam menentukan fishing ground (daerah penangkapan ikan).

Berdasarkan status kepemilikannya terhadap alat tangkap, nelayan Desa Gebang Mekar dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

(15)

1. Nelayan pemilik atau juragan, yaitu nelayan yang memiliki sarana produksi dan bertanggung jawab membiayai operasi penangkapan. Nelayan pemilik ini merupakan bakul yang berperan dalam proses pendaratan sampai pada tahap pemasaran.

2. Nelayan buruh, yaitu nelayan yang secara langsung melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan buruh tersebut ada yang memiliki alat tangkap ada juga yang hanya menyediakan tenaga untuk operasi penangkapan buruh ini terdiri dari nelayan yang waktu bekerjanya sebagian besar digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan dan nelayan sambilan yang hanya sebagian kecil waktunya untuk melakukan operasi penangkapan selebihnya digunakan untuk melakukan pekerjaan lain. 5.7.4 Bahan Bakar (Solar)

Bahan bakar perahu yang digunakan oleh nelayan di Desa Gebang Mekar adalah solar untuk menjalankan mesin diesel. Banyaknya jumlah solar yang digunakan mempengaruhi waktu operasi penangkapan. Nelayan jaring kejer merupakan nelayan one day fishing mereka berangkat setelah shalat subuh dan pulang sekitar jam 10-12 siang sehingga bahan bakar yang dibutuhkan kurang lebih 10-15 liter karena jarak tempuh tidak terlalu jauh. Sedangkan untuk nelayan bubu mereka beroperasi lebih lama dan daya jangkau ke daerah penangkapan (fishing ground) lebih jauh sehingga bahan bakar yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan nelayan rajungan yang menggunakan jaring kejer yaitu sebanyak 100-120 liter. Kapasitas mesin juga berpengaruh terhadap jumlah bahan bakar karena, semakin besar kapasitas mesin maka semakin besar pula jumlah bahan bakar.

Gambar

Tabel 5. Kelompok Umur Penduduk Desa Gebang Mekar Tahun 2008  Kelompok Umur  Jumlah Penduduk (Orang)
Tabel 6.  Perkembangan  Produksi  dan  Nilai  Produksi  Perikanan  Laut  Tahun 2006 – 2010 di Kabupaten Cirebon
Tabel 7.  Perkembangan  Produksi  dan  Nilai  Produksi  Rajungan  Tahun  2006-2010 di Kabupaten Cirebon  Tahun  Produksi  Rajungan (ton)  Nilai Produksi   Dalam Rp 1 000  Perubahan Persentase Produksi (%)  2006  3 257,70  52 104 000,00  -  2007  2 886,40
Gambar 3. Pelabuhan Pendaratan Ikan Gebang Mekar    5.5.3  Musim dan Daerah Penangkapan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian pembebanan hak tanggungan di perusahaan daerah bank perkreditan rakyat bank pasar kabupaten sukoharjo belum sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku,

optimal bagi kepentingan kegiatan pembelajaran, (b) para guru juga tidak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidang pengembangan bahan- bahan belajar

Contoh, jika banyak peserta ujian yang tidak bisa menjawab soal tersebut dengan benar, maka soal tersebut termasuk soal yang sulit.. Sebaliknya, jika banyak peserta ujian yang

Menurut teori ini bahwa konflik terjadi disebabkan oleh benturan kepentingan antar manusia dalam memperjuangkan pemenuhan kebutuhan dasar baik fisik maupun

Spesiasi tidak simpatrik ialah suatu pembentukkan spesies baru pada daerah geografi yang berbeda dengan spesies lain yang sekerabatc. Proses ini dapat dibagi menjadi

Sehingga ketika individu rentan, individu laten, individu terinfeksi, individu terisolasi, dan individu sembuh pada jumlah tertentu, kemudian interaksi antara individu

Darwin, kerana beradaptasi, moyang jerapah yang dulu bervariasi akhirnya hanya yang berleher panjang yang dapat hidup.. Darwin, karena seleksi alam, semua moyang

Permukaan Echinodermata umumnya berduri, baik itu pendek tumpul atau runcing panjang.Duri berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa.Sistem saluran