• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

12 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai dari Agustus sampai September 2011.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 15 ekor kelinci jantan lokal dengan bobot hidup rata-rata adalah 824±74,43 g. Kelinci yang digunakan merupakan jenis kelinci lokal dengan umur 4 bulan. Kelinci diperoleh dari peternakan rakyat di Jl. Raya Cibanteng Agatis Ciampea-Bogor.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang individu dan terbuat dari kayu dengan alas yang berbeda-beda, yang terbuat dari kawat, bambu, dan kotak papan yang ditaburi dengan sekam. Kotak papan yang telah dilapisi dengan terpal kemudian ditaburi sekam dengan ketebalan ± 1,5 - 2 cm. Kandang berbentuk panggung dengan jarak dari lantai ± 100 cm. Kandang berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum berbentuk mangkuk yang terbuat dari tanah liat. Bentuk kandang perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2. Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, buku tulis, sapu lidi, serokan, ember, pipa selang untuk membersihkan tempat pakan dan minum, timbangan, thermohygrometer, dan kamera digital.

Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

(2)

13 Pakan

Pakan yang digunakan adalah ransum komersial berbentuk pellet khusus kelinci yang didapat dari PT. Indofeed. Pemberian pakan diberikan berupa pellet tanpa penambahan hijauan karena ransum komplit yang diberikan sudah terdapat hijauan. Pakan tersebut dikemas dalam karung dengan bobot 25 kg. Persentase zat makanan ransum penelitian terdapat pada Tabel 4. Air minum bersih selalu tersedia dalam kandang.

Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Ransum Pellet Komersial

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Bahan Kering 87,08 Abu 9,36 Protein Kasar 14,44 Serat Kasar 22,91 Lemak Kasar 4,02 Beta-N 36,35 Sumber : Hasil Analisis Kimia Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu

Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2011). Prosedur

Persiapan

Bahan, peralatan dan kandang dipersiapkan sebulan sebelum penelitian. Kelinci jantan lokal sebanyak lima belas ekor dipilih berdasarkan keseragaman bobot badan dan yang berumur dibawah lima bulan. Kelinci tersebut dimasukkan ke dalam kandang individu secara acak. Sebelum pemberian perlakuan, kelinci terlebih dahulu mengalami periode adaptasi selama 2 minggu agar tidak terjadi stress yang akan menggangu selama penelitian berlangsung. Adaptasi tersebut meliputi adaptasi pakan dan lingkungan. Pada akhir periode adaptasi dilakukan penimbangan bobot badan kelinci. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui keseragaman bobot badan kelinci tersebut.

(3)

14 Pemeliharaan

Ternak diberikan pakan dua kali sehari yaitu pada pagi hari (06.30-07.00) dan sore hari (15.30-16.00). Sebelum diberikan pakan ditimbang terlebih dahulu. Pakan diberikan berdasarkan kebutuhan total bahan kering yaitu 5% dari bobot badan. Sisa pakan ditimbang keesokan harinya. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Pemeliharaan kelinci dalam penelitian ini dilakukan selama dua bulan. Penimbangan ternak kelinci dilakukan dengan cara meletakkan kotak plastik diatas timbangan duduk kemudian kelinci dimasukkan ke dalam kotak plastik tersebut. Hal ini agar ternak kelinci merasa lebih nyaman dan tidak banyak bergerak selama proses penimbangan. Penimbangan kelinci dilakukan setiap dua minggu sekali.

Pembersihan kandang dari kotoran dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. Hal itu bertujuan agar kebersihan kandang dapat terjaga dan kesehatan ternak tidak terganggu. Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan pada pagi pukul 06.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB, dan sore hari pada pukul 16.00 WIB.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan RAL dengan tiga perlakuan berupa penggunaan alas kandang yang berbeda. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Kelinci sebanyak 15 ekor dibagi secara acak ke dalam tiga perlakuan yaitu alas kandang kawat, alas kandang bambu dan alas kandang sekam. Pemeliharaan dilakukan selama dua bulan, mulai bulan Agustus hingga September 2011. Air minum diberikan secara ad libitum. Setiap hari dilakukan pemberian pakan, pembersihan kandang dan alat, serta pemeriksaan kesehatan.

Pengumpulan Data

Pengamatan tingkah laku harian dan pola makan dilakukan pada waktu pagi hari (06.00-09.00 WIB), siang hari (11.00-14.00 WIB) dan sore hari (15.00-18.00 WIB) dengan lama waktu pengamatan untuk pengamatan tingkah laku harian 15 ekor kelinci selama 150 menit, sedangkan untuk pengamatan pola makan 15 ekor kelinci selama 75 menit. Per ekor kelinci dilakukan pengamatan dengan lama pengamatan selama lima menit dan jeda waktu istirahat antar kelinci yang diamati dengan lama waktu jeda selama lima menit. Pengamatan dilakukan dengan lima kali ulangan selama dua bulan. Metode pengamatan yang digunakan yaitu metode

(4)

one-15 zero yaitu jika kelinci melakukan suatu aktivitas diberi nilai satu, tapi jika tidak melakukan aktivitas diberi nilai nol.

Rancangan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan penggunaan alas kandang yang berbeda yaitu kawat, bambu dan papan yang ditambah sekam dan dengan lima ulangan. Perlakuan penggunaan alas kandang yang diberikan adalah :

P1 : Alas Kandang yang terbuat dari kawat P2 : Alas Kandang yang terbuat dari bambu P3 : Alas Kandang yang terbuat dari sekam

Disamping itu data juga diolah berdasarkan perbedaan 3 periode waktu pengamatan yaitu pagi, siang dam sore pada jenis lantai kandang yang sama, untuk mengetahui perbedaan tingkah laku kelinci pada ketiga waktu tersebut.

Data dikoleksi dengan menggunakan metode one zero sampling. Nilai satu diberikan bila ada aktivitas yang dilakukan dan nol bila tidak ada aktivitas (Martin dan Batesson, 1999). Data yang diperoleh diuji dengan analisis non-parametrik dengan menggunakan uji Kruskal –Wallis.

Rumus dari Kruskal-Wallis menurut Gasperz (1995) yaitu :

H : Statistik Uji Kruskal-Wallis S2 : Ragam

Ri2 : Jumlah pangkat dari perlakuan ke-i ri : Jumlah ulangan pada perlakuan ke-i N : Jumlah pengamatan

(5)

16 Peubah

Tingkah Laku Harian. Pengamatan tingkah laku harian dilakukan dengan menghitung jumlah tingkah laku setiap dilakukan. Peubah tingkah laku harian kelinci yang diamati mencakup :

1) Tingkah laku makan, yaitu tingkah laku kelinci mencari makan, mengambil, mengunyah dan menelannya.

2) Tingkah laku minum, yaitu tingkah laku kelinci mengambil air dari tempat minum kemudian menelannya.

3) Tingkah laku eliminasi (defekasi dan urinasi), yaitu tingkah laku kelinci dalam membuang kotoran cair maupun padat.

4) Tingkah laku merawat tubuh (Grooming), yaitu tingkah laku kelinci untuk merawat tubuh sendiri seperti : berdiri pada dua kakinya sambil tangan mengusap dan menjilati, menggaruk kepala dan muka dan telinganya, menjilati alat kelaminnya, dan menggigiti tubuhnya.

5) Tingkah laku istirahat, yaitu tingkah laku kelinci berdiam diri tanpa melakukan apapun ; berbaring sepenuhnya, meringkuk.

6) Tingkah laku bergerak (lokomosi), yaitu tingkah laku kelinci berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

7) Tingkah laku stereotypes, yaitu tindakan yang berulang dan tidak memiliki tujuan yang jelas.

Pengamatan dilakukan setiap hari dengan merode ad libitum sampling untuk mengetahui jenis tingkah laku harian (Martin dan Bateson, 1999).

Pencatatan pengamatan dengan menggunakan metode one-zero yaitu jika kelinci melakukan suatu aktivitas diberi nilai satu, tapi jika tidak melakukan aktivitas diberi nilai nol (Martin dan Bateson, 1999). Pengamatan tingkah laku harian dibagi tiga periode yaitu pagi hari (06.00-09.00), siang hari (11.00-14.00) dan sore hari (15.00-18.00) dengan interval waktu pengamatan selama 10 menit. Pembagian waktu pengamatan diatur sebagai berikut : 10 menit pertama tingkah laku harian diamati pada perlakuan 1 ulangan satu, 10 menit kedua tingkah laku harian diamati pada perlakuan 1 ulangan dua, 10 menit ketiga tingkah laku harian diamati pada perlakuan 1 ulangan tiga dan seterusnya hingga pada perlakuan 3

(6)

17 ulangan lima. Pengamatan tingkah laku harian ini dilakukan setelah pemberian pakan selesai, agar tingkah laku kelinci kembali pada kondisi stabil.

Tingkah Laku Makan. Tingkah laku makan diamati dengan Focal animal sampling. Focal animal sampling yaitu mencatat semua tingkah laku makan dalam interval waktu yang sudah ditentukan dan mencatat secara rinci semua gerakan yang terjadi (Martin dan Bateson, 1999). Periode waktu focal animal sampling adalah langsung setelah kelinci diberi makan. Pengamatan tingkah laku makan dilakukan langsung setelah kelinci diberi makan dan dilakukan pengamatan selama 5 menit. Perilaku makan kelinci meliputi tingkah laku kelinci dalam mengamati, mencium, menggigit, mengunyah dan menelan pellet. Pencatatan meliputi deskripsi perilaku secara rinci dan waktu berlangsungnya perilaku makan.

Gambar

Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Ransum Pellet Komersial

Referensi

Dokumen terkait

Setiap karyawan yang telah menjalankan training akan ditempatkan dibidangnya masing- masing guna karyawan yang menjalankan training agar pihak perusahaan dapat mengetahui

Untuk itu perlu dilakukan penataan air dengan menggunakan saluran drainase dan sumur resapan, sehingga meminimalkan terjadinya banjir akibat curah hujan yang tinggi, dan

Orang yang telah menerima kasih karunia Allah akan hidup dalam kasih karunia tersebut tidak lagi mencintai dirinya dan segala yang dimiliki, tetapi

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2021 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya dan Gaji Ketiga

Mengacu pada pemberlakuan UU No 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian  Kesesuaian  (UU  No.  20  tahun  2014,  tentang    SPK),  BSN  bekerjasama 

Pengidentifikasian telur cacing parasit usus dilakukan di Laboratorium Taksonomi Hewan Ju- rusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengaruh proporsi tepung maizena dan puree rumput laut kualitas siomay ikan gabus, dalam penilaian kualitas produk

Ketidakbakuan juga ditemukan pada kalimat (2), kata namun seharusnya digunakan sebagai penghubung antarkalimat. Dengan demikian bentuk yang benar adalah Ia sudah