• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

Oleh Abdul Hamid1 Anang Santoso2

Roekhan²

E-mail: hiliyahhamid@gmail.com Universitas Negeri Malang Jalan Semarang Nomor 5 Malang

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini memaparkan wujud, faktor sosial penentu alih kode dan campur kode tuturan masyarakat pesantren al-Aziz Banjarpatoman. Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif karena dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek. Hasil analisis data mendapatkan deskripsi wujud campur kode, faktor-faktor yang mempengaruhi alih kode, dan faktor-faktor yang mempengaruhi campur kode.

Kata Kunci: alih kode, campur kode, masyarakat pesantren

ABSTRACT: The objective of this study was to describe social factors form in determining over the code and mixed code of people‟s statement at pesantren al-Aziz

Banjarpatoman. The approach which was used in this study was descriptive that was for understanding phenomena which was suffered by subject of the study. The approach of this study is descriptive because it is intended to understand the phenomenon experienced by the subject. The results of data analysis to get a description of the code being mixed, factors which influenced over the code, and factors which influenced mixed code.

Keywords: over the code, mixed code, people at pesantren

Bahasa merupakan suatu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. “Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan

berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama” (Dardjowidjojo, 2005:16).

Manusia mengakui kepentingan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia akan hidup terasing dari masyarakat dan tidak ada kemajuan, maka dengan adanya keinginan untuk selalu melakukan hubungan dengan orang lain/mitratutur itulah yang menyebabkan bahasa tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. “Faktor-faktor di luar bahasa itu tidak lain dari pada segala hal yang berkaitan dengan kegiatan manusia di dalam

masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang tanpa berhubungan dengan bahasa” (Chaer, 2007:59).

1

Abdul Hamid adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari

skripsinya di Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2012.

2

(2)

Kajian tentang bahasa yang dihubungkan dengan faktor sosial yang menjadi latar belakang dalam penelitian ini. Penggunaan bahasa yang mencakup faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan, misalnya faktor hubungan antara penutur dengan mitratutur. Dalam masyarakat tutur, bahasa mempunyai ragam atau variasi yang digunakan oleh masyarakat penuturnya. Dengan latar belakang sosia3l, budaya, dan situasi masyarakat tutur dapat menentukan penggunaan bahasanya. “Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam pula” (Chaer, 2007:61).

Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang telah berakar dalam sistem pendidikan islam di Indonesia. Lembaga pendidikan ini banyak dikunjungi santri dari berbagai etnis dengan membawa bahasa

masing-masing sehingga bahasa di masyarakat pesantren menjadi lebih bervariasi dan memiliki fungsi tertentu. Santri Pondok Pesantren al-Aziz (selanjutnya disingkat dengan PPA) Banjarpatoman Dampit Kabupaten Malang berasal dari berbagai daerah. Akibatnya di PPA tersebut didapati berbagai jenis bahasa yang dipergunakan untuk berinteraksi di lingkungannya, sehingga terjadilah kontak bahasa, seperti pemilihan bahasa, multilingual, bilingual, alih kode, dan campur kode.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk menganalisis pemilihan kode yang terjadi pada masyarakat pesantren al-Aziz dari segi (1) wujud alih kode, (2) wujud campur kode, (3) faktor yang mempengaruhi alih kode, dan (4) faktor yang mempengaruhi campur kode. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memaparkan (1) wujud alih kode, (2) wujud campur kode, (3) faktor yang mempengaruhi alih kode, dan (4) faktor yang

mempengaruhi campur kode pada tuturan masyarakat pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit Kabupaten Malang.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005:6). Metode yang digukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang digunakan untuk memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu secara objektif. Istilah deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan dengan menelaah objek sebagaimana adanya pada saat tertentu

(Sumarsono, 2009:8).

Pengkajian dalam penelitian ini menggunakan ilmu sosiolinguistik, ilmu yang mengkaji bahasa dan viriasi-variasinya. Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagaimana sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia (Chaer dan Agustina, 2004:3).

(3)

Sumber data yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) proses

pembelajaran di kelas, (2) proses belajar di luar kelas, dan (3) bercengkrama yang terjadi di masyarakat pesantren al-Aziz. Data yang dianalisis adalah data berupa pemilihan kode yang mencakup campur kode dan alih kode bahasa masyarakat pesantren al-Aziz.

Secara rinci data penelitian dikelompokkan dalam empat hal, yakni (1) data berupa wujud alih kode bahasa, (2) data berupa wujud campur kode bahasa, (3) data berupa faktor yang mempengaruhi alih kode bahasa, dan (4) data berupa faktor yang mempengaruhi campur kode bahasa. Data penelitian bersumber dari penggunaan bahasa Jawa (BJ), bahasa Arab (BA), bahasa Indonesia (BI), maupun bahasa dialek dari berbagai daerah yang dilakukan oleh masyarakat pesantren al-Aziz Dampit Kabupaten Malang serta masing-masing ragamnya dalam kegiatan komunikasi sehari-hari.

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan seorang peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dengan metode pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian akan memungkinkan pencapaian

pemecahan masalah secara valid dan terpercaya. Data dapat dikumpulkan menlalui wawancara, pengamatan, dari dokumen atau secara gabungan dari keduanyanya.

Setelah memperoleh data, selanjutnya peneliti menganalisis data tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode korelasi atau metode padan, yaitu metode analisis yang menjelaskan objek kajian dalam hubungannya dengan situasi atau kontek sosial budaya. Sosiolinguistik dapat mengacu pada pemakaian data kebahasaan dan menganalisis ke dalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial, dan sebaliknya, mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam linguistik (Sumarsono, 2009:3).

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Moleong, (2005:178) menjelaskan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau pembandingan terhadap data tersebut.

Penelitian ini menggunakan tiga cara untuk mengecek keabsahan data, yaitu pemeriksaan mitra peneliti (kolaborator), penyidik dan teori. Triangulasi dengan mitra peneliti maksudnya adalah diskusi dengan mitra peneliti karena ketika pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra dalam mengecek data. Triangulasi dengan penyidik berarti memanfaatkan dosen pembimbing dan teman sejawat untuk mendiskusikan hasil penelitian. Triangulasi dengan teori berarti peneliti mengecek ulang hasil temuan dengan melihat kajian-kajian pustaka dan pedoman penelitian.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini adalah deskripsi pemilihan kode masyarakat pesantren al-Aziz Banjarbatoman Dampit. Hasil yang ditemukan yaitu, (1) wujud alih kode, (2) wujud campur kode, (3) faktor yang mempengaruhi alih kode, dan (4) faktor yang mempengaruhi campur kode yang mengakibatkan munculnya alih kode dan campur kode.

(4)

Wujud Alih Kode Bahasa pada Masyarakat Pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit

Data dari peristiwa tutur dalam berbagai ranah pada penelitian ini

memperlihatkan bahwa wujud alih kode bahasa yang tampak dalam komunikasi di masyarakat pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit terdiri atas beberapa wujud alih kode. Wujud alih kode yang digunakan oleh masyarakat pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit berdasarkan situasinya, dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) alih kode bahasa dalam situasi formal, dan (2) alih kode bahasa dalam situasi infofmal. Wujud alih kode dalam situasi formal antara lain, wujud alih kode dari kode dasar BA ke kode BJ, wujud alih kode dari kode dasar BA ke kode BI, dan wujud alih kode dari kode dasar BI ke kode BJ. Wujud alih kode dalam situasi informal antara lain, wujud alih kode dari kode dasar BA ke kode BJ, wujud alih kode dari kode dasar BI ke kode BJ, wujud alih kode dari kode dasar BJ ke kode BM, dan wujud alih kode dari kode dasar DM ke kode DB

Wujud Campur Kode Bahasa pada Masyarakat Pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit

Wujud campur kode yang terdapat pada peristiwa tutur di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit berdasarkan situasinya, dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) campur kode bahasa dalam situasi formal, dan (2) campur kode bahasa dalam situasi informal. Wujud campur kode dalam situasi formal antara lain, wujud campur kode dengan kode dasar BA ke kode BJ, wujud campur kode dengan kode dasar BA ke kode BI, wujud campur kode dengan kode dasar BI ke kode BJ, dan wujud campur kode dengan kode dasar BJ ke kode BI. Wujud campur kode dalam situasi informal antara lain, wujud campur kode dengan kode dasar BI ke kode BJ, wujud campur kode dengan kode dasar DM ke kode DB, dan wujud campur kode dengan kode dasar DB ke kode DM.

Secara rinci wujud campur kode di sajikan dalam tabel berikut:

Faktor yang Mempengaruhi Alih Kode Bahasa pada Masyarakat Pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit

Dalam penelitian alih kode bahasa pada masyarakat di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit ini, faktor yang mempengaruhi alih kode dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu (1) faktor perubahan situasi, (2) faktor penguasaan bahasa, (3) faktor kehadiran orang ketiga, dan (4) faktor peralihan pokok

pembicaraan.

Faktor yang Mempengaruhi Campur Kode Bahasa pada Masyarakat Pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit

Dalam campur kode, penutur mengganti bahasa yang digunakannya ke kode yang lain dengan menyisipkan bahasa lain. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui faktor penentu terjadinya campur kode dalam masyarakat tutur di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit. Dalam penelitian ini, faktor penentu terjadinya campur kode dalam masyarakat tutur di pesantren al-Aziz

Banjarpatoman Dampit dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) faktor keterbatasan bahasa, dan (2) faktor penggunaan istilah yang lebih populer.

(5)

PEMBAHASAN

Wujud Alih Kode Bahasa pada Masyarakat Pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit

Wujud alih kode pada peristiwa tutur yang terjadi pada masyarakat tutur di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit dalam berbagai ranah pada penelitian ini memperlihatkan bahwa wujud alih kode bahasa yang tampak dalam

komunikasi di masyarakat pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit terdiri atas beberapa wujud alih kode. Dalam situasi formal, wujud alih kode dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu alih kode dengan kode dasar bahasa Arab (BA), dan alih kode dengan kode dasar bahasa Indonesia (BI). Dalam situasi informal dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu alih kode dengan kode dasar bahasa Arab (BA), alih kode dengan kode dasar bahasa Indonesia (BI), alih kode dengan kode dasar bahasa Jawa (BJ), dan alih kode dengan kode dasar dialek Malang (DM).

Wujud alih kode yang ditemukan pada peristiwa tutur di pesantren al-Aziz ini sesuai dengan pengertian alih kode yang dicetuskan Appel (dalam Chaer dan Agustina, 2004:107) yaitu, “gejala peralihan pemakaian bahasa karena

berubahnya situasi”. Pendapat Suwito (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2010:87) mengenai devinisi alih kode yang membedakan alih kode atas dua macam, yakni alih kode internal dan alih kode eksternal. Alih kode internal terjadi antarunsur atau atarragam bahasa sendiri, sedangkan alih kode eksternal terjadi antara bahasa itu dengan bahasa lain.

Temuan peneliti dalam penelitian ini menunjukkan adanya wujud alih kode internal, yaitu peralihan dari kode dasar BA ke kode BI dan kode BJ dan wujud alih kode eksternal, yaitu peralihan kode dari kode dasar BI ke kode BJ dan kode dasar DM ke kode DB. Dalam masyarakat tutur di pesantren al-Aziz

Banjarpatoman Dampit, BA merupakan bahasa yang dominan digunakan saat proses belajar mengajar. Hal tersebut disebabkan karena buku teks yang

digunakan di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit adalah buku-buku yang bertuliskan bahasa Arab (dalam bahasa pesantren dikenal dengan sebutan kitab). Sedangkan dalam situasi informal, kode BA digunakan oleh masyarakat pesantren untuk memperlancar tuturan dengan kode BA.

Kode DM digunakan sebagai kode dasar oleh masyarakat pesantren al-Aziz Banjaarpatoman Dampit pada umumnya hanya dalam situasi informal. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit adalah masyarat tutur yang mayoritas berasal dari daerah Malang. Wujud Campur Kode Bahasa pada Masyarakat Pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit

Wujud campur kode pada peristiwa tutur yang terjadi di masyarakat pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit dalam berbagai ranah pada penelitian ini memperlihatkan bahwa wujud campur kode bahasa yang tampak dalam komunikasi di masyarakat pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit terdiri atas beberapa wujud campur kode. Wujud campur kode dalam situasi formal

dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu campur kode dengan kode dasar bahasa Arab (BA), campur kode dengan kode dasar bahasa Indonesia (BI), dan campur kode dengan kode dasar Bahasa Jawa (BJ). Dalam situasi informal, wujud

(6)

alih kode dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu alih kode dengan kode dasar bahasa Arab (BA), alih kode dengan kode dasar bahasa Indonesia (BI), alih kode dengan kode dasar bahasa Jawa (BJ), dan alih kode dengan kode dasar dialek Malang (DM).

Fenomena campur kode yang terjadi pada peristiwa tutur di masyarakat pesantren al-Aziz tersebut sesuai dengan batasan campur kode yang dicetuskan oleh Chaer dan Agustina (2004:117), yaitu „campur kode itu dapat berupa pencampuran serpihan kata, frasa, dan klausa suatu bahasa di dalam bahasa lain yang digunakan. Intinya, ada satu bahasa yang digunakan, tetapi di dalamnya terdapat serpihan-serpihan dari bahasa lain‟. Pengertian campur kode dari Thelander (dalam Chaer dan Agustina, 2004:115), yang menyatakan bahwa “apabila di dalam suatu peristiwa tutur, kalusa-klausa maupun frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi

sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode”.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Kode Bahasa pada Masyarakat Pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit

Dalam penelitian alih kode bahasa pada masyarakat di pesantren al-aziz Banjarpatoman Dampit ini, faktor yang mempengaruhi alih kode dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu faktor perubahan situasi, faktor penguasaan bahasa, faktor kehadiran orang ketiga, dan faktor peralihan pokok pembicaraan.

Faktor perubahan situasi yang menyebabkan alih kode adalah perubahan dari situasi formal ke informal atau dari situasi informal ke situasi formal. Faktor penguasaan bahasa yang menyebabkan alih kode adalah perubahan dari B2 ke B1. Faktor kahadiran orang ketiga yang menyebabkan alih kode adalah kehadiran orang ketiga sabagai partisipan dengan menggukan kode lain selain kode dasar. Faktor peralihan kode yang disebabkan oleh peralihan pokok pembicaan adalah peralihan kode karena yang dibahas dalam tuturan tersebut tidak sama dengan kode dasar.

Faktor yang mempengaruhi alih kode bahasa pada masyarakat tutur di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit ini sesuai dengan konsep alih kode yang di cetuskan oleh Fishman (dalam Chaer dan Agustina, 2004:108), yaitu “siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa”. Dan pendapat Chaer dan Agustina (2004:112) yang menyatakan bahwa

“Penyebab-penyebab alih kode biasanya sangat berkaitan dengan verbal repertoire yang terdapat dalam suatu masyarakat tutur serta bagaimana status sosial yang dikenakan oleh para penutur terhadap bahasa-bahasa atau ragam-ragam bahasa yang terdapat dalam masyarakat tutur itu”.

Faktor yang Mempengaruhi Campur Kode Bahasa pada Masyarakat Pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit

Faktor yang mempengaruhi terjadinya campur kode pada peristiwa tutur yang terjadi di masyarakat pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor keterbatasan bahasa, dan faktor penggunaan istilah yang lebih populer.

Faktor keterbatasan bahasa biasanya terjadi jika penutur tersebut adalah penutur yang belum lama menetap di pesantren. Penutur yang baru bermukim di

(7)

pesantren kurang dari dua tahun, pada umumnya masih belum begitu menguasai kode BA dan kode bahasa daerah lain. Misalnya saat santri yang berasal dari daerah Banyumas berkomunikasi dengan santri yang berasal dari daerah Malang, saat masing-masing penutur tidak megetahui bahasa yang akan diungkapkan, masing-masing penutur akan beralih ke kode B1masing-masing.

Sedangkan faktor penggunaan istilah populer adalah kode-kode yang dianggap populer di kalanagn masyarakat pesantren. Kode bahasa yang popular digunakan dalam masyarakat pesantren al-Aziz adalah kode BA. Misalnya kata

tamasya, min aina, dan kata ya’kul.

Faktor yang mempengaruhi campur kode bahasa pada masyarakat tutur di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit ini sesuai dengan konsep alih kode yang di cetuskan oleh Nababan (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2010:87). Yang

menyatakan bahwa “ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi informal. Dalam situasi berbahasa formal, jarang terdadi campur kode, kalau terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau

ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing”. PENUTUP

Simpulan

Dari hasil paparan data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada masyarat tutur di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit terdapat beberapa wujud alih kode dan campur kode, serta faktor-faktor yang mempengaruhi alih kode dan campur kode. Wujud alih kode dan campur kode dan faktor yang mempengaruhi alih kode dan campur kode tersebut seperti di bawah ini.

a. Wujud alih kode yang ditemuakan pada peristiwa tutur dalam situasi formal antara lain, wujud alih kode dari kode dasar BA ke kode BJ dan kode BI dan alih kode dari kode dasar BI ke kode BJ. Dalam situasi informal antara lain, wujud alih kode dari kode dasar BA ke kode BJ, alih kode dari kode dasar BI ke kode BJ, Alih kode dari kode dasar BJ ke kode BM, dan alih kode dari kode dasar DM ke kode DB.

b. Wujud campur kode yang ditemukan pada peristiwa tutur dalam situasi formal antara lain, campur kode dengan kode dasar BA ke kode BJ dan BI, campur kode dengan kode dasar BI ke kode BJ, dan campur kode dengan kode dasar BJ ke kode BI. Dalam situasi informal antara lain, campur kode dengan kode dasar BI ke kode BJ, campur kode dengan kode dasar DM ke kode DB, dan campur kode dengan kode dasar DB ke kode DM.

c. Faktor yang mempengaruhi alih kode pada peristiwa tutur di pesantren al-Aziz Banjarpatoman dampit yaitu, faktor perubahan situasi, faktor penguasaan bahasa, faktor kehadiran orang ketiga, dan faktor peralihan pokok pembicaraan.

d. Faktor yang mempengaruhi campur kode pada peristiwa tutur di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit yaitu, faktor keterbatasan bahasa dan faktor penggunaan istilah yang lebih populer.

Saran-saran

Beberapa saran dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil penelitian mengenai pemilihan kode masyarakat pesantren di pesantren al-Aziz

(8)

1) Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang berhubungan dengan masalah pemilihan kode pada masyarakat tutur di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit yang jangkauannya masih luas. Oleh karena itu, penelitian pemilihan bahasa ini masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian yang memiliki ruang lingkup lebih spesifik. Dengan penelitian yang memiliki ruang lingkup labih spesifik tersebut dimaksudkan agar analisis yang

dilakukan dapat mencapai hal yang lebih mendasar pada masalah pemilihan bahasa.

2) Penelitian ini sangat bermakna dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah. Mengingat adanya kekhawatiran tentang adanya pergeseran dan kepunahan bahasa Daerah.

3) Mengingat keterbatasan peneliti dalam meneliti pemilihan kode masyarakat pesantren di pesantren al-Aziz Banjarpatoman Dampit, diharapkan bagi pembaca untuk menambah referensi tentang pemilihan kode yang

berhubungan dengan alih kode dan campur kode pada masyarakat dwibahasa. 4) Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian

lanjutan yang sejenis.

DAFTAR RUJUKAN

Aslinda & Syafyahya, Leni. 2010. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul & Agustina Leonie. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(9)

Artikel oleh Abdul Hamid ini

telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan. Malang, Juli 2012

Penulis

Abdul Hamid

Malang, Juli 2012 Pembimbing I

Prof. Dr. Anang Santoso, M.Pd. NIP 19640414 198802 1 001 Malang, Juli 2012 Pembimbing II Dr. Roekhan, M.Pd. NIP 19610504 198701 1 001

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pembentukan portfolio, model MAD dari permasalahan seleksi portfolio selanjutnya diselesaikan dengan menggunakan algoritma titik interior dan hasilnya

ISBN 978-602-14930-0-7 EN 203 Universitas Muhammadiyah Purwokerto Development of Library Codes for Programming the Humanoid Robot.. Based on

H0 adalah hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pada kadar profil lipid pada pasien penyakit ginjal diabetik dan penyakit ginjal non-diabetik

Hasil simulasi yang didapat yaitu mekanisme spectrum sharing rule C menghasilkan alokasi kanal bagi secondary user yang bebas konflik satu sama lain dengan jumlah kanal

Musim tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dalam usaha budidaya tanaman padi, penggunaan varietas unggul baru yang adaptif merupakan salah satu

Kebermaknaan ini merupakan tujuan utama dari kurikulum tahun 2013 (K.13) bagi terwujudnya perilaku peserta didik yang menjadi aktif, inovatif, interaktif,

Arti tanda negatif pada konstanta adalah apabila tidak ada variabel country of origin, kualitas produk dan kelompok acuan maka tidak akan terjadi niat beli

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) struktur novel Megamendung Kembar (MK); (2) latar belakang sosial budaya ditulisnya novel MK; (3) sosial