• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DA WAH RAKYAT INDONESIA (PDRI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DA WAH RAKYAT INDONESIA (PDRI)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

PARTAI DA’WAH RAKYAT INDONESIA (PDRI)

BAB I KEANGGOTAAN

Pasal 1

Persyaratan Keanggotaan

(1) Anggota Biasa adalah: a. Beragama Islam;

b. Warga Negara Republik Indonesia yang telah berusia 17 tahun atau telah pernah nikah dan tidak menjadi anggota Partai Politik lain;

c. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ketetapan-ketetapan yang telah dikeluarkan oleh Partai;

d. Mengisi formulir Anggota Partai ; e. Memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA);

f. Tunduk dan patuh pada ketentuan dan garis perjuangan partai.

(2) Anggota Kader adalah anggota biasa dan telah mengikuti pelatihan formal partai. (3) Anggota Teras adalah anggota kader yang telah mencukupi syarat-syarat khusus,

yaitu:

a. Fungsionaris Partai yang telah mengikuti kegiatan kepartaian setidaknya selama lima tahun secara aktif dan sungguh-sunguh;

b. Paham dan taat kepada isi pokok Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Tafsir Asas, Khittah Perjuangan Partai, dan peraturan lain yang ditetapkan oleh partai; dan/atau

c. Anggota terpilih sebagai Pejabat Publik; dan/atau

d. Tokoh masyarakat/tokoh nasional/profesional/intelektual yang direkomendasikan oleh Pimpinan Partai sesuai tingkatannya.

(4) Anggota Istimewa adalah pengurus besar/pusat organisasi massa Islam dan atau organisasi Da’wah yang bukan partai politik

(5) Anggota Terkemuka (Kehormatan) adalah anggota yang telah berjasa terhadap partai yang pengangkatannya dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Pasal 2

Kewajiban Anggota

(1) Anggota Biasa mempunyai kewajiban: a. Partisipasi aktif dalam setiap kegiatan.

b. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik partai. (2) Anggota Kader mempunyai kewajiban:

a. Partisipasi aktif dalam setiap kegiatan partai. b. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik partai. c. Membayar uang infaq dan iuran anggota partai. (3) Anggota Teras mempunyai kewajiban :

a. Partisipasi aktif dalam setiap kegiatan.

b. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik partai. c. Membayar uang infaq dan iuran anggota partai.

d. Menguasai dan atau setidaknya memahami esensi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Tafsir Asas, dan peraturan lainnya.

(4) Anggota Istimewa dan Anggota Terkemuka (Kehormatan) mempunyai kewajiban yang ditetapkan secara khusus oleh Dewan Pimpinan Pusat PDRI.

Pasal 3 Hak Anggota

(1) Anggota Biasa mempunyai hak:

a. Menyampaikan pendapat secara lisan maupun tulisan. b. Mengikuti kegiatan partai.

(2) Anggota Kader mempunyai hak :

(2)

b. Mengikuti kegiatan partai.

c. Dipilih sebagai Pimpinan Partai di semua tingkatan. (3) Anggota Teras mempunyai hak:

a. Menyampaikan pendapat secara lisan maupun tulisan. b. Mengikuti kegiatan partai.

c. Memilih dan dipilih untuk semua jabatan Pimpinan Partai.

(4) Anggota Istimewa dan Anggota Terkemuka (Kehormatan) mempunyai hak sebagaimana diatur dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat PDRI

Pasal 4

Berakhirnya Keanggotaan

Keanggotaan Partai berakhir apabila: a. Meninggal dunia;

b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;

c. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditentukan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai;

d. Diberhentikan oleh Partai karena suatu pelanggaran terhadap ketentuan Partai; e. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik lain.

Pasal 5 Sanksi

(1) Setiap anggota dapat diberikan sanksi, karena melakukan tindakan indisipliner dalam bentuk perbuatan, baik lisan maupun tulisan, pencemaran dan/atau tindakan yang merugikan partai, dan/atau pelanggaran kebijakan partai dan/atau kode etik partai. (2) Sanksi terhadap anggota dapat berupa:

a. Teguran lisan maupun tulisan;

b. Skorsing dan/atau pemberhentian sementara dari personalia Pimpinan di setiap tingkatan;

c. Pemberhentian tetap dari personalia Dewan Pimpinan Pusat. d. Pemberhentian dari keanggotaan partai.

(3) Tata cara dan mekanisme pemberian sanksi diatur lebih lanjut dalam Kode Etik Partai.

Pasal 6

Tata Cara Pemberian Sanksi Anggota dan/atau Personalia Dewan Pimpinan Partai

(1) Pemberian sanksi berupa teguran lisan atau tulisan terhadap anggota dan/atau personalia Dewan Pimpinan Partai dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat yang diputuskan melalui rapat harian;

(2) Pemberian sanksi berupa skorsing atau pemberhentian sementara terhadap anggota dari personalia Dewan Pimpinan Partai dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan kewenangannya yang diputuskan melalui rapat harian sesudah diberikannya sanksi teguran lisan dan/atau tulisan sebanyak 3 (tiga) kali.

(3) Pemberian sanksi berupa pemberhentian dari personalia Dewan Pimpinan Partai diajukan/dimohonkan oleh pimpinan partai sesuai tingkatan dan kewenangannya kepada Pimpinan Pusat untuk diputuskan;

(4) Anggota dan/atau personalia Dewan Pimpinan Partai yang diberhentikan oleh Dewan Pimpinan Pusat dapat mengajukan pengaduan keberatan terhadap keputusan Pimpinan Pusat kepada Mahkamah Partai;

(5) Mahkamah Partai berwenang menerima, memeriksa, mengadili, dan memutus pengaduan keberatan yang diajukan oleh anggota dan/atau personalia Dewan Pimpinan Partai;

(6) Keputusan Mahkamah Partai sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat final dan wajib dilaksanakan oleh Pimpinan Partai.

(3)

BAB II

DEWAN PIMPINAN PUSAT (DPP) Pasal 7

Majelis Syura

(1) Majelis Syura adalah majelis pertimbangan dan majelis fatwa bagi pimpinan partai. (2) Majelis Syura berwenang dan berfungsi mengawasi kebijakan dan kinerja Pimpinan

Pusat yang berkaitan dengan misi ideologis. (3) Susunan Majelis Syura terdiri dari:

a.

Pimpinan Majelis Syura yaitu: Seorang Ketua, sekurang-kurangnya empat (4) Wakil Ketua, seorang Sekretaris dan sekurang-kurangnya seorang Wakil Sekretaris;

b.

Anggota-anggota;

c.

Jumlah keseluruhan personalia Majelis Syura adalah ganjil dan sekurang-kurangnya lima belas (15) orang.

(4) Ketua dan Para Wakil Ketua dipilih oleh dan dari peserta Musyawarah Majelis Syura Khusus yang diselenggarakan untuk itu di dalam forum Muktamar dan diumumkan pada muktamirin.

(5) Ketua dan para Wakil Ketua Majelis Syura ditetapkan oleh Muktamar. (6) Peserta Musyawarah Majelis Syura Khusus ialah:

a. Majelis Syura,

b. Ketua Majelis Syura Wilayah.

(7) Ketua dan para Wakil Ketua Majelis Syura secara bersama-sama membentuk susunan Majelis Syura yang terdiri dari sekurang-kurangnya berasal dari 2/3 anggota Majelis Syura sebelumnya.

(8) Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal sebelumnya diutamakan untuk diusulkan menjadi anggota Majelis Syura.

(9) Ketua dan para Wakil Ketua Majelis Syura secara bersama-sama membentuk susunan Majelis Syura selambat-lambatnya tiga puluh (30) hari setelah Muktamar.

(10) Pimpinan dan anggota Majelis Syura adalah para ulama yang tafaqquh fiddien, tokoh ummat dan/atau cendekiawan yang dikenal memiliki basis ormas/jaringan massa atau kapasitas kepakaran / keilmuan yang dikenal mempunyai akhlak (integritas) yang baik.

(11) Seseorang boleh menduduki jabatan Ketua Majelis Syura terpilih maksimal 2 (dua) periode.

(12) Masa jabatan Pimpinan dan Anggota Majelis Syura adalah 5 (lima) tahun.

(13) Mekanisme dan tata cara pemilihan Ketua Majelis Syura diatur dalam tata tertib Pencalonan dan Pemilihan Majelis Syura;

(14) Ketua Majelis Syura bertanggung jawab kepada Muktamar.

(15) Majelis Syura menyelenggarakan rapat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan.

(16) Majelis Syura dapat membentuk komisi-komisi sesuai dengan keperluan. (17) Keuangan Majelis Syura diatur dan dialokasikan secara tersendiri.

(18) Sistem rekrutmen anggota – anggota Majelis Syura diatur dalam Peraturan Partai.

Pasal 8 Pimpinan Pusat

(1) Pimpinan Pusat adalah pimpinan partai yang mempunyai ruang lingkup kepemimpinan pada tingkat nasional, dengan ketentuan;

a. Personalia Pimpinan Pusat terdiri dari:

(i) Pimpinan Harian yaitu: Ketua Umum, Wakil-Wakil Ketua Umum, Ketua-Ketua, Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, dan Bendahara – bendahara;

(ii) Ketua dan Anggota Departemen.

b. Ketua Umum dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Khusus dan ditetapkan dalam Muktamar.

c. Ketua Umum terpilih bersama dengan Pimpinan Majelis Syura menyusun personalia Pimpinan Pusat selambat-lambatnya 30 (Tiga Puluh) hari setelah Muktamar.

(4)

d. Masa jabatan Pimpinan Pusat adalah 5 (lima) tahun. (2) Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Pusat:

a. Melaksanakan semua ketetapan Muktamar dan membuat laporan tertulis tentang perkembangan partai secara nasional sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.

b. Membuat kebijakan strategis yang berhubungan dengan pengelolaan partai. c. Mewakili partai dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan pihak eksternal. d. Ketentuan dan wewenang lainnya diatur dalam Peraturan Partai.

Pasal 9 Mahkamah Partai

(1) Mahkamah Partai merupakan Badan Peradilan Partai yang bersifat mandiri dalam menyelesaikan sengketa anggota, fungsionaris dan organisasi yang dianggap melanggar Ketetapan Muktamar, Ketentuan Partai lainnya dan/atau Kode Etik.

(2) Mahkamah Partai adalah penafsir terakhir konstitusi dan aturan Partai. (3) Anggota Mahkamah Partai berjumlah 9 (sembilan) orang.

(4) Anggota Mahkamah Partai dipilih oleh Ketua Umum bersama Pimpinan Majelis Syura.

(5) Susunan Mahkamah Partai yaitu:

a. Pimpinan terdiri dari seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua b. Para anggota sebanyak 7 (tujuh) orang.

(6) Ketua Mahkamah Partai dipilih dalam Musyawarah Anggota Mahkamah Partai.

(7) Mahkamah Partai dapat membentuk majelis hakim sesuai kebutuhan yang bersifat ad

hoc.

(8) Dalam melaksanakan tugasnya Mahkamah Partai dibantu oleh Panitera/Panitera Pengganti yang diangkat oleh Mahkamah Partai.

(9) Pimpinan dan Anggota Mahkamah Partai memahami konstitusi dan ketentuan partai lainnya, memiliki integritas dan akhlak yang baik serta diutamakan berlatarbelakang ilmu pengetahuan hukum/syariah.

(10) Mahkamah Partai menyelenggarakan rapat sesuai dengan kebutuhan. (11) Masa jabatan Anggota Mahkamah Partai 5 (lima) tahun.

(12) Dalam hal Ketua Mahkamah Partai berhalangan tetap, Wakil Ketua Mahkamah Partai menggantikannya sebagai Ketua Mahkamah Partai, untuk meneruskan tugasnya sampai akhir periode, dan jabatan Wakil Ketua Mahkamah Partai dipilih dalam Musyawarah Anggota Mahkamah Partai;

(13) Mahkamah Partai berwenang menerima, memeriksa, mengadili, dan memutus pengaduan berupa: perselisihan anggota, perselisihan fungsionaris pusat, perselisihan pejabat publik, dan perselisihan organisasi di semua tingkatan partai. (14) Tata cara dan mekanisme kerja Mahkamah Partai diatur lebih lanjut dalam

Pedoman Beracara di Mahkamah Partai yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

(15) Keuangan Mahkamah Partai diatur dan dialokasikan secara tersendiri.

BAB III

DEWAN PIMPINAN WILAYAH (DPW) Pasal 10

Majelis Syura Wilayah

(1) Majelis Syura Wilayah (MSW) merupakan perpanjangan tangan pelaksanaan tugas Majelis Syura dalam menjaga dan mengawal ideologi partai, sekaligus merupakan mitra Pimpinan Wilayah dalam menjalankan amanah kepemimpinan partai di wilayahnya.

(2) Anggota Majelis Syura Wilayah adalah para ulama yang tafaqquh fiddien, tokoh ummat dan/atau cendekiawan yang dikenal memiliki basis ormas/jaringan massa atau kapasitas kepakaran/keilmuan yang dikenal punya integritas akhlak yang baik.

(3) Anggota Majelis Syura Wilayah sekurang-kurangnya berjumlah 5 (lima) orang sedapat mungkin merepresentasikan tokoh gerakan Islam di wilayah itu.

(5)

(4) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Syura Wilayah dipilih oleh Musyawarah Khusus Majelis Syura Wilayah dan bertanggungjawab kepada Musyawarah wilayah.

(5) Musyawarah Khusus Majelis Syura Wilayah dilaksanakan bersamaan dengan Musyawarah Wilayah yang persertanya adalah Majelis Syura Wilayah dan Ketua-ketua Majelis Syura Daerah;

(6) Majelis Syura Wilayah berwenang dan bertugas:

a. Memantau pelaksanaan kebijakan ideologis partai sesuai arahan Majelis Syura; b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pimpinan Wilayah terkait kebijakan

strategis partai;

c. Melakukan koordinasi fungsional dengan seluruh Majelis Syura Daerah;

d. Mengusulkan pokok permasalahan strategis dan ideologis untuk dibahas oleh Majelis Syura.

(7) Susunan Majelis Syura Wilayah, yaitu:

a. Pimpinan Majelis Syura Wilayah terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris, b. Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Anggota;

(8) Masa jabatan pimpinan dan anggota Majelis Syura Wilayah adalah 5 (lima) tahun, dan dapat dipilih kembali.

(9) Majelis Syura Wilayah menyelenggarakan rapat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.

Pasal 11 Pimpinan Wilayah

(1) Pimpinan Wilayah (PW) adalah pimpinan partai yang mempunyai ruang lingkup kepemimpinan tingkat provinsi, dengan ketentuan:

a. Personalia Pimpinan Wilayah terdiri dari:

1. Pimpinan Harian yaitu: Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Wakil-Wakil Bendahara;

2. Ketua-Ketua dan Anggota Biro;

b. Ketua Pimpinan Wilayah dipilih oleh Majelis Syura Wilayah dalam Musyawarah Majelis Syura Wilayah Khusus dan ditetapkan oleh Musyawarah Wilayah.

c. Musyawarah Majelis Syura Wilayah Khusus dilaksanakan bersamaan dengan Musyawarah Wilayah yang persertanya adalah Majelis Syura Wilayah dan Ketua-ketua Majelis Syura Daerah.

d. Masa jabatan Pimpinan Wilayah adalah 5 (lima) tahun. (2) Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Wilayah

a. Melaksanakan semua ketetapan Musyawarah Wilayah dan membuat laporan tertulis tentang perkembangan partai di wilayahnya.

b. Membuat kebijakan strategis yang berhubungan dengan pengelolaan partai di tingkatannya.

c. Mewakili partai dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan pihak eksternal di wilayahnya.

d. Ketentuan dan wewenang lainnya diatur dalam Peraturan Partai.

BAB IV

DEWAN PIMPINAN DAERAH (DPD) Pasal 12

Majelis Syura Daerah

(1) Majelis Syura Daerah (MSD) merupakan perpanjangan tangan pelaksanaan tugas Majelis Syura dalam menjaga dan mengawal ideologi partai, sekaligus merupakan mitra Pimpinan Daerah dalam menjalankan amanah kepemimpinan partai didaerahnya.

(2) Anggota Majelis Syura Daerah adalah ulama yang tafaqquh fieddien dan/atau tokoh masyarakat yang dikenal memiliki integritas akhlak yang baik.

(3) Anggota Majelis Syura Daerah sekurang-kurangnya berjumlah 5 (lima) orang dan sedapat mungkin merepresentasikan tokoh gerakan Islam di daerah itu.

(6)

(4) Ketua Majelis Syura Daerah dipilih oleh Musyawarah Majelis Syura Daerah Khusus dan ditetapkan serta bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah.

(5) Musyawarah Majelis Syura Khusus Daerah dilaksanakan bersamaan dengan Musyawarah Daerah yang persertanya adalah Majelis Syura Daerah dan Ketua-ketua Majelis Syura Cabang;

(6) Majelis Syura Daerah berwenang dan bertugas:

a. Memantau pelaksanaan kebijakan ideologis partai sesuai arahan Majelis Syura dan Majelis Syura Wilayah.

b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pimpinan Daerah terkait kebijakan strategis partai.

c. Melakukan koordinasi fungsional dengan seluruh Majelis Syura Daerah;

d. Mengusulkan pokok permasalahan strategis dan ideologis untuk dibahas oleh Majelis Syura Wilayah.

(7) Susunan Majelis Syura Daerah, yaitu:

a. Pimpinan Majelis Syura Daerah terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris; b. Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Anggota.

(8) Majelis Syura Daerah dapat membentuk komisi-komisi sesuai dengan keperluan. (9) Masa jabatan pimpinan dan anggota Majelis Syura Daerah adalah 5 (lima) tahun. (10) Majelis Syura Daerah menyelenggarakan rapat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali

dalam sebulan.

Pasal 13 Pimpinan Daerah

(1) Pimpinan Daerah (PD) adalah pimpinan partai yang mempunyai ruang lingkup kepemimpinan tingkat Kabupaten/Kota, dengan ketentuan:

a. Personalia Pimpinan Daerah terdiri dari:

1. Pimpinan Harian yaitu: Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Wakil-Wakil Bendahara;

2. Ketua- Ketua dan Anggota Bagian;

b. Ketua Pimpinan Daerah dipilih oleh Majelis Syura Daerah dalam Musyawarah Majelis Syura Daerah Khusus dan ditetapkan oleh Musyawarah Daerah.

c. Musyawarah Majelis Syura Daerah Khusus dilaksanakan bersamaan dengan Musyawarah Daerah yang pesertanya adalah Majelis Syura Daerah dan Ketua-ketua Majelis Syura Cabang;

d. Masa jabatan Pimpinan Daerah adalah 5 (lima) tahun. (2) Tugas, Kewajiban dan wewenang Pimpinan Daerah:

a. Melaksanakan semua ketetapan Musyawarah Daerah dan membuat laporan tertulis tentang perkembangan partai di Kabupaten/Kota masing-masing sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan kepada Pimpinan Wilayah dan ditembuskan kepada Pimpinan Pusat;

b. Membuat kebijakan strategis yang berhubungan dengan pengelolaan partai di tingkatannya;

c. Mewakili partai dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan pihak eksternal di daerahnya;

d. Ketentuan dan wewenang lainnya diatur dalam Peraturan Partai

BAB V

DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) Pasal 14

Majelis Syura Cabang

(1) Majelis Syura Cabang (MSC) dapat dibentuk di tingkat Kecamatan atau sebutan lainnya.

(2) Majelis Syura Cabang merupakan mitra Pimpinan Cabang dalam menggerakkan partai di tingkat Cabang.

(3) Anggota Majelis Syura Cabang adalah tokoh masyarakat yang dikenal memiliki integritas akhlak yang baik dan peduli pada perjuangan penegakan syariah.

(7)

(4) Anggota Majelis Syura Cabang sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sedapat mungkin merepresentasikan Anggota Istimewa dan/atau tokoh gerakan Islam di Kecamatan setempat yang dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Cabang Khusus. (5) Musyawarah Khusus Majelis Syura Cabang dilaksanakan bersamaan dengan

Musyawarah Cabang yang persertanya adalah Majelis Syura Cabang dan Ketua-ketua Majelis Syura Ranting.

(6) Majelis Syura Cabang berwenang dan bertugas:

a. Memantau pelaksanaan kebijakan partai sesuai arahan Majelis Syura Daerah. b. Memberikan saran, pertimbangan, dan nasehat kepada Pimpinan Cabang; (7) Susunan Majelis Syura Cabang, yaitu:

a. Pimpinan Majelis Syura Cabang terdiri dari Ketua dan Sekretaris; b. Sekurang-kurangnya1 (satu) orang Anggota;

(8) Masa jabatan pimpinan dan anggota Majelis Syura Cabang adalah 5 (lima) tahun. (9) Majelis Syura Cabang menyelenggarakan rapat sesuai keperluan, atau bersama

Pimpinan Cabang.

Pasal 15 Pimpinan Cabang

(1) Pimpinan Cabang (PC) adalah pimpinan partai yang menggerakkan kepemimpinan partai ditingkat Kecamatan, dengan ketentuan:

a. Personalia Pimpinan Cabang terdiri dari :

a) Pimpinan Harian yaitu: Sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris, dan Bendahara; b) Dan dapat ditambah Ketua- Ketua dan Anggota Seksi;

b. Ketua Pimpinan Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Cabang.

c. Ketua Pimpinan Cabang dipilih oleh Majelis Syura Cabang dalam Musyawarah Majelis Syura Cabang Khusus dan ditetapkan oleh Musyawarah Cabang.

d. Masa jabatan Pimpinan Cabang adalah 5 (lima) tahun (2) Tugas dan Kewajiban:

a. Melaksanakan semua ketetapan Musyawarah Cabang dan membuat laporan tertulis tentang perkembangan partai di Kecamatan masing-masing sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan kepada Pimpinan Cabang dan diteruskan kepada Pimpinan Cabang.

b. Mewakili partai dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan pihak eksternal di wilayahnya (Kecamatan).

c. Ketentuan dan wewenang lainnya diatur dalam Peraturan Partai.

BAB VI

DEWAN PIMPINAN RANTING (DPR) Pasal 16

Majelis Syura Ranting

(1) Majelis Syura Ranting (MSR) dapat dibentuk di tingkat Kelurahan/Desa atau sebutan lainnya.

(2) Majelis Syura Ranting merupakan mitra Pimpinan Ranting dalam menggerakkan partai di tingkat Ranting.

(3) Anggota Majelis Syura Ranting adalah tokoh masyarakat yang dikenal memiliki integritas akhlak yang baik dan peduli pada perjuangan penegakan syariah.

(4) Anggota Majelis Syura Ranting sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sedapat mungkin merepresentasikan Anggota Istimewa dan/atau tokoh gerakan Islam di Kelurahan/Desa setempat yang dipilih dalam Musyawarah Ranting.

(5) Majelis Syura Ranting berwenang dan bertugas:

a. Memantau pelaksanaan kebijakan partai sesuai arahan Majelis Syura Cabang, Majelis Syura Daerah, Majelis Syura Wilayah, dan Majelis Syura.

b. Memberikan saran, pertimbangan, dan nasehat kepada Pimpinan Ranting; (6) Susunan Majelis Syura Ranting, yaitu:

c. Pimpinan Majelis Syura Ranting terdiri dari Ketua dan Sekretaris; d. Sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Anggota;

(8)

(8) Majelis Syura Ranting menyelenggarakan rapat sesuai keperluan, atau bersama Pimpinan Ranting.

Pasal 17 Pimpinan Ranting

(1) Pimpinan Ranting (PR) adalah kepemimpinan partai yang ruang lingkupnya tingkat Kelurahan/Desa atau sebutan lain yang setingkat, dengan ketentuan:

a. Personalia Pimpinan Ranting, terdiri dari :

(i) Pimpinan Harian terdiri dari: Ketua, sekurang-kurangnya seorang Wakil Ketua, Sekretaris, sekurang-kurangnya seorang Wakil Sekretaris, Bendahara; dan (ii) Dapat ditambah beberapa orang Ketua dan Anggota Rayon.

b. Ketua Pimpinan Ranting dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Ranting. c. Masa jabatan Pimpinan Ranting adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali. (2) Tugas dan Kewajiban Pimpinan Ranting adalah melaksanakan ketetapan Musyawarah

Ranting dan membuat laporan tertulis tentang perkembangan partai di kelurahannya masing-masing atau sebutan lain yang setingkat, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan kepada Pimpinan Cabang dan ditembuskan kepada Pimpinan Daerah.

BAB VII

SYARAT DAN IKRAR

PERSONALIA DEWAN PIMPINAN PARTAI Pasal 18

Syarat Personalia Pimpinan Partai

(1) Pimpinan Partai adalah anggota biasa atau anggota kader atau anggota teras yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Taat dan Tertib melaksanakan ibadah mahdhah; b. Mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar; c. Mampu menjadi imam shalat lima waktu;

d. Memiliki wawasan yang luas;

e. Mampu meninggalkan perilaku yang tidak bermanfaat; f. Diutamakan tokoh masyarakat;

g. Bersikap adil dalam mengambil keputusan.

h. Memiliki wawasan ke-Islaman, terutama yang terkait kehidupan berbangsa dan bernegara.

i. Menampilkan keteladanan yang mendekati akhlak Nabi seperti:

1) Jujur (shiddiq), tidak terkait dengan perilaku tercela seperti kebohongan (dusta) publik atau penipuan terhadap ummat.

2) Terpercaya (amanah), secara langsung atau tidak langsung tidak terkait dengan kasus penyalahgunaan jabatan.

3) Aktif aspiratif (tabligh), berani menyuarakan aspirasi umat yang sesuai dengan tuntunan Islam.

4) Cerdas (fathonah), memiliki ilmu dan kemampuan (kapabilitas) sesuai bidangnya.

(2) Pimpinan Partai, jika menyangkut hal-hal yang lebih khusus dan terukur diuraikan dalam Pedoman Organisasi;

(3) Pimpinan Partai, untuk daerah- daerah yang berkeadaan khusus dapat menyimpang dari ketentuan ayat (1) di atas yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Partai.

Pasal 19

Ikrar Personalia Dewan Pimpinan Partai

(1) Sebelum memangku jabatannya setiap personalia Dewan Pimpinan Partai mengucapkan ikrar;

(9)

BAB VIII

PERGANTIAN ANTAR WAKTU PERSONALIA SUSUNAN DEWAN PIMPINAN PARTAI

Pasal 20

Pergantian Antar Waktu

(1) Pergantian Antar Waktu Personalia Pimpinan Partai, selanjutnya disingkat PAW

Personalia adalah pengisian jabatan atau jabatan-jabatan kepemimpinan yang lowong karena personalia (fungsionaris) yang bersangkutan dinyatakan berhalangan tetap, sebelum periode kepemimpinan yang bersangkutan berakhir, oleh karena salah satu sebab sebagai berikut:

a. Meninggal dunia; b. Mengundurkan diri;

c. Pindah tempat tinggal ke daerah lain yang tidak mungkin baginya untuk melaksanakan tugas-tugas kepartaian;

d. Berdasarkan peraturan Perundang-undangan atau peraturan partai diharuskan melepaskan kepemimpinan/keanggotaan partai;

e. Diberhentikan oleh Pimpinan Partai.

(2) Dalam hal Ketua Majelis Syura, Ketua Umum berhalangan tetap dipilih seorang Ketua Majelis Syura dan/atau Ketua Umum dengan ketentuan:

a. Menyelenggarakan Muktamar Khusus yang diselenggarakan dengan agenda khusus untuk memilih dan menetapkan Ketua Majelis Syura dan/atau Ketua Umum;

b. Muktamar Khusus yang dimaksud pada huruf a ayat ini dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkannya seorang Pejabat Ketua Majelis Syura/Ketua Umum dalam Rapat Pleno;

c. Ketua Majelis Syura dan/atau Ketua Umum yang terpilih dalam Muktamar Khusus, menyelesaikan sisa masa jabatan periode Ketua Majelis Syura/Ketua Umum yang berhalangan tetap.

(3) Dalam hal Anggota Majelis Syura dinyatakan tidak memenuhi syarat, mengundurkan diri atau berhalangan tetap, maka rapat pleno Majelis Syura mengesahkan pemberhentian yang bersangkutan, sekaligus mengangkat pengganti anggota Majelis Syura.

(4) Dalam hal Ketua Majelis Syura Wilayah dan/atau Ketua Pimpinan Wilayah berhalangan tetap, maka dipilih seorang Ketua pengganti dengan ketentuan:

a. Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah Khusus yang dihadiri oleh utusan Majelis Syura untuk memilih dan menetapkan Ketua Majelis Syura Wilayah dan/atau Ketua Pimpinan Wilayah.

b. Musyawarah Wilayah Khusus yang dimaksud pada huruf a ayat ini dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkannya seorang Pejabat Ketua Wilayah dalam Rapat Pleno;

c. Ketua Wilayah yang terpilih dalam Musyawarah Wilayah Khusus, menyelesaikan sisa masa jabatan periode Ketua Wilayah yang berhalangan tetap.

(5) Dalam hal Ketua Majelis Syura Daerah dan/atau Ketua Pimpinan Daerah berhalangan tetap, maka dipilih seorang Ketua pengganti dengan ketentuan:

a. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah Khusus dengan agenda khusus memilih dan menetapkan Ketua Majelis Syura Daerah dan/atau Ketua Pimpinan Daerah yang dihadiri oleh utusan Majelis Syura Wilayah;

b. Musyawarah Daerah Khusus yang dimaksud pada huruf a ayat ini dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkannya seorang Pejabat Ketua Daerah dalam Rapat Pleno;

c. Ketua yang terpilih dalam Musyawarah Daerah Khusus, menyelesaikan sisa masa jabatan periode Ketua yang berhalangan tetap.

(6) Dalam hal Ketua Majelis Syura Cabang dan/atau Ketua Pimpinan Cabang berhalangan tetap, maka dipilih seorang Ketua pengganti dengan ketentuan:

a. Menyelenggarakan Musyawarah Cabang Khusus yang dihadiri oleh utusan Majelis Syura Daerah untuk memilih dan menetapkan Ketua Majelis Syura Cabang dan/atau Ketua Pimpinan Cabang.

(10)

b. Musyawarah Cabang Khusus yang dimaksud pada huruf a ayat ini dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkannya seorang Pejabat Ketua dalam Rapat Pleno;

c. Ketua yang terpilih dalam Musyawarah Cabang Khusus, menyelesaikan sisa masa jabatan periode Ketua yang berhalangan tetap.

(7) Dalam hal Ketua Pimpinan Ranting berhalangan tetap, maka dipilih seorang Ketua pengganti dengan ketentuan:

a. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting Khusus yang dihadiri oleh utusan Majelis Syura Cabang untuk memilih dan menetapkan Ketua Majelis Syura ranting dan/atau Ketua Pimpinan Ranting;

b. Musyawarah Ranting Khusus yang dimaksud pada huruf a ayat ini dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkannya seorang Pejabat Ketua dalam Rapat Pleno;

c. Ketua yang terpilih dalam Musyawarah Ranting Khusus, menyelesaikan sisa masa jabatan periode Ketua yang berhalangan tetap.

(8) PAW Personalia terhadap para fungsionaris Pimpinan Harian pada Pimpinan Partai dilaksanakan melalui pemilihan dan penetapan dalam Rapat Harian yang dikukuhkan dalam Rapat Pleno masing-masing sesuai tingkatan.

(9) PAW personalia Mahkamah Partai dilakukan melalui rapat harian yang dikukuhkan dalam rapat pleno.

(10) PAW terhadap pimpinan (selain Ketua) dan anggota Majelis Syura Wilayah/Majelis Syura Daerah/Majelis Syura Cabang/Majelis Syura Ranting dilaksanakan melalui pemilihan dan penetapan dalam rapat pleno majelis sesuai masing-masing tingkatan.

(11) PAW Personalia terhadap anggota Departemen/Biro/Bagian/Seksi/Rayon diusulkan oleh Ketua Departemen/Biro/Bagian/Seksi/Rayon ditetapkan oleh Pimpinan Partai sesuai tingkatannya masing-masing.

(12) Tata cara PAW Personalia, diatur lebih lanjut dalam Pedoman Organisasi.

BAB IX

BADAN OTONOM DAN BADAN KHUSUS Pasal 21

Badan Otonom

(1) Badan Otonom adalah lembaga yang bersifat mandiri yang merupakan perangkat pendukung mutlak partai yang dibentuk dan bertanggung jawab pada musyawarah yang diatur oleh Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dari Badan Otonom atau sebutan lainnya yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai PDRI.

(2) Badan Otonom dimaksud adalah:

a. Serikat Tani Islam PDRI atau sebutan lain dalam hal soal pertanian; b. Serikat Buruh Islam PDRI atau sebutan lain dalam hal soal perburuhan; c. Serikat Dagang Islam PDRI atau sebutan lain dalam hal soal perdagangan; d. Serikat Nelayan Islam PDRI atau sebutan lain dalam hal soal kelautan:

e. Serikat Pemuda dan Pelajar PDRI atau sebutan lain dalam hal soal kepemudaan; f. Himpunan Seni Budaya PDRI atau sebutan lain dalam hal soal Seni Budaya; g. Mukminat PDRI atau sebutan lain dalam hal soal perempuan;

h. Lembaga Advokasi PDRI atau sebutan lain dalam pembelaan hukum; i. Sehati PDRI atau sebutan lain dalam hal Kesehatan.

(3) Bila dipandang perlu, Dewan Pimpinan Pusat dapat membentuk Badan Otonom lainnya;

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Badan Otonom diatur dalam Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga masing-masing atau istilah lainnya.

(11)

Pasal 22 Badan Khusus

(1) Badan Khusus adalah lembaga yang menangani suatu program strategis yang bersifat monumental dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Pimpinan Pusat sesuai dengan tingkatannya yang menangani.

(2) Badan Khusus antara lain:

a. Sekolah Partai PDRI atau sebutan lain;

b. Lembaga Pemenangan Pemilu PDRI atau sebutan lainnya;

c. Lembaga Penelitian dan Pengembangan PDRI atau sebutan lainnya; d. Dewan Pakar PDRI atau sebutan lainnya;

e. Korps Muballigh PDRI atau sebutan lainnya;

f. Laskar Sabilillah PDRI atau sebutan lain dalam hal pertahanan dan keamanan serta ketertiban;

g. Kepanduan PDRI atau sebutan lain dalam hal tanggap bencana.

(3) Bila dipandang perlu Dewan Pimpinan Pusat dapat membentuk Badan Khusus sesuai kebutuhan.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Badan Khusus diatur dalam Pedoman Dasar masing-masing yang disahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

BAB X

KODE ETIK PARTAI Pasal 23

Kode Etik

(1) Kode Etik adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofi mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh anggota partai dalam menjalankan tugas selaku anggota, pimpinan dan pejabat publik dari partai.

(2) Kode Etik bertujuan untuk menjaga kerhormatan dan citra kredibilitas anggota partai dan PDRI, serta membantu anggota dalam melaksanakan setiap wewenang, tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya kepada negara, partai, masyarakat dan konstituennya.

(3) Dewan Pimpinan Pusat menyusun dan mengesahkan Peraturan Partai tentang Kode Etik.

BAB XI

FORUM MUSYAWARAH, RAPAT-RAPAT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 24

Forum Musyawarah

Musyawarah Partai terdiri dari: a. Muktamar

b. Muktamar Khusus

c. Musyawarah Dewan Syura

d. Musyawarah Majelis Syura Khusus e. Musyawarah Wilayah

f. Musyawarah Wilayah Khusus g. Musyawarah Daerah

h. Musyawarah Daerah Khusus i. Musyawarah Cabang

j. Musyawarah Cabang Khusus k. Musyawarah Ranting

l. Musyawarah Ranting Khusus m. Musyawarah lainnya

(12)

Pasal 25 Muktamar

(1) Status Muktamar sebagai berikut:

a. Muktamar merupakan forum kedaulatan tertinggi yang menjadi penentu dan pemutus pada tingkat Nasional;

b. Muktamar diikuti oleh Dewan Pimpinan Pusat, para utusan Dewan Pimpinan Wilayah, Badan-badan Otonom tingkat Nasional, Fraksi PDRI DPR RI atau Anggota DPR RI dari PDRI dan Peninjau;

c. Muktamar diadakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. (2) Muktamar diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

(3) Apabila Dewan Pimpinan Pusat tidak dapat menyelenggarakan Muktamar dimaksud pada ayat (2) di atas, maka Muktamar dapat dilaksanakan oleh lebih dari separuh Dewan Pimpinan Wilayah yang mengusulkannya.

(4) Forum Muktamar berwenang:

a. Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat;

b. Mengesahkan dan Menetapkan Perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Tafsir Asas, dan ketetapan lainnya dalam Musyawarah Majelis Syura Khusus;

c. Menetapkan Ketua Majelis Syura, Para Wakil Ketua yang telah dipilih Musyawarah Majelis Syura Khusus;

d. Menetapkan 9 (sembilan) orang calon Ketua Umum yang diusulkan oleh Musyawarah Wilayah untuk dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Khusus; e. Menetapkan Ketua Umum yang telah dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura

Khusus;

f. Menetapkan program kerja untuk 1 (satu) periode berikutnya.

(5) Ketentuan lebih lanjut tentang Muktamar diatur dalam Tata Tertib Muktamar.

Pasal 26

Musyawarah Dewan Syura

(1) Status Musyawarah Dewan Syura, sebagai berikut:

a. Musyawarah Dewan Syura merupakan forum tertinggi di bawah Muktamar. b. Peserta Musyawarah Dewan Syura adalah:

(i) Ketua Umum, Para Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum;

(ii) Pimpinan dan Anggota Majelis Syura;

(iii) Ketua Majelis Syura Wilayah karena jabatannya (ex officio); (iv) Ketua Mahkamah Partai;

(v) Utusan Anggota Istimewa.

c. Musyawarah Dewan Syura dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, jika dan hanya jika:

(i) Diminta dan atau diusulkan oleh Pimpinan Pusat, atau; (ii) Diminta dan diusulkan oleh Majelis Syura, atau;

(iii) Diminta dan diusulkan oleh lebih dari ¾ (tiga per empat) Ketua Majelis Syura Wilayah;

(2) Musyawarah Dewan Syura berwenang dan berfungsi: a. Melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan partai;

b. Memberikan usul, pertimbangan dan persetujuan kepada pimpinan pusat yang terkait:

(i) Penentuan mitra politik/koalisi dengan partai politik lain; (ii) Penentuan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI;

(iii) Penentuan Kader Partai yang masuk dalam jajaran Eksekutif;

(iv) Penentuan Kader Partai yang diusulkan menjadi Pejabat Publik di tingkat Nasional.

c. Menetapkan kebijakan yang bersifat strategis dan berimplikasi Nasional yang dianggap perlu oleh Dewan Pimpinan Pusat;

d. Merancang dan menetapkan kebijakan dan kinerja Pimpinan Pusat yang berkaitan dengan misi ideologis.

(13)

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang Musyawarah Dewan Syura diatur dalam Tata Tertib Musyawarah Dewan Syura.

Pasal 27

Musyawarah Majelis Syura Khusus

(1) Status Musyawarah Majelis Syura Khusus, sebagai berikut:

a. Musyawarah Majelis Syura Khusus merupakan forum musyawarah Majelis Syura yang diperluas dan berkenaan hal-hal khusus di masing-masing tingkatannya; b. Peserta Musyawarah Majelis Syura Khusus adalah:

(i) Pimpinan dan Anggota Majelis Syura serta Ketua Majelis Syura Wilayah pada Muktamar;

(ii) Pimpinan dan Anggota Majelis Syura Wilayah serta Ketua Majelis Syura Daerah pada Musyawarah Wilayah;

(iii) Pimpinan dan Anggota Majelis Syura Daerah serta Ketua Majelis Syura Cabang pada Musyawarah Daerah;

(iv) Pimpinan dan Anggota Majelis Syura Cabang serta Ketua Majelis Syura Ranting pada Musyawarah Cabang.

(2) Musyawarah Majelis Syura Khusus diselenggarakan pada Muktamar, Muktamar Khusus, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Wilayah Khusus, Musyawarah Daerah, Musyawarah Daerah Khusus, Musyawarah Cabang, Musyawarah Cabang Khusus. (3) Musyawarah Majelis Syura Khusus berwenang dan berfungsi:

a. Memilih Ketua Umum, Ketua Wilayah, Ketua Daerah dan Ketua Cabang;

b. Memilih Ketua dan Wakil Ketua Majelis Syura, Ketua dan Wakil Ketua Majelis Syura Wilayah, Ketua dan Wakil Ketua Majelis Syura Daerah, dan Ketua dan Wakil Ketua Majelis Syura Cabang;

c. Mengesahkan dan Menetapkan Perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Tafsir Asas, dan ketetapan lainnya yang diusulkan melalui Musyawarah Daerah dan atau Musyawarah Wilayah;

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Musyawarah Majelis Syura Khusus diatur dalam Tata Tertib Musyawarah Mejelis Syura Khusus

Pasal 28

Musyawarah Wilayah

(1) Status Musyawarah Wilayah sebagai berikut:

a. Musyawarah Wilayah merupakan forum tertinggi partai tingkat wilayah yang menjadi penentu dan pemutus terakhir partai tingkat wilayah.

b. Musyawarah Wilayah diikuti oleh Dewan Pimpinan Wilayah, para utusan Dewan Pimpinan Daerah, Ketua Badan Otonom tingkat wilayah, Fraksi DPRD Provinsi atau Anggota DPRD Provinsi dari PDRI yang tergabung dalam Fraksi DPRD Provinsi, dan Peninjau.

c. Musyawarah Wilayah diadakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. (2) Musyawarah Wilayah berwenang:

a. Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Wilayah;

b. Menetapkan program Kerja Partai di tingkat wilayah yang merupakan solusi atas permasalahan aktual, akomodasi atas aspirasi yang berkembang pada tingkat wilayah, dan merupakan penjabaran program kerja tingkat nasional;

c. Menetapkan Ketua Majelis Syura Wilayah dan Para Wakil Ketua Majelis Syura Wilayah yang telah dipilih Musyawarah Majelis Syura Wilayah Khusus;

d. Memilih dan menetapkan 7 (tujuh) orang calon Ketua Pimpinan Wilayah dari calon-calon yang diusulkan oleh Musyawarah Daerah untuk dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Wilayah Khusus;

e. Menetapkan 1 (satu) orang Ketua Wilayah yang telah dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Wilayah Khusus;

f. Memilih dan menetapkan 3 (tiga) orang calon Ketua Umum dari calon-calon yang diusulkan oleh Musyawarah Daerah yang akan diusulkan dalam forum Muktamar; (3) Ketentuan lebih lanjut tentang Musyawarah Wilayah diatur dalam Tata Tertib

(14)

Pasal 29

Musyawarah Daerah

(1) Status Musyawarah Daerah sebagai berikut:

a. Musyawarah Daerah merupakan forum tertinggi partai tingkat daerah yang menjadi penentu dan pemutus terakhir partai tingkat daerah;

b. Musyawarah Daerah diikuti oleh Dewan Pimpinan Daerah, utusan Dewan Pimpinan Cabang, Ketua Badan Otonom tingkat daerah, Fraksi DPRD Kab/Kota atau Anggota DPR Kab/Kota dari PDRI yang tergabung dalam Fraksi DPRD Kab/Kota, dan Peninjau.

c. Musyawarah Daerah diadakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. (2) Musyawarah Daerah berwenang:

a. Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah;

b. Menetapkan program Kerja Partai di tingkat daerah yang merupakan solusi atas permasalahan aktual, akomodasi atas aspirasi yang berkembang pada tingkat daerah, dan merupakan penjabaran program kerja partai yang lebih tinggi di atasnya;

c. Menetapkan Ketua Majelis Syura Daerah dan Para Wakil Ketua Majelis Syura Daerah yang telah dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Daerah Khusus;

d. Memilih dan menetapkan 5 (lima) orang calon Ketua Pimpinan Daerah dari calon-calon yang diusulkan oleh Musyawarah Cabang untuk dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Daerah Khusus;

e. Menetapkan 1 (satu) orang Ketua Pimpinan Daerah yang telah dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Daerah Khusus;

f. Memilih dan menetapkan 1 (satu) orang calon Ketua Umum yang akan diusulkan dalam Musyawarah Wilayah untuk diusulkan dalam forum Muktamar.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang Musyawarah Daerah diatur dalam Tata Tertib Musyawarah Daerah.

Pasal 30

Musyawarah Cabang

(1) Status Musyawarah Cabang sebagai berikut:

a. Musyawarah Cabang merupakan forum tertinggi partai tingkat Kecamatan yang menjadi penentu dan pemutus terakhir partai tingkat Kecamatan;

b. Musyawarah Cabang diikuti oleh Pimpinan Cabang, utusan Dewan Pimpinan Ranting, Badan Otonom tingkat Cabang, dan Peninjau.

c. Musyawarah Cabang diadakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. (2) Musyawarah Cabang berwenang:

a. Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Cabang;

b. Menetapkan program Kerja Partai di tingkat cabang yang merupakan solusi atas permasalahan aktual, akomodasi atas aspirasi yang berkembang pada tingkat cabang dan merupakan penjabaran program kerja partai yang lebih tinggi di atasnya;

c. Menetapkan Ketua Majelis Syura Cabang dan Para Wakil Ketua Majelis Syura Cabang yang telah dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Cabang Khusus;

d. Memilih dan menetapkan 3 (tiga) orang calon Ketua Pimpinan Cabang dari calon-calon yang diusulkan oleh Musyawarah Ranting untuk dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Cabang Khusus;

e. Menetapkan 1 (satu) orang Ketua Pimpinan Cabang yang telah dipilih dalam Musyawarah Majelis Syura Cabang Khusus;

f. Memilih dan menetapkan 3 (tiga) orang calon Ketua Pimpinan Daerah untuk diusulkan dalam Musyawarah Daerah dari calon-calon yang diusulkan oleh Musyawarah Ranting.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang Musyawarah Cabang diatur dalam Tata Tertib Musyawarah Cabang.

(15)

Pasal 31

Musyawarah Ranting

(1) Status Musyawarah Ranting sebagai berikut:

a. Musyawarah Ranting merupakan forum tertinggi partai tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain yang setingkat yang menjadi penentu dan pemutus terakhir partai tingkat Desa/Kelurahan.

b. Musyawarah Ranting diikuti oleh Pimpinan Ranting dan Majelis Syura Ranting. c. Musyawarah Ranting diadakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(2) Musyawarah Ranting berwenang:

a. Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Ranting.

b. Menetapkan program kerja partai di tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain yang setingkat yang merupakan solusi atas permasalahan aktual, akomodasi atas aspirasi yang berkembang pada tingkat Desa/Kelurahan dan merupakan penjabaran program kerja partai yang lebih tinggi di atasnya;

c. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Syura Ranting dan Wakil Ketua Majelis Syura Ranting;

d. Memilih dan menetapkan Ketua Pimpinan Ranting;

e. Memilih dan menetapkan 1 (satu) orang calon Ketua Pimpinan Cabang yang akan diusulkan dalam Musyawarah Cabang.

f. Memilih dan menetapkan 1 (satu) orang calon Ketua Pimpinan Daerah yang akan diusulkan dalam Musyawarah Daerah.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang Musyawarah Ranting diatur dalam Tata Tertib Musyawarah Ranting.

Pasal 32 Rapat-rapat

Setiap saat yang dianggap perlu DPP, DPW, DPD, DPC, dan DPR serta Badan Khusus pada tingkatan masing-masing, dapat mengadakan rapat-rapat.

Pasal 33 Rapat Kerja

(1) Dewan Pimpinan Pusat dalam setiap tahun dapat menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional yang diikuti oleh Badan Khusus tingkat Nasional, Badan Otonom tingkat Nasional, Fraksi Partai DPR RI atau Anggota DPR RI dari PDRI, dan utusan Dewan Pimpinan Wilayah;

(2) Dewan Pimpinan Wilayah dalam setiap tahun dapat menyelenggarakan Rapat Kerja Wilayah yang diikuti oleh Badan Khusus tingkat Wilayah, Badan Otonom tingkat wilayah, Fraksi Partai DPRD Provinsi atau Anggota DPRD Provinsi dari PDRI, dan utusan Dewan Pimpinan Daerah;

(3) Dewan Pimpinan Daerah dalam setiap tahun dapat menyelenggarakan Rapat Kerja Daerah yang diikuti oleh Badan Khusus tingkat Daerah, Badan Otonom tingkat Daerah, Fraksi DPRD Kab/Kota atau Anggota DPRD Kab/Kota dari PDRI, dan Dewan Pimpinan Cabang;

(4) Dewan Pimpinan Cabang dalam setiap tahun dapat menyelenggarakan Rapat Kerja Cabang yang diikuti oleh Badan Otonom tingkat Cabang dan Pimpinan Ranting; (5) Pimpinan Ranting dalam setiap tahun dapat menyelenggarakan Rapat Kerja Ranting.

Pasal 34 Rapat Pleno

Rapat Pleno yaitu rapat Pimpinan Partai pada tingkat masing-masing yang dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Majelis Syura, Mahkamah Partai, Badan Khusus Tingkat Nasional, Badan Otonom Tingkat Nasional dan Fraksi atau Anggota DPR RI PDRI; atau Pimpinan Wilayah, Majelis Syura Wilayah, Badan Otonom tingkat Wilayah, Badan Khusus tingkat Wilayah, Fraksi atau Anggota DPRD Provinsi dari PDRI; atau Pimpinan Daerah, Majelis Syura Daerah, Badan Otonom tingkat Daerah, Badan Khusus tingkat Daerah atau Anggota DPRD Kabupaten/Kota dari PDRI; atau Pimpinan Cabang, Majelis Syura

(16)

Cabang, Badan Otonom tingkat Cabang, Badan Khusus tingkat Cabang; atau Dewan Pimpinan Ranting.

Pasal 35

Rapat Dewan Pimpinan Partai

Rapat Dewan Pimpinan Partai yaitu Rapat yang dihadiri oleh seluruh fungsionaris Dewan Pimpinan Partai pada tingkatan masing-masing.

Pasal 36 Rapat Harian

Rapat Harian yaitu Rapat yang dihadiri oleh Pimpinan Partai pada tingkatan masing-masing.

Pasal 37 Rapat Konsultasi

Rapat konsultasi yaitu rapat antar unsur pimpinan partai dan pimpinan Badan Khusus/Badan Otonom pada tingkat masing-masing.

Pasal 38 Rapat Majelis Syura

Rapat Majelis Syura yaitu rapat yang dihadiri oleh pimpinan dan anggota Majelis Syura.

Pasal 39

Rapat Kompartemen dan Bidang

(1) Rapat Kompartemen yaitu Rapat Pimpinan Partai lintas bidang pada tingkatan masing-masing.

(2) Rapat Bidang yaitu Rapat Pimpinan Partai pada tingkatan masing-masing yang dihadiri oleh personalia bidang.

Pasal 40 Rapat Koordinasi

Rapat Koordinasi yaitu Rapat Pimpinan Partai yang diadakan khusus dan dihadiri oleh pimpinan partai minimal satu tingkat di bawahnya pada tingkatan masing-masing.

Pasal 41

Ketentuan lebih lanjut tentang Rapat-Rapat diatur dalam Peraturan Partai.

BAB XII

PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 42

Pengambilan Keputusan

(1) Pengambilan keputusan pada forum Musyawarah:

a. Muktamar/Muktamar Khusus, Musyawarah Dewan Syura, Musyawarah Majelis Syura Khusus, Musyawarah Wilayah/Musyawarah Wilayah Khusus, Musyawarah Daerah/Musyawarah Daerah Khusus, Musyawarah Cabang/Musyawarah Cabang Khusus; Musyawarah Ranting/Musyawarah Ranting Khusus, hanya sah bila dihadiri lebih dari ½ (setengah) jumlah peserta yang memiliki hak suara.

b. Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas tidak memenuhi kuorum, maka ditunda paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam.

c. Dalam pengambilan keputusan pada Musyawarah Dewan Syura:

1) Pimpinan Pusat, yang diwakili oleh oleh Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, dan Bendahara Umum masing-masing memiliki satu hak suara;

2) Masing-masing Anggota Majelis Syura memiliki satu hak suara;. 3) Ketua Majelis Syura Wilayah, masing-masing memiliki satu hak suara; 4) Utusan Anggota Istimewa, masing-masing memiliki satu hak suara (2) Pengambilan keputusan pada Rapat-Rapat:

a. Rapat hanya sah bila dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah peserta yang memiliki hak suara.

(17)

b. Apabila tidak memenuhi kuorum, maka rapat sebagaimana pada ayat (4) dapat ditunda paling lama 1 (satu) jam.

c. Apabila setelah rapat ditunda 1 (satu) kali sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ternyata yang hadir belum cukup kuorum, maka rapat dapat ditunda paling lama 2 (dua) jam.

d. Apabila ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (6) ternyata yang hadir belum cukup kuorum, maka rapat dapat dilanjutkan dan dinyatakan sah.

(3) Semua ketetapan Muktamar/Muktamar Khusus, Musyawarah Dewan Syura/Musyawarah Majelis Syura Khusus, Musyawarah Wilayah/Musyawarah Wilayah Khusus, Musyawarah Daerah/Musyawarah Daerah Khusus, Musyawarah Cabang/Musyawarah Cabang Khusus, Musyawarah Ranting/Musyawarah Ranting Khusus dan keputusan Rapat Kerja Nasional/Wilayah/Daerah/ Cabang/Ranting, Rapat-rapat dapat dilakukan secara musyawarah dan mufakat.

(4) Bila secara musyawarah/mufakat tidak dapat ditetapkan, maka keputusan dilakukan dengan suara terbanyak (voting).

(5) Keputusan yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan ayat (1) dan ayat (2) adalah sah dan mengikat serta wajib ditaati oleh semua Pihak terkait.

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pengambilan keputusan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.

Pasal 43 Urutan Keputusan

(2) Keputusan Rapat Dewan Pimpinan Pusat tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, ketetapan Muktamar lainnya, dan/atau ketetapan Musyawarah Dewan Syura.

(3) Keputusan Rapat Dewan Pimpinan Wilayah tidak boleh bertentangan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, ketetapan Muktamar lainnya, dan/atau ketetapan Musyawarah Dewan Syura, keputusan Dewan Pimpinan Pusat, dan ketetapan Musyawarah Wilayah.

(4) Keputusan Rapat Dewan Pimpinan Daerah tidak boleh bertentangan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, ketetapan Muktamar lainnya, dan/atau ketetapan Musyawarah Dewan Syura, keputusan Dewan Pimpinan Pusat, keputusan Dewan Pimpinan Wilayah, dan ketetapan Musyawarah Daerah.

(5) Keputusan Rapat Pimpinan Cabang tidak boleh bertentangan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, ketetapan Muktamar lainnya, dan/atau ketetapan Musyawarah Dewan Syura, keputusan Dewan Pimpinan Pusat, keputusan Dewan Pimpinan Wilayah, keputusan Dewan Pimpinan Daerah dan ketetapan Musyawarah Cabang.

(6) Keputusan Rapat Pimpinan Ranting tidak boleh bertentangan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, ketetapan Muktamar lainnya, dan/atau ketetapan Musyawarah Dewan Syura, keputusan Dewan Pimpinan Pusat, keputusan Dewan Pimpinan Wilayah, keputusan Dewan Pimpinan Daerah, keputusan Pimpinan Cabang dan ketetapan Musyawarah Ranting.

(7) Keputusan Rapat Harian tidak boleh bertentangan dengan keputusan Rapat Pleno.

BAB XIII PEJABAT PUBLIK

Pasal 44 Pejabat Publik

(1) Pejabat Publik Tingkat Nasional ditetapkan oleh Musyawarah Dewan Syura;

(2) Pejabat Publik tingkat Provinsi diusulkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;

(3) Pejabat Publik tingkat Kabupaten/Kota diusulkan oleh Dewan Pimpinan Daerah melalui rekomendasi Dewan Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;

(18)

BAB XIV

FRAKSI PARTAI PADA LEMBAGA LEGISLATIF Pasal 48

Fraksi Partai

(1) Fraksi Partai atau anggota legislatif dari PDRI merupakan perpanjangan tangan Partai di masing-masing tingkat lembaga legislatif;

(2) Fraksi Partai atau Anggota legislatif dari PDRI wajib memperjuangkan visi, misi, dan kebijakan partai serta aspirasi rakyat;

(3) Fraksi Partai atau Anggota legislatif dari PDRI tunduk pada Ketetapan Muktamar, Kode Etik Partai dan Peraturan partai lainnya.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Fraksi Partai diatur dalam Peraturan Partai.

BAB XV

KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 49

Keuangan, Kekayaan dan Pengelolaan

(1) Iuran anggota, Zakat, Infaq, Shadaqah diatur secara tersendiri melalui Ketetapan Muktamar.

(2) Pengaturan dan pemanfaatan uang hasil usaha yang halal lainnya diatur secara tersendiri dalam Peraturan Partai.

(3) Dana sumbangan pemerintah melalui APBN/APBD wajib digunakan untuk kepentingan partai.

(4) Pengelolaan keuangan dan kekayaan partai dilakukan secara transparan dan profesional.

(5) Kekayaan berupa benda tidak bergerak dikelola oleh badan tersendiri atau Yayasan. (6) Pengelolaan keuangan Partai dilakukan dengan membuat Anggaran Pendapatan dan

Belanja Partai setiap tahun.

BAB XVI ATRIBUT PARTAI

Pasal 50 Atribut Partai

(1) Atribut Partai terdiri dari: Panji, Lambang, Bendera, Mars, Hymne, Kartu Tanda Anggota, Pakaian Seragam, dan lain-lainnya.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang atribut dan penggunaannya diatur dalam Peraturan Partai.

BAB XVII PERSELISIHAN

Pasal 51 Perselisihan

(1) Perselisihan antar Anggota, Anggota dengan Partai, dan antar Fungsionaris penyelesaiannya dilakukan oleh Mahkamah Partai.

(2) Mekanisme penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini akan diatur melalui Kode Etik dan Pedoman Beracara yang ditetapkan dalam Peraturan Partai.

(3) Putusan atas perselisihan yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini mengikat para pihak yang bersengketa sesuai dengan Ketentuan Kode Etik dan Pedoman Beracara.

(19)

BAB XVII

ATURAN KHUSUS, ATURAN PERALIHAN DAN KETENTUAN PENUTUP Pasal 52

Aturan Peralihan

Segala sesuatu yang sudah ada sebelum ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga ini dan sesuatu yang baru ada yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini harus diadakan penyesuaian paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 53

Ketentuan Penutup

(1) Setiap anggota dianggap telah menyetujui isi Anggaran Rumah Tangga ini. (2) Setiap anggota dan pimpinan partai harus menaati Anggaran Rumah Tangga ini. (3) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditetapkan oleh

Dewan Pimpinan Pusat sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Referensi

Dokumen terkait

sehingga dapat menimbulkan efek dramatik. Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam gambar. Penonton bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui mata

(2) Biaya pelayanan kesehatan dasar dikeluarkan oleh masyarakat (Rp 10.000 per kunjungan) masih bisa mencukupi kebutuhan psukesmas (Rp 3.000 per kunjungan); dan (3) Sesuai

harga jual sebesar Rp 12000/kg Persentase untuk ekspor ke China (kualitas super 2) ialah sekitar 20 % dari total penjualan manggis dengan. harga jual sebesar Rp 8000/kg

Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV TBBM Rewulu Migas Distribusi Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten Bantul.. Aneka Tambang (Persero),

Selain dari bentuk fisik, hasil GSR yang sudah dianalisa menggunakan beberapa instrumen pun dapat dibedakan, seperti pada kaliber 9mm memiliki lapisan tambahan

(2) MUSDA Tingkat Kabupaten/Kota diadakan setiap 4 (empat) tahun sekali, namun dalam keadaan luar biasa dapat dipercepat atau ditunda atas persetujuan Pengurus

Adapun materi dalam mujahadah yang ada di pesantren tersebut dimulai dengan shalat tasbih 4 rakaat, shalat hajat 2 rakaat beserta doanya 22 dilanjutkan dengan membaca

Puja dan puji syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang telah memberikan anugerah dan karunia kepada saya sebagai