Pengaruh Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Komersial dan Fiskal Terhadap Penghasilan Kena Pajak
Oleh : Khasanah Sahara Abstraksi
Penelitian ini dilaksanakan pada Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri yang terletak di Jalan Wachid Hasyim No.64 Kediri. Penelitian ini dilatarbelakangi Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Dimana untuk mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus melainkan dibebankan melalui penyusutan dan amortisasi.Peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif dan alat analisis yang digunakan adalah Rekonsiliasi Fiskal dan Penghasilan Neto Fiskal. Rekonsiliasi Fiskal digunakan untuk meniadakan perbedaan biaya penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan biaya penyusutan menurut Peraturan Perpajakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan biaya penyusutan aktiva tetap menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan menurut Peraturan Perpajakan berakibat pada perbedaan jumlah laba perusahaan. Sehingga untuk meniadakan perbedaan tersebut dilakukan Rekonsiliasi Fiskal yang di dalamnya terdapat penyesuaian atau koreksi fiskal terhadap perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Dari koreksi fiskal tersebut diperoleh jumlah Penghasilan Neto Fiskal yang menjadi dasar pengenaan pajak penghasilan atau Penghasilan Kena Pajak. Dalam melakukan penyusutan aktiva hendaknya sesuai dengan SAK dan Peraturan Perpajakan serta penyusunan laporan keuangan Fiskal dilakukan dengan sangat teliti dan benar – benar sesuai dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku sehingga tidak terjadi perbedaan jumlah beban Pajak Penghasilan yang dihasilkan.
Kata Kunci : Penyusutan Aktiva Tetap Komersial, Penyusutan Aktiva Tetap Fiskal, Rekonsiliasi Fiskal, Penghasilan Kena Pajak.
Latar Belakang Masalah
Dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai yang diamanatkan dalam pembukaan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan perlu kerja keras dan kerja nyata dari semua elemen bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar apabila ada sumber dana yang mendukung diantaranya diperoleh dari penerimaan pajak. Pajak dikenakan baik pada perseorangan maupun badan usaha serta perusahaan
Perusahaan dan badan usaha lainnya, sebagai salah satu wajib pajak
tentunya tidak akan terlepas dari hak dan kewajibannya terhadap negara. Dalam melakukan aktifitasnya, perusahaan memerlukan suatu bentuk perhitungan dan penyusunan laporan atas hasil yang diperoleh atas kegiatan operasionalnya, dengan demikian dapat diketahui seberapa besar kewajiban yang harus dikeluarkan kepada negara. Salah satu elemen yang menjadi penopang pembangunan adalah pajak, yang diharapkan pemerintah untuk dapat meningkatkan penerimaan setiap tahunnya adalah pajak penghasilan.
Pajak penghasilan merupakan salah satu pajak langsung yang dipungut pemerintah pusat sehingga merupakan pajak pusat atau pajak negara. Dalam
upaya meningkatkan pajak penghasilan tidak lepas dari peran serta Wajib Pajak khususnya perusahaan/ badan usaha. Semakin besar tingkat keuntungan perusahaan maka biaya pajak penghasilan yang disetorkan kepada negara akan semakin besar pula. Di satu sisi perusahaan mempunyai tujuan yaitu menghasilkan laba yang maksimal dengan menekan seminimal mungkin biaya – biaya yang dikeluarkan. Dalam menjalankan usaha tersebut seorang manajer perusahaan akan melakukan perencanaan, pengorganisasian, serta pengawasan yang efektif dan efisien. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menjalankan usaha tersebut adalah perencanaan pajak yang berkaitan dengan aktiva tetap yaitu metode penyusutan aktiva tetap perusahaan.
Permasalahan yang muncul ketika perusahaan melakukan strategi perencanaan pajak tentang penyusutan aktiva tetap adalah adanya perbedaan metode penyusutan yang dipakai perusahaan yang pada umumnya memakai metode penyusutan berdasarkan prinsip akuntansi yang dikenal dengan penyusutan komersial, dengan metode penyusutan berdasarkan Undang – Undang Perpajakan yang disebut dengan penyusutan fiskal. Adanya perbedaan penyusutan komersial dengan penyusutan fiskal atas aktiva tetap perusahaan mengakibatkan timbulnya selisih nilai biaya penyusutan aktiva tetap berdasarkan perhitungan perusahaan dengan biaya penyusutan yang dihitung berdasarkan peraturan perundang - undangan pajak yang disebut dengan Penyusutan Fiskal.
Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial yang berdasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yaitu penandingan
antara pendapatan dengan biaya – biaya terkait, sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya adalah penerimaan negara.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk meniadakan perbedaan antara laporan keuangan komersial yang mendasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan dengan laporan keuangan fiskal yang mendasarkan pada peraturan perundang – undangan perpajakan. Koreksi fiskal yang dilakukan dalam rekonsiliasi fiskal akan menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah penghasilan yang menjadi Dasar
Pengenaan Pajak Penghasilan (Penghasilan Kena Pajak ).
RSUD Gambiran merupakan salah satu Badan Layanan Umum di bawah Pemerintahan Kota Kediri yang bergerak di bidang jasa. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya di RSUD Gambiran tentu tidak terlepas dari penggunaan aktiva tetap, seperti alat – alat dokter, investaris kantor, alat – alat angkutan, dan alat laboratorium. Metode penyusutan yang digunakan RSUD Gambiran dalam menyusutkan aktiva – aktiva tersebut menggunakan metode penyusutan Garis Lurus, akan tetapi RSUD Gambiran belum melakukan perhitungan penyusutan fiskal terhadap aktiva – aktiva tersebut per kelompok. Penulis tertarik untuk mengambil penelitian di sana dengan harapan peneliti akan mendapat ilmu yang bermanfaat, pengalaman yang berharga. Maka dari itu harapan peneliti dengan mengambil penelitian tentang pengaruh penyusutan aktiva tetap menurut fiscal dan komersial terhadap penghasilan kena pajak semoga akan membuahkan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak.
Batasan Penelitian
Peneliti memberikan batasan penelitian yaitu: penelitian dibatasi pada penyusutan atas aktiva tetap kelompok 1 tahun perolehan 2013 dan laporan
keuangan yang dibutuhkan adalah laporan keuangan tahun 2014.
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penyusutan aktiva tetap menurut komersial dan fiskal terhadap penghasilan kena pajak. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh penyusutan aktiva tetap menurut komersial dan fiskal terhadap penghasilan kena pajak.
Kerangka Pikir Gambar 1 Kerangka Pikir Metode Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menitik beratkan penelitian pada perbandingan antara penyusutan komersial dengan penyusutan fiskal serta pengaruhnya terhadap Penghasilan Kena Pajak pada tahun 2014
Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber Data. Data peneliatian ini merupakan data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau hasil wawancara dengan
pihak perusahaan mengenai catatan yang ada di-perusahaan diantaranya data mengenai daftar aktiva tetap kelompok 1, daftar penyusutan aktiva kelompok 1, neraca, laporan Laba Rugi (laporan operasional) perusahaan pada tahun 2014.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi adalah data aktiva tetap kelompok 1 tahun perolehan 2013, dan laporan keuangan berupa neraca, laporan Laba Rugi (laporan operasional) tahun 2014 Variabel dan Devinisi Operasional Variabel
a. Penyusutan Komersial
Penyusutan menurut standar akuntansi keuangan adalah alokasi sistematis suatu nilai aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang dapat diestimasi.
b. Penyusutan Fiskal
Pengertian penyusutan fiskal dalam Pasal 9 ayat (2 ) Undang – undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan untuk mendapatkan manfaat, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan.
c. Aktiva Tetap
Aktiva / aset tetap adalah investasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam jangka panjang ( lebih dari satu tahun) yang bertujuan untuk tidak dijual kembali melainkan untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Penyusutan Komersial Penyusutan Fiskal Penghasilan Kena Pajak Aktiva Tetap Kelompok I Rekonsiliasi Fiskal 33
d. Penghasilan Kena pajak
Untuk Wajib Pajak Badan besarnya Penghasilan Kena Pajak sama dengan penghasilan neto.
Teknik Analisis Data
Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, dengan alat yang di
pergunakan adalah metode penyusutan, PPh Pasal 23 Badan, dan Rekonsiliasi Fiskal.
Hasil Penelitian PEMBAHASAN
1. Penyusutan Komersial Penyusutan aktiva tetap kelompok 1 menurut RSUD Gambiran Kota Kediri
Tabel 1
Daftar penyusutan Aktiva Tetap Kelompok 1 Komersial ( Menggunakan Metode Garis Lurus)
Periode 31 Desember 2014
No. Nama Aktiva Tahun
perolehan Harga Perolehan (Rp) Masa Manfaat (Thn) Biaya Penyusutan (Rp)
1. Alat – alat besar 2013 68.013.900,00 5 13.602.780,00
2. Alat – alat angkut 2013 363.750.000,00 5 72.750.000,00 3. Alat kantor dan RT 2013 1.320.574.750,00 5 264.114.950,00 4. Alat studio dan alat
komunikasi 2013 17.725.000,00 5 3.545.000,00
5. Alat – alat
kedokteran 2013 7.831.048.500,00 5 1.566.209.700,00
Jumlah 1.920.222.430,00
Sumber : RSUD Gambiran tahun 2014 ( data diolah) 2. Penyusutan Fiskal
Daftar penyusutan aktiva tetap kelompok 1 RSUD Gambiran menurut Fiskal Tabel 2
Daftar penyusutan Aktiva Tetap Kelompok 1 Fiskal ( Menggunakan Metode Garis Lurus)
Periode 31 Desember 2014
No Nama Aktiva Tahun
perolehan Harga Perolehan (Rp) Masa Manfaat (Thn) Biaya Penyusutan (Rp)
1. Alat – alat besar 2013 68.013.900,00 4 17.003.475,00
2. Alat – alat angkut 2013 363.750.000,00 4 90.937.500,00 3. Alat kantor dan
Rumah Tangga 2013 1.320.574.750,00 4 330.143.687,50
4. Alat studio dan alat
komunikasi 2013 17.725.000,00 4 4.431.250,00
5. Alat – alat
kedokteran 2013 7.831.048.500,00 4 1.957.762.125,00
Jumlah 2.400.278.037,50
Sumber : RSUD Gambiran tahun 2014 ( data diolah) Dari perhitungan penyusutan
aktiva tetap kelompok 1 baik secara
komersial (tabel 1) dan secara fiskal ( tabel 2) tersebut terdapat perbedaan
penyusutan aktiva tetap secara komersial menurut Standar Akuntansi Keuangan dan penyusutan aktiva tetap secara fiskal menurut peraturan perundang – undangan perpajakan disebabkan oleh Perbedaan masa manfaat aktiva tetap yang menurut komersial mempunyai masa manfaat 5 tahun sedangkan menurut fiskal mempunyai masa manfaat 4 tahun yang mengakibatkan
perbedaan presentase tarif penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dan menurut peraturan perpajakan sehingga biaya penyusutan komersial sebesar Rp. 1.920.222.430,00 dan biaya
penyusutan fiskal sebesar Rp. 2.400.278.037,50 sehingga terjadi
selisih biaya penyusutan aktiva tetap sebesar Rp. 480.055.607,50.
Tabel 3 Rekonsiliasi Fiskal
Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Laporan Operasional ( Lap. Laba Rugi)
Periode 31 Desember 2014
Keterangan Menurut
Komersial Koreksi Fiskal Menurut Fiskal
Rp Beda Waktu (Rp) Beda tetap (Rp) Rp Pendapatan Asli Daerah Pendapatan jasa layanan 62.014.208.039,06 62.014.208.039,06 Hasil pemanfaatan kekayaan 40.000.000,00 40.000.000,00 Jasa Giro 393.924.848,01 393.924.848,01 Penerimaan lain-lain 3.235.500,00 3.235.500,00 Jumlah PAD BLUD 62.451.368.387,07 62.451.368.387,07 Pendapatan BLUD APBD 27.261.939.009,00 27.261.939.009,00 DAK 3.767.911.674,00 3.767.911.674,00 Jumlah pendapatan BLUD 93.481.219.070,07 93.481.219.070,07 Beban operasional Beban pelayanan Beban pegawai 1.217.800.000,00 1.217.800.000,00 Beban bahan 23.931.582.314,11 23.931.582.314,11 Beban jasa pelayanan 14.444.309.796,00 14.444.309.796,00 Beban pemeliharaan 601.040.150,00 601.040.150,00
Beban barang dan
jasa 1.135.652.060,00 1.135.652.060,00
Jumlah biaya
pelayanan 41.330.384.320,11 41.330.384.320,11
Sumber : RSUD Gambiran ( diolah) tahun 2014 Dari hasil rekonsiliasi fiskal dapat dianalisa bahwa terdapat perbedaan pendapatan menurut
komersial sebesar Rp.
3.936.196.097,07 dan menurut fiskal sebesar Rp. 3.456.140.489,96. Perbedaan
tersebut karena adanya penambahan beban penyusutan aktiva tetap pada kolom beda waktu sebesar Rp. 480.055.607,50. Jumlah tersebut akan mengurangi pendapatan operasional operasional
Beban umum dan Administrasi Beban pegawai 27.846.755.509,00 27.846.755.509,00 Beban administrasi kantor 2.953.951.875,00 2.953.951.875,00 Beban pemeliharaan 2.235.193.055,00 2.235.193.055,00
Beban barang dan
jasa 2.640.791.802,00 2.640.791.802,00
Beban promosi 166.605.500,00 166.605.500,00
Beban umun dan administrasi lain-lain 650.109.332,00 650.109.332,00 Beban penyusutan aktiva tetap 1.920.222.430,00 480.055.607,50 2.400.278.037,50 Jumlah biaya umum dan administrasi 38.413.629.503,00 38.893.685.110,00 Jumlah beban operasional 79.744.013.823,00 480.055.607,50 80.224.069.430,11 Surplus setelah beban berjalan 13.737.205.247,07 13.257.149.639,96 Beban pengeluaran investasi Pengel. peralatan dan mesin 9.521.553.250,00 9.521.553.250,00 Pengel.gedung dan bangunan 102.378.000,00 102.378.000,00 Pengelu. jalan, jaringan dan instalasi 71.260.200,00 71.260.200,00 Pengel.aset tetap lainnya 6.317.700,00 6.317.700,00 Pengel.aset tidak berwujud 99.500.000,00 99.500.000,00 Jumlah beban pengl. Investasi 9.801.009.150,00 9.801.009.150,00 SURPLUS TAHUN BERJALAN 3.936.196.097,07 480.055.607,50 3.456.140.489,96
perusahaan sehingga jumlah laporan operasional perusahaan lebih sedikit.
3. Pajak Penghasilan Pasal 23
Perbedaan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran tahun 2014
a. Pajak Penghasilan Pasal 23 Komersial
Jumlah P K P = ( Rp 4.800.000.000 : Peredaran Bruto) x Laba Sebelum Pajak
Jumlah PKP tidak memperoleh Fasilitas = Laba sebelum Pajak – Jumlah PKP PPh Pasal 23 = (50% x 25% x Jlh PKP) +( 25% x Jlh PKP tdk
memperoleh Fasilitas)
Laba Setelah Pajak = Laba sebelum Pajak – Pajak Penghasilan pasal 23 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 Komersial
Jumlah P K P = (Rp. 4.800.000.000 : Rp.93.481.219.070,07) x Rp. 3.936.196.097
= Rp. 202.112.696,58
Jumlah PKP tdk memperoleh fasilitas = Rp. 3.936.196.097 - Rp. 202.112.696,58 = Rp. 3.734.083.400,42
PPh Pasal 23 = (50% x 25% x Rp. 202.112.696,58) + (25% x Rp. 3.734.083.400,42)
= Rp. 958.784.937,18
Laba Setelah Pajak = Rp. 3.936.196.097 - Rp. 958.784.937,18 = Rp. 2.977.411.159,82
b. Pajak Penghasilan Pasal 23 Fiskal
Jumlah P K P =( Rp 4.800.000.000 : Peredaran Bruto) x Laba Sebelum Pajak Jumlah PKP tdk memperoleh Fasilitas = Laba sebelum Pajak – Jumlah PKP
PPh Pasal 23 = (50% x 25% x Jlh PKP) + ( 25% x Jlh PKP tidak memperoleh Fasilitas)
Laba Setelah Paja = Laba sebelum Pajak – Pajak Penghasilan pasal 23 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 Fiskal
Jumlah PKP = (Rp. 4.800.000.000 : Rp.93.481.219.070,07) x Rp. 4.416.251.705
= Rp. 226.762.213,79
Jumlah PKP tdk memperoleh fasilitas = Rp. 4.416.251.705 – Rp. 226.762.213,79 = Rp. 4.189.489.491,21
PPh Pasal 23 = (50% x 25% x Rp. 226.762.213,79) + (25% x Rp. 4.189.489.491,21)
= Rp. 1.075.717.649,53
Laba Setelah Pajak = Rp.4.416.251.705- Rp. 1.075.717.649,53 = Rp. 3.340.534.055,47
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah Pajak Penghasilan pasal 23 menurut laporan keuangan komersial sebesar Rp. 958.784.937,18, jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan
Pajak Penghasilan pasal 23 menurut
laporan keuangan fiskal sebesar Rp. 1.075.717.649,53. Perbedaan
tersebut menimbulkan selisih sebesar Rp. 116.932.712,35, sehingga Laba
setelah Pajak menurut komersial sebesar Rp. 2.977.411.159,82 dan laba menurut
fiskal sebesar Rp. 3.340.534.055,47 dan
menimbulkan selisih sebesar
Rp 363.122.895,65 di karenakan adanya perbedaan pengakuan beban penyusutan aktivatetap.
Penghasilan Neto Fiskal
Berikut adalah penghasilan neto fiskal Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri tahun 2014
Tabel 4
Penghasilan Neto Fiskal
Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Tahun 2014
No Keterangan Rupiah
1 Penghasilan neto komersial dalam :
a. Peredaran Usaha 62.451.368.387,07
b. Harga Pokok Penjualan -
c. Beban Usaha Lainnya 79.744.013.823,00
d. Penghasilan neto dari usaha (17.292.645.436,00) b. Penghasilan dari luar usaha 31.029.850.683,00
c. Biaya dari luar usaha 9.801.009.150,00
d. Penghasilan neto dari luar usaha 21.228.841.533,00 Penghasilan neto komersial luar negeri
Jumlah penghasilan neto komersial ( d+g) 3.936.196.097,07 2 Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan
yang tidak termasuk objek pajak 480.055.607,50
3 Penyesuaian Fiskal Positif :
a. Biaya yang dibebankan /dikeluarkan untuk kepentingan pemegang
saham,sekutu atau anggota. b. Selisih penyusutan komersial dan
penyusutan fiscal 480.055.607,50
4. Penyesuaian Fiskal Negatif
a. Selisih penyusutan komersial dan penyusutan Fiskal
b. Penghasilan yang ditangguhkan c. Pengakuannya
5. Fasilitas Penanaman Modal berupa pengurangan penghasilan neto :
6. Penghasilan neto Fiskal ( 1-2+3-4-5) 4.416.251.704,57 Sumber : RSUD Gambiran tahun 2014 ( data diolah)
Dari tabel (4) dapat disimpulkan bahwa jumlah penghasilan neto fiskal adalah sebesar Rp. 4.416.251.704,57. Jumlah tersebut diperoleh dari jumlah neto komersial sebesar Rp. 3.936.196.097,07 ditambah dengan selisih penyusutan komersial dengan fiskal sebesar Rp. 480.055.607,50.
Perbedaan Penghasilan Kena Pajak yang dihasilkan
Setelah dilakukan perhitungan penyusutan aktiva tetap komersial dan fiskal sehingga dilakukan rekonsiliasi fiskal pada laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota
Kediri tahun 2014 yang mengakibatkan munculnya koreksi fiskal, sehingga terdapat perbedaan Penghasilan Kena
Pajak yang di hasilkan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran.
Tabel 5
Perbedaan penghasilan Kena Pajak yang dihasilkan oleh Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran tahun 2014
Uraian Laporan Keuangan
Komersial
Laporan Keuangan Fiskal Penghasilan Kena Pajak 3.936.196.097,07 4.416.251.704,57
Pajak Penghasilan : Pengh. Kena Pajak x Tarif Pajak Penghasilan
393.619.609,70 441.625.170,45
Dari perbedaan Penghasilan Kena Pajak yang dihasilkan oleh Rekonsiliasi Fiskal atas laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran tahun 2014 dapat dianalisa bahwa Jumlah Penghasilan Kena Pajak menurut laporan keuangan komersial sebesar Rp. 3.936.196.097,07 sedangkan Penghasilan Kena Pajak menurut Fiskal sebesar Rp. 4.416.251.704,57. Perbedaan tersebut mengakibatkan jumlah Pajak Penghasilan yang dihasilkan RSUD
Gambiran Kota Kediri sebesar Rp. 393.619.097,70 lebih kecil
dibanding dengan jumlah Penghasilan Kena Pajak menurut Fiskal sebesar Rp. 441.625.170,45.
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Perbedaan penyusutan aktiva tetap Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri menurut Standar Akuntansi Keuangan dan menurut Peraturan Perpajakan terletak pada masa manfaat aktiva tetap yang menurut Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran kota Kediri mempunyai masa manfaat 5 tahun sedangkan menurut Peraturan Perpajakan mempunyai masa manfaat 4 tahun yang mengakibatkan perbedaan presentase tarif penyusutan menurut Standar
Akuntansi Keuangan dan Menurut Peraturan Perpajakan.
b. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap penyusutan aktiva tetap kelompok 1 secara komersial bahwa jumlah biaya penyusutan tahun 2014 sebesar Rp. 1.920.222.430 sedangkan jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 secara fiskal sebesar Rp. 2.400.278.037,50, sehingga terjadi selisih biaya penyusutan aktiva tetap sebesar Rp. 480.055.607,50. Selisih ini perlu dilakukan Rekonsiliasi Fiskal untuk meniadakan perbedaan antara laporan keuangan komersial berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan dengan laporan keuangan fiskal berdasarkan pada Peraturan Perpajakan yaitu jumlah beban biaya penyusutan sebesar Rp. 480.055.607,50.
c. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 terhadap laporan operasional
komersial sebesar Rp.
958.784.937,18 sedangkan laporan operasional secara fiskal sebesar Rp. 1.075.717.649,53, perbedaan tersebut menimbulkan selisih sebesar Rp. 116.932.712,35, sehingga laba setelah pajak menurut komersial sebesar Rp. 2.977.411.159,82 dan laba menurut fiskal sebesar Rp. 3.340.534.055,47.
d. Perhitungan Penghasilan Neto Fiskal akan menyebabkan terjadinya
perbedaan jumlah penghasilan yang menjadi dasar pengenaan pajak penghasilan ( Penghasilan Kena Pajak ). Penghasilan Kena Pajak yang dihasilkan oleh Rekonsiliasi Fiskal atas laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri Tahun 2014 sebesar Rp. 3.936.196.097,07 sedangkan Penghasilan Kena Pajak menurut Fiskal sebesar Rp. 4.416.251.704,57.
Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan, adalah sebagai berikut :
a. Dalam melalukan penyusutan aktiva tetap kelompok 1 hendaknya menggunakan metode penyusutan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan agar tidak ada perbedaan yang dihasilkan secara komersial maupun secara fiskal dan pelaporan dalam bidang Perpajakan menjadi lebih mudah.
b. Dalam penyusunan laporan keuangan Fiskal hendaknya dilakukan dengan sangat teliti dan benar – benar sesuai dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku sehingga tidak terjadi perbedaan jumlah beban Pajak Penghasilan yang dihasilkan.
Daftar Pustaka Adriana,Dadi,(2003),Peraturan
perpajakan, (Buku
satu),Yogyakarta:ANDI
Baridwan,Zaki,(2004), Intermediate
Accounting, (edisi delapan),
Yogyakarta:BPFE
Deddi Nordiawan, Iswahyudi Sandi
Putra, Maulidah
Rahmawati,(2007), Akuntansi Pemerintahan Jakarta: Selemba Empat
Dunia, A Firdaus (2005), Pengantar
akuntansi, Jakarta ;Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Indriantoro Nur,Supomo
Bambang,(2009), Metodologi Penelitian Bisnis untuk akuntansi dan manajemen, Yogyakarta: BPFE
Jusup, Al-haryono,(2011), Dasar – dasar Akuntansi (Jilid 2), Yogyakarta, STIE YKPN Kieso,Donal E,et all,(2002), Akuntansi
Intermediate,Jakarta: Erlangga Lubis,Irwansyah,(2009),Akuntansi dan Pelaporan Pajak,Jakarta:Gramedia Mardiasmo,(2009),Perpajakan,(Edisi revisi), Yogyakarta:ANDI
---,Rosita Uli Sinaga,(2012), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan,Jakarta:IAI
Muljono Djoko, Wicaksono
Baruni,(2009), Akuntansi Pajak Lanjutan, Yogyakarta: ANDI OFFSET
Mursyidi,(2009),Akuntansi
Pemerintahan di
Indonesia,Bandung: PT. Refika Aditama
Primandita Fitriandi,Yuda Aryanto,Agus puji Prayono,(2010) ,Kompilasi
Undang-Undang Perpajakan,
Jakarta: Salemba Empat
Resmi, Siti, (2008), Perpajakan Teori dan
Kasus,(Edisi4),Jakarta:Salemba Empat
Suandy,Erly,(2002),Hukum
Pajak,Jakarta :Salemba Empat ---(2003),Perencanaan Pajak,(Edisi Revisi),Jakarta:Salemba Empat ---(2009), Perencanaan Pajak,(Edisi Empat),Jakarta:Salemba Empat Waluyo,(2008), Akuntansi Pajak,Jakarta:
---,(2009), Akuntansi Pajak,(Revisi dua),Jakarta: Salemba Empat Waluyo,(2010), Akuntansi Pajak,(Revisi
tiga),Jakarta: Salemba Empat
---,(2011), Perpajakan
Indonesia,(Edisi 10),Jakarta:
Salemba Empat