8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam menjalankan penelitian yang akan dilakukan peneliti tidak lepas dari informasi penelitian terdahulu. Hal ini dapat menjadi pendukung peneliti dalam melakukan penelitian dan menyampaikan informasi. Penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian dan menyampaikan informasi. Penelitian tentang fenomena di usia muda ini memang
sudah banyak. Yang pertama, dari penelitian terdahulu oleh Milda Itares7 tahun
2015 yang berjudul “Fenomena Pernikahan Di Usia Muda Di Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak”. Hasil dari peneilitian ini yaitu terdapat beberapa faktor penyebab dari pernikahan muda, yaitu:
1. Faktor Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikanAatau pengetahuan orang tua, anak dan
masyarakat, menyebabkanaadanya kecenderungan menikahkan anaknya di
usia muda. Pemahaman merekaatentang menikah usia muda sangat kurang
dan terbatas. 2. Faktor Ekonomi
Dengan menikahkanaanak gadis dalam sebuah keluarga, maka akan
berkurang satu anggota keluarga yang menjadiAtanggung jawab (makanan,
pakaian, pendidikan, dan sebagainya).
7 Itares, Milda. 2015. “Fenomena Pernikahan Usia Muda Di Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak”. Skripsi. Pontianak: Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura Pontianak.
9 3. Faktor Psikologis
Usia muda merupakan usia remajaadimana gejolak emosi mereka
belum stabil. Cenderung mengambilakeputusanntanpa memikirkan apa
yangaakan terjadi ke depannya.
4. Faktor Budaya
Pernikahan usia mudaamasih dipengaruhi oleh kebudayaan yang
mereka anut, yaitu tindakan yang dihasilkan olehapola pikir masyarakat
setempat yang sifatnya masih mengakar kuat pada kepercayaanamasyarakat
tersebut.
5. Faktor Lingkungan
Lingkunganasekitar dapat membawa pengaruh terhadapakeputusan
seseorang untuk menikah di usia muda. Tidak sedikit orang tua yang
mendesak anaknya untuk menikahakarena melihat keadaan di lingkungan
sekitar mereka tinggal. 6. Faktor Orang Tua
Adapun faktor orang tua disiniayaitu perjodohan yang telah diatur
orang orang tua masing-masing calon pasanganadimana dengan
keterpaksaanaanak mereka harus menerima perjodohan tersebut.
Selain faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia muda, ada
10
1. Dampak negatif dari pernikahan usia muda yaitu, pernikahan diabawah 20
tahun beresiko terkena kanker leherarahim karena sel-selAleher rahim
belum matang. Selain itu dapat jugaamenyebabkanadepresi berat atau
neoritisadepresi akibat pernikahan dini isi, bisa terjadi pada kondisi
kepribadianayang berbeda.
2. Dampak positif dari pernikahanausiaamuda banyak pasanganamuda yang
mampu mencapaiAkedewasaan dalam menangani setiap persoalan rumah
tangga. Adapun faktor-faktor yang mendukung sehingga tidak
menimbulkanapersoalan rumah tangga seperti aspek pendidikan
sebagaiadasar untuk mencari nafkah, aspek psikis danabiologisauntuk
menjaga keharmonisan rumah tangga, dan aspek sosialakultural agar
keluarga baruadapat menyesuaikan dan bersosialisasi dengan lingkungan
masyarakat sekitar.
Penelitian terdahulu yang kedua, oleh Elisabet8 tahun 2016 berjudul
“Pernikahan Usia Muda Pada Remaja Desa Benuang Kecamatan Toho Kabupaten Mempawah”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab pernikahan usia muda dan mendeskripsikan dampak dari pernikahan usia muda yang ada di Desa Benuang.
Hasil dariapenelitian ini tidakajauh beda dengan penelitian sebelumnya. Faktor
yang mendasari pernikahanausia muda antara lain :
1. Faktor ekonomi, karena kehidupan keluarga yang hidupadalam keadaan
sosialaekonomi lemah/belum mencukupiakebutuhan sehari-hari.
8 Elisabet. 2016. “Pernikahan Usia Muda Pada Remaja Desa Benuang Kecamatan Toho Kabupaten Mempawah”. Skripsi. Pontianak: Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura.
11
2. Faktor orang tua, karena takut anaknyaamendapat stigma dariatetangga
dikatakan perawan tua, maka orang tua turutaberperan mencarikan jodoh
untuk anak mereka.
3. Faktor pendidikan, karena rendahnya pendidikanadanapengetahuan orang tua
dan anak tentang pentingnyaapendidikan sehingga polaApikir mereka agak
sempit untuk memikirkan masa yangaakan datang.
4. Faktor diri sendiri, karena hubungannyaadengan kekasih sudah sangat
dekatasehingga memutuskan untuk menikah tanpa berfikir bahwa usia
mereka masih muda.
5. Faktor MBA (Marriged By Accident), karena pergaulan dan seks bebas
mereka kecolongan sehinggaahamil dan kemudian anak tersebut harus putus
sekolah dan menikah tanpaamemikirkan usia yang masih muda.
Kemudianadampak dari pernikahan muda yang terjadi di lokasi penelitian
kedua ini antara lain :
1. Menghindariaperzinahan
2. Mempererat taliasilaturahmiakeluarga.
3. Dampak pada pasangan suamiaistri, terjadinyaapertengkaran kecil atau
percekcokan atau selisih pahamadalam kehidupan rumah tangganya.
4. Dampak pada perkembanganaanak, rendahnya IQ anakaserta
gangguan-gangguan terhadap perkembangan fisik anak.
5. Dampak padaakehidupan ekonomi keluarga, karena kehidupan ekonomi
lemah maka seringaterjadi masalah dalamarumah tangga seperti masalah
12
Penelitian terdahulu yang ketiga, oleh Parjoko9 tahun 2015 berjudul
“Peranan Orang Tua Dalam Pernikahan Usia Muda Di Desa Pasir Palembang Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Pontianak”. Penelitian ini
menghasilkan suatu fakta dimana ditempat penelitianainiasudah sering terjadi
pernikahan di usia muda. Terjadinya pernikahan di usia muda ini karena beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor keinginan dari merekaasendiri untuk menikah.
2. Faktor ekonomi.
3. Faktoraagama.
4. Rendahnya pemahamanaterhadap UU tentang perkawinan.
Berdasar dari hasil penelitian ini juga, bentuk fungsia(peranan) para orang
tua terhadap anakadalamapernikahan usia muda tersebut yakni, dariabagaimana
pandangan orang tua terhadap pernikahanaanak usia muda, pesanAdan nasihat
orang tua pada pernikahanaatau perkawinan anak, bentuk dorongan orang tua
kepadaaperkawinan anak, dan bagaimana orangatua dalam petetapan pernikahan
atau perkawinan.
Tindakan yang secaraasadar dilakukan oleh individu dalam melakukan
atau menentukan segala hal,asebenarnyaatidak terlepas dari adanya dorongan
dari orang lain terhadapnya, sehingga dorongan tersebutAdiharapkan dapat
mewujudkan dari apa yang menjadi maksud dan keinginan individu itu sendiri
maupunaorang yang memberikan dorongan tersebut. Individuayang memiliki
9 Parjoko. 2015. “Peranan Orang Tua Dalam Pernikahan usia Muda Di Desa Pasir Palembang Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Pontianak”. Skripsi. Pontianak: Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura.
13
pengaruh besar dalam menentukan atau menetapkan suatuAkeputusan,Aadalah
dimana seorang individu tersebut telah dibebankan dari suatu bentuk peranadan
tanggungajawab yang besar, sehingga dalamamenentukan atau menetapkan
sesuatu yang sangat berarti,aadalah dengan tujuan agar
dapatamembawaakeberlangsungan serta kebahagiaan hidup individualainnya,
yang padaadasarnya menjadi tanggungajawab dari seseorang yang memiliki
pengaruhabesar dalam hidupnya.
Penelitian yang ke empat berjudul, oleh Titi Nur Indah Sari10, 2016
,Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah “Fenomena Pernikahan Usia Muda Di Masyarakat Madura”. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui bentuk pernikahan usia muda di Desa Serabi Barat, untuk menjelaskan apa saja faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam melakukan pernikahan usia muda, dan untuk mengetahui dampak apa yang akan terjadi ketika melakukan pernikahan usia muda. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa :
1. Pernikahan usia muda yangadilakukan di tempat penelitian ini yaiti
pernikahan sirri, karena usia belum cukup sehingga akan rumit dan biaya cukup mahal jika mengurus ke KUA. Jika usia pasangan ini sudah cukup baru
mereka mendaftarkan ke KUA agarapernikahan mereka sah menurut agama
dan hukum di Indonesia.
2. Faktor yangamendorong adanya pernikahan usia muda ini karena faktor
tradisi dan juga perjodohan dariaorang tua. Selain faktor yang disebutkan, ada
10 Sari, Nur Indah, Titi. 2016. “Fenomena pernikahan Usia Muda Di masyarakat Madura”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri.
14
juga faktor rendahnya pendidikan dan faktor ekonomi orangatua sehingga
menikahkan anaknya tanpa memikirkan usia mereka masih muda.
3. Dampak dari pernikahan usiaamuda ini sering terjadinya pertengkaran
walaupun tidak berujung pada perceraian. Juga kurangnya kasih sayang anak
dari pernikahan usia muda mereka yang menyebabkanapasangan muda ini
merantau mencari nafkah.
Penelitian yang ke lima berjudul, oleh Fitra Puspitasari11 tahun 2006,
Universitas Negeri Semarang “Perkawinan Usia Muda : Faktor-Faktor Pendorong dan Dampaknya terhadap Pola Asuh Keluarga (Studi Kasus Di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda di Desa Mandalagiri, untuk mendeskripsikan secara empiris dampak yang timbul dari adanya perkawinan usia muda di Desa Mandalagiri, dan untuk mendeskripsikan bentuk pola asuh keluarga pasangan
usia muda. Dari penelitianatersebut dapat disimpulkan:
1. Faktor-faktor pendorong terjadinyaapernikahan usia muda di lokasi
penelitian ini ada beberapa, antara lain : (1) Faktor ekonomi, (2) Faktor pendidikan, (3) Faktor diri sendiri, dan (4) Faktor adat.
2. Dampak dari pernikahan usia muda iniameliputi : pada pasanganamuda akan
sering terjadi percekcokan atau pertengkaran kecil, pada anak hasi dari
pernikahan muda tingkat kecerdasan dan IQ anak rendahaserta adanya
gangguan pada perkembangan fisik anak, bagi orang tua jika pernikahan anak
11 Puspitasari, fitra. 2016. “Perkawinan Usia Muda : Faktor-Faktor Pendorong dan Dampaknya terhadap Pola Asuh Keluarga (Studi Kasus Di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari
15
mereka tidak lancar maka akan timbul perasaanakecewa dan prihatin, namun
ketika pernikahan anak-anak mereka lancar maka akan menguntungkan bagi kedua orang tua mereka.
3. Pola asuh yang diterapkanaoleh pasangan muda di lokasi penelitian ini,
kebanyakan menerapkan pola asuh demokratik kepada anak.
Dalam penelitian yang akan diteliti ini ada kesamaan dari penelitian terdahulu yang terletak pada subyek penelitian. Subyek penelitian yang akan diteliti sama dengan subyek penelitian terdahulu yaitu pasangan usia muda.
Selain itu ada kesamaanatema skripsi yang akan diteliti dan skripsi terdahulu.
Pembeda dari penelitian yang akan diteliti dengan penelitian terdahulu terletak pada tempat dan fokus masalah. Faktor penyebab pernikahan usia muda di penelitian terdahulu telah dijelaskan secara umum, tetapi pada penelitian yang akan diteliti, akan dijelaskan lebih rinci tentang hal apa yang mendasari terjadinya pernikahan usia muda. Karena pada setiap daerah itu berbeda-beda masalah sosialnya.
16
B. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pernikahan
Nikah (kawin) menurut arti asli dan Undang-Undang12 ialah hubungan
seksual tetapi menurut najazi (mathaporic) atau arti hukum ialahaakad
(perjanjian) yang menjadikanahalal hubungan seksualasebagai suami istri
antara seorang pria denganaseorang wanita. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
No 1/1974, menentukan bahwa Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu. Sedangkan pasal 2 ayat (2), mengatur bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam pernikahan terdapat prisnsip pergaulan antara suami istri, yaitu : a. Pergaulan yang makruh (pergaulan yang baik) yaitu saling menjaga
rahasia masing-masing.
b. Pergaulan yang sakinah (pergaulan yang aman dan tenteram).
c. Pergaulan yang mengalami rasa mawaddah (saling mencintai terutama di masa muda (remaja).
d. Pergaulan disertai rahmah (rasa santun-menyantuni terutama setelah masa tua), Quran IV: 19, Q. IV: 34, dan Quran XXX: 21.
Perkawinan, yang secaraaetimologisbberasal dari kata “kawin”, dapat
diartikan sebagai suatu perjanjian antara laki-laki dan perempuanauntuk
menjalin ikatan suami istri dalam suatu keluarga. Penghalalan hubungan
seksual tidak dapatadiartikan semata-mata untuk kesenangan syahwat, atau
sebagaiApenyaluran hawa nafsu, karena dalam perkawinan
17
tujuanareproduksi untuk mendapatkan anakayang lebih soleh/solehah adalah
yang diutamakan.
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 (pasal 1) dalam buku
H. Ramlan Marjoned13, perkawinan itu ialah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pertimbangannya ialah sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dimana sila yang pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian, sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur batin/rohani juga mempunyai peranan penting.
Islam menganjurkan umatnya untuk menikah karena memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dibalik anjuran yang diperintahkan kepada umat manusia, pasti ada hikmahnya. Salah satu tujuan pernikahan seperti pada surat Ar-Rum ayat 21 tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh ketentraman, kenyamanan, rasa kasih dan sayang. Untuk itu dianjurkan menikah bagi yang
sudah mampu.14
Kemudian terdapat juga tujuan dari pernikahan atau perkawinan, sebenarnya tujuan dari perkawinan bagi masyarakat saat ini agar terhindar
dari berbuat zinah. Padahal tidak hanya itu, menurut Soemijati15 disebutkan
bahwa : tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan
13 Marjoned, Ramlan. 1999. Keluarga Sakinah Rumahku Syurgaku. Jakarta: Media Dakwah. Hal 2 14 Zaini, Ahmad. 2015. Membentuk Keluarga Sakinah Melalui Bimbingan Dan Konseling Pernikahan. Jurnal. Kudus: STAIN Kudus. Hal. 91
15 Soemiyati. 1982. Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang Perkawinan. Yogyakarta: Liberty. Hal. 12
18 hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariah.
Jadi dapat dirumuskan bahwa tujuan dari perkawinan diatas antara lain :
a. Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan.
b. Mewujudkan sebuah keluarga dengan penuh cinta dan kasih sayang. c. Memperoleh keturunan yang sah menurut agama dan hukum.
Tentunya sebelum menjalankan atau melakukan pernikahan pasti ada bimbingan konseling pernikahan. Bimbingan pernikahan Islami adalah
proses bimbingan pemberianWbantuan terhadap individu agar dalam
menjalankan pernikahan dan kehidupan berumahAtangga bisa selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Selanjutnya pengertian konseling pernikahan Islami
adalah prosesApemberian bantuan terhadap individu agar
menyadarinkembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya
dalam menjalankan pernikahanvselaras dengan ketentuan dan petunjuk-Nya,
sehingga mencapai kebahagiaan hidupndi dunia dan di akhirat.16
16 Zaini, Ahmad. Op. Cit. Hal. 94
19 2. Usia Muda
Masa remaja menurut Kartono17 disebut pulaasebagai masa
penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanakadengan masa
dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial
mengenaiAkematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama pada
fungsi seksual. Yang paling menonjol pada periode ini ialah: kesadaranayang
mendalam pada diri sendiri. Dengan kesadaran tersebut remaja mulai
meyakini kemauan, potensi dan cita-cita diri sendiri. Dengan kesadaran ini,
remaja mulai berusaha menemukan jalan hidupnya.
Ada beberapa pengertian tentang masa remaja menurut beberapa ahli
yang tercantum dalam buku Yudrik Jahja, seperti menurut Papalia dan Olds18,
masa remaja adalah masaatransisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dan dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal usia dua puluh tahun. Yang dimaksud perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan ini terjadi secara kuantitatif, misalnya bertambahnya tinggi badan atau berat tubuh, dan kualitatif misalnya cara berfikir secara
konkret menjadi abstrak. Adapun menurut Hurlock19, membagi masaaremaja
menjadi masa remaja awal (13 tahun hingga 16 tahun) dan masa remaja akhir
(16 hingga 18 tahun). Masa remaja awal danaakhir dapat dibedakan Hurlock
karena pada masa remaja akhir induvidu telah mencapai transisi
17 Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju. Hal. 148
18 Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Hal 220 19 Jahja, Yudrik. loc. Cit.
20 perkembangan yang lebih mendekati dewasa. transisi perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai.
Piaget20 mengatakan secara psikologis, masa remaja ialah usia dimana
individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, anakatidak lagi merasa
dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.aKemudian,
menurut ahli psikologi21 menganggap masa remaja sebagai peralihan
dariamasa anak ke masa dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi
diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berusia 12 hingga 21 tahun
Menurut Aristoteles dalam buku Psikologi Anak22, perkembangan anak
dibagi menjadi 3 (tiga) peridode kali 7 tahun, yang dibatasiwoleh 2 gejala
alamiah yang penting; (1) pergantian gigi dan (2) munculnya gejala-gejala pubertas. Pembagian tersebut yakni ;
a. Usia 0-7 tahun, disebut sebagai masaaanak kecil, masa bermain.
b. Usia 7-14 tahun, disebut masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah.
c. Usia 14-21 tahun, masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa.
20 Hidayah, Rifa. 2009. Psikologi Pengasuhan Anak. Malang: UIN-Malang Press. Hal 42 21 Ibid. Hal. 43
21
Menurut Muhammad Al-Mighwar23 masa puber pada anak relatif
singkat dan terjadi secara bertahap. Adapun tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut:
a. Tahap pra-puber
Tahap ini disebut juga tahap pematangan, yaitu pada 1 atau 2 tahun terakhir masa kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap sebagai prapuber, sehingga tidak dapat disebut sebagai anak ataupun remaja. Pada tahap ini ciri-ciri sekunder mulai tampak, namun organ-orgam reproduksinya belum berkembang secara sempurna.
b. Tahap puber
Tahap ini disebut tahap matang, yaitu terjadi pada garis pembagi antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada tahap ini kriteria kematangan seksual mulai muncul. Juga ciri-ciri seks skunder semakin berkembang dan sel-sel reproduksi dalam organ-organ seks.
c. Tahap pasca-puber
Tahap ini menyatu dengan tahun pertama atau kedua masa remaja. Pada tahap ini ciri seks sekunder sudah berkembang baik dan organ-organ seks pun berfungsi secara matang.
Jadi dapat disimpulkan dari pemaparanamenurut beberapa para ahli
diatas tentang remaja atau usia muda yaitu pertumbuhan, perkembangan, peralihan atau perubahan dari masa kanak-kanak menuju ke masa
dewasaayang lebih matang, yang secara biologis diawali dari usia 12 hingga
21 tahun.
22
Maka dari itu dikatakan belumasiap mental maupun fisik pada
pernikahan di usia muda ini karena pada usia muda atau remaja ini remaja
masih dalamatahap peralihan dari masa kanak-kanakamenuju masa dewasa.
Jadi belum benar-benar menjadi dewasa, masih dalam masa peralihan
sehingga tingkat emosi mereka masih labihaatau mudah berubah. Pernikahan
usia mudaaadalah pernikahan yang dilaksanakan dibawah usia ideal untuk
menikah, karena belum matangnya pemikiranadan masih memiliki emosi
yang labil. Pernikahan usia muda telah banyak dilakukan di masyarakat dan sudah merupakan hal yang biasa.
Menurut Levinson24 usia 17-22 tahun ini telah memasuki masa transisi
dewasa awal (early adulth trantition). Pada masa ini individu masih berada pada masa remaja. Secara fisik, bentuk tubuhnya seperti orang dewasa lainnya, tetapi secara mental, individu belum memiliki tanggungjawab penuh karena hidup masih bergantung ekonomi dari orang tuanya. Namun, ada hasrat untuk hidup mandiri dan lepas dari bantuan orang tua. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, individu mempersiapkan diri dengan cara menimba ilmu dan keahlian melalui pendidikan formal ataupun pendidikan non-formal.
3. Pernikahan Usia Muda
Pasal 6 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa untuk melangsungkan suatu perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21
tahun harus mendapat ijin dari kedua orang tua25. Dapat dilangsungkannya
24 Dariyo, Agus. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal 119
25 UU RI Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. (Online)
23 pernikahan ketika calon pengantin mendapat ijin dari orang tua masing-masing.
Dari Undang-undang Perkawinan dan pengertian perkawinan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pernikahan usia muda yaitu suatu
perjanjian antara laki-laki dan perempuanauntuk menjalin ikatan suami istri
dalam suatu keluarga yang dilakukan dibawah batas umur yang telah ditetapkan di Undang-undang Perkawinan.
Dalam Islam memang ada surat yang membahas tentang pernikahan, yaitu tentang perintah untuk menikah tetapi dengan syarat bahwa seseorang yang akan menikah dikatakan mampu, mampu dalam artian mampu secara fisik, jiwa dan pikiran, dan ekonomi. Menikah pada usia muda dalam Islam hukumnya sunnah atau mandub, demikian menurut Imam Taqiyuddin An-Nabhani dengan berlandaskan pada hadis Nabi yang artinya:
“Wahai para pemuda, barang siapa yang telah mampu, hendaklah menikah, sebab dengan menikah itu akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga kehormatan. Kalau belum mampu, hendaklah berpuasa, sebab puasa akan menjadi perisai bagimu” (HR.
Bukhari dan Muslim).26
4. Dampak Pernikahan Usia Muda
Setiap pasanganasuami istri menginginkan kelanggengan dalam
pernikahan, dan juga menjadi keluarga yang harmonisadan bahagia. Tetapi
tidakasemudah itu untuk mencapai tujuan dari pernikahan jika
pasanganasuamu istri belumamemiliki kesiapan fisik maupun mental
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kemenag.go.id/file/doku
men/UUPerkawinan.pdf&ved=2ahUKEwjelu-hmP3mAhVPWysKHSZrBH4QFjAFegQICRAB&usg=AOvVaw1VOFhnuUul9rxfGUEzRelu
(diakses pada 10 Desember 2020)
26 Rifiani, Dwi. 2011. Pernikahan Dini Dalam Perspektif Hukum Islam. Malang: Kemendikbud. Hal. 130
24
dalamamenghadapi kehidupan berumah tangga.aBegitupun pernikahan di
usia muda yang masih berusia relatif muda.
Di setiapaperbuatan pasti akan ada dampak atau akibat, baik itu positif
maupun negatif. Begitu juga dengan perkawinan,aterutama perkawinan atau
pernikahan yang terjadi di usia muda, baik dampak psikis, kesehatan,
maupun kehidupan keluarga remaja. Menurut Adrian27 pada artikel yang
dimuat dimedia online, pernikahan usia muda memiliki banyak dampak yang
dapat ditimbulkan,iyaitu :
a. Resiko penyakit seksual meningkat
Di dalam sebuahapernikahan, pasti terjadi hubungan seksual.
Sedangkan hubungan seksual yang dilakukan oleh seseorang di bawah usia
18 tahun akan cenderung lebih berisiko terkenaapenyakit menular
seksual, seperti HIV. Begitu Hal ini karena pengetahuan tentang seks yang sehatadan aman masih minim.
b. Risiko kekerasan seksual meningkat
Studi menunjukkan bahwaadibandingkan dengan wanita yang
menikah pada usia dewasa, perempuan yang menikah pada usiaadi bawah
18 tahun lebih cenderung mengalami kekerasan dari pasangannya.
Alasannyaakarena pada usia ini, ditambah dengan kurangnya pengetahuan
dan pendidikan, seorang perempuan di usia muda akan lebih sulit dan
cenderung tidakaberdaya menolak hubungan seks.
27
Adrian, Kevin. 2018. “Ini Alasan Pernikahan Dini Tidak Disarankan”. (Online)
https://www.alodokter.com/ini-alasan-pernikahan-dini-tidak-disarankan (diakses pada 24 November 2019)
25
Meski awalnyaApernikahan dini dimaksudkan untuk melindungi
diri dari kekerasan seksual, kenyataan yang terjadiajustru sebaliknya.
Risiko kekerasan semakin tinggi,aterutama jika jarak usia antara suami
dan istri semakin jauh.
c. Risiko pada kehamilan meningkat
Kehamilan di usia diniabukanlah hal yang mudah dan cenderung
lebih berisiko. Deretan risiko yang mungkin terjadi punatidak main-main
dan bisa membahayakan bagi ibu maupun janin. Pada janin,arisiko yang
mungkin terjadi adalah bayi terlahir prematur dan berat badan lahir yang
rendah. Bayi jugaabisa mengalami masalah pada tumbuh kembang karena
berisiko lebih tinggiamengalami gangguan sejak lahir, ditambah
kurangnya pengetahuan orang tua dalam merawatnya.
Sedangkan ibuayang masih remaja juga lebih berisiko mengalami
anemia dan preeklamsia. Kondisi inilah yang akan memengaruhiakondisi
perkembangan janin. Jika preeklamsia sudahamenjadi eklamsia, kondisi
ini akan membahayakan ibu dan janin bahkan dapat mengakibatkan kematian.
d. Risiko mengalami masalah psikologis
Tidak hanya dampak fisik,agangguan mental dan psikologis juga
berisiko lebih tinggi terjadi pada wanita yang menikah diAusia remaja.
Beberapa penelitian menunjukkanabahwa semakin muda usia wanita saat
menikah,amaka semakin tinggi risikonya terkena gangguan mental, seperti
26 Remaja yang hamil diluar nikah dan kemudian dinikahkan oleh orang tua mereka akan mengalami masalah dalam kehamilannya yang dapat mempengaruhi diri remaja itu sendiri. Remaja dengan kehamilan
yang tidak diinginkan merupakanamasalah yang menyebabkan stress.
Sumber stress utama yaitu aib karena hamil tanpa menikah, merasa berdosa jika menggugurkan, berpacu pada waktu karena hamil semakin besar. Maka dari itu remaja akan semakin tertekan karena merasa tersisih dan takut dengan keluarganya dan cap dari masyarakat sekitar tempat tingalnya.
e. Risiko memiliki tingkat sosial dan ekonomi yang rendah
Tidak hanya dari segi kesehatan, pernikahan dini juga bisa dikatakan
merampas hak masa remaja perempuanaitu sendiri. Di mana pada masa itu
seharusnya dipenuhi oleh bermain dan belajar untuk mencapaiamasa
depan dan kemampuan finansial yang lebih baik. Namun kesempatan ini
justruaditukar dengan beban pernikahan dan mengurus anak. Sebagian dari
mereka yang menjalaniapernikahan dini cenderung putus sekolah, karena
mau tidak mau harus memenuhi tanggung jawabnya setelah menikah.
Begitu juga denganaremaja pria yang secara psikologis belum siap
menanggung nafkah dan berperan sebagai suami dan ayah.
Dampak psikologis yang terjadi pada ibu hamil usia muda atau remaja akan mengalami stress berupa mual-muntah yang berlebih. Kemudian berlanjut pada tingkat depresi yang ditandai dengan berusaha menggugurkan kandungannya dan bunuh diri. Salah satu ibu hamil remaja mengalami putus
27 juga di alami ibu remaja akibat dari lingkungan sekitar yang tidak
bisaamenerima mereka (bagi remaja yang hamil diluar nikah). Sedangkan
dampak yang terjadi padabjanin yang dikandungnya yaitu kesemuanya ibu
remaja tidak mau merawatwkehamilannya dan akan berencana memberikan
bayi mereka kepada orang lain.28
5. Konsep Keluarga a. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tenteram, aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih diantara anggota keluarganya. Suatu ikatan hidup yang didasarkan karena terjadinya perkawinan, juga bisa disebabkan karena persusuan atau
muncul perilaku pengasuhan.29
Dalam keluarga tentu ada seorang kepala keluarga yang bertugas
sebagai pempimpin dalam keluarga. Dalam menjalankan
kepemimpinannya terhadap keluarga, kepala keluarga dituntut untuk bertanggungjawab, tidak hanya bertanggungjawab kepada manusia tetapi juga bertanggungjawab kepada Allah SWT. Kepala keluarga mempunyai peranan penting dalam keluarga, yakni membimbing, mendidik, dan juga mengarahkan. Dengan demikian kepala keluarga mempunyai beberapa fungsi dan tanggungjawab dalam kepemimpinannya, yaitu : memberikan nafkah kepada keluarga (isteri dan anak-anaknya), menegakkan Amar
28 Hanum, Mukhodim Faridah, Sri. 2015. Dampak Psikologis Pada Kehamilan Remaja. Sidoarjo: FIKES UMSIDA. Hal. 41
29 Mufidah. 2014. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. Malang: UIN-Maliki Press. Hal 33.
28 ma’ruf Nahi Munkar, dan menjaga keamanan umat (minimal keamanan keluarga).
b. Hak dan Kewajiban Suami Istri
Telah dijelaskan diatas bahwa keluarga pada intinya suatu unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiriAatas Suami, Istri dan Anak.
Menurut Mariyah30 dalam menjalankan kehidupan berumah tangga, Suami
Istri memiliki hak dan kewajiban masing-masing: 1) Hak Suami Istri
a) Hak Suami
Berikut ini yang merupakan hak-hak Suami atas Istri yaitu: i. Istri tidak boleh meninggalkan Suami.
ii. Memelihara sumpah Suami. iii. Taat kepada perintah Suami.
iv. Jangan tinggalkan rumah tanpa izin suami. v. Jangan terima tamu laki-laki.
b) Hak Istri
Adapun hak-hak Istri atas suami yaitu:
i. Suami memberi makan dan pakaian kepada Istri. ii. Membimbing Istri.
2) Kewajiban Suami Istri a) Kewajiban Suami
29
Adapun kewajibanaSuami kepada Istri yaitu memimpin Istri, mendidik
Istri dan melindungi Istri dari segalaAgangguan yang mungkin datang,
serta mencukupi keperluan Istri denganakemampuan yang ada.
b) Kewajiban Istri
Kewajiban Istri kepada Suami yaitu melayani dan mempersiapkan
keperluanaSuami lahir dan batin, mengatur keserasian rumah tangga, dan
mendidik anak. Adapun fitrah dan qodrat sebagaiaIstri yakni:
mengandung, melahirkan, menyiapkan pakaian, makan dan minum anak-anak.
c. Ketentraman Dalam Rumah Tangga
Pastinya semua orang mendambakan kehidupanaRumah Tangga yang
tentram dan bahagia tanpa ada rasaAgelisah atau resah yang menghantui.
Adapun cara atau langkah agar Rumah Tangga tentram, yaitu: 1) Jangan Berkiblat Pada Nafsu
Menurut Imam Ghazali31 atas pengamatannya yang didasarkan oleh
kenyataan, bahwa manusia dalam bentuk dan susunannyaaterkumpul
empat macam sifat, yaitu: a) Sifat Kekerasan (kesrigalaan). b) Sifat Kebinatangan.
c) Sifat Kesyetanan. d) Sifat Ketuhanan.
Imam Ghazali mengemukakan, bahwa alataberharga dari manusia
yang berupa akal itu sebenarnya ditugaskan sebagai hakim yang menolak
30
tipu daya syetan. Selainadiharuskan menyingkapkan segala tabir keraguan.
Dan ia harus menghapuskan keserakahan,amengalahkan kekerasan
syahwat, menolak segala kebuasan. Sehingga semua harus dipaksaatunduk
dibawah kekuasaan akal. Selama manusia terkalahkan oleh nafsunya, maka manusia tersebut akan jatuh pada pangkuan nafsu dan tidak menemukan hakikat kebenarannya. Sehingga akan merugikan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat nanti.
2) Ciptakan Praktek Hidup Bersaudara
Islam mengajarkan dan menganjurkan bahwa dalam hal menerapkan hubungan antara pribadi dan masyarakat harus sebagai ikatan suatu jiwa. Dengan demikian akan selalu muncul kekompakan untuk menciptakan suatu kesatuan yang saling melengkapi atas dasar cinta kasih.
Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW sangat menitik beratkan erat dan kompaknya jalinan persaudaraan di kolong langit ini. Karena persaudaraan adalah suatu ekspresi yang paling baik bagi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam masyarakat. Juga merupakan pedoman dan bimbingan yang kuat bagi jiwa dalam rangka melaksanakan konsep bela kasih, rasa cinta, kerja sama dan membulatkan rasa serta tekad bersama. 3) Jauhkan Tabiat Dengki
Dengki ialah mencita-citakan hilangnya nikmat orang lain. Apabila
31
terus menerus mengalami hidup resah. SebelumAakibat dengkinya sampai
pada orang lain, maka yang bersangkutan sudah lebih dulu menderita sakit.
Dan pada lazimnya jarang sekkali mendengkiAkepada orang yang jauh,
melainkan terhadap kerabat, tetangga, family dan seumpamanya.32
Apabila sifat dengki terusamenerus ada di lubuk hati manusia, maka
dalam kehidupannya manusiaaakan mudah tergoda oleh syetan.
Ketentraman akan mulai hilang, pertikaian merajalelaadan akan jauh dari
kehidupan yang tenang lahir dan batin.
4) Harus Bersedia Berkorban
Rahasia dan Hikmatnya Tuhan membuat perbedaan itu adalah
supaya manusia itu salingAbantu-membantu, tolong-menolong. Sehingga
dengan demikian tali persaudaraanAsemakin erat dan kuat. Dengan
sendirinya terciptalah suasana saling kasih mengasihiAyang akan menjadi
asas pokok dalam membentuk masyarakat yang tentram dan damai tanpa adanya pertengkaran ataupun permusuhan.
Oleh sebab itu Islam memikulkan tanggungjawab moral kepada orang yang mempunyai harta dan kekayaan supaya memberikan sebagian nikmatnya yang diperoleh dari Allah SWT kepada orang-orang yang membutuhkan, yakni orang-orang fakir, miskin, lemah, kena musibah, dan lain-lain.
5) Selalu Baik Perkataan
32 Ibid. Hal 52
32 Jasad manusia drngan perkatanya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Sebab sepatutnya kita insyaf dan sadar supaya kita selalu memelihara perkataan demi kemaslahatan dirinya. Ia harus berusaha dengan cermat agar setiap perkataan yang keluar dari mulutnya telah benar-benar dipertimbangkan. Maksudnya supaya tetap terjalin rasa saling
menyenangkan satu sama lain.33
Itulah sebabnya maka perkataan harus dijaga, selain menjadi alat komunikasi, sampai-sampai nasib seseorang pun juga dapat tergantung dari setiap perkataan yang keluar dari mulutnya.
6) Akrabkan Persatuan Antar Tetangga
Setiap persaudaraan yang baik akan menumbuhkan rasa kasih sayang, kasih sayang inilah yang akan mencegah dari tindak negatif. Kasih sayang yang didorong oleh rasa persaudaraan merupakan landasan pokok dalam kehidupan. Baik sebagai manusia pribadi maupun dalam masyarakat. Persaudaraan yang baik akan semakin terasa nikmat di masyarakat luas, apabila terlebih dahulu diterapkan di lingkungan kita, terutama di rumah tangga sendiri sebagai lingkungan masyarakat terdekat dengan kita.
Keluarga dapat dikatakan menjalankan fungsinya dengan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tahap perkembangan keluarga, budaya, proses dan perilaku dalam keluarga. Keluarga juga dapat
berfungsi dengan baik apabilaAmemperhatikan faktor yang
mempengaruhi reaksi emosional keluarga, pemikiran, keyakinan, sikap,
33 Ibid. Hal 60
33
prasangka, relasi dan perilaku. Sangat penting bagiskeluarga dengan
memperhatikan isu-isu kultural untuk mengembangkan sikap
yanguberkaitan dengan individu dan komunitas, pengambilan keputusan,
jenis kelamin dan gender, persepsi, penggunaan bahasa, spiritualitas, fisik
dan emosionaluserta pengalaman dan trauma.34
Ketentraman dalam rumah tangga juga dapat dilihat dari berhasilnya atau tidak pasangan dalam mengikuti bimbingan konseling pernikahan. Bimbingan konseling pernikahan merupakan pemberian bimbingan dan
upaya mengubah hubungan dalam keluarga untuk
mencapaiykeharmonisan. Bimbingan konseling pernikahan ini dilakukan
sebelum pasangan melakukanapernikahan (akad nikah). Bimbingan ini
sangat penting bagi pasangan yang akan menikah, bimbingan ini merupakan proses bimbingan dan bantuan terhadap dua orang atau lebih
anggota keluarga sebagai suatu kelompokssecara serempak yang dapat
melibatkan seorang konselor atau lebih. Adapun tujuan dari bimbingan ini
yaitu peningkatan sistem keluarga agar lebih efektif.35
6. Keharmonisan Rumah Tangga
Keharmonisan keluarga merupakan hal yang diidam-idamkan oleh semua keluarga untuk saat ini. Keharmonisan keluarga merupakan keserasian, kesepadanan, kerukunan diantara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga sebagai suami istri. Keharmosian juga menyangkut kerukunan
34 Hasanah, Hasyim. 2016. Konseling Perkawinan. Semarang: UIN Walisongo. Hal. 86 35 Zaini, Ahmad. Loc. Cit.
34 dengan anggota keluarga lainnya, yaitu anak-anak dan saudara-saudara (jka
tinggal di rumah yang sama).36
Pengertian keharmonisan Keluarga menurut Islam yaitu bentuk hubungan yang dipenuhi oleh cinta dan kasih, karena kedua hal tersebut adalah tali pengikat keharmonisan. Kehidupan keluarga yang penuh cinta kasih tersebut dalam Islam disebut Mawaddah Warahmah. Yaitu keluarga yang tetap menjaga perasaan cinta. cinta terhadap suami/istri, cinta terhadap anak, juga cinta pekerjaan. Perpaduan cinta suami-istri ini akan menjadi landasan utama dalam berkeluarga. Islam mengajarkan agar suami memerankan tokoh utama dan istri memerankan peran lawan yaitu
menyeimbangkan karakter suami.37
Keharmonisan rumah tangga sesungguhnya terletak pada komunikasi yang baik, berupa hubungan silaturahmi antara anggota keluarga tersebut. Keluarga adalah salah satu yang paling kerap terjadi masalah atau konflik baik antara suami istri, dengan orang tua, ataupun dengan anak. Menurut peneliti bagaimana keluarga akan harmonis atau tidaknya, kunci utama yaitu ada pada keluarga itu sendiri. Bagimana anggota keluarga dalam menyikapi masalah yang terjadi, bagaimana pula menyelesaikan masalah, juga bagaimana sistematika dalam keluarga tersebut agar tidak kerap terjadi masalah, dan antara suami dan istri tetap menjalankan hak dan kewajiban
36
Antonius Simanjutak, Bungaran. 2013. Harmonius family. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal 25
37 M. Dlori, Muhammad. 2005. Dicinta Suami (Istri) Sampai Mati. Jogjakarta: Katahati. Hal 30-32.
35 masing-masing, itu merupakan usaha untuk memelihara keharmonisan rumah tangga.
Sehingga dari pemaparan konsep diatas, peneliti menemukan indikator-indikator keharmonisa rumah tangga, antara lain ;
a. adanya keserasian, kesepadanan, kerukunan diantara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga sebagai suami istri, dengan anggota keluarga lainnya,
b. terpenuhinya cinta kasih dalam rumah tangga,
c. menjalankan hak dan kewajiban sesuai peran suami istri, d. menjaga komunikasi yang baik antara anggota keluarga.