• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN DESA WISATA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN DESA WISATA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

8

PERAN MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN DESA

WISATA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

Eva Kurniawati Djamhur hamid Luchman Hakim

Fakultas Ilmu Administrasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas brawijaya

Malang

Email : evakurnia2707@gmail.com

ABSTRACT

One of the areas that can developed of tourism is a village with a authentic distinctive culture. Tulungrejo Tourism Village area is one of the tourist village that can be seeded in Batu-Malang City, East Java. However, there are problems in Tulungrejo Tourism Village related to tourism aspect and public participation in tourism development planning. Based on the problems that occurred in Tulungrejo Tourism Village, a special strategy in tourism planning and development related to tourism village and community participation is needed. This research uses qualitative approach with explorative type. The data in this research is taken through by interview, observation and documentation. The results of this study are the formulation of strategies that can be used in the planning and development of Tulungrejo Tourism Village include. 1). Diversification of tourism products. 2). Expand campaign network. 3). Improved quality of physical and non-physical services. 4). Implementation of conscious tourism. 5). Education for quality improvement of human resources 6). Actual task and responsibilitie’s of stake holders. 7). Attendance and documentation of activities of tourism conscious groups.

Keywords: community role, tourism development planning, tourist village Tulungrejo ABSTRAK

Salah satu kawasan yang dapat dikembangkan dalam pariwisata adalah sebuah desa yang memiliki ciri khas budaya sendiri. Kawasan Desa Wisata Tulungrejo merupakan salah satu desa wisata yang dapat diandalkan di Kota Batu-Malang, Jawa Timur. Dibalik kesuksesan Desa wisata Tulungrejo terdapat permasalahan di Desa Wisata Tulungrejo terkait dengan aspek pariwisata dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengembangan pariwisata. Berdasarkan beberapa masalah yang terjadi di Desa Wisata Tulungrejo, maka harus ditemukan jalan keluar yaitu strategi khusus dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata yang terkait dengan desa wisata dan partisipasi masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis exploratif. Data dalam penelitian ini diambil melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah tersusunnya strategi yang dapat digunakan dalam perencanaan dan pengembangan Desa Wisata Tulungrejo meliputi. 1). Diversifikasi produk wisata. 2). Memperluas jaringan promosi. 3). Peningkatan kualitas pelayanan fisik dan non-fisik. 4). Penerapan sadar wisata. 5). Edukasi peningkatan kualitas sumber daya manusia 6). Realisasi tugas dan tanggung jawab stake holders. 7). Absensi dan dokumentasi kegiatan kelompok sadar wisata.

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

9

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari daerah perairan. Menurut Janhidros dalam Rumampuk (2013 : 54), wilayah Indonesia memiliki luas daratan sebesar 2.012.402 km2 dan luas perairan sebesar 5.877.879 km2. Sedangkan menurut National Geographic Indonesia memiliki lebih dari 17.508 pulau yang memiliki potensi dan keunikan yang berbeda-beda. Indonesia merupkan Negara yang terdiri dari banyak suku, budaya, agama, kepercyaan dan adat istiadat yang digunakan setiap hari seperti dalam upacara adat, rumah adat, baju adat, nyanyian dan tarian daerah, alat musik, dan makanan khas. Kekayaan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan negara di bidang pariwisata.

Indonesia merupakan Negara yang mulai melangkah di dunia pariwisata, hal ini terbukti pada setiap daerah terdapat destinasi baru yang sedang dibangun maupun diperbaharui kembali. Pengembangan di sector pariwisata membuktikan bahwa minat wisatawan nusantara dan mancanegara semakin meningkat dari tahun ke tahun, serta semakin tinggi juga keinginan orang-orang untuk membuka peluang usaha di bidang pariwisata. Indonesia menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan sumber penghasilan negara,hal terseut dikarenakan pariwisata memberikan dampak baik terhadap penyediaan lapangan kerja. Dukungan dari pemerintah Indonesia dalam pengembangan pariwisata telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, sebagai bentuk nyata bahwa Indonesia sedang mengembangkan Industri Pariwisata.

Kegiatan berwisata dipandang sebagai ruang sekaligus peluang yang membebaskan diri dari hidup atau kerja yang monoton (Henning, 1999). Oleh sebab itu motif utama berwisata sangat kental dengan hal-hal yang bersifat pribadi. Banyak diantara calon wisatawan yang menghindari kawasan wisata yang telah sukses atau tempat yang tingkat konsentrasi wisatawannya sangat tinggi, kemudian mencari tempat yang lebih menonjolkan keaslian (autheticity), orisinalitas (originality), dan keunikan (uniqeness) lokal (Reisinger dan Steiner, 2006:Olsen,2002). Contoh kawasan selain perkotaan ialah kawasan pedesaan yang dikemas menjadi Desa Wisata dengan menonjolkan unsur budaya masyarakat,

kesejukan udara, serta keindahan alamnya. Kualitas lingkungan di pedesaan masih lebih orisinil, lebih sehat, dan alami daripada kawasan perkotaan (Lewis, 1999).

Di Indonesia, isu pengabaian pembangunan pedesaan semakin menguat setelah berbagai kasus kemisikinan absolut terungkap dari laporan penelitian yang mendalam (Singarimbun dan Penny, 1997). Laporan tersebut mendorong pemerintah, terutama pasca krisis ekonomi, untuk mengintervensi masalah kemiskinan massal itu melalui program-program pintas, seperti Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDM-DKE), Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta Program Pemberdayaan Kecamatan. Dalam konteks pengembangan pariwisata, kawasan pedesaan dipandang cukup signifikan. Pengalaman yang terjadi di India, dan Ceko (Vogels, 2002;Holland, et.al., 2003) menunjukkan akan peran penting pariwisata pedesaan terhadap perubahan-perubahan kelembagaan, sosial dan individu di destinasi pariwisata. Pengembangan pariwisata di kawasan pedesaan dinilai cukup penting bagi kesejahteraan masyarakat karena pariwisata pedesaan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat miskin, pariwisata pedesaan merupakan salah satu media yang mampu mengalihkan atau mendistribusi peluang ekonomi dari daerah perkotaan ke pedesaan, dan pariwisata pedesaan merupakan satu dari sedikit pilihan yang lain untuk mengakselerasi perkembangan ekonomi pedesaan.

Salah satu daerah pedesaan yang menjadi unggulan daya tarik di Jawa Timur adalah Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Wisata Batu yang memiliki luas wilayah 807,019 Ha dan memiliki perkebunan apel terluas di Kota Batu dengan luas 900 Ha. Secara administratif Desa Tulungrejo berbatasan dengan Desa Sumber brantas di sebelah Utaranya, sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Punten, untuk sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Perum Perhutani (BPKH) Pujon KPH Malang, dan juga sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sumbergondo. Desa Tulungrejo memiliki cukup banyak objek wisata seperti taman rekreasi dan bermain Selecta, edukasi lutung jawa, ternak sapi dan kelinci, petik apel, air terjun, kampong indian.

Potensi alam, budaya, dan kehidupan di Desa Tulungrejo menjadi daya tarik wisata pedesaan dan mampu mendatangkan wisatawan untuk berkunjung. Kehidupan desa sebagai

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

10 tujuan wisata adalah desa itu sendiri sebagai

objek sekaligus juga sebagai subjek kepariwisataan. Dikatakan Sebagai suatu objek maksudnya adalah kehidupan pedesaan merupakan tujuan utama bagi kegiatan wisata, sedangkan dikatakan sebagai subjek bahwa desa yang memiliki segala aktivitas sosial dan budaya yang dimiliki dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan kembali ke masyarakat. Peran masyarakat sangat mempengaruhi kelangsungan kegiatan pariwisata perdesaan. (Soebagjo, 1991).

Kegiatan pariwisata di Desa Tulungrejo telah mengalami banyak perkembangan dari berbagai atraksi, produk, dan kelembagaan. Kelompok sadar wisata Desa Tulungrejo meraih prestasi di tahun 2012 yang mendapat peringkat 5 (lima) besar tingkat Nasional, namun pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi peringkat ke 13 (Radarmalang.co.id, 2015). Selain penurunan prestasi kelompok sadar wisata, berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis. Terdapat permasalahan lain yang ada di Desa Wisata Tulungrejo yaitu tingkat keterlibatan dan kesadaran masyarakat dalam proses pengembangan pariwisata. masyarakat memandang pariwisata hanya pada aspek keuntungan ekonomi. Sedangkan dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata tidak hanya pada aspek ekonomi saja, melinkan terdapat aspek lain seperti social dan budya. Selain itu, sebagian anggota organisasi pariwisata maupun penyedia jasa di Desa Tulungrejo belum melaksanakan sapta pesona sepenuhnya, misalnya dari segi kerapaian, bahasa, dan keramahtamahan. Permasalahan selanjutnya yang ada di Desa Wisata Tulungrejo ialah promosi atraksi wisata yaitu apa yang bias dilihat, dilakukan, dan dibeli. Perlunya inovasi artaksi wisata di Desa Tulungrejo yaitu untuk menyeimbangkan dan meningkatkan kualitas serta kuantitas kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Tulungreko.

Sampai saat ini permasalahan yang sedang terjadi dan dihadapi Desa Wisata Tulungrejo adalah tentang perencanaan kepariwisataan di desa dn tingkat partisipasi masyarakat yang belum maksimal (Penulis, 2016). Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian terkait dengan Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Pedesaan di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Perencanaan dan pengembangan pariwisata yang tepat dalam penyelesaian permasalahan yang terjadi dan

menjadikan Desa Tulungrejo agar memberikan kotribusi untuk peningkatan pendapatan asli daerah, membuka lapangan pekerjaan yang baru dan menyerap masyarakat, meningkatkan kulitas sumber daya manusia dalam bidang pariwisata, membantu mengentaskan kemiskinan di sekitar wilayah Desa Tulungrejo . atas dasar permasalahan tersebut peneliti menentukan judul

“Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Pengembangan Desa WisataTulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu”.

KAJIAN PUSTAKA Konsep Pariwisata

Pariwisata merupakan sebuah perjalanan wisata, seorang atau kelompok yang pergi dengan tujuan untuk bersenang-senang dan tidak untuk menetap tinggal di suatu tempat dan tidak untuk mendapatkan upah. Konsep Destinasi Pariwisata Menurut UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan pada Bab I Pasal 1 dijelaskan bahwa destinasi pariwisata yang serupa dengan daerah tujuan wisata didefinisikan sebagai kawasan geografis yang berada dalam satu daerah atau lebih wilayah otonomi yang diantaranya terdapat daya tarik atraksi wisata, fasilitas untuk umum pariwisata, aksesbilitas, serta masyarakat yang saling melengkapi satu sama lain untuk terwujudnya kepariwisataan yang mapan.

Friedman (1979) perencanaan adalah cara berpikir atau pendapat (mindset) seseorang dalam mengatasi permasalahan social ekonomi untuk menghasilkan sesuatu yang positif di masa depan.Sasaran yang akan dicapai adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan antara kebijakan dan program. Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan memerlukan sebuah pemikiran yang serius dan melibatkan banyak pihak (stakeholders) sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil tersebut dapat diterima oleh masyarakat.

Pengembangan Pariwisata

Menurut Pitana dan Diarta (2009:134) strategi pengembangan pariwisata harus mampu menggabungkan aspek-aspek penunjang kesuksesan dunia pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek transportasi dan saluran pemasaran, infrastruktur pariwisata, interaksi social dan keterkaitan dengan sektor lain, daya tahan terhadap dampak pariwisata, resistensi komunitas lokal dan lain-lain. Menurut Spillane (1994: 63-72)

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

11 mengatakan bahwa dalam pengembangan suatu

objek wisata sebagai daerah tujuan wisata (destination), harus memperhatikan lima unsur penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati perjalanan wisatanya, lima unsur destinasi wisata tersebut meliputi :

a. Daya tarik wisata dan atraksi wisata yang mampu menarik pengunjung

b. Fasilitas yang dapat mendukung kebutuhan dn keperluan wisatawan

c. Infrastruktur dasar yang tersedia untuk kebutuhan wisatawan

d. Transportasi menunjang dan mendukung mobilisasi wisatawan

e. Keramah tamahan masyarakat local kepada wisatawan.

Pariwisata Pedesaan

Tren pariwisata saat ini ialah pariwisata yang membaur dengan masyarakat local dan alamnya seperti kehidupan di daerah desa sebagai tujuan wisata. Desa sebagai objek sekaligus juga sebagai subjek dari kepariwisataan. Berdampak pada atraksi wisata serta kehidupan yang ada di pedesaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subjek bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Peran aktif masyarakat akan menentukan kelangsungan kegiatan pariwisata pedesaan (Soebagjo, 1991).

Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD:1994) berpendapat bahwa wilayah pedesaan yang memiliki sedikit penduduk yaitu sekitar 9.000 jiwa. Mayoritas pemanfaatan kawasan dikuasai oleh lahan pertanian, kehutanan maupun daerah alam. Kehidupan masyarakatnya cenderung ke arah tradisional dan budya kehidupan di masa lalu yang masih kental dan melekat. Oleh karena itu desa wisata terletak di kawasan pedesaan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi secara langsung dan wawancara semi terstruktur, serta teknik penentuan sumber data (teknik sampling) menggunakan snowball sampling. Peneliti melakukan dokumentasi untuk mengumpulkan data sekunder yang telah tersedia di lokasi dan situs penelitian.

Peneliti memilih dan memutuskan tempat

Penelitian akan dilakukan di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumi Aji, Kota Wisata Batu, Jawa Timur. Jumlah informan dalam penelitian terdiri dari dari 5 orang yakni 2 orang wisatawan, 1 orang pejabat Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Batu, 1 orang Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Tulungrjo, dan 1 orang Kepala Desa Tulungrejo.

Fokus dalam penelitian ini terkait dengan aspek perencanaan dan pengembangan desa wisata yang meliputi 1) Atraksi wisata (Something to see, something to do, something to buy), promosi, pasar, transportasi, fasilitas dan pelayanan. 2) Peran masyarkat dalam perencanaan dan pengembangan (tahap persiapan, perencanaan, operasional, pengembangan, pengawasan). pada teknik pengumpulan data dilakukan metode interaktif model Milles dan Huberman sebagai berikut ialah pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi sumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum Desa Tulungrejo

Pada mulanya Dusun Junggo tidak terbagi menjadi beberapa dusun maupun desa. Namun pada tahun 1916 Kekep,Gondang dan Junggo menjadi satu desa yang diberi nama yaitu Desa Tulungrejo. Desa Tulungrejo terletak di kecamatan Bumiaji Kota Batu yang mempunyai luas wilayah 806,098 = 81,704 Km2 dengan jumlah penduduk sekitar 9700 jiwa

Potensi Daya Tarik Desa Wisata Tulungrejo

Desa tulungrejo adalah desa yang kaya akan penghasilan kebun apelnya, oleh sebab itu desa wisata tulungrejo menduduki peringkat pertama sebagai desa dengan jumlah petani apel terbesar di Kota wista Batu, dengan demikian memberikan peluang besar bagi para pemilik lahan untuk menjadikan tanahnya sebagai objek wisata yang memiliki nilai jual. Desa Wisata Tulungrejo kaya akan beragam objek wisata alam,sejarah, religi dan edukasi yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Terdapat beberapa objek wisata di desa wisata Tulungrejo yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Selain itu terdapat potensi daya tarik wisata yaitu Atraksi wisata yang terdiri dari (Something to see, something to do, something to buy), promosi wisata, market (pasar), kuantitas dan kualitas transportasi, fasilitas umum dan pelayanan.

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

12

1. Atraksi wisata

a) Something to see (dilihat)

Potensi daya tarik wisata yang dapat dilihat merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa wisata Tulungrejo. Hal ini karena Desa Tulungrejo menyajikan beberapa daya tarik wisata yang dapat dilihat keindahan alamnya serta sejuknya hawa pegunungan seperti banykanya jenis bunga di Taman Selecta, pemandangan alam hijau dan segar dari Coban Talun, serta hijaunya daun di kebun apel.

b) Something to do (dilakukan)

Potensi daya tarik wisata selain ada yang dapat dilihat oleh wisatawan juga harus ada yang dapat dikerjakan/dilakukan oleh wisatawan. Salah satu hal penting dalam something to do ini ialah sesuatu yang dikerjakan wisatawan merupakan kegiatan yang berbeda dengan kegiatannya sehari-hari. Selain itu kegiatan yang dilakukan wisatawan tentunya dapat menjadi pengalaman baru dan menjadi kenangan tersendiri bagi wisatawan, sehingga wisatawan akan merasa puas dan akan kembali berkunjung dilain waktu. Salah satu strategi dari desa wisata untuk menarik minat wisatawan ialah membuat paket wisata petik apel, paket wisata motor trill dan out bond.

c) Something to buy (dibeli)

Aspek terakhir ini ialah sesuatu yang dapat dibeli oleh wisatawan. Hal ini dapat berupa makanan, souvenir khas, maupun benda-benda yang khas dari daerah tersebut. Desa wisata Tulungrejo memiliki buah apel sebagai oleh-oleh khas. Beberapa produk olahan dari aneka Buah ini diolah lagi menjadi keripik buah, jenang dodol apel, minuman sari apel, wine apel, cukak apel,sambal apel, selai apel.

2. Promosi

Promosi merupakan langkah penting untuk mendatangkan calon wisatawan dan promosi juga mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata . Promosi yang dilakukan untuk mengenalkan produk dan potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Tulungrejo, yaitu melalui media massa dan mengikuti kegiatan pameran daerah serta memanfaatkan website agar wisatawan lebih mudah mengakses informasi tentang Desa Wisata Tulungrejo. Namun pada pelaksanaan promosi terdapat hambatan yang dialami oleh pengelola yaitu peralatan seperti komputer beserta jaringan internet yang belum tersedia di kantor kelompok sadar wisata

3. Wisatawan

Wisatawan adalah sasaran utama bagi pemilik usaha pariwisata, baik itu pemilik usaha swasta maupun pemerintah. Wisatawan pada umumnya digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu wisatawan

domestic dan mancanegara. Jumlah tertinggi

wisatawan yang mengunjungi desa wista tulungrejo ialah wisatawan domestic, sedangkan untuk wisatawan mancanegara masih sedikit.

4. Transportasi

Transportasi merupakan unsur penting dalam dunia pariwisata, transportasi dapat memudahkan wisatawan untuk menuju ke daerah tujuan wisata. Transportasi di Desa Wisata Tulungrejo sudah cukup memudahkan wisatawan untuk berkunjung dan menikmati atraksi ke Desa Wisata Tulungrejo. Untuk menuju desa wisata Tulungrejo, wisatawan dapat menggunakan kendaraan berukuran besar atau kecil seperti sepeda motor, mobil pribadi, mini bus dan bus besar. Akses jalan desa wisata Tulungrejo sudah sangat baik untuk dilalui jenis-jenis kendaraan.

5. Fasilitas dan Pelayanan

Fasilitas pelayanan yang memadai akan memudahkan wisatawan dalam memenuhi kebutuhan mereka ketika berkunjung ke destinasi wisata. Di Desa Wisata Tulungrejo fasilitas dan pelayanan sudah cukup memadai seperti adanya hotel, homestay, kantor pos, restoran, bank, jaringan internet, telephone, dll. Semua fasilitas dan pelayanan yang tersedia ini bertujuan untuk menunjang kebutuhan wisatawan supaya berkunjung ke Desa wisata Tulungrejo dan tinggal lebih lama lagi.

Peran Masyarakat Dalam Perencanaan Dan Pengembangan Desa Wisata Tulungrejo 1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan, partisipasi masyarakat desa wisata Tulungrejo diwujudkan pada bentuk partisipasi dan keikutsertaan tentang sosialiasasi pariwisata. Kepala Desa Tulungrejo mengharapkan masyarakat Desa Tulungrejo tahu tentang pariwisata walaupun tidak banyak tahu tentang dunia pariwisata, setidaknya masyarkat menyambut baik kedatangan wisatawan ke Desa Wisata Tulungrejo.

2. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, masyarakat diberi kebebasan untuk menyampaikan kebutuhan dan pendapatnya. Setiap individu diberi kebebasan untuk terlibat dalam dunia pariwisata. Masyarakat tidak dipaksa untuk

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

13 ikut terlibat langsung dalam kegiatan

pariwisata di desa wisata Tulungrejo, hanya mereka yang mau yang akan terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan desa wisata.

3. Tahap operasional

Pada tahap ini partisipasi masyarakat dari dua aspek yaitu aspek berbentuk fisik dan aspek berbentuk nonfisik. Partisipasi berbentuk fisik ialah partisipasi pada pengembangan pariwisata, khususnya pengembangan desa wisata Tulungrejo yang terlihat wujud pengembangan secara fisiknya. Sedangkan partisipasi nonfisik ialah bentuk pastisipasi masyarakat dengan menyediakan sumber daya yang tidak terwujud, tetapi hasil dari partisipasi tersebut dapat dirasakan dan berdampak bagi pengembangan desa wisata Tulungrejo.

4. Tahap pengembangan

Tahap berikutnya adalah partisipasi masyarakat pada tahap pengembangan. Pada tahap pengembangan ini partisipasi masyarakat terfokus pada pengembangan produk-produk wisata yang ada di desa wisata Tulungrejo yaitu buah apel. Selain mengembangkan produk wisata, pemerintah dan aktivis pariwisata juga mengembangkan pasrtisipasi masyarakat lokal sebagai pelaku dan pengusaha pariwisata. Produk buah apel ini diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dengan berbagai varian olahan. Selain itu, bentuk pengembangan dari masyarakat lokal ialah kerjasama antara masyarakat dengan pengusaha pariwisata.

5. Tahap Pengawasan

Aspek terakhir dari partisipasi masyarakat pada pengembangan desa wisata Tulungrejo adalah pada tahap pengawasan. Partisipasi masyarakat desa wisata Tulungrejo pada tahap ini ialah sebagai penerima pariwisata, pelaku wisata, dan pendukung pariwisata. Masyarakat ikut terlibat dalam pengawasan pengembangan desa wisata Tulungrejo.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan atraksi wisata di desa wisata Tulungrejo bentuknya sangat beraneka ragam dari yang dapat dilihat, apa yang dapat dilakukan, dan apa yang dapat dibeli. Sebagian besar penduduk sebagai petani buah dan sayur merupakan ciri khas budaya social yang dapat dijadikan atraksi wisata dari desa wisata Tulungrejo.

2. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Wisata

Tulungrejo terhadap perencanaan dan pengembangan desa wisata mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terbukti banyak aktivitas pariwisata dan diversifikasi produk yang beragam.

Sedangkan saran yang dapat digunakan

sebagai strategi pengembangan desa wisata

Tulungrejo adalah :

1. Sebaiknya pengelola Desa Wisata Tulungrejo menambah lagi model maupun bentuk setiap atraksi wisata yang ada di desa wisata Tulungrejo sesuai dengan tren yang ada. 2. Sebaiknya jaringan promosi yang dilakukan

harus lebih luas lagi, agar Desa Wisata Tulungrejo lebih dikenal luas oleh kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara. 3. Target yang diharapkan perlu diiringi dengan

usaha perbaikan dari kekurangan yang ada. Dengan demikian wisatawan mancanegara akan tertarik untuk mengunjungi.

4. Menyediakan angkutan khusus desa wisata Tulungrejo seperti mini bus terbuka untuk mengangkut wisatawan berkeliling Desa Wisata Tulungrejo.

5. Fasilitas pelayanan perlu ditingkatkan seperti Spa, rumah makan aneka masakan dari apel dan pusat oleh-oleh khas.

6. Seharusnya untuk berkas disetiap kegiatan perlu ada data dan arsipnya, sehingga memudahkan evaluasi disetiap kegiatan. Selain itu juga memudahkan kegiatan penelitian.

7. Sebaiknya perencanaan diorganisir dan sistematis sesuai dengan dampak ekonomi sosial yang ditimbulkan. Tidak hanya melibatkan orang yang aktif saja dibidang pariwisata, namun harus mampu menarik masyarakat yang belum aktif didunia pariwisata.

8. Partisipasi masyarakat pada wujud non-fisik perlu ditingkatkan dengan belajar bahasa asing.

9. Penerapan sapta pesona merupakan langkah menjaga nama baik Desa Wisata Tulungrejo, masyarakat perlu diajarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sapta pesona yaitu dengan membuat papan sapta pesona disetiap sudut

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

14

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexander. 2005, Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata.Yogyakarta : pustaka yogya mandiri

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Damamik, Janianton. 2013. Pariwisata Indonesia Antara Peluang dan Tantangan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Friedman, J dan C. Weafer. 1979. Terriotory and Function. The evolution of regional Planning, London.

Gunn, Clare A. 1991. Vacationscape, Designing Tourist Regions. Texas : university of Texas Hadinoto, Kusdianto. 1996. PerencanaanPengembangan Destinasi Pariwisata.Jakarta : Universitas Indonesia.

Mowforth, Martin, dan Ian Munit. 2000. Pariwisata Dan Yang Berkelanjutan Pariwisata Baru Di Dunia Ketiga. Jakarta. Bagian proyek pengembangan literartur pariwisata tahun anggaran 2000

Nuryanti, wiendu. 1992. Pariwisata Dalam Masyarakat Tradisional, Makalah Pada Program Pelatihan Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata, Jakarta. Tanpa penerbit Organisation For Economic Co-Operation And Development. 1994. Tourism Strategis And Rural Development, Paris.

Salusu, J. 2004. Pengambilan Keputusan Strategeik untuk organisasi Publik dan

Organisasi publik dan organisasi non profit. Jakarta: Grasindo.

Soebagjo. 1991. Desa Wisata Di Bali (Tantangan Dan Kesempatan). Dalam kertas kerja PPM/UGM, Yogyakarta.

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia. Yogyakarta : Gava Media

Tjoko, Muljarto. 1987. Politik Pembangunan, Sebuah Anilisis Konsep, Arah, Dan Strategi.Yoyakarta : Tiara wacana

Pitana, I Gede dan Diarta, I Ketut S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwsata. Yogyakarta : Penerbit Andi

Rahim Firmansyah. 2012. Pedoman pokdarwis. Jakarta : tanpa penerbit

Spillane, James, J. 1994. Pariwisata Indonesia : Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius. Sakti, Suryo Hadiwijoyo.2012.Perencanaan

Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: graha ilmu. Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan

(pendekatan kuantitatif, kulitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Udaya, Yusuf . 1994. Teori Organisasi. Arcan : Jakarta

Yoeti, H oka A. 1997. Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata. PT Pradnya Paramita : Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3.4 Rancangan halaman info dan biaya sms Home Syarat/daftar Info&biaya sms Daftar harga FAQ Live Chat On line Contact Banner Informasi Logo Operator Disclaimer

Berdasarkan Informasi dari hasil wawancara yang disampaikan oleh beberapa informan di atas, keberadaan Taman Bacaan Amalia Kelurahan Maccini Sombala Kecamatan Tamalate

Berdasarkan hasil penelitian diketahui frekuensi tingkat kecemasan remaja putri tentang haid pertama ( menarche ) di SMPN 13 Kota Jambi dominan pada skala sedang.

Menurut Hamka orang bahagia adalah apabila tekun menempuh laju spiritual tertentu, menyiksa badan hingga hancur lebur, dikiranya dengan itu dapat mencapai

Pengujian yang diterapkan dengan melakukan perbandingan kinerja dari Raspbery Pi yang menangani lalu lintas data secara tunggal tanpa menggunakan load balancer serta

Faktor-faktor yang menghambat proses pengawasan terhadap penyelenggaraan dan penataan reklame adalah kurangnya partisipasi dari masyarakat dalam proses pengawasan,

Analisis pendapatan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Karawana Kecamatan

Berhasil atau tidaknya mahasiswa dalam menggambar model ditentukan oleh kualitas penggarapan karya tersebut. Kualitas yang dimaksudkan adalah komposisi, proporsi,