• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tujuan dari terselenggaranya pendaftaran tanah adalah kepastian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tujuan dari terselenggaranya pendaftaran tanah adalah kepastian"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan dari terselenggaranya pendaftaran tanah adalah kepastian hukum guna memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah. Setiap permasalahan yang timbul ketika munculnya sengketa di Pengadilan yang terkait dengan hak atas tanah, penyelesaiannya melalui proses pembuktian. Alat bukti terpenting yang harus dimiliki oleh para pihak yang bersengketa adalah sertipikat sebagai hasil dari proses pendaftaran tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Kepastian hukum yang timbul dari terlaksananya pendaftaran tanah sekurang-kurangnya meliputi dua hal, yaitu kepastian mengenai orang dan kepastian mengenai letak, batas-batas serta luas bidang-bidang tanah.

Dalam rangka memberi kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah diberikan penegasan mengenai sejauh mana kekuatan pembuktian sertipikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Untuk itu diberikan ketentuan bahwa selama sebelum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam sertipikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perubahan hukum sehari-hari maupun dalam sengketa di pengadilan, sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang

(2)

tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan dan bahwa orang tidak dapat menuntut tanah yang sudah bersertipikat atas nama orang atau badan hukum lain, jika selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya sertipikat itu dia tidak mengajukan gugatan pada pengadilan, sedangkan tanah tersebut diperoleh orang atau badan hukum lain tersebut dengan itikad baik dan secara fisik nyata dikuasai olehnya atau oleh orang lain atau badan hukum yang mendapat persetujuannya sebagaimana ketentuan pada Pasal 32 ayat (1) dan (2) PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.1

Dengan demikian maka makna dari pernyataan, bahwa sertipikat merupakan alat pembuktian yang kuat dan bahwa tujuan pendaftaran tanah yang diselenggarakan adalah dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, menjadi tepat dan dirasakan arti praktisnya, sungguhpun sistem publikasi yang digunakan adaah sistem negatif.2

Ketentuan tersebut tidak mengurangi asas pemberian perlindungan yang seimbang baik kepada pihak yang mempunyai tanah dan dikuasai serta digunakan sebagaimana mestinya maupun kepada pihak yang menguasainya dengan itikad baik dan dikuatkan dengan pendaftaran tanah yang beersangkutan atas namanya.3

Namun demikian, dalam praktek pendaftaran tanah yang menjadi masalah adalah sejauh mana orang boleh mempercayai kebenaran data fisik dan data yuridis

1Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, LN Tahun 1999

No. 52 TLN No. 3746, Penjelasan Umum Alinea ke-9

2

Ibid., Penjelasan Umum, Alinea ke-10

(3)

yang disajikan dan sejauh mana orang akan dilindungi oleh hukum apabila mengadakan perbuatan hukum berdasarkan data tersebut yang kemudian ternyata tidak benar, atau dengan perkataan lain, sampai sejauh mana tujuan pendaftaran tanah dapat dicapai, jawaban dari pertanyaan tersebut tergantung dari sistem publikasi yang digunakan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah. Pada dasarnya ada 2 (dua) sistem publikasi, yaitu sistem publikasi positif dan sistem publikasi negatif.4

Dalam pendaftaran tanah yang menggunakan sistem publikasi positif, orang yang namanya terdaftar sebagai pemegang hak atas tanah tidak dapat diganggu gugat lagi haknya. Menurut sistem ini, apa yang tercantum dalam buku tanah dan surat-surat bukti hak yang dikeluarkan merupakan alat pembuktian yang mutlak.5 Dalam sistem publikasi positif dijamin bahwa nama orang yang terdaftar dalam buku tanah sudah tidak dapat dibantah lagi, sekalipun orang tersebut bukan pemilik yang sebenarnya dari tanah yang bersangkutan.6 Menurut sistem positif ini hubungan hukum antara hak dari orang yang namanya terdaftar dalam buku tanah dengan pemberi hak sebelumnya terputus sejak hak tersebut didaftarkan.

Adapun dalam pendaftaran tanah yang menggunakan sistem publikasi negatif, negara sebagai pendaftar tidak menjamin bahwa orang yang terdaftar sebagai pemegang hak benar-benar orang yang berhak, karena dalam sistem ini bukan

4Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah; Penerapan

Lembaga “Rechtsverwerking” Untuk Mengatasi Kelemahan Sistem Publikasi Negatif Dalam Pendaftaran Tanah (Suatu Kajian Sosioyuridis), LPHI, Jakarta, 2000, hal. 84

5Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, Eksistensi Prona sebagai Pelaksanaan

Mekanisme Fungsi Agraria, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal. 21

6

Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Alumni, Bandung, 1983, hal. 32

(4)

pendaftaran tetapi sahnya perbuatan hukum yang dilakukan menentukan berpindahnya hak kepada pembeli. Dalam sistem ini negara hanya secara pasif menerima apa yang dinyatakan oleh para pihak yang memohon pendaftaran. Oleh karena itu sewaktu-waktu dapat digugat oleh orang yang merasa lebih berhak atas tanah tersebut. Pihak yang memperoleh tanah dari orang yang namanya sudah terdaftarpun tidak dijamin, walaupun dia memperoleh tanah itu dengan itikad baik. Dengan demikian pendaftaran tanah dengan sistem publikasi negatif tidak memberikan kepastian hukum kepada orang yang terdaftar sebagai pemegang hak, karena negara tidak menjamin kebenaran data yang disajikan dalam sertipikat hak atas tanah.

Dalam sistem pubikasi negatif umumnya digunakan sistem pendaftaran akta. Dalam sistem ini berlaku azas yang dikenal sebagai nemo plus juris, jadi walaupun telah melakukan pendaftaran, pembeli selalu masih menghadapi kemungkinan adanya gugatan dari orang yang dapat membuktikan bahwa dia pemegang hak yang sebenarnya.7

Salah satu kasus sengketa pemilikan tanah dan menjadi obyek penelitian ini adalah kasus pertanahan yang berkaitan dengan terbitnya jual beli tanah berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan camat yang diperiksa dan diadili di Pengadilan Tata Usaha Medan, seperti ditunjukkan dalam Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Nomor : 72/G.TUN/2005/PPTUN-MDN. Dalam perkara ini,

(5)

para penggugat adalah ahli waris dari F.M.D. Situmorang menggugat pihak Kantor Pertanahan Kota Medan atas terbitnya sertipikat atas nama orang lain, untuk melakukan pembatalan sertipikat nomor 1970/Kel. Helvetia yang terdaftar atas nama Naimah dengan luas 435 m² yang diterbitkan pada tanggal 1 Nopember 2004. Naimah yang juga menjadi tergugat intervensi tersebut memperoleh hak atas tanah dari Diana Hamdan Pulungan berdasarkan Akta Jual Beli yang dibuat dihadapan Dirhamsyah Aryad, Notaris/PPAT kota Medan tanggal 5 Nopember 2004. Sedangkan Diana Hamdan Pulungan memperoleh tanah tersebut dari Yohanes Situmorang berdasarkan Surat Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang dibuat dibawah tanah tanggal 16 Januari 1997 yang dilegalisasi dihadapan Raskami Sembiring, Notaris/PPAT di Kota Medan yang berkaitan dengan Surat Keterangan Nomor : 593.2/1621 tanggal 27 Juli 2004 yang dikeluarkan oleh Lurah Helvetia Timur. Sedangkan Yohanes Situmorang sendiri menguasai tanah tersebut berdasarkan Surat Keterangan Nomor : 318/SKT/MS/1975 tanggal 12 Desember 1975 yang dikeluarkan oleh Camat Medan Sunggal.

Dalam putusannya Pengadilan Tata Usaha Negara Medan membatalkan sertipikat Hak Milik Nomor 1970/Kel. Helvetia tersebut dan mewajibkan Kantor Pertanahan Kota Medan untuk mencabut Sertipikat Hak Milik tersebut. Demikian juga dengan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan dan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, keduanya menguatkan keputusan Pengadilan

(6)

Tata Usaha Negara Medan yaitu menyatakan batal Sertipikat Hak Milik Nomor 1970/Kel. Helvetia yang terdaftar atas nama Naimah tersebut.

Dari kasus perkara sebagaimana diuraikan di atas, pembeli yang telah memenuhi seluruh syarat sahnya jual beli tanah telah berjuang mempertahankan hak miliknya yang telah ia beli secara sah dan beritikad baik akhirnya harus kandas dan merelakan miliknya.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, perlu suatu penelitian lebih lanjut mengenai perlindungan hukum bagi pembeli hak atas tanah melalui jual beli yang akan dituangkan ke dalam judul tesis “Perlindungan Hukum Pembeli Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli Tanah Berdasarkan Alas Hak Yang Berasal Dari Surat Keterangan Camat (Analisis Kasus PTUN Nomor: 72/G.TUN/2005/PTUN-MDN)”.

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut dalam tesis ini adalah: 1. Bagaimana kekuatan pembuktian Surat Keterangan Camat sebagai alas hak

kepemilikan atas tanah?

2. Bagaimana keabsahan jual beli tanah yang disertai dengan dokumen yang lengkap dan memenuhi persyaratan materiil menurut ketentuan peraturan perundang-undangan tetapi kemudian terbukti dalam proses pengalihan haknya dilakukan secara melawan hukum?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi pembeli hak atas tanah berdasarkan alas hak yang berasal dari Surat Keterangan Camat ?

(7)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian Surat Keterangan Camat sebagai alas hak kepemilikan atas tanah.

2. Untuk mengetahui keabsahan jual beli tanah yang disertai dengan dokumen yang lengkap dan memenuhi persyaratan materiil menurut ketentuan peraturan perundang-undangan tetapi kemudian terbukti dalam proses pengalihan haknya dilakukan secara melawan hukum.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pembeli hak atas tanah berdasarkan alas hak yang berasal dari Surat Keterangan Camat.

D. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang hendak dicapai bersama, dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara akademis-teoritis, penelitian ini dapat dijadikan masukkan bagi ilmu pengetahuan, khususnya ketentuan hukum yang mengatur perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli tanah berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan camat.

2. Secara sosial-praktis, adalah memberikan sumbangan pemikiran terhadap mahasiswa-mahasiswa atau praktisi-praktisi hukum dalam mengetahui tentang

(8)

perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli tanah berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan camat.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul tesis “Perlindungan Hukum Pembeli Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli Tanah Berdasarkan Alas Hak Yang Berasal Dari Surat Keterangan Camat (Analisis Kasus PTUN Nomor: 72/G.TUN/2005/PTUN-MDN)”. Akan tetapi ada beberapa penelitian yang yang menyangkut peralihan hak atas tanah antara lain penelitian yang dilakukan oleh :

1. Saudari Helena (NIM. 067011002) Mahasiswi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Eksistensi Dan Kekuatan Alas Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi Yang Dibuat Dihadapan Notaris atau Camat Studi Di Kabupaten Deli Serdang”, dengan permasalahan yang diteliti adalah :

a. Bagaimana eksistensi Notaris dalam pembuatan akta pelepasan hak dengan ganti rugi terhadap tanah yang belum bersertipikat di Kabupaten Deli Serdang?

b. Bagaimana kekuatan hukum alat bukti alas hak berupa akta pelepasan hak dengan ganti rugi yang dibuat dihadapan Notaris?

(9)

c. Bagaimana kewenangan Camat dalam pembuatan akta melepaskan hak atas tanah yang belum bersertipikat di Kabupaten Deli Serdang?

2. Saudari Noni Syahputri (NIM. 077011082), Mahasiswi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Tinjauan Yuridis Terhadap Alas Hak Di Bawah Tangan Sebagai Dasar Penerbitan Sertipikat Dan Implikasinya Terhadap Kepastian Hukum”, dengan permasalahan yang diteliti adalah :

a. Bagaimanakah prosedur alas hak di bawah tangan, sebagai dasar pendaftaran hak atas tanah?

b. Apakah kendala-kendala alas hak di bawah tangan, sebagai dasar pendaftaran hak atas tanah?

c. Upaya apakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala alas hak di bawah tangan, sebagai dasar pendaftaran hak atas tanah?

3. Saudara Muaz Effendi (NIM. 077011043), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Jual Beli Tanah Yang Belum Bersertipikat Di Kecamatan Medan Johor Dan Pendaftaran Haknya Di Kantor Pertanahan Medan”, dengan permasalahan yang diteliti adalah :

a. Mengapa terjadi ketidakseragaman atas peralihan hak atas tanah yang belum bersertipikat di Kecamatan Medan Johor?

b. Bagaimana bentuk-bentuk surat peralihan hak atas tanah sebagai landasan pengalihan hak atas tanah yang belum bersertipikat?

(10)

c. Bagaimana pelaksanaan pendaftaran tanah yang belum bersertipikat serta kendala-kendala apa yang umumnya dihadapi masyarakat dalam pendaftaran tanah pada Kantor Pertanahan Medan?

Permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini adalah asli baik dari segi subtansi maupun dari permasalahan, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi.8 Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.9

Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut :10

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta; b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;

8Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,

1986, hal. 122

9

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80

(11)

c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.

Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Adapun kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori tanggung jawab hukum sebagaimana dikemukakan oleh Hans kelsen :

“Suatu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa ia memikul tanggung jawab hukum, berarti bahwa ia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan hukum yang bertentangan. Biasanya yakni dalam hal sanksi ditujukan kepada pelaku langsung, seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.”11

Lebih lanjut menurut Hans Kelsen, tiap-tiap manusia memiliki kebebasan, tetapi dalam hidup bersama ia memikul tanggung jawab menciptakan hidup bersama yang tertib, oleh karena itu dibutuhkan pedoman-pedoman yang objektif yang harus dipatuhi secara bersama pula. Pedoman inilah yang disebut hukum. Jika hukum telah menentukan pola perilaku tertentu, maka tiap orang seharusnya berperilaku sesuai pola yang ditentukan itu.12

Tanggung jawab hukum terkait dengan konsep hak dan kewajiban hukum. Konsep kewajiban biasanya dilawankan dengan konsep hak, istilah hak yang dimaksud disini adalah hak hukum (legal right). Penggunaan linguistik telah

11Hans Kelsen, Teori Hukum Murni dengan judul buku asli “General Theory of Law and

State” alih bahasa Somardi, Rumidi Pers, Jakarta, 2001, hal. 65

12

Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y. Hage, Teori Hukum, Strategi

(12)

membuat dua perbedaan hak yaitu jus in rem dan jus in personam. Jus in rem adalah hak atas suatu benda, sedang jus in personam adalah hak yang menuntut orang lain atas suatu perbuatan atau hak atas perbuatan orang lain. Pembedaan ini sesungguhnya juga bersifat ideologis berdasarkan kepentingan melindungi kepemilikan privat dalam hukum perdata. Jus in rem tidak lain adalah hak atas perbuatan orang lain untuk tidak melakukan tindakan yang mengganggu kepemilikan.13

Suatu hak hukum menimbulkan kewajiban hukum orang lain. Sebagaimana dimaksud oleh Hans Kelsen yang dikutip oleh Jimly Asshiddiqie bahwa :

“Pernyataan bahwa saya memiliki hak melakukan perbuatan tertentu, mungkin hanya memiliki makna negatif, yaitu bahwa saya tidak diwajibkan untuk melakukan suatu perbuatan. Namun demikian, saya secara hukum tidak bebas melakukan apa yang ingin saya lakukan jika orang lain tidak diwajibkan secara hukum membiarkan saya melakukan apa yang ingin saya lakukan. Kebebasan hukum saya selalu terkait dengan urusan hukum orang lain. Hak hukum saya selalu merupakan kewajiban hukum orang lain.”14

Menurut Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto tujuan daripada pendaftaran tanah adalah sebagai berikut :15

a. Memberikan kepastian obyek

Kepastian mengenai bidang teknis, yaitu kepastian mengenai letak, luas dan batas-batas tanah yang bersangkutan, hal ini diperlukan sebagai upaya menghindari sengketa di kemudian hari baik dengan pihak yang menyerahkan maupun dengan

13Jimly Asshiddiqie, dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekretariat

Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, hal. 66-67.

14

Ibid.

(13)

pihak-pihak yang siapa berhak atasnya, siapa yang mempunyai dan ada atau tidaknya hak-hak dan kepentingan pihak lain (pihak ketiga).

b. Memberikan kepastian hak

Ditinjau dari segi yuridis mengenai status hukumnya, siapa yang berhak atasnya dan ada tidaknya hak-hak dan kepentingan pihak lain (pihak ketiga). Kepastian mengenai status hukum dari tanah yang bersangkutan diperlukan karena dikenal tanah dengan berbagai status hukum yang masing-masing memberikan wewenang dan meletakkan kewajiban-kewajiban yang berlainan kepada pihak-pihak yang mempunyai, hal mana akan sangat berpengaruh terhadap nilai jual tanah.

c. Memberikan kepastian subyek

Kepastian mengenai siapa yang mempunyai tanah tersebut diperlukan untuk mengetahui dengan siapa seseorang harus berhubungan untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum secara sah mengenai ada tidaknya hak-hak dan kepentingan pihak lain (pihak ketiga). Diperlukan untuk mengetahui perlu tidaknya diadakan tindakan-tindakan tertentu untuk menjamin penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan secara efektif dan aman.

Agar apa yang telah didaftarkan dalam buku tanah tetap sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka setiap perubahan yang terjadi dalam sesuatu hak harus didaftarkan sesuai Pasal 23 ayat (1) UUPA yang menyebutkan bahwa Hak Milik demikian pula setiap peralihan dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19.

(14)

Pendaftaran peralihan Hak Milik atas tanah khususnya karena jual beli merupakan pemenuhan atas ketentuan pendaftaran tanah seperti dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yang menyebutkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.16 Menurut Burhan Ashshofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.17

Adapun uraian daripada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah: a. Hak Atas Tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang

mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut.18

b. Perlindungan Hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukun dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang

16Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal.31. 17

Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 19

(15)

bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum., yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

c. Sertipikat Hak Atas Tanah adalah surat tanda bukti hak yang terdiri dari salinan Buku Tanah dan Surat ukur, diberi sampul dijilid menjadi satu, yang bentuknya ditetapkan Menteri Agraria.19

d. Alas Hak adalah dasar hak kepemilikan seseorang terhadap suatu bidang tanah. e. Surat Keterangan Camat tentang Tanah adalah surat keterangan yang dikeluarkan

oleh camat sebagai bukti kepemilikan seseorang atas sebidang tanah.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Metode Pendekatan

Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, bersifat analisis deskriptif maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan.20

Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum dengan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum doktriner yang mengacu

19H.Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 123 20

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni, Bandung, 1994, hal. 101

(16)

kepada norma-norma hukum,21 yang terdapat hukum pendaftaran tanah maka penelitian ini menekankan pada sumber-sumber bahan sekunder, baik berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum, disamping menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat, sehingga ditemukan suatu asas-asas hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat digunakan untuk menganalis permasalahan yang dibahas,22 yang dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan pokok permasalahan dalam penulisan tesis ini. Di samping itu penelitian ini didukung dengan penelitian hukum sosiologis yang dibutuhkan untuk mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma tersebut bekerja di dalam masyarakat,23 yaitu penerapan kaidah-kaidah hukum hukum terkait perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan tanah.

2. Sumber data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang dibutuhkan, yaitu data sekunder, yang akan diperoleh dari penelitian keputakaan dari bahan-bahan pustaka dan data primer, yang akan diperoleh langsung melalui penelitian di lapangan baik dari informan yang terkait dengan perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan tanah.

21

Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, PT. Ghalia Indonesia, Semarang, 1996, hal. 13

22Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 13

23

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 49

(17)

Data sekunder dalam penelitian tesis ini diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu untuk memperoleh bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada di kepustakaan atau data-data sekunder dan data-data primer serta tertier dalam bidang hukum antara lain :

1) Bahan hukum primer.24

Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini di antaranya adalah, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok Agraria, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah serta peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak sertipikat yang berasal dari surat keterangan tanah. 2) Bahan hukum sekunder.25

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil-hasil seminar, hasil-hasil karya dari kalangan hukum, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan tanah.

24Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Juritmetri, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1990, hal. 53

(18)

3) Bahan hukum tertier.26

Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan pedoman wawancara, yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari pihak pihak Kantor Pertanahan Kota Medan yang berkaitan dengan perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan tanah. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian tesis ini.

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan studi dokumen yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistematisasi literatur yang berkaitan dengan perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak sertipikat yang berasal dari surat keterangan tanah, selain itu dilakukan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dengan informan, yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari pihak Kantor Pertanahan Kota Medan terkait dengan perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan tanah. Wawancara

(19)

dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan dalam penelitian tesis ini.

4. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).27

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.28 Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.29

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan mengumpulkan data sekunder, selanjutnya dilakukan pengelompokan dan penyusunan data secara berurutan dan sistematis, kemudian data yang telah disusun tersebut dianalisis secara kualitatif dengan metode deskriptif analisis sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan tanah. 27Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis

Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 53

28

Lexy J. Moleong, Metode Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 103

(20)

Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus, untuk menjawab seluruh permasalahan yang telah dirumuskan.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek

Yang menjadi prioritas penyebab masalah yang ada dalam pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Cimanggis pada periode

Rapat Pengurus Nasional diselenggarakan untuk membahas dan mengkoordinir pelaksanaan berbagai keputusan organisasi yang bersifat khusus dihadiri oleh Dewan Pengurus Nasional,

Penelitian dengan model profile matching dan AHP dalam memberikan rekomendasi terhadap prioritas komoditas tanaman pangan untuk suatu lahan dengan mengolah data text dalam

ditanyakan dengan tepat pada soal cerita. Akan tetapi, beberapa mahasiswa belum dapat mengkolaborasikan dengan baik hal yang ditanyakan dengan yang diketahui untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi, persepsi, dan sikap konsumen perusahaan terhadap keputusan pembelian produk Rajawali Nusindo

merupakan jenis pohon yang paling dominan pada vegetasi tingkat pohon, tiang, dan semai, masing-masing dengan Indeks Nilai Penting (INP) 262,7%, 113,6%, dan 60,3%; sedangkan

Pengenceran Larutan Standar M1 = Konsentrasi larutan induk (ppm) V1 = Volume larutan induk (ml).. M2 = Konsentrasi larutan yang diencerkan (ppm) V2 = Volume larutan yang