• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOLERANSI BEBERAPA KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) PADA MEDIA PASIR PASCA TAMBANG TIMAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TOLERANSI BEBERAPA KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) PADA MEDIA PASIR PASCA TAMBANG TIMAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TOLERANSI BEBERAPA KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) PADA MEDIA PASIR PASCA TAMBANG TIMAH

Tolerance of Several Rubber Tree Clones (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) in Tin Post-Mining Sand Tailings Medium

Inonu I1, Budianta D2, Umar M2, Yakup2 dan Wiralaga AYA2

1Program Studi Agroteknologi-FPPB, Universitas Bangka Belitung, Kampus Terpadu Balunijuk, Desa Balunijuk

Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka 33126. Telpon 0717-422145 Faksimile 0717421383, HP 08163261890, Email: ismed@ubb.ac.id

2Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Jalan Padang Selasa No. 524 Palembang

ABSTRACT

The objective of this study was to evaluate the tolerance of the six combinations of the recommended rubber clones in the tin post-mining tin sand s media . The experiment conducted in Reclamation Nursery of PT Koba Tin Sub District of Koba District of Central Bangka during 4 month. This experiment was designed according to completely randomized design. The Treatment factor is a combination of rootstock and scion clones, consisting of (GT 1 + BPM 24), (GT 1 + PB 260), (1 + IRR GT 118), (PB 260 + BPM 24), (PB 260 + PB 260), and (PB 260 + IRR 118). Each treatment consisted of three replications and each replication consisted of three plants. The rubber tree seedlings are planted on mixing of s sand, top soil and manure chicken manure (2:1:2, v/v), and on non-mining land media as a control. The variables are percentage of seedling, shoot length, shoot diameter, number of leaf petiole, leaf area, shoot biomass, root biomass, total biomass, specific leaf area ratio and root shoot ratio was measured at 20 MST. Data were analyzed statistically with analysis of variance and Duncan multiple range test. The growth of rubber seedlings on sand s media were ameliorated with top soil and chicken manure was lower than in non-mining soil media. Based on the results of tolerance tests,of six combinations of clones, the combination of GT 1 clone as rootstock and clone PB 260 as entres was classified quite tolerant category and produce better growth than the other clones.

Key Words: Clones, Rubber Tree, Sand Tailings, Tin Post-Mining, Tolerance

PENDAHULUAN

Pulau Bangka dikenal sebagai pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Salah satu dampak dari penambangan timah adalah terbentuknya lahan kritis pasca tambang timah. Proses pemisahan biji timah (tin ores) dari lapisan tanah yang mengandung timah (tin

bearing earth) secara mekanis dengan

menggunakan air menghasilkan sisa pencucian timah menjadi tailing pasir (sand) dan lumpur (slime tailing) (Tanpibal dan Sahunalu 1989). Sebagian besar tailing timah (80-90%) merupakan tailing pasir sisanya merupakan

tailing lumpur (Ang dan Ho 2002). Komponen

utama berupa fraksi pasir bercampur kerikil (Latifah 2000). Tailing pasir bertekstur sangat kasar, jumlah fraksi pasir yang tinggi, kandungan liat dan bahan organik yang rendah, serta memperlihatkan tidak adanya perkembangan

profil dan agregasi (Mokhtaruddin dan Sulaiman 1990).

Tailing pasir, yang merupakan lahan marjinal, perlu dipulihkan dan dimanfaatkan kembali secara optimal melalui revegetasi lahan. Prosedur standar revegetasi pasir di Pulau Bangka melalui penanaman jenis eksotik yang didominasi tanaman akasia (Acacia mangium), seperti yang telah diterapkan oleh dua perusahaan tambang terbesar di Pulau Bangka, yaitu PT Tambang Timah (Latifah 2000) dan PT Koba Tin (Setiawan 2003). Mengingat semakin terbatasnya jumlah lahan produktif untuk pengembangan perkebunan di Pulau Bangka, maka kegiatan revegetasi lahan-lahan bekas tambang timah perlu diarahkan pada usaha budidaya tanaman perkebunan. Salah satu tanaman perkebunan yang dapat dikembangkan adalah tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Hal tersebut dimungkinkan karena tanaman karet memiliki daya adaptasi yang luas, merupakan komoditi perkebunan rakyat yang

(2)

telah lama menjadi sumber kehidupan masyarakat di Pulau Bangka, dan merupakan sumber penghasil non kayu (lateks) dan kayu.

Secara alami, sifat-sifat lahan timah tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman karet. Sifat fisik lahan timah didominasi oleh fraksi pasir dan kandungan bahan organik dan hara yang sangat rendah serta ditambah kondisi lahan yang terbuka tanpa vegetasi sangat rentan mengalami kekeringan, terutama pada musim kemarau. Dalam kondisi ini, tanaman yang ditanam akan mengalami cekaman lingkungan.

Peningkatan keberhasilan revegetasi pasir dengan menggunakan tanaman karet perlu dilakukan seleksi terhadap klon-klon anjuran untuk memperoleh klon yang toleran pada lahan pasir. Berdasarkan Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet tahun 2005, klon anjuran penghasil lateks antara lain BPM 24 dan PB 260, sedangkan klon penghasil lateks dan kayu antara lain IRR 118. Untuk batang bawah dianjurkan menggunakan biji yang berasal dari klon anjuran batang bawah, antara lain GT 1 dan PB 260 (Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa 2009). Penggabungan sifat-sifat batang bawah dan entres yang tepat akan menghasilkan klon yang toleran. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan enam kombinasi klon pada pasir pascatambang timah.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di lahan Reclamation

Nursery PT Koba Tin di Kecamatan Koba

Kabupaten Bangka Tengah selama 4 bulan. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap. Faktor perlakuan berupa kombinasi batang bawah dan batang atas klon karet, terdiri dari: K1 (GT 1 + BPM 24), K2 (GT 1 + PB 260), K3 (GT 1 + IRR 118), K4 (PB 260 + BPM 24), K5 (PB 260 + PB 260), dan K6 (PB 260 + IRR 118). Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman.

Tailing pasir dan top soil diambil dari lahan pasca penambangan timah PT Koba Tin Bemban South di Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah. Pupuk kotoran ayam diperoleh dari rumah kompos Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung di Sungailiat Kabupaten Bangka. Tanah untuk kontrol diambil dari tanah non tambang di sekitar lokasi tambang PT Koba Tin. pasir, top soil dan pupuk kandang kotoran ayam dicampur sesuai dengan perbandingan 2:1:2 (v/v). Selanjutnya, media dihomogenkan, ditutup dengan plastik

hitam dan diinkubasikan selama 1 minggu. Campuran media dimasukkan dalam polybag hitam berukuran 45 cm x 40 cm.

Bahan tanaman berupa bibit okulasi stum mata tidur diperoleh dari Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Bibit ditanam ke media tanam dan dipelihara selama 5 bulan. Pemeliharaan meliputi penyiraman, pengendalian hama dan penyakit dan pemupukan. Aplikasi pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 20 g per polybag pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam.

Peubah persentase tumbuh dihitung pada 8 minggu setelah tanam (MST). panjang tunas, diamater tunas, jumlah tangkai daun, luas daun, biomassa tunas, biomassa akar, biomassa total, nisbah luas daun dan nisbah tunas akar diukur pada 20 MST. Data hasil penelitian dianalisis statistika dengan analisis ragam dan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test). Penentuan tingkat toleransi klon terhadap cekaman pada pasir dilakukan pengamatan terhadap indeks sensitivitas (IS). Indeks sensitivitas yang dihitung berdasarkan rumus Fischer dan Maurer (1978) dalam Lapanjang et

al. (2008), yaitu: S = (1-Y/Yp) / (1-X/Xp),

dengan (Y) = nilai rataan peubah tertentu pada suatu klon yang ditanam pada pasir, (Yp) = nilai rataan peubah tersebut pada lingkungan optimum (lahan non tambang), (X) = nilai rataan peubah tersebut pada semua ekotipe yang mengalami cekaman kekeringan, dan (Xp) = nilai rataan peubah tersebut pada semua klon yang ditanam pada pasir. Klon dikatakan toleran terhadap cekaman jika mempunyai nilai IS < 0.5, agak toleran jika 0.5 ≤ IS ≥1.00, dan peka jika IS > 1.00

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Awal Bahan Media. Hasil

analisis sifat fisik dan kimia tanah non tambang, pasir, top soil, dan pupuk kotoran ayam yang digunakan disajikan pada Tabel 1. Tekstur pasir memiliki fraksi pasir mencapai 92%, sementara lahan tidak terganggu hanya mencapai 69,58%. Kesuburan kimia pasir tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh pH yang masam kandungan C-organik, N total, P2O5, kation-kation (K-dd, Ca-dd, Mg-dd) yang sangat rendah, KTK dan kejenuhan basa rendah, serta tingginya Al-dd dan H-dd. Sifat kimia tanah non tambang yang dijadikan sebagai kontrol relatif

(3)

lebih baik dibandingkan pasir, tetapi kandungan Ca-dd, Mg-dd dan kejenuhan basa sangat rendah.

Bahan amelioran berupa top soil secara umum memiliki sifat kimia yang rendah sampai sedang, kecuali Ca-dd, Mg-dd, dan kejenuhan basa sangat rendah. Rendahnya kandungan kation hara diduga karena top soil telah tercampur dengan overburden yang kurang subur pada saat

pengupasan (stripping). Pupuk kotoran ayam yang digunakan sudah memenuhi standar kompos menurut SNI-19-7030-2004 untuk parameter pH, C organik, N total dan nisbah C/N. Kandungan P2O5 dan kation-kation hara seperti Ca, Mg, dan S pada pupuk kotoran ayam tergolong tinggi. Nilai KTK juga tergolong tinggi.

Tabel 1. Hasil analisis sifat fisik dan kimia tailing pasir, top soil, pupuk kotoran ayam dan lahan non tambang yang digunakan dalam penelitian.

Parameter

Bahan

Pasir1) Top soil1) Pupuk kotoran ayam2) Lahan non tambang1) Tekstur Pasir (%) Debu (%) Liat (%) 92 2 6 - - 69,58 20,95 9,47 pH–H2O (1:1) 4,64 (masam) 5,30 (agak masam) 6,86 (S) 5,85 (agak masam) C-organik (%) 0,29 (SR) 2,82 (S) 17,08 (S) 2,89 (S) N-total (%) 0,03 (SR) 0,19 (R) 0,96 (S) 0,21 (S) Nisbah C/N 9,67 (R) 14,8 (S) 18,00 (S) 13.76 (S) P-Bray I (mg.kg-1) 0,75 (SR) 26,25 (S) 58,35 8,40 (R) K-dd (Cmol (+) kg-1) 0,06 (SR) 0,19 (R) 7,99 0,19 (R) Na (Cmol (+) kg-1) 0,65 (S) 0,76 (S) 0,55 0,65 ((S) Ca (Cmol (+) kg-1) 0,20 (SR) 0,38 (SR) 15,13 0,56 (SR) Mg (Cmol (+) kg-1) 0,15 (SR) 0,10 (SR) 5,62 0,22 ((SR) KTK (Cmol (+) kg-1) 6,61 (R) 7,61 (R) 65,25 11,48 (R) Al-dd (Cmol (+) kg-1) 0,52 0,92 0,24 0,84 H-dd (Cmol (+) kg-1) 0,07 0,76 0,64 0,64 Kejenuhan basa (%) 16,04 (SR) 18,79 (SR) 44,89 14,11 (SR) Keterangan: 1) Kriteria berdasarkan Pusat Penelitian Tanah 1993.

SR= sangat rendah, R= rendah dan S= sedang 2) Standar kompos menurut SNI-19-7030-2004.

LB= lebih besar dari standar, S= sesuai dan LK= lebih kecil dari standar

Pertumbuhan Tanaman. Persentase

tumbuh 6 klon karet yang ditanam pada media pasir masih lebih rendah dari persentase tumbuh klon tersebut pada media tanah non tambang. Persentase tumbuh tertinggi dicapai pada klon K6 (PB 260 + IRR 118) sebesar 59.26% (Tabel 2). Ukuran/dimensi dari klon karet yang ditanam di media pasir umumnya masih lebih kecil dibandingkan dengan media tanah non tambang.

Hal tersebut ditunjukkan oleh peubah panjang tunas, diameter tunas, luas daun dan jumlah daun. Berdasarkan peubah peubah tersebut, perlakuan K2 paling baik diantara klon-klon yang diuji, seperti yang ditunjukkan pada peubah diameter tunas, luas daun, dan jumlah daun yang selalu lebih tinggi dibandingkan lima klon lainnya (Tabel 3).

(4)

Tabel 2. Persentase tumbuh enam klon di media pasir dan lahan non tambang Klon

Persentase tumbuh (%)

pasir Lahan non tambang

K1 (GT 1 + BPM 24) 38.89 100 K2 (GT 1 + PB 260) 57.42 100 K3 (GT 1 + IRR 118) 42.60 100 K4 (PB 260 + BPM 24) 51.86 100 K5 (PB 260 + PB 260) 53.71 100 K6 (PB 260 + IRR 118) 59.26 100

Tabel 3. Rerata peubah panjang tunas, diameter tunas, luas daun dan jumlah daun enam klon yang ditanam pada media pasir dan lahan non tambang.

Klon

Peubah

Panjang tunas (cm) Diameter tunas (cm) Luas daun (cm2) Jumlah daun (helai)

TP LNT TP LNT TP LNT TP LNT

K1 27.91b 36,23 0.47b 0,48 1662.2b 2838,0 17.0 21,3

K2 31.24ab 53,8 0.61a 0,79 2489.8a 4797,0 17.9 22,0

K3 40.95a 43,63 0.56ab 0,74 2007.1ab 2527,0 15.5 17, 7 K4 31.26ab 41,06 0.53ab 0,58 1866.4b 2275,0 18.2 17,3

K5 32.96ab 50,2 0.47b 0,54 2042.8ab 2540,0 18.1 21,0

K6 39.52ab 37,46 0.52b 0,64 1778.2b 2986,0 14.6 18,0

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan 0.05.

TP= pasir, LNT= lahan non tambang

Tabel 4. Rerata bobot kering tunas, bobot kering akar dan bobot kering total enam klon karet yang ditanam pada media pasir dan lahan non tambang.

Klon Bobot Kering (g)

Tunas Akar Total

TP LNT TP LNT TP LNT K1 (GT 1 + BPM 24) 18.93 26,07 5.81 b 14,00 24.36 ab 40,07 K2 (GT 1 + PB 260) 22.69 58,91 8.82 a 14,51 31.86 a 73,42 K3 (GT 1 + IRR 118) 19.47 24,61 7.16 ab 8,57 26.63 ab 33,18 K4 (PB 260 + BPM 24) 23.09 24,81 8.12 ab 15,42 31.21 ab 40,23 K5 (PB 260 + PB 260) 17.08 31,3 6.85 ab 10,67 23.93 b 41,97 K6 (PB 260 + IRR 118) 17.80 17,73 7.98 ab 8,49 25.78 ab 26,22 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda

tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan 0.05. TP = pasir, LNT = lahan non tambang

Bobot kering tanaman menggambarkan akumulasi hasil-hasil fotosintesis oleh tanaman selama tumbuh. Bobot klon-klon karet yang ditanam di media lahan non tambang lebih berat dibandingkan yang ditanam di media pasir. Berat kering akar klon K2 paling berat tetapi hanya berbeda nyata dengan perlakuan K1. Klon K2 juga memiliki berat kering total tertinggi dan

berbeda nyata dengan klon K5 (Tabel 4). Nisbah luas daun (NLD) mencerminkan perbandingan antara luas daun dengan bobot kering tanaman. Semakin kecil nisbah luas daun menunjukkan makin efisiensi tanaman dalam memanfaatkan hasil fotosintesis, karena dengan luas daun sebagai tempat fotosintesis yang rendah, mampu menghasilkan bobot kering tanaman sebagai hasil

(5)

fotosintesis yang tinggi. Nilai NLD klon-klon yang diuji pada media pasir umumnya masih lebih besar dibandingkan dengan media dari lahan non tambang, kecuali pada klon K1 (Tabel 5). Pada media , nilai NLD paling rendah pada K4 yang berbeda nyata dengan K5. Nisbah tunas akar (NTA) merupakan perbandingan antara

bobot kering bagian atas (tunas) dan bagian bawah tanaman (akar). Nilai NTA klon K2 dan K5 pada media pasir lebih rendah dibandingkan NTA pada media lahan non tambang. Nilai NTA klon K6 paling rendah dan berbeda nyata dengan K1.

Tabel 5. Rerata nisbah luas daun dan nisbah tunas akar enam klon karet yang ditanam pada media pasir dan lahan non tambang.

Klon Nisbah Luas Daun Nisbah Tunas Akar

TP LNT TP LNT

K1 (GT 1 + BPM 24) 66.39ab 70,83 3.36 a 1,86

K2 (GT 1 + PB 260) 81.39ab 65,34 2.90ab 4,06

K3 (GT 1 + IRR 118) 79.89ab 76,16 2.94ab 2,87

K4 (PB 260 + BPM 24) 67.27 b 56,55 3.01ab 1,61

K5 (PB 260 + PB 260) 89.97 a 60,52 2.88ab 2,93

K6 (PB 260 + IRR 118) 70.58ab 113,88 2.50 b 2,09

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan 0.05.

TP= pasir, LNT= lahan non tambang

Toleransi Klon Terhadap Cekaman di

Media . Berdasarkan perhitungan indeks

sensitivitas (IS) terhadap delapan peubah yang diukur seperti pada Tabel 6, tidak terdapat klon yang toleran (nilai IS<0,5). Klon dengan batang bawah GT 1 (K1, K2 dan K3) tergolong agak

toleran (0,5≤IS≥1,0), sedangkan klon dengan batang bawah PB 260 ( K4, K5, dan K6) tergolong klon peka (IS<1,0). Apabila dilihat dari nilai IS pada masing-masing peubah dan nilai reratanya, klon K2 paling toleran dibandingkan lima klon lainnya.

Tabel 6. Hasil perhitungan indeks sensitivitas (IS) klon karet pada media pasir

Klon PTT PT DT LD JD BKTu BKA BKTo IS

Nilai Kriteria1) K1 0.76 0.99 1.47 0.89 0.92 0.76 0.99 1.47 1.0 AT K2 1.14 0.75 0.66 0.79 0.95 1.14 0.75 0.66 0.9 AT K3 0.84 1.21 0.79 1.20 1.01 0.84 1.21 0.79 1.0 AT K4 1.02 0.98 1.08 1.24 1.22 1.02 0.98 1.08 1.1 P K5 1.06 0.84 1.30 1.22 1.00 1.06 0.84 1.30 1.1 P K6 1.17 1.36 1.00 0.90 0.93 1.17 1.36 1.00 1.1 P Keterangan: PTT=persentase tumbuh tanaman, PT=panjang tunas, DT=diameter tunas, LD=luas daun,

JD=jumlah daun, BKTu=bobot kering tunas, BKA=bobot kering akar, BKTo=bobot kering total.

Kriteria berdasarkan Fischer and Maurer (1978). AT = agak toleran, P = peka pasir pascatambang timah memiliki

kesuburan fisik dan kimia yang sangat jelek, seperti yang ditunjukkan Tabel 1. Penambahan ameliorant top soil dan pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki sifat-sifat tersebut. Pemberian kompos menurunkan bulk density, meningkatkan kandungan air tanah, pH tanah, dan C-organik tanah berpasir (Tester 1989). Pemberian pupuk

kandang juga meningkatkan kesuburan kimia tanah pasir pantai yaitu pH, KTK tanah, dan kandungan bahan organik (Syukur dan Harsono 2008).

Perbaikan sifat-sifat pasir belum mampu menopang pertumbuhan bibit karet yang lebih baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhannya yang masih lebih rendah dari

(6)

pertumbuhan di media tanah non tambang (Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4). Ketidaksesuaian lingkungan tumbuh karet pada media pasir menyebabkan tanaman mengalami cekaman, terutama cekaman kekeringan dan kahat unsur hara. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil, dan mempunyai pori tanah yang besar (Sitorus et al. 2008), yang menyebabkan kapasitas menahan air menjadi rendah. Akibatnya media cepat kehilangan air sehingga kadar air media turun sejalan dengan semakin lamanya pasca penyiraman. Kadar air tanah mempengaruhi secara nyata status air, pertumbuhan, dan serapan hara karet (Dalimunthe 2004). Cekaman kekeringan menyebabkan menurunnya potensial air daun dan kandungan air relatif, diikuti penurunan pembukaan stomata dan pertukaran gas pada daun, yang pada akhirnya akan menurunkan laju fotosíntesis (Al-Bougalleb dan Hajlaoui 2010). Porositas pasir yang tinggi dan kandungan bahan organik yang rendah juga menyebabkan media cepat kehilangan hara yang masih tersisa ataupun dari pupuk yang ditambahkan. Rendahnya kandungan hara-hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan menyebabkan pertumbuhan tidak optimum. Bibit tanaman yang baru ditanam membutuhkan suplai hara untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangannya, khususnya bila ditanam pada lahan marjinal, seperti lahan pascatambang (Setiadi 2006). Hasil uji toleransi dengan membandingkan pertumbuhan karet pada kondisi tercekam di pasir dan kondisi optimum di lahan non tambang, diperoleh lima klon yang peka, satu klon yang agak toleran dan tidak ada klon yang toleran (Tabel 6). Hal tersebut menunjukkan bahwa klon-klon yang diuji belum mampu beradaptasi terhadap kondisi pasir yang marjinal.

Klon-klon dengan batang bawah GT 1 cenderung lebih toleran terhadap kondisi pasir. Klon GT 1 termasuk klon untuk batang bawah yang direkomendasikan untuk periode tahun 2006-2010 menurut rumusan lokakarya nasional pemuliaan tanaman karet tahun 2005 (Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa 2009). GT 1 merupakan klon yang memiliki daya adaptasi yang luas dan mampu bertahan pada kondisi tidak optimum (Bahari dan Samsudin 1984). Kombinasi klon batang bawah GT1 dan batang atas PB 260 menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan klon lainnya dan satu-satunya klon yang tingkat toleransinya agak toleran

Kombinasi antara kedua jenis klon ini menghasilkan klon yang mampu beradaptasi lebih baik dibandingkan kombinasi yang lain. Kemampuan beradaptasi Berkaitan dengan strategi toleransi. Hasil penelitian Karyudi (2001), klon PB 260 termasuk klon yang memiliki laju penurunan osmotik yang tinggi, mampu mempertahankan tekanan turgor dan kandungan relatif dawn pada saat terjadinya cekaman air. Hasil penelitian Setiado (2005) diperoleh klon PB 260 lebih dapat menjaga status air dengan mempertahankan tekanan turgor sehingga efek terhadap cekaman kekeringan dapat dikurangi.

KESIMPULAN

Pertumbuhan bibit karet pada media pasir yang diameliorasi dengan top soil dan pupuk kotoran ayam lebih rendah dibandingkan pada media tanah non tambang. Berdasarkan hasil uji toleransi, terhadap enam kombinasi klon, kombinasi klon GT 1 sebagai batang bawah dan klon PB 260 sebagai entres tergolong agak toleran dan menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan lima klon lain yang duji.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Boughalleb F and Hajlaoui H. 2010. Physiological and Anatomical Changes Induced by Drought in Two Olive Cultivars (cv Zalmati and Chemlali). Acta Physiol. Plant Publish online 09 May 2010.

Ang LH., Ho WM. 2002. Afforestation of Tin s

in Malaysia. .

http://www.elib.edu.et/openbitstream/12345 6789/12382/2/1002438.pdf.

Bahari ZA dan Samsudin Z.1984. Possible Usage of Photosynthetic Rates and Drought Resistance in Early Selection of Hevea. J. of Rubber Research 6(2):180-190.

Dalimunthe A. 2004. Tanggap Perturnbuhan dan Serapan Hara Bibit Karet (Hevea

brasiliensis Muell Arg.) Asal Stump Mata

Tidur Terhadap Ketersediaan Air Tanah. [Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Karyudi. 2001. Osmoregulasi Tanaman Karet Sebagai Respons Terhadap Cekaman Air. I. Variasi diantara Klon anjuran, harapan dan plasma nutfah. Jurnal Penelitian Karet 19(1-3): 1-17.

(7)

Lapanjang I., Purwoko BS., Hariyadi, Budi SW dan Melati M. 2008. Evaluasi Beberapa Ekotipe Jarak Pagar. J. Agron. 36(3):263-269.

Latifah. 2000. Keragaman Pertumbuhan Acacia

mangium Wild Pada Lahan Bekas Tambang

Timah (Studi Kasus di Area Kerja PT. Tambang Timah). [Tesis]. Magister Ilmu Kehutanan Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Mokhtaruddin AM and Sulaiman WHW. 1990. Ex-mining Land: Characteristics, Contrains and Methods of Improvement. Paper Presented During The National Seminar on Ex-mining Land and Bris Soil: Prospects and Profit. Kuala Lumpur.

Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa. 2009. Rekomendasi Klon Karet Periode 2006-2010. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa, Sembawa.

Setiadi Y. 2006. The Revegetation Strategies for Rehabilitating Degraded Land After Mine Operation. www.mm.helsinki. [24 Nopember 2007].

Setiado HS. 2005. Analisis Stress Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Unggul (Hevea

brasiliensis Muell.Arg). J. Komunikasi

Penelitian 17(6):52-56.

Sitorus SP dan Badri LN. 2008. Karakteristik Tanah dan Vegetasi Lahan Terdegradasi Pasca Penambangan Timah dan Teknik Rehabilitasi untuk Keperluan Revegetasi. Makalah pada Semiloka Nasional Strategi Penanganan Krisis Sumberdaya Lahan untuk Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi. Bogor 22-23 Desember 2008. Setiawan IE. 2003. Evaluasi Tingkat

Keberhasilan Revegetasi pada Lahan Bekas Tambang Timah PT. Koba Tin Koba Bangka Tengah. [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumbedaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Syukur A dan Harsono ES. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan NPK Terhadap Beberapa Sifat Kimia dan Fisika Tanah Pasir Pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 8(2):138-145. Tester CF. 1989. Organic Amendment Effects

on Physical and Chemical Properties of a Sandy Soil. SSSAJ 54(3):827-831.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kajian ini juga amat berguna untuk Jabatan Pendidikan Teknikal dan Kejuruteraan (JPTK) di Fakulti Pendidikan UTM melihat minat dari segi dalaman dan luaran, pencapaian

Tujuan awal pelaksanaan Survei Bantuan Hidup Dasar Primer adalah memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang pada penderita henti jantung mendadak dengan melakukan

Berdasarkan hasil uji beda menjelaskan bahwa hasil uji beda yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak teridentifikasi perbedaan yang signifikan antara bank umum

Tədqiqat işindən əldə edilən nəticəyə görə turizm tələbinə ən çox təsir edən faktor turist gələn ölkənin adam başına düşən milli gəliridir, qiymət

Abstrak Paper dan Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik 5.. Alen Y, Putri D, Damris M, Putri SFR, Dwithania M,

Pembelajaran ini menggunakan media autentik, gambar, video, dan online untuk memudahkan peserta mengidentifikasi komponen otomotif dalam bahasa Inggris.. Selain itu,

Mahasiswa dari daerah Indonesia bagian barat yang memiliki nilai rerata yang lebih tinggi dari rekan-rekan mereka dari daerah lainnya pada variabel tertentu.. Namun demikian