• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan yaitu teori sintaksis dan penjelasan dari fungsi-fungsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan yaitu teori sintaksis dan penjelasan dari fungsi-fungsi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Landasan Teori

Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan yaitu teori sintaksis dan penjelasan dari fungsi-fungsi penggunaan bentuk te ita. Teori sintaksis yang dibahas adalah yang ditinjau dari segi aspek. Teori-teori ini yang akan digunakan untuk membantu menganalisis data yang ada di dalam bab ketiga.

2.1 Teori Sintaksis

Salah satu bidang ilmu yang dipelajari dalam bahasa (linguistik) adalah sintaksis. Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti ’dengan’ dan kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Jadi secara etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut 「統語論‘tougoron’」atau「シンタクス ‘sintakusu’」.

Sintaksis mempelajari mengenai struktur sintaksis, satuan-satuan sintaksis, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya. Struktur sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis sedangkan satuan-satuan sintaksis mencakup kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. (Chaer, 2003)

Menurut Hari Murt Kridalaksana (1993), pengertian sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika yaitu morfologi dan cabang linguistik yang mempelajari tentang kata,

(2)

selain itu juga beliau mendefinisikan sintaksis sebagai pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, menurut Chaer (2003), hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis akan membahas sintaksis dari segi aspek secara mendalam dan membahas segi modus secara umum. Karena yang digunakan dalam analisis dalam bab 3 adalah sintaksis dari segi aspek.

2.2 Verba Dalam Bahasa Jepang

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa verba adalah kata yang menggambar proses, perbuatan atau keadaan, yang juga disebut kata kerja ( Poerwadarmita, 2005:1260). Dalam bahasa Jepang, verba disebut dengan dooshi. Berbeda dengan bahasa Indonesia, bahaha Jepang memiliki pola dalam bentuk S-O-P (Subjek -Objek-Predikat). Dooshi adalah kata kerja yag berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk (katsuyo) dan bisa berdiri sendiri (Sutedi, 2003:42). Verba (dooshi) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan adjektiva-I dan adjektiva- Na menjadi sala satu yougen. Kelas kata ini dipaka untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan (katsuyo) dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat (Nomura dalam Sudjianto, 2007:149). Banyak istilah yang menunjukkan jenis-jenis dooshi, tergantung pada dasar pemikiran yang dipakainya. Diantaranya ada yang menunjukkan jenis dooshi sebagai berikut (Shimizu dalam Sudjianto, 2007:150).

(3)

1. Jidooshi

Kelompok dooshi yang tidak berarti mempengaruhi pihak lain. 2. Tadooshi

Kelompok dooshi yang menyatakan arti mempengaruhi pihak lain. 3. Shodooshi

Kelompok dooshi yang memiliki makna potensial seperti ikeru dan kikeru disebut sebagai kanoo dooshi ‘verba potensial’.

2.2.1 Perubahan Bentuk Verba dalam Bahasa Jepang

Verba bahasa Jepang dalam bentuk kamus (jishokei) berdasarkan pada perubahannya digolongkan ke dalam tiga kelompok berikut.

a. Kelompok I

Kelompok ini disebut dengan godan-doushi, karena mengalami perubahan dalam lima deretan bunyi bahasa Jepang, yaitu あ、い、う、 え、お ( a-i-u-e-o), cirinya yaitu verba yang berakhiran (gobi) huruf う, つ、る、ぶ、ぬ、む、く、す、ぐ ( u-tsu-ru-bu-nu-mu-kusu-gu). Misalnya : • 買う ka-u <membeli> • 立つ ta-tsu <berdiri> • 売る u-ru <menjual> • 書く ka-ku <menulis> • 泳ぐ oyo-gu <berenang> • 読む yo-mu < membaca >

(4)

• 死ぬ shi-nu < mati > • 遊ぶ aso-bu < bermain > • 話す hana-su < berbicara > b. Kelompok II

Kelompok ini disebut dengan ichidan-doushi, karena perubahanya hanya pada satu deretan bunyi saja. Ciri utama dari verba ini adalah yang berakhiran suara e-ru disebut kami ichidan doushi atau yang berakhiran i-ru disebut shimo ichidan-doushi.

Misalnya : • 見る mi-ru < melihat > • 起きる oki-ru < bangun > • 寝る ne-ru < tidur > • 食べる tabe-ru < makan > c. Kelompok III

Verba kelompok III ini merupakan verba yang perubahannya tidak beraturan, sehingga disbut henkaku-doushi, hanya terdiri dari dua verba berikut.

• する suru < melakukan > • 来る kuru < datang >

Dalam sebuah kalimat terdiri dari beberapa kata, jadi kalimat merupakan gabungan dari beberapa kata. Salah satunya merupakan verba (kata kerja). Verba dalam bahasa Jepang disebut sebagai doushi (動詞).

(5)

Kindaichi (1989:9-11), membagi kata kerja dalam bahasa Jepang memnjadi empat macam, berdasarkan bisa tidaknya diubah menjadi bentuk ~te iru (~ている), yaitu:

1) Joutai Doushi (状態動詞)

Joutai Doushi (状態動詞) adalah kata kerja yang menerangkam kondisi atau keadaan. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kata kerja keadaan’. Bentuk ini tidak bisa diubah menjadi bentuk 「~ている」.

Contoh:

「ある」、「でごぎる」、「出来る」、「出来たない」、「できる」、 「切れる」、「話せる」、「見える」、「言う」、dan lain-lain.

2) Keizoku Doushi (継続動詞)

Keizoku Doushi ( 継 続 動 詞 ) adalah kata kerja yang menunjukkan suatu perbuatan yang berlangsung secara berkelanjutan. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kata kerja berkelanjutan kontinuatif’. Bentuk ini dapat diubah menjdi bentuk

~te iru (~ている) dan menyatakan suatu keadaan yang sedang berlangsung. Contoh:

- Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu:

「読む」、「書く」、「泣く」、「歌う」、「見る」、「聞く」、 dan lain-lain.

- Yang menyatakan fenomena alam, yaitu: 「散る」、「揺れる」、dan lain-lain.

(6)

3) Shunkan Doushi (瞬間動詞)

Shunkan Doushi (瞬間動詞) adalah kata kerja yang menunjukkan perbuatan yang selesai dalam sesaat. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kata kerja sesaat’. Bentuk ini dapat dirubah menjadi bentuk ~te iru (~てい る) dan menunjukkan hasil setelah perbuatan selesai dilakukan atau terjadi. Contoh:

「死ぬ」、「消える」、「とまる」、「忘れる」、「触る」、「失 う」、dan lain-lain.

4) Daiyonshu no Doushi (第四種の動詞)

Daiyonshu no Doushi ( 第 四 種 の 動 詞 ) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kata kerja tipe empat’. Bentuk ini menunjukkan suatu kondisi. Memiliki bentuk ~ている.

Contoh:

「すぐれる」、「おもだつ」、「ありふれる」、「にやける」、dan lain-lain.

2.3 Aspek Dalam Bahasa Jepang

Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak jenis kategori gramatikal, salah satunya adalah kategori gramatikal dalam predikat. Menurut Chaer (1994:259) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang, aspek merupakan kategori gramatikal karena dinyatakan secara morfemis.

(7)

Menurut Kudou (1995:8), morfem yang digunakan adalah morfem 「~る」、 morfem「~た」、morfem rangkap「 ~ている」、dan morfem rangkap 「~て いた」. Morfem ini menempel dengan verba unruk menyatakan aspek.

Katou, et al. (2002:146) mendefinisikan aspek sebagai berikut:

話し手が設定した話題の時点において。話題の事柄が始まる段階にあ るのか、始まって継続している段階にあるのか、おわった段階にある のかといった、事柄の動きの段階を表す文法的範疇をアスペクトとい う。

Terjemahan:

Aspek adalah kategori gramatikal yang menunjukkan apakah topik pembicaraan baru akan dimulai, sudah dimulai dan berlanjut atau sudah berakhir, dilihat dari titik waktu pembicaraan.

Kindaichi (1989:66) mendefinisikan aspek sebagai bentuk yang menunjukkan keadaan dari berlangsungnya suatu perbuatan. Menurut Kindaichi, aspek memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

1. Menunjukkan suatu keselesaian atau kanryou (完了) 2. Menunjukkan keadaan atau joutai (状態)

3. Menunjukkan suatu perbuatan atau dousa (動作)

Selain itu, Kindaichi juga membagi predikat kata kerja menjadi dua kelompok besar, yaitu:

1. Joutaisou (状態相)

(8)

2. Dousasou (動作相)

Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kata kerja perbuatan.

2.3.1 Jenis-jenis Aspek Dalam Bahasa Jepang

Kelompok aspek menurut Kindaichi (1989:31-39) adalah sebagai berikut:

1. Joutaisou (状態相)

Salah satu jenis aspek yang menunjukkan suatu keadaan disebut sebagai aspek Joutaisou. Aspek joutaisou dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1) Kizentai (既然態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek akhir. Berfungsi untuk menunjukkan masih tersisanya hasil keadaan dari perbuatan atau kejadian sebelumnya. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja sesaat ditambah bentuk ~te iru「 ~ている」. Contoh:

外に雪がっている。

(Di luar salju menumpuk)

Aspek kizentaidibagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Kizentai Kakotai (既然態過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek akhir bentuk lampau.

(9)

雪は三、四寸も積っていた。

(Salju menumpuk hingga tiga sampai empat bagian) b. Kizentai Hikakotai (既然態非過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek akhir bukan lampau.

Contoh:

雪が積っている。 (Salju menumpuk) 2) Shinkoutai (進行態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keadaan yang sedang berlangsung. Merupakan aspek yang menunjukkan perbuatan yang telah dimulai sebelumnya dan saat inipun masih berlangsung dan masih harus menunggu sampai berakhir. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja kontinuatif ditambah morfem lengkap 「 ~ている」. Aspek ini juga dapat dibentuk dengan penggunaan「 ~ているところだ」、「ている最中」、 「中だ」、「つつある」. Aspek Shinkoutai (進行態) dibagi menjadi tiga jenis:

a. Shinkoutai Kakotai (進行態過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keadaan yang sedang berlangsung bentuk lampau.

Contoh:

彼は本を読んでいた。

(10)

b. Shinkoutai Hikakotai (進行態非過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keadaan yang sedang berlangsung bukan bentuk lampau.

Contoh:

彼は本を読んでいる。 (Dia sedang membaca buku) c. Hanpuku Shinkoutai (反復進行態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keadaan sedang berlangsung yang berulang-ulang. Bentuk ini dipakai untuk menunjukkan keadaan yang sedang berlangsung berulang-ulang. Kata kerja yang digunakan bisa kata kerja sesaat maupun kata kerja kontinuatif. Bila kata kerja yang digunakan adalah kata kerja sesaat maka dapat dikatakan bahwa kata kerja tersebut terjadi berulang kali sehingga hasilnya berubah menjadi kontinuatif.

Contoh:

この頃は栄養失調で人がどんどん死んでいる。

(Belakangan ini banyak orang yang terus meninggal akibat kekurangan gizi)

3) Syouzentai (将然態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keakanan. Aspek ini menunjukkan arti perbuatan yang belum terjadi namun berada pada kondisi akan dilakukan. Kata kerja yang digunakan bisa kata kerja sesaat maupun kata kerja kontinuatif ditambah dengan bentuk 「~うとしている」、「~ところだ」、「~ば

(11)

か り だ 」 、 「 ~ つ つ あ る 」 、 dan 「 ~ よ る 」 disini akan menjadi Syouzentai (将然態). Syouzentai dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Syouzentai Kakotai (将然態過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keakanan lampau.

Contoh:

二時を打とうとしていた。

(Tadinya akan menunjukkan pukul dua)

b. Syouzentai Hikakotai (将然態非過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keakanan bukan lampau.

Contoh:

二時を打とうとしている。 (Akan menunjukkan pukul dua) 4) Tanjunjoutaitai (単純状態態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keadaan yang sederhana. Disebut sederhana karena aspek ini tidak ada hubungannya dengan mulai atau berakhirnya suatu kondisi dan hanya menunjukkan sesuatu yang terjadi dalam suatu kondisi. Contoh:

(12)

(Jalan ini membelok)

Dari contoh yang tertulis dapat dilihat bahwa kalimatnya diartikan sebagai aspek keselesaian bila berpikir bahwa tadinya jalan itu lurus namun sekarang membelok. Tapi tak bisa dipungkiri juga bahwa kalimat tersebut juga menunjukkan suatu keadaan tanpa kaitannya dengan kondisi mulai atau selesainya sesuatu. Hal inilah yang dimaksud dengan Tanjunjoutaitai. Bentuk ini juga memiliki ciri khas karena dapat juga ditujukan untuk penggunaan morfem ~ta 「た」di dalamnya.

Contoh:

- 曲がった道 = 曲がっている道

Sama-sama diartikan sebagai: (Jalan yang berkelok)

- 猿に似た顔 = 猿に似ている顔

Sama-sama diartikan sebagai: (Wajah yang nirip monyet)

2. Dousasou (動作相)

Lawan dari joutaisou adalah dousasou. Salah satu dari jenis aspek yang menunjukkan suatu perbuatan disebut sebagai aspek dousasou. Kalau joutaisou menunjukkan bentuk 「ある」. Maka dousasou ditunjukkan dengan bentuk 「する」, karena menunjukkan bentuk perbuatan.

Jenis aspek dousasou yaitu:

(13)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keselesaian. Aspek ini menunjukkan selesainya suatu perbuatan atau kanryou 「 完 了 」 . Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja kontinuatif ditambah dengan bentuk 「~てしまう」. Selain itu dapat juga digubakan 「~しおわる」、「~しおえる」dan 「 ~ し き る 」 . Jenis Syuuketsutai ( 終 結 態 ) ini dibagi lagi menjadi empat jenis, yaitu:

a. Syuuketsutai Fukanryoutai (終結態不完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keselesaian yang belum selesai.

Contoh:

読んでしまう。

(Akan selesai dibaca semua)

b. Syuuketsutai Kanryoutai (終結態完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keselesaian yang sudah selesai.

Contoh:

読んでしまった。

(Telah selesai dibaca semua)

c. Syuuketsutai kizentai hikakotai (終結態既然態非過去態) Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keselesaian akhir bukan lampau.

Contoh:

(14)

(Saat ini telah selesai dibaca semua)

d. Syuuketsutai Syouzentai hikakotai (終結態将然態非過去態) Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keakanan keselesaian lampau.

読んでしまおうとしていた。

(Tadinya bermaksud untuk menyelesaikan membaca semuanya)

2. Kigentai (既現態)

「~てしまう」dapat dipakai menjadi dua jenis aspek yaitu syuuketsutai dan kigentai. Bila dalam syuuketsutai kata kerja yang digunakan adalah kata kerja kontinuatif, maka untuk kigentai kata kerja yang digunakan adalah kata kerja sesaat. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keberakhiran. Contohnya dalam kata 「死んでしまう」, di dalamnya terkandung arti sudah tidak bisa lagi kembali ke kondisi semula. Aspek jenis ini, dibagi lagi menjadi empat jenis, yaitu:

a. Kigentai Fukanryoutai (既現態不完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keberakhiran yang belum selesai.

Contoh:

死んでしまう。 (Sudah mau mati)

(15)

b. Kigentai Kanryoutai (既現態完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keberakhiran yang sudah selesai.

Contoh:

死んでしまった。 (Telah meninggal)

c. Kigentai Syouzentai Hikakotai (既現態将然態非過去態) Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keakanan keberakhiran bukan lampau.

Contoh:

死んでしまおうとしている。 (Sepertinya sudah akan meninggal)

d. Kigentai Kizentai Kakotai (既現態既然態過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek akhir keberakhiran lampau.

Contoh:

死んでしまっていた。 (Sudah meninggal) 3. Shidoutai (始動態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek mulai. Yaitu aspek yang menunjukkan dimulainya suatu perbuatan. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja kontinuatif. Pola yang digunakan bisa 「~はじめる」、「~だす」dan 「~かける」. Jenis aspek ini ada empat macam, yaitu:

(16)

a. Shidoutai Fukanryoutai (始動態不完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebgai aspek mulai belum selesai.

Contoh:

雨が降り出す。 (Hujan mulai turun)

b. Shidoutai kanryoutai (始動態完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek mulai sudah selesai.

Contoh:

雨が降り出した。 (Tadi hujan turun)

c. Shidoutai Kizentai Hikakotai (始動態既然態非過去態) Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek mulai menjelang akhir bukan lampau.

Contoh:

書きかけている。

(Sudah akan selesai menulis)

d. Shidoutai Syouzentai Hikakotai (始動態将然態非過去態) Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek mulai keakanan.

Contoh:

書きかけようとしている。 (Bermaksud untuk segera menulis)

(17)

4. Syougentai (将現態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sekejab. Jika pada Shidoutai kata kerja yang digunakana dalah kata kerja kontinuatif dan menunjukkan awal dimulainya sesuatu, maka pada Syougentai kata kerja yang digunakan adalah kata kerja sesaat dan menunjukkan akan segera berakhirnya suatu peristiwa secara sekejab. Pola yang digunakan adalah 「 ~ か け る 」 . Aspek ini dibagi menjadi enam jenis, yaitu:

a. Syougentai Fukanryoutai (将現態不完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sekejan belum selesai.

Contoh: 消えかける。

(Sudah hampir padam)

b. Syougentai kanryoutai (将現態完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sekejab sudah selesai.

消えかけた。 Contoh:

(Tadi sudah padam)

c. Syougentai Kizentai Hikakotai (将現態始動態既然態非過去 態)

(18)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sekejab menjelang akhir bukan lampau.

Contoh:

消えかけている。 (Segera akan padam)

d. Shidoutai Syougentai Hikakotai (始動態将現態非過去態) Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sekejab menjelang akhir lampau.

Contoh:

消えかけていた。 (Telah padam)

e. Syougentai Syouzentai Fukanryoutai(将現態将然態不完了 態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sekejab keakanan bukan lampau.

Contoh:

消えかけようとしている。 (Sudah hampir akan padam)

f. Syougentai Syouzentai Kakotai (将現態将然態過去態) Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sekejab keakanan lampau.

Contoh:

消えかけようとしていた。 (Tadi sudah hampir akan padam)

(19)

5. Tanjundousatai (単純動狭作態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan sederhana. Artinya keadaan yang tidak ada hubungannya dengan mula dan akhir permuatan. Hanya menunjukkan keadaan saja. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja sesaat. Aspek ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Tanjundousatai Kanryoutai (単純動狭作態完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sederhana selesai.

Contoh: 死んだ。 (Mati)

b. Tanjundousatai Fukanryoutai (単純動狭作態不完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sederhana belum selesai.

Contoh:

電気が消えている。 (Lampu mati)

6. Keizokutai (継続態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-menerus. Keizokutai mirip dengan shinkoutai pada jotaisou. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja perbuatan kontinuatif. Bentuk yang digunakan adalah 「~る」「~た」 「~ている」「~ていた」. Juga digunakan pula pola「~つ

(20)

ず け る 」 . Biasanya juga hanya ditunjuk dengan kata kerja kontinuatif. Contohnya adalah kata 「まつ」. Jenis aspek ini dibagi menjadi empat macam, yaitu:

a. Keizokutai Fukanryoutai (継続態不完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-menerus belum selesai.

Contoh:

三時間読みつづける。

(Membaca selama tiga jam berturut-turut) b. Keizokutai kanryoutai (継続態完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-menerus sudah selesai.

Contoh tidak diberikan.

c. Keizokutai Shinkoutai Hikakotai (継続態進行態非過去態) Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-menerus sedang berlangsung bukan lampau.

Contoh:

二時間も書きつづけている。

(Terus-menerus menulis selama dua jam)

d. Keizokutai Shinkoutai Kakotai (継続態進行態過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-menerus sedang berlangsung lampau.

(21)

7. Hanpuku Keizokutai (反復継続態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan yang terus-menerus berulang-ulang. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja kontinuatif dan sesaat. Verba yang digunakan adalah ver dengan bentuk 「~る」「~た」「~ている」「~ ていた」. Pola yang digunakan adalah 「~つづける」、「~来 る」dan「~て行く」. Jenis ini dibagi lagi mendai empat macam, yaitu:

a. Hanpuku Keizokutai Fukanryoutai (反復継続態不完了態) Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-menerus berulang-ulang belum selesai.

Contoh tidak diberikan.

b. Hanpuku Keizokutai Kanryoutai (反復継続態完了態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-menerus berulang-ulang sudah selesai.

Contoh:

将軍連が死につづけた。

(Pasukan tentara terus-menerus mati)

c. Hanpuku Keizokutai Syounzentai Kakotai (反復継続態将然 態過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-menerus berulang-ulang keakanan lampau. Contoh:

(22)

(Tadinya saya bermaksud untuk akan membaca berbagai macam buku)

d. Hanpuku Keizokutai Syounzentai Hikakotai (反復継続態将然 態非過去態)

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-menerus berulang-ulang keakanan bukan lampau.

Contoh tidak diberikan.

2.4 Teori Morfem

Morfem adalah satuan gramatik terkecil dari kata. Sedangkan satuan gramatik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatik. Satuan tersebut dapat berupa morfem, kata, frasa, klausa.

Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. Seperti contoh dalam kata 「ていた」terdiri atas dua morfem yaitu morfem「ている」dan morfem 「 た 」 . Morfem 「 て い る 」 yang bermakna kegiatan yang sedang berlangsung dan morfem 「た」yang bermakna kegiatan yang telah terjadi dalam bentuk lampau.

2.5 Perbedaan Verba 「~た」dan 「~ていた」

Menurut Machida (1989:149) verba bentuk 「~た」dan 「~ていた」 sama-sama menunjukkan kelampauan, yang membedakan keduanya adalah verba bentuk 「~た」adalah keselesaian atau kanketsusou (完結相) yang berada pada masa lampau sedangkan verba bentuk 「~ていた」menunjukkan ketidak selesaian

(23)

atau hikanketsusou ( 非 完 結 相 ) yang berada pada masa lampau. Keselesaian kanketsusou ( 完 結 相 ) memandang sesuatu fenomena kalimat sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan hikanketsusou ( 非 完 結 相 ) memandang suatu fenomena kalimat dengan memberi perhatian khusus pada situasi dan kondisi di dalamnya bahwa fenomena tersebut belum selesai dan masih berlanjut.

2.5.1 Fungsi Penggunaan ~ tei (てい形)

Menurut Iori Isao (2001), ada 8 fungsi penggunaan bentuk tei (てい形), yaitu:

1. Shinkouchuu 「進行中」 Contoh:

1) 田中さんは部屋で本を読んでいる。

Terjemahan: Tuan Tanaka sedang membaca buku di kamar.

2) 外では雨が降っていた。

Terjemahan: Di luar turun hujan.

2. Kekkazanzon 「結果残存」 Contoh:

3) 窓ガラスが割れている。

Terjemahan: Kaca jendela sedang pecah.

3. Kurikaeshi 「繰り返し」

(24)

4) 田中さんは毎朝ジョギングをしている。

Terjemahan: Setiap pagi Tuan Tanaka melakukan jogging.

4. Kou ryokujizoku「効力持続」

Contoh:

5) この橋は 5 年前にに壊れている。

Terjemahan: Jembatan ini rusak 5 tahun yang lalu.

5. Kiroku 「記録」 Contoh:

6) 犯人は3日前にこの店でうどんを食べている。

Terjemahan: 3 hari yang lalu seorang kriminal sedang makan udon di kedai ini.

6. Kanryou 「完了」

Contoh:

7) 彼からの手紙を受け取ったとき、彼は既に死んでいた。

Terjemahan: Saat menerima surat dari dia, dia telah meninggal

7. Hanjijitsu 「反事実」

Contoh:

8) 彼が助けてくれなかったら、私は死んでいた。

Terjemahan: Kalau dia tidak membatu, saya pasti meninggal.

(25)

Contoh:

9) 学校の北側に高い山がそびえている。

Terjemahan: Sekolah Kita Gawa sedang naik gunung yang tinggi.

Dari fungsi dan contoh bentuk tei (てい形) yang telah tertulis sebelumnya, yang akan dibahas oleh penulis yaitu fungsi dari bentuk te ita(ていた形).

2.5.2 Fungsi Penggunaan Bentuk te ita(ていタ形)

Menurut Machida (1989:71-79), fungsi dan kedudukan verba 「ていた」 adalah sebagai berikut:

1. 「ていた」digunakan untuk menerangkan hubungan antara frase kata benda yang menjadi subjek dan frase kata kerja yang menjadi predikat yang jumlahnya sangat terbatas yaitu pada kata 「異なる」dan「適える」.

Contoh:

太郎の性格と次郎の性格は異なっている。 (Sifat Tarou dan Jirou sangat berbeda)

Berdasarkan contoh kalimat di atas, yang menjadi frase kata bendanya adalah 「太郎の性格」 dan「次郎の性格」, sedangkan yang menjadi predikat kata kerjanya adalah「異なっている」. Hubungan langsung antara frase kata benda dan frase kata kerja yang menjadi predikatnya adalah bahwa kepribadian/sifat mereka (Tarou dan Jirou) berbeda.

2. 「ていた」untuk menunjukkan suatu keyakinan atau pikiran 「思考」 dan 「信念」 di masa lampau.

(26)

私は花子が美しいと思っていた。 (Dulu saya pikir Hanako sangat cantik)

Berdasarkan kalimat di atas, kalimat tersebut menunjukkan bahwa bentuk 「ていた」menunjukkan kelampauan dari keyakinan atau pikiran seseorang. Jadi ‘saya’ berdasarkan kalimat tersebut, pernah berpikir bahwa Hanako sangat cantik pada masa lampau.

3. 「ていた」pada kata kerja kontinuatif berfungsi untuk menunjukkan ketidak selesaian hikanketsusou (非完結相) yang bermakna, situasi atau kondisi yang sedang berlangsung dan tidak diketahui kapan berakhirnya.

Contoh:

太郎は走っていた。 (Tarou berlari)

Dalam kalimat tersebut, dapat dilihat bahwa Tarou tadi sedang berlari dan belum diketahui kapan Tarou akan berhenti berlari.

4. 「 て い た 」 pada kata kerja sesaat yang berfungsi untuk menunjukkan kejadian yang terjadi hanya sesaat pada masa lampau, dan hasilnya masih dapat dilihat sampai sekarang.

Contoh:

空は雲っていた。

(Langit dalam keadaan mendung)

Berdasarkan kalimat di atas, penutur tidak melihat secara langsung saat langit mendung, yang dialami penutur hanyalah ketika ia melihat ke atas, langit dalam keadaan sudah mendung. Dalam hal ini verba bentuk 「ていた」 adalah untuk menunjukkan masih tersisanya hasil peristiwa di masa lampau,

(27)

yaitu sampai sekarang pun masih dapat dilihat bahwa langit masih dalam keadaan mendung.

Referensi

Dokumen terkait

Terjadinya penurunan kualitas air karena adanya kadar minyak yang terkandung pada telur yang telah menetas (larva), sehingga hal ini memberikan pengaruh yang

6. Kategori kerja sama khusus dicirikan dengan adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh UK/ UPT melalui mekanisme khusus yang ditetapkan oleh Balitbangtan yang bersifat kompetitif

Sistem pembelajaran ini memanfaatkan perangkat mobile seperti smartphone sebagai sarana pembelajaran yang berguna agar dapat lebih mudah diakses dan bisa dilaksanakan kapan saja

Kemudian dengan membandingkan bentuk susunan bahan isian dan variasi kecepatan udara pendingin, panas tertinggi yang dibuang adalah 5.02 kW, efektivitas 0.9 dan nilai

Penurunan nilai k eff yang terjadi dari fraksi packing TRISO 15% sampai 30% karena rasio jumlah partikel TRISO lebih besar daripada volume matriks grafit dalam bahan bakar pebble

Dalam Peraturan Daerah ini ditetapkan bahwa Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan Daerah

Jarak  adalah panjang lintasan sesungguhnya yang ditempuh oleh adalah panjang lintasan sesungguhnya yang ditempuh oleh suatu benda dalam waktu suatu benda dalam waktu tertentu

Dengan melihat nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,048174 yang lebih rendah dari tingkat signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5% atau 0,05, maka dapat